BAHAN JURNAL JONI WAY

Download Usaha Bersama (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba,. Lutra, yang merupakan binaan dinas ... Daerah yang Mendukung. ...

0 downloads 689 Views 97KB Size
1

ANALISIS PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN PENGOLAHAN COKELAT (Studi Kasus Pada KUB Sibalie Resoe Luwu Utara) Mira Handayani, Indriyanti Sudirman dan Elly Ishak

ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis prospek pengembangan dan menentukan strategi yang tepat dilakukan untuk mengembangkan perusahaan pengolahan cokelat KUB Sibalie Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara. Metode penelitian adalah studi kasus pada pengolahan cokelat KUB Sibalie Resoe di Kelurahan Kasimbong Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menganalisis pembahasan prospek dan strategi pengembangan perusahaan pengolahan cokelat adalah dengan menggunakan metode analisis Matriks General Elektrik (General Electric Matrix). Hasil penelitian bahwa 1). Potensi pasar yang yang dimiliki KUB Sibalie Resoe adalah 66.668 batang/bulan, margin laba yang dihasilkan adalah Rp.5.490.000/ bulan, proyeksi pertumbuhan pasar untuk cokelat batang sayang adalah 5,387% perusahaan ini mempunyai prospek yang cerah. Perusahaan ini berada pada posisi sedang dengan faktor daya tarik industri 2,570 dan faktor kekuatan bisnis 2,187. 2). Strategi yang harus dilakukan oleh adalah strategi pertumbuhan berdasarkan segmen pasar, melakukan spesialisasi, dan investasi selektif. Kata Kunci : Prospek, General Elektrik, Strategi Pengembangan.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) adalah salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di Sulawesi Selatan, karena memiliki areal yang cukup luas dan menyebar di seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, serta memberikan kontribusi yang cukup besar bagi propinsi Sulawesi Selatan. Disamping itu, sampai saat ini kakao masih memiliki prospek pasar yang cukup baik dibanding komoditas perkebunan lainnya. Salah satu kabupaten yang menjadi sentra pengembangan dan penghasil kakao terbesar di Sulawesi selatan adalah kabupaten luwu utara dengan luas areal perkebunan 39.618,32 hektar dan total produksi 5738, 765 ton per tahun (Anonim, 2008). Perkembangan usaha dalam bidang agribisnis dari waktu ke waktu semakin mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun dari pihak pemilik atau pengusaha agribisnis itu sendiri. Dengan adanya potensi produksi kakao yang cukup besar yang dimiliki oleh Kabupaten. Luwu Utara maka Departemen Perindustrian RI melalui Direktorat Industri Kecil dan Menengah dan bekerja sama dengan Pemda Luwu Utara memberikan bantuan mesin atau peralatan pengolahan kakao menjadi berbagai produk cokelat seperti cokelat

2

tree in one yang terdiri dari bubuk cokelat, susu dan gula serta cokelat batang di Kabupaten Luwu Utara. Pabrik atau perusahaan ini mulai berdiri pada tahun 2008 yang diberi nama Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Lutra, yang merupakan binaan dinas koperasi dan perdagangan (koperindag) Luwu Utara. Pabrik atau perusahaan ini sudah mulai berproduksi tapi masih dalam jumlah yang terbatas. Kemampuan produksi perusahaan ini perhari sekitar 15 – 20 kg atau dalam satu bulan mencapai 450 kg sampai dengan 600 kg. Jadi produksi perusahaan ini selama beroperasi mulai tahun 2008 sampai dengan sekarang tahun 2010 bisa mencapai 7.650 sampai dengan 10.200 kg. Nama produk cokelat produksi KBU Sibali Resoe diberi nama Cokelat Sayang dengan produksi awal 3 cita rasa yaitu, Cokelat Mente, Cokelat Kacang dan Cokelat Kurma. KBU Sibalie Resoe juga memproduksi cokelat dalam kemasan bubuk. Dengan adanya diversifikasi produk ini diharapkan akan dapat memenuhi pangsa pangsar yang ada. Sehubungan dengan itu maka penulis tertarik untuk melakukan analisis kelayakan pengembangan perusahaan pengolahan cokelat KUB Sibali Resoe Luwu Utara, dengan mengambil judul penelitian ANALISIS PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN PENGOLAHAN COKELAT dengan mengambil studi kasus pada KUB Sibalie Resoe Kabupaten Luwu Utara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana prospek pengembangan perusahaan pengolahan cokelat (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Luwu Utara? 2. Strategi apa yang tepat dilakukan untuk mengembangkan perusahan pengolahan cokelat (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Luwu Utara? 3. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui prospek pengembangan perusahaan pengolahan cokelat (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Luwu Utara. 2.Untuk mengetahui strategi yang tepat dilakukan untuk mengembangkan perusahan pengolahan cokelat (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Luwu Utara. D. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam rangka penentuan tindakan atau pengambilan keputusan dalam upaya pengembangan perusahaan. 2. Sebagai bahan informasi dan perbandingan pelaksanaan penelitian selanjutnya. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penyusunan tesis ini diperlukan data yang relevan dengan objek yang diteliti, dalam rangka pengumpulan data tersebut, maka penulis dalan hal ini mengadakan penelitian dan pengumpulan data di Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Luwu Utara. Waktu penelitian yang

