Faktor Dominan Obesitas pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan Indonesia Sugiatmi1, Dian Rini Handayani2 1
1,2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan, Indonesia Email:
[email protected]
ABSTRAK Penyakit degeneratif atau penyakit non infeksi merupakan salah satu implikasi kesehatan yang dapat terjadi kepada seseorang di masa depan sebagai akibat dari perilaku kesehatan di masa remaja. Oleh karena itu, sangat penting mengidentifikasi faktor penentu obesitas agar dapat diketahui upaya pencegahannya pada remaja. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui faktor penentu obesitas di kalangan siswa SMA di Tangerang Selatan. Data diperoleh dari survei cross sectional yang dilakukan di SMAN 7 Tangerang Selatan terhadap 131 siswa SMA yang dipilih dengan teknik sampling proportional stratified sampling. Responden dinilai obesitas jika Z-score IMT/U (kg/m2) lebih dari 2 standar deviasi dari standar acuan pertumbuhan. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Regresi logistik ganda digunakan untuk menganalisis faktor penentu obesitas. Hasil penelitian ini menunjukkan risiko obesitas lebih tinggi pada siswa yang memiliki aktivitas fisik rendah (OR = 2.39), rendahnya pengetahuan gizi (OR = 2.89), dan tingginya konsumsi makanan cepat saji (OR = 2.74). Penentu obesitas adalah pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Risiko tertinggi adalah di kalangan siswa yang memiliki pengetahuan gizi rendah. Sekolah sebaiknya melakukan pelatihan tentang gizi dan makanan sehat secara teratur kepada siswa serta mengintegrasikan pengetahuan gizi ke dalam kurikulum sekolah untuk meningkatkan pengetahuan gizi siswa. Kata kunci: obesitas, remaja, pengetahuan
Determinant of Obesity among Senior High School Student at South Tangerang Indonesia ABSTRACT Degenerative disease or non-infectious disease is one of the health implications that can occur to a person in the future as a result of health behavior in adolescence. Therefore, it is very important to identify the determinants of obesity in order to know prevention efforts in adolescents. This study aim to find out the determinants of obesity among high school students in South Tangerang. Data were obtain from a cross sectional survey conducted at SMAN 7 Tangerang Selatan towards 131 high school students selected by stratified proportional sampling technique. Respondents were considered obesity if Z-score IMT/U (kg/m2) more than 2 standard deviations from the growth reference standard. Bivariate analysis using chi square test. Multiple logistic regression was used to analyze the determinant factor of obesity. The results of this study indicate higher risk of obesity in students with low physical activity (OR = 2.39), low of nutritional knowledge (OR = 2.89), and high consumption of fast food (OR = 2.74). Determinant of obesity are nutritional knowledge and of fast food consumption frequency. The highest risk is among students who have low nutritional knowledge. Schools should conduct regular nutrition and healthy food 1
ISSN : 0216 – 3942 e-ISSN : 2549 – 6883
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Januari 2018 Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
training to student and integrate nutritional knowledge into the school curriculum to improve students' nutritional knowledge. Keywords: obesity, adolescent, knowledge
Children’s Fund (UNICEF) tahun 2012,
Pendahuluan Kegemukan
obesitas
Negara Indonesia menempati urutan kedua
didefinisikan sebagai akumulasi lemak
setelah Singapura dengan jumlah remaja
abnormal
yang
obesitas terbesar 12.2%, disusul Negara
kesehatan.
