BAGIAN 2 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Pada bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam hal yang berkaitan dengan desain komunikasi visual, yaitu meliputi; 1. Ruang lingkup desain komunikasi visual, 2. konsep teori dan pengertian tentang Corporate Identiy, 3. Teori dan konsep dasar tentang sistem identitas dan aplikasinya. A. Ruang Lingkup Media Desain Komunikasi Visual 1. Berdasarkan Konsep Komunikasi a. Pengertian Desain Komunikasi Visual “Desain
komunikasi
visual
merupakan
sebuah
karya
desain
yang
mengkomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual” (Cenadi, 1999:3). Sedangkan Handrawati dan Ardjaka, (1991:38) menjelaskan “Desain komunikasi visual merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan media komunikasi (terutama media komunikasi visual)” dan media komunikasi visual tersebut haruslah memuat segala macam informasi yang akan disampaikan kepada komunikan dalam hal ini masyarakat umum sebagai konsumen dan target audien. Pada prinsipnya desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai macam bentuk media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual. Oleh karenanya dari hasil karya desain komunikasi visual tersebut, secara visual (kasat mata) diharapkan target audience (kalayak sasaran) dapat memberikan respon yang positif pada tampilan visual dari karya tersebut, untuk itu sebuah karya desain komunikasi visual haruslah komunikatif, dapat dilihat dan dibaca, dikenal dan dimengerti oleh target audien. Selanjutnya Cenadi (1999:4) juga menjelaskan, dalam perkembangannya selama beberapa tahun terakhir desain komunikasi visual mempunyai tiga fungsi dasar yang 12
13
paling utama yaitu: “(1) sebagai sarana identifikasi; (2) sebagai sarana informasi dan instruksi; serta (3) sebagai sarana presentasi dan promosi”. 1. Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Identifikasi Sebagai sarana identifikasi, desain komunikasi visual bertujuan untuk memberi identitas pada perorangan, produk maupun perusahaan sehingga mampu menjawab pertanyaan tentang apa, siapa, dimana, dan bagaimana hal yang dimaksudkan tersebut. Identitas dapat mencerminkan kualitas ataupun karakteristik dari yang mempunyai. Sebagai contoh adalah penggunaan logo atau corporate identity yang dipergunakan untuk membedakan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. 2. Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Informasi dan Instruksi Sebagai sebuah sarana informasi dan instruksi karya Desain Komunikasi Visual (DKV) dalam hal ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara suatu hal yang ada dengan hal yang lainnya, yang fungsi akhirnya berkaitan dengan petunjuk, arah, posisi, dan skala, contoh: peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi yang disampaikan akan sangat berguna jika dikomunikasikan kepada orang dalam waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti dan dipresentasikan secara logis dan konsisten, mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga karya desain komunikasi visual tersebut nantinya bersifat universal (dapat dimengerti oleh semua orang). 3. Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Presentasi dan Promosi Sebagai bagian dari sarana presentasi dan promosi karya desain komunikasi visual lebih bertujuan sebagai penyampai pesan. Dimana pesan tersebut haruslah diolah sehingga mendapat perhatian dari mata (secara visual) dan akan membuat pesan tersebut dapat diingat selama mungkin. Oleh karenanya tampilan visual yang digunakan harus bersifat persuasif dan menarik. Contohnya adalah poster, brosur, billboard dan lainlain. Dalam media tersebut perlu adanya pembatasan gambar dan tulisan, teks yang ada harus mempunyai satu makna dan mengesankan. Tujuan akhir daripada karya ini
14
adalah untuk merangsang sasaran yaitu konsumen agar melakukan pembelian terhadap produk yang diiklankan. 2. Konsep teori Pendukung pengertian desain komunikasi visual. A. Corporate Identity 1. Pengertian Corporate Identity Corporate Identity (CI) adalah identitas ‘brand’ perusahaan, terdiri dari identitas visual (seperti nama, merek dagang, tipografi, warna, dsb) dan identitas verbal (seperti slogan, tagline, ucapan salam, dsb). Tujuan utama dari adanya Corporate Identity (CI) adalah agar perusahaan mudah dikenali oleh semua pihak. Selain digunakan untuk membedakan identitas perusahaan yang satu dengan identitas perusahaan lainnya, CI juga digunakan sebagai sarana untuk memahami makna sebuah perusahaan (Wiryawan, 2008: 50).
2. Corporate identity yang Efektif Sebuah Corporate Identity (CI) yang efektif harus memiliki karakter-karakter sebagai berikut: a. Simbolisme yang sederhana tetapi mengena. Kesederhanaan adalah dasar utama dari kombinasi identitas brand-packagesymbol yang baik (Napoles, 1988:23). Semakin jelas suatu simbol dari perusahaan, maka akan semakin jelas pula pesan yang hendak disampaikan.
15
b. Mempunyai pemicu visual yang kuat. Sebuah simbol yang efektif harus mampu memicu respon terhadap suatu produk atau perusahaan. c. Identitas sebagai alat promosi pemasaran. CI adalah alat promosi yang sangat efektif dan aktif. Walaupun kampanye iklan suatu produk dari sebuah perusahaan telah berakhir, tetapi identitasnya perusahaan tersebut akan tetap dipakai sampai bertahun-tahun. d. CI harus dapat diingat dan mengesankan. Sebuah CI yang baik mempunyai dua sifat: mengusulkan (suggestiveness) dan mengingatkan (recall). Apabila konsumen ingin membeli suatu produk, maka ia akan teringat nama suatu perusahaan yang memproduksinya, hal ini disebut mengusulkan (suggestion). Sedangkan apabila konsumen kemudian datang lagi untuk membeli produk yang sama maka konsumen tersebut akan menghubungkan kembali dengan produsennya, maka ini disebut mengingatkan (recall). 3. Fungsi CI Selain berfungsi sebagai identitas perusahaan, CI juga mempunyai fungsi-fungsi antara lain: a. Sebagai alat yang menyatukan strategi perusahaan. Sebuah CI yang baik harus sejalan dengan rencana perusahaan tersebut, bagaimana keadaan perusahaan itu sekarang dan bagaimana pula keadaan di masa yang akan datang. Selain itu CI juga harus dapat dengan tepat mencerminkan citra perusahaan, yaitu melalui produk dan jasanya. b. Sebagai pemacu sistem operasional suatu perusahaan. Hal yang utama yang harus diperhatikan dalam merancang CI adalah bagaimana identitas dari perusahaan tersebut ingin dilihat oleh publik. Permasalahan ini secara tidak langsung akan membuat personil-personil perusahaan tersebut berfikir dan mengevaluasi sistem operasional yang telah mereka jalankan selama ini. Dari hal itulah akan dapat ditemukan kelemahan atau kesalahan yang selama ini mereka lakukan, sehingga nantinya akan tercipta tujuan perusahaan yang lebih baik dari sebelumnya.
