FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES TAHUN 2007
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Dian Gunatmaningsih NIM. 6450403178
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2007 i
ABSTRAK Dian
Gunatmaningsih, 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun 2007. Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat , Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : I. dr. Oktia Woro K.H, M.Kes, II. dr. Mahalul Azam. M.Kes.
Kata Kunci : Kejadian anemia, Remaja putri SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, dengan rancangan penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1 kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 255 siswi. Sampel yang diambil sejumlah 70 siswi, yang diperoleh dengan menggunakan teknik systematic random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) uji laboratorium kadar Hb dengan hemoque, 2) timbangan injak, 3) microtoa, 4) formulir recall 2x24 dan 5) kuesioner. Data penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pemeriksaan kadar Hb, pengukuran antropometri IMT, recall dan wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui data monografi SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan uji statistik chisquare dengan derajat kemaknaan (α =5%) =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes adalah tingkat pendapatan keluarga (p=0,035), tingkat pendidikan ibu (p=0,040), status gizi (p=0.002) dan menstruasi (p=0,015). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan secara signifikan adalah tingkat pengetahuan tentang anemia (p=0,416) dan tingkat konsumsi zat besi (p=0,592). Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan adalah bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja putri di kabupaten Brebes. Bagi peneliti selanjutnya agar menambah waktu recall dan menganalisis zat gizi lainnya. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES hendaknya dapat berpartisipasi dalam penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja putri.
ii
ABSTRACT Dian Gunatmaningsih, 2007. Factors That Related to Anemia Case of During Adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang Subdistrict Brebes Regency in 2007. Final Project. The Department of Public Health Science, Sport Science Faculty, Semarang State University. First Advisor: dr. Oktia Woro KH, M.Kes, Second Advisor: dr. Mahalul Azam, M.Kes. Key Words: Anemia Case, during adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang Subdistrict Brebes Regency. The problem studying in this research is aimed at factors that related to anemia case of female students in SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes regency. The purpose of this research is to find out the factors that related to anemia case of during adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes regency. This research is analytic observational, with cross sectional approachment. Population in this research is all the female students in SMAN 1 Jatibarang subdistrict Brebes regency in the academic in 2007, amount 255 female students. The taken samples are 70 female students, which is obtained from systematic random sampling technique. The instrument used in this research are 1) laboratory test of Hb degree in hemoque, 2) bathroom scale 3) microtoice, 4) recall form (2x24 hours) and 5) questionnaire. These data obtained from primary and secondary data. Primary data obtained from test of Hb degree, the measurement of antropometric IMT, recall and interview using questionnaire. The secondary data obtained from monograph data of SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes regency. The data obtained in this research in analyzed by using chi-square test statistic with alpha (= 5% ) = 0,05. The result of the research indicates that is found a sygnificans relation with anemia case of during adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes regency are family income levels (p= 0,035), mothers education levels (p= 0,040), nutrition status (p= 0,002) and menstruation (p= 0,015). Event significans unreleated variables are knowledge about anemia levels (p= 0,416) and the consumtion of iron substance levels (p= 0,692). Based of the result of the research suggestions are proposed for health department in Brebes regency hoped the result of the research to appoint base to incinerate and prevent anemia case of during adolescense in Brebes regency. For the other researchers is expected to increase recall time and to analyze the other nutrient substance. For the department of public health service sport sciene faculty Semarang state university hoped that participation to incinerate and prevent anemia case of during adolescense.
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman, keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmatMu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-Mu. Allah tidak membebani kewajiban kepada seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Hasil kerjanya yang baik untuknya sendiri, dan yang tidak baik menjadi tanggungannya sendiri pula. . . . . . “ (QS Al-Baqarah:286) “ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (QS. Alam Nasyrah: 6-7). PERSEMBAHAN: Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang selalu mencintai, menyayangi, mendukung dan memotivasi diriku: 1. Alm. Bapak (Semoga amal ibadah bapak diterima ALLAH SWT, Dian selalu merindukan Bapak), Ibu (ibu, doamu sungguh mustajab) “Terima kasih telah mengajarkan Dian banyak hal, tidak ada yang pernah menyayangi dan mencintai Dian seperti kalian dan terima kasih untuk segalanya”. 2. Kakak-kakakku tercinta yang selalu menyayangi, memotivasi
dan
mendukungku
(Alfatma
Sutrianingsih, Bety Atmani Martrisnoningsih) terima kasih untuk segalanya. 3. “Seseorang” terbaik yang telah Allah janjikan untuk menemaniku. v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes” dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Pimpinan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang atas nama Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bapak Drs. Sutardji, M.S dan Pembantu Dekan Bidang akademik Bapak DR.Khomsin, M.Pd, atas ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu dr. Oktia Woro K.H, M.Kes, atas persetujuan penelitian. 3. Pembimbing I, dr. Oktia Woro K.H, M.Kes, atas bimbingan, arahan dan masukan dalam penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing II, dr. Mahalul Azam, M.Kes, atas bimbingan, arahan dan masukan dalam penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini.
vi
5. Seluruh
dosen
Jurusan
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bimbingan, arahan selama perkuliahan. 6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, Bapak Drs. Haroe Sri Sadono, atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian ini. 7. Siswi SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, atas ketersediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. 8. Keluargaku tercinta atas do’a, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 9. “@’Arya (Ich Liebe Dich)”, K’only shadow, K’afif, K’topik atas perhatian dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 10. Temen-temenku kos Sederhana 2 (Ana, Yuni, Linda, Mb’Ida, de’Dina) atas semangat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman-temanku (Jihan, Anggi, Imeh, Eva, Inda, Lyana) dan teman-teman IKM angkatan 2003, atas motivasi dan bantuannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang,
Penulis vii
Juli 2007
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ................................................................................................ i Halaman Abstrak ........................................................................................... ii Halaman Pengesahan ................................................................................... iv Motto dan Persembahan ................................................................................ v Kata Pengantar ............................................................................................. vi Daftar Isi ................................................................................................. viii Daftar Tabel ................................................................................................ xv Daftar Gambar ........................................................................................... xvii Daftar Grafik .............................................................................................xviii Daftar Lampiran ......................................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4 1.2.1 Rumusan Masalah Mayor ............................................................. 4 1.2.2 Rumusan Masalah Minor ............................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 1.3.1 Tujuan Mayor ................................................................................ 5 1.3.2 Tujuan Minor ................................................................................. 5 1.4 Manfaat Hasil Penelitian ..................................................................... 6 1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kab. Brebes ............................................... 6
viii
1.4.2 Bagi Pihak Sekolah ........................................................................ 6 1.4.3 Bagi Masyarakat ............................................................................ 6 1.4.4 Bagi Peneliti .................................................................................. 6 1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 8 1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ................................................................ 8 1.6.2 Ruang Lingkup Waktu .................................................................. 9 1.6.3 Ruang Lingkup Materi ................................................................. 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Anemia ................................................................................................. 10 2.1.1 Pengertian Anemia ..................................................................... 10 2.1.2 Tanda-tanda Anemia .................................................................. 10 2.1.3 Dampak Anemia ......................................................................... 10 2.1.4 Klasifikasi anemia Gizi .............................................................. 11 2.2 Anemia Gizi Besi ................................................................................. 13 2.2.1 Pengertian Anemia Gizi Besi ....................................................... 13 2.2.2 Standar Penentuan Anemia Gizi Besi ......................................... 13 2.3 Patofisiologi Anemia ........................................................................... 13 2.4 Hemoglobin .......................................................................................... 14 2.4.1 Pegertian Hemoglobin (Hb) .......................................................... 14 2.4.2 Fungsi Hemoglobin ...................................................................... 14 2.4.3 Batas Normal Terendah Nilai Hemoglobin .................................. 15 2.4.4 Prosedur Pemeriksaan Hb ............................................................ 15
ix
2.5 Zat Besi (Fe) ......................................................................................... 18 2.5.1 Pengertian Zat Besi ...................................................................... 18 2.5.2 Zat Besi Dalam Tubuh ................................................................. 19 2.5.3 Metabolisme Zat Besi ................................................................... 20 2.5.4 Fungsi Zat Besi ............................................................................. 21 2.5.5 Angka Kecukupan Besi yang Dianjurkan .................................... 22 2.6 Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri ............................................................................. 22 2.6.1 Tingkat Pendapatan Keluarga ...................................................... 22 2.6.2 Tingkat Pengetahuan Tentang anemia ......................................... 22 2.6.3 Tingkat Pendidikan Ibu ................................................................ 23 2.6.4 Pelayanan Kesehatan .................................................................... 23 2..6.5 Asupan Zat Besi .......................................................................... 24 2.6.5.1 Konsumsi Zat Besi ........................................................... 24 2.6.5.2 Status Gizi ........................................................................ 25 2.6.6 Penyerapan Zat Besi ..................................................................... 27 2.6.6.1 Keanekaragaman Makanan .............................................. 28 2.6.6.2 Sindrom Malabsorbsi ....................................................... 39 2.6.7 Kebutuhan Zat Besi ...................................................................... 30 2.6.7.1 Pertumbuhan Fisik ........................................................... 30 2.6.7.2 Aktivitas Fisik .................................................................. 31 2.6.8 Kehilangan Zat Besi ..................................................................... 31 2.6.8.1 Pendarahan ....................................................................... 31
x
2.6.8.2 Menstruasi ........................................................................ 32 2.6.8.3 Cacingan .......................................................................... 32 2.7 Kerangka Teori ................................................................................... 34 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 35 3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 36 3.2.1 Hippotesis Mayor ........................................................................ 36 3.2.2 Hipotesis Minor ........................................................................... 36 3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .................... 37 3.4 Jenis dan Rancangan Penelitia .......................................................... 38 3.4.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 38 3.4.2 Rancangan Penelitian .................................................................. 39 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 39 3.5.1 Populasi ....................................................................................... 39 3.5.2 Sampel ......................................................................................... 39 3.5.2.1 Menentukan Kriteria Inklusi dan eksklusi ....................... 39 3.5.2.2 Sistematika Pengambilan Sampel ................................... 41 3.5.2.3 Besar Sampel .................................................................. 41 3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................... 42 3.6.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....................................... 43 3.6.1.1 Validitas .......................................................................... 43 3.6.1.2 Relliabilitas ..................................................................... 44 3.7 Teknik Pengambilan Data .................................................................. 44
xi
3.7.1 Jenis Pengambilan Data ............................................................... 44 3.7.2 Cara Pengambilan Data ............................................................... 45 3.7.2.1 Data Primer ..................................................................... 45 3.7.2.2 Data Sekunder ................................................................. 45 3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 45 3.8.1 Pengolahan Data .......................................................................... 45 3.8.2 Analisis Data ............................................................................... 46 3.8.2.1 Analisis Univariat ........................................................... 46 3.8.2.2 Analisis Bivariat .............................................................. 46 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi ................................................................... 48 4.1.1 Keadaan Geografis ...................................................................... 48 4.1.2 Jumlah Siswa ............................................................................... 48 4.1.3 Jumlah Guru ................................................................................ 49 4.2 Gambaran Karakteristik Responden ................................................ 50 4.2.1 Umur Responden ......................................................................... 50 4.2.2 Pekerjaan Orang Tua Responden ................................................ 52 4.3 Hasil Penelitian .................................................................................... 53 4.3.1 Analisis Univariat ...................................................................... 53 4.3.1.1 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan Keluarga .......................................................................... 53 4.3.1.2 Distribusi Responden menurutTingkat Pengetahuan tentang Anemia ............................................................... 54
xii
4.3.1.3 Distribusi Responden menurut Tingkat pendidikan Ibu ................................................................................... 55 4.3.1.4 Distribusi Responden menurut Tingkat Konsumsi Zat Besi ................................................................................. 56 4.3.1.5 Distribusi Responden menurut Status Gizi ..................... 57 4.3.1.6 Distribusi Responden menurut Menstruasi ..................... 58 4.3.1.7 Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia ........... 59 4.3.2 Analisii Bivariat ......................................................................... 60 4.3.2.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Anemia ............................................................ 60 4.3.2.2 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia ................................................ 61 4.3.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia ............................................................ 62 4.3.2.4 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia ............................................................ 63 4.3.2.5 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia............................................................................. 63 4.3.2.6 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia............................................................................. 64 4.3.2.7 Analisis Bivariat Keseluruhan ........................................ 65 4.4. Pembahasan ........................................................................................ 66 4.4.1 Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia ............. 66
xiii
4.4.1.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan keluarga dengan Kejadian Anemia ............................................................ 66 4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia ............................................................ 67 4.4.1.3 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia............................................................................. 68 4.4.1.4 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia............................................................................. 69 4.4.2 Variabel yang Tidak Berhubungan dengan Kejadian Anemia ......................................................................................... 70 4.4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia ............................................... 70 4.4.2.2 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia ........................................................... 71 4.5 Hambatan dan Kelemahan Penelitian .............................................. 73 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN ......................................................................................... 74 5.2 SARAN ................................................................................................. 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Keaslian penelitian .................................................................................. 7 2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ............................ 8 3. Standar penentuan anemia gizi besi (WHO) ......................................... 13 4. Batas normal terendah nilai hemoglobin (WHO 1972) ........................ 15 5. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (per orang perhari) ................ 22 6. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia ....................................... 26 7. Definisi operasional dan skala pengukuran variabel ............................ 37 8. Distribusi jumlah siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes TA. 2006/2007......................................................... 49 9. Distribusi jumlah guru SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes TA. 2006/2007 ........................................................ 50 10. Distribusi responden menurut umur ..................................................... 50 11. Distribusi pekerjaan orang tua responden ............................................. 52 12. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan keluarga ................. 53 13. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang anemia .... 54 14. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan ibu .......................... 55 15. Distribusi responden menurut tingkat konsumsi zat besi ..................... 56 16. Distribusi responden menurut status gizi .............................................. 57 17. Distribusi responden menurut menstruasi ............................................. 58 18. Distribusi responden menurut kejadian anemia .................................... 59
xv
19. Hubungan antara tingkat pendapatan keluarga deangan kejadian Anemia .................................................................................................. 61 20. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian tentang anemia ...................................................................................... 62 21. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia ....... 62 22. Hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia... 63 23. Hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia .......................... 64 24. Hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia ......................... 65 25. Analisis bivariat keseluruhan ................................................................ 65
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Metabolisme zat besi ............................................................................ 20 2. Kerangka Teori ..................................................................................... 34 3. Kerangka konsep ................................................................................... 35
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Halaman
1. Distribusi jumlah siswa SMA N 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes TA. 2006/2007 ....................................................... 49 2. Distribusi responden menurut umur ..................................................... 51 3. Distribusi pekerjaan orang tua responden ............................................. 52 4. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan keluarga ................. 53 5. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang anemia .... 54 6. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan ibu .......................... 55 7. Distribusi responden menurut tingkat konsumsi zat besi ..................... 56 8. Distribusi responden menurut sttus gizi ................................................ 57 9. Distribusi responden menurut menstruasi ............................................. 58 10. Distribusi responden menurut kejadian anemia .................................... 59
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat Tugas Pembimbing ...................................................................... 79 2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ......................................................... 80 3. Surat Ijin dari Tempat Penelitian .......................................................... 83 4. Kuesioner Penjaring .............................................................................. 87 5. Kuesioner Penelitian .............................................................................. 90 6. Rekap Skoring Uji Coba Kuesioner Pengetahuan tentang anemia...... 101 7. Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan tentang anemia......................... 102 8.
Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan tentang Anemia................... 103
9. Rekap Data Hasil Penelitian ............................................................... 104 10. Analisa Data Kasar Penelitian ............................................................ 114 11. Surat Tera Timbangan Badan Injak .................................................... 138 12. Surat Tera Microtoa ............................................................................ 140 13. Perhitungan Tingkat Kecukupan Konsumsi Zat Besi.......................... 142 14. Foto Dokumentasi ............................................................................... 143
xix
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan,
yang
dapat
memberikan
konstribusi
dalam
mewujudkan
sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan (Yayuk Farida, dkk, 2004:4). Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu atau calon ibu merupakan kelompok rawan sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya (Depkes RI, 2003:1). Di Indonesia terdapat empat masalah gizi yang utama yaitu Kurang Kalori Protein (KKP), Kurang Vitamin A (KVA), gondok endemik dan kretin serta anemia gizi (Bapelkes Salaman, 2000:161). Anemia gizi merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995 menunjukkan 57,1% remaja putri; 39,5% wanita usia subur dan 50,9% ibu hamil menderita anemia (Dinkes propinsi Jawa Timur, 2002:1). Sedangkan berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan 26,5% remaja putri; 40% WUS dan 47% anak usia 0-5 tahun menderita anemia (Bambang Tri. S, 2007).
2
Anemia pada remaja putri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat bila prevalensinya lebih dari 15% (SKRT, 2001). Dimana berdasarkan hasil penelitian pada remaja putri di Bogor 57,1%; di Bandung 41% dan di Tangerang 41,7% menunjukkan remaja putri menderita anemia (DKK Tangerang, 2004). Sedangkan berdasarkan hasil Survei Kesehatan pada 10 Kabupaten daerah proyek Safe Motherhood Partnership Family Approach (SMPFA) pada tahun 1998/1999 menunjukkan 57,4% remaja putri menderita anemia (Depkes RI, 2003:1). Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) yang dilaksanakan oleh Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Brebes terhadap remaja putri (siswi SMP dan SMA) menunjukkan 25,33% (tahun 2003); 20,33% (tahun 2004); 25,55% (tahun 2005) dan 40,13% (tahun 2006) remaja putri menderita anemia (DKK Brebes : 2006). Secara umum tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi (Arisman, 2004:145). Remaja putri menderita anemia, hal ini dapat dimaklumi karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah daripada pria, karena faktor ingin langsing (Depkes RI, 1998:1). Pantang makanan tertentu dan kebiasaan makan yang salah juga
3
merupakan penyebab terjadinya anemia pada remaja putri (S.A. Nugraheni, 2000:14). Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Disamping itu remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Selain itu masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Depkes RI, 1998:1). Anemia pada remaja putri di Kabupaten Brebes masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya lebih dari 15%. Sebagai upaya untuk menanggulangi masalah tersebut, Pemerintah Kabupaten Brebes menerbitkan Instruksi Bupati Brebes No.04 Tahun 2000, tentang Penanggulangan Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang merupakan satu-satunya SMA Negeri yang ada di Kecamatan Jatibarang, yang baru 6 tahun berdiri dan belum pernah dijadikan sebagai tempat penelitian ilmiah tentang kesehatan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes”.
4
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Mayor Adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes? 1.2.2 Rumusan Masalah Minor 1. Adakah hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes? 2. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes? 3. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes? 4. Adakah hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes? 5. Adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes? 6. Adakah hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes?
5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Mayor Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 1.3.2 Tujuan Minor 1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 4. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 5. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 6. Untuk mengetahui hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian 1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Sebagai salah satu acuan untuk menentukan langkah-langkah strategis dalam penanggulangan anemia pada remaja putri. 1.4.2 Bagi Pihak Sekolah Memberikan gambaran tentang efek kejadian anemia terhadap proses belajar-mengajar dan prestasi belajar siswinya. 1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Sebagai bahan pustaka dalam rangka menambah informasi tentang ilmu kesehatan masyarakat khususnya mengenai anemia pada remaja putri. 1.4.4 Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu tentang pentingnya zat besi bagi pertumbuhan, kecerdasan anak dan pemenuhan zat besi khususnya pada usia remaja (usia yang rentan). 1.4.5 Bagi Peneliti Sebagai sarana pembelajaran melakukan penelitian ilmiah sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.
7
1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1 Keaslian Penelitian No
Judul Penelitian
Nama Peneliti
1 1
2 Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahua n tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor
3 Indah Indriawati Herman
Hubungan antara Pola Konsumsi Makan dengan Kadar Hb pada Remaja Putri di SMA N 1 Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo
Agustina Indika Sari
2
Tahun dan tempat Penelitian 4 2001, Jakarta
Rancangan Penelitian 5 Crosssectional
Variabel Penelitian 6 V.terikat - Anemia V.Bebas 1. Kebiasaa n makan 2. Pola haid 3. pengetah uan tentang anemia 4. Status gizi
2006, Sukoharjo
Crosssectional
V.terikat - Kadar Hb V.Bebas - Pola Konsumsi Makan (Jenis, frekuensi konsumsi dan tingkat konsumsi Besi)
Hasil Penelitian 7 Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian anemia gizi remaja putri sebesar 42,2%. Ada hubungan bermakna secara statistik (p<0,05) dengan kejadian anemia pada remaja putri adalah kebiasaan makan, yang meliputi: diet, kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh. Tidak ada hubungan antara pola konsumsi makan (Jenis, frekuensi konsumsi dan tingkat konsumsi Besi) dengan kadar Hb.
8
Tabel 2 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu Pembeda 1 Judul Penelitian
Indah Indriawati 2 Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2001
Agustina Indika.S 3 Hubungan antara Pola Konsumsi Makan dengan Kadar Hb pada Remaja Putri di SMA N 1 Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo
Dian. G 4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia di SMAN 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten brebes Tahun 2007
Tahun&tempat
2001, Jakarta
2006, Sukoharjo
Rancangan Variabel Penelitian
Cross-sectional Kebiasaan makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia status gizi dan anemia.
Cross-sectional Pola konsumsi makan (Jenis, frekuensi konsumsi dan tingkat konsumsi besi) dan kadar Hb.
Analisis data
Analisis univariat dan bivariat
Analisis bivariat
2007, Jatibarang, Kab.Brebes Cross-sectional Tingkat pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan ibu, tingkat konsumsi zat besi, status gizi, menstruasi dan kejadian anemia. Analisis univariat dan bivariat
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa yang membedakan penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya terletak pada waktu, tempat penelitian dan variabel penelitian.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Tempat Ruang lingkup tempat dalam penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri adalah SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
9
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan maret sampai dengan bulan april tahun 2007. 1.6.3 Ruang Lingkup Materi Dalam penelitian ini peneliti membatasi materi pada faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri. Bidang ilmu yang diterapkan dalam penelitian adalah ilmu gizi kesehatan masyarakat.
10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Anemia 2.1.1 Pengertian Anemia Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal (Mary E. Beck, 2000:196). Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat disebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah (Guyton dan Hall, 1997:538). 2.1.2 Tanda-tanda Anemia: 1. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L) 2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. 3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. 2.1.3 Dampak Anemia 2.1.3.1 Pada anak-anak 1. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar. 2. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak. 3. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun. 2.1.3.2 Pada wanita 1. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. 2. Menurunkan produktivitas kerja.
11
3. Menurunkan kebugaran. 2.1.3.3 Pada remaja putri 1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar. 2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal. 3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati. 4. Mengakibatkan muka pucat. 2.1.3.4 Ibu hamil 1. Menimbulkan pendarahan sebelum atau sesudah persalinan. 2. Meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 Kg). 3. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau bayinya (Depkes RI, 1998:16). 2.1.4 Klasifikasi Anemia Gizi 2.1.4.1 Anemia gizi besi Zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul hemoglobin yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat gizi besi menyebabkan menurunnya produksi hemoglobin. Akibatnya, terjadi pengecilan ukuran (microcytic), rendahnya kandungan hemoglobin (hypochromic), serta berkurangnya jumlah sel darah merah. 2.1.4.2 Anemia gizi vitamin E Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan integritas dinding sel darah merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap
12
hemolisis (pecahnya sel darah merah). Karena vitamin E adalah faktor esensial bagi integritas sel darah merah. 2.1.4.3 Anemia gizi asam folat Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau makrositik; dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum tulang. 2.1.4.4 Anemia gizi vitamin B12 Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan kejiwaan. 2.1.4.5 Anemia gizi vitamin B6 Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi besi, namun bila darahnya diuji secara laboratoris, serum besinya normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin. 2.1.4.6 Anemia Pica Penderita memiliki selera makan yang tidak lazim, seperti makan tanah, kotoran, adonan semen, serpihan cat, atau minum minyak tanah. Tentu saja
13
perilaku makan ini akan memperburuk penyerapan zat gizi besi oleh tubuh (Mohamad Harli, 1999:4). 2.2 Anemia Gizi Besi 2.2.1 Pengertian Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendah dari normal, akibat kekurangan zat besi (Mary E. Beck, 2000:196). 2.2.2 Standar Penentuan Anemia Gizi Besi Tabel 3 Standar Penentuan Anemia Gizi Besi (WHO) Kelompok Umur
Hb daram Darah (g/dl)
1
2
6 Bulan -5 tahun
<11
6-18 tahun
<12
Wanita dewasa
<12
Wanita dewasa Hamil
<11
Laki-laki dewasa
<13
Sumber: Sukirman (1999/2000) dalam (Yayuk Farida dkk,2004: 22).
2.3 Patofisiologi anemia Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan
14
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb (Arlinda Sari, 2004:6).
2.4 Hemoglobin 2.4.1 Pengertian Hemoglobin (Hb) Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks, yang tersusun dari protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai hem (Mohamad Sadikin, 2002:17) Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia (I Dewa Nyoman S, 2002:145) 2.4.2 Fungsi Hemoglobin Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2). Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, dengan adanya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen keberbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai (Mohamad Sadikin, 2002:15).
15
2.4.3 Batas normal terendah nilai hemoglobin Tabel 4 Batas normal terendah nilai hemoglobin (WHO 1972) Usia
Kadar Hb (g/dl)
1
2
Anak usia 6 bulan-5 tahun
11,0
Anak usia 6-18 tahun
12,0
Wanita dewasa
12,0-14,0
Sumber: Arisman (2004:145) 2.4.4 Prosedur Pemeriksaan Hb 2.4.4.1 Metode Sahli 1. Reagen a. HCl 0,1 N b. Aquadest 2. Alat a. Pipet hemoglobin b. Alat sahli c. Pipet Pastur d. Pengaduk 3. Prosedur kerja a. Masukksan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2. b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alkohol 70%, betadin dan sebagainya), kemudian tusuk dengan lancet.
16
c. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet, kemudian teteskan darah sampai ke tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/kertas tisu. d. Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin, sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelan-pelan. Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah yang menempel pada dinding pipet dengan cara menghisap HCl dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali. e. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit f. Masukkan kedalam alat pembanding, encerkan dengan aquades tetes demi tetes sampai warna larutan (setelah diaduk sampai homogen) sama dengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca kadar hemoglobin pada skala tabung. 2.4.4.2 Metode Cyanmethemoglobin 1. Reagensia a. Larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN)6 0,6 mmol/l b. Larutan kalium sianida (KCN) 1,0 mmol/l 2. Alat a. Pipet darah b. Tabung cuvet c. Kolorimeter 3. Prosedur kerja a. Masukkan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet.
17
b. Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan masukkan ke dalam cuvet diatas, kocok dan diamkan selama 3 menit. c. Baca pada kolorimeter pada lambda 546. 4. Perhitungan a. Kadar Hb = absorpsi x 36,8 gr/dl/100 ml atau b. Kadar Hb = absorpsi x 22,8 mmol/l 2.4.4.3 Metode Hemoque 1. Alat dan bahan a. β-Hemoglobin hemoque b. Microcuvettes c. Lancet d. Accu-check e. Kapas dan alkohol 2. Prosedur Kerja a. Nyalakan β-Hemoglobin hemoque dengan menekan tombol ON, sebelum digunakan kalibrasi dahulu β-Hemoglobin hemoque pada angka 12,1-12,2. b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan kapas beralkohol. c. Masukkan lancet pada accu-check, letakkan ujung lancet pada jari yang akan ditusuk, kemudian tekan tombol pada ujung accu-check sehingga darah keluar, bersihkan darah.
18
d. Ambil microcuvet, tempelkan pada jari yang ditusuk, tekan jari agar darah keluar kembali dan minimal darah memenuhi daerah lingkaran putih pada microcuvet. e. Masukkan
microcuvet
ke
tempatnya
pada
β-Hemoglobin
hemoque. f. Tunggu 1-2 menit, setelah itu akan keluar hasil pemeriksaan (kadar Hb) pada monitor.
2.5 Zat Besi (Fe) 2.5.1 Pengertian Zat Besi Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb) (Achmad Djaeni, 2000:179). Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang 65 persennya dijumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persennya dalam bentuk mioglobin, 1 persen dalam bentuk macam-macam senyawa heme yang meningkatkan oksidasi intraseluler, 0,1 persen bergabung dengan protein transferin dalam plasma darah dan 15-30 persen terutama disimpan dalam sistem retikuloendotelial dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin (Guyton dan Hall,1997:536). Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi, sebagian besi dalam bentuk feri direduksi menjadi fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung
19
dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat dalam makanan (Sunita Almatsier, 2001:249). 2.5.2 Zat Besi Dalam Tubuh Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan yang reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital adalah hem enzim dan non hem enzim. Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan akan eritropobesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, misalnya pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah. Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal.
20
2.5.3 Metabolisme Zat Besi Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di dalam tubuh perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh tubuh dari makanan. Suatu skema metabolisme zat besi untuk mempertahankan zat besi di dalam tubuh, dapat dilihat pada skema berikut : Makanan 10 mg Fe
Usus halus 1 mg Fe dalam Darah (Turn over 35 mg)
Tinja 9 mg Fe Hati Disimpan sebagai Feritrin, 1 mg
Sumsum tulang
Seluruh Jaringan 34 mg
Hemoglobin
Sel-sel mati
Hilang bersama menstruasi
Dikeluarkan
melalui
kulit, sal. Pencernaan dan air seni 1 mg Gambar 1 Metabolisme Zat Besi
Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari penghancuran sel-sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yang
21
dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal losses). 2.5.4 Fungsi besi 1. Metabolisme energi Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai proteinpengangkut elektron, yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi. 2. Kemampuan belajar Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitiannya yang menunjukan perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak yang menderita anemia gizi besi dan anak-anak yang sehat. Penelitian di Indonesia oleh Soemantri (1985) dan Almatsier (1989) menunjukan peningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberikan suplemen besi. Hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak dijelaskan oleh Lozoff dan Youdim pada tahun 1988. Kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi yang kurang pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter (pengantar saraf). Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. 3. Sistem kekebalan tubuh Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.
