DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL

Download ABSTRAK. Wanita yang mengalami sectio caesarea (SC) merasakan nyeri setelah operasi pada daerah insisi. Hal ini disebabkan oleh robeknya ja...

0 downloads 532 Views 125KB Size
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN ................................................ iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ................................................. iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan Caesar/Sectio Caesarea ............................................................ 10 2.2 Aromaterapi Lemon ……........................................................................... 20 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 33 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............................. 34 3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 35

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 36 4.2 Kerangka Kerja ......................................................................................... 37 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 38 4.4 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian .......... 38 4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 39 4.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................................... 44 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 48 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 52 5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 63 BAB 6 PENUTUP 6.1 Simpulan .................................................................................................... 64 6.2 Saran .......................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ABSTRAK Wanita yang mengalami sectio caesarea (SC) merasakan nyeri setelah operasi pada daerah insisi. Hal ini disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus. Aromaterapi lemon adalah metode non farmakologis dengan cara inhalasi untuk mengurangi nyeri pasca SC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inhalasi aromaterapi lemon dalam menurunkan nyeri pasca SC di ruang Dara RSUD Wangaya. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental yaitu Pre-Test and Post-Test with Control Group Design. Responden dipilih dengan teknik purposive sampling yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 17 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol. Pengumpulan data sebelum dan sesudah diberikan intervensi menggunakan skala ukur NRS (Numerical Rating Scale). Pada analisis perbedaan skala nyeri pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai p=0,000 (p≤0,05). Artinya ada pengaruh inhalasi aromaterapi lemon dalam menurunkan nyeri pasca SC di Ruang Dara RSUD Wangaya. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pada ibu pasca SC untuk menerapkan penggunaan aromaterapi lemon sebagai upaya untuk menurunkan nyeri.

Kata kunci

: aromaterapi lemon, nyeri, sectio caesarea

Referensi

: (57: 2000-2013)

ABSTRACT Women with post-sectio caesarea (SC) experience pain after a perceived surgery in the incision region. It caused by tissue tearing of the abdominal wall and uterine wall. Lemon aromatherapy is a nonpharmacological method by inhalation to reduce postSC pain. This study aims to determine the effect of lemon aromatherapy inhalation in reducing post-SC pain in Ruang Dara RSUD Wangaya. This research used experimental quasy design with Pre-Test and Post-Test Control Group Design. The Respondent chosen by purposive sampling technique which consist of 17 treatment group and 17 control group. Data collection before and after intervention using NRS (Numerical Rating Scale). The Analyse by Mann Whitney test on the difference of pre-test and post-test pain scale in the treatment and control group, p = 0,000 (p≤0,05). It Means, there is an effect of lemon aromatherapy inhalation to reducing post-SC pain in Ruang Dara RSUD Wangaya. Based on the result, it is suggested in post-SC women to apply lemon aromatherapy as an effort to decrease pain.

Keywords

: lemon aromatherapy, pain, sectio caesarea

Reference

: (57: 2000-2013)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang

Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal yaitu suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan yang dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Sulistyawati, 2009). Ada dua cara persalinan yaitu persalinan normal dan persalinan abnormal. Persalinan normal yaitu persalinan lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan alami yaitu proses lahirnya bayi berdasarkan letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2000). Sedangkan persalinan abnormal atau bisa disebut dengan persalinan caesar merupakan suatu tindakan persalinan pervaginam abnormal dengan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009). Persalianan Caesar atau disebut juga dengan sectio caesarea (SC) adalah suatu cara melahirkan janin dengan insisi pada abdomen dan uterus (Joy, 2009). Sectio caesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu yaitu sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi. Selain itu sectio caesarea juga menjadi alternatif persalinan tanpa indikasi medis karena dianggap lebih mudah dan nyaman. Sectio caesarea sebanyak 25% dari jumlah kelahiran yang ada dilakukan pada ibu yang tidak memiliki resiko tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi persalinan lain (Depkes, 2012). Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan

sectio caesarea sebesar 47,22%, tahun 2001

sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68%, tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan, dan tahun 2009 sebesar sekitar 22,8%

