DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN

Download ABSTRAK. Pendahuluan: Perkembangan penyakit, tekanan dari masyarakat dan stigma dapat menyebabkan depresi pada pasien HIV/AIDS sehingga m...

1 downloads 409 Views 289KB Size
Volume 1, Maret 2015

-

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA Adhila Fayasari*, Martalena Br Purba**, Yanri Wijayanti*** *Program Studi Ilmu Gizi, STIKes Binawan, Jakarta **Bagian Instalasi Gizi RSUP Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan, Yogyakarta ***Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan, Yogyakarta Email korespondensi : [email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Perkembangan penyakit, tekanan dari masyarakat dan stigma dapat menyebabkan depresi pada pasien HIV/AIDS sehingga menyebabkan gangguan fungsi imun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara depresi dan fungsi kekebalan tubuh pasien rawat jalan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Populasi penelitian semua pasien HIV/AIDS di klinik Edelweis RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dari April 2010 hingga Mei 2011, berusia 20-60 tahun, metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan independent T-Test, Kruskall Wallis dan Spearman Correlation. Hasil: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara depresi dan fungsi kekebalan tubuh (p =0,34), tetapi dari kelompok yang depresi ada kecenderungan memiliki sel CD4 yang lebih tinggi. Diskusi : Tidak ada hubungan yang signifikan antara stres, dan fungsi kekebalan tubuh pada pasien rawat jalan HIV/AIDS di Yogyakarta. Kata kunci : HIV/AIDS, Depresi, Fungsi Imun, CD4 Depression and Immune Function of Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome Outpatients in Yogyakarta ABSTRACT

Introduction : Disease progression, pressure from society and stigma can cause depression in HIV/AIDS patients thus lead in altered immune function. This study was to identify the association between depression and immune function of HIV/AIDS outpatients. Method: A cross sectional study was conducted among HIV/AIDS patients from April 2010 to May 2011 in 132 HIV/AIDS outpatients of Edelweis clinic RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, aged 20-60 years, the sample methods by purposive sampling. Data analysis was completed by Independentt test, Kruskall Wallis and Spearman correlation. Result: Based on results by Independent t test, there was no significant different between depression and immune function (p=0.34), but who were not in depression, there were likely to have higher CD4 cells. Discussion: There was no significant association between stress, and immune function in HIV/AIDS outpatients in Yogyakarta Keywords : HIV/AIDS, Depression, Immune Function, CD

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 1

Volume 1, Maret 2015

PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan masalah yang serius karena virus tersebut menyerang sistem pertahanan tubuh manusia, melalui sel T limfosit helper (CD4) sehingga meningkatkan risiko mortalitas pada penderita HIV/AIDS akibat infeksi sekunder yang dideritanya (Lythgo, 2004). Diperkirakan hingga akhir tahun 2008 prevalensi HIV/AIDS di seluruh dunia mencapai 33.4 juta jiwa dengan estimasi 31.1 juta – 35.8 juta jiwa. Jumlah total orang yang hidup dengan virus HIV pada tahun 2008 lebih besar 20% dari jumlah total di tahun 2000 dan prevalensinya 3 kali lipat lebih tinggi dari tahun 1990 (UNAIDS, 2009). Pertumbuhan HIV/AIDS di Indonesia merupakan yang tercepat di Asia. Kasus AIDS meningkat secara tajam dari 2.682 kasus di tahun 2004 menjadi 19.973 di tahun 2008 dan ditambah 3.846 orang hingga Desember 2009 (National AIDS Commission Republic of Indonesia, 2009). Depresi sering dialami oleh penderita HIV/AIDS baik karena penyakit yang dialami ataupun tekanan dari lingkungan masyarakat yang masih mempunyai stigma buruk terhadap penderita HIV/AIDS. Orang dengan HIV cenderung memperlihatkan adanya tekanan psikologis dan sosial berkaitan dengan HIV/AIDS (Helfy, 1996). Prevalensi depresi, trauma dan beberapa macam masalah psikososial ditemukan tinggi pada penderita HIV/AIDS (Whetten et al, 2008). Depresi dialami hampir oleh 22% ODHA (Komiti, 2003). Beberapa penelitian menunjukan bahwa pada individu dengan HIV-seropositif ada hubungan antara depresi dengan progesivitas penyakit HIV yang berhubungan dengan kematian pada individu baik yang baru terdiagnosis maupun yang sudah lama (Leserman, 1999). Pada individu yang sehat maupun dengan penyakit lain, depresi dapat mengakibatkan atau memperberat penyakit. Gangguan depresi dialami pada wanita dengan HIV seropositif lebih besar daripada wanita dengan HIV negatif (Morison, et al, 2002). Depresi dapat mempengaruhi killer lymphocytes pada wanita HIV-seropositif yang kemudian dapat menurunkan aktivitas sel NK dan meningkatkan aktivasi CD8 T limfosit dan viral load (Evans, et al, 2002).