16
c. Sebagai pendiri jaringan network yang baik. Sebuah perusahaan yang bercitra positif, stabil, dapat dipercaya dan diandalkan akan menarik perhatian para investor untuk menanamkan modal dalam perusahaan tersebut. Sehingga permasalahan networking yang baik akan sangat berpengaruh pada citra perusahaan. d. Sebagai alat jual dan promosi. Perusahaan dengan citra yang positif berpeluang besar untuk mengembangkan sayapnya dan memperkenalkan produk atau jasa baru. Konsumen yang telah lama memakai produk dari perusahaan tersebut akan dengan setia terus memakai produk itu. Mereka akan lebih menerima karena telah membuktikan sendiri bahwa produk yang diproduksi oleh perusahaan tersebut benar-benar cocok untuk mereka (Cenadi, http://puslit.petra.ac.id/ journals/design/, 10 Desember 2009). 4. Elemen pendukung CI Dalam perancangan CI diperlukan adanya elemen pendung untuk melengkapi CI tersebut. Elemen pendukung CI yaitu Logo, Layout, Warna, Tagline, Tipografi, Elemen Pendukung (Visual Recognition). Pembentuk CI yang terpenting adalah logo perusahaan. Logo perusahaan dapat berupa logo/logograph/logogram (picture mark dan dapat juga berupa logotype (word mark). Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter dari suatu lembaga, perusahaan maupun organisasi. Logotype atau tanda kata (word mark) merupakan nama lembaga, perusahaan, atau produk yang tampil dalam bentuk tulisan yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara komersial (Kusrianto, 2007 : 232). a. Logo yang baik Logo yang baik adalah yang mampu mencerminkan jenis usaha yang dikelola pemilik logo tersebut berdasarkan symbol-symbol grafis yang dikenal oleh publik,
17
mampu membangun spirit atau sugesti positif secara internal di antara komponen yang ada di dalam perusahaan. Logo yang berhasil adalah logo yang tidak berdiri sendiri. Selain dengan logo, citra atau produk sebuah perusahaan harus didukung dengan usaha lain untuk mendapatkan respon yang mendalam dari pandangan khalayak konsumen. Pertimbangan-pertimbangan tentang logo yang baik itu harus mencakup beberapa hal sebagai berikut (The Big Book of logo jilid 1, 2, dan 3 dari Amerika, David E. Carter): 1) Original dan Destincsitive Memiliki nilai kekhususan, keunikan, dan daya pembeda yang jelas. 2) Legible Memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda. 3) Simple atau sederhana Di era komputer dan internet muncul kecenderungan untuk menampilkan logo atau logotype dalam bentuk icon. Pada periode ini, dituntut kesederhanaan bentuk logo agar khalayak lebih cepat menerima dan mengingatnya. Alasan tersebut cukup logis karena kini orang cenderung menerima terlalu banyak informasi sehingga memorinya harus menyaring mana yang mudah disimpan dalam waktu yang lebih lama. 4) Memorable Sebuah logo haruslah cukup mudah untuk diingat, baik karena keunikannya ataupun hal lainnya, bahkan harusnya dalam kurun waktu yang cukup lama. 5) Easily associated with the company Sebuah logo logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra dari perusahaan atau organisasi yang mempunyai logo ersebut. 6) Easily adaptable for all graphic media Faktor kemudahan mengaplikasikan logo baik yang menyangkut bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.
18
b. Logo Sesuai Unsur Pembentuknya Berdasarkan unsur pembentuknya logo dapat di golongkan menjadi 4 kelompok. Hal ini bukanlah sebagai suatu batasan dalam pembuatan desainnya tetapi dari ke-4nya dapat digabungkan sehingga mengandung unsur campuran. 1) Logo Alphabetical 2) Logo benda kongkret 3) Logo Abstrak, Poligon, Spiral, dan sebagainya 4) Logo Simbol, Nomor, dan Elemen 5. CI Yang Baik Sebuah CI bentuknya harus konsisten setiap dilihat oleh audience, CI yang baik juga harus sesuai dan menyatu dengan strategi yang dirancang oleh perusahaan dan berfungsi maksimal sesuai dengan fungsi-fungsi CI. 6. Aplikasi CI pada berbagai media Tahap terakhir dari proses desain CI adalah aplikasi. Dalam tahap ini seorang desainer harus mengetahui media apa yang paling efektif yang dipakai sebagai media aplikasi dari logo tersebut; apakah itu berupa business stationery, catalog, daftar harga, gedung perusahaan, bahkan kendaraan perusahaan dsb. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menciptakan suatu sistem komunikasi visual yang efektif dan menyatu. Dalam proses pembuatan berkonsultasi dengan klien sangatlah penting, karena klien-lah yang selama ini berurusan menjalankan perusahaan, dan yang paling banyak tahu tentang segala hal terutama mengenai kebutuhan perusahaan tersebut. Panduan aplikasi dari penerapan CI yang berupa logo semua harus dibukukan dalam satu panduan aplikasi yang dinamakan buku GSM (Guide Standart Manual) Book, buku ini memuat aturan-aturan tentang bagaimana bentuk, ukuran, warna dan segala hal yang berkaitan dengan logo serta aplikasinya.