(Karundeng, 2014). Angka kejadian SC di Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011 rata-rata sebesar 7% dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan 2012 rata-rata kejadian SC meningkat menjadi sebesar 12% (WHO, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan kelahiran bedah sesar sebesar 9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Dampak dari persalinan caesar salah satunya adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan ibu pasca sectio caesarea berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003). Nyeri tersebut terdiri atas dua komponen, yaitu komponen fisiologis dan komponen psikologis. Pada sectio caesarea terjadi pembedahan yaitu suatu tekanan yang bisa menimbulkan stres fisiologis (respon neuroendokrin) dan stres psikologis (cemas dan takut) (Baradero, 2009). Komponen fisiologis merupakan proses penerimaan impuls oleh saraf sensorik dan menyalurkan impuls tersebut menuju saraf pusat. Sementara itu, komponen psikologis meliputi rekognisi sensasi, interpretasi rasa nyeri dan reaksi terhadap hasil interpretasi nyeri tersebut (Yuliatun, 2008). Pasien sectio caesarea banyak yang mengeluh rasa nyeri pada bekas jahitan. Keluhan ini terjadi karena tubuh mengalami luka dan poses penyembuhannya tidak sempurna. Dampak nyeri yang dapat ditimbulkan adalah hal-hal yang spesifik seperti pengaruhnya terhadap pola tidur, pola makan, energi, serta aktifitas keseharian (Muttaqin, 2008). Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang biasa terjadi pada banyak pasien yang pernah mengalami pembedahan (Potter & Perry, 2005). Pasien pasca persalinan dengan operasi sectio caesarea akan mengalami nyeri. Adanya nyeri tersebut maka seseorang akan cenderung malas dan takut untuk beraktivitas. Selain itu juga terdapat masalah lain yaitu penurunan kemampuan fungsional dikarenakan adanya nyeri dan kondisi ibu yang masih lemah (Basuki, 2007). Tidak ada dua individu mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri yang identik sama pada seorang individu karena nyeri bersifat subjektif (Potter & Perry, 2010).

Nyeri pada pasien pasca sectio caesarea akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. Menurut Anggorowati (2007) bahwa 68% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi, bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui akibat adanya nyeri. Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan pasien menunda pemberian air susu ibu (ASI) sejak awal pada bayinya, karena rasa tidak nyaman selama proses menyusui berlangsung atau peningkatan intensitas nyeri setelah operasi (Batubara, 2008). Ibu dengan persalinan sectio caesarea mengalami nyeri skala tinggi selama 24 jam pertama. Berdasarkan penelitian tentang nyeri di Brazil, menggunakan Numeric Category Scale didapatkan hasil nyeri ringan pada ibu pasca sectio caesarea dengan rata-rata skala 4 dirasakan ketika dalam keadaan istirahat, pada saat berjalan merasakan nyeri rata-rata skala 6, duduk kemudian berdiri menunjukkan rata-rata skala nyeri tertinggi yaitu 7. Sebanyak 75% lokasi nyeri berada pada sekitar luka dan responden mengatakan mengalami kendala beraktivitas akibat nyeri (Sousa, 2009). Dewasa ini banyak strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologi dan non farmakologi yang ditawarkan untuk menurunkan nyeri pada pasca persalinan, baik metode farmakologi (menggunakan obat-obatan) maupun nonfarmakologi (secara tradisional) (Smeltzer, 2009). Penanganan farmakologi untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan penghilang nyeri. Secara farmakologi diberikan analgesia, seperti asetaminofen (tylenon), ketorolac (toradol), meperidin 50 hingga 75 mg diberikan secara intramuskular setiap 3 jam seperlunya untuk mengatasi ketidaknyamanan (Perry & Potter, 2006). Menurut Simpson (2001), keahlian perawat dalam berbagai strategi penanganan rasa nyeri adalah hal yang sangat penting, tapi tidak semua perawat meyakini atau menggunakan pendekatan non farmakologi untuk menghilangkan rasa nyeri ketika merawat ibu yang menjalani persalinan karena kurangnya pengenalan teknik non farmakologi, maka perawat harus mengembangkan keahlian dalam berbagai strategi dalam penanganan rasa nyeri.

Metode non farmakologi pada ibu post partum dapat mengurangi konsumsi obatobatan dalam upaya penanggulangan nyeri. Beberapa terapi non farmakologi seperti menggunakan sentuhan afektif, sentuhan terapeutik, relaksasi, teknik imajinasi, distraksi, hipnosis, kompres dingin atau kompres hangat, pengobatan komplementer homeopati, aromaterapi, osteopati, maupun akupresur, TENS