22
4. Pelarut obat-obatan Obat-obatan tidak larut air oleh enzim yang mengandung besi dapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh. 2.5.5 Angka kecukupan besi yang dianjurkan : Tabel 5 Angka kecukupan besi rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari) Golongan umur Berat badan (kg) (wanita) 1 2 13-15 46 16-19 50 Sumber: Sunita Almatsier (2001:302)
Tinggi Badan (Cm) 3 153 154
Besi (mg) 4 19 25
2.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri 2.6.1 Tingkat Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga merupakan salah satu peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan (Yayuk Farida, dkk, 2004:70). Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder. Pendapatan/ penghasilan yang kecil tidak dapat memberi cukup makan pada anggota keluarga, sehingga kebutuhan keluarga tidak tercukupi (Soetjiningsih, 1995:10).
23
2.6.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121). Hasil penelitian oleh S.A Nugraheni pada remaja putri di kabupaten Kendal menunjukan pada umumnya yaitu 84% (Kendal) dan 81% (Boja) pengetahuan responden tentang pengertian, tanda, gejala, penyebab, akibat dan upaya pencegahan anemia masih kurang (S.A Nugraheni, 2002). 2.6.3 Tingkat Pendidikan Ibu Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam penunjang ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (Achmad Djaeni, 1996:35). 2.6.4 Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap upaya pecegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan rumah sakit (Arianton Aritonang, 2003:13).
24
2.6.5 Asupan Zat Besi Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam). Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus (Depkes RI, 1998:14). Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia (Mary E. Beck, 2000:197). Asupan zat besi kedalam tubuh remaja putri dipengaruhi : 2.6.5.1 Konsumsi Zat Besi Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan besi non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam makanan. Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang-kacangan, kentang dan serealia serta beberapa jenis buah-buahan. Sedangkan besi hem hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ – organ lain (Sunita Almatsier, 2001:252). Sebagian besar penduduk di negara yang (belum) sedang berkembang tidak (belum) mampu menghadirkan bahan kaya Fe di meja makan (Arisman, 2004:146). Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar akan bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya. Bahkan banyak yang berdiit tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli
25
kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Banyak pantang atau tabu yang ditentukan sendiri berdasarkan pendengaran dari kawannya yang tidak kompeten dalam soal gizi dan kesehatan, sehingga terjadi berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala kelainan gizi (Achman Djaeni, 2000:241). Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan. Padahal sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. Selain itu remaja khususnya remaja putri semakin menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama sekali) kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin. 2.6.5.2 Status Gizi 2.6.5.2.1 Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (I Dewa Nyoman S, 2002:18). Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Mary E. Beck, 2000:1). 2.6.5.2.2 Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
26
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (I Dewa Nyoman S, 2001:19) Pengukuran antropometri dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pengukuran IMT meliputi: a. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang b. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan. IMT =
BB(kg ) TB 2 (m)
Keterangan : IMT
= Indeks Massa tubuh
BB
= Berat badan dalam kg
TB
= Tinggi badan dalam meter Tabel 6 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kurus
Kategori
IMT
1
2
Kekurangan berat badan tingkat berat
< 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0-18,5
Normal Gemuk
> 18,5-25,0 Kelebihan berat badan tingkat ringan
>25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
>27,0
Sumber : I Dewa Nyoman S, (2001:61)
27
2.6.6. Penyerapan Zat Besi
Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya. Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Penyerapan zat besi di dalam usus yang kurang baik (terganggu) juga merupakan penyebab terjadinya anemia. (Mary E. Beck, 2000:197). Zat besi dari pangan hewani lebih mudah diserap, yaitu antara 10-20 persen, sedangkan dari pangan nabati hanya sekitar 1-5 persen. Oleh karena itu, mengkonsumsi zat besi dari pangan hewani jauh lebih baik daripada pangan nabati. Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap oleh tubuh dua kali lipat daripada besi-nonhem Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu : 1. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat. 2. Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan penyerapan. Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah diserap oleh mukosa usus. 3. Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri
28
menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 – 50 persen. 4. Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks besi, fosfat yang tidak dapat diserap. 5. Adanya fitat dan oksalat dalam sayuran, serta tanin dalam teh juga akan menurunkan ketersediaan Fe. 6. Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe. 7. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe. 8. Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe. 2.6.6.1 Keanekaragaman Makanan Keanekaragaman makanan dapat dilihat dalam susunan menu makanan yang dikonsumsi. Keanekaragaman makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai dapat dijumpai dalam susunan menu yng seimbang, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran atau ketidakhadiran suatu zat gizi esensial dapat mempengaruhi ketersediaan, absorbsi metabolisme atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari. Menu yang beranekaragam antara lain terdiri dari makanan pokok, lauk hewani dan nabati, sayur dan buah-buahan. (Sunita Almatsier, 2001:285).
29
Makan besi-hem dan dan nonhem secara bersamaan dapat meningkatkan penyerapan besi-nonhem. Makanan atau minuman tertentu dapat mengganggu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Asam fitat dan asam oksalat yang terkandung dalam sayuran akan mengikat zat besi, sehingga mengurangi penyerapan zat besi. Karena hal inilah, bayam meski tinggi kandungan zat besinya bukan merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh karena itu, jika hendak mengonsumsi bayam dan sayuran lain, sebaiknya disertai dengan mengonsumsi buah-buahan yang tinggi kandungan vitamin C nya, seperti jambu biji, jeruk dan nanas. Namun lebih dianjurkan untuk meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika dalam bentuk buah segar, yang kandungan seratnya masih tinggi, juga akan menghambat penyerapan zat besi (Etisa Adi. M, 2006: Http://www.suara merdeka.com). 2.6.6.2 Sindrom Malabsorbsi 2.6.6.2.1 Gastritis Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis dapat hanya superfisial dan oleh karena itu tidak begitu bahaya, atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung dan pada kasus-kasus yang berlangsung lama menyebabkan atrofi mukosa lambung yang hampir lengkap. Atrofi lambung pada banyak orang dengan gastritis kronis, mukosa secara bertahap menjadi atrofi sampai sedikit atau tidak ada aktivitas kelenjar lambung yang tersisa. Juga dianggap bahwa beberapa orang mempunyai
30
autoimunitas terhadap mukosa lambung. Kehilangan sekresi lambung pada atrofi lambung menimbulkan aklorhidria dan kadang-kadang anemia (Guyton dan Hall, 1997:1052). 2.6.6.2.2 Ulkus Peptikum Ulkus peptikum adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa yang disebabkan oleh kerja kelenjar pencernaan cairan lambung. Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara kecepatan sekresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh sawar mukosa gastroduodenal juga netralisasi asam lambung oleh cairan duodenum (Guyton dan Hall, 1997:1053). 2.6.6.2.3 Diare Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar. Pada diare infeksi umum, infeksi paling luas terjadi pada seluruh usus besar dan pada ujung distal ileum. Dimanapun infeksi terjadi, mukosa teriritasi secara luas dan kecepatan sekresinya sangat tinggi (Guyton dan Hall, 1997:1056). 2.6.7 Kebutuhan Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh: 2.6.7.1 Pertumbuhan Fisik Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan akan berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak memerlukan perhatian lagi. Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting
31
agar tumbuh kembang tubuh berlangsung dengan sempurna (Sjahmien Moeji, 63:2003). Taraf gizi seseorang, dimana makin tinggi kebutuhan akan zat besi, misalnya pada masa pertumbuhan, kehamilan dan penderita anemia (Mary E. Beck, 2000:198). 2.6.7.2 Aktivitas Fisik Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat (Sjahmien Moeji, 63:2003). 2.6.8 Kehilangan Zat Besi
Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia (Depkes RI, 1998:14), misalnya pada peristiwa: 2.6.8.1 Pendarahan Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia (Depkes RI, 1998:14). Setelah mengalami pendarahan yang cepat, maka tubuh akan mengganti cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan menyebabkan konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi pendarahan yang kedua, maka konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6 minggu. Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
32
sekali hemoglobin, sehingga menimbulkan keadaan anemia (Guyton dan Hall, 1997:538). 2.6.8.2 Menstruasi Menstruasi adalah runtuhnya jaringan epitel endometrium akibat pengaruh perubahan siklik keseimbangan hormonal reproduksi wanita. Ciri-ciri menstruasi normal: 1. Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari) 2. Lama perdarahan 2-7 hari 3. Perdarahan 20-80 cc per siklus (50+30 cc) 4. Tidak disertai rasa nyeri 5. Darah warna merah segar dan tidak bergumpal (Med. Ali, dkk. http://www.geocities.com). Pada remaja putri mulai terjadi menarche dan mensis yang disertai pembuangan sejumlah zat besi (Achmad Djaeni, 2000:241). 2.6.8.3 Cacingan Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang (Ancilostoma dan Necator), Scistosoma dan mungkin Trichuris trichiura. Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Kisaran jumlah darah yang dihisap oleh Necator americanus ialah 0,031±0,015 cc per ekor. Perkiraan jumlah cacing pada setiap orang yang terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat
33
besi yang hilang perseribu telur adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus) sampai 1,2 mg (untuk Ancylostoma duodenale) sehari (Arisman, 2004:146).
34
2.7
Kerangka Teori
Pendapatan Keluarga Pengetahuan Tentang anemia Pendidikan Ibu Pelayanan Kesehatan
Konsumsi Zat besi
Status Gizi
Asupan Zat Besi
Keanekaragaman Makanan Sindrom Malabsorbsi (gastritis, ulkus peptikum)
Penyerapan Zat besi
Diare
KEJADIAN ANEMIA
Pertumbuhan fisik Kebutuhan Zat Besi Aktivitas Fisik
Pendarahan
Menstruasi
Kehilangan Zat Besi
Cacingan Gambar 2 Kerangka Teori (Sumber: Arlinda Sari Wahyuni : 2004, dengan modifikasi)
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas 1. Tingkat Pendapatan Variabel Terikat
Keluarga 2. Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia
KEJADIAN ANEMIA
3. Tingkat Pendidikan Ibu 4. Tingkat Konsumsi Zat Besi 5. Status Gizi 6. Menstruasi Variabel Pengganggu
1. Keanekaragaman Makanan 2. Aktivitas Fisik 3. Sindrom Malabsorbsi (gastritis, ulkus peptikum) 4. Diare 5. Pertumbuhan Fisik 6. Pendarahan 7. Cacingan
Gambar 3 Kerangka Konsep Keterangan : Variabel yang diteliti
:
Variabel yang tidak diteliti :
...........
36
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yan terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2002;64). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 3.2.1 Hipotesis mayor Ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. 3.2.2 Hipotesis minor 1. Ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 4.
Ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
5. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
37
6. Ada hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Tabel 7 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel
Definisi
Skala Pengukuran
Instrumen
3
4
Operasional 1
2
Kejadian Anemia
Kejadian anemia pada
Nominal
Tes pemeriksaan
remaja putri
(10-18
1. Anemia (Hb <12 mg)
kadar Hb dengan
tahun).
Dinilai
2. Tidak anemia (Hb ≥12 mg)
hemoque.
Ordinal
Kuesioner
dengan membandingkan kadar Hb responden dengan
nilai
normalnya. Tingkat
Dinilai
berdasarkan
Pendapatan
besarnya pendapatan
1. Rendah (
keluarga
rata-rata setiap bulan
2. Tinggi (≥ Rp. 126.250)
keluarga
responden,
kemudian
dibagi
jumlah keluarga yang masih
menjadi
tanggungan,
lalu
hasilnya dibandingkan dengan
UMR
Kabupaten
Brebes
yang dibagi 4 (UMR perkapita). Tingkat
Segala
hal
yang
Pengetahuan
diketahui remaja putri
Ordinal 1. Kurang (< 60%)
Kuesioner
38
Tentang Anemia
yang
berkaitan
2. cukup ( 60- 80 %)
dengan anemia.
3. Baik ( > 80%)
Tingkat
Pendidikan
Ordinal
Pendidikan Ibu
yang telah ditempuh
1. Rendah (< wajar 9 tahun)
ibu responden.
2. Tinggi ( ≥ wajar 9 tahun)
Tingkat Konsumsi
Konsumsi
Zat Besi.
makanan
formal
bahan kaya
zat
Ordinal
Recall 2x24 jam
1. Defisit (< 70% AKG)
(Food Procesor)
besi oleh responden.
2. Kurang ( 70-80% AKG)
Dinilai
3. Sedang (>80-99% AKG)
dengan
menghitung konsumsi rata-rata
zat
Kuesioner
4. Baik (≥100% AKG)
besi
responden per hari yang
kemudian
dibandingkan dengan AKG . Status Gizi.
Keadaan gizi setiap
Ordinal
Antropometri
responden.
1. Kurus (IMT ≤ 18,5)
IMT
2. Normal (IMT > 18,5-25,0) 3. Gemuk (IMT >25,0) Menstruasi
Keadaan
responden
Nominal
saat pemeriksaan Hb
1. Sedang menstruasi
sedang
2. Tidak sedang menstruasi
menstruasi
Kuesioner
atau tidak.
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.4.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional
analitik yaitu menggambarkan dan menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
39
3.4.2
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dimana
pegukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sudigdo S. dan Sofyan I, 2002:97).
