FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MASTITIS PADA IBU

Download postpartum maternals with mastitis and normal postparum maternals in Kresna Hawati Midwife Karya Jaya. Palembang 2013. Research used analyt...

0 downloads 457 Views 302KB Size
1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MASTITIS PADA IBU POSTPARTUM DI BPS KRESNA HAWATI KARANGJAYA PALEMBANG TAHUN 2013 Rosmiarti1, Ambarwati2 Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang ABSTRACT According to World Health Organisazion (WHO), there is 99 % of maternal mortality due to labor or birth problems occurred in developing country. Mastitis is an inflammation of the breast that can be followed by infection or not, primarily caused by Staphylococcus aureus bacteria through wounds on the nipple or through the circulation of blood. This study aimed to determine the factors correlated with incident of mastitis at postpartum maternal in Hawati Midwife Karang Jaya Palembang in 2013. Population in this study were all postpartum maternals with mastitis and normal postparum maternals in Kresna Hawati Midwife Karya Jaya Palembang 2013. Research used analytic survey with case-control approach. Samples in this study were 45 respondents with case of 9 respondents and 36 respondents controls. Results of univariate analysis showed that respondents with mastitis were 9 respondents (20.0%), respondents with high risk age were 8 respondents (36.4%), respondents with low risk age was 1respondent (4.3%), respondents with high risk parity were 6 respondents (50.0%), respondents with low risk parity were 3 respondents (9.1%), highly educated respondents were 2 respondents (7.7%), low educated respondents were 7 respondents (36.8%). From the results of the bivariate Chi-Square statistical test showed there were significant correlation between respondents’ age, parity, and education with the incidence of maternal postpartum mastitis where P Value was less than α = 0.05. It is expected to increase public knowledge about the prevention of maternal postpartum mastitis, by appropriate breastfeeding techniques. Key words

: Age, Parity, Education and Incident of Mastitis in Postpartum Maternal

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organisazion (WHO), sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara – negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara – negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) 81% akibat komplikasi selama hamil dan bersalin dan 25% selama masa nifas. (WHO, 2011). Salah satunya negara Indonesia yang berkembang di dunia saat ini. Di Indonesia angka kejadian mastitis pada perempuan menyusui juga mencapai 10 %. Sedangkan Angka Kematian Ibu di Jawa Tengah pada tahun 2007 yaitu 116,3 per kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi 10,9 per kelahiran hidup (Andriyani dalam WHO, 2008). Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrocustic terus meningkat, dimana penderita kanker payudara mencapai hingga lebih 1,2 juta orang yang terdiagnosis, dan 12% diantaranya merupakan

infeksi payudara berupa mastitis pada wanita pasca post partum. Data ini kemudian didukung oleh The American Cancer Society yang memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara invasive (stadium I-IV) tahun ini dan 40.140 orang akan meninggal karena penyakit ini. Sebanyak 3 persen kasus kematian wanita di Amerika disebabkan oleh kanker payudara. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2007). Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan survei terakhir tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pada masa laktasi sering muncul masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang ibu, kadang mereka tidak mengetahui kondisi serta apa yang harus mereka lakukan. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang perawatan payudara sangat penting untuk diketahui, ini berguna untuk menghindari masalahmasalah dalam proses menyusui. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi, ASI dihasilkan oleh payudara. Pada ibu nifas, harus

