FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH

Download Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.Kejadian KPD mendekati 10% .... bahwa terdapa...

0 downloads 383 Views 153KB Size
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI PUSKESMAS GAJAH MADA TAHUN 2014 – 2016 Madinah Akademi KebidananHusadaGemilang, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Indonesia [email protected] Abstrak Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.Kejadian KPD mendekati 10% dari semua persalinan. Pada kasus persalinan < 34 minggu, kejadiannya sekitar 4%. Bahaya KPD adalah kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis besarnya resiko faktor-faktor yang berhubungan dengan pecah dini pada ibu bersalin di Puskesmas Gajah Mada mulai tahun 2014 sampai tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan desain Cross Sectional Study.Pengambilan sampel menggunakan Total Sampling yaitu sebanyak 134orang. Pengumpulan data menggunakan data rekam medik. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square dengan P<0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecahd ini adalah umur p-value sebesar 0,000 (P<0,05) dan OR (6,711)ibu umur resiko tinggi berpeluang 6,7 kali mengalami kejadian KPD dibandingkan dengan ibu dengan umur resiko rendah. Pekerjaanp-value sebesar 0,000 (P<0,05)dan OR 8,606, ibu yang bekerja berpeluang 8,6 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Kehamilan gemelli p-value sebesar 0,001 (P<0,05) dan 4,667 ibu dengan kehamilan gemelli berpeluang sebesar 4,6 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu tidak hamil gemelli. Variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini adalah paritas, anemia, serta persalinan sungsang. Kata Kunci: Faktoranalisis, Ketubanpecahdini, persalinan. Abstract Premature rupture of membranes is the leading cause of preterm labor with its consequences. The incidence of KPD approaches 10% of all deliveries. In the case of labor <34 weeks, the incidence was about 4%. The dangers of KPD are the possibility of uterine infection and preterm delivery which may increase maternal and infant morbidity and mortality. The purpose of this study is to analyze the magnitude of risk factors associated with premature rupture in maternity mothers at the Gajah Mada Community Health Center from 2014 to 2016. The type of this research is Cross Sectional Descriptive Analytic. Sample was taken by using Total Sampling. The number of samples in this study was 134 people. The data was expanded through medical record. The data was analyzed by using Chi Square test with p<0,05. The results showed that the variables associated with the incidence of premature rupture of membranes were the p-value of age on 0.000 (p<0.05) and OR (6,711) women with a high risk of life having 6.7 times getting the incidence of KPD compared with women with low risk age. The p-value of work on 0.000 (P <0.05) and OR 8.606, working mothers would have 8.6 times experiencing KPD rather than those who do not. The p-value of gemelli pregnancy on 0.001 (P <0.05) and 4.667 mothers with gemelli pregnancy would get 4.6 times receiving KPD rather than those who do not. The variables which are unrelated to the incidence of premature rupture of membranes are parity, anemia, and breech delivery. Keywords: Factor analysis, premature rupture, parity

PENDAHULUAN Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan adalah berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.Menurut WHO angka kematian di Indonesia tahun 2014 adalah 214 per 100.000 kelahiran hidup.Penyebab tertinggi kematian ibu adalah perdarahan dan preeklamisa (WHO, 2015). Berdasarkan laporan dinas kesehatan Provinsi Riau bahwa angka kematian ibu dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 sebesar 124,5/100.000 kelahiran hidup meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 118/100.000 KH dan tahun 2012 sebesar 112,7/100.000 KH. Penyebab tingginya AKI di Riau tahun 2012 adalah perdarahan (42,7%), Pre eklamsia/eklamsia (27,3%), dan penyebab lain 30 % (Profil Riau 2015). Ketuban pecah dini (KPD) dii definisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya persalinan (Prawirohardjo, 2010).Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya.Kejadian KPD mendekati 10% dari semua persalinan.Pada kasus persalinan < 34 minggu, kejadiannya sekitar 4%.Bahaya KPD adalah kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.KPD menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden.Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas, dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 2010).

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan preterem (Prawirohardjo, 2010).Persalinan preterem merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah.Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterem dan pertumbuhan janin yang terhambat.(Mochtar, 2003). Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktorpredisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktorgolongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahanantepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya,defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitanpanggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,pemeriksaan dalam danamniosintesis (Mochtar, 2003). Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti pada bulan Agustus 2017 di Puskesmas Gajah Mada diketahui bahwa dari tahun 2014 hingga tahun 2016 terjadi peningkatan kasus KPD yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dari data yang di peroleh peneliti dari catatan rekam medis bahwa pada tahun 2014 hingga tahun 2016 terdapat 1006 persalinan normal. Jumlah persalinan dengan KPD tahun 2014 sebanyak 36 kasus, tahun 2015 sebanyak 42 kasus, dan terakhir tahun 2016 meningkat menjadi 56 kasus persalinan KPD.Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kasus KPD masih menjadi masalah klasik pada ibu bersalin di Puskesmas Gajah Mada.