3

dibutuhkan dalam mengadakan penelitian ini berkisar 2 bulan lamanya dari Bulan April sampai dengan Bulan Mei 2010. B. Metode Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah tersebut serta hipotesis serta dikemukakan maka penulis mengumpulkan data melalui penelitian sebagai berikut : a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap perusahaan pengolahan cokelat Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sibali Resoe di Kelurahan Kasimbong, Kecamatan Masamba, Luwu Utara yang menjadi objek penelitian. b. Wawancara, yaitu penulis melakukan tanya jawab dengan pihak pimpinan perusahaan dan beberapa karyawan yang ada kaitannya dengan penyusunan tesis ini, serta para pakar yang berkompeten dibidang ini. c. Dokumentasi, yaitu penulis melakukan pencatatan data perusahaan dan dokumendokumen serta laporan-laporan pada instansi yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini. C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung serta wawancara langsung dengan pengusaha pengolahan cokelat serta tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut, serta para pakar yang berkompeten dibidang ini. 2. Data Sekunder Yaitu data yang sudah tersedia yang diperolah dari bahan penulis (dokumentasi) pada beberapa Kantor Dinas dan buku-buku serta bahan bacaan. D. Metode Analisis Untuk menganalisis pembahasan mengenai prospek dan strategi pengembangan perusahaan pengolahan cokelat, maka penulis menggunakan metode analisis Matriks General Elektrik (General Electric Matrix) yang menyertakan parameter faktor daya tarik industri (Industrial Attractiveness Factor) dan Faktor kekuatan bisnis (Bussiness Strength Factor) untuk menyusunnnya. (Lukiastuti Kurniawan, 2008). 1. Faktor Daya Tarik Industri Cara mengukur daya tarik industri adalah dengan : a. Menentukan faktor-faktor yang relevan untuk mengetahui daya tarik bagi perusahaan cokelat Sibalie Resoe, Luwu Utara. b. Memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut. Faktor yang dianggap lebih penting dalam menentukan keberhasilan usaha diberi bobot lebih besar. Total bobot untuk semua faktor sama dengan 1. c. Masing-masing faktor itu diberi rating untuk menjelaskan kondisi perusahaan berdasarkan faktor-faktor tersebut. Rating 4 (sangat baik), rating 3 (baik), dan rating 2 (kurang baik) dan rating 1 (tidak baik). a. Skor adalah bobot dikali rating. Jumlah skor digunakan untuk menetukan tingkat daya tarik perusahaan cokelat Sibalie resoe, Luwu Utara. Skor daya tarik industri dikelompokkan dalam Tinggi (3,00 – 4,00), Sedang (2,00 – 2,99) dan Lemah (1,00 – 1,99). Agar apa yang diuraikan di atas lebih jelas kita bisa melihat tabel hipotesis berikut ini :

4

Tabel 2. Penentuan Faktor Daya Tarik Industri Faktor Daya Tarik Industri 1. Potensi Pasar 2. Margin Laba Industri 3.Peraturan Daerah yang Mendukung 4. Intensitas Persaingan 5. Tingkat Pendapatan 6. Proyeksi Pertumbuhan Pasar 7. Gaya Hidup 8. Bahan Baku 9. Potensi Pemanfaatan coklat untuk berbagai produk.

Bobot

Rating

1,0

-

Skor (Bobot x Rating) -

Total Sumber Data : Lukiastuti Kurniawan, 2008 2. Faktor Kekuatan Bisnis Seperti halnya faktor daya tarik industri, cara mengukur faktor kekuatan bisnis tidak begitu jauh, yakni dengan : b. Menentukan faktor-faktor yang relevan untuk mengetahui kekuatan bagi perusahaan cokelat Sibalie Resoe, Luwu Utara. c. Memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut. Faktor yang dianggap lebih penting dalam menentukan keberhasilan usaha diberi bobot lebih besar. Total bobot untuk semua faktor sama dengan 1. d. Masing-masing faktor itu diberi rating untuk menjelaskan kondisi perusahaan berdasarkan faktor-faktor tersebut. Rating 4 (sangat baik), rating 3 ( baik), dan rating 2 (kurang baik) dan 1 (tidak baik). e. Skor adalah bobot dikali rating. Jumlah skor digunakan untuk menetukan tingkat kekuatan perusahaan cokelat Sibalie Resoe, Luwu Utara. Skor kekuatan bisnis dibagi kedalam Tinggi (3,0 – 4,0), Sedang (2,0 – 2,99), dan lemah (1,00 – 1,99). Agar apa yang diuraikan di atas lebih jelas kita bisa melihat tabel hipotesis berikut ini: Tabel 3. Penentuan Faktor Kekuatan Bisnis Skor (Bobot x Faktor Kekuatan Bisnis Bobot Rating Rating) 1.Modal 2.Kemampuan Teknologi 3.Inovasi 4.Sumber Daya Manusia 5.Kekuatan Pemasaran a. Jaringan distribusi b. Promosi 6.Kapasitas Produksi 7.Pangsa Pasar 8.Penjualan

-

Total 1,0 Sumber Data : Lukiastuti Kurniawan, 2008.