Thailand sebesar 8%, Negara Malaysia
Kegemukan dan obesitas merupakan faktor
sebesar 6%, dan Negara Vietnam sebesar
risiko utama untuk sejumlah penyakit
4.6%4.
atau
mendatangkan
risiko
dan
berlebihan bagi
kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung
Di Indonesia khususnya kota-kota
dan kanker. Masalah kegemukan dan
besar, perubahan gaya hidup yang mengarah
obesitas selama ini dianggap hanya ada di
ke westernisasi dan sedentary (gaya hidup
negara-negara berpenghasilan tinggi, namun
malas), mengakibatkan perubahan pola
kini kelebihan berat badan dan obesitas
makan atau konsumsi masyarakat yang
meningkat di negara-negara berpenghasilan
merujuk pada pola makan tinggi kalori,
rendah
tinggi lemak dan kolesterol, terutama
dan
menengah
terutama
di
1
perkotaan .
terhadap penawaran makanan siap saji (fast
Prevalensi obesitas di seluruh dunia
food) yang berdampak meningkatkan risiko
meningkat lebih dari dua kali lipat antara
obesitas5.
tahun 1980 dan 2014. Pada tahun 2014 lebih
obesitas usia >18 tahun sebesar 13.5% dan
dari 1.9 miliar orang dewasa mulai usia 18
15.4%, sedangkan pada remaja usia 16 – 18
tahun, mengalami kelebihan berat badan dan
tahun sebanyak 7.3% (5.7% gemuk dan
dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta
1.6% obesitas). Provinsi dengan prevalensi
mengalami obesitas. Secara keseluruhan,
gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4.2%)
sekitar 13% dari populasi dunia kategori
dan terendah Sulawesi Barat (0.6%). Lima
dewasa (11% laki-laki dan 15% perempuan)
belas provinsi dengan prevalensi sangat
yang mengalami obesitas pada tahun 2014
gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu
dan sekitar 39 % dari orang dewasa berusia
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa
18 tahun ke atas (38% laki-laki dan 40%
Tengah,
Prevalensi
Sulawesi
kegemukan
Selatan,
dan
Banten,
kegemukan2.
Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Timur,
Prevalensi obesitas di beberapa negara Asia
Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta,
Tenggara juga menunjukkan angka yang
Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan
perempuan)
mengalami
3
cukup tinggi . Berdasarkan United Nations
DKI Jakarta. Berdasarkan survei, prevalensi
2
Sugiatmi dan Dian Rini Handayani, Faktor Dominan Obesitas pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan Indonesia DOI : 10.24853/jkk.14.1.1-10
ini meningkat dari 1.4% pada tahun 2010
perempuan sebesar 32.9% dan pada laki-laki
menjadi 7.3% pada tahun 20136.
sebesar 19.7%. Selain itu, Provinsi Banten
Remaja adalah usia dimana masa
menjadi salah satu provinsi dengan tingkat
peralihan dari masa anak menuju dewasa
prevalensi kegemukan dan obesitas tertinggi
dan pada masa itu merasa bertanggung
pada remaja di Indonesia6. Obesitas amat
jawab
menentukan
erat berkaitan dengan perilaku kesehatan
makannya sendiri, tidak lagi di tentukan oleh
yang muncul pada masa remaja seseorang,
orang tua dan sebagai generasi penerus
penyakit degeneratif atau penyakit non
bangsa.
infeksi merupakan salah satu implikasi
dan
bebas
Kurangnya
dalam
pengetahuan
gizi,
sehingga salah dalam menentukan makanan
kesehatan
akan berdampak pada status gizi di
seseorang di masa depan sebagai akibat dari
kemudian hari. Status gizi yang baik hanya
perilaku kesehatan tersebut11.
dapat tercapai apabila didasarkan pada pola
yang
Observasi
dapat
awal
terjadi
kepada
yang
telah
makan atas prinsip menu seimbang. Saat ini,
dilakukan peneliti hasilnya terlihat banyak
kebiasaan makan di luar rumah menjadi
siswa yang mengalami kegemukan di
7
suatu gaya hidup . Di kalangan remaja
Negara berkembang, terutama di daerah
perkotaan, mengkonsumsi makanan siap saji
sekitar sekolah yang banyak terdapat
(fast food) sudah menjadi kebiasaan atau
restoran cepat saji yang menjadi tempat
trend. Hal ini disebabkan harganya yang
kesenangan siswa-siswi berkumpul saat
terjangkau oleh remaja dan promosi yang
pulang sekolah. Oleh karena itu, peneliti
menarik8.