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1
Populasi Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik
tertentu (Sudigdo S. dan Sofyan I, 2002:67). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, yang berjumlah 255 siswi. 3.5.2
Sampel Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap mewakili populasi. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 3.5.2.1 Menentukan kriteria inklusi dan eksklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Umur responden 15-18 tahun. 2) Responden sudah mengalami menstruasi. 3) Responden dalam wilayah pelayanan kesehatan yang sama, dalam satu wilayah kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
40
4) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa nyeri perut sebelah atas yang disertai rasa mual atau nyeri pada ulu hati yang merupakan gejala dari gastritis. 5) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa nyeri lambung, perih, panas, sakit, rasa perut kosong dan lapar yang merupakan gejala dari ulkus peptikum. 6) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa buang air besar yang sering (lebih dari 3 kali sehari), faeces cair dan berlendir yang merupakan gejala dari diare. 7) Responden tidak sedang mengalami pendarahan kronik (kehilangan darah yang terlalu banyak), misalnya pendarahan akibat trauma (kecelakaan). 8) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa rasa gatal yang hebat di anus, kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari), nafsu makan berkurang, berat badan menurun, rasa gatal atau iritasi vagina dan kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi akibat penggarukan yang merupakan gejala dari cacingan. 9) Responden adalah siswi SMA N 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi tetapi harus dikeluarkan karena suatu hal. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
41
1) Responden yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian. 2) Responden adalah atlet olahraga. 3) Responden tidak tinggal bersama orang tua (kos) 3.5.2.2 Sistematika Pengambilan Sampel Peneliti menentukan sampel yang terdapat dalam populasi yaitu secara systematic random sampling. 3.5.2.3 Besar Sampel Peneliti menentukan jumlah sampel minimal yang dapat diambil dalam penelitian ini, adapun metode statistik yang digunakan untuk menentukan besar sampel adalah : n=
Z 12−α / 2 P(1 − P) N d 2 ( N − 1) + Z 12−α / 2 P(1 − P)
Keterangan : n
= Besar Sampel
N
= Besar Populasi
Z 12−α / 2
= Derajat kepercayaan 95% (1,96)
d
= Presisi 10% (0,1)
P
= Proporsi 50% (0,5)
(Stanley Lemeshow, dkk, 1997:54). Sehingga didapat jumlah sampel sebagai berikut : n=
(1,96) 2 0,5(1 − 0,5)255 (0,1) 2 (255 − 1) + (1,96) 2 0,5(1 − 0,5)
42
=
244,8 2,54 + 0,96
=
244,3 = 69,9 ≈ 70 Siswi 3,5
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel minimal yaitu sejumlah 70 siswi.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji laboratorium kadar Hb, pengukuran antropometri (IMT), formulir recall 2 x 24 jam dan kuesioner. 1. Uji laboratorium digunakan untuk mengetahui kadar Hb, yang kemudian di interprestasikan dengan kejadian anemia pada siswi. Menurut WHO standar anemia besi dapat menggunakan kadar Hb dalam darah (Yayuk Farida dkk, 2004:22). Uji kadar Hb dalam darah yang digunakan adalah dengan hemoque. 2. Pengukuran IMT digunakan untuk mengetahui status gizi setiap responden. Alat yang digunakan berupa timbangan injak berat badan (bathromm scale) untuk menimbang berat badan dan microtoa untuk mengukur tinggi badan. 3. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128).
43
Kuisioner digunakan untuk mengetahui informasi tentang tingkat pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan ibu dan menstruasi. 4. Formulir Recall 2x24 jam Recall dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi (I Dewa Nyoman, 2001:94). Beberapa penelitian menunjukkan recall dapat dilakukan minimal 2x24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Supariasa, 2002:94). Formulir recall digunakan untuk mengetahui konsumsi zat besi, hasil recall dihitung dengan bantuan software komputer food processor dan kemudian dihitung angka kecukupan gizi (AKG) responden dan tingkat konsumsi responden terhadap AKG. 3.6.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas. 3.6.1.1 Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan product moment. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap
44
butiran memiliki nilai positif dan nilai r hitung > r tabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:129). Hasil uji validitas kuesioner dengan bantuan program komputer menunjukkan bahwa 9 butir soal pengetahuan tentang anemia yang diuji cobakan kepada 20 orang, berdasarkan tabel nilai r, dengan α =5%, nilai r tabel adalah 0,444, semua valid karena memiliki r hitung > r tabel. 3.6.1.2 Reliabilitas Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software komputer dengan rumus alpha cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila r hitung > r tabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:129). Hasil uji reliabilitas kuesioner kepada 20 responden, diperoleh r hitung (0,792) > r tabel (0,444), sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut reliabel.
3.7 Teknik Pengambilan Data
3.7.1 Jenis Pengambilan Data Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa data faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
45
anemia. Data sekunder berupa data mengenai gambaran lokasi tempat penelitian dan gambaran umum siswi.
3.7.2 Cara Pengambilan Data Cara pengambilan data dalam penelitian ini yaitu : 3.7.2.1 Data Primer Data primer diperoleh dengan cara tes laboratorium kadar Hb siswi, pengukuran IMT, recall 2x24 jam dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. 3.7.2.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat data monografi SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan manual dan menggunakan software komputer. Pengolahan data meliputi: 1. Editing Sebelum data diolah, data tersebut perlu di edit. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas data. 2. Coding Mengkode data dengan memberikan kode pada masing-masing jawaban untuk mempermudah pengolahan data.
46
3. Tabulasi Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi tidak lain dari memasukkan data ke dalam tabel. 3.8.2 Analisis Data 3.8.2.1 Analisis univariat Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan prosentase setiap variabel. 3.8.2.2 Analisis bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square dengan bantuan SPSS 12,0 for windows. Adapun syarat uji chi-square adalah tidak ada sel yang nilai observed yang bernilai nol, sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika uji chi-square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya, alternatif uji chi-square untuk tabel 2x2 adalah uji fisher, alternatif uji chi-square untuk tabel 2xk adalah uji kolmogorov-smirnov dan penggabungan sel adalah langkah alternatif uji chi-square untuk tabel selain 2x2 dan 2xk (Sopiyudin Dahlan, 2004:18). Pada studi cross-sectional, estimasi risiko relatif dinyatakan dengan Rasio Prevalens (RP), yang merupakan perbandingan antara jumlah subyek dengan penyakit pada satu saat dengan seluruh subyek yang ada. RP dihitung dengan cara menggunakan tabel 2x2. RP harus disertai dengan
47
interval kepercayaan (confidence interval), interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf kesalahan 0, 05%. Interpretasi hasil: 1. Bila rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain bersifat netral. 2. Bila rasio prevalens > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit. 3. Apabila rasio prevalens < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, maka variabel yang diteliti justru akan mengurangi kejadian penyakit, bahkan variabel yang diteliti merupakan faktor protektif. 4. Bila interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut mungkin nilai prevalensnya = 1, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang dikaji tersebut merupakan faktor risiko atau faktor protektif ( Sudigdo S dan Sofyan I, 2002:102).
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Demografis
SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes merupakan satusatunya SMA negeri yang ada di Kecamatan Jatibarang, yang beralamat di jalan Raya Karanglo-Tegalwulung Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. Adapun batas wilayah Kecamatan Jatibarang adalah sebagai berikut: Sebelah utara
: Kabupaten Brebes
Sebelah timur
: Kota Tegal
Sebelah selatan
: Kecamatan Songgom
Sebelah barat
: Kecamatan Larangan
4.1.2 Jumlah Siswa
SMA Negeri 1 Kecamatan Brebes mempunyai lokal kelas X sejumlah 5 kelas, kelas XI IPA sebanyak 2 kelas dan XI IPS juga sebanyak 2 kelas dan untuk kelas XII IPA berjumlah 2 kelas dan XII IPS juga sebanyak 2 kelas. Jumlah seluruh siswa pada tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 499 siswa, dengan distribusi menurut kelas dan jenis kelamin tercantum pada tabel berikut ini:
49
Tabel 8 Distribusi Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes TA. 2006/2007 Kelas Laki-laki 1 2 93 X 74 XI 77 XII Jumlah 244 Sumber: Data sekunder
Perempuan 3 95 81 79 255
Jumlah 4 188 155 156 499
Distribusi Jumlah Siswa SMAN 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes T.A 2006/2007 100
95
93
Frekuensi
81
74
80
77
79
60
Laki-laki
40
Perempuan
20 0 X
XI
XII
Kelas
Grafik 1 Distribusi Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes T.A 2006/2007
4.1.3 Jumlah Guru
Jumlah guru aktif mengajar di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang sebanyak 32 yang dapat disajikan pada tabel sebagai berikut:
50
Tabel 9 Distribusi Jumlah Guru di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes TA. 2006/2007 Jenis Guru 1
Jumlah 2 14 5 13 32
PNS Guru bantu (GT) Guru tidak tetap (GTT) Jumlah Sumber: Data Sekunder
4.2 Gambaran Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X sampai kelas XII SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang. Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa umur resaponden bervariasi antara 15 tahun sampai dengan 18 tahun. Lebih jelasnya distribusi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10 Distribusi Responden menurut Umur Umur Frekuensi 1 2 5 15 20 16 33 17 12 18 Jumlah 70 Sumber : Data Penelitian 2007
Prosentase (%) 3 7,1 28,6 47,1 17,1 100,0
51
Distribusi Responden menurut Umur
47.1
50
Persentase
40
28.6
30
20
10
17.1
7.1
0 15
16
17
18
Umur
Grafik 2 Distribusi Responden menurut Umur
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat umur responden yang terbanyak adalah 17 tahun sebanyak 33 responden (47,1%), sedangkan tingkat umur yang paling sedikit adalah 15 tahun sebanyak 5 responden (7,1%). 4.2.2 Pekerjaan Orang Tua Responden
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan ayah responden paling banyak tergolong dalam pekerjaan petani (22,9%), sedangkan untuk pekerjaan ibu paling banyak tergolong tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (60%). Lebih jelasnya untuk pekerjaan orang tua responden dapat dilihat pada tabel berikut:
52
Tabel 11 Distribusi Pekerjaan Orang Tua Reponden Jenis Pekerjaan Pekerjaan Ayah 1 2 6 PNS 2 CPNS 15 Wiraswasta 16 Petani 9 Buruh 21 Lain-lain 1 Tidak bekerja Jumlah 70 Sumber : Data Penelitian 2007
% 3 8,5 2,9 21,4 22,9 12,9 30 1,4 100
Pekerjaan Ibu 4 2 15 8 3 42 70
% 5 2,9 21,4 11,4 4,3 60 100
Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden 70 60,0
50 40
Ayah Ibu
30,0
30
21,4 22,9 21,4
20 10
8,5 2,9
11,4 12,9 2,9
4,3 0
0
1,4
La in -la Ti da in k be ke rja
B ur uh
P et an i
C PN W S ira sw as ta
0
P N S
Persentase (%)
60
Jenis Pekerjaan
Gambar 3 Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden
53
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Analisis Univariat 4.3.1.1 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam tingkat pendapatan keluarga yang tinggi yaitu sejumlah 39 responden (55,7%), sedangkan responden dengan tingkat pendapatan keluarga rendah sebanyak 31 responden (44,3%), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Keluarga No Pendapatan Keluarga 1 2 1 Rendah (<126.250) 2 Tinggi (≥126.250) Jumlah Sumber : Data Penelitiam 2007
Frekuensi 3 31 39 70
% 4 44,3 55,7 100,0
Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan Keluarga 55,7
Persentase (%)
60 50
44,3
40 30 20 10 0 Rendah (<126.250)
Tinggi (>= 126.250)
Tingkat Pendapatan
Grafik 4 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan Keluarga
54
4.3.1.2 Distribusi Responden menurut Tingkat Pengetahuan tentang Anemia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 48 responden (68,6%) dalam tingkat pengetahuan tentang anemia cukup, 18 responden (25,7%) dalam tingkat kurang dan 4 responden (5,7%) dalam tingkat baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Distribusi Responden menurut Tingkat Pengetahuan tentang Anemia No Pengetahuan tentang anemia 1 2 Kurang (<60%) 1 Cukup (60-80%) 2 Baik (>80%) 3 Jumlah Sumber : Data Penelitian 2007
Frekuensi 3 18 48 4 70
% 4 25,7 68,6 5,7 100,0
Distribusi Responden menurut Tingkat Pengetahuan tentang Anemia
Persentae (%)
80
68,6
60 40
25,7
20
5,7
0 Kurang (<60%) Cukup (60-80%)
Baik (>80%)
Tingkat pengetahuan
Grafik 5 Distribusi Responden menurut Tingkat Pengetahuan tentang anemia
55
4.3.1.3 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu responden memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 42 responden (60%) dan ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 28 responden (40%) (tabel 14). Tabel 14 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu No Pendidikan Ibu 1 2 1 Rendah (
Frekuensi 3 42 28 70
% 4 60 40 100
Persentase (%)
Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
60,0 40,0
Rendah (< wajar 9 tahun)
Tinggi (>= wajar 9 tahun)
Tingkat Pendidikan Ibu
Grafik 6 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu
56
4.3.1.4 Distribusi Responden menurut Tingkat Konsumsi Zat Besi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsumsi zat besi responden sebagian besar dalam kategori defisit yaitu sebanyak 56 responden (80,0), sedang sebanyak 11 responden (15,7%), kurang sebanyak 3 responden (4,3%) dan tidak ada responden dalam tingkat konsumsi zat besi baik. Tabel 15 Distribusi Responden Menurut Tingkat Konsumsi Zat Besi No Tingkat Konsumsi Fe 1 2 Defisit (<70% AKG) 1 Kurang (70-80% AKG) 2 Sedang (>80-99% AKG) 3 Baik (≥100% AKG) 4 Jumlah Sumber: Data Penelitian 2007
Frekuensi 3 56 3 11 0 70
% 4 80,0 4,3 15,7 0 100
80,0
15,7 Baik (>= 100%AKG)
0 Sedang (>80-99% AKG)
4,3 Kurang (70805 AKG)
100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
Defisit (<70% AKG)
Persentase (%)
Distribusi Responden menurut Tingkat Konsumsi Zat Besi
Tingkat Konsumsi Zat Besi
Grafik 7 Distribusi Responden Tingkat menurut Konsumsi Zat Besi
57
4.3.1.5 Distribusi Responden menurut Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal sebanyak 41 responden (58,6%); 25 responden ( 35,7 %) dalam kategori kurus dan 4 responden (5,7%) dalam kategori gemuk (tabel 16). Tabel 16 Distribusi Responden Menurut Status Gizi No 1 1 2 3
Status Gizi 2 Kurus (IMT ≤18,5) Normal (IMT >18,5-25,0) Gemuk (IMT >25,0)
Frekuensi 3 25 41 4
% 4 35,7 58,6 5,7
70
100,0
Jumlah Sumber : Data Penelitian 2007
Persentase (%)
Distribusi Responden menurut status Gizi 70 60 50 40 30 20 10 0
58,6 35,7
5,7 Kurus (IMT <= 18,5)
Normal (IMT >18,5-25,0)
Gemuk (IMT >25,0)
Status Gizi
Grafik 8 Distribusi Responden menurut Status Gizi
58
4.3.1.6 Distribusi Responden menurut Menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak sedang mengalami menstruasi pada saat pemeriksaan Hb yaitu sebanyak 50 responden (71,4%) dan yang sedang mengalami menstruasi sebanyak 20 responden ( 28,6%) (tabel 17). Tabel 17 Distribusi Responden Menurut Menstruasi No Menstruasi 1 2 1 Sedang Menstruasi 2 Tidak sedang menstruasi Jumlah Sumber : Data Penelitian 2007
Frekuensi 3 20 50 70
Distribusi Responden menurut Menstruasi
Persentase (%)
80
71,4
60 40
28,6
20 0 Sedang menstruasi
Tidak sedang menstruasi
Menstruasi
Grafik 9 Distribusi Responden menurut Menstruasi
% 4 28,6 71,4 100,0
59
4.3.1.7 Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 37 responden (52,9%) dan yang mengalami anemia sebanyak 33 responden (47,1%) (tabel 18). Tabel 18 Distribusi Responden Menurut Kejadian Anemia No Kejadian Anemia 1 2 1 Anemia 2 Tidak Anemia Jumlah Sumber : Data Penelitian 2007
Frekuensi 3 33 37 70
Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia 52,9
Persentase (%)
54 52 50 48
47,1
46 44 Anemia (Hb<12 mg)
Tidak anemia (Hb>=12mg)
Kejadian anemia
Grafik 10 Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia
% 4 47,1 52,9 100
60
4.3.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini ada 3 variabel yang dilakukan penggabungan sel dalam tabulasi silang, yaitu variabel tingkat pengetahuan tentang anemia, tingkat konsumsi zat besi dan status gizi. Penggabungan sel dilakukan supaya 3 variabel tersebut memenuhi syarat untuk uji statistik chisquare. Penggabungan tersebut meliputi: 1. Variabel tingkat pengetahuan tentang anemia dari tingkat pengetahuan tentang anemia kurang, cukup dan baik menjadi tingkat pengetahuan tentang anemia rendah (kurang) dan tinggi (penggabungan antara cukup dan baik). 2. Variabel tingkat konsumsi zat besi dari tingkat konsumsi zat besi defisit, kurang, sedang dan baik menjadi tingkat konsumsi zat besi kurang (penggabungan antara defisit dan kurang) dan tingkat konsumsi zat besi baik (penggabungan antara kategori sedang dan baik.). 3. Variabel status gizi dari status gizi kurus, normal dan gemuk menjadi status gizi tidak normal (penggabungan antara status gizi kurus dan gemuk) dan normal 4.3.2.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi responden dengan tingkat pendapatan keluarga rendah dan menderita anemia berjumlah 19 responden (61,3%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 12 responden (38,7%). Responden dengan tingkat pendapatan keluarga tinggi tetapi