-

-

-

-

5

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor-Faktor Daya Tarik Industri dan Faktor-Faktor Kekuatan Bisnis 1.

Daya Tarik Industri Dalam mendirikan suatu perusahaan pengusaha terlebih dahulu melihat apa yang menjadi daya tarik untuk mendirikan perusahaan atau suatu industri, hal-hal yang menjadi daya tarik dalam mendirikan suatu perusahan yaitu : a.

Potensi Pasar potensi pasar yang dimiliki oleh KUB Sibalie Resoe untuk 3 daerah yaitu Masamba, Palopo dan Makassar adalah sebesar 66.668 batang/bulan. b. Margin Laba Industri Margin laba sebuah industri adalah selisih antara jumlah pengeluaran dikurang pendapatan yang diperoleh. Margin laba yang diperoleh oleh KUB Sibali Resoe atas penjualan cokelat batang dan cokelat bubuk siap saji sudah lumayan menguntungkan. Jadi margin laba yang dihasilkan oleh KUB Sibalie Resoe sudah cukup menguntungkan. Margin laba yang dihasilkan dari hasil penjualan Cokelat batang dan cokelat bubuk siap saji adalah sebesar Rp. 5.490.000 per bulan. Dengan melihat margin atau keuntungan yang diperoleh oleh KUB sibalie Resoe maka orang lebih tertarik lagi untuk berusaha dalam bidang pemanfaatan cokelat. c. Kebijakan Daerah Yang Mendukung Adapun salah satu kebijakan pemerintah yang dapat mendukung perindustrian adalah dengan dikeluarkannya peraturan daerah Kabupaten Luwu Utara dengan No. 36 Tahun 2001 tentang izin usaha industri dalam wilayah Kabupaten Luwu Utara dengan mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (lembaran Negara Nomor 3274) 2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tanggal 26 Desember 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611) 3. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang izin Usaha Industri (Lembaga Negara Nomor 3596). Peraturan daerah tersebut memutuskan beberapa hal antara lain tentang Jangka waktu izin usaha industri yaitu pasal 4 tentang: (1) izin uasah industri berlaku selama 2 (dua) tahun, (2) satu bulan sebelum habis berlakuknya izin usaha industri harus mengajukan permohonan perpanjangan. Dari keputusan pemerintah daerah tersebut diatas dapat diketahui bahwa pemerintah daerah cukup mendukung berkembangnya perindustrian di Kabupaten Luwu Utara. d. Intensitas Persaingan Pesaing dari perusahaan pengolahan kakao KUB Sibalie Resoe juga datang dari daerah lain, terutama pulau jawa dengan segmen pasar yang sama, serta perusahaan dari luar negeri seperti perusahaan cokelat cokelat sayang masih dikalah dalam hal kualitas dari cokelat tersebut..

6

Dari hasil pengamatan dilapangan tentang pesaing dari cokelat sayang sayang yaitu : Tabel 8. Intensitas Pembelian Cokelat di Masamba, 2010. No Merek Cokelat Jumlah Penjualan /Bulan 1. Silverqueen 2560 2. Delfi 1800 3. Fonnuut 1440 4. Sayang 1.400 Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2010. Dari Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa merek cokelat yang penjualannya paling besar diantara merek cokelat lainnya adalah cokelat Silverqueen dengan jumlah penjualan 2560/ bulan, sehingga yang menjadi pesaing utama dari cokelat sayang adalah cokelat silverqueen. Untuk dapat bersaing dengan merek cokelat tersebut, cokelat sayang masih terus menerus melakukan inovasi-inovasi atau percobaan-percobaan untuk mencari formulasi yang tepat untuk cokelat mereka sehingga tidak kalah bersaing dengan merek cokelat lain. Dalam hal harga maupun kemasan yang digunakan oleh cokelat sayang sudah dapat bersaing dengan merek cokelat yang lainnya. Kemasan yang digunakan sudah bagus. e. Tingkat Pendapatan Masyarakat Untuk melihat tingkat pendapatan yang dimilki oleh masyarakat konsumen yang akan menjadi sasaran penjualan Cokelat sayang KUB Sibalie Resoe untuk tiga daerah yaitu Masamba, Palopo dan Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 10 berikut : Tabel 9. PDRB Kota Masamba, Palopo dan Makassar, 2009 No. Nama Kota PDRB/Tahun Persentase (%) (RP.) 1. 2. 3.