19
Berikut adalah sebagian kecil dari GSM Book: 1. Bentuk Logo
2. Pedoman Spasi Logo
3. Pembuatan dan penggunaan Logo yang salah
20
B. Sistem Identitas Tahap penilaian manusia terhadap identitas perusahaan atau disebut identity mix, terdiri dari: 1. Visual. Contohnya: Logo, tipografi, warna, packaging, seragam, signage, bangunan. 2. Komunikasi. Contohnya: iklan, laporan tahunan, press release, customer service, public relation. 3. Perilaku (behavior). Contoh: corporate value, corporate culture, norma Identitas yang ditampilkan dengan konsisten akan memberi gambaran pada publik bahwa entitas tersebut konsekuen dan profesional. Dari situ diharapkan meningkatkan brand awareness dan brand image positif di benak masyarakat. Inilah tujuan identitas. 1. Identitas Visual a. Nama Semua atribut identitas lainnya seperti logo, tipografi, warna, images, dan lainlain dibangun dengan berpijak pada nama. Oleh karena sangat pentingnya, pencarian dan pemilihan nama membutuhkan proses yang tidak mudah. Sebelum menentukan nama, terlebih dahulu perlu ditentukan skenario “brand architecture”nya, karena hal itu memperngaruhi konstruksi penamaan dan identitas visual. Jenis-jenis nama: - Founder. Mengunakan nama pendiri organisasi, penemu/pembuat produk. Contoh: Nyonya Meneer, Ciputra, Kentucky Fried Chicken.
- Descriptive. Menggambarkan bidang usahanya, produk/jasa yang ditawarkan. Contoh: Aqua, Optik Tunggal.
21
- Fabricated. Nama yang sepenuhnya diciptakan dan tidak memiliki arti tertentu. Contoh: Kodak, xerox.
- Metaphor. Diambil dari benda, tempat, orang, hewan, tumbuhan, proses, tokoh, mitologi, bahasa asing. Nama yang doanggap mewakili kualitas perusahaan. Contoh : Oracle, Nike.
- Acronym/singkatan. Contoh: IBM, VW, dll.
22
- Freestanding. Namanya tidak berhubungan dengan produk/jasanya. Contoh : Gudang garam, Kecap Bango.
- Associative. Menggambarkan aspek atau manfaat produk/jasa. Contoh : Segar Dingin, Healthy Choice, Head & Shoulde.
- Combination. Gabungan beberapa poin di atas.Contoh : Citibank, FedEx
Beberapa pertimbangan dalam menentukan nama: 1) Bahasa Indonesia atau bahasa asing? Apakah di daerah/negara tertentu ada perbedaan nama? Perbedaan penulisan ata penyebutan? 2) Unik, orisinil, dan tidak generik. Jelas perbedaannya dengan brand lain 3) Singkat. Mudah ditulis dan diucapkan. 4) Tidak mirip kata lain baik bila ditulis maupun diucapkan. Sehingga tidak menimbulkan salah pengertian. 5) Tidak mengandung konotasi negatif, baik bila ditulis maupun diucapkan 6) Fleksibel. Berorientasi pada masa depan, selalu up to date dan tidak ketinggalan jaman, tetap sesuai trend dan budaya.
23
7) Tetap jelas dan menarik bila divisualkan dalam bentuk logo atau digabungkan dengan bentuk visual lainnya. b. Logo Identitas visual membantu membuat perusahaan lebih manusiawi, dengan memberinya ‘wajah’ dan kepribadian dalam bentuk sebuah logo. Logo merupakan atribut paling utama yang terlihat secara fisik. Melalui logo tergambar semua atribut non fisik lainnya sebagai jiwa dari entitas tersebut, yaitu: visi, misi, corporate value, corporate culture, dan seluruh kepribadiannya. Tipe-tipe logo ternyata membantu para calon pekerja untuk mengidentifikasi karakter perusahaan yang akan mereka masuki. Karena setiap perusahaan membutuhkan pegawai yang paling berkualitas, maka merekapun bersaing untuk menciptakan logo yang dapat mengesankan bahwa merka adalah calon majikan terbaik bagi pelamar yang paling potensial. Logo yang baik memiliki ciri-ciri: 1) Disticntive, unik, tidak menyamai logo lainnya 2) Artistik 3) Menimbulkan respon positif 4) Menghindari pengertian negatif 5) Long lasting (mampu eksis paling tidak 10-15 tahun) 6) Simpel, dapat dibuat dalam berbagai ukuran mulai dari beberapa milimeter sampai ukuran billboard besar/neon sign. 7) Menjawab pertanyaan tentang strategi rencana bisnis 8) Memiliki arti/menyampaikan informasi sebagai pesan 9) Legible (kemampuan untuk mudah dibaca/dikenali) 10) Mudah diingat 11) Indah diingat 12) Cocok dengan produk/jasa 13) Menunjukkan kenyataan 14) Membangun identitasluas
24
15) Fleksibel untuk penerapan sekarang atau masa depan 16) Efektif untuk tampilan hitam putih sebaik tampilan warna 17) Mudah diterapkan dimanapun (di laser, layar bergerak, cetak dot matrix) 18) Fleksibel untuk elemen estetis pada taman, pemandangan, eksterior sebaik didalam ruangan 19) Dapat dibuat animasi, untuk iklan televisi 20) Dapat diterjemahkan pada bahasa dan budaya lain dengan baik 21) Original Hal yang perlu diperhatikan dalam logo adalah: 1) Anatomi Logo Mengetahui anatomi dan jenis logo akan mempermudah dalam menentukan logo yang akan dibuat dan jenis mana yang paling mewakili kepribadian entitasnya. Perbedaan pemahaman dalam anatomi logo yang disebabkan oleh perluasan istilah, dapat mengakibatkan kesalahan-pahaman bahkan di kalangan desainer sendiri.