61
menderita anemia berjumlah 14 responden (35,9%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 25 responden (64,1%). Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,035 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia. Tabel 19 Hubungan antara Tingkat Pendapatan keluarga dengan Kejadian Anemia Pendapatan keluarga
Kejadian Anemia Anemia
%
Total
Tidak
%
∑
P
RP
%
Rendah
19
61,3
12
38,7
31 100,0 0,035
Tinggi
14
35,9
25
64,1
39 100,0
1,707
Sumber : Data penelitian tahun 2007 4.3.2.2 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang anemia dengan Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi responden dengan tingkat pengetahuan tentang anemia rendah dan menderita anemia berjumlah 7 responden (38,9%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 11 responden (61,1%). Responden dengan tingkat pengetahuan tentang anemia tinggi tetapi menderita anemia berjumlah 26 responden (50,0%), sedangkan yang menderita anemia juga berjumlah 26 responden (50,0%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat pengetahuan tentang anemia dengan variabel kejadian anemia diperoleh p = 0,416
62
(p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia. Tabel 20 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Pengetahu an
Kejadian Anemia Anemia
%
Total
Tidak
%
∑
P
RP
0,416
0,778
%
Rendah
7
38,9
11
61,1
18 100,0
Tinggi
26
50,0
26
50,0
52 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007 4.3.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan menderita anemia berjumlah 24 responden (57,1%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 18 responden (42,9%). Frekuensi ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tetapi menderita anemia berjumlah 9 responden (32,1%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 19 responden (67,9%). Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,040 (p <0,05) yang artinya ada hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia. Tabel 21 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia Pendidikan Ibu
Kejadian Anemia Anemia
%
Total
Tidak
%
∑
RP
0,040
1,778
%
Rendah
24
57,1
18
42,9
42 100,0
Tinggi
9
32,1
19
67,9
28 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007
P
63
4.3.2.4 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden dengan tingkat konsumsi zat besi kurang dan menderita anemia berjumlah 27 responden (45,8%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 32 responden (54,2%). Responden dengan tingkat konsumsi zat besi baik tetapi menderita anemia berjumlah 6 responden (54,5%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 5 responden (45,5%). Uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,592 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia. Tabel 22 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia Konsumsi Fe
Kejadian Anemia Anemia
%
Total
Tidak
%
∑
P
RP
%
kurang
27
45,8
32
54,2
59 100,0
Baik
6
54,5
5
45,5
11 100,0
0,592
0,839
Sumber : Data penelitian tahun 2007 4.3.2.5 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden dengan status gizi tidak normal dan menderita anemia berjumlah 20 responden (69,0%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 9 responden (31,0%). Responden dengan status gizi normal tetapi menderita anemia berjumlah 13
64
responden (31,7%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 28 responden (68,3%). Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel status gizi dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,002 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan secara signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia. Tabel 23 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia Status Gizi
Kejadian Anemia Anemia
Tidak
%
Total
Tidak
%
∑
P
RP
%
20
69,0
9
31,0
29 100,0
13
31,7
28
68,3
41 100,0
0,002
2,175
normal Normal
Sumber : Data penelitian tahun 2007 4.3.2.6 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden yang sedang menstruasi dan menderita anemia berjumlah 14 responden (70,0%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 6 responden (30,0%). Responden yang tidak sedang menstruasi tetapi menderita anemia berjumlah 19 responden (38,0%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 31 responden 62,0%). Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel menstruasi dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,015 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan secara signifikan antara menstruasi dengan kejadian anemia.
65
Tabel 24 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia Menstruasi
Kejadian Anemia Anemia
%
Total
Tidak
%
∑
P
RP
%
Sedang
14
70,0
6
30,0
20 100,0
Tidak
19
38,0
31
62,0
50 100,0
0,015
1,842
Sumber : Data penelitian tahun 2007 4.3.2.7 Analisis Bivariat Keseluruhan Tabel 25 Analisis Bivariat Keseluruhan
No
Variabel
p value
RP
CI
1
Pendapatan keluarga
0,035
1,707
1,067-7,495
2
Pengetahuan tentang anemia
0,416
0,778
0,213-1,897
3
Pendidikan ibu
0,040
1,778
1,034-7,661
4
Konsumsi zat besi
0,592
0,839
0,193-2,561
5
Status gizi
0,002
2,175
1,717-13,346
6
Kejadian menstrusi
0,015
1,842
1,250-11,597
Sumber : Data penelitian tahun 2007
66
4.4 Pembahasan 4.4.1 Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia 4.4.1.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Anemia
Ekonomi keluarga merupakan faktor mendasar yang akan mempengaruhi segala aspek kehidupan. Tingkat ekonomi terkait langsung dengan daya beli keluarga, baik daya beli terhadap makanan maupun daya beli terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,035 dan RP =1,707). Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan keluarga yang rendah memiliki risiko 1,707 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yayuk Farida, dkk (2004:70) yang menyatakan bahwa perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia.
67
4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia
Tingkat pendidikan keluarga biasanya pendidikan ibu mempengaruhi status kesehatan keluarga untuk mencapai status kesehatan keluarga sehat secara optimal (Bapelkes, 2004:70). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes
(p=0.040 dan RP=1,778). Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang mempunyai ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia. Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Achmad Djaeni (1996:35) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam menyusun makanan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan rendah dikhawatirkan akan lebih sulit menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga tidak dapat menambah pengetahuan dan tidak mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan semakin tinggi pula tingkat pendidikan kesehatannya, karena tingkat pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku kesehatan. Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bila sakit dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:9).
68
4.4.1.3 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia
Masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi (Depkes RI, 1998:1). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,002 dan RP = 2,175). Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan status gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia. Status gizi didapat orang dari nutrien yang diberikan kepadanya. Ada tiga jenis kekurangan gizi, ada yang kurang secara kualitatif dan ada yang kurang secara kuantitatif, serta kekurangan keduanya. Apabila kuantitas nutrient cukup, tetapi kualitasnya kurang maka orang dapat menderita berbagai kekurangan vitamin, mineral, protein dan lain-lainnya (Juli Soemirat, 1999:68). Masalah status gizi pada remaja di Indonesia meliputi kurang zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan kurang zat gzi mikro (vitamin, mineral). Kurang zat gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus, berat badan turun, anemia dan mudah sakit (Sub Din PKM Kab. Tangerang, www.gizinet.com). Status gizi merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita, termasuk salah satunya adalah zat besi. Dimana bila status gizi tidak normal dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh juga tidak baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya anemia.
69
Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan hasil penelitian oleh Indah Indriawati yang menyatakan tidak ada hubungan antara status gizi dengan anemia. 4.4.1.4 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia
Remaja wanita membutuhkan zat besi yang digunakan untuk mengganti zat besi yang hilang bersama darah menstruasi, disamping
untuk menopang
pertumbuhan serta pematangan seksual. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara menstruasi dengan kejadaian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupatean Brebes (p= 0,015 dan RP= 1,842). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sedang mengalami menstruasai mempunyai risiko 1,842 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Arisman (2004:146) yang menyatakan bahwa remaja putri yang sudah mengalami menarche, jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak yang tidak sadar kalau darah menstruasinya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi, karena jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc, jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kirakira sama dengan 0,4-0,5 mg/hari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg/hari.
70
4.4.2 Variabel yang Tidak Berhubungan dengan Kejadian Anemia 4.4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada kenyataan bahwa status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan; setiap orang hanya akan cukup zat gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi; serta ilmu gizi memberikan
fakta-fakta
yang
perlu
sehingga
penduduk
dapat
belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 2003:25). Meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah sangat penting. Hal ini berarti bahwa masing-masing individu di dalam masyarakat seyogianya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap cara-cara pemeliharaan kesehatannya (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:26). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden memiliki tingkat pengetahuan tentang anemia yang tinggi yaitu sejumlah 52 responden atau 74,3 % dari total sampel. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,416). Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Suhardjo (2003:25) yang menyatakan penyebab penting dari gangguan gizi
71
adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi terebut dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan tentang anemia yang tinggi tetapi tidak disertai dengan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak akan berpengaruh pada keadaan gizi individu tersebut merupakan faktor penyebab tidak ada hubungannya antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 4.4.2.2 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Rendahnya intake zat besi kedalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia. Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya (Mery E Beck, 2000:197). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat konsumsi zat besi kurang yaitu sejumlah 59 responden atau 84,3% responden dari total sampel, dengan 27 responden yang menderita anemia, sedangakan 32 responden tidak menderita anemia. Hasil uji statistik menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,592). Konsumsi protein hewani dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Protein merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan untuk penyerapan
72
zat besi. Dengan rendahnya konsumsi protein maka dapat menyebabkan rendahnya penyerapan zat besi oleh tubuh. Keadaan ini dapat mengakibatkan tubuh kekurangan zat besi dan dapat menyebabkan anemia atau penurunan kadar Hb. Rendahnya konsumsi zat besi responden antara lain disebabkan karena masih rendahnya kemampuan keluarga responden untuk menyajikan sumber zat besi khususnya protein hewani dalam menu makanan sehari-hari. Selain itu konsumsi makanan responden yang masih monoton, kebiasaan responden mengkonsumsi mie instan yang hampa zat gizi, kebiasaan responden moci (minum air teh) setelah makan merupakan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya konsumsi dan penyerapan zat besi dalam tubuh responden. Tidak adanya hubungannya antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia dalam penelitian ini antara lain disebabkan oleh masih rendahnya penyerapan zat besi dalam tubuh (adanya kebiasaan minum teh setelah makan, masih kurangnya konsumsi protein hewani) responden dan kurangnya waktu recall konsumsi makanan. Hasil penelitian yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes ini ternyata hampir sama dengan hasil penelitian Agustina Indika yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kadar Hb.
73
4.5 Kelemahan Penelitian
1. Pengumpulan data recall konsumsi makanan sangat mengandalkan ingatan responden dan dapat menimbulkan bias karena kadang dapat dilebih-lebihkan atau bisa juga dikurang-kurangi. 2. Kurangnya waktu recall konsumsi makanan responden. 3. Hasil konsumsi makanan hanya zat besi yang dianalisis, untuk peneliti selanjutnya diharapkan zat-zat gizi lainnya yang juga berpengaruh terhadap penyerapan zat besi dan kejadian anemia seperti protein, vitamin C, vitamin B12, kebiasaan minum teh dan kopi setelah makan dan lainnya diharapkan ikut dianalisis.
74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia pada
remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan jatibarang,
Kabupaten Brebes. 2. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada
remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan
jatibarang, Kabupaten Brebes. 3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan jatibarang, Kabupaten Brebes. 4. Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 5. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. 6. Ada hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
75
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan adalah : 5.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja putri di Kabupaten Brebes. Supaya lebih luas dalam menyebarkan informasi tentang anemia pada remaja putri, misalkan dengan melakukan penyuluhan di sekolah tentang hal-hal yang berkaitan dengan kejadian anemia, yang dilaksanakan secara berkesinambungan. DKK Brebes dapat bekerja sama dengan UKS untuk melakukan pemantauan status gizi dengan cara menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan siswi secara rutin. 5.2.2 Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya agar menambah waktu recall konsumsi makanan untuk mengetahui konsumsi zat besi, supaya hasilnya lebih representatif dan diharapkan juga dapat menganalisis zat-zat gizi selain zat besi yang dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh. 5.2.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES hendaknya dapat berpartisipasi dalam upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja putri, misalnya dengan melakukan penyebaran informasi tentang anemia pada remaja putrid, melalui penyuluhan tentang anemia pada remaja putri.
76
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Profesi Di Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat. Anie Kurniawan. 2005. Remaja Putri di Kab. Tangerang Menderita Anemia: http://www.gizi.net.com. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Hdup. Jakarta : EGC. Arlinda Sari. 2004. Anemia Defisiensi Besi Pada Balita: http://www.google.com Bambang Tri. 2007. Anemia Defisiensi Besi pada Anak Sekolah: http://www.suara merdeka.com. Bapelkes Salaman. 2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas. Magelang : Podorejo Offset. Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta : Ditjen Gizi. . 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri Wanita Usia Subur dan Calon Pengantin. Jakarta : Depkes RI . 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta : Depkes RI. DKK Kab. Brebes. 2006. Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri/ WUS. Brebes : DKK Brebes. Dinkes Propinsi Jawa Timur dan IAKMI Pusat. 2000. Survei Data Dasar Pengetahuan, sikap dan perilaku WUS tentang Anemia dan TTD Di 10 Lokasi SMPFA di Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Surabaya : Dinkes Propinsi Jawa Timur dan IAKMI. FIK Unnes. 2006. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1. Semarang : Unnes. Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Etisa
Adi. 2006. Anemia Defisiensi http://www.suaramerdeka.com.
Besi,
Kekurangan
I Dewa Nyoman. S. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Zat
Besi.
77
Juli Soemirat. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press. Bupati Brebes. 2000. Instruksi Bupati Brebes tentang Penanggulangan Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Brebes: Bupati Brebes. Mary E. Beck. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. Med Ali,dkk. Siklus Menstruasi dan Gangguan Haid. Jakarta : FKUI Mohamad Harli. 1999. Mengatasi http://www.indomedia.com.