2

dilakukan pemeriksaan payudara, dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada payudara pada waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan atau payudara bengkak, karena jika payudara ibu nifas terdapat masalah dan gangguan maka akan mengganggu produksi ASI.(Depkes RI, 2007). Penyebab tertinggi kematian dan kesakitan pada masa nifas (45,16%) yaitu salah satunya infeksi pada masa nifas. Mastitis merupakan salah satu infeksi pada masa nifas yaitu infeksi pada payudara yang diawali dengan kejadian bendungan ASI. Bendungan ASI disebabkan oleh pengosongan ASI yang tidak baik karena tindakan menyusui yang salah, dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang cara menyusui. Ini tentunya harus ditindak lanjuti dengan Upaya Percepatan (Akselerasi) Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir (Depkes RI, 2007). Mastitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan biasanya mengenai payudara. Umumnya gangguan ini dialami oleh ibu-ibu yang menyusui. Biasanya muncul antara minggu kedua sampai keenam setelah persalinan. Namun, masalah ini juga dapat muncul lebih awal dari waktu tersebut atau lebih lama lagi (Sulistywati, 2013). Adapun penyebab mastitis adalah cara menyusui yang kurang baik dapat menimbulkan berbagai macam masalah baik pada ibu maupun pada bayinya misalnya puting susu lecet dan nyeri, radang payudara (mastitis), pembengkakan payudara yang menyebabkan motivasi untuk memberikan ASI berkurang sehingga bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup dan akhirnya mengakibatkan bayi kurang gizi (Sunarsih, 2013). Berdasarkan hasil penelitian persentasi cakupan perempuan menyusui dengan mastitis di Amerika Serikat dari tahun 1994 – 1998 terdapat ibu post partum didapatkan 9,5 % melaporkan dirinya mastitis (WHO, 2003). Data dari BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang, Pada Tahun 2011 kejadian Mastitis pada ibu postpartum sebesar 9% dari 82 ibu postpartum. Pada tahun 2012, kejadian Mastitis pada ibu postpartum sebesar 5% dari 68 ibu postpartum. Pada tahun 2013, kejadian Mastitis pada ibu postpartum sebesar 9% dari 48 ibu postpartum. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum di BPS, di pengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu usia ibu, paritas, pekerjaan, gizi, faktor lokal pada payudara, trauma dan pendidikan (WHO, 2003). Berdasarkan hasil survey awal yang penulis lakukan di RS Muhammadiyah Palembang Tahun 2013, Peneliti tertarik melekuken penelitian yanag berjudul ” Faktor- Faktor Yang Berhubungan

Dengan Terjadinya Mastitis Pada Ibu Postpartum BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. B.

Rumusan Masalah Masih dijumpai kasus mastitis pada ibu postpartum sehingga Faktor-Faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang tahun 2013 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan Usia ibu,Pendidikan dan, Paritas dengan kejadian mastitis pada ibu postpartum di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi mastitis di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. b. Diketahuinya distribusi frekuensi usia ibu di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. c. Diketahuinya distribusi frekuensi Pendidikan ibu di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palemsbang Tahun 2013. d. Diketahuinya distribusi frekuensi Paritas ibu di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. e. Diketahuinya hubungan usia ibu dengan kejadian mastitits pada ibu postpartum di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. f. Diketahuinya hubungan paritas ibu dengan kejadian mastitits pada ibu postpartum di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. g. Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan kejadian mastitits pada ibu postpartum di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. D. Manfaat penelitian a. Bagi BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi BPS Kresna Hawati Karang Jaya dan Petugas Kesehatan di BPS Kresna Hawati dalam mengembangkan dan meningkatkan upaya pelayanan dan penatalaksanaan mastitis payudara pada ibu postpartum. b. Bagi institusi Pendidikan Stikes Muhammadiyah Palembang Sebagai masukan dan informasi untuk bekal peserta didik dimasa yang akan datang dan juga dapat menambah bahan perpustakaan

3

di Akademika Kebidanan Muhammadiyah Palembang sehingga menambah pengetahuan bagi yang membaca. c. Bagi Peneliti Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang pelayanan dan penatalaksanaan mastitis pada ibu postpartum, dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan masyarakat.. METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian adalah metode penelitian survey analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo 2010), dengan rancangan CaseControl yaitu penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol sebagai pembanding, dan merupakan suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor-faktor resiko di pelajari dengan mengunakan pendekatan retrospektif. Penyakit atau status kesehatan diidentifikasikan pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lain. (Notoatmodjo 2010). Rancangan case control dimana kasus adalah ibu nifas dengan mengalami mastitis dan kontrolnya ibu nifas yang normal. B. Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel independen dan variabel dependen diamana dua variabel yaitu variabel independen adalah usia,paritas,dan pendidikan dan variabel dependen adalah Kejadian Mastitis pada ibu postpartum. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua ibu postpartum dengan mastitis, berjumlah 9 ibu yang terkena masitis, dan ibu postparum yang normal berjumlah 48 di BPS Kresna Hawati Karya Jaya Palembang Tahun 2013. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini yang adalah ibu postpartum dengan mastitis, yaitu berjumlah 9 ibu. Dengan mengunakan kontrol 1:4, kontrolnya 36