ingin melakukan penelitian terkait obesitas
Restoran siap saji (fast
food)
di salah satu kota yang ada di provinsi
menyajikan jumlah menu makanan yang
Banten yaitu Tangerang Selatan. Penelitian
relatif banyak mengandung garam dan kadar
dilakukan di salah satu SMA dengan letak
lemak yang cukup tinggi. Sehingga, remaja
sekolah yang berada di perkotaan dan dekat
yang sering mengkonsumsi makanan siap
dengan
saji (fast food) akan berdampak negatif bagi
mengasumsikan adanya kemungkinan siswa
remaja salah satunya mengalami kelebihan
dan siswi tersebut memiliki gaya hidup yang
berat
badan9.
mengkonsumsi kemungkinan
Remaja
yang
makanan berisiko
siap tinggi
mall,
sehingga
peneliti
sering
lebih berisiko dibanding di pedesaan. Tujuan
saji,
penelitian ini adalah mengetahui Faktor
untuk
Dominan Obesitas pada Siswa Sekolah
mengalami obesitas dan gizi lebih yang akan
Menengah Atas di Tangerang Selatan.
berlanjut pada masa dewasa10. Data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi obesitas lebih besar pada
3
ISSN : 0216 – 3942 e-ISSN : 2549 – 6883
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Januari 2018 Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
lebih dari 2SD, tidak obesitas bila Z-score
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA
IMT/U kurang dari atau sama dengan 2SD12.
Negeri 7 Tangerang Selatan dengan desain
Pengetahuan gizi diukur dengan 20
penelitian
cross
sectional.
Populasi
pertanyaan tentang gizi, melalui angket.
penelitian yaitu semua siswa kelas X, XI dan
Penilaian
XII SMA Negeri 7 Tangerang Selatan.
dengan memberi skor 0 bila jawaban salah
Sampel sebanyak 131 siswa yang dipilih
dan skor 1 bila jawaban benar, sehingga skor
berdasarkan teknik propotional stratified
total minimum 0 dan maksimum adalah 20.
sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini
Kategori pengetahuan gizi dikelompokkan
yaitu berstatus sebagai siswa aktif pada
menjadi dua, yaitu kategori pengetahuan gizi
periode penelitian dan bersedia menjadi
rendah
responden. Variabel terikat yaitu obesitas
pengetahuan gizi tinggi bila skor ≥80.0%.
dan variabel bebas yaitu pengetahuan gizi,
Berdasarkan
kebiasaan makan fast food dan aktivitas
kebiasaan
fisik.
menggunakan food frequency questionnaire Data yang dikumpulkan meliputi
pengetahuan
bila
skor
gizi
<80.0%,
kategori
Khomsan13,
kuesioner makan
dilakukan
fast
food
diukur
(FFQ) yang diisi sendiri oleh siswa. FFQ
data obesitas, pengetahuan gizi, kebiasaan
berisi
makan fast food, dan aktivitas fisik
mengonsumsi
responden. Data lain yang dikumpulkan
makanan yang ditanyakan yaitu fried chiken,
yaitu data karakteristik individu (umur, jenis
chiken
kelamin,
obesitas
sphagetti, donat, kentang goreng. Frekuensi
dikumpulkan melalui pengukuran berat
konsumsi dikelompokkan menjadi dua yaitu
badan dan tinggi badan siswa. Berat badan
sering (lebih dari 2 kali per minggu) dan
siswa diukur menggunakan timbangan berat
jarang (kurang dari atau sama dengan 2 kali
badan yang telah dikalibrasi dan memiliki
per minggu).
uang
saku).