Masamba 6.144.610 25,72 Palopo 35,21 8.411.540 Makassar 39,06 9.330.119 Jumlah 23.886.269 100 Sumber : BPS Kota Makassar, 2009. Dari Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa dari tiga daerah tersebut yang memiliki PDRB yang terbesar adalah Kota Makassar sebesar Rp. 9.330.119, sehingga daerah tersebut merupakan daerah potensial untuk pemasaran cokelat sayang KUB Sibalie Resoe. f. Proyeksi Pertumbuhan Pasar 1. Proyeksi untuk Cokelat Batang Sayang Berikut ini akan disajikan tabel mengenai proyeksi produksi cokelat sayang untuk bulan Juli sampai Juni 2010/2011 yaitu:

7

Tabel 11. Proyeksi Produksi Cokelat Batang Sayang KUB Sibalie Resoe ,Luwu Utara, Periode Juli 2010 – Juni 2011. N0. Bulan Estimasi Produksi Jumlah Pertumbuhan (Batang) Produksi (%) 1. Juli 1358,73 7,099 % 2. Agustus 1455,185 6,628 % 3. September 1551,64 4. Oktober 1648,095 6,216 % 5. November 1744,55 5,853 % 6. Desember 1841,005 5,529 % 7. Januari 1937,46 5,239 % 4,978 % 8. Februari 2033,915 9. Maret 2130,37 4,742 % 10. April 2226,825 4,489 % 11. Mei 2323,28 4,331 % 12. Juni 2419,735 4,152 %

Rata-rata peningkatan (%) Sumber : KUB Sibalie Resoe, Luwu Utara, 2010

4,938 %

Dari tabel 11 diatas, nampak bahwa hasil proyeksi produksi Cokelat batang sayang untuk periode juli 2010 sampai bulan Juni 2011 yang akan datang mengalami peningkatan sebesar 4,938 %. Sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa proyeksi cokelat batang sayang layak untuk dikembangkan. Untuk Lebih Jelasnya Dapat Dilihat Pada Lampiran 13. 2. Cokelat Bubuk Siap saji Sayang. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai proyeksi produksi cokelat bubuk siap saji sayang untuk bulan Juli sampai Juni 2010/2011 y Tabel 13. Proyeksi Produksi Cokelat Bubuk Siap Saji Sayang KUB Sibalie Resoe ,Luwu Utara Periode Juli 2010 – Juni 2011. N0. Bulan Estimasi Produksi Jumlah Pertumbuhan (Batang) Produksi (%) 1. Juli 1205,091 2. Agustus 1290,182 7,061 % 3. September 1375,273 6,595 % 4. Oktober 1460,364 6,187 % 5. November 1545,455 5,827 % 6. Desember 1630,546 5,506 % 7. Januari 1715,637 5,219 % 8. Februari 1800,728 4,960 % 9. Maret 1885,819 4,725 % 10. April 1970,91 4,512 % 11. Mei 2056,001 4,317 % 12. Juni 2141,092 4,139 % Rata-rata peningkatan (%) Sumber : KUB Sibalie Resoe, Luwu Utara, 2010

4,921 %

8

Dari tabel 13 diatas, nampak bahwa hasil proyeksi produksi Cokelat bubuk siap saji sayang untuk periode juli 2010 sampai bulan Juni 2011 yang akan datang mengalami peningkatan sebesar 4,921 %.. Sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa proyeksi cokelat bubuk siap saji sayang layak untuk dikembangkan. g. Gaya Hidup Konsumen cokelat sayang mengkonsumsi cokelat rata-rata 2 atau 3 kali dalam sebulannya. Mereka dalam mengonsumsi cokelat pada saat-saat santai. Dalam mengkonsumsi cokelat mereka tidak terpaku atau setia pada satu merek tertentu, mereka membeli cokelat sesuai dengan selera atau keinginan mereka pada saat itu dan ketersediaan yang ada pada toko-toko tempat mereka membeli cokelat. Menurut hasil wawancara dengan konsumen dalam mengkonsumsi cokelat jumlah uang yang dialokasikan untuk membeli cokelat kira-kira sekitar Rp. 30.000 sampai Rp. 50.000 per bulannya. h. Bahan Baku Bahan baku utama pengolahan cokelat sayang adalah kakao fermentasi yang cukup tersedia tersedia di wilayah luwu utara karena luwu utara merupakan salah satu wilayah penghasil kakao terbesar diluwu utara. Kontinyuitasnya supply bahan bakunya berjalan dengan lancar dan bahan baku tersebut yaitu kakao fermentasi didapatkan dari kelompok-kelompok tani yang bermitra denga KUB Sibalie Resoe dan dengan petanipetani kakao sekitar. Salah satu persyaratan lain dalam pengadaan bahan baku berupa biji kakao kering adalah mutu/kualitas biji kakao yang digunakan haruslah biji kakao yang telah difermentasi dengan baik. Hal ini terkadang masih sulit dipenuhi oleh petani karena kebiasaan petani yang serba paraktis dan tidak mau menunggu menyebabkan mereka sering menjual biji kakao tersebut tanpa fermentasi terlebih dahulu. Namun dengan adanya program pemerintah daerah yang ingin menjadikan Kabupaten Luwu utara sebagai penghasil biji kakao terbaik, maka hal tersebut tidak lagi menjadi masalah. Terlebih lagi dengan adanya komitmen pihak pengelola pabrik (KUB Sibalie Resoe) untuk membeli biji kakao fermentasi dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp. 25.000 per kg, dibanding dengan biji kakao tanpa fermentasi menyebabkan petani lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas biji kakao yang dihasilkan. i.