ibu postpartum yang normal, sehingga sampel yang digunakan 36 + 9 = 45 responden Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non random sampling dengan kreteria ibu postpartum yang normal,yaitu pengambilan sempel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepratisan belaka, dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri dan sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Notoatmodjo, 2010). Rumus : Perbandingan 1 : 4 n2 =

K x ( n1 )

Keterangan : n1 : Besar sample kelompok kasus n2 : Besar sample kelompok kontrol K : nilai k di tetapkan nilai peneliti Jadi, n2= k x (n1) = 4 x 9 = 36 Sehingga besar sample 9 ibu postpartum yang mastitis di Bps Kresnahawati karang jaya Tahun 2013,,dan 36 responden sebagai kontrol ibu postpartum di BPS Kresnahawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 sebagai kasus. D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data. 1. Dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder Data Sekunder adalah Data atau informasi yang bukan dari tangan pertama dan bukan mempunyai wewenang dan tangung jawab terhadap informasi atau data tersebut ( Notoadmodjo 2010). Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penelitian ini Data Sekundernya adalah jumlah ibu postpartum yang dengan mastitis yang berjumlah berjumlah 9 orang. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen pengumpulan data ini berupa check list.check list sebagai panduan mengambil data di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. (Notoatmodjo,2010). E. Teknik Pengelolaan Data

4

Dalam Notoadmodjo (2010) terdapat pengelolaan data adalah : a. Editing (Penyuntingan Data) Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuisioner apakah jawaban yang ada sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. b. Coding (Pengkodean Data) Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi angka berbentuk angka atau bilangan kegunaannya adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng “kodean” atau “koding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau menjadi huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Processing (Pemrosesan Data) Setelah semua isian terisi penuh dan sudah melewati pengkodingan, maka selanjutnya data diproses agar dapat dianalisis. pemprosesan data dapat dilakukan dengan cara meng-entry data atau masukan data. Data yakni jawabanjawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. d. Cleaning Data(Pembersihan Data) Cleaning data merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan. F. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Umumnya dalam analisa data ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Analisa data dilakukan dengan analisa Univariat terhadap variabel hasil penelitian, analisa univariat yang dilakukan untuk mengetahui persentase dari variabel usia, paritas dan pendidikan, yang disajikan dalam bentuk tabel.

2.

Analisa bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang di duga berhubungan atau berkolerasi. ( Notoadmodjo,2010) Dalam analisis bevariate ini dilakukan beberapa tahap anlisis proporsi atau presentase dengan membandingkan distribusi silang antara dua variable yang bersangkutan, analisis dari hasil uji X2. Melihat dari hasil uji statistik ini akan dapat disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna. Dari hasil uji statistik ini dapat terjadi, misalnya antara dua variabel tersebut secara presentase berhubungan tetapi secara statistik hubungan tersebut tidak bermakna, analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut (Notoadmodjo, 2010). Untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variabel tersebut digunakan uji statistic Chi-Square. Keputusan statistik : 1) Bila nilai p value ≤ α (0,05), maka HO ditolak artinya ada hubungan antara variabel Independent dengan variabel Dependen. 2) Bila nilai p value > α (0,05), maka HO diterima artinya tidak ada hubungan antara variabel Independent dengan variabel Dependen (Notoadmodjo, 2010). G. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Akan dilaksanakan di BPS Kresna Hawati Krang Jaya Palembang Sumatera Selatan. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang dari tanggal 18–19 April 2014 dengan pengambilan data dari rekam medik ( data skunder), dengan Variabel independen ( Usia, paritas, Pendidikan) dan Variabel dependenden (Kejadian Mastitis), HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagai berikut: 1.

