FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN

Download pengaruh karakteristik individu dan teman sebaya terhadap kreativitas dan kompetensi ... Pengumpulan data primer yaitu dengan teknik pengis...

0 downloads 526 Views 2MB Size
FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

Oleh : INDRIANI HARYANI I34060782

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

ABSTRACT

INDRIANI HARYANI. FACTORS RELATED TO COMPETENCE IN STUDENTS CREATIVITY PROGRAM (SCP). Case: Student in Department of Food Science and Technology Entry Year 2008, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University. (Supervised by PUDJI MULJONO). The purpose of this study are to analyze the relationship of individual characteristics with the creativity of students, analyze the social influence of peer relationships with the creativity of students and analyze the relationship between student creativity with competence to participate in Student Creativity Program (SCP). This research was conducted at the Bogor Agricultural University, Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology. Data used in this study are primary and secondary data. The primary data obtained through interviews using questionnaire which is distributed and completed by the respondent In this study, the result of the individual characteristics consist of gender, academic achievement, organizational experience and achievement motivation is not all of them correlated with creativity. Only variable of organizational experience and achievement motivation are significantly associated with the creativity. In the social environment of peer group, the intensity of interaction is not correlated with the creativity. But only the support in peer group has correlated significantly with the creativity. Besides that creativity significantly correlated with competence in the student creativity program through the attitudes and skills variable. Creativity has no linkage with variable of knowledge in competence to participating in the Student Creativity Program. Keywords : competence, peer, creativity

i

RINGKASAN INDRIANI HARYANI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM). Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO).

Mahasiswa yang sebagian besar tergolong dalam masa remaja akhir memiliki tugas penting sebagai bagian dari generasi muda. Disamping itu peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Mahasiswa harus memiliki kompetensi seperti kreatif, kritis, kooperatif, dan etis yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi. Besarnya waktu yang dihabiskan mahasiswa terutama mahasiswa pada usia remaja akhir untuk berinteraksi dan berkumpul bersama teman sebayanya dapat dikatakan berpengaruh sangat besar dalam perkembangan kehidupannya. Interaksi tersebut kemudian dapat membentuk sebuah pengembangan kreativitas dan peningkatan kompetensi mahasiswa untuk melakukan segala sesuatu yang berguna bagi pembangunan negaranya. Hal ini menjadi sangat penting karena mahasiswa di negara manapun akan tampil sebagai pionir pembangunan yang akan dituntut untuk melanjutkan pembangunan negaranya. Sehubungan dengan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti keterkaitan faktor-faktor, seperti karakteristik individu dan interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dan selanjutnya pada kompetensi mahasiswa tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa, menganalisis hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa dan menganalisis hubungan kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk kalangan akademisi, direktorat kemahasiswaan IPB, pemerintah dan kalangan non akademisi serta masyarakat untuk dapat memahami pengaruh karakteristik individu dan teman sebaya terhadap kreativitas dan kompetensi mahasiswa. Kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara konsisten dan sesuai dengan standar yang diterapkan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi ini kemudian diduga memiliki keterkaitan dengan faktorfaktor seperti karakteristik individu dan lingkungan sosial. Faktor-faktor tersebut kemudian diduga memiliki hubungan dengan kreativitas yang kemudian akan berhubungan dengan kompetensi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab rumusan masalah. Pengumpulan data primer yaitu dengan teknik pengisian kuesioner. Data sekunder berupa literatur-literatur yang menjadi acuan penulisan skripsi ini.

ii

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai hubungan antara faktor-faktor yang berkaitan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows dengan model uji korelasi Spearman dan Chi Square. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa karakteristik individu yang terdiri dari jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi ternyata tidak secara keseluruhan memiliki keterkaitan dengan kreativitas. Hanya variabel pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang berhubungan signifikan dengan kreativitas. Intensitas interaksi pada interaksi sosial teman sebaya tidak memiliki keterkaitan dengan kreativitas. Hanya dukungan yang berhubungan signifikan dengan kreativitas. Kreativitas berhubungan signifikan dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa melalui variabel sikap dan keterampilan. Kreativitas tidak memiliki keterkaitan dengan variabel pengetahuan pada kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Beberapa saran yang dapat disampaikan pada skripsi ini antara lain menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kompetensi sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya untuk kemudian dapat menjadi generasi penerus pembangunan, perlu ditingkatkannya peran teman sebaya sebagai pemberi dukungan dalam memberikan informasi-informasi mengenai Program Kreativitas Mahasiswa dan perlunya memperhatikan masalah karakteristik mahasiswa seperti pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang harus terus dikembangkan agar kreativitas mahasiswa terus meningkat.

iii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor) Oleh : Indriani Haryani I34060782

Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Indriani Haryani Nomor Pokok : I34060782 Judul : Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi NIP.19621010 198903 1 005

Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr.Ir.Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Pengesahan:______________________

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (KASUS: MAHASISWA/I DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN TAHUN MASUK 2008, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN. Bogor, Juni 2010

Indriani Haryani I34060782

RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Indriani Haryani. Penulis dilahirkan di Dumai, pada tanggal 7 Maret 1988. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak M. Chairuddin Rambe dan Ibu Srie Kartiyah. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SD Taman Harapan Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 19 Bekasi dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Negeri 4 Bekasi. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi yang berjudul, “FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS

MAHASISWA

(PKM)

(KASUS:

MAHASISWA/I

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN TAHUN MASUK 2008, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR)” ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Besarnya waktu yang dihabiskan mahasiswa terutama mahasiswa pada usia remaja akhir untuk berinteraksi dan berkumpul bersama teman sebayanya dapat dikatakan berpengaruh sangat besar dalam perkembangan kehidupannya. Interaksi tersebut kemudian dapat membentuk sebuah pengembangan kreativitas dan peningkatan kompetensi mahasiswa untuk melakukan segala sesuatu yang berguna bagi pembangunan negaranya. Hal ini menjadi sangat penting karena mahasiswa di negara manapun akan tampil sebagai pionir pembangunan yang akan dituntut untuk melanjutkan pembangunan negaranya. Oleh karena itu menarik untuk melihat keterkaitan faktor-faktor seperti karakteristik individu dan lingkungan sosial teman sebaya dengan kreativitas dan selanjutnya pada kompetensi mahasiswa tersebut. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Bogor, Juni 2010

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ir. Said Rusli, MA sebagai dosen pembimbing akademik, atas bimbingannya selama penulis melaksanakan kuliah di IPB. 3. Ratri Virianita, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 4. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS sebagai dosen penguji dari Departemen SKPM yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 5. Ibu Megawati yang telah membantu penulis mengumpulkan data dan bertukar pikiran mengenai hasil pengolahan data. 6. Kedua orang tua Ayah, Mama serta kakak-kakaku (Yenni Chairiah Rambe SH, Syahri Fadlillah SAg. dan Ansyari Maulana) yang mencurahkan perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar. 7. Tunggul Permono Wicaksono SPi, yang selalu memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan perhatian yang begitu besar. 8. Teman-teman KPM 43, Sita, Icha, Ega, Bambel, Vio dan teman-teman tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kerjasamanya selama ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan, do’a, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini.

ix

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR

..................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR BAB I

…..............................................................................

xiv

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah....................................................................

3

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................

4

1.4 Kegunaan Penelitian...................................................................

4

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka.................................................................................

6

2.1.1 Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi………..

6

2.1.2 Definisi Remaja.........................................................................

7

2.1.3 Karakteristik Remaja.................................................................

8

2.1.3 Teman Sebaya............................................................................ 13 2.1.4 Interaksi Sosial Teman Sebaya..................................................