-

Gejala depresi berkaitan dengan perilaku berisiko, ketidakpatuhan ARV dan shortened survival (Farinpour et al, 2003; Maramis, 2007)). Depresi yang tidak tertangani dapat mengakibatkan kerugian baik bagi pasien sendiri maupun komunitas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik dan ingin menganalisis apakah depresi dapat mempengaruhi fungsi imun pada penderita HIV/AIDS yaitu dengan penurunan CD4. Di Yogyakarta belum ada penelitian yang mengambil topik di atas, selain itu klinik Edelweis di RSUP Dr. Sardjito merupakan klinik yang menjadi sasaran utama ODHA dalam melakukan perawatan dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan depresi dan fungsi imun pada penderita HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjito. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Responden yang diambil merupakan pasien Klinik Edelweis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yang tersebar baik di Klinik Edelweis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Lembaga Swadaya Masyarakat Kebaya (LSM Kebaya), Kelompok Dukungan Sebaya Diadjeng (KSD Diadjeng) dan KDS Jogja Support Family pada bulan April 2010 hingga Mei 2011. Sebanyak 132 responden diambil menggunakan teknik non-probabilistic consecutive purposive sampling. Depresi sebagai variabel terikat yang diukur dengan menggunakan Zung’s Self Rating Depression Scale dan data fungsi imun diambil dari CD4 terakhir dalam rekam medis sebagai variabel terikat. Variabel luar yang mempengaruhi variabel terikat adalah penyakit infeksi, lama terdiagnosis, penggunaan ARV, social support, stadium, dan faktor risiko penularan. Tingkat depresi diukur dengan kuesioner Zung’s Self Rating Depression Scale yang sering digunakan sebagai alat skrining yang meliputi afektif, psikologikal dan gejala somatik yang berhubungan dengan depresi yang terdiri dari 20 soal. Waktu pengisian kuesioner rata-rata 10 menit, item soal terdiri dari soal yang bernilai positif dan negatif. Skala likert terdiri dari 1-4 dengan nilai total berkisar antara 20-80. Depresi diklasifikasikan pada skor 50-69 dan >70 termasuk depresi berat. Namun Zung Scale

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 2

Volume 1, Maret 2015

tidak bisa digunakan sebagai bahan wawancara komperehensif untuk mengkonfimasi diagnosis depresi. Zung scale dapat memonitor progresi keparahan depresi (Lombardi et al, 2010; WHO). Pada penelitian validitas Zung’s Scale, didapatkan realibilitas Cronbach's alpha 0.73. Pada cut off point 55 mempunyai sensitivitas 88.9% dan spesifitas 83.3% untuk mendiagnosis depresi (Chgas, et al, 2010 ) Fungsi imun diukur dari jumlah CD4 berdasarkan data sekunder pengukuran terakhir, kemudian dikategorikan menjadi baik (>200) dan kurang (<200), jika termasuk

-

dalam kategori kurang, risiko untuk mengalami infeksi oportunistik lebih tinggi (WHO,2005). Variabel luar berupa penyakit infeksi, stadium, faktor risiko penularan, penggunaan ARV dan social support didapatkan dari data sekunder dan wawancara langsung. Uji statistik terdiri dari analisis univariat, dan bivariat. Analisis univariat untuk mendapatkan data mengenai distribusi frekuensi variabel. Analisis bivariat untuk data yang akan dianalisis dengan menghitung T-test dan Kruskall Wallis untuk data rasio dan Chi square untuk data kategorik.