25
Logo jaman sekarang dan di masa depan, semakin lama semakin jauh dari sifat konvensional. Tidak ada istilah yang paling sempurna yang dapat mewakili anatomi dari jutaan logo dengan bentuk yang berbagai macam itu. Namun istilah yang digunakan dalam ‘Taxonomy of trade marks’ karya Per Mellerup: picture mark dan letter mark, kiranya cukup memadai untuk menyebut elemen gambar dan elemen tulisan dalam sebuah logo. 2) Klasifikasi Bentuk Apapun cara dan bentuk pengkategorian logo, untuk mudahnya perlu diketahui dua hal sederhana dan mendasar berikut ini: a) Dilihat dari segi konstruksinya, logo pada umumnya terbagi menjadi tiga jenis yaitu: - Picture mark dan lettermark (elemen gambar dan tulisan saling terpisah). - Picture mark sekaligus lettermark (bisa disebut gambar, bisa juga disebut tulisan/ saling berbaur). - Lettermark saja (elemen tulisan saja). b) Bentuk dasar logo apapun, semua dibentuk dari basic shapes/primitive shapes atau ‘bentuk-bentuk dasar’ (Basic shapes sendiri dibentuk dari poin dan garis). Kemudian beberapa basic shapes, apabila saling bergabung dapat membentuk dua jenis objek yang lebih kompleks yang kita kenal dengan gambar dan huruf (pada logo disebut picture mark dan letter mark). Berikut beberapa pertimbangan dalam merencanakan logo yaitu kapan memilih logo dengan gambar saja, atau logo dengan tulisan saja. a. Pilih tulisan (typographic logo) apabila: - Memiliki nama yang sudah baik, unik, dan berbeda, atau namanya sudah populer di masyarakat. - Ingin membuat orang (konsumen) lebih fokus pada namanya saja (dikenal lewat namanya saja). - Ingin membuat orang (konsumen) lebih jelas menangkap hubungan antara sub brand dengan master brand-nya.
26
b. Pilih gambar (logo dengan picture mark) apabila: - Apabila memiliki nama yang terlalu generik, banyak yang memakai nama itu atau mempunyai kemiripan dengan perusahaan lain (tidak unik). - Namanya terlalu panjang, atau susah diterjemahkan dengan pas kedalam bahasa lain. - Namanya kurang menggambarkan brand personality-nya, sehingga dibutuhkan gambar untuk lebih memperjelas personality entitasnya. - Ingin menerapkan gambarnya pada media tertentu, yang sekaligus memiliki fungsi estetika. Contohnya picture mark nike (tanpa letter mark) yang diterapkan pada produk-produk sepatunya. 2. Penerapan identitas Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa identitas yang ditampilkan dengan konsisten akan memberi gambaran pada publik bahwa entitas tersebut konsekuen dan profesional. Karena itu perlu kiranya kita memegang prinsip unity dalam menerapkan identitas ke seluruh media aplikasi. Media-media apa saja yang dibutuhkan, sangat tergantung dari bidang usahanya. Berikut contoh media-media yang umumnya digunakan dalam penerapan identitas visual sebuah perusahaan: 1) Pedoman identitas: pedoman identitas (buku & electronic format), electronic templates. 2) Stationary/administratif: kartu nama, kertas surat, amplop, amplop besar, purchase order (PO), kuitansi, surat jalan, tanda terima, notepads, binder, label, stiker, nametag, tanda pengenal. 3) Marketing sales: company profile, katalog produk, brosur, poster, flier, directmail, email, banner, billboard, iklan koran, iklan majalah, iklan TV, slide presentasi, video presentasi 4) Websites: internet, intranet, extranet. 5) Humas & internal: newsletter, news release, press kit folder, annual. 6) Facilities signs: exterior (dinding toko/gedung), pintu masuk, interior penunjuk arah. 7) Product packaging: Inner pack, bag, display box.
27
8) Kendaraan: mobil staf, mobil boks, truk pengangkut barang. 9) Pakaian seragam: seragam kerja buruh, karyawan kantor, marketing. 10) Gift: internal (topi, kaos, dasi, pin), external (pen, payung, flashdisk). 3. Pedoman Sistem Identitas Pedoman sistem identitas adalah pegangan perusahaan atau entitas dalam menerapkan konsistensi identitas. Namun selain fungsi tersebut, juga memiliki peran yang lebih mendasar sebagai alat yang memvisualkan citra perusahaan sebagai citra bersama (seluruh personil) dalam satu entitas yang utuh. Tanpa pedoman ini, sulit untuk menerapkan dan mengontrol konsistensi identitas perusahaan. Dengan adanya pedoman ini bisa elemen perusahaan memberikan pengarahan yang tepat pada percetakan untuk mendapatkan desain yang baik dan konsisten. Selain itu pedoman sistem identitas juga memiliki fungsi untuk mengecek dan mengukur keaslian sebuah identitas, untuk menghindarinya dari pembajakan. Berikut ini spesifikasi penggunaan/penerapan sistem identitas yang pada umumnya berisi antara lain: a. Pembukaan. Berisi kata pengantar dari pimpinan perusahaan, menerangkan tujuan dari pedoman tersebut, dan bagaimana memanfaatkannya. b. Logo. Logo sebagai atribut utama identitas diterangkan disini termasuk konstruksi bentuk dan hubungannya dengan elemen lainnya. c. Warna. Sistem warna yang digunakan perusahaan, alternatif warna dalam kondisi tertentu, dan informasi kode warna untuk pencetakan, screen, dan media online. d. Tipografi. Type family (huruf dalam satu keluarga huruf) yang digunakan, alternatif huruf untuk berbagai media. e. Elemen Lainnya. Fotografi, ilustrasi, maupun elemen-elemen visual lain yang membawa satu nuansa brand f. Layout. Ketentuan mengenai penyusunan berbagai elemen dalam satu komposisi layout.
