BAHASA ISYARAT SEBAGAI POLA KOMUNIKASI

Download Keberadaan bahasa isyarat sebagai komunikasi non verbal merupakan bahasa kodrati kaum .... mendalam tentang bagaimana “Bahasa Isyarat Sebag...

0 downloads 685 Views 307KB Size
BAHASA ISYARAT SEBAGAI POLA KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU (Studi Analisis Etnografi Komunikasi pada Anak Tunarungu dalam Film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” Di SCTV)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh: ZUMA KARIMA 1401026117

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016

A. Latar Belakang Sepanjang manusia ingin hidup akan selalu membutuhkan cara untuk berkomunikasi (sitepu, 2012:2004). Hal ini dikarenakan peran manusia sebagai makhluk sosial selalu didorong oleh keinginan berhubungan dengan manusia lainnya. Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis”, artinya membuat atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Berasal dari akar kata “communico” yang artinya berba bergi. Kata komunikasi disebut juga berasal dari bahasa Inggris “communication” atau “communicare” yang memiliki arti membuat sama (to make common). Komunikasi sebagai kata kerja (verb) “communicate” memiliki arti bertukar pikiran, perasaan, dan informasi, membuat tahu, membuat sama, dan mempunyai hubugan yang simpatik. (Stuart, 1983).1 Secara terminologi, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh satu pihak kepada pihak yang lainnya atau banyak pihak supaya bisa terhubung dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Menurut Harold Laswell, komunikasi merupakan gambaran mengenai siapa , berbicara apa , melewati media apa , terhadap siapa , serta apa dampaknya. 2 Sedangkan West dan Turner (2009) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses sosial dimana individu menggunakan simbol-simbol untuk membangun dan menafsirkan makna dalam lingkungan mereka.3 Komunikasi menggunakan 2 sistem signal yakni verbal dan non verbal. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas komunikasi non verbal secara lebih lanjut dalam etnografi komunikasi dalam film“Sebuah Lagu Untuk Tuhan” yang di tayangkan di SCTV pada tahun 2015. Komunikasi non verbal yakni komunikasi tanpa menggunakan suara atau kata-kata melainkan menggunakan gerak tubuh, sentuhan, isyarat dan lainnya. Komunikasi non verbal mempunyai pengaruh yang lebih besar bagi kehidupan sehari-hari, hal ini dikarenakan adanya kepercayaan umum bahwa gerakan tubuh, ekspresi wajah, kualitas vokal dan isyarat non verbal lainnya tidak dapat dibuat-

1

Najahan Musyafak, Islam dan Ilmu Komuikasi, (Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015), hal. 4-5 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 9-10 3 Najahan Musyafak, Islam dan Ilmu Komuikasi, (Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015), hal. 6. 2

buat supaya tampak otentik oleh orang yang bukan ahlinya (Steward, 2001:114115). Keberadaan bahasa isyarat sebagai komunikasi non verbal merupakan bahasa kodrati kaum tunarungu, yang tidak hanya membantu anak tunarungu dalam penguasaan bahasa, tetapi juga menjadikan mereka sebagai suatu masyarakat tutur sendiri. Sebagai masyarakat tutur, kaum tunarungu akan mempunyai perilaku komunikasi yang khas. Adanya sistem kebahasaan sendiri, membuat para penyandang cacat tunarungu akan memiliki aturan-aturan berbahasa yang berbeda dengan orang-orang normal yang menggunakan bahasa lisan. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai etnografi komunikasi pada anak tunarungu. Etnografi komunikasi adalah salah satu dari sekian metode penelitian bidang

komunikasi

yang

beranjak

dari

paradigma

interpretative

atau

konstruktivis. Metode ini mengkhususkan diri pada kajian mengenai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam suatu masyarakat tutur. Etnografi komunikasi secara sederhananya adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikasi suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan

dalam

masyarakat

yang

berbeda-beda

kebudayaanya

(Koentjaraningrat, dalam Kuswarno, 2008:11). Dan disini peneliti akan mengulas mengenai penggunaan bahasa kaum tunarungu. Tunarungu merupakan