Data
ketelititian 0.1 Kg. Tinggi badan diukur menggunakan
alat
ukur
tinggi
jenis
makanan dalam
nugget,
hot
dan
frekuensi
seminggu.
dog,
Jenis
hamburger,
Aktivitas fisik diukur menggunakan
badan
kuesioner Baecke yang membagi aktivitas
microtoise yang memiliki ketelitian 0.1 cm.
fisik ke dalam 3 domain yaitu aktivitas
Hasil pengukuran diterjemahkan ke dalam
sehari-hari, aktivitas olah raga dan aktivitas
indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U),
waktu senggang. Indeks Aktivitas Fisik
yaitu membagi berat badan dalam kilogram
merupakan penjumahan indeks aktivitas
dengan tinggi badan anak dalam meter
sehari-hari ditambah indeks aktivitas olah
persegi (kg/m2). IMT/U dikelompokkan
raga
menjadi dua yaitu obesitas dan tidak
penjumlahan dikelompokkan ke dalam 2
obesitas. Obesitas bila nilai Z-score IMT/U
kelompok yaitu aktivitas fisik (AF) kurang
4
dan
aktivitas
senggang.
Hasil
Sugiatmi dan Dian Rini Handayani, Faktor Dominan Obesitas pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan Indonesia DOI : 10.24853/jkk.14.1.1-10
(skor AF kurang dari 5.6) dan cukup (skor
dibanding
siswa
yang
mempunyai
AF sama dengan atau lebih dari 5.6).
pengetahuan gizi tinggi (OR=2.894; 95%
Manajemen data meliputi entry, edit dan
CI=1.342 - 6.242). Siswa yang memiliki
cleaning data. Analisis data menggunakan
kebiasaan sering mengkonsumsi fast food
piranti lunak meliputi analisis univariat dan
berisiko 2.7 kali lebih besar mengalami
bivariat (uji chi square).
obesitas (OR=2.743; 95% CI=1.271 - 5.919) dibanding siswa yang jarang mengkonsumsi
Hasil Hasil
fast food. Pada aktivitas fisik, siswa dengan distribusi
frekuensi
obesitas
aktivitas fisik yang kurang (OR=2.386,
menunjukkan proporsi obesitas pada siswa
95%CI=1.105 - 5.153) berisiko 2.3 kali lipat
SMA sebesar 42.7% dan tidak obesitas
memiliki risiko obesitas dibanding siswa
sebesar 57.3%.
yang memiliki aktivitas fisik cukup.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Obesitas Obesitas n Ya 56 Tidak 75 Total
131
Variabel
Responden
umur
tidak
yang
<0.05) hanya pada variabel pengetahuan
100
aktivitas fisik sehingga hanya 3 variabel
gizi, kebiasaan konsumsi fast food dan
tersebut yang disertakan ke dalam analisis logistik ganda. Hasil uji logistik ganda
Hasil
ditunjukkan pada Tabel 3 yaitu diperoleh 2
analisis
variabel yang dominan yaitu pengetahuan
tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin dan
2
memiliki nilai p kurang dari 0.05 (pvalue =
bivariat mengenai hubungan karakteristik obesitas.
Tabel
% 42.7 57.3
Tabel 2 merupakan hasil analisis
siswa dengan
pada
berhubungan
gizi dan kebiasaan konsumsi fast food. Hasil
dengan
analisis statistik menunjukkan bahwa siswa
kejadian obesitas, sedangkan pengetahuan
yang memiliki pengetahuan gizi rendah
gizi, kebiasaan konsumsi fast food dan
berisiko obesitas 2.8 kali dibandingkan
aktivitas fisik memiliki hubungan yang
dengan siswa yang memiliki pengetahuan
signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai p
gizi tinggi (OR=2.883, 95% CI=1.312 -
value pada jenis kelamin dan umur lebih dari
6.334),
0.05 (p>0.05) yaitu 0.543 dan 0.051. Pada
sedangkan
siswa
yang
sering
mengkonsumsi fast food berisiko obesitas
variabel pengetahuan gizi, siswa yang
sebesar 2.7 kali (OR=2.731, 95% CI=1.240
memiliki pengetahuan gizi rendah berisiko
- 6.018) dibandingkan dengan siswa yang
2.8 kali lebih besar mengalami obesitas
jarang mengkonsumsi fast food.