16

2.1.5 Kreativitas.................................................................................. 19 2.1.6 Kompetensi................................................................................ 21 2.1.7 Program Kretivitas Mahasiswa (PKM)...................................... 24 2.2 Kerangka Pemikiran............................................................................. 29 2.3 Hipotesis Penelitian.............................................................................. 31 2.4 Definisi Operasional............................................................................. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian................................................................................ 38 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 38 3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................................

39

3.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen.................................................... 40 3.4.1 Validitas Instrumen.................................................................... 40

3.4.2 Reliabilitas Instrumen................................................................ 3.5 Teknik Analisis Data

.................................................................

41 41

BAB IV PROFIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB) 4.1 Sejarah Program Kreativitas Mahasiswa dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ........................................................ 4.2 Partisipasi Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas Mahasiswa .......................................................................................... 4.3 Prestasi Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas Mahasiswa .......................................................................................... BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

44 45 47

5.1 Karakteristik Responden.....................................................................

52

5.1.1 Jenis Kelamin ............................................................................

52

5.1.2 Prestasi Akademik .....................................................................

53

5.1.3 Pengalaman Organisasi .............................................................

53

5.1.4 Motivasi Berprestasi .................................................................

54

5.2 Interaksi Sosial Teman Sebaya ..........................................................

55

5.2.1 Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya ...............................

55

5.2.2 Dukungan Teman Sebaya .........................................................

56

5.3 Kreativitas ..........................................................................................

57

5.4 Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa….…

58

5.4.1 Pengetahuan dalam Mengikuti Program Kreativitas 58 Mahasiswa ................................................................................. 5.4.2 Sikap dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa…….. 59 5.4.3 Keterampilan dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa..................................................................................

60

BAB VI FAKTOR-FAKTORYANGBERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) 6.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas..............

61

6.1.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas.................

62

6.1.2 Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Kreativitas…......

63

6.1.3 Hubungan antara Pengalaman Organisasi dengan Kreativitas..

64

6.1.4 Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas.......

65

6.2 Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas 6.2.1 Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas..........

66 67

6.2.2 Hubungan antara Dukungan dengan Kreativitas.......................

68

xi

6.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa .........................................................

69

6.3.1 Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan ...................

70

6.3.2 Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap ..............................

72

6.3.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan .................

72

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan …..................................................................................... 7.2 Saran ...................................................................................................

74 74

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

76

..................................................................................................

81

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL Nomer

Halaman

Tabel 1. Kriteria Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ................................ 25 Tabel 2. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Motivasi ......................

33

Tabel 3. Rancangan Kuesioner Komponen Kompetensi ................................... 35 Tabel 4. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Sikap

.......................... 36

Tabel 5. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Keterampilan ................ 37 Tabel 6. Penyelenggara Pekan Ilmiah Nasional ................................................ 46 Tabel 7. Daftar Juara Umum PIMNAS ............................................................. 48 Tabel 8. Prestasi IPB dalam PIMNAS periode 2003-2009 ................................ 49 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 52 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Prestasi

...

53

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman Organisasi ........................................................................................... 54 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Berprestasi ........................................................................................... 55 Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya ........................................................................ 56 Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan Teman Sebaya ................................................................................................. 57 Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kreativitas ............. 58 Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Program Kreativitas Mahasiswa ......................................................... 59 Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap dalam Program Kreativitas Mahasiswa ......................................................... 59 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Program Kreativitas Mahasiswa ...............................................

60

xiii

Tabel 19. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas. ..........................................................................................

62

Tabel 20. Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas ............................................................................... 67 Tabel 21. Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. ...................................... 70

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomer

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31

xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Mahasiswa yang sebagian besar tergolong dalam masa remaja memiliki

tugas penting sebagai bagian dari generasi muda. Santoso (2006) menyatakan bahwa peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Mahasiswa harus memiliki kompetensi, seperti kreatif, kritis, kooperatif, dan etis yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menekuni ilmu dalam bidangnya saja, tetapi juga beraktivitas untuk mengembangkan soft skills-nya agar menjadi lulusan yang mandiri, penuh inisiatif, bekerja secara cermat, penuh tanggung jawab dan gigih. Kompetensi pada mahasiswa dapat diperoleh dari pembekalan secara formal melalui kurikulum akademik dan ko-kurikuler, serta ekstra dan intra kurikuler. Namun, tidak semua mahasiswa mau dan mampu untuk menjadi pembelajar yang sukses. Acapkali mahasiswa dengan nilai akademik yang tinggi tidak memanfaatkan peluang untuk menggunakan waktunya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler. Sebaliknya mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan pengembangan soft skills tidak memperoleh nilai akademik yang tinggi (Susanto, 2004). Sementara itu, dalam era persaingan bebas dibutuhkan lulusan yang memiliki hard skills dan soft skills yang seimbang. Oleh karenanya di tiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya dan yang terbaik perlu diberi penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi (Santoso, 2006). Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam manusia yang sangat kritis. Hal ini dikarenakan pada masa remaja seorang individu masih berada dalam keadaan emosi yang labil dalam mencari identitas dirinya (Hurlock, 2005). Menurut Piaget (1969), secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam

tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Remaja yang biasa disebut generasi muda juga mempunyai peranan yang sangat berarti dalam negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Semangat yang cukup tinggi untuk mencapai suatu ideal tertentu dengan kerja yang tanpa pamrih dapat membuat remaja

menghasilkan

prestasi-prestasi

yang

baik

yang

berguna

untuk

pembangunan negaranya (Prasetya, 2009). Setiap kali membahas mengenai manusia, maka akan timbul pertanyaan cukup mendasar yang berkaitan dengan perilakunya. Apakah tingkah laku bersumber pada manusia itu sendiri ataukah dari luar dirinya. Salah satu ranah perilaku yang dapat diamati, yaitu ranah psikomotor. Hal ini dikarenakan ranah psikomotor dapat diidentifikasikan sebagai tingkah laku nyata (overt behaviour). Harrow (1976) menyatakan bahwa istilah psychomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor atau perceptual-motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling sederhana sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks. Ranah psikomotor ini kemudian dapat dijelaskan sebagai sebuah keterampilan atau kemampuan (Santoso, 2006). Interaksi sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan kemampuan remaja. Pada masa remaja, lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan teman sebaya (Mappiare, 1982). Teman sebaya menurut Kail dan Reilson (dalam Rohani, 1999) merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Teman sebaya juga merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bergaul dengan teman sebaya merupakan bantuan dari seseorang yang kemudian diberikan kepada orang lain yang berusia kurang lebih sama, dimana dukungan tersebut bertujuan memberikan motivasi atau menimbulkan minat dalam diri seseorang ketika melakukan kegiatan (Prayitno, 2004). Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara hubungan teman sebaya dan remaja seringkali menunjukkan hubungan yang negatif seperti kenakalan remaja, merokok, seks bebas, dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah

2

teman sebaya selalu berdampak negatif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat sisi positif dari interaksi antara remaja dan teman sebaya. Salah satu kegiatan yang sering mengundang minat mahasiswa untuk berprestasi bersama teman sebayanya adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu bentuk upaya yang ditempuh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, serta memperkaya budaya nasional. Program Kreativitas Mahasiswa dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi, serta keimanan yang baik. Mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif (Dikti, 2010).

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan maka cukup penting

untuk meneliti faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi mahasiswa, mengingat bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki sikap dan perilaku kreatif. Oleh karena itu, perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa? 2. Apakah terdapat hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa? 3. Apakah terdapat hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)?