Subyek penelitian ini terdiri dari lakiHASIL Sebagian besar responden berusia laki (68.2%) dan perempuan (31.8%) (Tabel produktif yaitu 20-39 tahun (86.46%). 1). Stadium yang diderita oleh responden Sebanyak 87.9% sudah menerima ARV dan terdiri cukup merata dari stadium 1, stadium faktor risiko terbanyak berasal dari Non 2, dan stadium 3 sedangkan stadium 4 IDU (62.1%) sedangkan dari jarum suntik mempunyai persentase paling sedikit, baik (IDU) sebanyak 37.9%. Kelompok non IDU, pada laki- laki maupun perempuan. Karena terdiri dari transfusi, pasangan, dan seks sampel pada penelitian ini sebagian besar bebas. KDS atau social support dapat terdiri dari laki-laki maka proporsi meningkatkan motivasi dan inisiatif untuk karakteristik lebih besar pada kelompok lakimemeriksakan diri pada saat keadaan tanpa laki, namun pada faktor risiko HIV, proporsi gejala. Dalam penelitian ini keikutsertaan perempuan lebih banyak terdapat dari nondalam KDS ataupun LSM cukup besar yaitu IDU yaitu transfusi, pangan dan dan seks 68.2%. Berdasarkan hasil kuesioner Zung’s bebas Scale, sebanyak 18,9% depresi. Tabel 1. Karakteristik Subyek Pasien Rawat Jalan Klinik Edelweis RSUP Dr. Sardjito Variabel Jenis Kelamin Pendidikan Stadium HIV

Faktor Risiko HIV Social support ARV Lama terdiagnosis Depresi

Kategori 1 tahun Tidak depresi Depresi

N (%) (n=132) 132 (100) 107 (100) 25 (100) 44 (100) 36 (100) 46 (100) 6 (100) 50 (100) 82 (100) 42 (100) 90 ((100) 16 (100) 116 (100) 40 (100) 92 (100) 107 (100) 25 (100)

Lakilaki 90 (68,2) N(%) 70 (77,8) 20 (80,0) 25 (56,8) 26 (72,2) 35 (76,1) 4 (66,7) 46 (92,0) 44 (48,9) 30 (71,4) 60 (66,7) 13 (81,3) 77 (66,4) 23 (57,5) 67 (72,8) 74 (69,2) 16 (64,0)

Perempua n 42 (31,8) N(%) 37 (22,2) 6 (20,0) 19 (43,2) 10 (27,8) 11 (23,9) 2 (33,3) 4 (8,0) 38 (51,1) 12 (28,6) 30 (33,3) 3 (18,8) 39 (33,6) 17 (42,5) 25 (27,2) 33 (30,8) 9 (36,0)

Sumber : Data primer

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 3

Volume 1, Maret 2015

Berdasarkan Tabel 2, nilai CD4 dipengaruhi secara signifikan dengan stadium, dan lama terdiagnosis dengan nilai p <0,05. Semakin tinggi stadium maka, CD4 cenderung untuk menjadi lebih rendah, namun rata-rata pada stadium 4 ternyata lebih besar daripada stadium 2 dan 3, Selain itu, walaupun tidak signifikan, nilai CD4 penderita dengan faktor risiko IDU cenderung lebih tinggi daripada yang faktor

-

risikonya Non IDU, hal yang sama juga ODHA yang sudah terjadi pada menggunakan ARV, jumlah CD4-nya lebih besar. Pada faktor social support tidak ada hubungan yang signifikan dengan CD4, namun ada kecenderungan ODHA yang mengikut LSM/KDS mempunyai CD4 lebih tinggi dari pada yang tidak

Tabel 2. Perbedaan rata-rata CD4 terhadap variabel karakteristik Variabel Karakteristik

CD4 (Mean ± SD)

P value

Stadium HIVb

Stadium 4

314,39 ± 170,14

Lama terdiagnosisa

Stadium 3 Stadium 2 Stadium 1 < 1 tahun >1 tahun Tidak ikut serta

225,31 ± 148,76 200,02 ± 203,44 234,83 ± 129,72 180,53 ± 190,29 275,36 ± 169,75 229.33 ± 189.27

Ikut serta

254.69 ± 177.30

0,4552

Faktor Risiko a

IDU Non IDU

263,13 ± 176,34 192,84 ± 187,82

0,0581

ARVa

Belum ARV Sudah ARV

322,75 ± 212,29 236,12 ± 174,54

0,07

Social support a

0,004*

0,0052*

Keterangan : aT-Test, bKruskall Wallis Tabel 3 Perbedaan rata-rata CD4 berdasarkan status depresi Status depresi