5
ISSN : 0216 – 3942 e-ISSN : 2549 – 6883
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Januari 2018 Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
Tabel 2. Hubungan Karakteristik Siswa SMA dengan Obesitas Obesitas 95% CI Karakteristik Siswa Ya Tidak P value OR Lower Upper n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 20 46.5 23 53.5 0.543 Perempuan 36 409 52 59.1 Umur (tahun) 15 16 17 18
6 33 13 4
75.0 36.7 36.4 80.0
2 57 15 1
25.0 63.3 53.6 20.0
0.051
Pengetahuan Gizi Rendah Tinggi
43 13
51.8 27.1
40 35
48.2 72.9
0.006*
2.894
1.342
6.242
Kebiasaan Konsumsi Fast Food Sering Jarang
43 13
51.2 27.7
41 34
48.8 72.3
0.009*
2.743
1.271
5.919
Aktivitas Fisik Kurang 22 57.9 Cukup 34 36.6 *Hubungan signifikan (p value < 0.05)
16 59
42.1 63.4
0.025*
2.386
1.105
5.153
Tabel 3. Analisis Multivariat Obesitas pada Siswa SMA B Wald P Value OR 95% CI Lower Upper Kebiasaan Konsumsi Fast Food 1.005 6.215 0.013 2.731 1.240 6.018 Pengetahuan Gizi 1.059 6.950 0.008 2.883 1.312 6.334 Konstanta -2.437 9.860 0.002 0.084 Variabel
perbedaan karakteristik responden, jumlah
Pembahasan Analisis
univariat
obesitas
sampel, dan metode pengambilan sampel
menunjukkan proporsi obesitas pada siswa
penelitian. Kurang beragamnya sampel juga
SMA sebesar 42.7% dan tidak obesitas
dimungkinkan menjadi penyebab hasil yang
sebesar 57.3% (Tabel 1). Hasil ini cukup
berbeda pada penelitian ini.
tinggi jika dibandingkan dengan penelitian sejenis
14
Berdasarkan karakteristik siswa,
pada Remaja SMA Negeri 9
obesitas pada siswa perempuan lebih banyak
Semarang sebesar 8.75% yang mengalami
dibanding siswa laki-laki. Berdasarkan
obesitas. Sementara penelitian15 pada siswa
umur, proporsi siswa obesitas lebih banyak
SMA di Kota Banda Aceh, prevalensi yang
terdapat pada siswa umur 15 dan 18 tahun
mengalami obesitas hanya 2.7%. Terjadinya
(Tabel 2).
Hal ini disebabkan, remaja
perbedaan hasil pada penelitian ini dengan
perempuan
lebih
penelitian sebelumnya dimungkinkan karena
kelebihan
energinya
6
banyak
menyimpan
sebagai
lemak
Sugiatmi dan Dian Rini Handayani, Faktor Dominan Obesitas pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan Indonesia DOI : 10.24853/jkk.14.1.1-10
simpanan sedangkan remaja laki-laki hanya
penyakit salah satunya obesitas, hal ini
menggunakan kelebihan energinya untuk
sejalan dengan penelitian yang menyebutkan
mensintesis protein. Pada saat kematangan
bahwa efek negatif yang dikaitkan dengan
fisik terjadi, umumnya jumlah lemak tubuh
konsumsi makanan cepat saji, mulai dari
pada remaja perempuan dua kali lebih
kenaikan berat badan hingga peningkatan
banyak dibanding laki-laki dalam rangka
risiko diabetes18.
mempersiapkan
sehingga
Dari hasil penelitian, didapatkan
kecenderungan
bahwa proporsi obesitas juga tinggi pada
mengalami gizi lebih. Hal ini sejalan dengan
siswa yang melakukan aktivitas fisik kurang.
penelitian16, yang menyebutkan bahwa
Ada banyak hal yang menyebabkan siswa
remaja perempuan memiliki kecenderungan
kurang melakukan aktivitas fisik. Salah
lebih besar untuk mengalami gizi lebih (IMT
satunya dikarenakan rata-rata siswa lebih
tinggi) dibandingkan remaja laki-laki.