Banyak penelitian mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi Andriana (2016), variabel umur merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSIA Annisa Jambi Tahun 2016 dengan nilai OR 13,888. Artinya ibu dengan umur resiko tinggi pada saat kehamilan beresiko mengalami ketuban pecah dini sebesar 13,888 kali lebih tinggi dibandingkan ibu dengan umur resiko rendah pada saat kehamilan, setelah dikontrol oleh variabel status gizi, jarak kehamilan, riwayat penyakit, perilaku merokok dan riwayat KPD. Penelitian oleh Suraini Tahir, dkk (2012), bahwa pekerjaan merupakan faktor yang signifikan terhadap KPD, ibu yang bekerja menyebabkan fisiknya mengalami kelelahan dan lama kerja melebihi 3 jam perhari mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar mengalami KPD dibandingkan ibu yang kerja tidak menyebab kan kelelahan dan lama kerja maksimal 3 jam perhari. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan KPD.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalahdeskriptif analitikdengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional study, untuk menganalisis faktoryang berhubungan dengan kejadian KPD pada ibu bersalin. Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh persalinan dengan KPD di Puskesmas Gajah Mada dari tahun 2014 sampai 2016 sebanyak 134 kasus KPD. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah umur, pekerjaan,

paritas, anemia, persalinan sungsang, dan persalinan gemelli.Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan KPD. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan data data skunder yang diperoleh dari rekam medic Puskemas Gajah Mada Tembilahan Tahun 2014 sampai 2016. Teknik pengolahan data pada penelitian ini yaitu editin, coding, scoring dan entry.Teknik analisis data yan dilakukan yaitu analisis univariat untuk melihat gambaran dan distribusi frekuensi setiap variabel yang diamati, dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel menggunakan uji Chi-Square (X2).

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian di Puskesmas Gajah Mada dengan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan kejadian KPD pada tahun 2014 sampai tahun 2015 dengan jumlah sampel 134 orang,didapatkan hasil: UNIVARAT Tabel 1 Gambaran ketuban pecah dini pada Ibu bersalin di Puskesmas Gajah Mada Tahun 2014-2016 Umur Aterm Preterm Jumlah (N)

Frekuensi 104 30 134

Persentase (%) 77,6 22,4 100

Berdasarkan Tabel 1. dapat disimpulkan bahwa dari 134 kasus KPD pada ibu bersalin di Puskesmas Gajah Mada sebagian besar KPD terjadi pada usia kehamilan aterm yaitu sebanyak 104 kasus (77,6 %) dan sebagian kecil KPD pada usia kehamilan preterm yaitu sebanyak 30 kasus (22,4 %). Ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kehamilan aterm, 8–10 % dari seluruh kehamilan. Sementara ketuban pecah dini preterm terjadi pada kira–kira 1 % dari seluruh kehamilan dan berkaitan dengan 30–40 % kelahiran premature.

KPD yang terjadi pada usia kehamilan aterm mempunyai resiko lebih rendah jika dibandingkan dengan KPD yang terjadi pada usia kehamilan preterm. KPD pada usia kehamilan preterm lebih rentan terjadi infeksi dan komplikasi lain. Hal ini kemudian menjadi penyebab utama yang teridentifikasi dari kelahiran premature dan komplikasinya, termasuk sindroma distress pernapasan, infeksi neonatus, dan perdarahan intraventrikular (Nugroho, 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi Andriana (2016), dari 85 kasus KPD pada ibu bersalin di RSIA Annisa Jambi sebagian besar KPD terjadi dalam kategori resiko rendah (usia kehamilan aterm) yaitu sebanyak 64 kasus (75%) dan sebagian kecil KPD termasuk dalam kategori resiko tinggi (usia kehamilan preterm) yaitu sebanyak 21 kasus (25%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian KPD di Puskesmas Gajah Mada Tahun 2014-2016 Umur Resiko rendah (20–35 th) Resiko tinggi(<20atau>35 th)

