BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai macam cara sering digunakan dalam proses berkomunikasi, salah satunya adalah propaganda. Propaganda merupakan salah satu teknik dalam berkomunikasi, kita mungkin sering mendengar istilah propaganda, dalam dunia politik familiar dengan katakata ini, dunia kerja, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari koran yang kita baca, iklan-iklan di televisi bahkan film. Menurut Harold D Lasswell dalam tulisannya Propaganda Techniquein The World War (1927) mengatakan propaganda adalah semata-mata control opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat melalui sebuah cerita, gambar-gambar, rumor dan bentuk-bentuk yang lain. Dalam bukunya yang lain Laswell juga mengatakan bahwa “Propaganda” adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. (Nurudin, 2001: 10) Bangsa-bangsa di dunia juga mencatat dalam sejarahnya bahwa propaganda telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bangsanya. Pada zaman mesir kuno maupun yunani kuno, pidato sebagai sarana propaganda mendapat perhatian mendalam dan dipelajari secara sungguh-sungguh. Kondisi semacam itu berlanjut sampai zaman romawi, bahkan sampai sekarang. Semntara itu salah satu propaganda yang cukup fenomenal adalah propaganda tentang fasisme kekuatan Ras Aria yang disebarkan oleh tokoh Nazi Jerman yang cukup fenomena yakni Adolf Hitler. Yang mana dalam propagandanya Nazi menyatakan bahwa Ras Aria adalah ras yang murni dan yang paling 1
berkuasa. Sehingga dengan munculnya propaganda tersebut banyak bangsa Yahudi yang tinggal di wilayah Jerman khususnya pada masa itu harus dibunuh, dimana dalam operasi oleh tentara Nazi disebut sebagai operasi “pembersihan”. Di Indonesia sendiri propaganda juga dilakukan dengan cara-cara yang lain seperti hampir selama 32 tahun masa pemerintahan Orde baru kita mengenal sosok presiden Soeharto sebagai Bapak Pembangunan. Sebutan bapak pembangunan secara langsung tertanam dalam benak warga Indonesia bahwa Soeharto merupakan orang yang cukup memiliki andil yang besar dalam pekemnbangan pembangunan di Indonesia, dalam kurun 32 tahun masa pemerintahanya. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi propaganda muncul dengan bentuk-bentuk lain, yang tidak hanya bertujuan untuk politik dan kekuasaan, propagan da juga muncul dengan tujuan menarik keuntungan, simpati, dukungan dll. Hal ini didukung adanya media jejaring sosial seperti twitter, facebook, patch dan instagram. Media jejaring sosial seperti itu terbukti mampu mempengaruhi jutaan orang dalam waktu yang hampir bersamaan. Semua itu mengambarkan bahwa media massa mengambil andil yang cukup besar terhadap penyebaran propaganda kepada khalayak. Media massa mampu memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap aspek kehidupan di tengah-tengah masyarakat, baik sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Media massa baik itu cetak maupun elektronik memiliki kontribusi sebagai sarana penunjang penyebarluasan propaganda. Dan salah satu bentuk media massa yang terbukti efektif digunakan sebagai alat propaganda adalah film. Film adalah media yang berupa audio dan visual. Dan bentuk keduanya mensinergikan sebuah kekuatan besar sebagai penyampai informasi yang mudah 2
dikonsumsi secara mendalam. Selanjutnya, konsumsi itu akan menjadi panduan yang kemudian mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, cara pandang bahkan perilaku seperti halnya makanan yang mempengaruhi kondisi tubuh si pemakan. Walaupun dengan pertimbangan tersebut, insan perfilman menjadikan situasi itu sebagai rambu untuk kemudian berhati-hati dalam memproduksinya, baik secara ramuan, isi kandungan, ataupun kemasannya. Saat ini perkembangan film sangatlah pesat, dengan berkiblat pada Hollywood sebagai industri film terbesar di dunia. Bermunculan karya-karya film yang bervariasi tidak hanya seputaran cinta dan humor saja. Banyak negara-negara yang mulai aktif memproduksi film yang mengangkat tema-tema budaya bangsa mereka. Salah satunya tema yang menarik buat diangkat adalah sejarah negara, yang didalamnya ditemukan banyak berbagai macam yang menjadi salah satu bagian dari suatu bangsa. Seperti film Rambo yang menceritakan nuansa heroik tentara amerika dalam perang Vietnam, Conspiracy (2009) yang menceritakan perdebatan diantara petinggi Nazi, Che (2008) tokoh pergerakan revolusi di Kuba yang berjuang bersama Fidel Castro yang akhirnya mati ditembak. Coming Home (Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter (Michael Comino, 1978), Rambo First Blood Part II (George F. Cosmatus, 1985), Platon (Oliver Stone, 1986). (Nurudin, 2001:37). Namun dengan semakin kritisnya masyarakat dengan isu-isu politik yang berkembang, film propaganda bukan hanya dibuat untuk kepentingan politik semata. Filmfilm propaganda juga dibuat sebagai media protes terhadap kebijakan pemerintah Amerika Serikat. Pasca tragedi WTC 11 September 2001 yang disebut-sebut sebagai awal ketertarikan mayarakat akan agama Islam, film propaganda juga dibuat sebagai bentuk protes terhadap kebijakan militer Amerika Serikat. 3