CD4 (Mean ±SD)

Depresi 215,44 ± 173.29 Tidak depresi 253,01 ± 182,60 Keterangan : p value sigfinikan p<0,05

Berdasarkan uji analisis Chi square tingkat stres terhadap fungsi imun menunjukan nilai p=0.423, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara fungsi imun pada penderita HIV/AIDS dengan depresi dan tidak depresi (Tabel 3). Walaupun begitu ada kecenderungan bahwa individu yang tidak depresi mempunyai proporsi imun yang baik lebih besar daripada yang tidak depresi dengan fungsi imun kurang. Pada Tabel 3, peneliti menganalis data dengan uji Student T-test menggunakan skala rasio pada fungsi

Mean difference

P value

37,57

0,34

imun, dapat dilihat bahwa tidak hubungan yang signifikan (p>0,05), namun ada kecenderungan rata-rata penderita HIV/AIDS yang depresi lebih rendah daripada yang tidak depresi dengan selisih poin 37,57. Analisis korelasi item-item pertanyaan Zung’s Scale bertujuan untuk mengetahui pertanyaan manakah yang merupakan penyebab depresi pada penderita HIV/AIDS. Item-item pertanyaan dikelompokan menjadi faktor depresif, kognitif, ansietas, somatik dan lainnya (Romera, 2008)

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 4

Volume 1, Maret 2015

-

Tabel 4. Analisis korelasi Item Zung’s Scale dengan CD4 Item-item pertanyaan Faktor depresif Mood depresi Menangis Sexual interest Kehilangan harapan Diminished self esteem Kepuasan hidup Suicidal ideation Anhedonia Kognitif Kelelahan Confussion Penyelesaian tugas Pengamblan keputusan Ansietas Insomnia Restlessness Irritability Somatik Kehilangan nafsu makan Penurunan berat badan Palpitasi Lainnya Gejala pagi (morning symptoms) Konstipasi

Tipe

Mean ± SD

r

+ + + + -

1,82± 0,74 1,79± 0,84 2,69± 1,12 1.94± 1.06 2.15± 1.03 1.77± 0.92 1.42± 0.71 2.59± 1.17

-0,0640 -0,0747 -0,2533* -0,0048 0.1305 -0.0405 0.0100 -0.0694

+ +

2.06± 0.89 2.54± 0.98 2.43± 1.06 2.75± 1.03

0,1828* 0,0483 -0.0424 0,1051

+ +

2.08± 1.02 2.00± 0.90 2.00± 0.90

-0,0154 0,1302 0,1157

+

2.33± 0.96 1.71± 0.91 1.67± 0.88

-0,0709 -0,0635 0,0967

+

2.25± 1.07 1.62± 0.84

-0,1553 -0,0127

Keterangan : Pearson Correlation; * significant level <0.05

Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson pada item-item Zung’s Scale,didapatkan hubungan signifikan dengan CD4 (p<0,05) yaitu item sexual interest dengan pernyataan “Saya tetap dapat menikmati seks” dan kelelahan dengan pernyataan “Saya lelah tanpa sebab”. Item sexual interest mempunyai korelasi negatif dengan nilai CD4 dengan nilai korelasi rendah (25%), yang menunjukan semakin rendah sexual interest akibat depresi, maka semakin rendah nilai CD4. Sedangkan pada item kelelahan berkorelasi positif dengan nilai korelasi rendah (18%), maka, semakin merasa lelah, CD4 semakin rendah. Secara keseluruhan, dilihat dari signifikansi dna mendekatinya, kelompok kognitif mempunyai nilai yang paling banyak. Pada kolom item pernyataan, dibedakan antara pertanyaan dengan nilai positif (+) dan negatif (-). Jika pernyataan positif, maka semakin sering dirasakan (ratarata skor besar), semakin menunjukan gejala