Penyebab
Anemia
Kurang
Besi:
Mohamad Sadikin. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Wydia Medika. M. Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT ARKANS. S.A Nugraheni, dkk. 2000. Info Anemia Gizi. Semarang: FKM Undip. Pandji Anoraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Singgih Santoso. 2004. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sjahmin Moeji. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas sinar Sinanti. Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Pusat : Rineka Cipta. . 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta Pusat : Rineka Cipta Soetjingsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Sudigdo Sastroasmoro. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klnis. Jakarta : Sagung Seto. Suharjdo. 2003. Berbagai Cara Pendidiksn Gizi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta.
78
Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Ikapi. Stanley Lemeshow. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
79
80
81
82
83
84
85
86
87
Lampiran 4
KUESIONER PENJARING FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 KEC. JATIBARANG KAB.BREBES T.A 2006/2007
Kode Responden
:
Tanggal Wawancara : Identitas Responden 1) Nama
:
2) Umur
:
3) Kelas
:
4) Alamat
:
Kecamatan
:
Petunjuk pengisian kuesioner: 1. Bacalah petunjuk pengisian kuesioner 2. Sebelum menjawab pertanyaan, terlebih dahulu isilah identitas anda dengan lengkap. 3. Bacalah masing-masing pertanyaan dengan teliti. 4. Jawablah pertanyaan dengan runtut dan jelas. 5. Berilah tanda lingkaran pada jawaban yang paling tepat dan sesuai dengan keadaan anda sebenarnya. 6. Jawablah semua pertanyaan tanpa ada yang terlewatkan (kecuali ada pengecualian). 7. Bila kurang jelas tanyakan langsung pada pewawancara. 8. Selamat mengisi dan terima kasih.
88
1. Apakah anda sudah mengalami menstruasi? a. Sudah b. Belum 2. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan nyeri perut sebelah atas yang disertai rasa mual atau nyeri ulu hati? a. Ya b. Tidak 3. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan nyeri lambung, perih, panas dan sakit pada perut serta rasa perut kosong dan lapar? a. Ya b. Tidak 4. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan buang air besar yang sering (lebih dari 3 kali sehari), faeces cair dan berlendir? a. Ya b. Tidak 5. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami kehilangan darah yang terlalu banyak (misal akibat trauma atau kecelakaan)? a. Ya b. Tidak 6. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan rasa gatal yang hebat pada anus (biasanya pada malam hari), nafsu makan berkurang dan berat badan menurun? a. Ya b. Tidak 7. Apakah anda sering demam dan menggigil? a. Ya b. Tidak 8. Apakah anda kos? a. Ya b. Tidak 9. Apakah anda seorang atlet?
89
a. Ya (Sebutkan....................................) b. Tidak
90
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 KEC. JATIBARANG KAB. BREBES T.A 2006/2007
Kode Responden
:
Tanggal Wawancara : Pewawancara
:
Jam Wawancara
:
s.d
Petunjuk pengisian kuesioner: 9. Bacakan petunjuk pengisian kuesioner 10.
Sebelum memulai pertanyaan, terlebih dahulu tanyakan dan catat identitas
responden dengan lengkap. 11.
Bacakan masing-masing pertanyaan dengan teliti.
12.
Jawablah pertanyaan dengan runtut dan jelas.
13.
Berilah tanda lingkaran pada jawaban yang paling tepat dan sesuai dengan
keadaan anda sebenarnya. 14.
Jawablah semua pertanyaan tanpa ada yang terlewatkan (kecuali ada
pengecualian). 15.
Bila kurang jelas tanyakan langsung pada pewawancara.
16.
Selamat mengisi dan terima kasih.
A. Identitas Responden 5) Nama
:
6) Kelas
:
7) Umur (Tanggal lahir)
:
8) Alamat
:
Kecamatan
:
91
B. Karakteristik Orang Tua 5) Pekerjaan ayah 1. PNS
6. Buruh
2. ABRI
7. Pensiunan
3. Pegawai swasta
8. Tidak bekerja
4.Wiraswasta
9. Lain-lain, sebutkan ...................
5. Petani 6) Pekerjaan inu 1. PNS
5. Buruh
2. Pegawai swasta
6. Pensiunan
3. Wiraswasta
7. Tidak bekerja/ IRT
4. Petani
8. Lain-lain, sebutkan ...................
7) Jumlah anggota keluarga/anak yang ditanggung ortu, sebutkan .....................
C. Pendapatan Keluarga 8) Pendapatan keluarga per bulan Orang tua
Pendapatan/bulan (Rp)
Ayah Ibu
D. Pengetahuan Tentang Anemia 9) Apakah itu anemia? 1. tidak tahu 2. Darah rendah 3. Kurang darah 4. Rendahnya kadar Hb dalam darah dibawah kadar normal 10) Apa salah satu penyebab seseorang dapat menderita anemia? 1. Tidak tahu 2. Kurang makan sayuran hijau 3. Kurang makan 4. Kurang makan makanan kaya zat besi
92
11) Kenapa remaja putri dan ibu hamil sering menderita anemia? 1. tidak tahu 2. Karena haid setiap bulan 3. Kurang mengkonsumsi makanan kaya besi 4. Kebutuhan wanita dan ibu hamil lebih tinggi dari pria 5. Jawaban No. 2-4 12) Apakah tanda-tanda anemia? 1. Tidak tahu 2. Lesu 3. Lemah 4. Letih 5. Lelah 6. Lalai 7. 5L 13) Siapa yang sering menderita anemia? 1. Tidak Tahu 2. Remaja putra 3. Balita 4. Remaja Putri/Wanita Usia subur 5. Ibu Hamil 6. Orang tua 7. No 3-6 14) Bagaimana cara mencegah seseorang agar tidak menderita anemia? 1. Tidak Tahu 2. Banyak mengkonsumsi makanan protein hewani 2.Banyak makan sayuran hijau 3.Minum tablet tambah darah 4.Banyak makan sayuran hijau dan protein hewani 5.Menjawab No 2- 4 15) Apa yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh? 1. Tidak tahu
93
2. Vitamin C, air jeruk 3. Teh 4. Kopi 5. Susu 6. Menjawab No 3-5 16) Bahan makanan kaya zat besi yang lebih mudah diserap tubuh? 1. tidak tahu 2. Daging, ikan 3. Kangkung, bayam, tempe, tahu 17) Penyakit apa yang dapat menyebabkan terjadinya anemia? 1. Tidak tahu 2. Demam, hemofilia 3. Malaria, cacingan
E. Pendidikan Ibu 18) Apa pendidikan terakhir ibu anda? 1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD 4. Tamat SMP 5. Tamat SMA 6. Tamat Akademik (D1. D2, D3) 7. Tamat Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)
F. Konsumsi Zat Besi 19) Formulir Recall 2x24 Jam Petunjuk pengisian: - Tanyakan dan catat semua makanan, buah, snack yang responden konsumsi (makan) dan minuman yang diminum pada 2 hari secara berselang-seling, bila antara hari tersebut responden berpuasa maka tanyakan konsumsi pada hari sebelum responden berpuasa.
94
- Kemudian
tanyakan
jenis
bahan
makanan
yang
menyusun
masakan/makanan tersebut (contoh: nama masakan sayur sop, bahan makanan penyusun: wortel, kentang, kubis. Nama minuman teh manis, bahan penyusun gula pasir dll). - Tanyakan dan catat seberapa banyak responden mengkonsumsinya dalam ukuran rumah tangga : sendok, piring, butir, potong, gelas dll (contoh: nasi sebanyak 1 piring, tempe 1 potong, gula 1 sendok makan). - Tanyakan secara detail dan lengkap jangan sampai ada yang terlewatkan. Hari
Waktu Makan
I.
Makan Pagi
Makanan selingan (snack)
Makan Siang
Nama Masakan & Minuman
jenis bahan makanan
Ukuran URT Gram
95
Makanan selingan (Snack)
Makan malam
II.
Makan Pagi
Makanan selingan (Snack)
96
Makan Siang
Makanan selingan (Snack)
Makan Malam
97
G. Kebiasaan Makan (penunjang) 20) Berapa kali frekuensi makan dalam sehari? 1.1 kali sehari 1. 2 kali sehari 2. 3 kali sehari 21) Apakah ada pantangan terhadap makanan tertentu? 1. Ya, (sebutkan........................................................) 2. tidak 22) Apakah anda melakukan diet penurunan berat badan/untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap langsing? 1. Ya, sebutkan caranya.............................................. 2. Tidak 23) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi buah kaya Vitamin C (jeruk, nanas dll)? 1. Tidak (Lanjutkan ke pertanyaan No. 25). 2. Ya 24) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi sayuran hijau? 1. Tidak 2. Ya 25) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi protein hewani? 1. Tidak 2. Ya
H. Status Gizi 26) Hasil pengukuran : Berat Badan
:
Tinggi Badan : IMT =
Kg Cm =
Meter
BB( Kg ) = TB (m) 2
1. Kurus
: IMT ≤ 18,5
2. Normal
: IMT >18,5 – 25,0
98
3. Gemuk
: IMT > 25,0
I. Aktivitas Fisik
27) Recall Aktivitas Petunjuk pengisian : - Tanyakan dan catat aktivitas sehari-hari responden dari bangun tidur sampai tidur kembali dan lama aktivitas yang dilakukan responden ( isi daftar dibawah) - Bila jenis aktivitas yang tercantum dibawah kurang lengkap, mahon untuk dilengkapi. No
Waktu
Kegiatan
(Jam)
Lama Menit
Bangun tidur Bantu-bantu di rumah (sebutkan) Mandi, makan pagi Berangkat Jalan kaki Naik sepeda i.
Motor/ angkutan umum/ mobil pribadi
Belajar di sekolah Isrirahat di sekolah Pulang sekolah Makan siang Tidur Nonton TV Nyuci baju Nyuci piring Menyapu Kegiatan ekstrakulikuler
Jam
99
Les mata pelajaran Olahraga Santai di rumah Mandi Makan malam Belajar di rumah Tidur
J. Menstruasi
28) Apakah ketika dilakukan pemeriksaan Hb anda sedang menstruasi? 1. Tidak 2. Ya 29) Bagaimana frekuensi menstruasi anda? 1.2-3 bulan sekali 2.Sebulan dua kali 3.Sebulan sekali 30) Berapa hari lama menstruasi anda? 1. < 3 hari 2. >7 hari 3. 3-7 hari
100
K. Kejadian Anemia
31) Hasil pemeriksaan Hb: 1. Anemia
g%
: Hb < 12 g %
2. Tidak anemia : Hb ≥ 12 g %
TERIMA KASIH
101
Lampiran 6
Rekap Skoring Uji Coba Kuesioner Pengetahuan
No R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
P1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1
P3 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2
P4 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2
P5 1 2 2 1 0 0 2 2 0 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2
P6 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
P7 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1
P8 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
P9 0 1 2 1 0 0 0 0 2 1 1 1 2 0 1 0 1 1 0 1
TOTAL 7 17 18 12 7 8 12 12 13 10 14 14 15 12 12 12 14 16 11 13
102
Lampiran 7
Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan tentang Anemia Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded Total
a
20 0 20
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Correlations Correlations Total P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
Total
**.
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Correlation is significant at the 0.01 level (2 il d)
.583** .007 20 .589** .006 20 .622** .003 20 .639** .002 20 .686** .001 20 .599** .005 20 .589** .006 20 .668** .001 20 .675** .001 20 1 . 20
103
Lampiran 8 Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan tentang Anemia Case Processing Summary N Cases
a.
