DAYA INOVASI DAN KREATIVITAS PRODUK DALAM PENGEMBANGAN USAHA

Download Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi. Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan. Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692. 65. Daya I...

0 downloads 566 Views 887KB Size
Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan

Daya Inovasi Dan Kreativitas Produk Dalam Pengembangan Usaha Kripik Tempe Di Kabupaten Ngawi 1

Drs. Bambang Supriyatno, Msi 1) Prodi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Ngawi [email protected]

ABSTRACT Home industry or micro business unit is often capable of supporting the economy in Indonesia and others world. In economics crisis , home industry able to rescue the economic . Durability and flexibility home industry is able to save Indonesia from the economic downturn . Capitalization and globlalization of the world to cause home industry is one of the victims . Various requirements and size demanded by importers and developed countries almost certainly difficult to meet because of various limitations owned by entrepreneurs home industry . Ngawi is one of centre industry kripik tempe in Indonesia besides Purwokerto and Malang. Its stintered in several villages and districts area. . The number of entrepreneurs of kripik tempe for several years is highly dependent on imported soybean supply! This paper is an initial study in devotion grant program that has funded Indonesia Higher Education ( DIKTI ) which aimed to find out and understand and provide solutions that will be able to overcome the problems of kripik tempe at Ngawi . This is related to the role of higher education especially STIKIP PGRI Ngawi who want to develope to become a facilitator in entrepreneurship development program for home-based businesses industry is very diverse and scattered at Ngawi . Keyword :Kripik tempe, Home industry, Ngawi

PENDAHULUAN Sejarah telah mencatat bahwa berbagai perusahaan kelas dunia seperti Microsoft, Apple Computer, Xerox , Garuda Indonesia ,Air Asia, Maspion, Indomart, dll berhasil melalui berbagai rintangan dan akhirnya menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam kompetisi produk sejenis setelah melalukan berbagai proses kreativitasi produk dan pemasaran serta inovasi dan pengembangan produk sehingga memiliki produk yang memiliki karakter yang berbeda dengan produk dibandingkan pesaing / Competitor . Kreativitas dan inovasi pada dasarnya merupakan unsur kekuatan sumber daya manusia yang handal untuk menggerakkan kemajuan manusia dalam penelusuran, pengembangan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia. Selanjutnya, kreativitas penting untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan setiap upaya manusia untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam upaya mencapai kemajuan memerlukan kreativitas. Persaingan global mengharuskan setiapemain bisnis dalam level apapun harus

memeras otak agar produknya bisa diterima masyarakat. Hanya perusahaan yang menggunakan konsep blue ocean yang akhirnya dapat diterima pasar diberbagai belahan dunia. Blue Ocean Strategy merupakan sebuah strategi untuk melepaskan kita dari sebuah kondisi yang disebut Red Ocean (Lautan Merah) dan diperkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam bukunya dengan judul yang sama, yaitu Blue Ocean Strategy. Inti dari strategi blue ocean adalah menempatkan inovasi dan kreativitas untuk meraih konsumen ( Rakhmat Robbi dalam Kompasiana , 09 Mei 2012 ) Menurut Utami Munandar (2000 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasangagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan- hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Sukarti (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010 : 102), berpendapat bahwa istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah

Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692

65

Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Menurut Solso (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010 : 102), kreativitas adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. Drevdal (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010 : 102), menjelaskan bahwa kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintetis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, melainkan mungkin mencakup pembentukan pola-pola baru, gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya, pencakokan hubungan lama ke situasi baru, dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Bentuk-bentuk kreativitas dapat berupa produk seni, kesusastraan, produk ilmiah, atau mungkinn juga bersifat prosedural atau metodologis. Kreativitas dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan, tergantung siapa dan bagaimana menyorotinya. Menurut Supriadi (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010 : 102), keanekaragaman ini disebabkan oleh 2 (dua ) alasan. Pertama, sebagai suatu “konstruk hipotesis” yang mana kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional yang mengundang berbagai tafsiran yang beragam. Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi. Hal ini menyebabkan tidak ada suatu definisi ataupun teori yang dapat mewakili dan mejelaskan secara menyeluruh fenomena yang begitu kompleks dan multidimensi. Suharman (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010 : 104), menyatakan bahwa terdapat berbagai aspek pokok dalam kreativitas yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Aktivitas berpikir Kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang. Aktivitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain dan hanya dirasakan oleh orang yang

bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, imajiner, penalaran, imajinasi,pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. 2. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula tampak tidak berhubungan. Kemampuanmengubah pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru dan kemampuan menciptakan suatu kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran. Aktivitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi, yaitu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru di harapkan muncul. 3. Sifat baru atau orisinil Umumnya kreativitas dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. 4. Produk yang berguna atau bernilai Suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu, seperti lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak. Proses kreatif adalah munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu, dan dari pengalaman yang menekankan pada produk yang baru, interaksi individu dengan lingkungannya atau kebudayaannya. (Rogers dalam Basuki, 2010 : 78) Menurut Rhodes (dalam Munandar, 2004 : 46) dari hasil analisisnya dari sejumlah definisi tentang kreativitas diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, dan produk.

Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692

66

Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif. Rhodes menyebutkan keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “ (Four P’s of Creativity: Person, Process, Press, Product”. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan, mengahasilkan produk kreatif Inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna „pembaharuan. perubahan (secara) baru‟. Inovasi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai suatu penemuan. Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai pemunculan ide-ide baru. praktik-praktik baru. atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagal sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru diketahui ole pikiran(cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat. Dengan kata lain inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Rogers (1983) mengemukakan adanya 5 ( lima) karakteristik inovasi yakni : 1. Keunggulan relatif (Relative Advantage) 2. Kompatibilitas (Compatibility ) 3. Kerumitan ( Complexity ) 4. Kemampuan untuk bisa diuji cobakan (Trialbaility ) 5. Memiliki kemampuan untuk dapat diamati (Observability). Banyak studi menyebutkan bahwa inovasi sangat mempengaruhi kinerja pemasaran suatu produk. Hurley dan Hult (1998: 42) dalam sebuah kajiannya menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki daya inovasi tinggi mampu merespons perkembangan lingkungan sehingga mampu menjadikan produknya memiliki keunggulan kompetitif dan menjadi produk utama . Dari berbagai definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa kreatifitas dan inovasi dalam suatu usaha sangat memegang peranan yakni amat menentukan keberlanjutan usaha tersebut ke masa yang akan datang Berkaitan dengan masalah keberlanjutan usaha terutama industri kripik tempe di kabupaten Ngawi maka perlu dilakukan studi yang lebih mendalam tentang peranan inovasi dan kreatifitas dalam hubungannya dengan strategi pemasaran terutama menghadapi pasar global. Artikel ini merupakan kajian awal dari suatu program pengabdian masyarakat yakni IbM (Iptek bagi Masyarakat) yang telah dilaksaana kan di desa sadang, desa Karang Tengah Prandon, kecamatan Ngawi pada tahun 2013 Metode Dari survey yang telah dilakukan di desa Karangtengah, Prandon ditemukan berbagai permasalahan yang hampir sama . Permasalahan yang utama adalah 1. Ketergantungan pada kedelai impor 2. Tenaga kerja yang berpendidi kan rendah 3. Manajemen yang masih bersifat tradisional 4. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan sebuah program yang 5. bersifat simultan dan terus menerus Berkaitan dengan masalah tersebut maka program IbM yang ditawarkan diharapkan mampu memberi sentuhan dalam proses produksi dan penerapan strategi pemasaran yang nantinya dapat diterapkan oleh masyarakat . Dengan mempertimbangkan berbagai faktor terutama tingkat pendidikan yang rendah pada sebagian karyawan maka metode yang digunakan dalam program pengabdian Iptek bagi Masyarakat (IbM) adalah melalui berbagai pelatihan yakni : (1) pelatihan pembuatan kripik tempe dengan variasi aneka rasa dan aneka bentuk (ARAB) yang bertujuan untuk membuka pasar sasaran yang baru (target market) kaum remaja yang selama ini enggan mengkonsumsi kripik tempe untuk acara- acara anak muda , (2) pelatihan pembuatan kemasan atau packaging dengan tujuan Pelatihan dilakukan secara informal dengan langsung melakukan demo dan

Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692

67

Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan peserta langsung mempraktekkan sendiri cara-cara produksi kripik tempe aneka rasa dan aneka bentuk serta pembuatan kemasan baru memperkenal kan alat dan bahan yang dapat digunakan untuk menciptakan kemasan yang lebih menarik (eye catching ) dan sesuai dengan selera remaja dan anak muda (3) pengembangan pemasar