Potensi pemanfaatan cokelat untuk berbagai produk Beberapa macam produk dapat dihasilkan dari kakao, baik yang berasal dari kulit, pulp, maupun dari biji. Kulit kakao dapat dijadikan kompos, pakan ternak, substrat budi daya jamur, ekstraksi theobromin dan bahan bakar. Pulp dapat digunakan sebagai bahan nata kakao, minuman segar, alcohol, asam asetat, dan asam laktat. Secara garis besar, biji kakao dapat diolah menjadi tiga olahan akhir, yaitu lemak kakao, bubuk kakao dan permen atau makanan cokelat yang dalam pengolahannya saling tergantung satu dengan yang lainnya. 2. Kekuatan Bisnis Mendirikan suatu perusahaan tentu harus mempunyai kekuatan bisnis yang dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan itu untuk berdiri dan berkembang. Hal-hal yang dapat menjadi kekuatan bisnis suatu perusahaan antara lain : a. Modal

9

Modal awal yang dimiliki oleh perusahaan ini yaitu KUB Sibalie Resoe adalah merupakan modal pribadi atau sendiri yaitu berupa tanah dan gedung pabrik untuk pengolahan kakao, sedangkan mesin-mesin peralatan pengolahan cokelat merupakan bantuan dari pemerintah. Adapun modal investasi yang dimiliki oleh KUB Sibalie Resoe dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 15. No

Modal dan Investasi Perusahaan KUB Sibalie Resoe Deskripsi Jumlah Satua Harga satuan n (Rp)

Pengadaan Lahan - pengadaan lahan 15000 M2 2. Mobil 1 unit 3. Bangunan - Pabrik, gudang, kantor 1 Unit - Rumah 3 Unit 4. Mesin dan peralatan - Mesin sortasi biji kakao 1 unit (grader ) tipe meja getar - Mesin sangrai kakao 1 unit (roaster) - mesin pemecah kulit dan 1 unit pemisah biji (desheller) - Mesin pemasta kasar 1 unit - Mesin pengempa lemak 1 unit (Hidrolik) - Mesin pembubuk cokelat 1 unit - Mesin pengayak bubuk 1 unit cokelat mekanis - Mesin pencampur bubuk 1 unit (mixer) - Mesin Pencampur adonan 1 unit cokelat (Mixer) - Mesin penghalus cokelat 1 unit (refiner) - Mesin Choncing 1 unit - Mesin tempiring/ oven 2 Unit - Mesin pengemas manual 1 Unit - Cetakan adonan cokelat 1 paket - Mesin penghalus gula 1 unit pasir - Mesin genset 1 unit - tester kadar air 1 unit Total modal investasi Sumber : KUB Sibalie Resoe, 2010.

Total (Rp)

1.

16.000 200.000.000

240.000.000 200.000.000

250.000.000 100.000.000

250.000.000 300.000.000

32.000.000

32.000.000

31.000.000

31.000.000

35.000.000

35.000.000

28.000.000 45.000.000

28.000.000 45.000.000

37.500.000 19.000.000

37.500.000 19.000.000

42.500.000

42.500.000

39.500.000

39.500.000

55.000.000

55.000.000

47.250.000 36.000.000 5.000.000 20.000.000 7.000.000

47.240.000 72.000.000 5.000.000 20.000.000 7.000.000

200.000.000 25.000.000

200.000.000 25.000.000 1.930.740.000

Dari tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa modal dari perusahaan pengolahan cokelat KUB Sibalie Resoe cukup besar yaitu Rp. 1.930.740.000. modal tersebut sebagian modal