depresi,begitu pula sebaliknya pada pernyataan negatif. Jika dilihat pada rata-rata skor dan standar deviasi pada tiap item pertanyaan, sebagian besar menjawab kadang-kadang ataupun cukup sering. Namun nilai terendah untuk pernyataan negatif pada tabel di atas pada kepuasan hidup dan penurunan berat badan, sedangkan nilai tertinggi pada pernyataan positif adalah pengambilan keputusan. PEMBAHASAN Penelitian di Etiopia menunjukan gejala depresi lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki (Mariam,2011). Pada penelitian ini didapatkan Pada variabel stadium juga ditemukan perbedaan signifikan pada respoden laki-laki yang lebih banyak daripada perempuan, sehingga pada Tabel 1, proporsi variabel-variabel karakteristik didominasi oleh laki-laki. Namun pada faktor risiko HIV, dapat dilihat bahwa faktor risiko non-IDU lebih banyak dialami oleh

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 5

Volume 1, Maret 2015

perempuan daripada laki- laki (51,1%), sedangkan sebaliknya faktor risiko HIV lebih disebabkan oleh IDU. Tabel 2 menunjukan hubungan antara variabel luar dengan fungsi imun. Variabel luar tersebut terdiri dari faktor risiko HIV, penyakit infeksi, status gizi, keikusertaan KDS/LSM, terapi ARV dan lama terdiagnosis. Variabel lama terdiagnosis mempunyai hubungan yang signifikan terhadap fungsi imun (p=0.004). CD4 pada awal terdiagnosis cenderung lebih rendah daripada CD4 pada penderita yang telah mengidap lama (>1 tahun) dikarenakan pada awal diagnosis, penderita masih belum melakukan pengobatan sehingga nilai CD4 cenderung lebih rendah. Peningkatan fungsi imun berdasarkan lama terdiagnosis dipengaruhi oleh perawatan dan terapi ARV. Semakin lama terdiagnosis, semakin baik penerimaan diri dan semakin lengkap, perawatan yang telah diterima. Penerimaan diri juga dipengaruhi oleh faktor risiko HIV. Pada faktor risiko walaupun secara statistik tidak signifikan berbeda, penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko IDU (mean 263,13) cenderung mempunyai CD4 lebih besar daripada faktor non IDU (mean 192,84). Nilai CD4. Semakin tinggi stadium maka, CD4 cenderung untuk menjadi lebih rendah, namun rata-rata pada stadium 4 ternyata lebih besar daripada stadium 2 dan 3, ada kemungkinan pengaruh dari penggunaan obat ARV yang sudah digunakan oleh 88% respoden. Kecenderungan hubungan positif juga terlihat pada variabel luar penyakit infeksi terhadap fungsi imun walaupun tidak ada hubungan yang signifikan. Hasil ini sejalan dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa terapi ARV, lama terdiagnosis dan adanya support group (LSM/KDS) tidak mempengaruhi jumlah CD4 (Evans, 2002, Kim, et al, 2001). Diagnosis HIV pada populasi penelitian ini ditegakkan disertai dengan infeksi oportunistik. CD4 dipengaruhi oleh infeksi (National AIDS Commission Republic of Indonesia, 2009). Semakin lama seorang individu hidup dengan HIV, semakin lama terapi yang telah didapat dan dijalani, dan semakin baik jumlah CD4 dikarenakan sudah tidak ada infeksi oporturnistik. Dukungan sosial tidak hanya terbatas pada LSM/KDS, dukungan sosial juga dapat berasal dari keluarga, teman atau