Hasil Analisis Univariat a. Mastitis Penelitian Kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum di kategorikan dalam 2 kategori yaitu ya, jika ibu postpartum dengan mastitis dan tidak,

5

jika ibu postparum normal. Distribusi frekuensi kejadian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

kejadian mastitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.4

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Mastitis di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Mastitis Frekuensi Persentase No (%)

Distribusi Frekuensi berdasarkan Paritas di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Paritas

Frekuensi

Persentase (%)

1

Kasus

9

20.0

Risiko Tinggi

12

26,7

2

Kontrol

36

80.0

Risiko Rendah

33

73,3

Total

45

100

Total

45

100

b.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa terdapat 36 responden (80%) sebagai kontrol dan 9 responden (20%) sebagai kasus. Usia Pada penelitian ini usia responden dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu resiko tinggi (jika umur >21-35 tahun) dan resiko rendah (jika umur < 21-35 tahun). Distribusi frekuensi usia kejadian mastitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

d.

Tabel 5.3 Rata-Rata Responden Berdasarkan Usia di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 No Mastitis Frekuensi Persentase (%) 1

Resiko Tinggi

22

48,9

2

Resiko Rendah

23

51,1

45

100

Total

c.

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 45 responden yang termasuk usia resiko tinggi sebanyak 22 responden (48,9%), dengan risiko rendah yaitu sebanyak 23 responden (51,1%). Paritas Pada penelitian ini paritas responden dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu resiko tinggi (jika ibu melahirkan anak ke 1-2) dan resiko rendah (jika ibu melahirkan anak >2-3 orang). Distribusi frekuensi paritas

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa dari 45 responden yang termasuk Parits resiko tinggi sebanyak 12 responden (26,7%), dengan Paritas risiko rendah yaitu sebanyak 33 responden (73,3%). Pendidikan Pada penelitian ini paritas responden dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu rendah (jika berpendidikan SMA/Sederajat) Distribusi frekuensi pendidikan kejadian mastitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Rendah

19

42,2

Tinggi

26

57,8

45

100

Total

2.

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa dari 45 responden yang termasuk Pendidikan resiko rendah sebanyak 19 responden (42,2%), dengan Pendidikan risiko tinggi yaitu sebanyak 26 responden (57,8%). Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent (usia, paritas dan pendidikan)

6

dan variabel dependen (kejadian mastitis). Yang dianalisa dengan menggunakan uji statistic chi-square dengan batas kemaknaan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Bila ρ value < α = 0,05. a.

Hubungan antara usia dengan kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum Di BPS Kresna Hawati Karang Jaya PalembangTahun 2013 Pada penelitian ini usia responden dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu resiko tinggi (jika umur >21-35 tahun) dan resiko rendah (jika umur < 21-35 tahun) sedangkan kejadian mastitis dikategorikan menjadi 2 yaitu ya (jika ibu nifas dengan mastitis) dan tidak (jika ibu nifas tidak mastitis). Distribusi hubungan usia dengan kejadian mastitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.6 Hubungan antara Usia dengan Kejadian Mastitis di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Kejadian Mastitis p value No Usia Kasus Kontrol n % n % 1 Risiko 8 88,9 14 38,9 Tinggi 0.010 2 Risiko 1 11,1 22 61,1 Rendah Jumlah 9 100 36 100

b.