10

milik pribadi oleh ketua KUB Sibalie Resoe yaitu H. Baharuddin dan sebagian lagi yaitu berupa mesin-mesin peralatan pengolahan cokelat adalah merupakan bantuan dari pemerintah yaitu Departemen Perindustrian melalui Direktorat Industri Kecil dan Menengah. b. Kemampuan teknologi Teknologi yang digunakan oleh perusahaan pengolahan cokelat KUB Sibalie Resoe merupakan teknologi yang masih sederhana dan berskala kecil, sebagian masih ada pekerjaan yang dilakukan secara manual, misalnya pencetakan cokelat masih dilakukan secara manual. Tingkat pendidikan dan pengetahuan dari pihak pengelola serta tenaga kerja menyebabkan penguasaan terhadap teknologi produksi masih sangat terbatas. Rendahnya tingkat pengetahuan ini juga disebabkan karena pengadaan tenaga kerja yang hanya berdasarkan pada pertimbangan kekeluargaan dan kemudahan semata tanpa didasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut. Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan pada umumnya digerakkan oleh tenaga listrik dari PLN sebesar 5.000 watt dan sebuah genset sebagai pendukung. Alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan kakao ini secara garis besar terdiri dari alsin pengolahan kakao primer dan alsin pengolahan kakao sekunder. c. Inovasi Dalam meningkatkan kualitas dari produk-produk dari KUB Sibalie Resoe, perusahaan tersebut terus menerus melakukan inovasi-inovasi dengan melakukan uji coba-uji coba untuk menghasilkan formula-formula yang tepat dan cocok atau sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat menghasilkan produk cokelat yang berkualitas, serta dapat menciptakan produk-produk baru yang terbuat dari cokelat . Dalam memdapatkan inovasi-inovasi tersebut KUB Sibale Resoe selalu melakukan studi banding ke perusahaan-perusahaan yang sudah berkembang sampai ke pulau jawa baik menggunakan biaya sendiri maupun ada bantuan dari pemerintah baik pemerintah daerah maupun provinsi. Selain itu KUB Sibalie Resoe juga aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta. Setelah mendapatkan pengetahuan baik dari studi banding maupun pelatihan-pelatihan yang diikuti, KUB Sibalie Resoe langsung mempraktekkan pengetahuan yang didapatkan. d. Sumber daya manusia Dari hasil wawancara dan pengamatan langsung dilapangan sumberdaya manusia atau karyawan yang bekerja di KUB Sibalie Resoe sebanyak 6 karyawan yang terdiri dari 4 wanita dan 2 pria. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 17 berikut : Tabel 17. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di KUB Sibalie Resoe No Jabatan Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) 1. Pimpinan S1 1 2. Staf Produksi SMA 4 3. Staf Gudang SMP 2 Sumber : KUB Sibalie Resoe, 2010. Dari tabel 17 diatas dapat dilihat bahwa perusahaan pengolahan cokelat KUB Sibalie Resoe memiliki struktur organisasi yang sederhana. Bentuk kepemilikan adalah perseorangan karena hanya terdiri dari pimpinan (pemilik modal) dan karyawan. Pembagian divisi kerja belum jelas antara karyawan tersebut. Sebagai pimpinan dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya juga merangkap sebagai pengelola yang secara

11

langsung mengawasi kegiatan operasinal usaha yang meliputi kegiatan administrasi dan keuangan, produksi dan pemasaran produk. Karyawan tersebut berasal dari dalam dan luar keluarga, tapi sebagian besar dari mereka adalah tenaga kerja dari dalam keluarga. Mereka direkrut secara langsung tanpa ada lamaran kerja, mereka langsung diajak oleh pimpinan perusahaan dengan ketentuan bahwa mereka harus jujur, dapat bekerjasama dengan baik, pekerja keras dan dapat bekerja dengan hati nurani mereka. Karyawan yang direkrut sama sekali belum mempunyai skill atau kemampuan dan pengalaman dalam pegolahan cokelat sehingga pimpinan perusahaan KUB Sibalie Resoe menyuruh mereka untuk mengikuti pelatihan-pelatihan pengolahan cokelat baik yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta dan membawa mereka studi banding ke perusahaan-perusahaan yang sudah berkembang untuk belajar cara pengolahan cokelat, perawatan mesin dan peralatan. e. Kekuatan pemasaran Jaringan distribusi Jaringan distribusi yang dilakukan oleh KUB Sibalie Resoe belum berjalan efektif. Jaringan distribusi yang dilakukan oleh KUB Sibalie Resoe masih sangat sederhana yaitu konsumen langsung membeli produk-produk KUB Sibalie Resoe ke pabriknya dan pemesanan lewat telepon oleh konsumen. Dari hasil wawancara dengan pimpinannya diperoleh informasi alasan perusahaan tersebut belum mendistribusikannya secara besarbesaran karena masih ragu dengan kualitas dari produk yang dihasilkan. Produk tersebut sebenarnya sudah layak untuk didistribusikan tapi pemilik perusahaan masih belum puas dengan kualitas dari produk yang dihasilkan sehingga dia selalu berusaha terus-menerus melakukan uji coba-uji coba untuk menghasilkan produk yang berkualitas.  Promosi Dari hasil wawancara dengan pimpinan KUB Sibalie Resoe diketahui bahwa promosi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut baru melalui media surat kabar daerah, mengikuti pameran-pemeran baik dalam daerah maupun sampai keluar daerah, serta promosi dari orang ke orang lain yang mengetahui produk-produk dari perusahaan KUB Sibalie Resoe. Promosi yang dilakukan oleh KUB Sibalie Resoe tersebut masih terbilang sederhana. KUB Sibalie Resoe belum mempromosikan produk-produknya secara terusmenerus. Menurut pimpinan KUB Sibalie resoe dari hasil wawancara mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena masih terkendala kualitas dari produk-produknya dan terusmenerus masih mencari formula yang cocok untuk produk-produknya. Pemerintah juga membantu KUB Sibalie Resoe dalam mempromosikan produknya dengan cara memperkenalkan produk-produk tersebut kepada tamu-tamu daerah-daerah yang datang. f. Kapasitas produksi KUB Sibali Resoe sudah sebagaian besar menggunakan mesin-mesin peralatan dalam pengolahan cokelat. Peralatan-peralatan tersebut merupakan bantuan dari pemerintah. Adapun mesin-mesin peralatan pengolahan cokelat yang dimiliki oleh KUB Sibalie Resoe dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini : 