(Transcutaneous

Eletrical Nerve Stimulation) dan relaksasi Benson (Potter & Perry, 2006). Salah satu terapi non farmakologi yang masih jarang digunakan yaitu aromaterapi. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis, gangguan rasa nyaman seperti depresi, nyeri, mual dan sebagainya (Watt & Janca, 2008). Aromaterapi sering diartikan sebagai penggunaan minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan dan vitalitas tubuh, pikiran serta jiwa (Jaelani, 2009). Minyak atsiri ini merupakan salah satu jenis pengobatan alternatif yang menyatakan bahwa aroma tertentu berasal dari tanaman yang memiliki efek penyembuhan (Nugroho, 2008). Aromaterapi dapat digunakan melalui pemijatan, pengolesan, mandi, inhalasi, semprot dan kompres (Dochterman & Bulechek, 2004). Mekanisme kerja perawatan aromaterapi pada tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat dan emosi seseorang. Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui penghirupan sehingga akan direkam oleh otak sebagai proses penciuman (Yunita, 2010). Beberapa peneliti mengatakan bahwa indra penciuman memiliki peran, reseptor bau dihidung berkomunikasi dengan bagian-bagian di otak (amigdala dan hipokampus) yang berfungsi sebagai penyimpan emosi dan kenangan. Ketika bernafas molekul minyak atsiri akan terhirup dan akan merangsang bagian-bagian otak dan mempengaruhi fisik, emosiomal, dan mental. Kohatsu (2008) menyatakan pemakaian minyak esensial secara inhalasi merupakan metode yang dinilai paling efektif, sangat praktis dan memiliki khasiat yang langsung

dapat dirasakan efeknya dibanding dengan teknik yang lain. Kebanyakan aromaterapi yang digunakan pada ibu berupa essential oil yang dihirup. Teknik inhalasi ini lebih mudah untuk masuk ke dalam tubuh. Aromaterapi memberikan beragam efek bagi penghirupnya seperti ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu pasca persalinan dalam menurunkan nyeri. Tetapi masyarakat belum banyak yang menggunakan dan mengetahui efek dari aromaterapi tersebut. Aromaterapi merupakan salah satu jenis metode pengobatan tradisional yang dibentuk dari berbagai jenis ekstrak tanaman, dengan cara pembuatan yang berbedabeda dan dengan cara penggunaan yang berbeda pula (Dochterman, 2004). Adapun beberapa aromaterapi yang dapat digunakan seperti aromaterapi lavender, jasmine, lemon, orange, peppermint, ginger, ylang-ylang dan lain-lain (Jaelani, 2009). Aromaterapi memiliki banyak digunakan sebagai kosmetik, parfum, dan pengobatan. Aromaterapi yang paling sering digunakan berasal dari berbagai bunga seperti lavender, kenanga, cendana dan masih jarang menggunakan buah sebagai aromaterapi. Salah satu pengobatan dengan aromaterapi yaitu dapat menurunkan nyeri. Aromaterapi lemon merupakan aromaterapi yang masih jarang digunakan dan diyakini dapat menurunkan nyeri pada ibu pasca persalinan. Penelitian yang dilakukan Ruth Berliana (2011) dengan judul “Pengaruh pemberian terapi musik terhadap perubahan intensitas nyeri pada ibu post sectio caesarea di Bangsal Kenanga RSUD Wates Kulon Progo” ini memakai salah satu terapi non farmakologi yaitu pemberian teknik distraksi terapi musik dengan hasil rata-rata skala nyeri sebelum diberikan terapi musik yaitu 5,64 dengan standar deviasi 1,09 dan terjadi perubahan menjadi 3,79 dengan standar deviasi 1,62 pada rata-rata sesudah diberikan terapi musik. Penelitian lain dengan menggunakan terapi non farmakologi yaitu “Efektifitas terapi aroma lemon terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post laparatomi”, yang dilakukan terhadap 30 responden diperoleh rata-rata skala nyeri pada kelompok perlakuan setelah menghirup aroma lemon selama 10 menit lebih rendah

