EKSTRAKSI SENYAWA BIOACTIV DARI DAUN MORINGA OLEIFERA

Download JURNAL TEKNIK POMITS Vol. ... mempengaruhi metode maserasi adalah rasio ( massa bahan ... antioksidan yang diperoleh dari hasil ekstraksi b...

0 downloads 349 Views 382KB Size
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print)

1

EKSTRAKSI SENYAWA BIOACTIV DARI DAUN MORINGA OLEIFERA Irfan Saputra, Ghuzrina Prihandini, Siti Zullaikah, M Rachimoellah Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected], [email protected] Abstrak — Pada penelitian ini salah satu senyawa antioksidan yaitu phenolic telah berhasil diekstraksi dari daun kelor (Moringa oleifera) dengan metode maserasi dan ekstraksi menggunakan air subkritis. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode maserasi adalah rasio ( massa bahan dan volume pelarut) dan konsentrasi pelarut, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi menggunakan air subkritis adalah waktu dan suhu. Pada metode maserasi dilakukan ekstraksi dengan rasio 1 : 6 (3 gram : 18 mL) dan 1 : 40 (5 gram : 200 mL), dimana konsentrasi pelarut (etanol) yaitu 0%, 35% dan 70%. Sedangkan ekstraksi menggunakan air subkritis dengan rasio tetap,yaitu 1 : 6 (3 gram : 18 mL) dimana variabel berubah pada suhu (100; 150; 200; 250; 300oC) dan waktu (5; 10; 15; 20 menit). Dari hasil penelitian didapatkan yield tertinggi pada maserasi dengan rasio 1:40 dan konsentrasi etanol 70%, yaitu 39,797 %, konsentrasi senyawa phenolic pada rasio 1:6 dan konsentrasi etanol 70 % yaitu 58,188 mg asam tanat/g sampel ekstrak kering sedangkan aktivitas antioksidan tertinggi pada rasio 1:40 dan konsentrasi etanol 70% yaitu 55,524 mg asam askorbat/L. Ekstraksi daun Moringa oleifera dengan menggunakan air subkritis didapatkan yield, konsentrasi senyawa phenolic dan aktivitas antioksidan pada kondisi yang sama yaitu suhu 200oC dan waktu 15 menit. Dimana nilai yield tertinggi pada 30,661% dengan konsentrasi senyawa phenolic d an aktivitas antioksidan tertinggi masing-masing, 48,733 mg asam tanat/g sampel ekstrak kering dan 45,863 mg asam askorbat/L. Kata kunci; antioksidan, hydrothermal, daun moringa oleifera,phenolic, air subkritis I. PENDAHULUAN ntioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi dalam tubuh. Antioksidan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia. Beberapa contoh antioksidan sintetik adalah butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluene (BHT), dan tert-butil hidroksi quinon (TBHQ). Antioksidan alami adalah senyawa antioksidan yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan. Antioksidan alami antara lain tokoferol, lesitin, fosfatida, sesamol, gosipol, karoten, asam tanat, gallic acid (senyawa phenolic), ferulic acid (senyawa phenolic), quercetin (flavonoid) dan sebagainya [4]. Antioksidan alami banyak ditemukan juga dalam tumbuhan kelor (Moringa oleifera), salah satunya pada bagian daun. Penelitian sebelumnya terhadap ekstraksi daun Moringa oleifera menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang

A

tinggi dalam proses in vivo dan in vitro [2], selain itu dalam daun Moringa oleifera kaya akan phytochemicals, karoten, vitamin, mineral, asam amino, senyawa flavonoid dan phenolic [1]. Sejauh ini ekstraksi daun Moringa oleifera biasanya menggunakan metode ekstraksi konvensional seperti soxhlet extraction dan maserasi. Menurut Vongsak dkk, 2012 [8] memperoleh yield tertinggi dengan menggunakan maserasi dimana konsentrasi pelarut 70 % selama 72 jam. Selain itu didapatkan pula konsentrasi senyawa phenolic dan aktivitas antioksidan yang tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Namun metode ini memiliki beberapa kelemahan yaitu memakan waktu yang lama serta penggunaan zat organik yang biasanya beracun. Kelarutan senyawa phenolic dalam lartan organik umumnya rendah, sehingga daun Moringa oleifera perlu dikstraksi pada suhu tinggi dan dalam kondisi asam atau basa. Maka dari itu perlu dikembangkan metode lain, salah satunya adalah hydrothermal, penggunaan air subkritis sebagai pelarut.. Ekstraksi menggunakan air subkritis terhadap daun Moringa oleifera belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya laporan ilmiah mengenai ekstraksi daun Moringa oleifera untuk mendapatkan senyawa phenolic dan aktivitas antioksidan. Subcritical water extraction (SWE) merupakan teknologi alternatif untuk mengekstraksi daun Moringa oleifera dan tumbuhan-tumbuhan lainnya. Air subkritis (didefinisikan sebagai air dengan suhu antara 100⁰C 300⁰C) adalah sebuah pelarut untuk senyawa polar polar dan non polar. Air subkritis berperilaku sangat berbeda tidak hanya dari air pada suhu kamar tetapi dalam beberapa aspek juga dari air superkritis. Menurunnya dielektrik konstan dari 78 pada 25 ⁰ C dan 0,1 MPa sampai 14,07 pada 350 ⁰ C dan 20 MPa. Hal ini menimbulkan peningkatan kelarutan senyawa organik hidrof obik, seperti asam lemak bebas. Produk ionik air relatif tinggi dalam kisaran subkritis (10-12 dibandingkan -14 pada kondisi ambien). Tingginya dengan 10 tingkat H+ dan OH- pada kondisi subkritis berarti bahwa asam-basa atau banyak-katalis reaksi, seperti hidrolisis biomassa, dipercepat. Fleksibilitas air subkritis sebagai pelarut berhubungan dengan polaritas air. Pada kondisi dekat dengan titik kritis, air memiliki sifat yang sangat menarik. Diantaranya adalah viskositas rendah dan kelarutan tinggi zat organik, yang membuat air subkritis sebagai media yang tepat untuk reaksi cepat, homogen dan efisien. Akibatnya, selama dekade terakhir, telah ada minat yang kuat dalam menggunakan air subkritis sebagai media pelarut dan reaksi untuk konversi biomassa. Beberapa penelitian menyebutkan kondisi terbaik ekstraksi menggunakan air subkritis untuk mendapatkan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print) senyawa phenolic, flavonoid dan senyawa antioksidan lain. Pourali dkk, 2010 menggunakan air subkritis pada suhu 100360oC dan waktu tinggal 2-30 menit. Variabel berubah tersebut mempengaruhi dekomposisi dari dedak padi dan produksi dari senyawa phenolic. Dimana dekomposisi dari dedak padi menghasilkan jumlah yang hampir sama dengan senyawa phenolic yang didapatkan. Penelitian lain [7] mendapatkan kondisi terbaik pada suhu 105oC, waktu tinggal 15 menit, rasio campuran 1,5:2.5 (w/v) untuk kulit bawang. Jumlah quercetin (senyawa flavonoid) yang didapatkan hampir 92,40% dari semual jumlah total quercetin pada bahan. Penelitian lain [3] menyebutkan bahwa yield dari aktivitas antioxidan dn total kelarutan gula pada ekstraksi dedak padi didapatkan kisaran suhu terbaik 180-280oC selama 5 menit. Ekstraksi daun Moringa oleifera menggunakan air subkritis sebagai pelarut belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya laporan mengenai studi dari ekstraksi daun Moringa oleifera dengan kisaran suhu menggunakan air subkritis untuk mendapatkan senyawa phenolic dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi etanol pada maserasi terhadap yield, mempelajari pengaruh suhu dan waktu terhadap yield yang diperoleh dengan menggunakan air subkritis, serta mengetahui kandungan antioksidan, yaitu konsentrasi senyawa phenolic dan aktivitas antioksidan, dari daun Moringa oleifera. II. URAIAN PENELITIAN 2.1