-

kerabat dekat. Namun dalam penelitian ini yang diteliti hanya keikutsertaan dalam LSM/KDS. CD4 dalam penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain oleh lama terdiagnosis dan stadium HIV. Hasil uji analisis T-test di dapatkan bahwa nilai CD4 kelompok yang depresi cenderung lebih rendah dengan selisih poin 0,38 daripada kelompok yang tidak depresi. Hasil ini sejalan dengan penelitian multietnik yang menghubungkan antara depresi dengan perubahan CD4 dan viral load pada penderita HIV dengan ARV, menyebutkan bahwa ada peningkatan progresi HIV/AIDS yang terlihat dari penundaan penurunan CD4 dan perubahan viral load pada koping depresi dan keputusasaan penderita HIV(Ironson, et al, 2005). Perbedaan terhadap beberapa penelitian tersebut dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi fungsi imun selain stres itu sendiri antara lain kepatuhan obat ARV. Pada penelitian tersebut variabel kepatuhan obat ARV sudah dikontrol dan didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara gejala depresi dengan penundaan penurunan CD4 dan viral load. Namun kepatuhan itu sendiri tidak ada hubungan signifikan dengan penurunan CD4 berbeda dengan viral load yang lebih responsif terhadap obat ARV. Pada penelitian lain juga dinyatakan bahwa gejala depresi dapat mengakibatkan ketidakpatuhan dalam menjalani terapi ARV. Kepatuhan pengobatan adalah hal yang paling penting dalam menekan replikasi HIV dan menghindari terjadinya resistensi. Hal ini juga dijelaskan bahwa pada terapi pengobatan lainnya yang mengharuskan mengkonsumsi obat mempunyai risiko depresi 3 kali lebih besar dan biasanya depresi tersebut didasarkan pada ketidakpatuhan terhadap terapi obat (Kacanek, et al, 2010). Potensi mekanisme depresi dapat mempengaruhi progresi HIV dan mortalitas sering menggunakan CD4 sebagai indikator. Namun CD4 tidak sepenuhnya merupakan indikator yang reliabel untuk melihat gambaran hubungan antara depresi dengan infeksi, karena observasi yang sangat singkat (Stein et al, 1991). Beberapa penelitian lain menggunan sel NK dan CD8, ada hubungan signifikan antara gejala depresi dengan kenaikan sel NK pada wanita dengan HIV seropositif (Dean, 2005)

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 6

Volume 1, Maret 2015

Penelitian di Etiopia menunjukan gejala depresi lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki serta adanya hubungan negatif antara gejala depresif dengan penurunan BB dan sel CD4 sehingga perlu diberikan intervensi yang mencakup kedua hal tersebut (Mariam, et al, 2011). Hasil penelitian longitudinal dapat lebih memberikan gambaran yang jelas mengenai adanya penurunan CD4 akibat depresi. Penelitian kohort di Amerika menunjukan bahwa wanita yang mengalami depresi kronik berisiko mengalami mortalitas 2 kali lebih besar daripada wanita dengan sedikit gejala atau tidak sama sekali setelah mengontrol perawatan klinis dan beberapa faktor lain. Risiko kematian lebih besar pada penderita dengan CD4 200 x 10(6)/L dengan depresi kronik sebesar 54%, dengan relative risk 4,3 (Ichkovics et al, 2001) Berdasarkan hasil analisis korelasi menggunakan Spearman Rank Test pada item-item Zung’s Scale, didapatkan item sexual interest dan kelelahan yang mempunyai hubungan signifikan dengan CD4 (p<0,05). Item sexual interest mempunyai korelasi negatif dengan nilai CD4, sedangkan item kelelahan mempunyai hubungan positif terhadap CD4. Item sexual interest masuk ke dalam kelompok faktor depresif. Faktor depresif ini memuat gejalagejala afektif yang berhubungan penerimaan diri. Dari faktor-faktor depresif lain, seperti mood depresi, menangis, kehilangan harapan, kepuasan hidup, keinginan bunuh diri dan anhedonia menunjukan korelasi dengan CD4. Ada pun nilai korelasi yang paling tinggi dalam kelompok ini hanya diminished self esteem, yaitu anggapan bahwa diri individu tersebut berguna bagi orang lain (13%). Perlu penelitian lebih lanjut dengan mengambil data kualitatif untuk melihat poin-poin dari faktor depresi pada ODHA. Kelelahan merupakan faktor akumulatif dari stress, kejadian traumatik dan faktor-faktor psikologikal lainnya serta keadaan ekonomi sosial. Namun dalam penelitian Lesserman disebutkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kelelahan dan penurunan CD4 (Leserman, et al, 2008). Dalam penelitian ini, faktor kelelahan masuk dalam kelompok kognitif. Kelompok kognitif mempunyai nilai-nilai p value yang paling mendekati nilai signifikan terhadap CD4. Menurut penelitian di Jepang, ada