dibandingkan rata-rata skala nyeri sebelum menghirup aroma lemon (p=0,000). Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya penurunan skala nyeri yang signifikan pada kelompok perlakuan setelah menghirup aroma lemon dengan hasil uji statistik yaitu p=0,000, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan skala nyeri. Jadi dengan menghirup aroma lemon efektif dalam menurunkan skala nyeri pada pasien post laparotomi. Penelitian lain “Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca Operasi di Rumah Sakit Dustira Cimahi” menyebutkan bahwa responden yang terdiri dari 10 orang pasien pasca operasi bedah mayor hari ke-2 yang dikaji skala nyerinya lalu diberikan aroma terapi lavender sebanyak 3 tetes dengan menggunakan pembakar minyak dan tungku selama 10 menit. Responden diminta bernafas normal, tidak melakukan aktivitas lain selama menghirup aromaterapi, dalam kondisi ruangan yang tenang. Selanjutnya satu jam kemudian skala nyeri diukur kembali. Dalam penelitian ini menggunakan aromaterapi yaitu aromaterapi lemon. Lemon minyak essensial adalah salah satu minyak essensial yang dianggap sebagai aromaterapi yang aman digunakan. Minyak essensialnya diambil dari kulit buah yang mempunyai efek menjernihkan, meremajakan, membangkitkan rasa senang dan semangat, meningkatkan suasana hati, nyaman, tenang dan memberikan perasaan santai (Setiyanti, 2008). Menurut Young (2011) minyak aromaterapi lemon mempunyai kandungan limonene 66-80%, geranil asetat, nerol, linalil asetat, α pinene 0,4 –15%, α pinene 1-4%, terpinene 6-14% dan myrcen. Aromaterapi lemon memiliki kandungan limonene yang banyak dibandingkan senyawa lainnya, membuat minyak lemon dapat berfungsi sebagai aromaterapi. Mekanisme kerja aromaterapi lemon pada tubuh melalu inhalasi (dihirup). Berdasarkan data dari Rumah Sakit Wangaya pada tahun 2015 terdapat sebanyak 703 ibu yang melakukan persalinan dengan cara caesar dan pada tahun 2016 terdapat 742 ibu yang melakukan persalinan caesar. Hasil wawancara yang dilakukan pada

perawat jaga dan pasien disana didapatkan bahwa pasien pasca sectio caesarea selalu mengeluhkan nyeri pada daerah insisi. Perawat jaga di ruang inap tersebut mengatakan bahwa hanya memberikan terapi farmakologi berupa analgetik yang diberikan saat diruang operasi dan mengetahui ada terapi non farmakologi aromaterapi dalam menurunkan nyeri tetapi tidak diterapkan. Wawancara pada pasien pasca sectio caesarea juga dilakukan dengan mengatakan bahwa pasien merasakan nyeri pada daerah insisi dan tidak mengetahui adanya terapi non farmakologi berupa aromaterapi dalam menurunkan nyeri pasca sectio caesarea. Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Konteks asuhan keperawatan menyatakan bahwa perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Salah satu kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien adalah nyeri (Asmadi, 2008). Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Lemon dalam Menurunkan Nyeri Pasca Sectio Caesarea di Ruang Dara RSUD Wangaya” 1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah inhalasi aromaterapi lemon dapat menurunkan nyeri pasca sectio caesarea di Ruang Dara RSUD Wangaya?” 1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inhalasi aromaterapi lemon dalam menurunkan nyeri pasca sectio caesarea di Ruang Dara RSUD Wangaya.

1.3.2 Tujuan Khusus a.

Mengidentifikasi karakteristik responden pasca sectio caesarea pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

b.

Mengidentifikasi nyeri pasca sectio caesarea sebelum dan sesudah diberikan inhalasi aromaterapi lemon pada kelompok perlakuan.

c.

Mengidentifikasi nyeri pasca sectio caesarea sebelum dan sesudah diberikan intervensi rutin pada kelompok kontrol.

d.

Menganalisis perbedaan nyeri pasca sectio caesarea pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis a.

Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat menambah wacana keilmuan terutama di bidang keperawatan maternitas dan berguna sebagai bahan untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang upaya penurunan rasa nyeri pasca sectio caesarea dengan pemberian terapi pelengkap non farmakologi yaitu aromaterapi lemon.

b.

Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi dasar atau referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai pengaruh pemberian inhalasi aromaterapi lemon dalam penurunan rasa nyeri pasca sectio caesarea. Peneliti juga mendapatkan pengalaman baru dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dan dapat dijadikan sebagai pembuka wawasan yang lebih luas mengenai penelitian keperawatan maternitas.

1.4.2 Manfaat Praktis a.

Klien Hasil penelitian ini diharapkan klien dapat menambah wawasan dan memberikan

metode

baru

dalam

penggunaan

terapi

pelengkap

nonfarmakologi dalam mengatasi nyeri pasca sectio caesarea. b.

Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi bidan atau perawat dalam penanganan nyeri pasca sectio caesarea terutama pada pemberian informasi atau penyuluhan mengenai terapi nonfarmakologi pemberian inhalasi aromaterapi lemon dalam menurunkan rasa nyeri pasca sectio caesarea.