seseorang yang mengalami kekurangan atau

kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnyaa yang diakibatkan oleh tidak fungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga anak tersebut tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari. (Sutjihati Somantri: 1996). Orang-orang penyandang tunarungu bukan lagi menggunakan bahasa verbal melainkan bahasa non verbal dimana bahasa non verbal diartikan sebagai bahasa yang menggunakan isyarat gerak tubuh. Namun dalam dunia komunikasi massa utamanya televisi sebagai media penyampaian pesan 80 % menggunakan komunikasi verbal yaitu komunikasi secara langsung menggunakan suara. Sehingga hal tersebut tidak menjamin adanya distribusi informasi yang merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda khususnya penyandang tunarungu.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 28F berbunyi, ”Bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan saluran yang berbeda” (UUD `45, 2015:22). Kesulitan mendapat informasi bagi kaum tunarungu dikarenakan jarang sekali siaran televisi terutama dalam sinetron atau film menggunakan penerjemah (interpreter) bahasa isyarat. Bahasa isyarat merupakan salah satu bahasa yang dibutuhkan oleh penyandang difabel tunarungu agar dapat memahami dan menerima pesan dan dengan pemahaman menggunakan bahasa isyarat sesuatu yang ditayangkan dalam dunia pertelevisian yang disampaikan mampu memenuhi kebutuhan akan informasi bagi penyandang tunarungu khususnya dalam memahami konteks dakwah dalam sebuah film. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134). Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan agama, pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang – lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya. Dari berbagai macam film, ada film yang menggunakan bahasa verbal ada juga yang menggunakan bahasa non verbal atau bahasa isyarat. Berbicara mengenai film yang menggunakan bahasa isyarat, stasiun tv SCTV telah menayangkan film yang asal mulanya sudah tayang di Bioskop di Indonesia. Film yang berjudul “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” dimana film ini merupakan film Indonesia pertama yang menjadikan tokoh tuli sebagai pemeran utamanya yang didalamnya terdapat teks terjemah Bahasa Indonesia. Film tersebut diproduksi oleh Film One Production, Safe Care di tahun 2015 ini sekaligus disutradarai oleh Hamdhani Koestoro dan diproduseri oleh Hamdhani Koestoro, dan Ferry Haryanto yang ditayangkan pada 29 Oktober 2015 di seluruh Bioskop Indonesia.

Film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” ini menceritakan tentang seorang gadis tuna rungu yang jujur dan baik hati bernama Angel (Eriska Rein). Suatu hari Angel bertemu dengan Gilang (Steven William) yang merupakan seorang penyanyi terkenal yang sudah vakum. Gilang sendiri memilih vakum sejak dirinya kehilangan inspirasi dari dunia tarik suara karena kasus korupsi yang menimpa sang ayah. Film ini berkisah tentang “malaikat yang menyamar” menjadi seorang gadis bernama Angel, seorang tunarungu yang baik hati, ramah dan juga jujur. Di dalam hidupnya, dia hanya melakukan kebaikan setiap waktunya. Suatu hari dia nggak sengaja ketemu sama Gilang, seorang lelaki tampan dari kota lain. Dia yang penyanyi terkenal dikota sedang berkunjung ke tempat yang nyaman karena dia stress menghadapi masalah keluarganya, yaitu ayahnya yang sedang terjerat kasus korupsi. Pertemuan mereka berdua berlanjut sampai ke pertemanan, persahabatan lalu percintaan. Gilang sudah belajar banyak hal dari Angel, karena itulah Gilang menyayangi Angel. Sayangnya, takdir memisahkan mereka. Angel divonis terserang penyakit kronis. Dia sampai menggundul rambutnya karena sudah semakin tipis. Karena waktu Angel semakin sedikit, dia punya pesan terakhir buat Gilang. Dia ingin dibuatkan lagu untuk Tuhan, agar kelak setelah dia bertemu Tuhan, dia bisa menyanyikan lagu itu dihadapan Tuhan. Film ini merupakan film yang mendidik dalam bidang agama, maupun sosial serta mengajarkan penikmat film bagaimana cara yang baik dalam menyikapi permasalahan dalam kehidupan sosial dan agama sehari-hari meskipun dengan keadaan pendengaran dan penuturan kata yang tidak sempurna. Latar belakang itulah yang menarik peneliti untuk mengeksplorasi lebih mendalam tentang bagaimana “Bahasa Isyarat Sebagai Pola Komunikasi Anak Tunarungu (Studi Analisis Etnografi Komunikasi Pada Anak Tunarungu Dalam Film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” Di Sctv)”, melalui tokoh Angel. Film ini memiliki banyak unsur untuk diteliti, demikian juga dengan pendekatan yang digunakan dalam menelitinya. Salah satu metode yang akan digunakan peneliti yaitu metode kualitatif studi etnografi komunikasi, karena metode ini dapat menggambarkan, menganalisis, dan menjelaskan perilaku komunikasi dari suatu kelompok sosial.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah di bahas di atas, maka pokok permasalahan yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana Pola Komunikasi Anak Tunarungu yang Menggunakan Bahasa Isyarat sebagai Pengganti Bahasa Lisan? 2. Bagaimana Analisis Etnografi Komunikasi pada Anak Tunarungu dalam film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” yang ditayangkan di SCTV?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui cara tunarungu dalam berkomunikasi dengan lingkungan disekitarnya. 2. Mengidentifikasi bahasa isyarat sebagai etnografi komunikasi pada penderita tunarungu. 3. Menjelaskan peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang (recurrent events) pada komunikasi anak tunarungu. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adaah: 1. Memberikan pemahaman kepada orang-orang penyandang tunarungu yang kurang akan informasi baik dalam dunia pendidikan, agama, moral melalui dunia perfilman. 2. Sebagai tolok ukur media pertelevisian untuk membuatkan tayangan baik berupa berita atau film yang mendidik yang dapat dipahami oleh orang-orang yang berkebutuhan khusus.

