E-JOURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Download Ketut Setia Adi Agustini1, I ketut Gading2, Luh Ayu Tirtayani3. 1,3Jurusan ... metode pembelajaran eksperimen terhadap keterampilan proses ...

0 downloads 415 Views 208KB Size
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA KELOMPOK B SEMESTER II TK KARTIKA VII-3 Ketut Setia Adi Agustini1, I ketut Gading2, Luh Ayu Tirtayani3 1,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan proses sains anak usia 5–6 tahun di TK Kartika VII-3 Singaraja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh metode pembelajaran eksperimen terhadap keterampilan proses sains anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan ”post test only control group design”. Sampel penelitian ini adalah anak kelompok B di TK Kartika VII-3 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 50anak. Data hasil keterampilan proses sains dikumpulkan menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara anak yang mendapat treatmen metode pembelajaran eksperimen dengan anak yang tidak mendapat treatmen metode pembelajaran eksperimen. Perbandingan perhitungan rata-rata persentase keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen adalah 88,85% lebih besar dari rata-rata persentase keterampilan proses sains kelompok kontrol adalah 64%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran eksperimen berpengaruh terhadap keterampilan proses sains anak. Kata-kata kunci: anak usia dini, keterampilan proses sains, metode pembelajaran eksperimen

Abstract The problem in this research of this study was the low science process skills of 5-6 years old children in TK KartikaVII-3 Singaraja. This study was examined the influence of experiment learning methods the science process skills of children.This research is a quasi experiment to draft a “post test only control group design”. The research sampel was children in group B at TK KartikaVII-3 Singaraja,school year of 2015/2016 total 50 children. Data were collected using science process skills of observation sheet,then, the data was analyzed by using descriptive statistics analysis and inferential statistics, t-test. The results of this study showed that there was difference in science process skills among children who received the treatments experiment learning methods with children who do not receive treatments experiment learning methods. Comparative calculation of the average percentage of science process skills of the experiment group was 88,85% greater than the average percentage of science process skills control group was 64%. Based on this it can be concluded that the experimental teaching methods influence the science process skills children. Keywords: early childhood, experiment learning methods, science process skills

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya untuk mengubah perilaku individu (anak didik) dalam lingkungan yang terkontrol (Suyadi, 2010:7). Lingkungan terkontrol ialah lingkungan yang positif yang diciptakan melalui interaksi dengan orang terdekat dan dapat di tumbuhkan melalui hubungan yang harmonis antara orangtua dengan anak, guru dengan siswa, dan hubungan anak dengan temannya. Hal tersebut dapat dijadikan fondasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang dapat dirancang melalui pendidikan usia dini. UU NO. 20 Tahun 2003, menyatakan pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pengasuhan dan pembinaan yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, pendidikan anak usia dini ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Usia 0-6 tahun merupakan masa golden age. Pada masa ini seluruh potensi dan kecerdasan serta dasar-dasar perilaku seseorang mulai terbentuk, sehingga pendidikan anak usia dini dikatakan sebagai peletak dasar atau fondasi tumbuh kembang anak selanjutnya. Hal ini didasari oleh penelitian para ahli dibidang neuroscience terhadap pendidikan anak usia dini yang menyatakan bahwa perkembangan otak pada manusia terjadi sangat pesat yaitu 80% dari keseluruhan otak orang dewasa terjadi pada masa usia dini dari usia 0-6 tahun. Hal senada juga diperkuat oleh pendapat Teyler (Suyadi, 2010:11), yang menyatakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Sel saraf akan berkembang sangat pesat jika mendapat stimulus dari lingkungan. Stimulus yang diberikan sejak usia dini sangat menunjang keberhasilan tumbuh kembang anak selanjutnya. Menurut Havighurst (Latif 2013:22), “Keberhasilan dalam menjalankan tugas perkembangan pada suatu masa akan menentukan keberhasilannya pada masa perkembangan berikutnya”. Dari teori diatas, dapat diartikan bahwa anak membutuhkan stimulasi dari lingkungan