Valid Excluded Total
% 20 0 20
a
100.0 .0 100.0
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .792
9
Item Statistics Mean P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1.10 1.25 1.60 1.65 1.30 1.85 1.25 1.70 .75
Std. Deviation .308 .444 .503 .671 .733 .366 .444 .470 .716
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item-Total Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
Scale Mean if Item Deleted 11.35 11.20 10.85 10.80 11.15 10.60 11.20 10.75 11.70
Scale Variance if Item Deleted 7.818 7.432 7.187 6.695 6.345 7.621 7.432 7.145 6.432
Corrected Item-Total Correlation .508 .478 .500 .473 .516 .510 .478 .565 .507
Scale Statistics Mean 12.45
Variance 8.787
Std. Deviation 2.964
N of Items 9
Cronbach's Alpha if Item Deleted .777 .774 .770 .776 .772 .773 .774 .763 .773
104
Lampiran 9 REKAP DATA HASIL PENELITIAN No-R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Kelas X.1 X.2 X.2 X.2 X.2 X.2 X.3 X.3 X.3 X.3 X.3 X.4 X.4 X.4 X.4 X.4 X.4 X.5 X.5 X.5 X.5 XI.A1 XI.A1 XI.A1 XI.A1 XI.A1 XI.A2 XI.A2 XI.A2 XI.A2 XI.S1 XI.S1 XI.S1 XI.S1 XI.S1 XI.S1 XI.S2 XI.S2 XI.S2 XI.S2 XI.S2 XII.A1 XII.A1
Umur 15 16 15 16 17 16 16 16 15 17 17 16 15 17 16 17 16 16 17 16 15 17 16 17 17 17 17 17 17 16 17 17 18 17 16 17 17 18 18 17 18 17 18
Pekerjaan Ayah Wiraswasta Wiraswasta PNS Wiraswasta petani CPNS CPNS Wiraswasta Lain-lain petani Lain-lain Petani Petani Buruh Petani Lain-lain Wiraswasta PNS PNS Wiraswasta Tidak bekerja Lain-lain Buruh Lain-lain Lain-lain Petani Wiraswasta Lain-lain Wiraswasta Buruh petani Lain-lain Lain-lain PNS PNS Lain-lain petani petani petani Buruh petani Lain-lain Lain-lain
Pekerjaan Ibu IRT wiraswasta IRT wiraswasta wiraswasta wiraswasta IRT wiraswasta Petani Petani Buruh IRT wiraswasta PNS IRT IRT wiraswasta Lain-lain IRT IRT PNS IRT IRT IRT IRT petani IRT wiraswasta wiraswasta wiraswasta petani IRT IRT IRT IRT IRT petani petani IRT Lain-lain petani IRT IRT
Jumlah anak 1 3 3 5 2 2 3 2 3 5 1 2 2 3 4 2 5 4 2 2 3 6 3 4 1 5 1 2 3 1 2 1 2 2 4 2 4 3 4 2 1 3 3
Perkapita Kab.Brebes (UMR/4) 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250
105
No-R 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
No-
Kelas XII.A1 XII.A1 XII.A2 XII.A2 XII.A2 XII.A2 XII.A2 XII.S1 XII.S1 XII.S1 XII.S1 XII.S1 XII.S2 XII.S2 XII.S2 XII.S2 XII.S2 X.1 X.1 X.1 X.1 X.1 X.2 X.2 X.2 X.2 X.2
Pendapatan
Umur 17 18 17 18 17 17 18 18 18 17 17 18 17 17 18 17 17 16 16 17 16 17 16 16 17 16 16
Pekerjaan Ayah Pedagang Lain-lain Lain-lain petani Wiraswasta petani Wiraswasta Wiraswasta Petani petani Lain-lain Lain-lain Lain-lain Wiraswasta Buruh Lain-lain petani Lain-lain Buruh Buruh Buruh Lain-lain wiraswasta wiraswasta Lain-lain Buruh Wiraswasta
Pendapatan
Coding
Pekerjaan Ibu IRT Buruh IRT wiraswasta IRT petani IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT Buruh wiraswasta wiraswasta wiraswasta IRT IRT IRT
Jumlah skor
Jumlah anak 4 3 3 2 1 1 1 3 2 1 2 4 1 2 2 3 3 2 3 3 1 1 2 2 3 4 2
%
Perkapita Kab.Brebes (UMR/4) 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250 126250
Coding
Coding
106
R
keluarga/bln
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
450.000 1.000.000 2.000.000 500.000 750.000 1.000.000 500.000 750.000 1.000.000 650.000 450.000 500.000 800.000 1.000.000 500.000 1.000.000 525.000 1.500.000 1.500.000 500.000 1.500.000 700.000 300.000 700.000 700.000 530.000 1.000.000 450.000 500.000 900.000 400.000 2.500.000 700.000 1.500.000 1.200.000 500.000 600.000 600.000 500.000 750.000 350.000 650.000 800.000 750.000 500.000 1.000.000
keluarga (perkapita) 150.000 200.000 400.000 71.429 187.500 250.000 100.000 187.500 200.000 92.857 150.000 125.000 200.000 200.000 83.333 250.000 75.000 250.000 375.000 125.000 300.000 87.500 60.000 116.667 233.333 75.714 333.333 112.500 100.000 300.000 100.000 833.333 175.000 375.000 200.000 125.000 100.000 120.000 83.333 187.500 116.667 130.000 160.000 125.000 100.000 200.000
1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1
Pengetahuan
Pengetahuan
16 15 9 12 14 12 11 13 11 11 12 14 11 14 11 11 15 14 12 11 12 12 12 11 12 11 12 13 12 13 12 11 10 10 10 8 8 7 14 10 14 8 11 13 12 10
89 83 50 67 78 67 61 72 61 61 67 78 61 78 61 61 83 78 67 61 67 67 67 61 67 61 67 72 67 72 67 61 56 56 56 44 44 39 78 56 78 44 61 72 67 56
awal 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0
pengetahuan penggab 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0
107
NoR 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Pendapatan keluarga/bln 300.000 545.000 600.000 650.000 500.000 450.000 500.000 475.000 1.500.000 700.000 1.000.000 550.000 400.000 500.000 650.000 650.000 400.000 600.000 400.000 2.000.000 300.000 1.000.000 500.000 500.000
Pendapatan keluarga (perkapita) 75.000 181.667 200.000 216.667 100.000 112.500 166.667 118.750 250.000 233.333 250.000 137.500 80.000 100.000 162.500 130.000 80.000 200.000 133.333 500.000 75.000 200.000 83.333 125.000
Coding 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0
Jumlah skor Pengetahuan 9 12 10 12 6 11 7 14 12 13 15 7 13 8 12 14 11 13 7 14 12 12 9 11
% Pengetahuan 50 67 56 67 33 61 39 78 67 72 83 39 72 44 67 78 61 72 39 78 67 67 50 61
Coding awal 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
Coding pengetahuan penggab 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
108
No-R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Pendidikan Ibu SMP SMP PT TDK TMT SD SD SMA PT SD SMP TDK SKLH SD SD PT TDK TMT SD TDK TMT SD SD SD SMP SMP SD PT TDK TMT SD TDK TMT SD SMP TDK SKLH SD SMA SD SD SMP SD SD SMP SMP SD SMA TDK SKLH TDK TMT SD SD SD
1 1 1
Konsumsi Fe 2 hari 7,25 9,26 29,60
Konsumsi Fe ratarata 3,63 4,63 14,00
TB 159,1 159,5 159
BB 44 48 44
BB ideal 46 50 46
AKG 18,17 24,00 18,17
0 0 1 1 0 1
35,40 6,68 45,20 40,10 15,10 33,60
17,70 3,34 22,60 20,05 7,55 16,80
154,2 155 151 147,5 156,5 154,6
44 55 54 49 52 48
50 50 50 50 50 46
22,00 27,50 27,00 24,50 26,00 19,83
0 0 0 1
9,17 7,86 38,70 11,80
4,59 3,93 19,35 5,90
154 164,4 154,8 157,5
39 60 48 46
50 50 50 46
19,50 30,00 24,00 19,00
0
6,22
3,11
155,5
47
50
23,50
0 0 0 1 1 0 1
6,75 8,43 4,99 4,82 11,50 3,00 8,83
3,38 4,22 2,50 2,41 5,75 1,50 4,42
160 153 155 150 155 153 153
41 41 49 41 29,5 41 47
50 50 50 50 50 50 46
20,50 20,50 24,50 20,50 14,75 20,50 19,41
0
32,50
15,50
153
40
50
20,00
0 1
35,00 7,54
17,50 3,77
152 142
48 39
50 50
24,00 19,50
0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1
2,97 9,82 40,30 6,88 7,52 33,90 32,90 7,00 5,10 10,80 5,83 11,70
1,49 4,91 20,15 3,44 3,76 16,95 16,45 3,50 2,55 5,40 2,92 5,85
154,5 150 153 159,5 154,5 145,5 147,5 157,5 149 151 152,5 163
50 42 50 46 49 42 41 49 58 56 43 71
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
25,00 21,00 25,00 23,00 24,50 21,00 20,50 24,50 29,00 28,00 21,50 35,50
0
9,38
4,69
157
64
50
32,00
0 0 0
5,32 5,24 5,34
2,66 2,62 2,67
152,7 158,3
37 52
50 50 50
18,50 26,00 20,00
coding pendidikan ibu
109
No-R 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Pendidikan Ibu SD SD SMP SD SMA TDK TMT SD SMP SMA SD SD SD TDK TMT SD SMP SD SD SMP SD SMP SMP SMP SMA SD SMP TDK TMT SD SD SD SD SD TDK TMT SD SMA
0 0 1 0 1
Konsumsi Fe 2 hari 7,01 8,74 9,18 6,79 7,29
Konsumsi Fe ratarata 3,51 4,37 4,59 3,40 3,65
TB (Cm) 155,6 152,5 150 161,5 156,9
BB (Kg) 42 55 43 50 45
BB ideal 50 50 50 50 50
AKG 21,00 27,50 21,50 25,00 22,50
0 1 1 0 0 0
7,12 8,10 31,87 7,58 37,00 5,26
3,56 4,05 15,94 3,79 18,50 2,63
156,4 153,9 157,8 157 154 160
40 46 39 50 46 52
50 50 50 50 50 50
20,00 23,00 19,50 25,00 23,00 26,00
0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1
4,97 6,72 5,01 9,15 8,94 7,02 6,59 4,93 8,73 6,91 7,99 33,20
2,49 3,36 2,51 4,58 4,47 3,51 3,30 2,47 4,37 3,46 4,00 16,60
163 147 144,5 152,5 150,2 152,5 158 160 155,5 157 151 149,5
49 40 39 51 44 51 48 50 49 49 42 40
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
24,50 20,00 19,50 25,50 22,00 25,50 24,00 25,00 24,50 24,50 21,00 20,00
0 0 0 0 0
7,98 6,17 8,14 8,84 7,51
3,99 3,09 4,07 4,42 3,76
154,5 162,5 147 155 152
48 47 42 43 46
50 50 50 50 50
24,00 23,50 21,00 21,50 23,00
0 1
5,36 8,73
2,68 4,37
158,5 154,2
53 66
50 50
26,50 33,00
coding pendidikan ibu
110
No-R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
% Tingkat Konsumsi Fe 19,95 19,29 77,03 80,45 12,15 83,70 81,84 29,04 84,74 23,51 13,10 80,63 31,05 13,23 16,46 20,56 10,18 11,76 38,98 7,32 22,74 77,50 72,92 19,33 5,94 23,38 80,60 14,96 15,35 80,71 80,24 14,29 8,79 19,29 13,56 16,48 14,66 14,38 10,08 13,35 16,69 15,89 21,35 13,58 16,20 17,80
Coding % Tingkat konsumsi Fe 0 0 1 2 0 2 1 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Coding Konsumsi Fe penggab 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Status gizi (IMT) 17,4 18,9 17,4 18,5 22,9 23,7 22,5 21,2 20,1 16,4 22,2 20,0 18,5 19,4 16,0 17,5 20,4 18,2 12,3 17,5 20,1 17,1 20,8 19,3 20,9 18,7 21,4 18,1 20,5 19,8 18,8 19,8 26,1 24,6 18,5 26,7 26,0 15,9 20,8 17,9 17,3 23,6 19,1 19,2 18,3 16,4
Coding status gizi 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 0 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 0
Coding status gizi penggab 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0
111
No-R 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
% Konsumsi Fe 17,61 81,72 15,16 80,43 10,12 10,14 16,80 12,85 17,94 20,32 13,76 13,73 9,86 17,82 14,10 19,02 83,00 16,63 13,13 19,38 20,56 16,33 10,11 13,23
Coding konsumsi Fe 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
Coding Konsumsi Fe penggab 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Status gizi (IMT) 19,4 15,7 20,3 19,4 20,3 18,4 18,5 18,7 21,9 19,5 21,9 19,2 19,5 20,3 19,9 18,4 17,9 20,1 17,8 19,4 17,9 19,9 21,1 27,8
Coding status gizi 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 2
Coding status gizi penggab 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0
112
No-R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Kejadianmenstruasi tdk menstruasi mestruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi mestruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi menstruasi menstruasi menstruasi menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi
Coding kejadian menstruasi 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
Kejadian anemia (Hb) 11,8 16,2 11,9 11,7 14,1 16,9 9,5 13,6 15,5 14,3 17,3 13,5 13,7 16,9 9 11,4 10,8 11,5 14,3 8,7 14,4 10,8 11,2 13,9 16,1 11,8 11,6 11 11,5 10,7 13,2 12,6 13,5 13,3 11,8 14,7 14,1 11,5 10,5 15,8 11,2 12,9 12,1 13,3 11,8 11,1
Coding kejadian anemia 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0
113
No-R 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Kejadianmenstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tidak menstruai menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi tdk menstruasi menstruasi menstruasi tdk menstruasi menstruasi tdk menstruasi menstruasi menstruasi
Coding kejadian menstruasi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
Kejadian anemia (Hb) 13,1 11,1 10,8 11,1 16,2 10,4 12 11,1 9,2 13,1 12 15 13,6 13,8 13,4 11,5 14,6 14,8 10 12,7 10,7 13,5 10,9 10,4
Coding kejadian anemia 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0
114
Lampiran 10
Analisis Data Hasil Penelitian 1. Variabel Tingkat Pendapatan Keluarga Case Processing Summary
N Tingkat pendapatan keluargavresponden
Cases Missing N Percent
Valid Percent 70
100,0%
0
,0%
Total Percent
N
70
100,0%
Descriptives Tingkat pendapatan keluargavresponden
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Statistic 177624,99 149334,31
Lower Bound Upper Bound
Std. Error 14181,179
205915,66
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
162999,79 143750,00 1,4E+10 118648,3 60000 833333 773333 100000 2,974 13,142
,287 ,566
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Tingkat pendapatan keluargavresponden
,197
a. Lilliefors Significance Correction
70
,000
Statistic ,732
Shapiro-Wilk df 70
Sig. ,000
115
Tingkat pendapatan keluarga responden * Kejadian anemia pada responden Crosstab Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 19 12 14,6 16,4
Tingkat pendapatarendah(<126.250 Count keluarga responde Expected Count % within Tingkat pendapatan keluarga responden % within Kejadian anemia pada respond % of Total Tinggi (>= 126.25 Count Expected Count % within Tingkat pendapatan keluarga responden % within Kejadian anemia pada respond % of Total Total Count Expected Count % within Tingkat pendapatan keluarga responden % within Kejadian anemia pada respond % of Total
Total 31 31,0
61,3%
38,7%
100,0%
57,6%
32,4%
44,3%
27,1% 14 18,4
17,1% 25 20,6
44,3% 39 39,0
35,9%
64,1%
100,0%
42,4%
67,6%
55,7%
20,0% 33 33,0
35,7% 37 37,0
55,7% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
Value 4,469b 3,508 4,511
4,405
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,035 ,061 ,034
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,053
,030
,036
70
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,61.
116
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value ,253 ,253 ,245 70
Approx. Sig. ,035 ,035 ,035
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper
Value Odds Ratio for Tingkat pendapatan keluarga responden (rendah(<126.250) / Tinggi (>= 126.250)) For cohort Kejadian anemia pada responden = Anemia (Hb <12 mg) For cohort Kejadian anemia pada responden = Tdk anemia (Hb >=12 mg) N of Valid Cases
2,827
1,067
7,495
1,707
1,031
2,827
,604
,366
,997
70
2. Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Case Processing Summary
N Tingkat pengetahuan tentang anemi responde
Valid Percent 70
100,0%
Cases Missing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 70
100,0%
117
Descriptives Tingkat pengetahuan tentang anemi responden
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Statistic 63,64 60,74
Lower Bound Upper Bound
Std. Error 1,455
66,55
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
63,94 67,00 148,291 12,177 33 89 56 16 -,496 -,021
,287 ,566
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Tingkat pengetahuan tentang anemi responden
,157
a. Lilliefors Significance Correction
70
,000
Statistic ,951
Shapiro-Wilk df 70
Sig. ,008
118
Sebelum Penggabungan Sel Tingkat pengetahuan remaja tentang anemia * Kejadian anemia pada responden Crosstab
Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) remaja tentang anemia
Total
Count Expected Count % within Tingkat pengetahuan remaja tentang anemia % within Kejadian anemia pada responden % of Total Cukup (60-80%) Count Expected Count % within Tingkat pengetahuan remaja tentang anemia % within Kejadian anemia pada responden % of Total Baik (>80%) Count Expected Count % within Tingkat pengetahuan remaja tentang anemia % within Kejadian anemia pada responden % of Total Count Expected Count % within Tingkat pengetahuan remaja tentang anemia % within Kejadian anemia pada responden % of Total
Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 7 11 8,5 9,5
Total 18 18,0
38,9%
61,1%
100,0%
21,2%
29,7%
25,7%
10,0% 24 22,6
15,7% 24 25,4
25,7% 48 48,0
50,0%
50,0%
100,0%
72,7%
64,9%
68,6%
34,3% 2 1,9
34,3% 2 2,1
68,6% 4 4,0
50,0%
50,0%
100,0%
6,1%
5,4%
5,7%
2,9% 33 33,0
2,9% 37 37,0
5,7% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
119
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,662a ,668
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,718 ,716
1
,468
df
,527 70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,89.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value ,097 ,097 ,097 70
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Tingkat pengetahuan remaja tentang anemia (Kurang (<60%) / Cukup (60-80%))
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Approx. Sig. ,718 ,718 ,718
120
Setelah Penggabungan Sel Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel * Kejadian anemia pada responden gkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel * Kejadian anemia pada responden Crosstabulatio
Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel
Total
Rendah ( kurang <60%) Count Expected Count % within Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel % within Kejadian anemia pada responden % of Total Tinggi (Cukup+baik Count >=60%) Expected Count % within Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel % within Kejadian anemia pada responden % of Total Count Expected Count % within Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel % within Kejadian anemia pada responden % of Total
Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 7 11 8,5 9,5
Total 18 18,0
38,9%
61,1%
100,0%
21,2%
29,7%
25,7%
10,0% 26 24,5
15,7% 26 27,5
25,7% 52 52,0
50,0%
50,0%
100,0%
78,8%
70,3%
74,3%
37,1% 33 33,0
37,1% 37 37,0
74,3% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction a Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,662b ,292 ,668
,653
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,416 ,589 ,414
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,585
,296
,419
70
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,49.