28
g. Penerapan identitas. Penerapan identitas pada berbagai media aplikasi yang digunakan perusahaan. h. Incorect Use. Penerapan yang salah dari seluruh poin diatas disertai dengan contoh kasusnya. 4. Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran umumnya dilihat sebagai tugas menciptakan, mempromosikan, serta menyerahkan barang dan jasa ke konsumen dan dunia bisnis. Banyak bentuk yang menjadikan pemasaran menjadi efektif, yakni enterpreneurial, terformulasi atau interpreneurial. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikir, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Para pemasar harus memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan pasar sasaran. Sehingga akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran. Pemasaran hubungan mempunyai sasaran membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan agar memperoleh dan mempertahankan preferensi dan bisnis jangka panjang mereka. Hasil terakhir dari pemasaran hubungan adalah pembentukan aset yang unik yang disebut jaringan pemasaran. 1. Kepuasan Pelanggan Merupakan perasaan senang atau kecewa dari konsumen yang muncul setelah membandingkan antara persepsi dan kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannnya. Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Kepuasan atau kesenangan yang tinggi menciptakan kelekatan emosional terhadap merek tertentu, kepuasan yang tinggi menjadikan perusahaan bertujuan mencapai kepuasan konsumen. Serta hasilnya adalah kesetiaan yang tinggi. Kunci untuk menghasilkan kesetiaan konsumen adalah memberikan nilai konsumen yang tinggi. Pelanggan yang merasa puas akan bertindak sebagai berikut:
29
1. Tetap setia lebih lama. 2. Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbarui produk yang sudah ada. 3. Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan produk-produknya. 4. Memberi lebih sedikit perhatian pada pesaing serta kurang peka terhadap harga. 5. Menawarkan gagasan jasa atau produk kepada perusahaan 6. Biaya untuk pelayanan lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan pelanggan baru karena transaksi yang sudah rutin. Perusahaan yang berusaha untuk meningkatkan laba dan penjualan mereka harus menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk mencari pelanggan baru. Pemerolehan pelanggan menuntut keterampilan yang cukup dalam pengumpulan petunjuk, pengklasifikasian petunjuk, dan pengkonversian pelanggan. Mutu adalah keseluruhan ciri sifat produk atau pelayanan yang mempengaruhi kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan. Perusahaan kini tidak mempunyai pilihan selain mengimplementasikan program manajemen mutu total jika mereka ingin mempertahankan solvabilitas dan profitabilitas. Mutu total adalah kunci untuk penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan. 5. Peranan Identitas Visual dalam Penerapan Sehari-hari 1. Sign a. Pengertian tanda (sign) Dalam ilmu semiotic, Sign atau tanda adalah satu konsep sentral dalam ilmu semiologi. Menurut Saussure, sebuah tanda adalah satu “Kombinasi dari sebuah konsep dan suara image”. Dalam buku Handbook of Semiotics, Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa dalam sebuah sign terdapat dua aspek yaitu penanda yang disebut sebagai signifier (sound image) dan aspek kedua disebut petanda atau konsep atau signified. Aspek penanda adalah bentuk atau wujud yang secara fisik dapat kita tangkap melalui panca indra seperti suara, gambar, dan tulisan. Sedangkan petanda adalah maksud atau gagasan yang menyertai penanda. Apabila kedua aspek ini ada maka sebuah sign dapat memiliki kedalaman makna.
30
Menurut pandangan Charles Sanders Pierce seorang bapak Semiotika Modern (1839-1914), tanda dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu: Icon, index, dan simbol (Umar Hadi, 1984:4). 1) Icon Tanda yang diartikan menurut hubungan kemiripan antara tanda tersebut dengan yang diwakilinya. Misalnya sebuah gambar wajah seseorang atau lukisan suatu pemandangan alam, gambar disini berperan sebagai media pengganti (wakil) dari obyek yang tidak hadir. 2) Index Tanda yang diartikan menurut hubungan keterkaitan, bisa juga sebab akibat atau dapat pula dikatakan bahwa tanda sebagai bukti atas sesuatu. 3) Simbol Tanda diartikan menurut kesepakatan atau konvensi yang dibentuk secara bersama-sama dimana simbol itu berlaku. Bendera suatu Negara pada dasarnya adalah simbol yang disepakati oleh seluruh masyarakat Negara tersebut. b. Proses pengartian tanda atau gambar Konsep analisis ini menggunakan segi tiga CS Peirce (1931-58) dan Ogden & Richards (1923) mengemukakan model pemaknaan dengan bentuk segi tiga yang memperlihatkan hubungan antara sign, the user, dan external reality. Peirce, sebagai tokoh yang saat ini dikenal sebagai pendiri American tradition of Semiotics, menjelaskan modelnya sebagai berikut: "A sign is something which stands to somebody for something in some respect or capacity. It addresses somebody, that is, creates in the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The sign which it creates I call the interpretant of the first sign. The sign singkatan something, its object. "Tanda adalah sesuatu yang berdiri kepada seseorang untuk sesuatu berkenaan beberapa atau kapasitas. Ia fokus pada seseorang, yang menciptakan dalam pikiran orang bahwa tanda-tanda yang setara, atau mungkin pertanda lebih maju. Tanda yang menciptakan saya sebut sebagai penafsir tanda yang pertama. Tanda berarti untuk sesuatu, objek" (Dalam Chandler, 2007).