Salah satu film bergenre drama yang mengandung propaganda dan diangkat berdasarkan sebuah kisah nyata adalah film Argo karya Ben Affleck. Film yang mengambil latar tahun 1979 di Iran berdasarkan kisah nyata. Film ini bercerita tentang misi penyelamatan yang dilakukan oleh agen CIA terhadap enam Diplomat Amerika Serikat yang berhasil melarikan diri dari amukan masyarakat Iran dan bersembunyi di Kedubes Kanada. Teheran Iran 1979 terjadi kerusuhan akibat perubahan sistem pemerintahan dimana Amerika Serikat dan Inggris Raya merancang kudeta untuk menjatuhkan pemimpin mereka Mohammad Mosaddegh dan membantu Shah Reza Pahlavi untuk menggantikannya. Kehancuran Iran pun dimulai dengan berkuasanya Shah Reza Pahlavi, dimana sang Shah hanya tahu bersenang-senang dan menindas rakyatnya dengan kemiskinan dan kelaparan. Menganggap Amerika Serikat bersekutu dengan Pahlavi, rakyat Iran yang marah menyerbu kedutaan Amerika, lebih dari 50 warga Amerika yang bekerja saat itu ditangkap dan disandera oleh kelompok revolusioner Iran. Di tengah-tengah kekacauan tersebut ada enam staf kedutaan AS yang berhasil kabur dan melarikan diri ke kedubes Kanada. Dalam perhatian dunia Internasional, CIA harus cepat menjemput mereka dengan metode terbaiknya. Muncul lah Tony Mendez seorang spesialis di CIA dengan idenya yang dinamai Argo. Argo sendiri adalah sebuah skenario film bohongan yang dibuat seolah-olah asli guna menyakinkan masyarakat dunia. Argo yang bersettingkan pembuatan film di Iran dipergunakan untuk menyelamatkan ke-enam staf kedutaan AS dan menjadikan mereka sebagai crew film argo dimana Tony Mendez sebagai produsernya yang mengaku berasal dari Kanada, para staf kedutaan pun dibuatkan paspor palsu dengan mengganti nama dan kewarganegaraan mereka. 4
Film Argo yang mengangkat kisah 34 tahun lalu itu mendapat kecaman dari banyak orang terutama masyarakat Iran, hal ini dinilai Argo memberikan gambaran infaktual tentang masyarakat Iran di masa itu. Terlepas dari alur cerita film, apa yang diangkat di Argo adalah sebuah kebohongan sejarah yang nyata dan bahkan menuai kritik dari Duta Besar Kanada di Tehran waktu itu, Ken Taylor. Melalui film Argo, sejarah sengaja kembali ditulis ulang dengan bahasa yang halus untuk pemalsuan agar pas dengan tujuan baru sang penguasa (AS). Mereka yakin bahwa apabilah sejarah ditulis ulang maka rakyat akan bergairah mendukung pemerintah melakukan agresi militer terhadap Iran. Argo dinilai bisa menyebarkan kebencian terhadap Iran dan sebagai proyek propaganda badan intelijen untuk meyakinkan rakyat Amerika bersama Israel berperang melawan Iran. Selain itu film karya Ben Affleck ini juga mendapatkan penghargaan tertinggi dari ajang Oscar 2013, Argo dipilih sebagai film terbaik yang mengalahkan delapan pesaingnya, yakni Amour, Beasts of The Southern Wild, Django Unchained, Les Miserables, Life of Pi, Silver Linings Playbook, Zero Dark Thirty, dan pesaing terberatnya, Lincoln. Ketika sebuah film yang sarat dengan distorsi sejarah dipilih sebagai karya terbaik, tentu akar permasalahan itu terdapat pada isu yang diangkat oleh sang sutradara dan bukan pada kreativitas seni di dalamnya. Langkah itu kembali memperlihatkan bahwa di Hollywood seni telah dikalahkan oleh politik. (Anonim : 2013). Seorang kritikus budaya Kim Nicolini mengatakan, "Argo merupakan bagian dari propaganda liberal konservatif yang dibuat oleh Hollywood untuk mendukung politik konservatif pemerintahan liberal Barack Obama saat kita bergerak menuju pemilihan presiden. Ini juga bilangan prima roda perang Amerika yang mendukung serangan Israel 5
terhadap Iran." Nicolini mengecam Argo karena benar-benar mengabaikan cerita versi Iran, dan mencatat bahwa film ini adalah versi yang menghapus peristiwa sebenarnya. Dia berargumen bahwa tidak ada yang otentik tentang manipulasi film peristiwa bersejarah, dan film ini sebagai propaganda politik murni. Argo adalah sebuah film propaganda seperti filmfilm Nazi karya sineas wanita Leni Riefenstahl. Sama seperti Riefenstahl, mengagungkan sebuah organisasi kriminal yang menebar kematian. Dan juga tujuan utamanya adalah untuk menciptakan kebencian dan mengubah penonton menjadi pembunuh massal. Riefenstahl memuja Partai Nazi dan Hitler, sementara Argo mengagungkan CIA. Riefenstahl menebar kebencian lewat karya-karyanya dan memoles pandangan antisemitisme agar terlihat cantik, sementara Argo membuat provokasi Zionis melalui gerakan Islamphobia dan Iranphobia terlihat alami dan tak terelakkan. (Anonim : 2013). Dalam penilitihan ini mencoba menganalisis film Argo karya Ben Affleck, dimana terdapat unsur audio dan visual yang menggunakan unsur teknik propaganda. Melihat dari fenomena khususnya fakta-fakta yang berkaitan dengan uraian di atas, Maka penulis tertarik untuk melakukan study terhadap pemakaian teknik propaganda dalam film Argo karya Ben Affleck dengan judul “ Teknik Propaganda Dalam Film (Analisis Isi Film Argo Karya Ben Affleck )”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitihan ini adalah seberapa porsi proposisi teknik propaganda dalam film Argo karya Ben Affleck.
