FADLY SAHAFIN ABSTRAK

Download masyarakat dalam pembangunan dengan peran pemimpin informal di dalamnya. ... peranan pemimpin informal dalam menggerakan partisipasi masyar...

0 downloads 326 Views 67KB Size
PERAN PEMIMPIN INFORMALDALAM PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DI DESA AIRMADIDI ATAS KECAMATAN AIRMADIDI Oleh :

Fadly Sahafin Abstrak Jelaslah disini bahwa partisipasi masyarakat merupakan pula salah satu penentu bagi keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Dilain pihak bahwa pembangunan desa atau kelurahan diarahkan pada imbangan kewajiban antara pemerintah disatu pihak. Bahkan didalam pokok-pokok kebijaksanaan pembangunan desa dirumuskan bahwa mekanisme pembangunan desa atau kelurahan adalah merupakan perpaduan yang harmonis dan serasi antara dua kelompok kegiatan utama yaitu berbagai kegiatan pemerintah sebagai kelompok kegiatan yang pertama dan berbagai kegiatan prtisipasi masyarakat sebagai kelompok utama yang kedua. Faktor-faktor ini paling tidak menurut pengamatan penulis dapat meningkatkan partisipasi masyarakat melalui pemimpin informal dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Airmadidi Atas. Salah satu bukti sarana pembangunan fisik yang dilaksanakan masyarakat atas peran dari pemimpin informal antara lain yaitu pengerasan jalan setapak. Dengan dukungan dari para pemimpin informal maka hampir semua elemen masyarakat mengambil bagian dalam pelaksanaan pembangunan ini.Masih banyak lagi bukti fisik hasil partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan peran pemimpin informal di dalamnya. Didalam kehidupan masyarakat, pemimpin informal sangat berpengaruh, baik didalam pelaksanaan pemerintahan maupun kepada masyarakat. Sebagai pemimpin informal yang dapat mewakili warga masyarakat, maka ia harus memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dalam menggerakan partisipasi masyarakat. Berbagai upaya yang dilakukan para pemimpin informal adalah ingin membangkitkan semangat kerja yang tinggi dikalangan masyarakat tentang tanggung jawabnya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Kemudian sikap mental masyarakat yang tradisional seperti sikap apatis, meremehkan segala sesuatu yang dianggap baik kearah yang lebih modern seperti sikap dinamis, kreatif, inovatif serta mampu bekerja sendiri.Dari hasil penelitian terhadap para informan, belum adanya kerjasama antara pemerintah dengan pemimpin informal dalam mendorong masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan.

Kata Kunci :Pemimpin Informal, Pembangunan desa

Pendahuluan Sasaran pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam arti masyarakat dimintakan berpartisipasi sepenuhnya. Dengan demikian masyarakat juga perlu diberi kesempatan untuk turut serta mengambil bagian dalam penyusunan suatu rencana usulan proyek pembangunan, terutama didalam menentukan proyek-proyek yang lebih diprioritaskan dilaksanakan di Desa agar supaya akan tercipta bahwa benar-benar pembangunan adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Karena pada dasarnya kegiatan-kegiatan partisipasi masyarakat yang tumbuh dari bawah merupakan inisiatif dan kreasi yang lahir dari rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat. Mutlak diperlukan sesuai dengan hakekat pembangunan desa atau kelurahan yang pada prinsipnya dilakukan dengan bimbingan, pembinaan, bantuan dan pengawasan pemerintah sehingga apa yang diharapkan dapat terwujud dengan baik. Satu hal yang tak boleh dilupakan dalam hal melakukan segala hal usaha dan kegiatan kearah pencapaian tujuan-tujuan tersebut dengan berhasil, ialah perlu adanya unsur pendorong yang menentukan serta pendobrak dalam menggerakan partisipasi masyarakat. Salah satu unsur kepemimpinan yang cukup menentukan dalam pelaksanaan pembangunan desa atau kelurahan adalah kepemimpinan informal, sebab pemimpin-pemimpin ini biasanya mempunyai peranan yang penting bagi kemajuan suatu desa atau kelurahan, pemimpin informal juga menentukan unsur dianamika pembangunan. Pemimpin informal merupakan pemberi motifasi kepada masyarakat, serta dapat merubah cara berpikir masyarakat kearah yan lebih positif, berinisiatif dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Pemimpin-pemimpin yang dimaksudkan adalah para pemuka agama, pemuka adat, para guru, para pegawai negeri, para pimpinan organisasi sosial, mereka ini pula dapat diberikan tanggung jawab dalam menggerakan partisipasi masyarakat. Pemimpin-pemimpin informal ini biasanya dalam setiap kesempatan selalu tampil sebagai unsur pengayom, unsur pembaharu terutama dapat menumbuhkan sikap mental masyarakat, memberikan cerminan sikap perbuatan yang menjadi pola anutan. Pemimpin-pemimpin informal ini biasanya punya pengaruh yang kuat didesa, dan mereka sangat disegani oleh masyarakat, meraka tampil sebagai pendorong bagi masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan, pemberi motivasi bagi masyarakat yang bermasalah dan ragu-ragu, pengayom untuk masyarakat dalam kegiatan kemasyarakat dan pembangunan, pemberi bimbingan kepada masyarakat yang belum berpengalaman serta dapat pula meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, pemimpin informal merupakan orang-orang yang terpandang karena wibawa, pekerjaan dan kekayaannya pemimpin informal biasanya