Frekuensi 97 37

Jumlah (N) Pekerjaan

134 Frekuensi

Tidak Bekerja Bekerja Jumlah (N) Paritas

77 57 134 Frekuensi

Resiko rendah (2-3) Resiko tinggi (1 atau >3) Jumlah (N) Anemia

51 83 134 Frekuensi

Tidak Anemia (>11 Gr %) Anemia (<11 Gr %) Jumlah (N) Persalinan Sungsang

125 9 134 Frekuensi

Tidak sungsang Sungsang Jumlah (N) Kehamilan Gemelli

104 30 134 Frekuensi

Tidak Gemelli Gemelli Jumlah (N)

109 25 134

Persentase (%) 72,4 27,6

100 Persentase (%) 66,4 33,6 100 Persentase (%) 38,1 61,9 100 Persentase (%) 93,3 6,7 100 Persentase (%) 77,6 22,4 100 Persentase (%) 81,3 18,7 100

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa dari 134 kasus KPD pada ibu di Puskesmas Gajah Mada hanya sebagian kecil responden memiliki umur resiko tinggi yaitu sebanyak 37 responden (27,6 %), responden yang bekerja sebesar 57 responden (42,5 %), Paritas dengan resiko tinggi lebih banyak dibandingkan dengan yang beresiko rendah yaitu sebesar 83 responden (61,9 %), responden dengan anemia hanya sebesar 9 responden (6,7%), Sedangkan persalinan sungsang sebesar 30 responden (22,4%), serta responden dengan kehamilan gemelli hanya 25 responden (18,7%). BIVARIAT Tabel 3 Hubungan Umur dengan Kejadian KPD pada Ibu Bersalin di Pusksmas Gajah Mada Tahun 2014-2016 Umur

Kejadian Ketuban Pecah Dini KPD UK KPD UK Total Aterm Preterm

pOR val (95%Cl) ue

n

%

n

%

n

%

Resiko Rendah Resiko Tinggi

85

87,6

12

12,4

97

100

19

51,4

18

48,6

37

0,0 100 00

Total

104

77,6

30

22,4

134

100

6,711 (2,77316,238)

Berdasarkan tabel 3.hasil analisis hubungan umur dengan kejadian ketuban pecah dini diperoleh bahwa diantara 97 responden dengan umur resiko rendah, terdapat beda proporsi 85 responden (87,6%) yang mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Sedangkan diantara 37 respoden dengan umur resiko tinggi, terdapat beda proporsi 19 responden (51,4%) megalami kejadian ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa variabel umur ibu memiliki P-Value sebesar 0,000 (P<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beda proporsi yang signifikan dan terdapat hubungan bermakna antara umur ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Dengan nilai

Odds Ratio terbesar 6,711, ini berarti bahwa ibu dengan umur resiko tinggi mempunyai peluang sebesar 6,7 kali mengalami kejadian ketuban pecah dini jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki umur resiko rendah. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Nurmalia (2013) mengenai hubungan umur dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD), menunjukkan bahwa adanya hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian Ketuban Pecah Dini dengan P-Value0,001. Hasil penelitian ini sesuai dengan toeri bahwa pada usia> 35 tahun, dalam tubuhnya sudah mulai terjadi perubahanperubahan akibat dari penuaan organorgan, kemungkinan terjadi penurunan kondisi fisik secara keseluruhan, sehingga kemungkinan terjadi komplikasi selama kehamilan dan persalinan sangat mungkin terjadi, salah satunya terjadi ketuban pecah dini. Pada usia > 35 tahun abortus, preeklamsi, KPD, cacat bawaan, dan BBLR (Prawirohardjo, 2002). Tabel 4 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian KPD pada Ibu Bersalin di Puskesmas Gajah Mada Tahun 2014-2016. Pekerjaan

Kejadian Ketuban Pecah Dini KPD UK KPD UK Total Aterm Preterm n

%

n

%

N

%

6

7,8

77

100

33 57,9 24 42,1 57

100

Tidak Bekerja Bekerja

71 92,2

Total

104 77,6 30 22,4 134 100

OR p(95% value Cl) 8,606

0,000 (3,21323,052)

Hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa variabel pekerjaan ibu memiliki P-Value sebesar 0,000 (P<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beda proporsi yang signifikan dan terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai Odds Ratio terbesar 8,606, ini berarti bahwa ibu yang bekerja mempunyai peluang sebesar 8,6 kali mengalami kejadian ketuban

pecah dini jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suriani Tahir (2011), yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja dapat meningkatkan risiko sebesar 3,6 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Pada ibu yang bekerja seringkali terjadi komplikasi pada kehamilannya, jika pekerjaan yang dilakukan ibu dapat menimbulkan stress psikologis maka dapat meningkatkan kadar CRH (corticotropis releasing hormone) maternal, sehingga dapat menjadi stimulasi terjadi kontraksi sebelum adanya proses persalinan (Saifuddin, 2001). Pola pekerjaan ibu berpengaruh terhadap kebutuhan energy. Kerja fisik pada saat kehamilan yang terlalu berat dan dalam waktu yang lama dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilan hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin. Hubungan Paritas dengan Kejadian KPD pada Ibu Bersalin di Puskesmas Gajah Mada Tahun 2014-2016.