-

kecenderungan pada grup HIV positif untuk mengalami gangguan kognitif (OR 8.88, 95% CI 2.64, 29.89, p < 0.001) (Nakasujja et al, 2010). Depresif merupakan salah satu awal yang dapat menstimulasi penurunan fungsi kognitif. Gangguan kognitif pada HIV/AIDS berkisar 15.5% (Nath et al,2008) Gangguan kognitif dalam penelitian ini antara lain dalam bentuk kelelahan, kebingungan, kesulutan pengambilan keputusan dan kesulitan dalam penyelesaian tugas seperti sebelumnya. Dalam penelitian lain, gangguan kognitif kronis selanjutnya jika gejala-gejala kognitif di atas tidak teratasi akan berkembang menjadi demensia (Dubé,2005). Pada kelompok somatik, pada item kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan bernilai rendah pada pasien HIV/AIDS, karena sebagian besar pasien sudah menerima ARV yang mempunyai efek salah satunya meningkatkan nafsu makan dan sekaligus mencegah penurunan berat badan. Penelitian ini kurang memperhatikan faktor-faktor perancu dalam hubungannya antara depresi dengan fungsi imun, seperti penggunaan alkohol, obat-obatan viral load dan kepatuhan ARV (Evans et al, 2002).

Hubungan stress psikososial dengan progresi penyakit HIV berhubungan signifikan namun dengan koefisien korelasi yang kecil. Analisis sensitivitas menunjukan bahwa tipe personalitas dan teknik koping tiap individu berhubungan dengan progresi penyakit HIV daripada stimuli stress serta beberapa indikator imun seperti stage HIV, penurunan CD4, mortalitas) (Chida & Vedhara, 2009). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tidak ada hubungan yang signifikan antara depresi dengan fungsi imun pada penderita HIV/AIDS rawat jalan RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, namun nilai CD4 cenderung lebih besar pada kelompok yang tidak depresi. Banyak faktor yang mempengaruhi sistem imun pada ODHA antara lain stadiun dan lama terdiagnosis. Kemudian, tidak hanya itu, indikator fungsi imun yang digunakan pada ODHA tidak hanya CD4, beberapa indikator lain adalah CD8 dan viral load. Item depresi yang

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 7

Volume 1, Maret 2015

berhubungan dengan skor CD4 adalah penurunan sexual interest dan kelelahan (fatigue). Saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil variabel mengenai perubahan kognitif dan pengaruh psikososial pada penderita HIV/AIDS yang baru terdiagnosis dan dengan mengontrol variabel kepatuhan ARV. KEPUSTAKAAN Chgas MH, Tumas V, Loureiro SR, Hallak JE, Trzesniak C, de Sousa JP, Rodriguez CG, Santos Filho A, Crippa JA. 2010. Validity of a Brazilian version of the Zung self- rating depression scale for screening of depression in patients with Parkinson's disease. Parkinsonism Relat Disord 16(1):42-5 Chida Y & Vedhara K. 2009. Adverse psychosocial factors predict poorer prognosis in HIV disease: a meta-analytic review of prospective investigations. Brain Behav Immun. 23(4):434-45 Dean G Cruess, 2005. Association of resolution of major depression with increased natural killer cell activity among HIV-seropositive women. American Journal of Psychiatry Dubé B, Benton T, Cruess DG, Evans DL, 2005. Neuropsychiatric manifestations of HIV infection and AIDS.J Psychiatry Neurosci, 30(4):237-246 Evans, D. L., Teh Have, T. R., Douglas, S. D., Gettes, D. R., Morrison, M., Chiappini M.S., Brinker-Spence, P., Job, C., Mercer, D. E., Wang, Y.L., Cruess, D., Dube., Benoit., Dalen, E. A., Brown, T., Bauer, R., Petitto, J.M. 2002. Association of Depression With Viral Load CD8 T Lymphocytes, and Natural Killer Cell in Women with HIV Infection. Am J Psychiatry. 159:1752-1759. Farinpour R, Miller EN, Satz P, et al, 2003. Psychosocial risk factors of HIV morbidity and mortality: Findings from the Multicenter AIDS Cohort Study (MACS). J Clin Exp Neuropsychol;25:654-670.