31
sign
interpretant
object
Selanjutnya Chandler (2007) juga mengemukakan bahwa analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang ada pada sesuatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Model Peirce memperlihatkan segi tiga yang masing-masing titik dihubungkan oleh garis dengan dua arah, yang artinya setiap istilah (syarat) dapat dipahami hanya dalam hubungan satu dengan yang lain. A sign mengacu kepada sesuatu di luar dirinya (something other than itself) -the object, dan dipahami oleh seseorang: yaitu, ia memiliki efek di dalam benak atau pikiran (mind) pengguna (user) - the interpretant. Kita harus melihat bahwa the interpretant bukanlah pengguna the sign itu, melainkan Peirce menyebutnya 'yang lain (elsewhere) dengan efek tepat berarti': itulah yang disebut suatu konsep mental yang dihasilkan oleh kedua titik lain dalam segi tiga (the signs and by the user 's experience of the object). Contoh: the interpretant dari kata (sign) SCHOOL dalam satu konteks akan menghasilkan pengalaman pengguna dari kata itu, dan pengalaman mereka (muridmurid) di lembaga yang disebut 'sekolah'- the object. Tampilan iklan di televisi selalu melibatkan tanda dan kode. Setiap bagian iklan pun menjadi "tanda" atau signs, yang secara mendasar berarti sesuatu yang menghasilkan makna (Thwaites et al., 2002: 9). Tanda berfungsi mengartikan atau mewakili (menggambarkan) set konsep, ide-ide atau perasaan sedemikian rupa yang memungkinkan seorang penonton untuk menginterpretasikan maknanya. Dalam iklan kode-kode yang secara jelas dapat dibaca adalah bahasa berupa suara atau unsur tulisan, audio, dan audiovisual. Antara tanda dengan pikiran yang dirangsang terdapat hubungan yang kokoh dan langsung. Hubungan serupa juga terjadi pada pikiran dan penunjuk. Sedang antara tanda
32
dan penunjuk tidak terjadi hubungan secara langsung. Hubungan itu akan terjadi apabila terjadi proses memikirkannya. Suatu tanda akan selalu mengacu pada sesuatu yang lain yaitu penunjuknya, tetapi tanda bukanlah penunjuk. Ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk mengartikan sebuah gambar, yang pertama secara denotatif dan yang kedua secara konotatif. Secara denotatif menunjuk kepada data atau informasi yang tersurat pada gambar tersebut dibaca secara langsung. Sedangkan secara konotatif menunjuk kepada hal-hal yang tersirat yang muncul pada pikiran pengamat sesaat sesudah melihat gambar. Pada pengartian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan pengalaman pengamat sangat memegang peranan penting dalam proses pembentukan dasar acuan. Ada beberapa tingkatan atau level deskripsi dalam proses pengartian sebagai prasyarat (Heinz Kroehl, 1987:43) yaitu: 1) Level Tekstur
: Persepsi terhadap elemen
2) Level Struktur
: Bentuk dan pola
3) Level Obyek
: Obyek
4) Level Pernyataan
: Hubungan dengan obyek sebenarnya
c. Faktor-factor yang mempengaruhi pengertian tanda Sebuah gambar atau tanda dapat mengandung berbagai macam arti, misalnya gambar orang yang sedang tersenyum bisa diartikan sebagai kebahagiaan, tapi juga bisa diartikan juga sebagai ejekan. Begitu pula dengan tanda penunjuk arah panah pada gedung bertingkat. Tanda panah yang menunjuk keatas bisa mengarah kedepan maupun ke lantai atas. Salah satu faktor yang menjadi penyebab timbulnya anggapan yang berbeda antara pengamat yang satu dengan yang lain terhadap sebuah gambar atau tanda adalah karena adanya interpretasi atau pengartian yang berbeda pada tiap-tiap manusia. Persepsi seseorang akan suatu tanda dipengaruhi oleh factor fisik dan psikologi seperti kualitas pandangan mata, kemampuan baca, ingatan, kepekaan pada warna, dan sikap seseorang (John Follis and Dave Hammer, 1979:18):
33
1) Faktor Fisik (Physical Factor) a) Jarak pandang normal (Normal field of vision) Cakupan pandangan normal manusia dalam melihat atau mengamati suatu tanda secara vertikal dan horizontal dengan nyaman kira-kira sekitar 60 derajat. b) Ketajaman pandangan (Vision Acuity) Tiap manusia mempunyai ketajaman yang berbeda-beda dalam melihat suatu gambar dengan baik. c) Kecepatan membaca (Reading Rate) Kecepatan membaca manusia normal sangat bervariasi, kira-kira 125-600 kata per menit. Faktor seperti usia, tingkat kepandaian, dan pendidikan sangat mempengaruhi. d) Kemudahan untuk dibaca (Legibility) Agar suatu tanda dapat dibaca atau dilihat meliputi beberapa hal: (1) Ukuran (2) Kontras (3) Iluminasi (4) Lama waktu melihat (5) Ketajaman penglihatan pengamat (6) Ada tidaknya kesilauan (7) Kesederhanaan bentuk (8) Familieritas pesan e) Tingkat pandangan (Eye level) Tinggi rata-rata suatu tanda pada tingkat pandang seseorang. Untuk orang yang berdiri kira-kira 1,6 m; duduk kira-kira 1,2 m; dan saat mengendarai mobil kira-kira 1.4 m. f) Tinggi huruf (Letter height) Hal ini berkaitan erat dengan legibilitas suatu tanda. Sehngga pada jarak pandang normal, huruf harus dapat dibaca dengan jelas. 2) Faktor psikologis (Psychological factor) a) Hubungan dengan lingkungan (Figure-Ground relationship) Hal ini mengacu pada hubungan suatu bentuk dan pola tanda agar dapat menimbulkan persepsi yang kuat dibandingkan dengan lingkungan disekitarnya.