Hasil pengujian statistik dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian mastitis, dimana p value = 0.010 lebih kecil dari α = 0.05. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara usia dengan kejadian mastitis terbukti secara statistik. Hubungan antara Paritas dengan kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum Di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Pada penelitian ini paritas responden dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu resiko tinggi (jika ibu melahirkan anak ke 1) dan resiko rendah (jika ibu melahirkan anak >2-3 orang) sedangkan kejadian mastitis dikategorikan menjadi 2 yaitu ya (jika ibu nifas dengan mastitis) dan tidak (jika ibu nifas tidak

mastitis). Distribusi hubungan paritas dengan kejadian mastitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.7 Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Mastitis di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Kejadian p Mastitis N value Paritas o Kasus Kontrol n % N % Risiko 6 66, 6 16,7 1 Tinggi 7 0.006 Risiko 3 33, 30 83,3 2 Rendah 3 Jumlah 9 100 36 100 Hasil pengujian statistik dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara paritas kejadian mastitis, dimana p value = 0.006 lebih kecil dari α = 0.05, sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara paritas dengan kejadian mastitis terbukti. c.

Hubungan antara Pendidikan dengan kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum Di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Pada penelitian ini pendidikan responden dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu tinggi (jika ibu >SMA/Sederajat) dan rendah (jika berpendidikan
7

pendidikan dengan kejadian mastitis, d mana p value = 0.024 lebih kecil dari α = 0.05. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian mastitis terbukti. Pembahasan Untuk mengetahui hubungan antara Kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum, usia, paritas dan pekerjaan, peneliti mengadakan penelitian di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013, dimana ibu postpartum yang terkena Mastitis sebagai kasus, sebanyak 9 orang dan ibu yang postpartum normal sebagai kontrol sebanyak 36 orang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan metode Case Control yang dilakukan secara retrospektif untuk mendapatkan perbandingan paparan masa lampau yang berkaitan dengan keadaan yang diteliti saat ini. Data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis yang terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi-square secara komputerisasi. Analisis hubungan dari masing- masing variabel dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum Dari hasil penelitian yang dilakukan di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang tentang Kejadian Mastitis pada ibu Postpartum didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami mastitis yaitu sebanyak 36 responden (80%). Mastitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan biasanya mengenai payudara. Umumnya gangguan ini dialami oleh ibu-ibu yang menyusui. Biasanya muncul antara minggu kedua sampai keenam setelah persalinan. Namun, masalah ini juga dapat muncul lebih awal dari waktu tersebut atau lebih lama lagi (Yeyeh, Rukiyah). Menurut Bertha, Sugiarto (2003), kejadian mastitis dapat ditimbulkan karena dua penyebab utama yaitu stasis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah syaphylokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi merangsang penurunan aliran ASI. Gangguan ini disebabkan oleh bakteri. Umumnya bakteri

tersebut menular melalui mulut ke hidung atau tenggorokan bayi ke dalam saluran ASI melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka, hal ini terjadi dikarenakan kurangnya perawatan payudara masa nifas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2009) yang menunjukkan bahwa kejadian mastitis periode Mei 2009 di BPS Nunuk Desa Bandengan sebagian besar mastitis sebanyak 24 responden (88,9%) dan kategori tidak mastitis sebanyak 3 responden (11,1%). Sama halnya penelitian Khaira (2013) tentang hubungan frekuensi pemberian asi dengan kejadian Mastitis pada ibu menyusui 0 – 6 bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh menunjukkan bahwa dari 32 responden mayoritas mastitis yang tidak radang sebanyak 18 responden (56,2 %). Menurut analisa peneliti, kemungkinan responden yang mengalami mastitis merupakan responden yang memberikan ASI dengan tehnik yang kurang baik. 2. Hubungan Usia dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum di BPS Kresnahawati Karang Jaya Palembang Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang termasuk kelompok usia risiko tinggi lebih banyak, yaitu 88,9% yang mengalami mastitis pada kasus, sedangkan pada kontrol dengan kelompok usia resiko tinggi sebanyak 38,9%. Dari hasil uji Chi-squre diperoleh p value = 0.010, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara usiar kejadian mastitis di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. Menurut Sugiarto, (2003) menyatakan bahwa usia adalah perhitungan lama kehidupan dimana di hitung berdasarkan waktu kelahiran hidup pertama hingga pada saat penelitian berlangsung berdasarkan status yang tercantum dalam rekam medik. Sebuah studi menunjukkan bahwa wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita di bawah usia 21 dan di atas 35 tahun. Studi lain mengidentifikasi wanita berumur 30-34 tahun memiliki insiden mastitis tertinggi, bahkan bila paritas dan kerja purna waktu telah dikontrol. Berdasarkan penelitian Hartati (2008) tentang gambaran karakteristik ibu menyusui di Wilayah kerja Puskesmas