yang kondusif, agar tahap-tahap perkembangan anak dapat tercapai dengan optimal sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini. Secara umum tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan segala potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dan secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini adalah agar anak percaya dengan adanya tuhan, dapat berkomunikasi dengan baik, mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah, menemukan hubungan sebab akibat, mampu mengenal lingkungan alam, menghargai keragaman sosial dan budaya, mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri, memiliki kepekaan terhadap musik, dan mampu mengelola keterampilan tubuh dalam hal motorik kasar dan halus (Latif, 2013:23). Tujuan pendidikan anak usia dini dapat dicapai dengan mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak. Terdapat 5 aspek perkembangan yang harus dikembangkan yaitu perkembangan bahasa, nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik motorik, dan kognitif (Permendiknas No.58:2009). Dari seluruh aspek yang ada, aspek perkembangan kognitif adalah aspek utama yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain. Terdapat berbagai kemampuan anak dibidang kognitif yang harus dikembangkan, mulai dari konsep bilangan, lambang bilangan, huruf, bentuk, ukuran, pola, warna dan sains. Dalam bidang sains, kompetensi dasar yang harus anak miliki adalah bisa mengenal konsep-konsep sederhana dan keterampilan proses sains yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses sains untuk anak usia dini meliputi observasi, klasifikasi, membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, melakukan percobaan, berpendapat, menerapkan, dan menghubungkan. Hal ini sejalan dengan artikel yang berjudul keajaiban sains secara menyenangkan melalui 3M visiting wizard, dalam artikel www.beritasatu.com pada tanggal 01 Oktober 2015, yang menyatakan bahwa sains sangat penting untuk dipahami sejak dini karena aplikasinya sangat dekat

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dan nyata dalam keseharian. Seseorang akan selalu melihat, merasakan, mendengar, menyentuh serta mengalami keajaiban dari aplikasi sains. Selain itu ada juga artikel yang berjudul manfaat anak belajar sains, dalam artikel www.parenting.co.id pada tanggal 01 Desember 2015, yang menyatakan sains sebenarnya lebih dari sekedar mata pelajaran.Demikian menurut Dr. Neil de Grasse Tyson, direktur Hayden Planetarium di American Museum of Natural History New York, AS, “sains memberikan seperangkat alat untuk memahami bagaimana dunia di sekitar kita berjalan.Belajar sains untuk anak bukanlah belajar secara textbook, dengan hapalan, rumus dan hitungannya. Bukan juga sekedar konsep atau pengetahuan. Berbekal rasa ingin tahu yang besar, anak bisa didorong untuk belajar sains dengan cara mengamati, mengajukan pertanyaanpertanyaan, menyelidiki, mencatat penemuan mereka, dan mengeksplorasi dunia sekitarnya untuk menemukan jawaban. Jadi penekanannya adalah doing science, agar anak mampu berpikir dan bertindak secara logis. Keterampilan ini akan sangat bermanfaat di kemudian hari karena keterampilan tersebut bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Artikel diatas terkait pembelajaran sains pada anak, dapat disimpulkan bahwa pengenalan sains pada pendidikan anak usia dini sangat penting diterapkan dengan tujuan lebih mendekatkan anak dengan alam, mengasah problem solving, menjawab rasa ingin tahu anak dengan berbagai percobaan, dapat mengoptimalkan kepekaan panca indra, dan mengasah keterampilan proses sains anak. Keterampilan proses sains pada anak usia dini dapat distimulus dengan berbagai cara yaitu dengan memberikan kegiatan yang bervariasi, metode pembelajaran yang tepat, dan fasilitas media yang lengkap. Berdasarkan hasil observasi terhadap anak kelompok B bulan November 2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja, diperoleh data bahwa keterampilan proses sains masih rendah, karena proses pembelajaran yang berlangsung kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat

aktif. Pembelajaran yang dilakukan di TK bersifat mendemonstrasikan dan cenderung menggunakan majalah, sehingga keterampilan proses sains anak belum berkembang dengan maksimal. Seharusnya kegiatan yang tepat diberikan untuk anak usia dini adalah kegiatan yang konkret karena anak masih berada pada masa pra operasional. Berdasarkan penelitian Arumsari (2013), bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak. Keterampilan proses sains anak sebelum dilakukan tindakan tidak ada (0%) anak dengan kriteria baik dan sangat baik. Setelah adanya tindakan pada siklus I, keterampilan proses sains anak meningkat sebanyak 7 anak (30,4%), dan pada siklus II meningkat hingga 19 anak (82,6%) dengan kriteria baik dan sangat baik. Dalam pembelajaran menggunakan metode eksperimen, guru mengajak anak melakukan diskusi mengenai prosedur, peralatan, dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang perlu diamati selama eksperimen kemudian memberikan penjelasan yang disertai contoh. Sesuai penelitian tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan sains melalui metode eksperimen dapat melibatkan anak secara aktif dengan melakukan sendiri proses dan melihat hasil dari percobaan yang dilakukan. Anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pra operasional, dimana pembelajaran yang tepat untuk menstimulasi perkembangan anak harus dilakukan melalui media dan kegiatan yang konkret. Salah satu metode yang mendukung kegiatan pembelajaran konkret adalah metode eksperimen. Metode pembelajaran eksperimen merupakan metode pemberian kesempatan kepada anak, baik secara perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Melalui penerapan metode eksperimen, dalam pembelajaran diharapkan minat anak dalam kegiatan sains dapat meningkat sehingga dapat pula meningkatkan keterampilan proses sains anak. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merancang penelitian berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Eksperimen Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Anak Kelompok B Semester II

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) di TK Kartika VII-3 Pelajaran 2015/2016”.

Singaraja

Tahun

METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasieksperimen. Quasi eksperimen atau eksperimen semu adalah penelitian eksperimen yang mana tidak semua variabel dan kondisi eskperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain. Dalam penelitian ini yang diuji keefektifannya adalah pengaruh metode pembelajaran eksperimenterhadap kemampuan keterampilan proses sains pada anak kelompok B semester II di TK Kartika VII-3 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian post-test only control group design. Dalam penelitian ini, populasi didefinisikan sebagai jumlah atau kesatuan individu yang memiliki beberapa kesamaan ciri atau sifat, dan kepada merekalah kesimpulan penelitian ini diberikan.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di TK Kartika VII-3 Singaraja.Jumlah kelas keseluruhan ialah 2 kelomok kelas. Sampel merupakan perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Sejalan dengan ini, menurut Agung (2014: 69) sampel adalah “sebagian dari populasi yang diambil yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu”.Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang secara real diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2012). Berdasarkan uraian diatas sampel dalam penelitian ini adalah kelompok B1 dan B2.Untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kedua kelompok itu di undi.Hasil undian menemukan kelompok eksperimen adalah kelompok B2 dan kelompok kontrol adalah B1.

Variabel merupakan sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini hanya melibatkan satu variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable). Menurut Agung (2014: 42), “variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung”. Sedangkan Variabel terikat (dependent variable) menurut Agung (2014: 42) “ialah variabel yang keberadaanya atau munculnya bergantung pada variabel bebas”.Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu metode pembelajaran eksperimen.Dan Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemampuan keterampilan proses sains. Metode pembelajaran eksperimen adalah metode yang digunakan untuk penyajian pelajaran dan memungkinkan anak berperan aktif dalam proses percobaan agar dapat membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. langkah–langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen sebagai berikut: (1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. (2) Kepada siswa perlu di terangkan pula tentang:Alatalat serta bahan yang akan digunakan dalam percobaan , variabel yang harus di control, langkah-langkah eksperimen. (3) Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menjungjung kesempurnaan jalannya eksperimen. (4) Setelah eksperimen selesai guru mengevaluasi dengan tanya jawab. Keterampilan proses sains adalah kemampuan untuk memperoleh dan mengkaji berbagai informasi mengenai fenomena alam. Keterampilan proses sains dapat mengasah kemampuan anak dibidang pengamatan, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen. Ketrampilan proses sains diukur dengan menggunakan metode observasi, data yan diperoleh berbentuk data interval.