memberikan pekerjaan kepada masyarakat setempat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Kemampuan suatu desa atau kelurahan akan dapat ditentukan oleh adanya peranan pemimpin informal dalam menggerakan partisipasi masyarakat. Namun dalam mencapai keberhasilan pembangunan, haruslah didukung dengan partisipasi masyarakat dalam arti adanya unsur kerja sama yang baik dari pemerintah desa, pemimpin-pemimpin informal dan partisipasi masyarakat. Jika hal ini tercipta dengan baik, maka dengan sendirinya peranan pemimpin informal akan semakin mantap dan dapat pula mempengaruhi adanya tingkat partisipasi yang tinggi dikalangan masyarakat. Kondisi yang ada menunjukkan bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan di Desa Airmadidi Kecamatan Airmadidi belum maksimal dikarenakan kepedulian masyarakat akan kemajuan pembangunan di desanya masih kurang. Masyarakat cenderung menuntut untuk mendapatkan imbalan dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan. Mereka beranggapan bahwa kegiatan pembangunan tersebut sudah didanai oleh pemerintah sehingga mereka menuntut untuk memperoleh imbalan. Dalam hal kerja bakti membangun kantor desa dan pengerasan jalan misalnya, tidak semua masyarakat ikut dalam kerja bakti karena menginginkan imbalan. Jika tidak mendapat imbalan maka tidak ikut dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran pemimpin informal dalam mengatasi permalahan rendahnya partsipasi masyarakat di Desa Airmadidi dalam pelaksanaan pembangunan. Konsep Kepemimpinan Secara etimolgi kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut: Berasal dari kata “Pimpin” (dalam bahasa inggris “lead”) Berarti bimbing atau tuntun, dengan begitu didalamnya ada dua yaitu yang dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (pemerintah) Setelah di tambah awalan “pe” menjadi “Pemimpin” (dalam bahas inggris “leader”) berarti Orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan, komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Apabila ditambah akhiran “an” menjadi “Pimpinan” artinya orang yang memimpin atau mencerminkan kedudukan seseorang atau kelompok orang pada hierarki tertentu dalm suatu birokrasi formal maupun informal. Pimpinan adalah orang yang menduduki jabatan dalam suatu organisasi atau birokrasi. Jadi kepemimpinan (dalam bahasa inggris “leadeship”) yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan.