D. Tinjauan Pustaka Buku-buku yang peneliti gunakan yaitu buku-buku tentang Ilmu Komunikasi dan Perfilman serta hasil penelitian yang membahas tentang etnografi komunikasi dan bahasa isyarat bagi tunarungu, namun penelitian dalam skripsi ini terdapat beberapa perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan khususnya terkait dengan Bahasa Isyarat Sebagai Pola Komunikasi Anak Tunarungu (Studi Analisi Etnografi Komunikasi Pada Anak Tunarungu Dalam Film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” Di SCTV). Diantaranya adalah skripsi yang ditulis oleh Hafizha Rizna Febrina salah satu alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Penggunaan Bahasa Isyarat Sabagai Komunikasi (Studi Efektivitas Komunikasi Non Verbal dan Non Vokal pada siaran Berita TVRI Nasional Terhadap Penyandang Tunarungu SLB PGRI Minggir, Sleman, Yogyakarta). Dalam penelitiannya ditemukan bahwa peneliti menggunakan metode survey karena penelitiannya berupa kuantitatif dan stasiun TV yang digunakan untuk penelitiannya merupakan stasiun TVRI serta penelitiannya menitikberatkan pada tayangan berita. Penelitian Angga Nikola Fortuna mahasiswa Universitas Padang yang berjudul Persepsi Siswa Tunarungu Terhadap Penggunaan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi. Didalam penelitiannya ditemukan bahwa peneliti menggunakan

jenis

penelitian

kuantitatif

yang

menggunakan

metode

pengumpulan data dan analisis data. Penelitian tersebut tidak merujuk kedalam dunia pertelevisian. Penelitian dari Devita Fitriana tahun 2012 Universitas Komputer Indonesia Bandung yang berjudul Komunikasi Antar Pribadi Tunagrahita (Studi Etnografi Komunikasi Kegiatan Belajar Mengajar Tunagrahita di (SLB-C Lanud Sulaiman). Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu metode etnografi dengan pendekatan kualitatif, dan peneliti menggunakan teknik purvosife sampling dan diperoleh informan berjumlah 4 orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, studi pustaka, observasi, dan internet searching. Penelitian Dian Andhyka Putry tahun 2013 Universitas Sumatera Utara Medan yang berjudul Aktivitas Komunikasi Orang tua dengan Anak Tunarungu (Studi Etnografi Komunikasi tentang Aktivitas Komunikasi Verbal dan Nonverbal Orang Tua dengan Anak Tunarungu di SLB Negeri 012200 Kota Kisaran. Dalam