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Prosedur penelitian dilakukan untuk menentukan tindakan-tindakan yang mengarahkan peneliti menjalankan penelitian.Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Orientasi dan observasi, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal sekolah. Kegiatan yang dilakukan meliputi memohon izin kepada kepala sekolah untuk melakukan observasi. (2) Menentukan sampel penelitian. (3) Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. (4) Mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan untuk penelitian dengan dosen pembimbing. (5) Melatih guru pada kelas eksperimen tentang metode pembelajaran eksperimen yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, agar memudahkan guru dalam menerapkan metode tersebut. Panduan pelaksanaan eksperimen. (6) Melaksanakan perlakuan sebanyak 8 kali dan 1 kali pertemuan untuk pemberian post-test. (7) Memberikan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui keterampilan proses sains anak setelah dilakukan perlakuan. (8) Melakukan análisis data untuk menguji hipótesis.(9) Menyusun laporan penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian dengan cara pengamatan. Observasi ini dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi.Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk checklist. Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang dipergunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Instrumen penelitan untuk mengukur keterampilan proses sains disusun berdasarkan pada aspek-aspek keterampilan proses sains (Brewer, 2007:388). Kriteria penilaian keterampilan

proses sains yang digunakan adalah 1 (tidak mampu), 2 (sedang), dan 3 (mampu). HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis penelitian terkait dengan pengaruh metode pembelajaran eksperimen terhadap keterampilan proses sains pada anak kelompok B semester II di TK Kartika VII-3 Singaraja tahun pembelajaran 2015/2016. Hasil pembahasan penelitian dan uji hipotesis yang dimaksud yaitu terkait dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan treatmen metode pembelajaran eksperimen, sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak mendapatkan treatmen metode pembelajaran eksperimen. Hal ini menyebabkan kelompok kontrol belajar seperti mana biasanya tanpa mengalami perubahan metode pembelajaran sedikitpun. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian menunjukkan bahwa anakanak yang belajar dengan metode pembelajaran eksperimen memperoleh pengaruh terhadap peningkatan keterampilan proses sains yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang belajar tanpa mendapat treatmen metode pembelajaran eksperimen. Hal ini didasarkan pada perolehan hasil rata-rata persentase skor keterampilan proses sains anak dengan metode pembelajaran eksperimen dan metode yang biasa digunakan sebelumnya. Rata-rata persentase skor perkembangan keterampilan proses sains anak yang mengikuti metode pembelajaran eksperimen adalah 88.85% yang berada pada kategori tinggi dan rata-rata persentase skor keterampilan proses sains pada anak yang tidak mendapatkan treatmen metode pembelajaran eksperimen adalah 64% yang berada pada kategori rendah. Skor hasil perkembangan anak yang mendapat treatmen metode pembelajaran eksperimen jika digambarkan dalam bentuk grafik polygon, maka dapat dilihat bahwa grafik polygon sebaran data yang diperoleh merupakan grafik polygon

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) juling negatif yang menunjukkan bahwa sebaran data skor anak cendrung tinggi.Hal tersebut berbanding terbalik dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat treatmen metode pembelajaran eksperimen, jika digambarkan kedalam grafik polygon menunjukkan kurve juling positif, hal ini berarti bahwa sebaran data yang diperoleh anak cenrung rendah. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit adalah 17.855 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thit >ttabel), sehingga hasil penelitian signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan signifikan keterampilan proses sains antara kelompok anak yang diberikan metode pembelajaran eksperimen dan kelompok anak yang tidak diberikan metode pembelajaran eksperimen pada anak kelompok B di TK Kartika VII-3 Singaraja.Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa kegiatan dengan metode pembelajaran eksperimen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses sains anak. Perbedaan yang signifikan diperoleh antara anak yang diberikan metode pembelajaran eksperimen dengan anak yang tidak diberikan metode pembelajaran eksperimen dipengaruhi oleh perbedaan teknik, strategi dan perlakuan pada setiap tahapan pembelajaran.Secara teknis pemberian treatmen pada kedua kelompok dilakukan selama 8 kali pertemuan, yaitu pada kelompok eksperimen dengan metode pembelajaran eksperimen dan pada kelompok kontrol tanpa metode pembelajaran eksperimen.Pada pertemuan kesembilan masing-masing kelompok diberikan post-test.Kegiatan sains yang diberikan pada kedua kelompok adalah pengenalan volume/ isi air, air mengalir, kapilaritas, jembatan warna, jungkat-jungkit, timbangan, pengenalan bunyi, larut tidak larut, dan tenggelam terapung. Kegiatankegiatan sains yang dipilih disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini, agar mudah dipahami dan dilakukan oleh anak. Pada kelompok eksperimen yang diberikan treatmen metode pembelajaran eksperimen, sebelum melakukan kegiatan eksperimen guru memberi penjelasan