Definisi Kepemimpinan telah dikemukakan oleh berbagai literature Kepemimpinan, namun definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, berbedabeda tergantung dari perspektif unit analisis masing-masing. Untuk memudahkan memahami pendapat para ahli tersebut maka akan dikemukakan pendapat yaitu : Robbins (2006;432), menyatakan Kepemimpinan adalah kemapuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Maxwel (1995;1), Kepemimpinan adalah Kemampuan memperoleh pengikut. Gibson ,dkk (1997;5), Mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Stoner (1996;161), mengatakan Kepemimpinan adalah proses mengaerahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Keating (1986;9), mengatakan Kepemimpinan adalah merupakan proses atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Louzes dan Posner (2004:3) mengatakan kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa. Kartono Kartini (2005;65), menyatakan bahwa Kepemimpinan adalah Kemempuan untuk memberikan pengaruh yang Konstruktif kepada orang lain untuk melekukan suatu usah kooperatif mencapai tujuan yang telah direncanakan. Rivai (2008;65), Menyatakan bahwa Kepemimpinan adalah peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang lain. Glenn dan Salussu (1996:23), melihat Kepemimpinan itu dari segi kualitas sehingga kepemimpinan adalah Kemampuan atau seni memimpin orang untuk mencapai hasil-hasil yang luar biasa. Dari berbagai definisi di atas, maka dapat dijadikan dasar untuk menambah definisi Kepemimpinan adalah ( cara atau teknik/gaya) yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerjasama mencapai tujuan yang tlah ditentukan. Menurut M. Karjadi (1981 : 6) mengemukakan bahwa pemimpin informal ini tidak mempunyai dasar pengangkatan resmi,tidak nyata terlihat dalam hirarkhi organisasi, juga tidak terlihat gambaran bagan. Oleh sebab itu pula mereka dapat diberikan tanggung jawab dalam menggerakan partisipasi masyarakat dalam hal pelaksanaan pembangunan. Kepemimpinan semacam ini biasanya oleh kelompok benar-benar dirasaan memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga bagi kelompok itu. Ini biasanya berlaku dalam tempo yang singkat maupun yang lama, akan tetapi yang terang bahwa

kepemimpinan informal itu diperoleh bukan karena pengangkatan, akan tetapi diperoleh sebagai suatu penghormatan berkat kecakapan-kecakapannya yang telah diperlihatkan dalam memajukan usaha-usaha bersama secara bekerjasama dengan mereka yang dipimpin (M. Karjadi 1981 : 7). Winardi mengemukakan (1993 : 55) bahwa pemimpin informal adalah seorang individu yang walaupun tidak mendapatkan pengangkatan formal yuridis sebagai pemimpin, namun memiliki sejumlah kualitas yang memungkinkannya mencapai kedudukan sebagai orang yang dapat mempengaruhi kelakuan serta tindakan sesuatu kelompok masyarakat baik dalam arti positif maupun negatif. Konsep Partisipasi Partisipasi pada hakekatnya menyangkut setiap mental dan emosional atau perilaku seseorang sebagai warga negara dan warga masyarakat, namun demikian sikap dan perilaku yang bagaimana dapat kita artikan secara sesungguhnya. Partisipasi mempunyai lingkup dan tingkatannya sendiri-sendiri. Itu tergantung dari sudut mana kita memandangnya dan harapan-harapan yang ada mengenai prilaku yang dikehendaki. Partisipasi dapat bersifat semu bila prilaku yang diperlihatkan bersifat sangat sementara dan sangat jauh dari yang diharapkan atau tidak disertai dengan kesediaan psikologis yang sesungguhnya, sebaliknya partisipasi dapat bersifat persial bila prilaku yang ditamapilkannya hanya sebagian saja dari yang sesungguhnya diharapkan akan tetapi dapat juga menjadi lengkap bila sesuai atau mendekati yang diharapkan. Hal mengambil bagian wujud peristiwa psikologis bagi seseorang karena sebagai semangat jiwa yang dilakukan secara sadar untuk turut secara aktif dalam melibatkan diri memberikan sumbangsi-sumbangsi baik moril maupun materil. Untuk memperoleh pengertian partisipasi penulis telah menimbah beberapa pendapat sarjana melalui definisinya, seperti menurut Winardi, (1993 : 64) mengemukakan bahwa secara formal partisipasi adalah “turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional unutk memberikan fungsi-fungsi dalam proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan mlaksanakan tanggung jawabnya dan melakukan hal itu”. Dengan demikian seseorang secara individu kalau diberi kesempatan untuk menyampaikan hal tersebut, maka ia akan merasa dirinya dihargai serta diperlukan dalam segala hal, terutama dalam proses pembuatan keputusan, penentuan dan pembuatan suatu rencana pembangunan, sehingga hal ini pula akan menjadi motivasi bagi seseorang untuk melibatkan diri dalam mengambil bagian dari kegiatan pembangunan. Menurut Davis yang dikutip oleh Drs. Talizuduhu Ndraha (2003 : 124) “articipation is defined as an individual’s mental and omotional involvement in