3

1.3

Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan utama yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi mahasiswa tersebut tidak dapat dipisahkan dari karakteristik individu dan interaksi sosial mereka. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa. 2. Menganalisis hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa. 3. Menganalisis hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

1.4

Kegunaan Penelitian Masalah kompetensi mahasiswa merupakan masalah yang perlu mendapat

perhatian bagi banyak pihak baik oleh akademisi, pemerintah serta kalangan nonakademisi dan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi: 1. Akademik Penelitian berjudul “Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)” ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami hubungan karakteristik individu, interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas terhadap kompetensi mahasiswa. 2. Direktorat Kemahasiswaan IPB Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Direktorat Kemahasiswaan IPB mengenai interaksi sosial untuk pengembangan dan peningkatan mutu terkait Program Kreativitas Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor 3. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) selaku wakil pemerintah yang menaungi bidang

4

pendidikan perguruan tinggi terhadap penyelenggaraan serta pengembangan Program Kreativitas Mahasiswa ke depannya. 4. Kalangan non-akademisi dan masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan tentang pengembangan kompetensi kreativitas mahasiswa.

5

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi Peguruan tinggi merupakan wahana tenaga ahli yang diharapkan mampu mengembangkan

ilmu

pengetahuan

dan

memberi

sumbangan

kepada

pembangunan. Perguruan tinggi sebagai wadah untuk menciptakan kader-kader pemimpin bangsa memerlukan suatu pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan instansi non-pendidikan. Hal ini karena dalam perguruan tinggi berkumpul orang-orang berilmu dan bernalar (Artawan, 2004). Lingkungan akademik perguruan tinggi adalah ruang lingkup tempat proses belajar dan tempat berlangsungnya visi dan misi perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi (Kurniawan 2005). Di dalam lingkungan akademik terdapat beberapa komponen, yaitu dosen, mahasiswa, manajemen peguruan tinggi dan sarana untuk mendukung kegiatan perkuliahan. Salah satu komponen dalam perguruan tinggi adalah mahasiswa. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai peserta didik yang terdaftar secara sah dan belajar di perguruan tinggi (Kurniawan, 2005). Sejalan dengan hal tersebut, maka Takwin (2008) juga mendefinisikan mahasiswa sebagai calon pembaharu, calon cendekiawan dan calon penyangga keberlangsungan hidup masyarakat. Tiga hal itu menjadi tujuan yang akan dicapai oleh mahasiswa melalui perguruan tinggi. Hal tersebut merupakan dasar bagi penentuan kualitas-kualitas psikologis apa yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa. Tujuan-tujuan itu juga menjadi dasar pertimbangan bagi penentuan kegiatan-kegiatan apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh mahasiswa. Menurut Kurniawan (2005) budaya akademik sebagi suatu subsistem perguruan tinggi memegang peranan penting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Pemilikan budaya akademik seharusnya menjadi keinginan semua insan akademik, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi

mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik setinggitingginya. Bagi mahasiswa faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik adalah terprogramnya kegiatan belajar, giat untuk memburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, aktif organisasi dan sebagainya (Purwanto, 2000). Melalui aktivitas seperti itu diharapkan budaya mutu dapat dikembangkan secara bertahap dan menjadi kebiasaan dalam perilaku mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruan tinggi.

2.1.2

Definisi Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang

berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi orang dewasa” (Hurlock, 2005). Remaja merupakan masa peralihan antar masa anak dan masa dewasa, yakni antara 12 sampai 21 tahun (Gunarsa dan Gunarsa, 2006). Mengingat pengertian remaja, menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahanperubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik, yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada wanita dan pada laki-laki sedikit lebih tua. Saat berakhirnya masa remaja juga sulit ditentukan mengingat pengertian “mandiri” yang berbeda-beda. Masyarakat yang majemuk dengan kebudayaan dan peradaban yang tinggi memerlukan masa remaja yang panjang untuk menjalani semua persiapan pendewasaan agar mampu hidup “mandiri”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja masa kini bisa mencapai masa dewasa pada umur 20 tahun atau 21 tahun. Monks dan Knoers (1998) mengemukakan suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagiannya sebagai berikut: 1. Usia 12-15 tahun termasuk ke dalam masa remaja awal, 2. Usia 15-18 tahun termasuk ke dalam masa remaja pertengahan dan, 3. Usia 18-21 tahun termasuk ke dalam masa remaja akhir.

7

Sarwono (2002) mengelompokkan remaja menjadi dua tahap yang didasarkan pada usia tahap perkembangan masa remaja yaitu: (1) Tahap remaja awal (14-17 tahun untuk laki-laki dan 13-17 tahun untuk wanita) dengan ciri-ciri, yaitu status sosial belum jelas antara anak-anak dan dewasa, terjadi perubahan fisik dan kejiwaan yang pesat, masa peningkatan emosi, masa tidak stabil (cepat merasa bosan, sulit konsentrasi dan lain-lain), dan merasa banyak masalah; (2) Tahap remaja akhir (18-21 tahun untuk laki-laki dan wanita) dengan ciri-ciri yang lebih stabil dalam emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir, mengalami pertumbuhan fisik yang lamban, bertambah realistis, meningkatnya kemampuan untuk memecahkan masalah, serta tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua yang kurang. Mengacu kepada definisi beberapa ahli tersebut, maka mahasiswa dapat dikategorikan sebagai individu yang berada dalam fase remaja akhir dalam kategori perkembangan sosial. Hal ini karena usia mahasiswa yang pada umumnya

berkisar

antara

17-24

tahun.

Ahmadi

dan

Sholeh

(2005)

mengemukakan bahwa individu pada usia mahasiswa berada dalam vitalitas optimum. Perkembangan intelektualnya berada pada taraf operasional formal, sehingga kemampuaan nalarnya tinggi dan dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis mengenai hal yang abstrak dan hipotesis.

2.1.3

Karakteristik Remaja Kurt Lewin (dalam Azwar, 2003) merumuskan suatu model hubungan

perilaku (ranah psikomotor) yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan sosial dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan kemampuan individu, bahkan kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal ini terlihat pada individu yang bersifat submisif (lebih mengutamakan penerimaan lingkungan daripada keinginan pribadi).

8

Kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah tindakan didorong oleh motif-motif untuk memenuhi kebutuhan, minat serta potensi yang ada pada diri individu tersebut. Motivasi sendiri didefinisikan sebagai suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu (Slavin, 1991). Pengertian motivasi juga merujuk pada faktor-faktor yang terdapat dalam diri seseorang (seperti halnya kebutuhan, harapan dan minat) yang menggerakkan, memelihara, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Huffman et.al, 1995). McClelland (1976) menyatakan bahwa dalam lingkungan akademis, tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang cenderung dilihat dari prestasi atau nilai akademisnya. Nilai akademis inilah yang biasanya dijadikan alat untuk mengukur kemampuan peserta didik. Oleh karena itu motivasi belajar sering disamakan dengan motivasi berprestasi. Adapun karakteristik yang berkaitan dengan kreativitas dan kompetensi mahasiswa menurut beberapa penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin Tjahjoanggoro (1994) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa makin tua usia seseorang, maka makin tinggi derajat keberhasilan kegiatan yang dilakukannya karena pengalaman yang ia miliki. Selain itu disebutkan pula bahwa laki-laki cenderung memiliki kesuksesan dalam karir yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sejalan dengan ini Azzahra (2009) juga menyatakan bahwa kecenderungan laki-laki lebih besar dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan Program Pengembangan Kewirausahaan. Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk berwirausaha dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menyejahterakan kehidupannya. 2. Prestasi Akademik Menurut Soekarwati et al. (1986), salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar adalah pendidikan. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang yang biasanya diukur melalui tes kemampuan seperti tes prestasi dan tes bakat. Tes Prestasi adalah tes yang dilakukan untuk mengukur keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan

9

saat ini. Tes bakat adalah tes yang dilakukan untuk memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang jika dilatih. Jahi (1988, dalam Malta, 2008) merangkum pendapat beberapa ilmuwan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang. Salam (1997) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tes kemampuan yang biasanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan biasanya berupa nilai prestasi akademik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki prestasi akademik yang baik berarti memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Prestasi akademik dengan demikian merupakan nilai yang dimiliki seseorang yang didapat melalui tes prestasi. Prestasi akademik dalam penelitian ini dibatasi pada jumlah indeks prestasi kumulatif remaja sampai pada saat penelitian ini dilakukan. 3. Pengalaman organisasi Pengalaman organisasi merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan

berorganisasi yang dialami seseorang selama terlibat dalam

sebuah organisasi. Pengalaman dapat mengarahkan perhatian seseorang pada minat, kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapinya (Batoa, 2007). Manalu (2009) menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu pertimbangan bagi seseorang dalam menerima ide-ide baru yang menjadi kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah. Pengalaman organisasi dengan demikian dapat berupa jumlah kuantitatif, yaitu jumlah organisasi dan jumlah tahun yang dialami dan mempengaruhi tindakan seseorang dalam kehidupannya. Pengalaman organisasi dalam penelitian ini adalah jumlah organisasi dan lamanya waktu dalam tahun yang telah dialami individu dalam kegiatan berorganisasi

10

Selain ketiga karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya terdapat satu karakteristik lain yang berhubungan dengan kreativitas sehubungan dengan kompetensi yaitu motivasi berprestasi. Menurut McClelland (1976 dalam Hawadi, 2001), motivasi berprestasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai. Motif inilah yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu standar keunggulan tertentu. Motivasi dapat memberi arah dan tujuan pada kegiatan berprestasi serta mempertahankan kemampuan (ability) berprestasi dan mendorong mahasiswa untuk menyukai dan mengikuti program pengembangan kreativitas. Motivasi merupakan keinginan untuk mengarahkan sekuat tenaga agar tercapai tujuan yang terorganisir, dilakukan melalui kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan individu (Robbins, 1996). Menurut Mc Clelland (1976 dalam Hawadi, 2001), kebutuhan manusia terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement) Dorongan untuk mengungguli atau untuk mencapai sesuatu sesuai standar dan berusaha keras untuk sukses. 2. Kebutuhan berkuasa (need for power) Kebutuhan untuk membuat orang lain patuh kepadanya dan tidak untuk sebaliknya. 3. Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation) Keinginan untuk mendapatkan persahabatan dan hubungan interpersonal yang erat. Huffman

et.al

(1995)

menyatakan

bahwa

kebutuhan

berprestasi

merupakan kebutuhan untuk mencapai kesuksesan, untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain, dan untuk menguasai tugas-tugas yang menantang. Beberapa karakteristik yang terdapat pada individu berprestasi antara lain: 1. Cenderung untuk menyukai tugas-tugas yang tingkat kesulitannya sewajarnya saja. Mereka menghindari tugas-tugas yang terlampau mudah karena mereka hanya menghadapi tangtangan atau kepuasan yang sedikit saja. Mereka juga

11

2. Cenderung untuk menyukai tugas-tugas yang hasilnya cukup jelas. Mereka mencari situasi dimana mereka dapat menerima umpan balik bagi kinerjanya. Mereka lebih suka menerima kritikan yang keras tetapi berasal dari orang yang kompeten daripada seorang teman tetapi tidak berbobot kritikannya. 3. Lebih menyukai untuk menangani pekerjaan dengan tanggungjawab sendiri. Mereka dapat merasa puas manakala tugas itu dapat dikerjakan dengan baik. 4. Lebih menyukai pekerjaan atau tugas yang sulit. 5. Mampu melakukan pekerjaan lebih baik daripada orang lain. Hawadi (2001) menyatakan bahwa secara umum, motif untuk berprestasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik) dan motivasi yang datang dari dalam individu itu sendiri (intrinsik). Pada kenyataannya, ada individu yang motif berprestasinya lebih bersifat intrinsik sedangkan individu lain lebih bersifat ekstrinsik. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu: 1. Faktor individual Penelitian yang dilakukan Hawadi (2001) menunjukkan bahwa hanya individu yang mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademik yang mampu mengembangkan motivasi intrinsik. Individu tipe ini dikatakan lebih menyukai tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. 2. Faktor situasional Besar kecilnya jumlah individu dalam suatu kelompok berpengaruh terhadap pembentukan ragam motivasi mahasiswa. Kelompok besar cenderung bersifat formal, penuh persaingan dan kontrol. Situasi seperti ini cenderung menekankan pentingnya kemampuan bukan penguasaan bahan. Sebaliknya pada kelompok yang lebih kecil, individu akan merasa leluasa mengatur dirinya. Harter (1981 dalam Hawadi, 2001) menyatakan tiga hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi dalam kaitannya dengan kemampuan, yaitu:

12

1. Kompetensi yang dirasakan oleh individu. Hal ini dipengaruhi persepsinya tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap tingkat prestasi yang sesungguhnya. Semakin tinggi prestasi seseorang, maka semakin besar kompetensi yang dimilikinya. 2. Afek dalam kegiatan belajar di lingkungan universitas. Ada tiga afek yang berkaitan dengan mata pelajaran, pengajar dan lingkungan sosial belajar (teman sebaya). 3. Persepsi tentang kontrol. Individu dengan persepsi tentang kontrol internal mempunyai harapan tinggi untuk berhasil dan terdorong untuk bekerja keras. Individu tersebut yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan tergantung pada usaha sendiri. Menurut beberapa definisi mengenai motivasi berprestasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari dalam diri responden untuk mencapai prestasi. Dorongan tersebut kemudian akan menyebabkan individu akan berupaya untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuannya.

2.1.4

Teman Sebaya Remaja juga merupakan golongan yang paling mudah mendapatkan

pengaruh budaya karena emosi mereka yang masih labil. Menurut Hurlock (2005), dalam bersosialisasi, selain dengan keluarga, remaja juga bersosialisasi dengan kelompok teman sebaya. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman dalam kelompok. Mudah dimengerti apabila teman sebaya dapat mempengaruhi sikap, penampilan, minat, pembicaraan, perilaku dan kemampuan. Remaja cenderung memilih teman bermain yang mempunyai tingkah laku sama, khususnya yang berasal dari tempat tinggal dan sekolah, serta kebiasaan remaja yang sama. Trock (2003) menyatakan bahwa teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama yang saling mengenal satu sama lain dengan baik. Mansoer (2008) juga menjelaskan bahwa teman sebaya adalah individu lain yang membantu remaja menemukan identitas dan menyelesaikan konflik.