kepada siswa tentang tujuan eksperimen, alat-alat serta bahan yang akan digunakan, variabel yang harus dikontrol, langkahlangkah yang akan dilakukan. Pada saat proses eksperimen guru mengawasi perilaku anak, dan setelah eksperimen selesai guru mendiskusikan hasil eksperimen. Guru berusaha menyajikan metode pembelajaran eksperimen dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik anak usia 5-6 tahun. Selama penerapan metode pembelajaran eksperimen adapun temuan-temuan yang diperoleh antara lain sebagai berikut. Pada pertemuan pertama dan kedua anak masih belum bisa untuk mengikuti intruksi yang diberikan guru, sehingga kegiatan eksperimen belum berjalan dengan lancar. Terlihat ada beberapa anak yang tidak memperhatikan dan tidak mau melakukan kegiatan eksperimen.Pada pertemuan ketiga dan seterusnya, anak mulai terbiasa dengan intruksi dan kegiatan eksperimen yang dilaksanakan.Terlihat saat anak sangat antusias melaksanakan kegiatan eksperimen. Semua anak mau memperhatikan kegiatan eksperimen, mau ikut serta dalam kegiatan eksperimen, mau bertanya terkait kejadian yang terjadi selama eksperimen, dan mau menceritakan pengalamannya selama proses eksperimen. Pada saat penerapan metode pembelajaran eksperimen, rasa ingin tahu anak mulai terlihat.Rasa ingin tahu anak ditunjukkan saat anak bertanya tentang kejadian yang terjadi selama eksperimen dan mencoba hal-hal baru, seperti saat berekspeimen tentang tenggelam terapung.Anak mencoba untuk menjatuhkan plastik dan krikil.Dia ingin mengetahui mana benda yang lebih berat, kerikil atau plastik. Dan dia ingin membuktikan apakah benar plastik yang berukuran besar akan tetap mengapung di atas air. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah dan Aswan (2006:84), yang mengungkapkan salah satu kelebihan metode pembelajaran eksperimen adalah anak lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. Anak lebih aktif dalam kegiatan eksperimen, hal ini ditunjukkan saat anak

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) melakukan eksperimen. Terlihat anak sangat bersemangat dalam proses percobaan dan mengamati apa yang terjadi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutikno (2014:51), menyatakan metode eksperimen adalah metode pembelajaran yang memungkinkan anak untuk melakukan percobaan dengan tujuan membuktikan sendiri suastu pernyataan. Ditemukan hal yang berbeda, pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan metode pembelajaran eksperimen. Terlihat keterampilan proses sains anak dari pertemuan pertama sampai kesembilan, hanya beberapa anak yang mau memperhatikan kegiatan sains, mengklasifikasi, mengkomunikasikan apa yang anak temukan selama proses eksperimen, dan menjawab tujuan pelaksanaan kegiatan. Peran guru selama kegiatan ialah menyampaikan tema dan menerangkan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada awal kegiatan guru mengajak anak bercakap-cakap mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti terlihat guru menjelaskan dan memberi contoh terkait dengan kegiatan sains, namun berbeda dengan kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol guru tidak memberikan anak kesempatan untuk mencoba proses eksperimen dan tidak memberikan waktu untuk tanyajawab terkait dengan kegiatan sains. Secara teoritik, tingginya keterampilan proses sains anak dipengaruhi oleh pemberian treatmen metode pembelajaran eksperimen. Melalui metode pembelajaran eksperimen anak diberikan kesempatan dalam mempraktekkan langsung kegiatan sains yang dilakukan, sehingga anak dapat terlibat langsung pada semua kegiatan pembelajaran. Guru dapat menstimulasi rasa igin tahu anak dan membuat anak lebih penasaran sehingga dapat mendorong anak untuk aktif dalam proses kegiatan yang akan diberikan. Anak dapat melihat, memperhatikan, mempraktekkan dan menemukan sendiri jawaban-jawaban dari setiap masalah yang dialaminya. Metode pembelajaran eksperimen merupakan metode pembelajaran yang melibatkan anak dalam proses percobaan yang dapat diamati dan digunakan untuk membuktikan pernyataan atau hipotesis