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung frekuensi kemunculan teknik
propaganda dalam film Argo karya Ben Affleck. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberi beberapa manfaat, antara lain yaitu : 1. Secara Akademis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memotivasi penelitian untuk lebih mengembangkan dan memperluas berbagai penelitian di masa akan datang, serta memperoleh pengetahuan mengenai pesan propaganda dalam film. Dalam penelitian ini juga diharapkan menjadi sumbangan penelitian yang berguna bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya bagi mereka yang memilih konsentrasi Audio Visual dalam menganalisis film. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan pemahaman
untuk
membuat acuan dalam memproduksi film sejenis (tentang propaganda). Serta juga dapat memberikan pertimbangan maupun informasi dalam menyeleksi sebuah informasi dalam film untuk dikonsumsi. E. Tinjauan Pustaka E.1. Propaganda: Definisi, Jenis - Jenis Dan Teknik Definisi propaganda banyak sekali dikemukakan oleh para ahli dibidang sosiologi, psikologi dan ada juga yang mempunyai latar belakang orator. Ini dimungkinkan karena masing-masing pihak, kelompok maupun individu mempunyai 7
latar belakang, kurun waktu atu tujuan yang berlainan sehingga membuat uraian arti propaganda sangat bervariasi. Dra. Djoenaesih, Drs. Sunarjo (1982 : 25-26) mengemukakan
bahwa
orang
yang
mendifinisikan
“propaganda”
sedang
mendifinisikan definisinya masing-masing. Di dalam “Communication Theories” dikatakan bahwa propaganda adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan teknikteknik tertentu. Propaganda berasal dari bahasa latin propagare yang artinya cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri (Nurudin, 2001 : 9). Propaganda adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan seperti yang tercantum dalam Encyclopedia Internasional. Harold D. Laswell dalam tulisannya Propaganda (1937) yang dikutip Nurudin (2001: 10) mengatakan propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya “(Propaganda in broadest sense is the technique of influencing human action by the manipulation of representations)” defininsi lainya dari Laswell dalam bukunya “Propaganda technique in the world war” (1927) mengatakan bahwa propaganda semata-mata merupakan kontrol opini, yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mengandung arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit dan teliti, melalui sebuah cerita, rumor, laporan gambargambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial. Barnays mengatakan, propaganda modern adalah suatu usaha yang bersifat konsisten dan terus menerus untuk menciptakan atau membentuk suatu peristiwa8
peristiwa guna mempengaruhi hubungan public terhadap suatu usaha ataupun kelompok. Propaganda bisa diibaratkan sebuah ilmu. Ilmu itu akan membuahkan hasil jika melekat pada orang yang berkepribadian baik. Namun, propaganda akan menghasilkan kejelekan dan kesengsaraan manakala melekat pada orang yang tidak baik (Nurudin, 2001: 10) Dari pengertian di atas, propaganda jelas adalah suatu perbuatan yang memang sengaja dibuat untuk mempengaruhi pihak lain dan pihak yang melakukan propaganda adalah pihak yang kuat dan berkuasa. Propaganda dalam perkembangannya bisa mencakup sebagai media mempunyai informasi dan tidak menutup kemungkinan setiap ditemukan teknologi baru tentang media komunikasi, maka akan ditemukan lagi cara baru menyampaikan propaganda dengan media tersebut.
Jenis-jenis propaganda menurut Santoso Satropoetro, 2003. yaitu : 1. Black Propaganda Black propaganda adalah propaganda terbuka dimana menyerang narasumber yang dikenai propaganda secara terang-terangan atau terbuka. 2. White Propaganda White propaganda adalah propaganda tertutup atau dilakukan secara sembunyisembunyi. Dimana peogandis tidak secara terang-terangan menyerang orang yang dikenai propaganda. Misalkan, ketika pemilu walikota menyatakan bahwa pililah walikota yang berpendidikan tinggi, padahal pernyataan itu ditujukan pada dirinya sendiri.
9
3. Grey Propaganda Grey propaganda adalah propaganda yang tidak diketahui pasti sumbernya, maka dapat menimbulkan keraguan.
Jenis Propaganda berdasarkan isi pesan menurut Dobb, 1996. yaitu : 1. Propaganda Tersembunyi Peogandis menyembunyikan tujuan utama dalam kemasan suatu pesan lain. Misalnya konferensi pers yang dilakukan oleh seorang presiden Amerika. 2. Propaganda Terbuka Setiap kemasan pesan cara dan perilakunya dikemukakan secara transparan tanpa dikemas dengan pesan lain. Misalnya kampanye terbuka calon presiden atau wali kota.
Sedangakan Ellul, 1965, membagi propaganda dalam dua cara yakni vertikal dan horizontal. 1. Propaganda Vertikal Propaganda yang dilakukan oleh satu pihak kepada orang banyak dan biasanya mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya. 2. Propaganda Horizontal Propaganda yang dilakukan seorang pemimpin suatu organisasi atau kelompok kepada anggotanya dengan melalui tatap muka atau komunikasi antar personal dan biasanya tidak menggunakan media massa.
10
Seperti halnya komunikasi, propaganda juga sangat membutuhkan teknik untuk mencapai sasaran dan tujuannya. Sebab dengan menggunakan teknik yang tepat akan menghasilkan pencapaian yang optimal. Berikut beberapa teknik propaganda menurut Nurudin (2001: 29). 1. Name Calling (Penggunaan nama ejekan) Name Calling adalah teknik propaganda dengan memberikan sebuah ide atau lebel yang buruk. Tujuannya untuk menurunkan derajat nama seseorang atau prestise suatu ide dimuka umum agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya atau memeriksanya terlebih dahulu. Sebutan-sebutan seperti “provokator”, “lintah darat”, “kepo”, “Pemberi Harapan Palsu (PHP)”, Partai Komunis Indonesia (PKI)” terhadap seseorang atau suatu pihak tidak lain bermaksud untuk memberikan julukan karakteristik yang bersifat menurunkan derajat. Dan menjadi ciri khas yang melekat pada teknik ini. Teknik ini sering digunakan dalam propaganda lisan. 2. Gliterring Generalities (Penggunaan kata-kata muluk) Gliterring Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan sesuatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Dimana peogandis menonjolkan gagasan dengan sanjungan-sanjungan agung seperti penggunaan kata-kata atau kalimat “demi keadilan dan kebenaran” atau “demi membelah kaum yang tertindas” menjadi salah satu ciri teknik propaganda ini. Peogandis dalam hal inilah mengidentifikasikan dirinya atau gagasanya dengan segala apa yang serbah luhur dan agung.