8

Pembantu Daun Puri menunjukkan bahwa usia ibu antara 21-34 tahun yaitu 58 responden (56,9%) dan yang berusia <21-35 tahun sebanyak 44 responden (43,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2009) yang menunjukkan bahwa kejadian mastitis periode Mei 2009 di BPS Nunuk Desa Bandengan sebagian besar mastitis sebanyak 24 responden (88,9%), dan kategori tidak mastitis sebanyak 3 responden (11,1%). Sama halnya penelitian Khaira (2013) tentang hubungan frekuensi pemberian asi dengan kejadian Mastitis pada ibu menyusui 0 – 6 bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh menunjukkan bahwa dari 32 responden mayoritas mastitis yang tidak radang sebanyak 18 responden (56,2 %). Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti menarik kesimpulan bahwa Menurut analisa peneliti, responden yang mengalami mastitis disebabkan karena usia dimana terjadi kehamilan yang pertama, karena meskipun usia ibu sudah 34 tahun jika kehamilannya yang pertama maka responden belum berpengalaman terkait dalam pemberian asi, seperti tehnik menyusui, perawatan payudara atau minimnya informasi seputar pemberian asi sehingga ibu akan mengalami mastitis. 3. Hubungan paritas dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum Di BPS Kresna hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kasus dan kontrol responden yang termasuk kelompok paritas risiko tinggi lebih banyak, yaitu 66,7%% yang mengalami mastitis pada kasus, sedangkan pada kontrol dengan kelompok paritas resiko tinggi sebanyak 16,7%. Dari hasil uji statistic Chi-Square diperoleh p value = 0.006, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara paritas kejadian mastitis di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. Menurut Kartono, (2006) menyatakan bahwa paritas dapat mempengaruhi kecemasan dimana paritas merupakan faktor yang bisa dikaitkan dengan aspek psikologis. Pada primigravida, belum ada bayangan mengenai apa yang akan terjadi saat bersalin nanti dan ketakutan karena sering mendengar cerita mengerikan dari teman atau kerabat tentang

pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan ini akan mempengaruhi ibu berpikiran proses persalinan yang menakutkan apalagi jika persalinan pertama si calon ibu tidak tahu apa yang akan terjadi saat persalinan nanti, jangankan yang pertama pada persalinan kelima pun masih wajar bila ibu merasa cemas atau khawatir. Sedangkan pada multigravida perasaannya terganggu diakibatkan karena rasa takut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu sewaktu melahirkan. Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara. Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki. Berdasarkan penelitian hartati (2008), tentang gambaran karateristik ibu menyusui dengan mastitis di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Daun Puri menunjukkan paritas ibu antara 2-5 anak yaitu 66 responden(64,7%), ibu normal dan yang memeiliki Paritas 1 anak sebnayak 34 responden (33,3%), dengan mastitis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Astuti (2009) tentang hubungan antara usia, paritas dan pendidikan dengan kejadian mastitis pada ibu nifas di BPS Nunuk Desa Bandengan Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian mastitis (p =value : 0.024). Menurut analisa peneliti, kemungkinan responden yang mengalami mastitis disebabkan karena responden belum berpengalaman terkait dalam pemberian asi, seperti tehnik menyusui. Dengan tehnik menyusui yang tidak baik akan membuat payudara menjadi lecet, pecah-pecah yang rentan terinfeksi bakteri sehingga terjadinya mastitis. 4. Hubungan pendidikan dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum Di BPS Kresnahawati Karang Jaya Palembang Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang termasuk kelompok pendidikan tinggi banyak, 22,2% yang mengalami mastitis pada kasus, sedangkan pada kontrol dengan kelompok pendidikan tinggi sebanyak 66,7%. Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh p value = 0.024, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendidikan

9

kejadian mastitis di BPS Kresna Hawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013. Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh prilaku pendidikan. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih akan memberikan respon yang lebih rasional (Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan Dikti, UU no. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan dikatakan tinggi apabila tamatan kurang dari atau sama dengan SLTA sederajat dan sedangkan dikatakan rendah apabila tamatan kurang dari atau sama dengan dan sederajat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2009) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan SD sebanyak 12 orang (44,4%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 9 orang (33,3 %), dan sisanya tingkat pendidikan SMA sebanyak 6 orang (22,2 %). Menurut analisa peneliti, kemungkinan responden yang berpendidikan rendah cenderung mengalami mastitis dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Hal ini terjadi karena dengan berpendidikan tinggi informasi tentang personal hygien mudah diterima seperti anjuran, penyuluhan tentang perawatan payudara pada masa nifas sehingga jika perawatan tersebut dilakukan maka kejadian mastitis dapat dicegah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang di lakasanakan di BPS Kresnahawati Karang Jaya Palembang Tahun 2013 mengenai FaktorFaktor yang berhubungan dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Postpartum, maka dapat di tarik kesimpulan: 1. Distribusi frekuensi kejadian mastitis sebagian besar responden tidak mengalami mastitis yaitu sebanyak 36 responden (80%). 2. Distribusi frekuensi usia sebagian besar responden dengan usia risiko rendah sebanyak 23 responden (51,1%). 3. Distribusi frekuensi paritas sebagian besar responden dengan paritas risiko rendah yaitu sebanyak 33 responden (73,3%).

4.

Distribusi frekuensi pendidikan sebagian besar responden berpendidikan rendah sebanyak 77,8% dan responden yang termasuk dalam kelompok pendidikan tinggi sebanyak 2 responden (22,2%) . 5. Ada hubungan antara usia dengan kejadian mastitis di BPS Kresna Hawati Karangjaya Palembang Tahun 2014 (pvalue 0,010) 6. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian mastitis di BPS Kresna Hawati Karangjaya Palembang Tahun 2014 (pvalue 0,006) 7. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian mastitis di BPS Kresna Hawati Karangjaya Palembang Tahun 2014 (pvalue 0,24). DAFTAR PUSTAKA Danis,Difa.Kamus Istilah Kedokteran.Gitmedia Press Danuatmaja, 2009. Asuhan Kebidadan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika Dinkes, 2008. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) www.menegpp.go.id/.../Kesehatan ?...23%3angka_kematian.Ibu Diakses 03 Februari 2014 Depkes RI, 2007. Profil Kesehtan Indonesia. Jakarta _________, 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Juanda, 2008. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Dengan Kejadian Mastitis http://www.scribd.com/doc/46170332/FaktorFaktor-Yang-Menyebabkan-Terjadinya=MastitisPada-Ibu-Postpartum, diakses tanggal 02 Februari 2014 Nanny, vivian, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S, 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi . Jakarta: Rineka Cipta ____________, 2010 . Metode Penelitian Kesehata. Jakarta : Rineka Cipta Rukiyah,Yeyeh, 2010. Asuhan Kebidanan IV patologi Kebidanan. Trans Info Medika Sulistyawati,ari, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Andi Yogyakarta Suryaningsih, 2013. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogyakarta

10

Sugiarto, Bertha, 2003. Mastitis Penyebab Dan Penatalaksaan. Jakarta Widya Medika Saleha,siti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika Varney, Hellen, 2004. Varney’S Midwifery. Third Edition: Jones and Bartlet Publishes Wihayanti,2010.Gambaran Ibu Postpartum dengan Mastitis Dan Penangannya ( Jurnal Kesehatan). https://www.google.com/search?q=jurnal.kejadian mastitis Pada ibu Postpartum diakses pada tanggal 03 Februari 2014 Wijaksastro, 2007. Ilmu kandungan. Jakarta yayasan Bina Sarwono Prawirhardjo WHO, 2003. Mastitis. Jakarta : Widya Medika