Persiapan Sampel Sampel dipisahkan bagian daun dan ranting. kemudian dirajang dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu ruang (28±2oC) selama 7 hari. Daun kelor kering lalu digiling dengan blender hingga menjadi serbuk untuk memudahkan proses ekstraksi. Serbuk daun kelor kering dikemas dalam kantong plastik dan disimpan dalam freezer sebelum dilakukan proses ekstraksi. 2.2

Metode Maserasi Metode maserasi dilakukan dengan dua macam yaitu pada rasio 1:40 dan 1:6 tapi menggunakan waktu dan konsentrasi etanol yang sama. Menimbang 5 gram serbuk sampel kering kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etanol (0%, 35%, 70%) sebanyak 200 m L. Pada rasio 1:6 dengan cara yang sama, menimbang 3 gram serbuk sampel kering kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etanol. Serbuk sampel yang telah ditimbang direndam dalam pelarut selama 72 j am pada suhu kamar. Setelah itu dilakukan filtrasi dengan kertas saring dan vacuum pump, ekstrak yang diperoleh kemudian diletakkan di ruang ber-AC hingga pelarut menguap dan ekstrak kering (tanpa menggunakan panas sama sekali. Ekstrak kering kemudian dikerik dan ditempatkan dalam kemasan plastik, lalu disimpan dalam freezer sebelum digunakan sebagai bahan analisis [8]. 2.3

Metode Hydrothermal Metode hydrothermal dalam air subkritis ini dimulai dengan menimbang 3gr serbuk daun kelor kemudian ditambah aquades sebanyak 18 m L, dimasukkan kedalam reaktor dan ditutup rapat. Kemudian reaktor dimasukkan kedalam furnace yang telah stabil suhunya, apabila suhu turun maka waktu proses dimulai ketika suhu sudah stabil

2

seperti semula sesuai dengan variasi suhu yang ditentukan. Reaktor lalu didinginkan mendadak dengan cara memasukkan langsung kedalam air setelah reaktor dingin, ekstrak dipindahkan, difiltrasi dengan kertas saring dan vacuum pump serta disimpan dengan perlakuan yang sama seperti metode Maserasi [7] 2.4

Analisa Total Phenolic Compounds Membuat larutan standar dari asam tanat (20 mg asam tanat/100 mL), dari larutan standar tersebut, melakukan 8 kali pengenceran sehingga diperoleh larutan standar dengan konsentrasi: 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200 mg/L. Menyiapkan 9 tabung reaksi bersih, mengisi masing-masing dengan 0,1 mL larutan standar, mengisi satu tabung dengan 0,1 mL aquadest. Menambahkan ke dalam tabung masingmasing 1,9 mL aquadest. Kemudian menambahkan 0,5 mL reagen Folin ciocealteu yang diikuti dengan penambahan 2 mL Na 2 CO 3 7,5 % pada masing-masing tabung. Cairan kemudian didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar dan tempat gelap. Setelah itu mengukur panjang gelombang 779 nm dan absorbansi masing-masing larutan standar. Setelah itu didapatkan persamaan garis linear dari kurva kalibrasi yaitu y = 378,09x, R2 = 0,9796. Mengambil sampel sebanyak 0.1 ml cairan ekstrak dalam metanol (konsentrasi 1 mg ekstrak/10 ml) diencerkan menjadi 2 ml dengan aquadest. Ke dalam larutan tersebut dimasukkan 0.5 ml reagen Folin Ciocalteu yang diikuti dengan penambahan 2 ml larutan Na2CO3 7.5%. Cairan kemudian didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar. Absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang 779 nm . Absorbansi yang terbaca merupakan nilai y yang kemudian dimasukkan ke dalam perhitungan persamaan garis yang diperoleh dari pembuatan kurva standar asam tanat di atas [6]. Sehingga diperoleh kandungan total fenol (nilai y) sampel yang dinyatakan sebagai mg ekuivalen asam tanat/g sampel ekstrak. Perhitungan total fenol adalah sebagai berikut: 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒉𝒆𝒏𝒐𝒍𝒊𝒄 (𝒎𝒈 𝒂𝒔𝒂𝒎 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒕/𝒈 𝒆𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌) = 𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 × 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒚 (𝒌𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒉𝒆𝒏𝒐𝒍𝒊𝒄) × 𝟒, 𝟓𝒎𝒍 × 𝟏/(𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈))