13

Gunarsa dan Gunarsa (2006) menyatakan bahwa salah satu ciri khas remaja adalah kecenderungan untuk membentuk kelompok dan kecenderungan melakukan kegiatan berkelompok. Karakter tersebut menjadi dasar bahwa remaja menyukai untuk melakukan kegiatan bersama dengan teman sebayanya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung sebagai berikut: 1. Kesamaan latar belakang Mansoer (2008) menyatakan bahwa nilai yang umum dijadikan acuan atau dasar dalam memilih teman adalah nilai moral, penampilan fisik, status sosial, kepemimpinan dan kecerdasan. Monks dan Knoers (1998) juga menjelaskan bahwa, dalam perkembangan masa remaja terdapat gerakan memisahkan diri dari orang tua menuju ke arah teman-teman sebaya yang mengerti mereka dan berada dalam nasib yang sama. Kesamaan latar belakang ini menjadi penting karena remaja akan merasa nyaman berada dalam kelompok yang dirasakannya memiliki kesamaan nasib dan karakteristik sehingga mereka tidak merasa asing atau risih. 2. Kesamaan minat Pada masa kanak-kanak, individu cenderung memilih teman untuk kegiatan bermain. Seiring perkembangannya remaja akan membentuk pengelompokkan baru yang sesuai dengan minatnya karena teman masa kanak-kanak dianggap tidak lagi dapat sejalan dengan mereka. Sejalan dengan pernyataan tersebut maka Hurlock (2005) menyatakan bahwa pada masa remaja, individu menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua ataupun guru. 3. Dukungan Penelitian yang dilakukan oleh Anawati (2003) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa remaja merasa nyaman berteman dengan kelompoknya karena mereka mendapatkan dukungan yang kuat baik secara fisik dan mental. Dukungan kelompok ini kemudian akan mengarah kepada solidaritas emosional. Berbagai wacana mengenai kenakalan remaja yang sering

14

diungkapkan menyatakan bahwa keterkaitan emosi yang berujung pada solidaritas inilah yang membuat sering terjadinya kasus kenakalan remaja. Hal ini karena dukungan kelompok akan mengarah pada solidaritas emosional yang meliputi perasaan pengertian, saling membutuhkan, merasa percaya dan aman, kemudian merasa dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai pendapatnya serta saling membantu. Menurut penelitian yang dilakukan Pritini (2006) didapatkan hasil bahwa teman sebaya biasanya memberikan dukungan berupa dukungan semangat, dukungan fisik, dukungan ego, fungsi komparasi sosial, dan sumber kasih sayang. Bagi remaja, hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. 4. Sumber informasi Hubungan dengan teman sebaya akan menjadi sangat penting karena mereka mulai melakukan gerakan melepaskan diri dari keluarga. Sifat dan karakteristik remaja yang mulai menuntut kebebasan dan senang melakukan eksperimen untuk mengembangkan kretivitas mengakibatkan mereka haus akan informasi dari lingkungan luar. Pritini (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hampir semua remaja (92%) mendapat berbagai informasi tersebut dari teman. 5. Intensitas interaksi Remaja

menjalin

persahabatan

dengan

teman

sebaya

dalam

perkembangan sosialnya. Interaksi tersebut menjadi wadah bagi remaja untuk belajar kemampuan menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Interaksi sosial remaja dengan teman sebaya mengakibatkan seringkali keputusan yang mereka ambil merupakan hasil perbincangan antara mereka. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Mansoer (2008), mendapatkan hasil mengenai interaksi remaja, yakni rata-rata remaja berinteraksi dengan teman sebaya setiap hari 1 jam (5-6 jam/minggu) di luar sekolah. Trock (2003) menjelaskan bahwa interaksi yang cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Melalui interaksi teman sebayalah remaja belajar mengenai pola

15

hubungan timbal balik dan setara. Remaja menggali prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah individu dengan tingkat kedewasaan dan usia yang relatif sama dan saling mengenal baik.

2.1.5

Interaksi Sosial Teman Sebaya Widayanti (2005) menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk

individual dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individual mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan interaksi dengan dirinya sendiri, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Dorongan atau motif sosial pada manusia menyebabkan manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Oleh karena itulah terjadi interaksi sosial antara manusia dengan manusia yang lain. Menurut Bonner (2004 dalam Nisriyana, 2007), interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Beberapa uraian di atas dapat menunjukkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masingmasing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) menyatakan bahwa dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga bentuk interaksi sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kerja sama (Co-operation) Kerja sama akan timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, mempunyai pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-

16

kepentingan tersebut. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. b. Persaingan (Competition) Persaingan dapat diartikan sebagai proses dimana perorangan atau kelompok bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada menjadi pusat perhatian umum dengan cara usaha-usaha menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. c. Pertentangan/pertikaian (Conflict) Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Walaupun pertentangan merupakan proses disosiasif yang agak tajam, akan tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Nisriyana (2007) menyatakan bahwa interaksi sosial sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks dimana dapat dibedakan beberapa faktor yang mendasarinya, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: a. Faktor Imitasi Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000 dalam Nisriyana, 2007). Imitasi tidak lain adalah contoh mencontoh, tiru meniru, ikut mengikuti. Imitasi bukan menjadi dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti yang diuraikan oleh Gabriel Tarde (dalam Gerungan, 2000), melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak (Gerungan, 2000). Individu yang hanya mengandalkan perilaku dari meniru dapat

17

mengakibatkan

individu

tersebut menjadi

tidak

berkembang

dan

menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya. b. Faktor Sugesti Sugesti dalam ilmu sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedomanpedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Gerungan, 2000). Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya kemudian diterima oleh pihak lain (Soekanto, 2002). Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Secara garis besar terdapat beberapa keadaan tertentu serta syaratsyarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu sugesti karena hambatan berfikir, sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah, segesti karena otoritas, sugesti karena mayoritas dan sugesti karena “will to believe” (Gerungan, 2000). c. Faktor Identifikasi Identifikasi adalah upaya yang dilakukan seorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya (Rahman, 2000 dalam Nisriyana, 2007). Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain. (Gerungan, 2000). Sebenarnya manusia itu, ketika masih belum cukup kuat memiliki norma, sikap-sikap, cita-cita atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam-macam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia berada. Oleh karena itu manusia terus menerus menguatkan norma

18

dan cita-citanya itu, terutama di dalam suatu masyarakat yang berubahubah dan situasi-situasi kehidupannya serba ragam. d. Faktor Simpati Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain (Gerungan, 2000). Di dalam proses simpati perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya (Soekanto, 2002). Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga pada proses identifikasi. Saling mempengaruhi dalam interaksi sosial yang berdasarkan simpati, jauh lebih mendalam akibatnya daripada yang terjadi atas dasar imitasi atau sugesti. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan saling pengaruh atau saling mengubah tingkah laku antara manusia. Apabila dikaitkan dengan faktor pendukung terbentuknya kelompok teman sebaya dan kecenderungan melakukan kegiatan berkelompok yang telah dijelaskan sebelumnya maka interaksi sosial yang terjadi antara remaja dan teman sebaya dapat dilihat melalui intensitas interaksi dan dukungan.

2.1.6

Kreativitas Kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan

identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain (Moustatis, 1967 dalam Citra, 2008). Menurut Hulbeck (1945, dalam Citra, 2008), tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan/ menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Munandar, 2002). Campbell (1986) menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:

19

1. Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan. 2. Berguna (useful): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan dan mendatangkan hasil lebih baik/ banyak. 3. Dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu. Siagian (1986 dalam Mariani, 1995) juga menyatakan bahwa dengan kreativitas yang tinggi berarti seseorang dapat mengabstraksikan sesuatu sehingga dapat melihat sesuatu itu baik atau berbahaya, dapat melihat ke depan, lebih peka dan berani mengambil sikap tanpa ragu-ragu dan bertanggung jawab. Menurut Torrance (1988, dalam Citra 2008), kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu: 1. Aspek Pribadi Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. 2. Aspek Pendorong Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan. 3. Aspek Proses Ditinjau sebagai proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. 4. Aspek Produk Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna. Campbell (1986) menyatakan bahwa ciri-ciri kreativitas terdiri dari tiga kategori sebagai berikut: 1. Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru dan penemuan.