penelitiannya menggunakan metode etnografi komunikasi dengan pendekatan kualitatif. Dan hasil temuannya menunjukkan bahwa situasi komunikasi prang tua dengan anak tunarungu masih terbatas. Dari berbagai pelacakan pustaka di atas penulis belum menjumpai secara spesifik penelitian yang membahas tentang “Bahasa Isyarat Sebagai Pola Komunikasi Anak Tunarungu (Studi Analisis Etnografi Komunikasi Pada Anak Tunarungu Dalam Film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” Di Sctv)”. Sehingga penelitian skripsi ini dengan pokok-pokok pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi sangat penting untuk menelusuri akar permasalahan serta memberikan hal baru kepada masyaraka dan penyandang tunarungu khususnya para media pertelevisian di seluruh Indonesia tentang pentingnya menerapkan pola komunikasi bahasa isyarat didalam tayangan perfilman indonesia guna pelestarian dan nguri-nguri kesenian dalam film bagi kemaslahatan masyarakat dan penyandang tunarungu. E. Kerangka Teori 1. Teori Bahasa Bahasa didefinisikan oleh para ahli antropologi sebagai “Sandi konseptual sistem pengetahuan, yang memberikan kesanggupan kepada penuturpenuturnya guna menghasilkan dan memahami ujaran”. Sedangkan menurut ilmu linguistic, sebagai ibunya bahasa, definisi bahasa adalah “a system of communication by symbols, i.e., through the organs of speech and hearing , among human beings of certain group or community, using vocal symbols processing arbitrary conventional meanings”.4 Bahasa pada hakikatnya merupakan

simbol

yang

kompleks

karena

terbentuk

dari

proses

pengkombinasian dan pengorganisasian simbol-simbol, hingga memiliki arti khusus yang berbeda jika simbol itu berdiri sendiri. Bahasa menghubungkan simbol-simbol ke dalam proposisi, jadi merupakan refleksi dari realitas.

4

Prof. Dr. Engkus Kuswarno, M. S. Etnografi Komunikasi, (Padjajaran: Widya, 2008), hal 3-5.

Sehingga melalui bahasalah, manusia memahami realitas, berkomunikasi, berfikir, dan merasakan. Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan

bagaimana

masyarakat

penggunanya

mengkategorikan

pengalamannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang dipahami oleh masyarakat. Sedangkan yang dimaksud bahasa dalam penelitian ini adalah simbol atau isyarat yang digunakan tunarungu untuk berkomunikasi dengan orang disekitarnya yag merupakan tiruan realitas dalam film Sebuah Lagu Untuk Tuhan, terutama Etnografi komunikasi anak tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat yang disebutkan dalam film melalui tokoh Angel. 2. Bahasa Isyarat a. Pengertian bahasa isyarat Bahasa isyarat adalah bahasa yang menekankan kepekaan penggunanya pada indera penglihatan, berbeda dengan bahasa verbal yang menekankan pada indera pendengaran. Bahasa isyarat merupakan bahasa yang lazim dipergunakan oleh penyandang tunarungu dibelahan dunia manapun, suatu bahasa yang sama sekali tidak mengandalkan pada sistem bunyi.5 b. Macam-macam Isyarat 1) Isyarat pokok, yaitu isyarat yang melambangkan sebuah kata/konsep atau isyarat yang dibentuk oleh komponen makna. 2) Isyarat tambahan, yaitu isyarat yang melambangkan awalan, akhiran, dan partikel.

5

Ibid, hal. 80-85.

3) Isyarat bentukan, yaitu isyarat yang dibentuk dengan menggabungkan isyarat pokok dengan isyarat tambahan atau ynag menggambungkan dua atau lebih isyarat pokok, seperti kata ulang. 4) Abjad jari atau isyarat yang dibentuk oleh jari-jari tangan. c. Kebudaya tunarungu (Deaf Culture) Bahasa

Isyarat

merupakan

kegemaran

tunarungu

dalam

berkomunikasi dibandingkan dengan membaca bibir atau bicara. Bahasa isyarat merupakan bahasa ibu bagi mereka, karena member kemudahan bagi mereka dan dipelajari secara alami.

Bahasa isyarat juga

menghindarkan mereka dari pengucilan masyarakat, karena mereka memiliki bahasa sendiri. Namun disisi lain ketidaktahuan masyarakat mengenai bahasa isyarat, dan tingginya egosentrisme pada bahasa lisan, membuat komunikasi anak tunarungu tidak mengalami perkembangan yang begitu berarti. Deaf culture diterjemahkan sebagai cara berbicara atau cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dalam suatu deaf community. Sehingga tidak menutup kemungkinan, cara berbicara mereka di pengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, sehingga dunia mengenal banyak bahasa isyarat. 3. Pola Komunikasi Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai macam model komunikasi dan bagian dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan dalam berkomunikasi. Pola komunikasi identik dengan proses komunikasi, karena pola komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi.