34
b) Implikasi warna (Implications of color) Dalam membedakan dan mengingat suatu warna secara pandangan normal, seseorang kemungkinan hanya dapat membedakan 6 warna saja, dan tidak termasuk hitam dan putih, yaitu merah, kuning, hijau, oranye dan coklat. Warna juga dapat menimbulkan suatu suasana atau perasaan tertentu misalnya untuk tanda bahaya, traffic light, menggunakan warna merah. Pada tiap-tiap negara mempunyai pengertian terhadap warna yang berbeda-beda. 4. Elemen-Elemen Tanda Simbol dan pictogram merupakan dua elemen tanda yang mempunyai fungsi yang sama tapi keduanya mempunyai asal-usul yang berbeda. Simbol dalam pengartiannya lebih bersifat abstrak atau dengan bcntuk geomctrik yang selalu tergantung pada idenya. Sebagai contoh tanda + (cross) diartikan sebagai sebuah rumah sakit, namun tidak semua orang dapat menangkap maksud tersebut, Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dari pengamatnya. Sedangkan pengartian pictogram berdasarkan pengenalan bentuk secara umum untuk mengkomunikasikan suatu ide (John Follis and Dave Hammer. 1979:59). a. Pictogram Pictogram adalah suatu simbolisasi bentuk menurut pengartiannya. Suatu pictogram lebih aktif dalam menyampaikan pesan daripada simbol grafis secara umum (mencakup tulisan) dan lebih mudah dipahami karena menggunakan gambar (image) yang sesuai dengan pikiran kita. Dalam konteks pengartian yang tidak begitu dalam suatu pictogram dapat menjadi bahasa visual yang membantu dan tidak menyusahkan (Yukio Ota, 1987:24). Contoh penerapan pictogram adalah ISOTYPE (International System of Typographic Pictorial Education) yang dirintis oleh Otto Neurath dari Vienna pada tahun 1920 – 1930an. Ia menghasilkan gambar berupa simbol grafis untuk keperluan informasi publik dengan memanfaatkan sistem bahasa gambar yang sederhana sebagai cara bertutur dan mudah dimengerti oleh kebanyakan orang. Sebagai contoh Adalah simbol lima manusia di dunia yang mewakili lima benua di dunia dengan menggambarkan bentuk khas dari ciri-ciri orang dari masing-masing benua.
35
Ciri-ciri dari pictogram yang dapat dimengerti dengan mudah adalah kesederhanaan bentuk dan penyederhanaan arti (Yukio Ota, 1987:84). Untuk menghindari kesalahan interpretasi dalam mengartikan sebuah pictogram, dalam penerapannya haruslah menggunakan bentuk-bentuk yang sudah dikenal oleh masyarakat secara luas. Otto Neurath juga percaya bahwa gambar (picture) adalah metode yang lebih baik dalam menerima informasi baru dan pengetahuan daripada hanya berbentuk kata-kata saja. Sebagai contoh seseorang dapat mengenali dan melihat bentuk binatang jerapah dengan melihat gambar jerapah daripada membaca tulisan “jerapah” dan harus membayangkan bagaimana bentuk dan ciri-ciri jerapah sepeti leher panjang, kulit bintik-bintik dan lain sebagainya. Sebagai contoh lain adalah bentuk ketel air pada gambar bagian atas kiri dan kanan. Orang akan lebih mengenal bentuk ketel air pada gambar bagian sebelah kiri dikarenakan mempunyi bentuk yang lebih umum daripada ketel air pada gambar bagian sebelah kanan, hal ini karena ketel air bagian kanan terlihat lebih modern tapi kurang dikenal.
36
b. Simbol Dalam Encyclopedia of Graphic Design and Designer, simbol dapat diartikan sebagai: huruf atau tanda yang dikomposisikan untukmenggambarkan aktifitas, gagasan, atau obyek. Simbol dapat berupa gambar (pictorial) atau ringkasan (abstrak) dan dapat juga berda dalam konteks kebudayaan social atau komersial (Allan and Isabella Livingston, 1992:23). Sebagai symbol, sebuah gambar atau tanda dapat memiliki nilai-nilai perlambangan yang kuat. Banyak orang lebih dapat mengingat warna atau bentuk daripada harus menyebutkan benda atau obyek yang ditunjukkan dengan bentuk tulisan. Dalam proses pengartian suatu simbol kadang menuntut tingkat pengetahuan dari pengamatnya terhadap bentuk-bentuk tertentu. Pada awalnya kita mencari metode terbaik untuk berkomunksai, kita menggagap, berbicara, lalu menjelaskan bagaimana kita berbicara. Simbul bias berupa penggabungan (kombinasi) dari beberapa pictogram dasar untuk menyampaikan suatu pesan ataupun bentuk-bentuk dasar tertentu. Sebagai contoh adalah jika bentuk sepatu dan bentuk pabrik yang kalau digabungkan akan menjadi sebuah pabrik sepatu.
37
1) Proses pengartian simbol Menurut Susanne K. Langer, dilihat dari proses pengartiannya simbol dibedakan menjadi dua macam (Umar Hadi, 1984:2) yaitu: a) Simbol presentasional Simbol ini dalam pengartiannya tidak memerlukan daya intelektual pengamatnya, mengingat bahwa apa yang dikemukakan itu secara spontan menghadirkan apa yang dikandungnya. b) Simbol diskurdif Simbol yang cara penangkapannya memerlukan daya intelektual pengamatnya. Untuk dapat mengartikannya seseorang harus memahami sistem dan aturan yang berlaku pada simbol tersebut. 2) Jenis Simbol Sedangkan jika dilihat dan macamnya, simbol dibagi menjadi tiga yaitu: a) Representasional Apa yang digambar sesuai dengan yang ditulis, dan sebaliknya. Sebagai contoh gambar burung untuk memvisualisasikan tulisan dari “burung" b)Indexical Merupakan kumpulan referensi tentang sebuah obyek (lebih dari satu) indeks verbal. Sebagai contoh air bisa diartikan secara luas dengan laut, sungai, kolam, dan sebagainya. Hal ini merupakan eksplorasi suatu kata menjadi beberapa alternatif. c) Symbolical Ungkapan tidak langsung (indirect) dengan menggunakan perantara untuk masuk ke makna berikutnya (the second meaning) sehingga akan menimbulkan kesan yang kuat dan dalam.