12

Tabel 18. Mesin-Mesin Peralatan Pengolahan Cokelat KUB Sibalie Resoe No Jenis Alat Pengolahan Kapasitas Mesin Keterangan 1. Mesin sangrai biji kakao/ 10 kg/ 1 kali Dalam satu hari penggorengan penyangraian, selama bisa menyangrai 20-30 menit pada awal sampai 6 kali, penyangraian dan sehingga jumlah selanjutnya disesuaikan yang disangrai dengan kondisi panas dalam satu hari dari mesin penyangraian, bisa mencapai 60 semakin panas mesin kg. yang digunakan maka waktu penyangraian dikurangi 2. Mesin sortir/ pemisah biji 80 kg/hari dan kulit 3. Mesin pasta/ penggilingan biji cokelat 4. Mesin pengempa lemak/ 5 kg/ hari Dalam satu kali pres lemak pres sebanyak 500 g menghasilkan lemak sebanyak 150 – 200 ml selama 15 menit. 5. Refiner/ penghalus adonan 10 kg/hari cokelat gilingan bertingkat 6. Mesin koncing basah 10 kg/ 5 hari Jadi 2 kg/hari 7. Mesin Koncing kering Untuk menghaluskan bungkil cokelat 8. Mesin pengayak bubuk 5 kg/hari Sesuai cokelat bungkil/bubuk kasar yang tersedia 9. Mesin pencampur bubuk 3 20 kg/ 40 menit Pencampuran in 1 gula, susu dan cokelat bubuk. 10. Mixer pencampur cokelat 10 kg/ 5 hari 1 kali produksi batang selama 1 minggu 11. Mesin pengemas sachet, mesin tempering panas dan dingin. Sumber : KUB Sibalie Resoe, 2010. Dari tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa kapasitas dari mesin-mesin dari peralatan pengolahan cokelat yang dimiliki oleh KUB Sibalie Resoe masih ada sebagian yang masih mempunyai kapasitas yang rendah dan mesin tersebut memegang peranan yang penting

13

sehingga mempengaruhi produksi dari perusahaan pengolahan cokelat tersebut sehingga target produksi yang diharapkan tidak tercapai. g. Penjualan Pendapatan yang diperoleh perusahaan pengolahan cokelat KUB Sibalie Resoe dari hasil penjualan cokelat batang dan cokelat bubuk yaitu KUB Sibalie Resoe dalam satu kali produksi untuk cokelat batang sayang hanya 10 kg cokelat pasta, ini dikarenakan kapasitas mesinnya masih terbatas dan proses produksinya pun menggunakan waktu yang cukup lama sekitar 7 hari untuk satu kali produksi karena ada satu mesin yang membutuhkan waktu 5 hari yaitu mesin untuk mengkonching pasta. Dari hasil produksi pasta cokelat 10 kg dapat menghasilkan sekitar 350 batang cokelat dengan berat 30 g. Jadi jumlah produksi cokelat batang KUB Sibalie Resoe dalam 1 bulan sekitar 350 x 4 minggu = 1.400 batang/30 g. Sehingga jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan cokelat batang sayang adalah 1.400 x Rp. 5000 = Rp. 7.000.000,00. Sedangkan untuk produksi cokelat bubuk siap saji dalam satu kali produksi yaitu 20 kg cokelat bubuk yang dapat menghasilkan cokelat bubuk siap saji sebanyak 300 bungkus/200 g/ minggu. Jadi jumlah produksi cokelat sayang KUB Sibalie Resoe dalam 1 bulan sekitar 300 x 4 minggu = 1.200 bungkus/200 g. pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan cokelat bubuk 3 in 1 KUB Sibalie Resoe dalam satu bulan adalah 1.200 x Rp.12.500 = Rp. 15.000.000,00. Dari hasil penjualan cokelat batang dan cokelat bubuk Sayang pendapatan yang diperoleh oleh KUB Sibalie Resoe dalam sebulannya sekitar = Rp 22.000.000,00. h. Pangsa Pasar Untuk mengetahui pangsa pasar yang dimiliki oleh KUB Sibalie Resoe adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :         = = = =

          /      !   ",$ 

 .. 

=

257,4 kg

x 100%

= 0,00215 % Jadi pangsa pasar dari cokelat sayang produksi KUB Sibalie Resoe hanya sekitar 0,00215% untuk pemasaran seluruh Indonesia. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pangsa pasar cokelat sayang ada walaupun itu hanya sedikit atau kecil. B. Analisis Matriks General Electric (GE ) Dengan Faktor-Faktor Daya Tarik Industri dan Faktor-Faktor Kekuatan Bisnis Untuk menganalisis pembahasan mengenai prospek dan strategi pengembangan perusahaan pengolahan cokelat, maka penulis menggunakan Metode analisis Matriks General Elektrik yang menyertakan parameter faktor daya tarik industri dan Faktor kekuatan bisnis.

14

Tabel 21.