Tabel

5

Paritas

Kejadian Ketuban Pecah Dini KPD UK KPD UK Total Aterm Preterm n

%

n

%

OR p(95%C value l)

n

%

Resiko Rendah Resiko Tinggi

41

80,4 10 19,6

51

100

63

75,9 20 24,1

83

1,302 100 0,366 (0,5543,060)

Total

104

77,6 30 22,4

134

100

Berdasarkan tabel 5 hasil analisis hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini diperoleh bahwa diantara 51 responden dengan paritas resiko rendah, terdapat beda proporsi 41 responden (80,4%) yang mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Sedangkan diantara 83 respoden dengan paritas resiko tinggi, terdapat beda proporsi 63 responden (75,9) megalami kejadian ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa variabel paritas ibu memiliki P Value sebesar 0,366 (P<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat beda proporsi yang signifikan dan tidak ada hubungan bermakna antara paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai Odds Ratio terbesar 1,301, ini berarti bahwa ibu dengan paritas resiko tinggi mempunyai peluang sebesar 01,3 kali mengalami kejadian ketuban pecah dini jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas resiko rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suriani Tahir (2011), yang menyatakan bahwa jumlah paritas tidak ada hubungan dengan kejadian KPD dengan nilai P Value 0,100. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Winkjosastro, 2005). Multipara merupakan salah satu faktor presdiposisi terjadinya ketuban pecah dini, karena pada multipara sering didapatkan serviks yang inkompeten

sehingga tidak ada tekanan pada selaput (Varney, 2008). Tabel 6 Hubungan Anemia dengan Kejadian KPD pada Ibu Bersalin di Puskesmas Gajah Mada Tahun 2014-2016.

Anemia

Kejadian Ketuban Pecah Dini p-value KPD UK KPD UK Total Aterm Preterm n

Tidak Anemia Anemia Total

%

n

%

n

99 79,2 26 20,8 125 5 55,6 4 44,4 9 104 77,6 30 22,4 134

OR (95% Cl)

% 100

3,046 0,100 (0,763100 12,156) 100

Berdasarkan tabel 6.hasil analisis hubungan anemia dengan kejadian ketuban pecah dini diperoleh bahwa diantara 125 responden yang tidak anemia, terdapat beda proporsi 99 responden (79,2%) yang mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Sedangkan diantara 37 respoden dengan anemia, terdapat beda proporsi 5 responden (55,6%) megalami kejadian ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa variabel anemia memiliki P-Value sebesar 0,100 (P<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat beda proporsi yang signifikan dan tidak terdapat hubungan bermakna antara anemia dengan kejadian ketuban pecah dini. Dengan nilai Odds Ratio terbesar 3,046 ini berarti bahwa ibu dengan anemia mempunyai peluang sebesar 3,0kali mengalami kejadian ketuban pecah dini jika dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada (Allen, 2001), yang menyatakan bahwa anemia dapat menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat meningkatkan konsentrasi neropinefrin serum yang dapat menginduksi stress ibu dan janin, yang merangsang sintesis CRH.Konsentrasi CRH merupakan faktor resiko utama

untuk persalinan dengan ketuban pecah sebelum waktunya. Tabel 7 Hubungan Persalinan Sungsang dengan Kejadian KPD pada Ibu Bersalin di Puskesmas Gajah Mada Tahun 2014-2016. Kejadian Ketuban Pecah Dini KPD KPD UK Persalinan pOR UK Total Preterm Sungsang value (95%Cl) Aterm n % n % n % Tidak 80 77,0 24 23,0 104 100 0,833 Sungsang 0,127 (0,305Sungsang 24 80,0 6 20 30 100 2,275) Total 104 77,6 30 22,4 134 100