yang dipelajari (Abimanyu, 2009:7.17). Hipotesis yang dibuktikan oleh anak pada penelitian ini sangatlah beragam diantaranya adalah kegiatan tenggelam terapung, hipotesis yang ingin dibuktikan adalah bahwa benda yang tenggelam dan terapung tidak dipengaruhi oleh ukuran benda, namun dipengaruhi oleh berat benda.Anak melakukan percobaan dengan memasukkan batu dan bola ke dalam air. Batu yang berukuran lebih kecil dari bola akan tenggelam dan bola yang berukuran lebih besar dari batu tetap mengapung diatas permukaan air. Secara tidak langsung anak telah membuktikan sendiri hipotesis yang dipelajari. Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan yaitu, a) anak lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya, b) anak dibina untuk merancang penemuan-penemuan baru dari hasil percobaan yang dilakukannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, c) hasil–hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Dari kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan diatas, maka metode pembelajaran eksperimen sangat tepat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Indrawati (dalam Trianto, 2008:72), keterampilan proses sains merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan psikomotor untuk menjalankan proses sains untuk membuktikan konsep yang telah ada sebelumnya. Keterampilan proses sains dapat mengasah kemampuan observasi, klasifikasi, sebab akibat, pemecahan masalah, pengukuran, dan komunikasi. Dalam penelitian ini kemampuan observasi ditunjukkan oleh anak melalui melihat bahan-bahan yang digunakan, meraba bahan-bahan yang ada, dan mendengar intruski yang diberikan oleh guru.Kemampuan klasifikasi diasah melalui kegiatan mengelompokkan bahan sesuai warna dan ukuran.Kemampuan pemecahan masalah ditunjukkan saat anak mencaritahu sendiri bagaimana caranya gula bisa larut dalam air dengan cepat.Kemampuan pengukuran diasah saat anak mengukur banyak air dalam botol dengan lidi dan jengkal. Kemampuan komunikasi ditunjukkan saat anak bercerita, bertanya,

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dan menyebutkan langkah-langkah yang telah dilakukan saat proses percobaan. Keterampilan proses sains pada anak usia dini dapat dikembangkan melalui penerapan metode pembelajaran eksperimen. Melalui metode pembelajaran eksperimen anak dapat menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat membuktikan bahwa metode pembelajaran eksperimen sangat tepat diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di atas yang menyatakan keterampilan proses sains pada anak yang diberikan treatmen metode pembelajaran eksperimen lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak mendapat treatmen metode pembelajaran eksperimen. Adapun penelitian yang mendukung terkait peningkatan keterampilan proses sains anak kelompok B adalah penelitaian Arumsari (2013), yang menyatakan bahwa metode eksperimen dapat melibatkan anak secara aktif dengan melakukan sendiri proses dan melihat hasil dari percobaan yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak. Pembelajaran menggunakan metode eksperimen, dimana guru mengajak anak melakukan diskusi mengenai prosedur, peralatan, dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang perlu diamati selama eksperimen kemudian memberikan penjelasan yang disertai contoh. Anak usia dini masih berada pada pada masa pra operasional, sehingga dalam proses pembelajaran anak masih memerlukan contoh dan terlibat aktif. Selaras dengan penelitian tersebut, penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samodra (2015), yang menyatakan bahwa metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan pemahaman konsep sains di TK Dharma Wanita Krendowahono, Gondang rejo, Karanganyar.Penelitian ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data dan refleksi.Metode pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.Subyek penelitian anak TK

Dharma Wanita Krendowahono, dengan banyak anak didik 20 orang. Metode pembelajaran eksperimen adalah metode yang mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan pemahaman konsep sains. Berdasarkan paparan tersebut, tampak jelas bahwa metode pembelajaran eksperimen berpengaruh terhadap keterampilan proses sains pada anak kelompok B semester II di TK Kartika VII-3 Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil keterampilan proses sains antara anak yang mengikuti pembelajaran melalui metode pembelajaran eksperimen dengan anak yang tidak mengikuti pembelajaran metode pembelajaran eksperimen pada anak kelompok B tahun pelajaran 2015/2016 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil keterampilan proses sains anak kelompok eksperimen dengan M% = 88.85% tergolong pada kriteria sangat tinggi dan hasil keterampilan proses sains anak kelompok kontrol dengan M% = 64% tergolong pada kriteria sedang. Kemudian dari perhitungan uji hipotesis melalui uji-t ditemukan thitung = 17.855>ttabel = 2,021 dengan taraf signifikansi 5%. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran eksperimen berpengaruh positif terhadap hasil keterampilan proses sains anak. Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, yaitu kepada kepala sekolah, disarankan untuk memberikan pembinaan informasi tentang metode dan media pembelajaran yang menarik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan keterampilan proses sains anak. Kepada guru, disarankan untuk lebih memperhatikan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang diberikan, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, dapat