11
3. Transfer (Pengalihan) Transfer adalah cirri-ciri kegiatan propaganda yang menggunakan teknik memakai pengaruh dari seorang tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa di lingkungan tertentu. Peogandis dalam hal ini mempunyai maksud agar komunikan terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan. Misalnya Partai Demokrat Indonesia-Perjuangan (PDI-P) dalam berbagai kesempatan terutama menjelang pemilu sering memakai pengaruh Bung Karno yang sangat dikagumi dan berwibawa bagi rakyat Indonesia, juga di lingkungan-lingkungan tertentu seperti golongan nasionalis karena beliau sebagai proklamator, intelektual dan orator ulung. 4. Testimonials (Pengutipan) Testimonials adalah cara melancarkan propaganda dengan mengutip kata-kata orang terkenal mengenai baik atau tidaknya suatu ide atau pokok, dengan tujuan agar khalayak mengikutinya. Teknik ini juga sering digunakan dalam dunia periklanan. Misalnya untuk memperkuat lebel halal pada suatu produk, digunakan tokoh agama dalam iklan produk tersebut. Iklan “bintang toejoh masuk angin” dengan tokoh Mahfud MD juga termasuk penggunaan teknik ini, dimana kata yang sering diucapkan Mahfud MD yaitu “wong bejo (orang beruntung)” menjadi slogan produk ini. 5. Plain Folk (Perendahan diri) Plain Folk adalah propaganda dengan menggunakan cara identifikasi terhadap suatu ide. Misalnya dengan kata-kata milik rakyat atau dari rakyat. Seperti halnya Golkar yang pernah mempropagandakan Soeharto sebagai milik rakyat serta
12
dikehendaki
oleh
rakyat,
meskipun
tidak
tau
rakyat
yang
mana
yang
menghendakinya dan dia pun terpilih pada SU MPR tahun 1998. Sifat “merakyat” sering dimunculkan dalam propaganda ini dimana rakyat jelata menjadi sekedar mainan politisi saja karena dalam sejarah bernegara tidak pernah kuat dan kritis. Dengan demikian maksud teknik propaganda ini yaitu menyamakan diri dengan rakyat, dimana peogandis mengidentikan yang dipropagandakan milik atau mengabdi kepada komunikan. 6. Card Stacking (Penumpukan fakta) Card Stackling adalah teknik propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal sisi baiknya saja, shingga publik hanya dapat melihat dari satu segi. Misalnya program Pak Harto adalah “Bapak Pembangunan” yang pernah dicanangkan oleh Ali Moertopo seolah mengklaim hanya Pak Harto lah pelopordan penggerak pembangunan di Indonesia. Card Stackling meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau ditak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik suatu gagasan, program, manusia dan barang. 7. Bandwagon Technique (Hura-hura) Teknik ini dilakukan dengan cara menggembar-gemborkan sukses yang telah dicapai seseorang, suatu lembaga atau suatu organisasi. Dalam bidang ekonomi, teknik ini digunakan untuk menarik minat pembeli akan suatu produk tertentu yang laku keras di pasaran. Dalam bidang politik Golkar sering mengembar-gemborkan propaganda kesuksesan pembangunan nasional. 13
8. Reputable Mounthpiece Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Teknik ini biasanya digunakan oleh seseorang yang menyanjung pemimpin, akan tetapi tidak tulus. Bung Karno pernah diangkat sebagai “waliyul amri” dan panglima besar revolusi. Teknik ini dilakukan karena ada ambisi seseorang atau sekelompok orang yang ingin aman di lingkaran kekuasaan. Atau bisa jadi teknik ini malah digunakan untuk memerosokkan pemimpin dengan mengemukakan yang baik-baik saja sehingga sang pemimpin jadi lupa diri. Maka jalan memuji yang pada perinsipnya ingin menjatuhkan pun dilakukan. 9. Using All Forms of Persuations Teknik yang digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan dan iming-iming. Teknik propaganda seperti ini biasanya sering digunakan dalam kampanye pemilu. Di Indonesia untuk medapatkan simpati masyarakat, ada sebuah partai politik yang menjanjikan pada masyarakat untuk mendapat pengobatan gratis jika partainya menang.
E.2. Propaganda Dalam Film Salah satu muatan pesan dalam komunikasi adalah propaganda dan salah satu bentuk media massa yang cukup efektif untuk melakukan propaganda adalah film. Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya bahwa pesan di dalam komunikasi memilki maksud dan informasi dari komunikan kepada komunikatornya, pesan tersebut dapat berisi ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Propaganda dalam film telah dipakai dibeberapa negara, salah satunya 14
adalah Amerika Serikat adapun film yang dibuat dengan unsur propaganda adalah tentang kepahlawanan tentara Amerika yang ditujukan dalam perang dengan setting perang Vietnam. Antara lain Coming Home (Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter (Michael Comino, 1978), Rambo First Blood Part II (George F. Cosmatus, 1985), Platon (Oliver Stone, 1986). (H. Hafied Cangara 2008: 24) Menurut Abu Ahmadi (2002: 220) propaganda melalui film terkadang bisa membenarkan (dengan tujuan mempengaruhi persepsi publik) tindakan yang salah, dan biasanya hal ini menjadi suatu permasalahan baru. Film sebagai media propaganda juga disebutkan bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap sikap ideologi seseorang.
E.3. Pengertian Film Film pertama kali lahir diparuh kedua abad ke 19. Dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah tebakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sesuai dengan berjalannya waktu, para ahli berlomba-lomba menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton. Pada dasarnya film dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu film cerita dan non cerita. Namun dalam perkembangannya film cerita dan non cerita saling mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang ciri dan corak masing-masing. 1. Film Cerita Film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial artinya, dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi 15
dengan dukungan sponsor produk tertentu. Misalnya, film horor, drama, fiksi ilmiah komedi laga, musikal dan lain-lain. 2. Film Non Cerita Film non cerita merupakan katagori film yang mengambil kisah nyata sebagai subyeknya atau merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. Ada dua tipe film non cerita antara lain : a. Film Faktual : menampilkan fakta, kamera hanya sekedar merekam peristiwa. Biasanya dalam bentuk sebagai film cerita dan film dokumentasi. b. Film dokumenter : sarana yang tepat untuk mengungkapkan realitas, menstimuli perubahan, dengan kata lain menunjukkan realitas kepada masyarakat secara normal.