-

Helfy. 1996. Health Psychology The Live of Person With AIDS. Majalah Kedokteran Nusantara; 1996. In : Maharani, Evi Kartika. 2004. Gambaran Konsep Diri Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Di Jaringan ODHA Yogyakarta (JOY). Naskah Publikasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta;. Ichkovics et al 2001. Mortality, CD4 cell count decline, and depressive symptoms among HIV-seropositive women: longitudinal analysis from the HIV Epidemiology Research Study. JAMA 21:285(11):1466-74. Ironson,G.,et al 2005. Psychosocial Factors Predict CD4 and Viral Load Change in Men and Women With Human Immunodeficiency Virus in the Era of Highly Active Antiretroviral Treatment Psychosomatic Medicine; 67:1013-1021 Kacanek, et al 2010. Incedent Depression Symptoms are Associated with Poorer HAART Adherence: A Longitudinal Analysis from the Nutrition for Healthy Living Study. J Acquir Immune Defic Syndr; 53:266-272 Kim, J.H., Spiegelman, D., Rimm, E., Gorbach, S.L. The correlates of dietary intake among HIV- positive adults. Am J Clin Nutr 2001;74:852–61. Komiti A, Judd F, Grech P, et al. 2003. Depression in people living with HIV/AIDS attending primary care and outpatient clinics. Aust N Z J Psychiatry;37:70-77. Leserman J, Jackson, E. D, Petitto, J. M, Golden, R. N, Silva, S. G, Perkins, D. O, Cai, J., Folds, J. D., Evans, D. L. 1999. Progression to AIDS: the effects of stress, depressive symptoms, and social support. Psychosom Med.; 61:397–406 Leserman J, Barroso Jm Pence BW, Salahudin N, Harmon JL. 2008. Trauma, stressful life events and depression predict HIV-related fatigue AIDS Care. 220(10): 1258–1265. Lombardi D, Mizuno LT, Thomberry A. The use of the Zung Self-Rating Depression Scale to assist in the case management of patients

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 8

Volume 1, Maret 2015

living with HIV/AIDS. Care Manag J 11(4):210-6 2010. Lythgo, P. A. 2004. Molecular Virology of HIV-1 and Current Antiviral Strategies. Bio Tech 2: 81-85. Mariam, DH., Tsui, A., Ahmed, S., Shewarnare, A. 2011. Effect of depressive symtpoms and social support on weight and CD4 count increase at HIV clinic in Ethiopia. AIDS Care : Psychological and Sociomedical Aspects of AIDS/HIV 24(7) Maramis, W. F., 1999. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Morison, MF, Petitto JM, Have TT, Gettes, DR, Chiappini MS, Weber AL, Brinker-Spence P, Bauer RM, Douglas SD, Evans DL. 2002. Depressive and Anxiety Disorders in Women With HIV Infection. The American Journal of Psychiatry 159(5):789796 Nakasujja N, Skolasky RL, Musisi S, allebeck P, Robertson K, Ronals A, Katabira E, Clifford DB, Sacktor N . 2010. Depression symptoms and cognitive function among individuals with advanced HIV infekction initiating HAART in Uganda. BMC Psychiatry 10:44 Nath A, Schiess N, Venkatesan A, Rumbaugh J, Sacktor N, McArthur JC: 2008. Evolution of HIV dementia with HIV infection.International Review of Psychiatry, 20(1):2531 National AIDS Commission Republic of Indonesia. 2009. Republic of Indonesia Country Report on the Follow Up to Declaration of Commitment on HIV/AIDS Reporting Period 20082009. Indonesia: NACRI: 2009. Romera, I., Delgado-Cohen, H., Perez, T, Caballero L, Gilaberte I. 2008. Factor analysis of the Zung self- rating depression scale in a larga sampel of patients with major depressive disorder in primary care. BMC Psychiatry 8:4 Stein M, Miller AH, Trestman RL: 1991. Depression, the immune system and health and illness. Arch Gen Psychiatry; 48:171-177 UNAIDS, 2009. .AIDS Epidemic Update.

-

Joint United National Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) and World Health Organization (WHO); Whetten, K., Reif,S., Whetten, R., et al. 2008. Trauma, mental health,distrust, and stigma among HIV-positive persons: implications for effective care. Psychosom Med; 70,: 531–8. WHO. 2005. Interim WHO clinical staging of HIV/AIDS and HIV/AIDS case definitions for surveillance: African region. Geneva WHO. Management of substance abuseThe Zung Self-Rating depression Scale. Acesssed from http://www.who.int/substance_ab use/research_tools/zungdepression

DEPRESI DAN FUNGSI IMUN PADA PASIEN RAWAT JALAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME DI YOGYAKARTA

Page 9