group situatin that ancouages him to contribute to group goals and to share responibility for them”. Konsep Pembangunan Didalam negara kita yang sedang membangun ini, istilah pembangunan telah menjadi bahan pembicaraan baik oleh pemerintah atau para penyelenggara negara maupun dikaangan masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh karena pembangunan itu merupakan tugas utama yang tengah dihadapi dan harus dilaksankan oleh pemerintah dengan dukungan partisipasi yang aktif dariseluruh lapisan masyarakat dalam rangkaian mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita bangasa Indonesia yakni asyarakat adil dan makmur mereta materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undan-Undang Dasar 1945. Pembangunan merupakan bagian integral dari perjuangan nasional, serta sebagai usaha untuk merubah kehidupan bangsa kita baik fisik maupun non fisik menuju pada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan negara baik lahiriah maupun batiniah secara seimbang. Istilah pembangunan banyak para sarjana atau ahli mengemukakan pendapatnya dalam bentuk definisi, yang mempunyai aneka ragam gaya bahasa yang cukup menarik perhatian pembaca, namun mengandung unsur-unsur maksud dan pengertian yang sama pula yang pada hakekatnya adalah menyangkut usaha perubahan dan pertumbuhan untuk menuju pada keadaan yang lebih bak dari sebelumnya. Pembangunan berasal dari kata “bangun” yang artinya bentuk, sadar, buat, bikin, terjaga, (Balitbang Depdagri 1980 : 11). Jadi dapat dilihat bahwa pembangunan adalah usaha untuk membangun atau membuat apa yang belum ada menjadi ada, atau membuat apa yang sudah ada menjadi lebih baik dari apa yang sebelumnya, atau dengan kata lain pembangunan adalah suatu usaha untuk merubah bentuk dari yang sebelumnya menjadi leih baik, atau sebagai usaha untuk menjaga kelestariaannya agar dapat dinikmati terus menerus. Menurut Drs. I. Nyoman Brahatha mendefinisikan bahwa pembangunan adalah “suatu usaha perbahan untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan kepada norma-norma tertentu. Perubahan direncanakan dengan pendayagunaan potensi alam, manusia dan sosial budaya inilah disebut pembangunan”. Dalam melaksanakan usaha perubahan yang lebih baik sumber-sumber potensi sperti potenis alam, tenaga manusia serta efek-efek sosial budaya untuk diolah sedemikian rupa berdasarkan norma-norma tertentu agar lebih berguna bagi manusia sebagai objek dan subjek pembangunan. Menurut DR. S.P. Siagian , MPA (1982 : 23) mengemukakan bahwa “pembangunan sebaga usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan

yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintahan, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa”. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah penulis menyimpulkan bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan secara sadar dan berencana dengan memanfaatkan potensi-potensi alam, manusia dan sosial budaya yang ada secara efektif dan efesien menuju suatu keadaan yang lebih baik bagi kehidupan di segala bidang baik jasmani maupun rohani. Dengan demikian pembangunan itu dimaksudkan untuk mengadakan perubahan terhadap kehidupan masyarakat di segala bidang yang relatif masih terkebelakang dan berkekurangan menuju kehidupan masyarakat yang lebih maju, kuat dan mandiri dengan memanfaatkan segala potensi yang ada terutama manusianya sebagai subjek dan objek pembangunan itu sendiri. Jenis Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu penelitian kontekstual yang menjadikan manusia sebagai instrumen, dan disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2000 : 3) merupakan prosedur meneliti yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif dicirikan oleh tujuan penelitian yang berupaya memahami gejala-gejala yang sedemikian rupa yang tidak memerlukan kuantifikasi, karena gejala tidak memungkinkan untuk diukur secara tepat (Garna,1991 :32). Pemimpin informal lazimnya timbul sewaktu-waktu, ialah pemimpin yang muncul secara insidentil dalam kelompok pada situasi-situasi tertentu. Pemimpin-pemimpin informal ini biasanya punya pengaruh yang kuat didesa, dan mereka sangat disegani oleh masyarakat. Mereka tampil sebagai pendorong, pemberi motivasi, pengayom, pemberi bimbingan khususnya dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh sebab itu pula mereka dapat diberikan tanggung jawab dalam menggerakan partisipasi masyarakat dalam hal pelaksanaan pembangunan. Kepemimpinan semacam ini biasanya oleh kelompok benar-benar dirasaan memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga bagi kelompok itu. Ini biasanya berlaku dalam tempo yang singkat maupun yang lama, akan tetapi yang terang bahwa kepemimpinan informal itu diperoleh bukan karena pengangkatan, akan tetapi diperoleh sebagai suatu penghormatan berkat kecakapan-kecakapannya yang telah diperlihatkan dalam memajukan usaha-usaha bersama secara bekerjasama dengan mereka yang dipimpin.

Di desa Airmadidi Atas ada beberapa masalah pembangunan yakni terkait masalah partisipasi masyarakat padahal terdapat beberapa pemimpin informal / tokoh masyarakat yang berdomisili di Desa Airmadidi Atas. Untuk mengetahui sejauhmana peranan mereka di desa Airmadidi Atas, dapat dilihat pada hasil dibawah ini. Berbicara bentuk dan jenis partisipsi, tentunya ada kesamaan dan perbedaannya. Tetapi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan saling ketergantungan serta pengaruh mempengaruhi antara satu dengan lainnya, karena pada prakteknya bentuk partisipasi yang diwujudkan adalah suatu aktivitas menuju pada sarana apa yang harus diberikan. Sedangkan berbicara tentang jenis partisipasi adalah kita membicarakan bagaimana bentuk partisipasi yang diberikan seseorang maupun oleh kelompok masyarakat secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan. Adapun partisipasi masyarakat yang diwujudkan dalam pelaksanaan operasional pembangunan adalah sebagai berikut : Aktivitas pembangunan antara lain seperti pelaksanaan proyek-proyek pemerintah. Dalam pelaksanaannya dapat diketahui bahwa siklus kegiatannya ada yang berlangsung secara terus-menerus/continue, tetapi ada pula yang dikerjakan dalam waktu tertentu. Untuk menciptakan proyek pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus dan menghindarkan pekerjaan yang asal jadi adalah tergantung pada mentalitas masyarakat itu sendiri terutama kesadaran untuk berpartisipasi secara aktif dalam memikul beban pembangunan. Dalam hal ini berarti partisipasi berbentuk material yang diperlukan seperti financial, waktu dan tenaga. Faktor-faktor ini paling tidak menurut pengamatan penulis dapat meningkatkan partisipasi masyarakat melalui pemimpin informal dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Airmadidi Atas. Salah satu bukti sarana pembangunan fisik yang dilaksanakan masyarakat atas peran dari pemimpin informal antara lain yaitu pengerasan jalan setapak. Dengan dukungan dari para pemimpin informal maka hampir semua elemen masyarakat mengambil bagian dalam pelaksanaan pembangunan ini.Masih banyak lagi bukti fisik hasil partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan peran pemimpin informal di dalamnya. Didalam kehidupan masyarakat, pemimpin informal sangat berpengaruh, baik didalam pelaksanaan pemerintahan maupun kepada masyarakat. Sebagai pemimpin informal yang dapat mewakili warga masyarakat, maka ia harus memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dalam menggerakan partisipasi masyarakat. Berbagai upaya yang dilakukan para pemimpin informal adalah ingin membangkitkan semangat kerja yang tinggi dikalangan masyarakat tentang tanggung jawabnya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.