2.5

Analisa Aktivitas Antioksidan dengan Metode Efek Perendaman terhadap Radikal Bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazil)

Prinsip pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH yaitu ketika larutan DPPH bercampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen (zat antioksidan), maka DPPH akan tereduksi dan kehilangan warna ungunya. Membuat larutan standar (10 mg asam askorbat/100 mL), dari larutan standar tersebut melakukan 5 kali pengenceran sehingga diperoleh larutan standar dengan konsentrasi: 2, 4, 6, 8, 10 mg/100mL. Menyiapkan 6 tabung reaksi yang bersih mengisi masing-masing dengan 0,1 mL larutan standar kemudian diencerkan sampai 2 mL dengan metanol. Menambahkan 2 mL DPPH 35 μg/mL pada masing-masing tabung kemudian mendiamkan cairan pada suhu ruang dan tempat gelap selama 30 menit Setelah itu mengukur panjang glombang 517 nm dan absorbansi masing-masing larutan standar. Setelah itu didapatkan persamaan garis linear dari kurva kalibrasi yaitu y = 244,6x, R2 = 0,9358. Sampel sebanyak 2 ml DPPH 35 μg/mL dalam metanol dicampurkan dengan 2 ml ekstrak dalam metanol. Kemudian cairan disimpan di ruang gelap pada suhu ruang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print)

Aktivitas antioksidan (mg asam askorbat/L)

selama 30 menit, lalu absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm [6]. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Rasio dan Konsentrasi Etanol terhadap Yield, Total Phenolic Compounds dan Aktivitas Antioksidan pada Proses Maserasi Proses maserasi daun Moringa oleifera dengan menggunakan ethanol sebagai pelarut, karena etanol memiliki tetapan dielektrik yang rendah yaitu 24,3. Dimana derajat kepolaran bergantung pada tetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik maka akan semakin polar pelarut tersebut, sebaliknya semakin rendah tetapan dielektrik maka pelarut tersebut kepolarannya akan turun. Maserasi dengan meggunakan pelarut etanol 70 %, dengan perbandingan 1 : 40 (5 gram bahan dan 200 m L pelarut) selama 72 j am (3 hari) didapatkan yield tinggi, yaitu 3 9,797%. Sedangkan pada rasio 1 : 6 didapatkan yield tertinggi pada konsentrasi etanol 70% yaitu 32,05 %, seperti terlihat pada gambar 3.1.

Yield (%)

3.1

45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Ratio 1:6 Ratio 1:40

0 35 70 Konsentrasi etanol (%) Gambar 3.1 Pengaruh konsentrasi etanol terhadap yield dengan rasio 1 : 6 dan 1 : 40

Total Phenolic Compounds (mg asam tanat/g sampel ekstrak kering)

Total phenolic compounds dan aktivitas antioksidan menunjukkan hal yang sama dengan perilaku yield, dimana semakin besar konsentrasi etanol maka konsentrasi total phenolic compounds dan aktivitas antioksidan semakin tinggi juga. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.2 dan 3.3. 70 60 50 40 30

Rasio 1:6 Rasio 1:40

20 10 0 0

35

70

Konsentrasi etanol (%) Gambar 3.2 Pengaruh konsentrasi etanol dan rasio terhadap Total Phenolic Compounds

3

60 50 40 30 20

Rasio 1:6 Rasio 1:40

10 0

0 35 70 Konsentrasi etanol (%) Gambar 3.3 Pengaruh konsentrasi etanol dan rasio terhadap Aktivitas Antioksidan