Penentuan Faktor Daya Tarik Industri

Faktor Daya Tarik Industri 1. Potensi Pasar 2. Margin Laba Industri 3.Peraturan Daerah yang Mendukung 4. Intensitas Persaingan 5. Tingkat Pendapatan masyarakat 6. Proyeksi Pertumbuhan Pasar 7. Gaya Hidup 8. Bahan Baku 9. Potensi Pemanfaatan coklat untuk berbagai produk. Total Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2010.

0,143 0,110 0,063

2,667 2,333 1,667

Skor (Bobot x Rating) 0,382 0,257 0,106

0,043 0,080 0,113 0,083 0,243 0,120 1,0

1,000 2,667 3,000 1,667 3,000 3,000 -

0,043 0,213 0,340 0,139 0,730 0,360 2,570

Bobot

Rating

Dari tabel 21 diatas dapat diketahui bahwa skor yang dimiliki oleh faktor-faktor daya tarik industri adalah 2,570. Selanjutnya dapat dilihat bahwa yang memiliki skor yang paling tinggi adalah bahan baku yaitu 0,730 karena bahan baku banyak tersedia lokasi perusahaan yaitu Kabupaten Luwu Utara. Sedangkan bobot yang terendah adalah intensitas persaingan yaitu 0,043 karena cokelat sayang belum dapat bersaing dengan produk-produk yang ada dipasaran.. Adapun hasil penentuan faktor kekuatan bisnis dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 22. Penentuan Faktor Kekuatan Bisnis Faktor Kekuatan Bisnis

Bobot

Rating

Skor (Bobot x Rating)

1.Modal 2.Kemampuan Teknologi 3.Inovasi 4.Sumber Daya Manusia 5.Kekuatan Pemasaran a. Jaringan distribusi b. Promosi 6.Kapasitas Produksi 7.Pangsa Pasar 8.Penjualan

0,173 0,110 0,103 0,073

3,000 2,000 1,000 1,333

0,520 0,220 0,103 0,098

0,057 0,100 0,103 0,107 0,173

1,000 2,000 2,000 3,000 2,667

0,057 0,200 0,207 0,320 0,462

-

2,187

Total 1,000 Sumber Data: Primer Setelah Diolah, 2010.

Dari tabel 22 diatas dapat diketahui bahwa skor yang dimiliki oleh faktor kekuatan bisnis adalah 2,187. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kekuatan bisnis yang memiliki skor yang tinggi adalah modal sebesar 0,520. Hal ini karena perusahaan mempunyai modal yang cukup besar disamping itu perusahaan juga mendapat bantuan dari pemerintah berupa mesin-mesin peralatan pengolahan cokelat. Sedangkan kekutan bisnis yang memiliki bobot yang rendah adalah jaringan distribusi yaitu sebesar 0,057. Hal

15

ini disebabkan karena KUB Sibalie Resoe belum mempunyai jaringan distribusi, KUB Sibalie Resoe masih melakukan pemasaran secara langsung produk-produknya yaitu konsumen yang mau mebeli cokelat sayang dan cokelat bubuk sayang langsung ke pabriknya. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. KUB Sibalie Resoe mempunyai prospek yang cukup cerah di masa yang akan datang . 2. Dari hasil analisis Matrik General Electrik diketahui bahwa perusahaan KUB Sibalie Resoe berada pada posisi sedang sehingga Strategi yang harus dilakukan oleh KUB Sibalie Resoe adalah strategi pertumbuhan berdasarkan segmen pasar, spesialisasi dan investasi selektif. B. Saran 1. Industri pengolahan kakao ini memiliki potensi dan prospek yang cukup besar untuk dikembangkan, maka perusahaan ini harus melakukan investasi modal dengan menambah kapasitas mesin-mesin peralatan pengolahannya untuk memenuhi peluang pasar yang yang dimiliki oleh perusahaan KUB Sibalie Resoe. 2. Kemungkinan pengkajian lanjutan yang lebih mengkhususkan kepada peran pemerintah dan peran permodalan terkait dengan pengembangan industri pengolahan cokelat ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Penentuan Dan Pengendalian Biaya Bahan Baku Dan Biaya Tenaga Kerja. http://id.shvoong.com/buiness-management/accounting/ 1926672penentuan-dan-pengendalian-biaya-bahan/. Diakses Pada tanggal 25 Februari 2010. Fitri Lukiastusi Kurniawan, Muliawan Hamdani, 2008. Manajemen Strategik Dalam Organisasi, Media Pressindo, Yogyakarta. Hatta, Sunanto. 1992. Cokelat budidaya, pengolahan hasil dan aspek ekonominya. Kanisius, Yogyakarta Kotler, Philip. 1994. Manajemen Pemasaran: Analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian. Edisi ketujuh. FE UI. Jakarta. Martono, HS, 1997. Ekonomi Perusahaan. Lubuk Agung, Bandung. Rudi Wibowo, 2009. Kakao, Komoditas Unggulan yang Masih Diabaikan. Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Jember, Kompas Cetak , Selasa, 23 Juni 2009.

16

Samuelson, A. Paul. 2003. Ilmu Mikroekonomi. Edisi Tujuh Belas. PT. Media Global Edukasi, Jakarta. Siregar, H.T.S, Riyadi, L. Nuraeni, 1994. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.