Berdasarkan tabel 7.hasil analisis hubungan persalinan sungsang dengan kejadian ketuban pecah dini diperoleh bahwa diantara 104 responden dengan tidak persalinan sungsang, terdapat beda proporsi 80 responden (77,0%) yang mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Sedangkan diantara 30 respoden dengan persalinan sungang, terdapat beda proporsi 24 responden (80,0%) mengalami kejadian ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa variabel persalinan sungsang memiliki P-Value sebesar 0,127 (P<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat beda proporsi yang signifikan dan tidak terdapat hubungan bermakna antara persalinan sungsang dengan kejadian ketuban pecah dini. Dengan nilai Odds Ratio terbesar 0,833, ini berarti bahwa ibu dengan persalinan sungsang mempunyai peluang sebesar 0,8 kali mengalami kejadian ketuban pecah dini jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bersalin secara sunsang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Antonius (2009), yang menyatakan bahwa ada hubungan letak sungsang dengan KPD karena pada letak sungsang dimana bokong menempati serviks uteri dengan keadaan ini pergerakan janin terjadi dibagian terendah karena keberadaan kaki janin yang menempati yang menempati daerah serviks uteri sedangkan kepala janin akan mendesak fundus uteri yang

dapat menekan diafragma dan keadaan ini menyebabkan timbulnya rasa sesak saat ibu hamil. Tabel 8 Hubungan Kehamilan Gemelli dengan Kejadian KPD pada Ibu Bersalin di Puskesmas Gajah Mada Tahun 2014-2016. Kejadian Ketuban Pecah Dini Kehamilan KPD UK KPD pOR UK Total value (95%Cl) Gemelli Aterm Preterm n % n % n % Tidak 91 83,5 18 16,5 109 100 4,667 Gemelli 0,001 (1,835Gemelli 13 52,0 12 48 25 100 11,868) Total 104 77,6 30 22,4 134 100

Berdasarkan tabel 8.hasil analisis hubungan kehamilan gemelli dengan kejadian ketuban pecah dini diperoleh bahwa diantara 109 responden kehamilan tidak gemelli, terdapat beda proporsi 91 responden (83,5%) yang mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Sedangkan diantara 25 respoden dengan kehamilan gemelli, terdapat beda proporsi 13 responden (52,0%) megalami kejadian ketuban pecah dini pada usia kehamilan aterm. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suriani Tahir (2011), yang menyatakan bahwa kehamilan gemelli ada hubungan dengan kejadian KPD dengan nilai P Value 0,010. Hasil penelitian ini sesuai denga teori Varney (2008), bahwa wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami KPD. Hal ini disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon yang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat sehingga sewaktu-waktu selaput ketuban dapat pecah secara tibatiba yang dapat di identifikasi sebagai KPD. SIMPULAN Setelah dilakukan analisis pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Gajah Mada tahun 2014

sampai 2016 adalah umur, pekerjaan, dan kehamilan gemelli. Diantara beberapa faktor yang berhubungan tersebut variabel yang paling beresiko terhadap kejadian KDP adalah pekerjaan dimana ibu yang bekerja mempunyai peluang sebesar 8,6 kali mengalami kejadian ketuban pecah dini jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.sehingga saran kepada hamil agar lebih lebih banyak beristirahat dan mengurangi pekerjaan yang banyak membutuhkan menguras tenaga.

UCAPAN TERIMA KASIH Seiring denan selesainya penelitian ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Husada Gemilang dan Direktur Akademi Kebidanan Husada Gemilang beserta Wakil Direktur yang ikut memberikan bantuan moral ataupun moril dalam proses penelitian ini. Serta seluruh dosen dan mahasiswa beserta semua pihak yang ikut terlibat dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA 2007. Perawatan Ketuban Pecah Dini. Jakarta : Nuha Medika. Dinkes Riau. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Riau.Pekanbaru. Manuaba. 2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk PendidikanBidan. Jakarta: EGC. Mochtar. 2003. Sinopsis Obstetrik Edisi 2. Jakarta : EGC Nugroho, T. 2012. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswi Kebidanan.Yogyakarta: NuhaMedika. Nurmalia.2013. Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012. Jambi Antonius.

Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Pratiwi Andriana. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSIA Annisa Tahun 2016.Jambi. Saifuddin. 2007. Obstetrik dan Ginekologi : Sistem Rujukan dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi.Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Tahir Suriani dkk. 2011. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Gowa Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 (Volume 2).Jakarta : EGC Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Pratiwi Andriana. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSIA Annisa Tahun 2016.Jambi. Saifuddin. 2007. Obstetrik dan Ginekologi : Sistem Rujukan dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi.Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Tahir Suriani dkk. 2011. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Gowa Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 (Volume 2).Jakarta : EGC Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka.

. .