Gb.2 . Tempe yang siap dibentuk

Hasil/Pelaksanaan Sebelum dilakukaan pelatihan pembuatan produk kripik aneka bentuk dan rasa diperlukan sosialisasi terlebih dahulu agar mereka dapat memahami tentang berbagai macam tujuan program Kegiatan sosialisasi dimulai dengan mengumpulkan anggota kelompok usaha dengan tujuan mencari hari yang memungkinkan mereka data berkumpul tanpa mengganggu pekerjaan mereka sehari-hari sebagai pengrajin atau pembuat kripik tempe maupun tempe sayur. Setelah ada kesepakatan tentang jadwal pelatihan maka mulai dilakukan persiapan yang harus dilakukan untuk berbagai pelatihan

Gb3. Bahan pembuat aneka rasa

Gb.4 . Model pembuat bentuk tempe Pelatihan dilakukan secara dialogis disertai demo langsung sehingga memungkinkan antara narasumber dengan peserta dapat melakukan komunikasi dua arah

1. Pelatihan pembuatan produk kripik aneka rasa dan aneka bentuk Sebelum melakukan pelatihan maka terlebih dahulu dipersiapkan berbagai bahan dan alat baik untuk banner,bahan kripik tempe, alat pembentuk model dan berbagai bahan yang digunakan untuk menciptakan aneka rasa

Gb.5 . Sesi pemaparan

Gb.6. Dialog antara peserta dg narasumber Gb.1. Kedelai sbg bahan utama pembuatan tempe

Gb7. Peserta langsung praktek membuat kripik Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692

68

Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan

Gb.8. Bentuk tempe yg telah dibuat

Gb.12. Peserta langsung praktek

Gb.9. Proses penggorengan Gb.13. Hasil-Hasil Pelatihan

Gb.10 Kripik tempe ditiriskan untuk mengurangi minyak Gb.14 . Kripik tempe rasa leci 2. Pelatihan pembuatan kemasan /Packaging Sebelum dilakukan pelatihan pembuatan kemasan terlebih dahulu dipersiapkan alat dan bahan seperti hand sealer, plastic dan stiker yang telah dibuat sebelumnya . Gb 15 . Kemasan kripik tempe rasa nanas

Gb.11. Presentasi dari narasumber Gb.16. Variasi rasa dan bentuk Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692

69

Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan 3. Pengembangan Pemasaran Program pengembangan pemasaran ditujukan untuk mencoba respon pasar terhadap produk kripik aneka rasa dan aneka bentuk ( ARAB ). Pelaksanaan pengembangan pasar dilakukan dengan berbagai macam teknik penjualan baik dilakukan secara door to door terutama kepada lingkungan kampus maupun dilakukan dengan penjualan di KOPMA STIKIP PGRI Ngawi maupun melalui kantin yang ada. Disamping itu juga dilakukan penjualan melalui pameran dengan tujuan mendapatkan respon konsumen yang lebih luas

Gb.17 Penjualan di kopma STIKIP PGRI Ngawi

Gb.18 .Penjualan melalui bazar pameran Dari keseluruhan proses pelaksanaan program pengabdian IbM pada pengrajin/pembuat kriik tempe di desa Karangtengah, Prandon didapatkan berbagai macam pengalaman yang dapat diergunakan untuk program-program pengabdian berikutnya. Pada umumnya pembuat kripik tempe berkeinginan mendapatkan berbagai macam pelatihan yang berkaitan dengan pemasaran baik melalui konvensional maupun melalui pameran-pameran. Para pembuat kripik tempe berkeinginan untuk memproduksi kripik tempe aneka rasa dan aneka bentuk ( ARAB ) akan tetapi mereka ketakutan akan prospek pemasarannya karena selamini mereka menggunakan pemasaran dengan memanfaatkan para pedagang keliling