memilih diantar jemput oleh orang tuanya
perempuan
kehamilan,
memiliki
Pada tabel 2 dapat dilihat pula
menggunakan kendaraan dibanding berjalan
bahwa proporsi obesitas lebih tinggi pada
kaki yang lebih banyak menggunakan
siswa yang berpengetahuan gizi rendah dan
energi. Hal tersebut disebabkan jarak
sering mengkonsumsi fast food. Hal ini
tempuh dari rumah ke sekolah yang cukup
disebabkan, remaja dengan pengetahuan gizi
menghabiskan waktu jika dilakukan dengan
yang baik dapat mengetahui zat gizi yang
berjalan kaki, sehingga siswa memilih
dibutuhkan oleh tubuh dan menghindari
menggunakan alat transportasi. Rendahnya
makanan yang memberikan dampak buruk
aktivitas fisik seperti berjalan kaki tersebut
bagi dirinya. Hal ini sesuai dengan penelitian
menyebabkan asupan energi yang dihasilkan
yang
tidak banyak digunakan sehingga sebagian
menyebutkan
banyak
sedikitnya
besar tersimpan sebagai lemak tubuh19.
informasi dan kemampuan yang dimiliki seseorang mengenai kebutuhan tubuhnya untuk
menerapkan
gizi
variabel yang diteliti, terdapat tiga variabel
kedalam memilih makanan yang akan
yang terbukti berhubungan dengan kejadian
dimakan, sangat mempengaruhi jumlah dan
obesitas (Tabel 2).
jenis makanan yang di konsumsi17. Proporsi
berhubungan
obesitas
sering
kejadian obesitas (p<0.05). Siswa yang
mengkonsumsi fast food lebih tinggi, jelas
memiliki pengetahuan gizi rendah akan
disebabkan
food
berisiko obesitas 2.89 kali untuk menderita
merupakan menu makanan yang tinggi akan
obesitas. Dari hasil uji menggambarkan
kalori, garam dan kadar lemak. Konsumsi
bahwa siswa dengan tingkat pengetahuan
fast food dapat menyebabkan berbagai
yang rendah, tidak dapat mengenali faktor-
pada
menu
pengetahuan
Hasil analisis bivariat dari enam
siswa
yang
makanan
fast
7
secara
Pengetahuan gizi bermakna
dengan
ISSN : 0216 – 3942 e-ISSN : 2549 – 6883
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Januari 2018 Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
faktor
yang
kemungkinan
dapat
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
menyebabkan obesitas dan dampak yang
antara aktivitas fisik dengan kejadian
akan terjadi bila mengalami obesitas dan
obesitas (p=0.481).
17
begitu sebaliknya .
Berdasarkan Tabel 3 hasil analisis
Obesitas berhubungan pula secara bermakna
(p<0.05)
pada
siswa
multivariat diperoleh dua variabel yang
yang
berhubungan
bermakna
dengan
risiko
memiliki kebiassan konsumsi fast food
obesitas yaitu kebiassan konsumsi fast food
sering (OR=2.74) dan beraktivitas fisik
dan pengetahuan gizi (p<0.05).
kurang (OR=2.39). Siswa yang sering
yang paling dominan berhubungan dengan
mengonsumsi fast food berisiko 2.74 kali
obesitas yaitu pengetahuan gizi siswa
untuk obesitas dibanding siswa yang jarang
dengan nilai OR yang paling besar yaitu 2.8,
mengonsumsi fast food.
artinya
Siswa yang
bahwa
siswa
yang
Variabel
memiliki
memiliki aktivitas fisik kurang berisiko 2.39
pengetahuan gizi rendah berisiko obesitas
kali untuk obesitas dibanding siswa yang
2.8 kali lebih besar dibanding siswa yang
memiliki
Hasil
memiliki pengetahuan gizi tinggi. Siswa
dengan
dengan pengetahuan gizi yang tinggi telah
penelitian penelitian19
aktivitas tersebut
fisik
cukup.