20

2. Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu mempertahankan ideide kreatif, sekali sudah ditemukan tetap hidup. 3. Ciri-ciri sampingan: tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempengaruhi perilaku orang-orang kreatif. Ciri-ciri diatas kemudian sejalan dengan pernyataan Hawadi (2001) yang menyebutkan ciri-ciri kreativitas sebagai berikut: 1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam. 2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot. 3. Memberikan banyak gagasan, usul-usul terhadap suatu masalah . 4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu. 5. Mempunyai/ menghargai rasa keindahan. 6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi. 7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi. 8. Mempunyai rasa humor. 9. Mempunyai daya imajinasi (misalnya memikirkan hal-hal yang baru dan tidak biasa). 10. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain (orisinil). 11. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan. 12. Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan. Dari beberapa uraian definisi di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

2.1.7

Kompetensi Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,

misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor ini dikemukakan oleh Simpson (1956, dalam Huzaifah,

21

2009) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif. Menurut Sofo (2003) istilah kemampuan didefinisikan sebagai apa yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan sikap yang dalam penerapannya harus konsisten dan sesuai standar kinerja yang dipersyaratkan dalam pekerjaan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, As’ad (2000) mendefinisikan kemampuan (ability) sebagai karakterisik individual, seperti intelegensia, manual skill dan traits yang merupakan kekuatan potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil. Selain itu kemampuan dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Sedarmayanti, 2003). Kemampuan pada individu paling tidak ditentukan oleh tiga aspek kondisi dasar yaitu; kondisi sensoris dan kognitif, pengetahuan tentang cara respon yang benar dan kemampuan melaksanakan respon tersebut. Jadi kemampuan (ability) merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain kemampuan (ability) adalah what one can do dan bukanlah what he does do (As’ad, 2000). Kemampuan tersebut kemudian dapat dilihat dengan mengukur kompetensi yang sesuai dengan kriteria yang menjadi acuan. Shellabear (2002 dalam Murfiani, 2006) menyatakan bahwa kompetensi adalah penerapan dari pengetahuan yang bersifat interpersonal, pembuatan keputusan dan keterampilan (psychomotor skills) yang diharapkan dalam menjalankan suatu peran. Pendapat tersebut sesuai dengan definisi dari Cooper dan Graham (2001 dalam Murfiani, 2006) yang menyatakan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

22

Secara lebih mendalam Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi dalam tiga bagian yaitu: 1. Karakteristik pokok atau mendasar dimana kompetensi hampir dapat dipastikan sudah ada dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang sehingga dapat diperkirakan perilaku seseorang dalam berbagai situasi dan tugas-tugas pekerjaan. Kompetensi ini dapat mengindikasikan seseorang dalam cara berpikir, berperilaku dan pandangan tentang berbagai situasi. Terdapat lima tipe dari kompetensi ini, yaitu motivasi, ciri atau sifat, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan. Tiga tipe kompetensi yang pertama merupakan kompetensi yang ada dalam diri seseorang tetapi tidak terlihat secara nyata (tersembunyi) dan dua tipe terakhir dapat dilihat secara nyata. 2. Kompetensi dapat menyebabkan atau memperkirakan perilaku dan kinerja seseorang. Melalui perilaku seseorang dapat diketahui kompetensi yang ada pada dirinya. 3. Kriteria sebagai acuan perlu ada untuk dipergunakan dalam menilai pekerjaan yang dilakukan dengan baik atau buruk.

Beberapa pendapat mengenai kompetensi tersebut memperlihatkan bahwa kompetensi selalu mengandung kemampuan yang didalamnya mencakup adanya pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menjalankan suatu peran. Dikaitkan dengan teori belajar menurut Benyamin Bloom (1972 dalam Murfiani, 2006), maka Murfiani (2006) menyatakan bahwa kompetensi belajar seseorang dapat terbagi dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Domain kognitif diartikan sebagai kompetensi mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan pengetahuan yang menyangkut tentang konsespsi dan fakta. 2. Domain afektif diartikan sebagai kompetensi untuk menerima nilai-nilai dan menjadikannya sebagai dasar melakukan suatu kegiatan. 3.

Domain psikomotorik diartikan sebagai kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik dari sejumlah bagian tubuh manusia, terutama tangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

23

Menurut Irrianto (1995), seseorang dapat dikategorikan sebagai individu yang “kompeten” hanya jika dia memiliki kemampuan untuk menangani suatu tugas dan pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah konsep kompetensi setidaknya meliputi tiga persoalan, yaitu: 2. Sebuah kerangka acuan dasar dimana kompetensi dikonstruksikan dengan melibatkan pengukuran standar yang diakui oleh kalangan yang relevan. Hal ini mengindikasikan terjadinya kesepadanan antara kemampuan individu dengan standar yang ditetapkan oleh pengguna. 3. Kompetensi tidak hanya sekedar dapat ditunjukkan namun harus dapat dibuktikan dalam menjalankan fungsi-fungsi kerja yang diberikan. 4. Kompetensi merupakan sebuah nilai yang merujuk pada satisfactory performance of individual yang dengan kata lain bukanlah sebuah “lembaga” yang memberikan sertifikat atau ijazah kepada lulusannya, tanpa mengetahui bagaiman kelanjutannya, apakah dapat digunakan atau tidak dalam menunjang pekerjaannya

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara konsisten dan sesuai dengan standar yang diterapkan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa.

2.1.8

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu bentuk

upaya yang ditempuh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta memperkaya budaya nasional. Program Kreativitas Mahasiswa dilaksanakan pertama kali pada tahun 2001, yaitu setelah dilaksanakannya program restrukturisasi di lingkungan Ditjen Dikti. Kegiatan

24

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang selama ini sarat dengan partisipasi aktif mahasiswa, diintegrasikan ke dalam satu wahana yang diberi nama Program Kreativitas Mahasiswa (Dikti, 2010). Program Kreativitas Mahasiswa dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang baik. Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif, mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni (Dikti, 2010). Kriteria mengenai inti kegiatan seperti materi kegiatan, strata pendidikan, jumlah anggota, dosen pendamping, alokasi biaya, laporan akhir dan luaran dalam PKM disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) No

Kriteria

Jenis Kegiatan PKMP

PKMT Kreatif, inovatif dalam mencipta-kan karya teknologi

1

Inti Kegiatan (Karya)

Kreatif, inovatif dalam penelitian

2

Materi kegiatan

Sesuai bidang ilmu, lintas bidang dianjurkan

3 4 5 6

7

Strata Pendidikan Jumlah Anggota Alokasi Pendanaan Laporan Akhir Luaran

PKMK Kreatif, inovatif dalam membuka peluang usaha

PKMM

PKMI

Kreatif, inovatif dalam membantu masyarakat

Kreatif, dalam penulisan artikel ilmiah

Semua bidang ilmu, lintas bidang dianjurkan

Karya kelompok yang telah dilaksanakan

Diploma, S1 3-5 orang Lihat pengumuman Dikti setiap periode anggaran Hasil Kerja Artikel, paten

Artikel Paten, model desain, piranti lunak, jasa

Barang dan jasa komersial

Jasa, desain, barang

Publikasi di jurnal ilmiah

Sumber: Dikti, 2010

25

Perbedaan kelima jenis kegiatan PKM menimbulkan konsekuansi teknis pelaksanaan yang berlainan. Berikut adalah karakteristik dari masing-masing PKM: 1. PKM Penelitian (PKMP) merupakan kreativitas yang inovatif dalam menemukan hasil karya melalui penelitian pada bidang profesi masingmasing. Kreativitas penemuan gagasan, ketepatan metode penelitian dan sumbangan berupa informasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan merupakan pertimbangan utama. 2. PKM Penerapan Teknologi (PKMT) merupakan kreativitas yang inovatif dalam menciptakan suatu karya teknologi (prototipe, model, peralatan, proses) yang dibutuhkan oleh suatu kelompok masyarakat (kelompok tani, industri kecil, pengusaha/pedagang kecil, koperasi atau kelompok produktif lain) yang akan dijadikan mitra kerja. PKMT mewajibkan mahasiswa bertukar pikiran dengan mitra, karena produk PKMT merupakan solusi atas persoalan yang diprioritaskan mitra. Dasar teknologi yang akan diterapkan sudah tersedia, bukan dicari melalui penelitian dalam program ini. Namun demikian untuk penyesuaian bisa dilakukan kalibrasi dan uji coba seperlunya dalam rangka adaptasi. 3. PKM Kewirausahaan (PKMK) merupakan kreativitas penciptaan ketrampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit, umumnya didahului oleh survai pasar, karena relevansinya yang tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi mahasiswa. Perlu ditegaskan di sini bahwa penciptaan ketrampilan berusaha yang dimaksud adalah untuk mahasiswa pengusul PKMK, begitu juga pelaku aktivitas usaha/bisnis yang didanai dalam PKMK adalah kelompok mahasiswa pengusul PKMK. Kelompok mahasiswa pengusul sebagai wirausahawan baru bisa menjalin kerjasama dengan kelompok masyarakat produktif, namun dana PKMK tidak dimaksudkan untuk membantu peningkatan ekonomi kelompok masyarakat tertentu. Dalam PKMK sama sekali tidak diijinkan dilakukannya penelitian/ percobaan untuk mencari temuan. 4. PKM Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) merupakan kreativitas yang inovatif dalam melaksanakan program membantu masyarakat, yaitu program