Ada dua tambahan jenis film yaitu film eksperimental dan film animasi. Penjelasannya sebagai berikut : a. Film Eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah-kaidah Pembuatan film yang lazim. Tujuannya untuk mengadakan ekaperimentasi dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film. b. Film Animasi (kartun) adalah film yang memanfaatkan gambaran atau lukisan maupun benda-benda mati lainnya seperti boneka, kursi meja dan lain-lainnya yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi.
16
E.3.1. Unsur – unsur dalam Film Film cerita memiliki berbagai jenis atau genre. Dalam hal ini genre dapat diartikan sebagai jenis film yang ditandai dengan gaya, bentuk, atau isi tertentu. Adapula yang disebut dengan film drama, horror, perang, sejarah, film fiksi ilmiah, komedi, laga. Penggolongan jenis film ini tidaklah terlalu kaku karena sebuah film dapat dimasukkan ke dalam beberapa jenis. Agar jenis film cerita tetap bertahan dan selalu diminati, penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman. Film cerita dapat diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide, yang diaplikasikan ke dalam bentuk gambar-gambar atau suara. Jadi cerita adalah bungkusan atau kemasan yang memungkinkan pembuat film melahirkan suatu realitas rekaan yang merupakan suatu alternative dari realitas penikmatnya. Dari segi komunikasi, ide yang terdapat dalam sebuah film yang berupa pesan ini mengandung suatu pendekatan yang bersifat membujuk atau persuasif. Dalam proses pembuatan film melibatkan sejumlah keahlian tenaga kreatif yang harus menghasilkan suatu keutuhan, mereka saling mendukung dan saling mengisi satu sama lain. Perpaduan antara sejumlah keahlian ini merupakan syarat utama bagi lahirnya film yang baik. Menurut Marselli Sumarno (1996:34-43) unsur-unsur dalam pembuatan film adalah: a.
Sutradara
b.
Penulis Skenario
c.
Penata Fotografi
d.
Penyunting
e.
Penata Artistik 17
f.
Penata Suara
g.
Penata musik
h.
Pemeran
E.3.2. Jenis-jenis Film (genre film) Beberapa genre film menurut M. Bayu Widagdo, 2004. Antara lain sebagai berikut: a. Action-laga Film dengan tema ini mengetengahkan tentang perjuangan hidup dengan bumbu utama keahlian setiap tokoh untuk bertahan dengan pertarungan hingga akhir cerita. b. Comedi-humor Film bertema humor ini mengandalkan kelucuan sebagai penyajian utama. Film dengan tema ini termasuk yang paling sulit dalam menyajikannya, karena apabila kurang waspada maka komedi yang disuguhkan akan terjebak sleptick, atau terkesan memaksa penonton dengan kelucuan yang dibuat-buat. c. Roman-drama Film dengan tema ini merupakan genre yang palin popular dikalangan masyarakat. Genre ini menawarkan faktor perasaan dan kehidupan nyata, yang mengarah pada simpati dan empati penonton terhadap apa yang diceritakan dan apa yang disuguhkan. Kunci utama dalam film bergenre ini adalah tema-tema klasik dalam permasalahan hidup manusia yang tidak pernah puas terjawab. d. Misteri-horor
18
Genre ini memiliki bahasan yang sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja (monoton), namun genre ini mendapat perhatian yang lebih dari penonton. Hal ini disebabkan karena keingintahuan manusia yang sangat besar terhadap dunia lain tersebut.
Sedangkan menurut Heru Effendy, 2002. Jenis-jenis film dapat dibagi menjadi 7 Jenis antara lain sebagai berukut : a) Film Dokumenter (Documentary Film) Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film jenis ini tidak lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi seseorang atau kelompok tertentu. b) Film Cerita Pendek (Short Film) Film cerita pendek ini berdurasi kurang dari 60 menit. Sebagian besar produser film menjadikan jenis film ini sebagai sebuah batu loncatan untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. c) Film Cerita Panjang (Feature-Length Film) Film cerita panjang adalah film dengan durasi lebih dari 60 menit, atau lazimnya film ini berdurasi antara 60-100 menit. Terkadang film jenis ini diproduksi di atas durasi 180 menit, seperti halnya film hasil produksi Bollywood (India) dan Hollywood (Amerika).
19
d) Film-film Jenis Lain (Corporate Profile) Jenis film ini biasanya diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misalnya tayangan ‘Jendela Usaha’ di TVONE. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi e) Iklan Televisi Film jenis ini bisaanya diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk, maupun layanan masyarakat (public services announcement). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara ‘ekplisit’, artinya ada stimulus yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan jenis iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. f) Program Televisi (tv program) Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu cerita dan non cerita. Jenis cerita terbagi dalam dua kelompok yaitu fiksi dan non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (tv series), film televisi/ FTV (popular lewat saluran televisi SCTV) dan film cerita pendek. Kelompok non fiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, tv kuis, talkshow dan liputan berita. g) Video Klip (music video) Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produk mereka melalui media televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV, tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai 20
bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core bisnis) mereka. Di indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya.
E.3.3. Fungsi Film Film sebagai media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya : a.
Hiburan Menurut Marseli Sumarno (1996: 96-98), film sebagai suatu media komunikasi
lebih mudah menyajikan suatu hiburan daripada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini dapat dilihat sifatnya yang ringan dan menitik beratkan pada estetika dan etika. Nilai hiburan pada film sangat penting, apabila sebuah film tidak mengikat perhatian penonton dari awal hingga akhir tentulah film tersebut tidak diminati penonton. b.
Pendidikan Dengan media film kita dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang
berguna memfungsikan diri secara efektif dalam masyarakat serta mempelajari nilai tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakat. c.
Penerangan Sebagai media penyampai pesan kepada khalayak luas, film selalu memiliki
penjelasan tentang sesuatu hal yang belum diketahui oleh sebagian orang. Biasanya film jenis ini dikategorikan dalam film dokumenter. Banyak sekali instansi-instansi yang menggunakan film dokumenter sebagai media untuk memperkenalkan program atau produk mereka kepada masyarakat luas ataupun golongan tertentu. 21
d.