121
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value -,097 ,097 ,097 70
Approx. Sig. ,416 ,416 ,416
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper
Value Odds Ratio for Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel (Rendah ( kurang <60%) / Tinggi (Cukup+baik >=60%)) For cohort Kejadian anemia pada responden = Anemia (Hb <12 mg) For cohort Kejadian anemia pada responden = Tdk anemia (Hb >=12 mg) N of Valid Cases
,636
,213
1,897
,778
,410
1,475
1,222
,773
1,932
70
3. Tingkat Pendidikan Ibu Case Processing Summary
N Tingkat pendidikan ibu responden_
Valid Percent 70
100,0%
Cases Missing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 70
100,0%
122
Descriptives Tingkat pendidikan ibu responden_
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Statistic 2,3857 2,1095
Lower Bound Upper Bound
Std. Error ,13845
2,6619
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
2,3651 2,0000 1,342 1,15837 ,00 5,00 5,00 1,00 ,344 ,127
,287 ,566
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Tingkat pendidikan ibu responden_
,230
a. Lilliefors Significance Correction
70
,000
Statistic ,917
Shapiro-Wilk df 70
Sig. ,000
123
Tingkat pendidikan ibu responden * Kejadian anemia pada responden Crosstab
Tingkat pendidik Rendah (< wajar 9 tahCount ibu responden Expected Count
Total
Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) Total 24 18 42 19,8 22,2 42,0
% within Tingkat pendidikan ibu responden % within Kejadian anemia pada respon % of Total Tinggi ( >= Wajar 9 ta Count Expected Count % within Tingkat pendidikan ibu responden % within Kejadian anemia pada respon % of Total Count Expected Count % within Tingkat pendidikan ibu responden % within Kejadian anemia pada respon % of Total
57,1%
42,9%
100,0%
72,7%
48,6%
60,0%
34,3% 9 13,2
25,7% 19 14,8
60,0% 28 28,0
32,1%
67,9%
100,0%
27,3%
51,4%
40,0%
12,9% 33 33,0
27,1% 37 37,0
40,0% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4,214b 3,270 4,283
4,154
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,040 ,071 ,038
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,052
,035
,042
70
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,20.
124
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value ,245 ,245 ,238 70
Approx. Sig. ,040 ,040 ,040
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper
Value Odds Ratio for Tingkat pendidikan ibu responden (Rendah (< wajar 9 tahun) / Tinggi ( >= Wajar 9 tahun)) For cohort Kejadian anemia pada responden = Anemia (Hb <12 mg) For cohort Kejadian anemia pada responden = Tdk anemia (Hb >=12 mg) N of Valid Cases
2,815
1,034
7,661
1,778
,977
3,235
,632
,410
,973
70
4. Tingkat Konsumsi Zat Besi Case Processing Summary
N Tingkat konsumsi zat besi responden
Valid Percent 70
100,0%
Cases Missing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 70
100,0%
125
Descriptives Tingkat konsumsi zat besi responden
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Statistic 29,1254 22,8419
Lower Bound Upper Bound
Std. Error 3,14974
35,4090
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
27,2927 16,7450 694,459 26,35258 5,94 84,74 78,80 11,39 1,411 ,190
,287 ,566
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Tingkat konsumsi zat besi responden
,342
a. Lilliefors Significance Correction
70
,000
Statistic ,658
Shapiro-Wilk df 70
Sig. ,000
126
Sebelum Penggabungan Sel Tingkat konsumsi zat besi responden * Kejadian anemia pada responden Crosstab Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 24 32 26,4 29,6
Tingkat konsums Defisit (<70% AKG) Count zat besi responde Expected Count % within Tingkat konsumsi zat besi responden % within Kejadian anemia pada respond % of Total Kurang (70-80% AKGCount Expected Count % within Tingkat konsumsi zat besi responden % within Kejadian anemia pada respond % of Total Sedang (>80-99% AKCount Expected Count % within Tingkat konsumsi zat besi responden % within Kejadian anemia pada respond % of Total Total Count Expected Count % within Tingkat konsumsi zat besi responden % within Kejadian anemia pada respond % of Total
Total 56 56,0
42,9%
57,1%
100,0%
72,7%
86,5%
80,0%
34,3% 3 1,4
45,7% 0 1,6
80,0% 3 3,0
100,0%
,0%
100,0%
9,1%
,0%
4,3%
4,3% 6 5,2
,0% 5 5,8
4,3% 11 11,0
54,5%
45,5%
100,0%
18,2%
13,5%
15,7%
8,6% 33 33,0
7,1% 37 37,0
15,7% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
127
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4,018a 5,168
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,134 ,075
1
,300
df
1,073 70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value ,240 ,240 ,233 70
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Risk Estimate Value Odds Ratio for Tingkat konsumsi zat besi responden (Defisit (<70% AKG) / Kurang (70-80% AKG))
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Approx. Sig. ,134 ,134 ,134
128
Setelah Penggabungan Sel Tingkat konsumsi zat besi responden penggab sel * Kejadian anemia pada responden Crosstab Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 27 32 27,8 31,2
Tingkat konsumsi Kurang (kurang+defisi Count zat besi responden <= 80% AKG) Expected Count penggab sel % within Tingkat konsumsi zat besi responden penggab se % within Kejadian anemia pada responden % of Total Baik (sedang+baik> Count 80% AKG) Expected Count % within Tingkat konsumsi zat besi responden penggab se % within Kejadian anemia pada responden % of Total Total Count Expected Count % within Tingkat konsumsi zat besi responden penggab se % within Kejadian anemia pada responden % of Total
Total 59 59,0
45,8%
54,2%
100,0%
81,8%
86,5%
84,3%
38,6% 6 5,2
45,7% 5 5,8
84,3% 11 11,0
54,5%
45,5%
100,0%
18,2%
13,5%
15,7%
8,6% 33 33,0
7,1% 37 37,0
15,7% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
a
Value ,287b ,043 ,287
,283
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,592 ,836 ,592
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,745
,417
,595
70
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,19.
129
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value -,064 ,064 ,064 70
Approx. Sig. ,592 ,592 ,592
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate
Value Odds Ratio for Tingkat konsumsi zat besi responden penggab sel (Kurang (kurang+defisit <= 80% AKG) / Baik (sedang+baik> 80% AKG)) For cohort Kejadian anemia pada responden = Anemia (Hb <12 mg) For cohort Kejadian anemia pada responden = Tdk anemia (Hb >=12 mg) N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper
,703
,193
2,561
,839
,457
1,539
1,193
,599
2,375
70
5. Status Gizi Case Processing Summary
N Status gizi responden
Valid Percent 70 100,0%
Cases Missing N Percent 0 ,0%
N
Total Percent 70 100,0%
130
Descriptives Status gizi responden Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Statistic 19,7129 19,0801
Std. Error ,31718
20,3456 19,5937 19,4000 7,042 2,65373 12,30 27,80 15,50 2,63 ,754 1,773
,287 ,566
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Status gizi responde ,127 70 ,007 a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk Statistic df ,938 70
Sig. ,002
131
Sebelum Penggabungan Sel Status gizi responden * Kejadian anemia pada responden Crosstab
Status gizi responden
Total
Kurus (<=18,5)
Count Expected Count % within Status gizi responden % within Kejadian anemia pada responden % of Total Normal (>18,5-25,0) Count Expected Count % within Status gizi responden % within Kejadian anemia pada responden % of Total Gemuk (>25,0) Count Expected Count % within Status gizi responden % within Kejadian anemia pada responden % of Total Count Expected Count % within Status gizi responden % within Kejadian anemia pada responden % of Total
Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 19 6 11,8 13,2 76,0%
24,0%
100,0%
57,6%
16,2%
35,7%
27,1% 13 19,3
8,6% 28 21,7
35,7% 41 41,0
31,7%
68,3%
100,0%
39,4%
75,7%
58,6%
18,6% 1 1,9
40,0% 3 2,1
58,6% 4 4,0
25,0%
75,0%
100,0%
3,0%
8,1%
5,7%
1,4% 33 33,0
4,3% 37 37,0
5,7% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 13,062a 13,538 11,433
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,001 ,001
1
,001
df
70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,89.
Total 25 25,0
132
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value ,432 ,432 ,397 70
Approx. Sig. ,001 ,001 ,001
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate Value Odds Ratio for Status gizi responden (Kurus (<=18,5) / Normal (>18,5-25,0))
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Setelah Penggabungan Sel Status gizi responden penggab sel * Kejadian anemia pada responden Crosstab
Status gizi responden penggab sel
Total
Tidak normal (Kurus+gemuk IMT <=18,5->25)
Count Expected Count % within Status gizi responden penggab sel % within Kejadian anemia pada responden % of Total Normal (IMT >18,5- 25 Count Expected Count % within Status gizi responden penggab sel % within Kejadian anemia pada responden % of Total Count Expected Count % within Status gizi responden penggab sel % within Kejadian anemia pada responden % of Total
Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 20 9 13,7 15,3
Total 29 29,0
69,0%
31,0%
100,0%
60,6%
24,3%
41,4%
28,6% 13 19,3
12,9% 28 21,7
41,4% 41 41,0
31,7%
68,3%
100,0%
39,4%
75,7%
58,6%
18,6% 33 33,0
40,0% 37 37,0
58,6% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
133
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9,463b 8,026 9,667
df 1 1 1
9,327
Asymp. Sig. (2-sided) ,002 ,005 ,002
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,003
,002
,002
70
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,67. Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value ,368 ,368 ,345 70
Approx. Sig. ,002 ,002 ,002
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Lower Upper
Value Odds Ratio for Status gizi responden penggab sel (Tidak normal (Kurus+gemuk IMT <=18,5->25) / Normal (IMT >18,5- 25)) For cohort Kejadian anemia pada responden = Anemia (Hb <12 mg) For cohort Kejadian anemia pada responden = Tdk anemia (Hb >=12 mg) N of Valid Cases
4,786
1,717
13,346
2,175
1,304
3,627
,454
,254
,813
70
134
6. Menstruasi Case Processing Summary
N Sedang menstruasi/tida saat pemeriksaan Hb
Cases Missing N Percent
Valid Percent 70
100,0%
0
,0%
N
Total Percent 70
100,0%
Descriptives Sedang menstruasi/tidak Mean saat pemeriksaan Hb 95% Confidence Interval for Mean
Statistic ,71 ,61
Lower Bound Upper Bound
Std. Error ,054
,82
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
,74 1,00 ,207 ,455 0 1 1 1 -,970 -1,092
,287 ,566
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Sedang menstruasi/tida saat pemeriksaan Hb
,449
a. Lilliefors Significance Correction
70
,000
Shapiro-Wilk Statistic df ,566
70
Sig. ,000
135
Menstruasi pada responden saat pmrksn Hb * Kejadian anemia pada responden Crosstab Kejadian anemia pada responden Anemia (Hb Tdk anemia <12 mg) (Hb >=12 mg) 14 6 9,4 10,6
Kejadian menstruas sdg menstruasi pada responden sa pmrksn Hb
Total
Count Expected Count % within Kejadian menstruasi pada responden saat pmrks Hb % within Kejadian anemia pada respond % of Total tdk sdg menstrua Count Expected Count % within Kejadian menstruasi pada responden saat pmrks Hb % within Kejadian anemia pada respond % of Total Count Expected Count % within Kejadian menstruasi pada responden saat pmrks Hb % within Kejadian anemia pada respond % of Total
Total 20 20,0
70,0%
30,0%
100,0%
42,4%
16,2%
28,6%
20,0% 19 23,6
8,6% 31 26,4
28,6% 50 50,0
38,0%
62,0%
100,0%
57,6%
83,8%
71,4%
27,1% 33 33,0
44,3% 37 37,0
71,4% 70 70,0
47,1%
52,9%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
47,1%
52,9%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5,871b 4,657 5,971
5,787
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,015 ,031 ,015
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,019
,015
,016
70
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,43.
136
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
Phi Cramer's V Contingency Coefficient
N of Valid Cases
Value ,290 ,290 ,278 70
Approx. Sig. ,015 ,015 ,015
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Risk Estimate
Value Odds Ratio for Kejadian menstruasi pada responden saat pmrksn Hb (sdg menstruasi / tdk sdg menstruasi) For cohort Kejadian anemia pada responden = Anemia (Hb <12 mg) For cohort Kejadian anemia pada responden = Tdk anemia (Hb >=12 mg) N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper
3,807
1,250
11,597
1,842
1,168
2,906
,484
,239
,978
70
7. Kejadian Anemia (Kadar Hb) Case Processing Summary
N Kejadian anemia (Hb pada responden
Valid Percent 70
100,0%
Cases Missing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 70
100,0%
137
Descriptives Kejadian anemia (Hb) pada responden
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Statistic 12,6286 12,1505
Lower Bound Upper Bound
Std. Error ,23962
13,1066
5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
12,5897 12,0500 4,019 2,00479 8,70 17,30 8,60 2,85 ,395 -,397
,287 ,566
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Kejadian anemia (Hb) pada responden
,123
a. Lilliefors Significance Correction
70
,010
Statistic ,970
Shapiro-Wilk df 70
Sig. ,091
138
139
140
141
142
Lampiran 13 Perhitungan Tingkat Kecukupan Konsumsi Zat Besi
Perhitungan Angka Kecukupan Zat Besi : AKG =
BB aktual X AKG Zat Besi dalam tabel BB dalam tabel
Perhitungan Tingkat Kecukupan Zat Besi : TKG =
Zat besi hasil recall X 100% AKG Zat Besi
= Hasil tingkat konsumsi zat besi
143
Lampiran 14
Foto Dokumentasi Penelieian
Gambar 1 Siswi SMA 1 Kec. Jatibarang
Gambar 2 Pemeriksaan Kadar Hb oleh petugas
144
Gambar 3 Pemeriksaan kadar Hb oleh petugas
Gambar 4 Pemeriksaan kadar Hb oleh petugas
145
Gambar 5 Wawancara dan pengisian kuesioner oleh petugas
Gambar 6 Pengisian kuesioner oleh pewawancara
146
Gambar 7 Penimbangan berat badan
Gambar 8 Pengukuran tinggi badan
147