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) menarik minat anak, dan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak. Kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut terkait metode pembelajaran eksperimen terhadap keterampilan proses sains agar mencapai hasil yang optimal sebagai penyempurnaan dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Soli. 2009. Strategi Pembelajaran 3 SKS.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Agung,

A.A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan .Malang: Aditya Media Publishing.

Anonim. 2015. “Keajaiban Sains Secara Menyenangkan Melalui 3M Visiting Wizard”. Tersedia pada http://www.beritasatu.com/iptek/311 227-keajaiban-sains-secaramenyenangkan-melalui-3m-visitingwizards.html (diakses tanggal 15 Maret 2016). Anonim. 2015. “Manfaat Anak Belajar Sains”. Tersedia padahttp://www.parenting.co.id/usiasekolah/manfaat+anak+belajar+sain s(diakses tanggal 15 Maret 2016). Antara,

Putu Aditya. 2015. “Pengaruh Metode Permainan Kreatif Dan Bakat Seni Tari Terhadap Kemampuan Spasial Anak (Eksperimen Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Di Kabupaten Gianyar Propinsi Bali, Tahun 2014)”. Tugas akhir (tidak diterbitkan).Universitas Negeri Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arumsari, 2013.“Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Penerapan Metode Eksperimen

Pada Kelompok B1 di TK ASSA’ADAH Baledono Purworejo”.Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/15434/1/skrip si.pdf (diakses tanggal 15 Maret 2016). Brewer, Jo Ann. 2007. Early Childhood Education (Preschool Through Primary Grades). United States of America: Pearson Education. Bundu,

Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.

Candiasa, I.M. 2011.Pengujian Instrument Penelitian Disertasi Aplikasi ITMAN dan BIGSTEPS.Singaraja: Unit Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha. Charlesworth, Rosalind dan Karen K. Lind. 1990. Math & Science For Young Children. United States of America: Delmar Publisher Inc. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fadlillah. 2014. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini (Menciptakan Pembelajaran Menarik, Kreatif, Dan Menyenangkan). Jakarta: Kencana Prenadamedia group. Hamid, Moh Sholeh. 2011. Mendesain Kegiatan Belajar Mengajar Begitu Menghibur, Metode Edutainment. Yogyakarta: Diva Press. Koyan,

I Wayan. 2012. Statistika Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Latif, Mukhtar dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana. Muhasyaroh, Hany “Mengembangkan

Atun. 2015. Kemampuan

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Sains Melalui Percobaan Terjadinya Gunung Meletus Pada Anak Kelompok A PAUD Permata Hati Kaliboto Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015”. Tersedia pada http://simki.unpkediri.ac.id/mahasisw a/file_artikel/2015/11.1.01.11.0032.p df (diakses tanggal 20 Maret 2016). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Saimah. 2014. “Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Penerapan Metode Inquiry Pada Kelompok B TK Aisyiyah 4 Kota Mojokerto”. Tersedia pada http://ejournal.unesa.ac.id/article/89 48/19/article.pdf (diakses tanggal 15 Maret 2016). Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Samodra, Dian. 2015. “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains Pada Anak Kelompok B TK Dharma Wanita Krendowahono Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014”. Tersedia pada http://eprints.ums.ac.id/36435/22/Na skah%2520publikasi.pdf (diakses tanggal 30 Mei 2016). Suastra, I Wayan.Pembelajaran Sains Terkini (Mendekatkan Siswa Dengan Lingkungan Alamiah Dan Sosial Budayanya). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Subana dan Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sujiono, Yuliani Nurani. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Sujiono, Yuliani. N. danBambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif BerbasisKecerdasan Jamak. Jakarta: PTIndeks. Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Sutikno, Sobry. 2014. Metode & Modelmodel Pembelajaran. Lombok:Holistika. Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Pedagogia. Trianto. 2008. Mendesain pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) di kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher. -------. 2010. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV. Eko Jaya.