Artistik Nilai artistik tewujud karakteristikannya ditemukan pada seluruh unsurnya.
Sebuah film memang sebaiknya dinilai secara artistic bukan secara rasional. Sebab dilihat secara rasional sebuah film artistik boleh jadi menjadi tidak berharga, karena tidak memiliki maksud atau makna yang tegas, padahal keindahan itu sendiri memiliki maksud dan makna. E.3.4. Struktur Film Esensi dari struktur film terletak pada pengaturan berbagai unit cerita atau ide, sedemikian rupa sehingga bisa dipahami. Struktur yang sederhana berhubungan dengan kontinyuitas fisik yang identik dengan permulaan,pengembangan dan akhir. Seperti misalnya manusia yang berkembang dan meninggal. Pada dasarnya film dapat dibagi menjadi beberapa bagian kecil sebelum menjadi sebuah rangkaian cerita yang dapat dinikmati oleh penonton. Bagian tersebut bisa dikatakan sebagai struktur film, diataranya yakni : 1.
Shot (syut) Shot adalah bidikan atau hasil rekaman oleh kamera tv atau film. Shot dianggap sebagai unsur terkecil dalam sebuah film. Shot dapat pula dirumuskan sebagai peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa interupsi, dimulai saat tombol perekam pada kamera ditekan sampai dilepas kembali. Panjang shot tergantung pada lamanya tombol kamera direkam atau ditekan.
2.
Scene (adegan) Scene adalah rangkaian beberapa shot kamera atau film yang merupakan bagian dari suatu sikuen. Scene juga bisa diartikan sebagai rangkaian rasi shot dalam satu 22
ruang dan waktu serta mempunyai kesamaan gagasan. Karena dibatasi tempat dan waktu maka jika tempat dan waktu dirubah maka berubah pula scenenya. Scene terbentuk dari gabungan shot yang disusun secara berarti dan meninmbulkan suatu pengertian yang lebih luas tapi utuh. 3.
Sequence (urutan adegan) Sequence adalah rangkaian secara berurut, adegan-adegan hasil rekaman kamera yang telah memberikan gambaran mengenai aspek-aspek tertentu dari suatu peristiwa sebagai bagian dari cerita yang sedang digarap. Sequence terbentuk apabilah beberapa adegan disusun secara berarti dan logis.
E.4. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan berkomunikasi manusia dapat mengemukakan keinginan, gagasan, ide bahkan dalam pemenuhan segala aspek kebutuhan hidupnya manusia menyampaikan dengan cara berkomunikasi. Inti dari setiap komunikasi adalah adanya pesan yang ingin disampaikan, dalam bentuk informasi. Informasi disampaikan melalui berbagai media, baik itu cetak maupun elektronik yang merupakan bentuk dari komunikasi massa. Adapun salah satu ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa adalah pesannya yang bersifat umum, dapat diartikan bahwa pesan dalam komunikasi massa tidak hanya ditujukan kepada satu orang atau kelompok saja, tetapi disampaikan peda khalayak ramai sehingga pesannya harus bersifat umum. Menurut Severin (1977), Tan (1981), Wright (1986) komunikasi massa adalah bentuk
komunikasi
yang
merupakan
penggunaan
saluran
(media)
dalam
menghubungakan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, 23
bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. (Winarni, 2003: 5-6) Komunikasi massa menurut Dedy Mulyana (2007: 83-84) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum dan disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A Devito dalam Nurudin (2007:1112) yakni, ”First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes”. (Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa
24
barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita). Salah satu bentuk media komunikasi massa adalah film, film adalah gambar dan suara, yang terdiri dari integrasi jalinan cerita, jalinan cerita terbentuk dari menyatunya peristiwa atau adegan – scene. Dalam film terdapat urutan adegan yang didalamnya diiringi suara, baik dialog ataupun musik sehingga cerita yang ditampilkan menjadi nyata, dan penonton dapat menangkap pesan yang dibawa. Berdasarkan UndangUndang Film No.8 Tahun 1992 , film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,dana atau lainnya. Perfilman adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan , jasa teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukan, dan atau penayangan film. Sedangkan sensor film adalah penelitian dan penelitian terhadap film dan reklame film untuk menentukan dapat atau tidaknya sebuah film dipertunjukkan dan atau ditayangkan kepada umum, baik secara utuh maupun setelah peniadaan bagian gambar atau sarana tertentu. (KPI : 1992). Media komunikasi film mudah menyajikan suatu hiburan dari pada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sifatnya yang menitik beratkan pada etika dan estetika. Tujuan khalayak dalam menonton film adalah untuk mencari
25
hiburan. Namun di dalam tayangan film sendiri terkadang masih juga dijumpai fungsi informatif maupun deduksi, bahkan persuasive. Dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen unsur-unsur yang menunjang kelangsungannya, komponennya ialah: 1. Komunikator Komunikator dalam komunikasi massa pada umumnya adalah sesuatu organiasi yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar. Komunikator dalam komunikasi massa tidak atas nama individu tetapi harus melembaga. 2. Pesan Pesan komunikasi massa disampaikan secara massa. Maksudnya pesan dalam komunikasi dutujukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa komuniksi tersebut. Untuk itu karakteristik pesan dari komunikasi massa adalah bersifat umum, sehingga pesan dapat diketahui oleh setiap orang. 3. Media komunikasi massa Untuk
berlangsungnya
komunikasi
massa
diperlukan
saluran
yang
memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa yaitu sarana teknis yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran media massa ini, melihat bentuknya dapat dikelompokkan atas: a.
Media cetakan (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur dan sebagainya.
b.