sehingga belum berani memproduksi secara massal. Pendampingan dari berbagai pihak Termasuk perguruan tinggi sangat dinantikan oleh para pembuat kripik tempe karena mereka merasakan manfaat nya dengan penambahan pengetahuan tentang produksi maupun pasca produksi yang selama ini tidak terpikirkan oleh mereka. Pengembangan alat-alat untuk memproduksi kripik aneka rasa dan aneka bentuk mutlak sangat diperlukan karena mereka belum memiliki gambaran apabila alat-alat tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan produksi dalam jumlah banyak . Meskipun dari sisi pendidikan relative masih rendah akan tetapi semangat untuk maju di kalangan pembuat kripik tempe di Ngawi khususnya di Desa karangtengah Prandon sangat mengagumkan. Dari hasil-hasil penjualan di berbagai kegiatan dan tempat memberikan gambaran bahwa konsumen merespon dengan positif karena mampu memberikan nuansa yang berbeda pada kripik tempe yang selama ini masih mengandalkan rasa dan bentuk yang tidak pernah berubah. Para konsumen remaja dan anak muda mereson dengan cara yang berbeda dan menganggap kehadiran kripik tempe aneka rasa dan aneka bentuk akan menjadi camilan baru saat mereka melakukan kegiatan baik di sekolah maupun di tempattempat lain. Di kalangan mahasiswa kehadiran kripik tempe aneka rasa dan aneka bentuk tersebut menuurut mereka masih jauh dari harapannya sebagai camilan yang bernilai ekonomi tinggi. Bebarapa masukan didapatkan dari konsumen mahasiswa terutama ukuran dan rasa yang kurang sedikit berani KESIMPULAN Melihat enthusiasisme para mitra pengusaha industri kripik tempe terhadap inovasi bentuk, rasa dan enampilan kripik tempe aneka rasa aneka bentuk maka seyogyanya pengembanangan inovasi terhadap prrduk kripik teme aneka rasa aneka bentuk perlu disosialisasikan secara lebih meluas. Dibidang pemasaran, pengenalan kripik tempe aneka rasa dan aneka bentuk dilakukan

Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692

70

Media Prestasi Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi Vol.13 No. 1(2014) p65 – p71 Pendidikan dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran yang dilakukan di sekitar kota Ngawi. Berbagai tanggapan dan respon masyarakat terhadap keberadaan kripik tempe aneka rasa aaneka bentuk menurut beberapa komentar dari pembeli menunjukkan bahwa kripik tempe aneka rasa aneka bentuk mampu memberikan nilai tambah ada kripik yang telah ada . Sementara bagi kalangan usia muda / remaja , keberadaan kripik tempe aneka rasa aneka bentuk mampu menaikkan citra kriik tempe sehingga lebih memberikan kesan gaul daan trendy . Pengembangan pemasaran kripi tempe aneka rasa aneka bentuk akan lebih diarahkan dengan memanfaatkan penggunaan internet dan jejaring sosial yang ada agar kriik tempe aneka rasa aneka bentuk mampu menjadi ikon baru dikalangan remaja dan anak muda sejajar dengan produk lain seperti Pop Corn dll. Pelatihan-pelatihan pemanfaatan Teknologi Informasi terutama bagi pengusaha-pengusaha kripik tempe aneka rasa aneka bentuk perlu lebih digalakkan dan dikembangkan lebih lanjut agar keberadaan kripik tempe aneka rasa aneka bentuk mampu menjadi daya tarik tersendiri untuk meningkatkan omset kripik tempe secara keseluruhan. Dengan demikian produk kripik aneka rasa aneka bentuk mampu menjadi ikon baru bagi produk jajanan khas Ngawi di masa mendatang.

REFERENSI Makalah diklat PMW , Pasuruan , 20 Juli 2013 Makalah diklat dan koordinasi hibah PKM , Surabaya, Nopember 2013 Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Terjemahan oleh Teguh, Hendra. 2002. Jakarta : Prenhallindo Kartajaya, Hermawan. 2006. Integrating Sales and Marketting (Jurus Ampuh Mendongkrak Penjualan Menggunakan Strategi Pemasaran). Bandung : PT. Mizan Pustaka Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Paraswati, 2004 Hurley,Robert. F and Hult, G, Tomas. M, 1998, ”Inovation, Market Orientation, and Organizational Learning: An Intergration and Empirical Examination”, Journal of Marketing, july Rakhmat Robbi dalam Kompasiana , 09 Mei 2012 Ghufron, M. N. 2010. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta : Ar-Ruz Media.

Media Prestasi Vol. XIII No.1 Juni 2014/ISSN 2356-2692

71