38
Kekuatan dan simbol adalah: 1) menyederhanakan 2) supaya lebih “mudah” d) Abstract Sebuah simbol yang tidak menunjuk pada bentuk-bentuk yang sudah dikenal (komunikatif) tapi hanya sebagai eye catcher (penangkap pandangan) 3) Simbol-Sign Symbol-sign adalah bagian dari sistem rambu yang memberikan keterangan tentang suatu hal dengan menggunakan lambang yang berupa bentuk, warna, dan simbol (Charles B. McLendon, Mick Blackistone 1982): Sebuah rambu akan lebih efektif jika menggunakan bentuk dan warna yang berbeda daripada hanya menggunakan satu bentuk saja ataupun mennggunakan satu warna saja (Charles B. McLendon, Mick Blackistone 1982 : 45). Symbol-sign bukan hanya sekedar mencerminkan ciri khas dari suatu obyek tertentu saja tetapi mempunyi artian lebih dari itu, dalam artian komunikatif dan persuasif sehingga pesan yang terkandung dalam symbol-sign tersebut mudah dipahami dan dimengerti serta mampu mempengaruhi tingkah laku sasaran yang dituju. a) Bentuk dan tipe symbol-sign Untuk mengekspresskan kategori dari fungsi rambu, elemen yang pertama adalah bentuk rambu. Ada tiga bentuk dasar yang berbeda secara geometris dan fungsional (Charles B. McLendon, Mick Blackistone 1982: 45), ketiga bentuk tersebut masing-masing mempunyai fungsi dasar yaitu: (1) Bentuk Lingkaran Bentuk lingkaran berfungsi untuk tipe peraturan
39
(2) Bentuk Segi-tiga Bentuk segitiga berfungsi untuk tipe peringatan
(3) Bentuk Segi-empat Bentuk segi-empat berfungsi untuk tipe informasi
b) Klasifikasi bentuk simbol-sign 1. Bentuk Lingkaran Bentuk Lingkaran dibagi menjadi dua tipe yaitu: a. Simbol Larangan Digunakan untu mencegah suatu perbuaan tertentu. Misalnya “Dilarang Parkir”. Simbol larangan berwarna hitam didalam bidang berwarna putih dengan garis melingkar berwarna merah, dan garis diagonal melintang kekiri arah 45 derajat berwarna merah untuk memperjelas warna hitam.
40
b. Simbol Kewajiban Digunakan untuk menyuruh melaksanakan suatu tindakan tertentu. Misalnya “Kewajiban untuk mencuci tangan”. Simbol berwarna putih didalam ruang berwarna biru ataupun hitam kusam.
2. Bentuk Segi-tiga Bentuk segi-tiga dibagi menjadi dua tipe yaitu: a. Simbol hati-hati Digunakan untuk memberikan peringatan agar lebih waspada atau berhati-hati. Misalnya; “hati-hati bahan beracun!”, “Awas bahaya jalan licin !”. Simbol berwarna hitam dengan latar belakang berwarna kuning dalam bentuk segitiga.
b. Simbol Bahaya Dipergunakan untuk memperingatkan akan adanya suatu bahaya tertentu. Misalnya “Bahaya peledakan!”. Simbol berwarna putih dengan latar belakang berwarna merah berbentuk bidang segitiga.
41
3) Bentuk segi-empat Bentuk segi-empat dibagi menjadi dua tipe yaitu: a) Simbol Pertolongan pertama Digunakan untuk menjelaskan tentang adanya peralatan atau sesuatu yang dapat memberikan bantuan atau pertolongan. Misalnya "Pemadam kebakaran"; "Exit/Jalan Keluar". Simbol ini berwama putih dengan latar belakang berwarna hijau berbentuk persegi.
b) Simbol informasi Digunakan untuk memberikan informasi tentang suatu hal yang tidak terdapat pada informasi lain. Misalnya “Toilet"; “Parkir”. Simbol ini berwarna putih dengan latar belakang berwarna biru dalam bentuk persegi.
42
Apabila demi pertimbangan artistik maka simbol informasi ini selain menggunakan warna belakang biru juga dapat menggunakan variasi warna lain dengan ketentuan sebagai berikut: Simbol menggunakan warna yang menyolok dengan latar belakang netral, yaitu abu-abu netral dengan perbandingan tidak lebih dari 60 % dan tidak kurang dari 40 % dari warna biru. e. Tanda panah (Arrow) Tanda panah merupakan salah satu simbol yang paling mudah dimengerti dan banyak digunakan. Dari segi fungsinya untuk mengarahkan pada sesuatu juga sangat mudah dimengerti secara jelas dan cepat. Penggunaannya juga lebih fleksibel dan membutuhkan sedikit tempat dibandingkan dengan pesan verbal “ke-kiri” atau “kekanan”. Sedangkan arti dari tanda panah dalam buku Architectural Signing and Graphics adalah perubahan, pergerakan, perpindahan, arah, dan instruksi atau perintah (John Follis and Dave Hammer, 1979:59) Bentuk dari tanda panah sangat bervariasi tergantung dari imajinasi pembuatnya dengan tetap tidak meninggalkan unsur fungsionalnya. Faktor-faktor seperti kecepatan (waktu berkendara, warna, lingkungan sekeliling, cahaya, dan sudut pandang seseorang sangat mempengaruhi penglihatan seseorang. Berikut ini beberapa macam contoh bentuk anak panah:
Arah dari anak panah menunjuk pada delapan arah; Atas (digunakan untuk menunjukkan arah depan atau atas pada gedung bertingkat). Bawah (digunakan untuk menunjukkan arah lantai bawah pada gedung yang mempunyai lantai bawah). Kanan atau kiri atas (digunakan untuk menunjukkan arah naik ke tangga atau escalators pada
43
gedung bertingkat). Kanan atau kiri bawah (digunakan untuk menunjukkan arah naik, turun tangga atau escalators pada gedung bertingkat).