Kemudian sikap mental masyarakat yang tradisional seperti sikap apatis, meremehkan segala sesuatu yang dianggap baik kearah yang lebih modern seperti sikap dinamis, kreatif, inovatif serta mampu bekerja sendiri.Dari hasil penelitian terhadap para informan, belum adanya kerjasama antara pemerintah dengan pemimpin informal dalam mendorong masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. KESIMPULAN Sebagia akhir dari penulian Skripsi ini maka penulis dapat menguraikan kesimpulannya sebagai berikut :1. Di Desa Airmadidi Atas para tokoh masyarakat benar-benar dihormati oleh karena mereka dianggap memiliki pengetahuan atau wawasan yang lebih luas, sehingga dapat dianggap sebagai tokoh yang mampu memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan juga dianggap memiliki peranan terhadap pelaksanaan pembangunan.2. Dalam pelaksanaan pembangunan para pemimpin informal masih menghadapi berbagai masalah dalam menggerakan partisipasi misalnya disebabkan oleh adanya rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya sikap mental dalam membangun, kurangnya tanggung jawab akan pembangunan, kurang terpenuhinya keinginan masyarakat sehingga melemahkan adanya partisipasi masyarakat tersebut. 3. Dukungan Pemerintah kepada pemimpin informal belum terlihat, dimana pemimpin informal kebanyakan berpartisipasi karena inisiatif mereka sendiri, bukan karena permintaan dari pemerintah. SARAN-SARAN 1. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, maka sangat dibutuhkan peranan dari para pemimpin informal sebagai sumber motivasi terhadap usaha menumbuh kembangkan sikap tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. 2. Faktor lainnya yang turut mempengaruhi adalah latar belakang pelaksanaan partisipasi, untuk itu disarankan perlu adanya peningkatan di bidang pendidikan misalnya memberikan penyuluhan secara intensif demi untuk merobah pola berpikir masyarakat kearah yang lebih maju. Dalam meningkatan pendapatan, maka perlu diarahkan pemberian keterampilan khusus dimana diarahkan sesuai dengan kemauan yang ada pada diri masingmasing mereka, sehingga dengan meningkatnya pendapatan masyarakat akan dapat membangkitan pula gairah partisipasi mereka dalam pelaksanaan pembangunan desa.

DAFTAR PUSTAKA Beratha I Nyoman, 1982.Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa, Jakarta Ghalia Indonesia. Gibson, Donelly, James H. Jr. James L., John M. Ivancevich, 1997Organization and Management, Terjemahan Wahit, Erlangga, Jakarta Effendi, Sofian, 1986. Pelayanan Publik, Pemerataan dan Administrasi Negara Baru, Prisma,XV. Karjadi Muhammad. 1981. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah mada University Press. Kartono, Kartini 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan, Cetakan kedelapan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kartono, Kartini. Pemimpindan Kepemimpinan : Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?, Kartini Kartono edisi 1 sampai 15, PT. Grafindo Persada Jakarta, 2005. Kouzes, James M. dan Barry Z. Posner. 1987. The Leadershio Challenge: How to Get Extraordinary Things Done in Organizations. San Francisco: Josset-Bass Publisher. Mantra Ida, 1992, Perencanaan Pembangunan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Maxwell John 1995. Kepemimpinan, Strategi Dalam Mengemban Tanggung Jawab, Ahli Bahasa Victor Purba, CV. Rajawali Jakarta. Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan). Jakarta: Rineka Cipta. Rivai, Veithzal. 2008. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Stoner James, A. F. Manajemen, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996. Robbins White. 2006. Pemimpin Kharismatik, (terjemahan). Jakarta : Binapura Aksara. Siagian S.P, 1982, Administrasi Pembangunan, Jakarta, Penerbit Gunung Agung Sugiyono, Prof.Dr. 2007, Memahami Penelitian Kualitatif.Alfabeta; Bandung. Wijaya A.W. 1986. Peranan Motivasi Dalam Kepemimpinan, Akademi Pressindo, Jakarta. Winardi.1993. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.