Media elektronik seperti radio, televisi, film, slide, video dan lain-lain 26
4. Khalayak dalam komunikasi massa. Komunikasi massa, penerima adalah mereka yang menjadi khalayak darimedia massa yang bersangkutan. Khalayak komunikasi bersifat luas, anonim, heterogen. 5. Filter atau reguler pada komuniksi massa Pesan dari komunikasi massa yang disampaikan melalui media massa akan diterima khalayak. Filter utama yang dimiliki khalayak adalah indera (pendengar, penglihatan, perasaan, perabaan dan penciuman) yang dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu: budaya, psikolog dan fisik. 6. Penjaga gawang atau gatekeeper Dalam proses komunikasi massa, perjalanan sebuah pean dari sumber media massa kepada penerimanya melibatkan unsur yang disebut gatekeeper. Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring atau menyeleksi pesan yang diterima seseorang atau dikomunikasikan kepada khalayak. (Winarni, 2003:14-19)
F. Definisi Konseptual F.1. Propaganda Propaganda adalah sebuah cara berkomunikasi yang bisa jadi akan menjadi baik, namun juga bisa akan menjadi buruk sangat bergantung dari siapa yang menggunakan serta target apa yang sedang diraih. Ini dimungkinkan mengingat propaganda hanya sekedar cara-cara berkomunikasi dan penyebaran pesan kepada orang lain. Sedangkan cara itu akan disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan individu atau suatu kelompok masyarakat. 27
F.2. Film Film adalah gambar bergerak yang terdapat unsur audio dan visual dimana di dalamnya ditampilkan berbagai realitas kehidupan oleh karena itu film memiliki kekuatan untuk mencapai berbagai aspek kehidupan baik social, politik, agama dan budaya yang merupakan suatu bentuk komunikasi. Film yang didalamnya mengandung unsur pesan yang disampaikan oleh pembuatnya dapat berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, ataupun propaganda diterima oleh penerima dimana dalam hal ini disebut sebagai penonton. sebagai sebuah media komunikasi, penyampaian pesan-pesan dalam film mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda. Proses komunikasi dalam film tersebut melihat bahwa film termasuk dalam media komunikasi massa dan komunikasi propaganda.
G. Strutur Katagori Mengingat penelitian ini menggunakan analisis isi, maka validitas metode dan hasil-hasilnya sangat bergantung pada katagorinya. Berkaitan dengan teknik propaganda dalam film Argo, maka struktur katagori yang digunakan oleh peneliti adalah beberapa jenis teknik propaganda. Untuk memudahkan pengumpulan data, maka disepakati jika satu audio dan visual hanya akan diwakili oleh satu jenis teknik propaganda saja, karena tidak menutup kemungkinan dalam satu audio dan visual terdapat lebih dari satu jenis teknik propaganda. Peneliti hanya memakai enam teknik dari sembilan teknik propaganda yang ada. Hal ini dikarenakan peneliti dan koder hanya memili teknik yang paling kuat yang terdapat dalam film Argo untuk mewakili satu audio dan visual. Di bawah ini adalah ke-6 teknik 28
propaganda yang digunakan peneliti sebagai struktur katagori lengkap dengan indikator yang memudahkan koder mengisi lembar koding. G.1. Struktur Katagori Teknik Propaganda 1. Name Calling Propaganda dengan memberikan sebuah ide atau lebel yang buruk. Tujuannya adalah agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya atau memeriksanya terlebih dahulu. Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat, a. Mengandung ejekan atau umpatan kepada pihak lain b. Bermuatan SARA dan menambahkan konotasi buruk dan negatif. Contohnya penyebutan kata “Argo terkutuklah kau”, “pemerinta Amerika melihat bahwa revolusi adalah terrorisme, tapi Amerika dan CIA adalah organisasi teroris terkejam sepanjang masa”. 2. Glittering Generality Mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat, a. Memakai kata-kata pengandaian atau berlebihan, termasuk pengandaian agama dan tuhan. b. Menggunakan kata asosiasi atau muluk agar khalayak bisa langsung menerima.
29
Contohnya penyebutan kata “kau tau saudariku, mereka yang bersama Rasul Allah sayang pada golongan kita. Namun tegas terhadap orang kafir”. 3. Testimonial (pengutipan) Propaganda yang berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa ide atau program atau produk adalah baik atau buruk. Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat, a. Mengandung pernyataan dari pihak yang berwenang, atau pengaruh agar idenya disetujui, misalkan pernyataan pejabat. Contohnya pernyataan perdana mentri Iran “Amerika tidak akan mentolerir terrorisme internasional dan pemerasan”. 4. Card Stacking Seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuhan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat, a. Mengandung pernyataan yang memojokan pihak lain. b. Terdapat kata-kata yang mendukung pernyataan tertentu beserta bukti. Contohnya “pak, pembebasan sandera seperti aborsi, kamu tidak perlukan seseorang, tetapi kalau kamu mau melakukannya, kamu tidak bisa melakukannya sendiri”. 5. Reputable Mounthpiece Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. 30
Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat, a. Mengandung kata-kata berisi sanjungan kepada pihak lain agar dirinya aman. b. Mengandung kata-kata yang menyanjung pihak lain supaya pihak lain tersebut senang. Contohnya penyebutan kata “laster, kamu bekerja sangat larut, kamu punya stamina, aku ingin seperti kamu laster”. 6. Using All Forms of Persuations Teknik ini dilakukan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan dan iming-iming. Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat, a. Mengandung kata-kata yang berisi rayuan, iming-iming dan ajakan Contohnya adalah “ini yang akan aku lakukan, aku akan keluarkan mereka dan aku tidak akan meninggalkan siapapun juga. Kalian bermain bersamaku hari ini, aku berjanji akan mengeluarkan kalian besok”. Peneliti menggunakan teknik propaganda menurut Nurudin (2001: 29-34).