Konsentrasi total phenolic compounds tertinggi didapatkan pada konsentrasi etanol 70 % dan perbandingan rasio 1:6, yaitu 58,19 mg asam tanat/g sampel ekstrak kering, sedangkan aktivitas antioksidan tertinggi pada konsentrasi etanol 70% dan rasio 1:40, yaitu 55,52 mg asam askorbat /L. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi etanol maka yield, total phenolic compounds dan aktivitas antioksidan yang diperoleh semakin besar juga. 3.2

Pengaruh Suhu dan Waktu terhadap Yield, Total Phenolic Compounds dan Aktivitas Antioksidan pada Ekstraksi Menggunakan Air Subkritis Subcritical water merupakan suatu pelarut alternatif yang bersifat nonpolar untuk mengekstraksi daun Moringa oleifera, hal ini dikarenakan zat antioksidan dalam daun merupakan senyawa nonpolar. Selain itu dalam proses ekstraksi tidak memerlukan waktu yang lama, ramah lingkungan dan pelarut yang tidak mahal. Seperti diketahui air pada suhu ruang memiliki tetapan dielektrik yang tinggi yaitu 80, namun pada suhu sekitar 200 – 250 oC tetapan dielektriknya turun menjadi sekitar 24 di mana hampir sama dengan tetapan dielektrik etanol pada suhu ruang [5]. Peningkatan atau penurunan ion hidrogen dan hidroksida dalam subcritical water bersamaan dengan menurunnya tetapan dielektrik, sehingga pelarut ini sangat sesuai untuk ekstraksi bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan. Ekstraksi menggunakan air subkritis sebagai pelarut didapatkan yield tertinggi pada suhu 200oC dan waktu 15 menit, yaitu 30,661 %. Perbandingan anatar yield dari sampel dapat dilihat pada gambar 3.4 mengenai pengaruh suhu dan waktu terhadap yield.

35

Yield (%)

30 25 20 15

t=5 menit

10

t=10 menit

5

t=15 menit

0 100 150 200 250 300 Suhu (°C)

t=20 menit

Gambar 3.4 Pengaruh suhu (oC) dan waktu (menit) terhadap Yield (%) dari ekstraksi daun Moringa oleifera

Total Phenolic Compounds (mg asam tanat/g sampel ekstrak kering)

Total phenolic compounds meningkat terus hingga suhu 200oC kemudian konsentrasi turun, sehingga didapatkan konsentrasi tertinggi pada 48,733 mg asam tanat/ g sampel kering ekstrak dengan waktu reaksi selama 15. Pada waktu 5 menit dan 10 menit memiliki peningkatan yang sama pada waktu 15 menit, namun konsentrasi total phenolic compounds menurun pada waktu 20 menit. Sehingga kondisi terbaik didapatkan pada suhu 200oC dan waktu 15 menit (dapat dilihat pada gambar 3.5). 60 50 40 30 20 10 0 100 150 200 250 300

Aktivitas antioksidan (mg asam askorbat/L)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print)

t=5 menit t=10 menit t=15 menit t=20 menit

50 40 30 20 10 0 100 150 200 250 300 Suhu (°C)

t=5 menit t=10 menit t=15 menit t=20 menit

Gambar 3.6 Pengaruh suhu dan waktu terhadap uji aktivitas antioksidan dengan metode perendaman radikal DPPH IV. KESIMPULAN Dari pembahasan hasil dari penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Maserasi memberikan yield, total phenolic compounds dan aktivitas antioksidan yang tinggi daripada ekstraksi menggunakan air subkritis, namun maserasi tidak efisien dan efektif untuk mengekstrak senyawa bioactiv karena membutuhkan waktu yang lama dan jumlah pelarut yang banyak. 2. Metode ekstraksi yang sesuai untuk mengekstrak senyawa bioactiv dari daun moringa oleifera adalah ekstraksi menggunakan air subkritis karena dalam waktu yang relatif singkat didapatkan yield, total phenolic compounds dan aktivitas antioksidan mendekati hasil yang didapatkan dari proses maserasi selama 72 jam.