26

yang mampu memberikan peningkatan kecerdasan, keterampilan, dan pengetahuan masyarakat seperti penataan dan perbaikan lingkungan, pelatihan keterampilan kelompok masyarakat, pengembangan kelembagaan masyarakat, penciptaan karya seni dan olah raga, dan sebagainya. PKMM menuntut ditetapkannya masyarakat sasaran strategis dan persoalannya sebelum menyusun proposal. Pengetahuan atau teknologi yang akan digunakan dalam kegiatan pengabdian sudah harus dikenal dan dikuasai. Tidak ada kegiatan penelitian dalam PKMM. 5. PKM Penulisan Ilmiah (PKMI) merupakan kegiatan penulisan ilmiah dari suatu hasil karya mahasiswa dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (praktek lapang, KKN, PKM, magang, dan sebagainya). Usulan PKMI berupa artikel ilmiah yang siap cetak dan tulisan yang dibuat berasal dari hasil karya mahasiswa peserta yang telah selesai dilaksanakan. Mengingat luasnya bidang keilmuan yang ada serta topik dapat sangat menyebar, untuk memudahkan evaluasi dan alokasi evaluator maka mulai tahun 2006 pengajuan usulan PKM dalam setiap jenis PKM dikelompokkan lagi ke dalam tujuh kelompok bidang ilmu, yaitu: 1. Bidang Kesehatan, yang meliputi: Farmasi, Gizi, Kebidanan, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, Psikologi. 2. Bidang Pertanian, yang meliputi: Kedokteran Hewan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pertanian, Peternakan, Teknologi Pertanian. 3. Bidang MIPA, yang meliputi: Astronomi, Biologi, Geografi, Fisika, Kimia, Matematika. 4. Bidang Teknologi dan Rekayasa, yang meliputi: Informatika, Teknik, Teknologi Pertanian. 5. Bidang Sosial Ekonomi, yang meliputi : Agribisnis (Pertanian), Ekonomi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 6. Bidang Humaniora, yang meliputi : Agama, Bahasa, Budaya, Filsafat, Hukum, Sastra, Seni. 7. Bidang Pendidikan, yang meliputi Program Studi Ilmu-Ilmu Pendidikan di bawah Fakultas Kependidikan.

27

Program studi lain yang belum termasuk dalam pengelompokan bidang ilmu di atas, pengusul dapat memilih kelompok bidang ilmu yang terdekat. Perlu diketahui bahwa pengelompokan bidang ilmu tersebut tidak ada hubungannya dengan kuota kebidangan, tetapi akan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan kedekatan bidang evaluator dengan usulan yang dievaluasi dan dalam penjurian Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) bidang PKM. Proposal yang disusun mahasiswa sesuai format dan sistematika yang telah ditetapkan dapat diajukan ke DP2M secara kolektif oleh perguruan tinggi setelah disahkan pembantu/Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan. Dikti akan memilih kelompok program yang layak diundang sebagai peserta Seminar Program Kreativitas Mahasiswa Tingkat Nasional berdasarkan hasil monitoring dan Laporan Akhir Program. Penghargaan akan diberikan kepada program yang inovatif, merangsang pengembangan diri, dan berdampak luas untuk

manfaat

ilmu

pengetahuan

dan

atau

masyarakat.

Kegiatan

ini

dikoordinasikan dalam kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. Secara rinci Dikti (2010) menyebutkan bahwa tujuan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau

profesional

yang

dapat

menerapkan,

mengembangkan

dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/ atau kesenian serta memperkaya budaya nasional. 2. Mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang baik. 3. Mempersiapkan peserta didik menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif dengan cara memberikan peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap, tanggung jawab, membangun kerjasama tim dan mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni. Tujuan yang telah diuraikan di atas kemudian menjadi landasan dalam penilaian usulan proposal kegiatan PKM yang secara garis besar dijelaskan oleh Dikti (2010) sebagai berikut:

28

2. Kemampuan mengusulkan gagasan yang kreatif dan inovatif dalam pembuatan proposal. 3. Adanya kesesuaian metode. 4. Mampu menyusun proposal secara sistematis. 5. Adanya kegunaan atau kontribusi terhadap masyarakat. 6. Potensi paten atau publikasi. 7. Kemampuan menyusun penjadwalan yang lengkap, jelas, dan sesuai. 8. Kemampuan merinci biaya yang lengkap dan wajar. 2.2

Kerangka Pemikiran Masa remaja merupakan masa peralihan yang dialami seorang individu

dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Dalam fase ini, remaja dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu remaja awal yang berusia antara 13-17 tahun dan remaja akhir yang berusia antara 18-24 tahun yang kemudian dalam penelitian ini akan dikhusukan pada mahasiswa yang termasuk dalam golongan remaja akhir. Pada masa remaja akhir, terbentuknya kreativitas akan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu karakteristik pribadi dan interaksi sosial. Motivasi atau tujuan dalam diri remaja juga memiliki peranan penting karena hal tersebut menjadi dasar dan kontrol untuk mencapai suatu keberhasilan yang ingin dicapai oleh remaja. Pada fase remaja akhir, seorang individu juga mulai dihadapkan pada persiapan dirinya menuju kedewasaan. Hal ini ditandai oleh karakteristik yang dimiliki remaja tersebut. Karakteristik inilah yang kemudian mempengaruhi kreativitas dan selanjutnya mempengaruhi kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sesuai dengan rumusan tentang perilaku dimana perilaku merupakan fungsi dari karakteristik individu dan lingkungan sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan kreativitas yang dimiliki individu dipengaruhi oleh karakteristik individu dan interaksi sosialnya. Karakteristik individu yang berkaitan dengan perilaku pada penelitian ini adalah jenis kelamin, prestasi akademik dan pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi. Interaksi sosial merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kompetensi seseorang yang dapat dibagi lagi menjadi tiga komponen, yaitu

29

pengaruh sosial media massa, teman sebaya dan orang tua. Penelitian ini akan mengkhususkan pada interaksi sosial teman sebaya terhadap kreativitas yang selanjutnya berhubungan dengan kompetensi remaja akhir dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) sebagai faktor eksternalnya. Hal ini dikarenakan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh paling besar dalam perkembangan remaja. Teman sebaya mempengaruhi kreativitas remaja melalui dua variabel utama, yaitu intensitas interaksi dan dukungan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa hampir sebagian waktu remaja akan dihabiskan untuk berkumpul bersama teman sebayanya. Intensitas yang cukup sering antara remaja dan teman sebaya kemudian mengakibatkan terbentuknya kelompok teman sebaya yang siap memberikan informasi dan dukungan. Kecenderungan remaja untuk menghabiskan waktu bersama teman sebaya ini didasarkan atas kebutuhan mereka yang ingin dihargai, menginginkan seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak berbicara, seorang yang dapat diandalkan dan seseorang yang dapat memberikan mereka dukungan tanpa harus merasa digurui. Selain itu alasan mereka menghabiskan sebagian waktu dengan teman sebaya dikarenakan remaja merasa nyaman berada dalam lingkungan orang yang memiliki kesamaan latar belakang seperti usia, penampilan fisik, minat, status sosial dan kecerdasan. Dukungan yang terjadi dalam interaksi dengan teman sebaya berupa dukungan semangat, dukungan fisik, dukungan ego, fungsi komparasi sosial, dan sumber kasih sayang. Dukungan ini juga dapat terjadi melalui pemindahan perasaan.