H. Metode Penelitian H.1. Metode Analisis Isi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Metode analisis isi merupakan metode penelitian dari analisis komunikasi yang dilakukan dengan tujuan mengukur beberapa variable yang ada dan dilakukan secara sistematik dan obyektif. 31
Analisis isi bersifat kuantitatif. Dengan menggunakan perangkat statistik sebagai alat analisis, hal ini dapat mempermudah peneliti membuat kesimpulan secara ringkas dan obyektif. Oleh karena itu, dalam analisis isi, kuantifikasi menjadi penting untuk mempermudah peneliti dalam mempresentasikan konsep-konsep secara akurat agar memperoleh hasil yang maksimal dalam menguraikan isi teknik propaganda dalam film Argo berdasarkan katagori yang ada. H.2. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2007:69). Deskriptif kuantitatif mempunyai perspektif yang dibentuk oleh peneliti dengan menetapkan sejumlah katagori beserta indikatornya yang digunakan untuk mencari data. Sedangkan riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan
atau
menjelaskan
suatu
masalah
yang
hasilnya
dapat
digeneralisasikan (Kriyantono, 2007:57). H.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah film berjudul Argo berdurasi 7132 detik yang diproduksi oleh Warner Bros Pictures dan GK Film dan disutradarai oleh Ben Affleck dengan mengangkat kisah nyata kecerdikan agen CIA dalam misi penyelamatan enam diplomat di Teheran, Iran, selama terjadinya krisis sandera Iran 1979 dengan unit analisis setiap scene yang terdapat unsur audio dan visual yang hanya mengandung unsur teknik propaganda. Ruang lingkup ini bertujuan membatasi 32
obyek penelitian yang akan diteliti dan mempermudah dalam pengelompokan katagori. H.4. Unit Analisis Dan Satuan Ukur H.4.1. Unit Analisis Penelitian ini diarahkan pada durasi perdetik dari setiap scene, yang berupa dialog, voice over, monolog, overlapping dialog dan adegan yang mengunakan teknik propaganda . Selanjutnya dari dua aspek ini dipergunakan sebagai unit analisis dalam penelitian yang mengandung teknik propaganda baik itu berupa “name calling, glittering generality, testimonial, card stacking, reputable mounthpiece dan using all forms of persuation”. Dalam hal ini penelitian dapat difokuskan pada unsur-unsur pada setiap indikator yang berupa tindakan atau perbuatan (purpose action). Tata cara penelitian ini juga menggunakan unit analisis sintaksis yang berupa kata atau simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau simbol itu (Kriyantono, 2007:233). Sehingga dalam penelitian analisis isi ini peneliti menggunakan unit analisis sebagai berikut: a. Unit analisis dialog yaitu segala bentuk kata yang mengandung teknik propaganda yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan karakter dalam cerita film. b. Unit analisis visual yaitu keseluruhan gambar dan akting dari para pemain yang mengandung teknik propaganda.
33
H.4.2. Satuan Ukur Satuan ukur dari penelitian ini adalah durasi perdetik frekuensi kemunculan unsur audio dan visual yang memakai teknik propaganda dari katagori yang terdapat dalam setiap scene film Argo karya Ben Affleck.
H.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik penggumpulan data dalam penelitian ini diproleh dengan dua cara yang meliputi telaah dokumen, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer diperoleh melalui VCD yang sudah ada, yaitu dengan cara pengamatan secara langsung, mencatat dan menganalisa setiap dialog dan narasi yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Dan juga mencatat teknik propaganda yang mungkin terdapat dalam adegan tersebut. 2. Data sekunder diperoleh melalui literatur untuk menunjang tinjauan teoritis dan internet guna mendapatkan informasi mengenai profil produsen film yang diteliti.
H.6. Teknik Pengolahan Data Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan data dalam penelitihan ini adalah melihat dan mengamati film Argo karya Ben Affleck untuk memperoleh data berupa audio dan visual yang terdapat pada setiap scene yang memakai teknik propaganda. Kemudian data dimasukan kedalam katagorisasi teknik propaganda. 34
Selanjutnya untuk mempermudah pengkatagorisasian, maka dibuat lembar koding perkatagori seperti contoh di bawah, kemudian dari data-data di atas dilakukan analisa deskriptif, dimana peneliti memberikan penjelasan deskriptif mengenai pemakaian teknik propaganda dalam film Argo.
Tabel 1.1 Lembar Coding Teknik Propaganda No.
Scene
NC 1
GG 2
1
TM 2
1
CS 2
1
RM 2
1
UP 2
1
2
Keterangan : Audio dan visual dikatagorikan dalam: NC. Name Calling GG. Gliterring Generalities
35
TM. Testimonial CS. Card Stacking RM. Reputable Mounthpiece UP. Using All Forms Of Persuation 1. Audio 2. Visual
I. Uji Reliabilitas Untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dilakukan uji reliabilitas terhadap katagorisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu peneliti meminta bantuan koder dalam melakukan uji reliabilitas tersebut. Teknisnya, peneliti menunjuk orang lain (dalam yang kemudian orang ini disebut sebagai koder) untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti, yaitu mengamati dan memasukkan data berupa scene kedalam katagori yang telah ditetapkan. Orang yang ditunjuk untuk menjadi koder harus mengerti konsep-konsep peneliti dalam membuat katagorisasi, atau paling tidak peneliti telah memberi penjelasan kepada koder yang dipili mengenai katagorisasi yang telah ditetapkan. Dari hasil reliabilitas ini akan diketahui beberapa yang disetujui dan yang didapat oleh peneliti dan koder. Hasil pengkodingan ini dihitung dengan rumus Oleh R. Holsty (Kriyantono, 2006:234-235) sebagai berikut: 36
2M CR = N1 + N2
Keterangan: CR
: Coenficient Reliability
M
: Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan periset
N1, N2
: Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset
Dari hasil Coenficient Reliability, Observed Agrement (persetujuan yang diperoleh dari penelitian), kemudian untuk memperkuat hasil uji reliabilitas, tentunya dengan persetujuan koder, hasil yang diperoleh dari rumus di atas kemudian dihitung kembali dengan menggunakan rumus Scoot, sebagai berikut:
(% Observed Agreement - % Expected Agreement) Pi = (1 - % Expected Agreement) Keterangan: pi : Nilai Keterhandalan Observed Agreement
: Prosentase Persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antar pengkode (nilai CR).
Expected Agreement
: Prosentase persetujuan yang diharapkan 37
Tingkat kesepakatan atau ambang penerimaan yang dipakai untuk uji reliabilitas katagorisasi adalah 0,75. Jika persetujuan antar pengkoding mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan reliabel.
38