sejalan
menyatakan
ada
mengetahui adanya risiko gizi lebih atau
hubungan yang signifikan antara aktivitas
obesitas, sehingga siswa dapat menjaga pola
fisik dengan kejadian obesitas (p=0.01).
makan dan aktifitas fisik14. Tetapi hal
Penelitian serupa juga20 menyatakan bahwa
tersebut dapat diduga berlebihan dalam hal
ada
antara
mengkonsumsi makanan. Keinginan siswa
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
untuk dapat memenuhi gizi seimbang diduga
(p=0.000) dan penelitian21 dengan hasil uji
tidak dibarengi dengan jumlah dan porsi
ada
antara
makan yang seimbang pula, sehingga
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
menyebabkan terjadinya gizi lebih atau
(p=0.00). Terjadinya obesitas dikarenakan
obesitas.
hubungan
hubungan
bahwa
yang signifikan
yang signifikan
rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan siswa sehingga asupan energi yang masuk ke
Kesimpulan dan Saran
dalam tubuh hanya sedikit terpakai untuk
Faktor dominan obesitas pada siswa
beraktivitas dan sebagian besar tersimpan
SMA
sebagai lemak tubuh, dengan kata lain
pengetahuan tentang gizi dan kebiasaan
kelompok obesitas hanya menggunakan
konsumsi fast food. Pihak sekolah dapat
sedikit
melakukan
menjadikan penelitian ini sebagai acuan
aktivitasnya20. Namun hasil penelitian ini
dalam membuat kebijakan mengenai upaya
tidak sejalan dengan penelitian22 yang
pencegahan
energi
untuk
8
di
Tangerang
obesitas
Selatan
dan
adalah
pendidikan
Sugiatmi dan Dian Rini Handayani, Faktor Dominan Obesitas pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan Indonesia DOI : 10.24853/jkk.14.1.1-10
mengenai gizi di sekolah. Salah satu upaya
2004;43(2):134–50. Available from:
yang dapat dilakukan adalah melakukan
http://www.jaacap.com/article/S089
pelatihan tentang gizi dan makanan sehat
0-8567(09)61269-7/fulltext
secara teratur kepada siswa. Pendekatan
6.
Badan Penelitian dan Pengembangan
dapat memanfaatkan media teknologi yang
Kesehatan Republik Indonesia. Riset
sesuai dengan perkembangan zaman, serta
Kesehatan
mengintegrasikan
2013.
dalam
pengetahuan
kurikulum
sekolah
gizi
ke
untuk
World Health Organization. Obesity
8.
5.
Kesehatan
Arisman.
Gizi
dalam
Daur
Indriawati R, Soraya F. Hubungan
and overweight [Internet]. 2017.
Konsumsi Makanan Cepat Saji dan
Available
from:
Tingkat Aktivitas Fisik terhadap
http://www.who.int/mediacentre/fact
Obesitas pada Kelompok Usia 11-13
sheets/fs311/en/
Tahun The Correlation Between Fast
WHO. Obesity and Overweight.
Food Consumption and Level of
Glob Strateg Diet, Phys Act Heal.
Physical.
2003;1–2.
2009;9(2):123–8.
Ogden CL, Carroll MD, Fryar CD,
9.
Mutiara
Med.
Khomsan A. Pangan dan Gizi Untuk
Flegal KM. Prevalence of Obesity
Kesehatan. Raja Grafindo Persada
Among Adults and Youth: United
(Rajawali Pers); 2010.
States, 2011–2014. Natl Cent Heal
4.
dan
Kehidupan. EGC; 2014.
Daftar Pustaka
3.
Penelitian
Kementerian Kesehatan RI. 2013. 7.
2.
Badan
(RISKESDAS)
Pengembangan
meningkatkan pengetahuan gizi siswa.
1.
Dasar
10.
Harrison MM, Morrel J, Hopman
Stat. 2015;(219):2011–4.