Proses komunikasi merupakan rangkaian dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga menghasilkan feedback dari penerima pesan. Dari proses komunikasi, akan timbul pola, model, bentuk dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan erat dengan proses komunikasi. Di sini akan diuraikan proses komunikasi yang sudah masuk dalam kategori pola komunikasi yaitu; pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear, dan pola komunikasi sirkular. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif6 yang bersifat deskriptif analitis, karena penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana Penggunaan Bahasa Isyarat sebagai Pola Komunikasi Anak Tunarungu yang dianalisis menggunakan Studi Etnografi Komunikasi Pada Anak Tunarungu Dalam Film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” di SCTV sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana pola komunikasi yang digunakan anak tunarungu dalam sebuah film religi untuk kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi dan acuan atau contoh model pola komunikasi dan pengembangan bahasa isyarat bagi tunarungu serta acuan untuk stasiun tv yang belum menayangkan berita atau film yang di dalamnya menggunakan bahasa isyarat.

6

Penelitian yang lebih menekankan analisinya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan mengumpulkan logika ilmiah. Lihat Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm, 5.

2. Sumber Data Sumber data Primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan peneliti dari dari sumber utamanya yaitu dari pengamatan peneliti terhadap film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” di SCTV dari VCD. Sumber data sekunder yaitu data yang relevan dan berhubungan dengan topik penelitian berupa buku-buku yang membahas tentang pola komunikasi anak tunarungu dan etnografi komunikasi serta hasil wawancara dari pihak – pihak yang terkait. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang di gunakan adalah observation/field research, wawancara dan dokumentasi a. Field Research / Observasi Lapangan Field Research / Observasi Lapangan adalah metode pengumpulan data dengan berdasarkan pengamatan dan observasi kejadian serta fakta di lapangan, yaitu dengan melihat secara langsung proses dan kegiatan komunikasi anak tunarungu . Tekhnik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan mewawancarai beberapa pihak yang terkait dengan tema penelitian ini seperti pihak lembaga yang menangani penderita anak tunarungu yang kami jadikan sebagai objek penelitian. Tekhnik wawancara yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. b. Dokumentasi Tekhnik Dokumentasi yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan mengumpulkan dokumen dan data – data yang terkait dengan

pola komunikasi anak tunarungu baik berupa buku-buku, makalah, Jurnal maupun website. Sedangkan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini antara lain: a. Mengidentifikasi film Sebuah Lagu Untuk Tuhan melalui VCD (Video Compact Disk). b. Mengamati dan memahami skenario film Sebuah Lagu Untuk Tuhan sesuai dengan langkah-langkah yang akan dilakukan penelitian ini yaitu tokoh-tokohnya. Lebih spesifik film akan dibagi yang teridiri dari beberapa scene khususnya scene yang mengandung bahasa isyarat. c. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan cuplikan frame dari adegan yang dimaksud.

4. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan oleh penulis adalah metode analisis kualitatif7. Hal ini disebabkan karena data- data yang akan di analisis merupakan data-data yang diperoleh dengan pendekatan kualitatif. Dalam menganlisis data tersebut digunakan metode analisis deskriptif analisis, yakni menggambarkan terlebih dahulu bagaimana penggunaan bahasa isyarat sebagai pola komunikasi anak tunarungu. Selanjutnya dari deskripsi tersebut penulis dapat melihat dan menganalisis mengenai etnografi komunikasi pada anak tunarungu dalam film sebuah lagu untuk

7

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya. Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan. Baca Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D......., hlm, 245.

tuhan di SCTV yang menganalisis kekurangan dan kelebihan etnografi komunikasi dalam pola komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat. G. Sistematika Penelitian Dalam penulisan skripsi ini agar terbentuk suatu sistematika penulisan yang baik dan terarah, maka dalam pembahasannya terbagi menjadi lima bab yakni : Bab pertama,

menjelaskan mengenai tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, definisi konseptual, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab kedua, ini diuraikan dan dijelaskan menegenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian, yaitu : tinjauan tentang pola komunikasi dan bahasa isyarat Bab ketiga, Berisi tentang deskripsi film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan”. Bab ini berisi sinopsis film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan”. Bab keempat, Merupakan analisis etnografi komunikasi dalam film “Sebuah Lagu Untuk Tuhan” yang barkaitan dengan bahasa isyarat sebagai pola komunikasi. Bab kelima, Merupakan penutup yang berisi kesimpulan, dan saran-saran Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat

Daftar pustaka Azwar , Saifudin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Efendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung; Remaja Rosdakarya Kuswarno, Engkus. 2008.Etnografi Komunikasi. Padjajaran: Widya. Musyafak, Najahan . 2015. Islam dan Ilmu Komuikasi; Semarang: CV Karya Abadi Jaya Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.