Suhu (°C)

1.

Gambar 3.5 Pengaruh suhu dan waktu terhadap Total Phenolic Compounds (mg asam tanat/g sampel ekstrak kering)

2.

Sedangkan pada gambar 3.6 menunjukkan pengaruh suhu dan waktu terhadap aktivitas antioksidan. Didapatkan uji akivitas antioksidan tertinggi pada waktu 15 menit dan suhu 200oC. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi dari asam askorbat pada daun Moringa oleifera sebesar 45,863 mg asam askorbat/L. Didapatkan aktivitas antioksidan yang lebih rendah pada ekstraksi hydrothermal jika dibandingkan dengan maserasi, namun dari segi waktu metode ekstraksi hydrothermal lebih efisien dibandingkan maserasi dengan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Selanjutnya untuk waktu dan suhu yang lain, aktivitas antioksidan menunjukkan perilaku yang sama dengan waktu dan suhu terbaik.

4

3. 4. 5. 6. 7. 8.

[1] [2]

UCAPAN TERIMA KASIH Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Prof. Dr. Ir. H.M. Rachimoellah, Dipl. EST selaku Kepala Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan. Siti Zullaikah, ST. MT. PhD dan Prof. Dr. Ir. H. M. Rachimoellah, Dipl. EST selaku dosen pembimbing kami. Prof. Dr. Ir D anawati Hari Prajitno, MS , Dr. Yeni Rahmawati, ST. MT dan Ir. Nuniek Hendriani, MT selaku Dosen Penguji. Setiyo Gunawan, ST, Ph.D selaku Sekretaris Jurusan I Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS Surabaya. Dr. Rer.nat Fredy Kurniawan, M.Si selaku kepala Laboratorium Instrumentasi dan Sains Analitik, Jurusan Kimia MIPA yang telah banyak membantu. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Kimia Orang tua serta saudara-saudara kami, atas doa, bimbingan, perhatian, serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, F., Latif, S., Ashraf, M., Gilani, A.H. 2007. Moringa oleifera: a food plant with multiple medicinal uses. Phytother: Res, 21, 17-25. Chumark, P., Khunawat, P., Sanvarinda, Y., Phornchirasilp, S., Morales, N.P., Phivtong-ngam, L., Ratanachamnong, P., Srisawat, S.,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print)

[3] [4] [5] [6]

[7] [8]

Pongrapeeporn, K., 2008. The in vitro and ex vivo antioxidant properties, hypolipidaemic and antiatheroschlerotic activities of water extract of Moringa oleifera Lam. leaves. J. Ethnopharmacol. 116, 439446. Hatta, S., Wiboonsirikul, J., Maeda, A., Kimura, Y., Adachi, S.,2008. Extraction of defatted rice bran by subcritical water treatment. Biochemical Engineering Jpurnal, 40, 44-53. Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta, Universitas Indonesia Press (UI-Press). Luque de Castro, M.D., Jiminez-Carmona, M.M., Perez, F. 1999. Towards more rational technique for the isolation of valuable essential oils from plants. Trends Analytical Chemical, 18, 708-716. Pothitirat, W., Chomnawang, M.T., Supabphol, R., Gritsanapan, W. 2009. Comparison of bioactive compounds content, free radical scavenging and anti-acne activities of mangosteen fruit rind at two stages of maturity. Fitoterapia 80, 442-447 Pourali, O., Asghari, F.S., Yoshida, H., 2010. Production of phenolic compounds from rice bran biomassa under subcritical water conditions. Chemical Engineering Journal, 160, 259-266. Vongsak, B., Sithisarn, P., Mangmool, S., Thongpraditchote, S., Wongkrajang, Y., Gritsanapan, W. 2012. Maximizing total phenolics, total flavonoids contents and antioxidant activity of Moringa oleifera leaf extract by the appropriate extraction method. Journal of Crops and Products, xxx, xxx-xxx.

5