WM.
Restuastuti T, Jihadi M, Ernalia Y.
outcome after knee arthroscopy.
Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
Arthrosc J Arthrosc Relat Surg
Fisik terhadap Obesitas pada Remaja
[Internet].
2004;20(7):691–5.
di SMA Negeri 5 Pekanbaru. J
Available
from:
Online Mhs Fak Kedokt Univ Riau.
https://www.sciencedirect.com/scien
2016;3(1):1–20.
ce/article/pii/S0749806304005894
Zametkin AJ, Zoon CK, Klein HW,
11.
Influence
World
of
Health
on
Organization.
Munson S. Psychiatric Aspects of
Maternal,
Child and Adolescent Obesity: A
adolescent health [Internet]. [cited
Review of the Past 10 Years. J Am
2018 Jan 22]. Available from:
Acad
http://www.who.int/maternal_child_
Child
Adolesc
[Internet].
9
newborn,
obesity
child
and
ISSN : 0216 – 3942 e-ISSN : 2549 – 6883
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 14, No. 1, Januari 2018 Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
12.
13.
14.
adolescent/topics/adolescence/devel
Kementerian Koperasi dan Usaha
opment/en/
Kecil Menengah Tahun 2012. 2012;
Kementerian Kesehatan RI. Standar
18.
Antropometri Penilaian Status Gizi
Azadbakht L, Morowatisharifabad
Anak. 2010. p. 40.
MA, Hassanzadeh A. Determinants
Khomsan A. Peranan Pangan dan
of fast food consumption among
Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
iranian high school students based on
PT. Rajagrafindo Persada; 2012.
planned behavior theory. J Obes.
Dwi Oktaviani W, Dian Saraswati L,
2013;2013:147589.
Zen Rahfiludin M, Fkm Undip A,
19.
16.
A. Hubungan Antara Aktivitas Fisik
Tropik FKM UNDIP D, Bagian Gizi
dan Pola Makan dengan Kejadian
FKM
Hubungan
Obesitas pada Remaja di SMA
Kebiasaan Konsumsi Fast Food,
Laboratorium Malang. Nurs News J
Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi,
Ilm Mhs Keperawatan. 2016 Jul;1(1).
UNDIP
D.
20.
Musralianti F, Rattu AJM, Kaunang
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
WPJ, Kesehatan F, Universitas M,
(Studi Kasus pada Siswa SMA
Ratulangi
Negeri 9 Semarang Tahun 2012).
Aktivitas Fisik dan Pola Makan
2012;1(2):542–53.
dengan Kejadian Obesitas Pada
Wilujengl LK. Banda Aceh Provinsi
Siswa di SMP Kristen Eben Haezar 1
Nanggroe Aceh Darussalam. 2003;
Manado. PHARMACON J Ilm Farm
Manurung
NK.
– UNSRAT. 2016;5(2).
Karakteristik
Remaja,
Pendapatan
keluarga,
Pengaruh Genetik,
21.
Pendidikan
S.
Hubungan
Antara
Herlina O:, Se M, Kes. Hubungan Aktivitas
Fisik
Remaja
dengan
Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Kejadian Obesitas di SMKN 1
terhadap Kejadian Obesitas di SMU
Sibolga Tahun 2012. J Maret.
RK TRi Sakti Medan 2008. Tesis.
2016;22(1).
Sekolah Pascasarjana Universitas
17.
Candra A, Wahyuni TD, Sutriningsih
Bagian Epidemiologi dan Penyakit
Karakteristik Remaja dan Orang Tua
15.
Sharifirad G, Yarmohammadi P,
22.
Sudikno,
Herdayati
M,
Besral.
Sumatera Utara Medan. 2009.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Bantarpraci
Kejadian
Karakteristik
S. Individu,
Hubungan Aktivitas
Obesitas
pada
Orang
Dewasa di Indonesia. Gizi Indones.
Fisik, Asupan Zat Gizi Makro
2010;33(1):37–49.
(Asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat) dengan Obesitas di
10