Keberhasilan

atau

cerita

sukses

seorang

teman

mengenai

keterlibatannya dalam kegiatan PKM akan membuat remaja memiliki pengetahuan (kognitif) dan perasaan (afektif) terhadap kegiatan PKM. Adanya informasi yang diberikan oleh teman sebaya inilah yang kemudian akan membentuk sikap remaja. Sikap yang terbentuk pada diri remaja ini kemudian akan menjadi dasar terbentuknya sebuah perilaku nyata (overt behaviour) yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kompetensi remaja dalam menjalankan suatu kegiatan. Kemampuan selalu terkandung dalam kompetensi yang mencakup adanya pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menjalankan suatu tugas.

30

Pengetahuan dapat mengindikasikan seseorang dalam cara berpikir, berperilaku dan pandangan tentang berbagai situasi. Sikap digunakan untuk menerima nilainilai dan menjadikannya sebagai dasar melakukan suatu kegiatan. Keterampilan dapat digunakan untuk memperkirakan perilaku dan kinerja seseorang yang terlihat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi kerja yang diberikan. Karakteristik Individu -Jenis kelamin -Prestasi akademik -Pengalaman organisasi -Motivasi berprestasi

Kreativitas

Kompetensi Remaja pada PKM - Pengetahuan - Sikap - Keterampilan

Interaksi Sosial Teman Sebaya - Intensitas interaksi - Dukungan

Keterangan : : Hubungan antar variabel

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). 2.3

Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan maka dapat disusun

hipotesis penelitian sebagai berikut: H1= Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa. H2= Diduga terdapat hubungan nyata antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas.

31

H3= Diduga terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan kompetensi remaja pada PKM.

2.4

Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan rumusan batasan dan operasionalisasi dari

masing-masing variabel yang akan digunakan untuk memudahkan dalam menguji hipotesa penelitian. Variabel-variabel yang akan dioperasionalisasikan tersebut adalah: A. Karakteristik individu. Faktor yang mempengaruhi kompetensi remaja, yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri. Karakteristik individu dapat didefinisikan sebagai keadaan individu yang berkaitan langsung dengan pribadinya, meliputi jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi. 1. Jenis kelamin (skala nominal). Kondisi fisiologis organ-organ seks responden yang dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Pengkategorian jenis kelamin terdiri dari: 1. Laki-laki

(kode = 1)

2. Perempuan

(kode = 2)

2. Prestasi akademik (skala ordinal). Prestasi hasil belajar yang diperoleh oleh responden setelah mengalami proses belajar mulai dari awal masuk Institut Pertanian Bogor sampai semester terakhir yang ditempuh responden pada saat penelitian dilakukan yang diakumulasikan dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Pengkategorian prestasi akademik terdiri dari: 1. Rendah

(skor = 1)

2. Sedang

(skor = 2)

3. Tinggi

(skor = 3)

32

3. Pengalaman Organisasi (skala ordinal). Keterlibatan responden dalam berbagai organisasi sejak menempuh pendidikan formal sampai saat penelitian ini dilakukan. Pengkategorian pengalaman organisasi terdiri dari: 1. Rendah (nilai <4) 2. Sedang (nilai 4-6) 3. Tinggi (nilai 7-9) 4. Motivasi berprestasi (Skala ordinal). Dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari dalam diri responden untuk mencapai prestasi dengan meningkatkan kompetensi atau kemampuannya. Untuk mengukur indikator motivasi berprestasi diberikan sebanyak 12 pertanyaan. Pertanyaan tersebut dapat ditanggapi oleh responden dengan jawaban selalu (S), kadang-kadang (K) dan tidak pernah (T). Jawaban responden kemudian diberi skor dengan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Motivasi Jenis Pernyataan

Skor Pernyataan S

K

T

Positif

3

2

1

Negatif

1

2

3

Skor jawaban responden dari 12 pernyataan motivasi tersebut kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor terendah adalah 12 dan skor tertinggi adalah 36. Hasil akumulasi skor tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengkategorian motivasi terdiri dari: 1. Motivasi berprestasi rendah (nilai 12-19) 2. Motivasi berprestasi sedang (nilai 20-27)

33

3. Motivasi berprestasi tinggi (nilai 28-36) B. Interaksi sosial teman sebaya. Hubungan saling pengaruh atau saling mengubah tingkah laku antara responden dengan teman sebaya meliputi intensitas interaksi dan dukungan. 1. Intensitas interaksi (skala ordinal). Waktu yang dihabiskan responden untuk bertemu atau berkumpul dengan teman sebaya setiap harinya. Untuk mengukur indikator intensitas interaksi diberikan 4 pertanyaan dengan skor terendah 4 dan skor tertinggi 16. Pengkategorian intensitas interaksi terdiri dari 1. Intensitas rendah (nilai 4-6) 2. Intensitas sedang (nilai 7-9) 3. Intensitas tinggi (nilai 10-12) 2. Dukungan (skala ordinal) Dorongan yang memacu individu untuk melakukan sesuatu yang berasal dari luar diri individu (teman sebaya). Untuk mengukur indikator dukungan teman sebaya, diberikan sebanyak 7 pertanyaan dengan skor tertinggi 21 dan skor terendah 7. Pengkategorian dukungan terdiri dari: 1. Dukungan rendah (nilai 7-11) 2. Dukungan sedang (nilai 12-16) 3. Dukungan tinggi (nilai 17-21) C. Kreativitas (skala ordinal) Kemampuan mengeluarkan ide, gagasan atau kegiatan yang baru, berguna dan dapat dimengerti. Untuk mengukur indikator kreativitas, diberikan sebanyak 10 pertanyaan dengan skor tertinggi 30 dan skor terendah 10. Pengkategorian kreativitas terdiri dari: 1. Kreativitas rendah (nilai 10-16) 2. Kreativitas sedang (nilai 17-23)

34

3. Kreativitas tinggi (nilai 24-30) D. Kompetensi remaja pada PKM (skala ordinal) Tindakan nyata yang dapat diamati dan dapat dilihat yang mencakup tiga komponen, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Adapun rancangan kuesioner untuk seluruh variabel kompetensi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rancangan Kuesioner Komponen Kompetensi Aspek yang diukur Komponen Kemampuan

Sosialisasi Informasi

Pencarian data dan Informasi

Pengerjaan Proposal PKM

Pengumpulan

Pengetahuan









Sikap

-







Keterampilan







-

1. Pengetahuan (skala ordinal) Kemampuan mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan informasi yang menyangkut tentang konsespsi dan fakta mengenai Program Kreativitas Mahasiswa. Pengetahuan remaja terhadap PKM ini akan diukur melalui 7 pertanyaan yang masing-masing akan diberi skor 1 untuk pilihan “tidak”, skor 2 untuk pilihan “ya”. Skor jawaban responden dari 7 pernyataan sikap tersebut kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah 16. Hasil akumulasi skor tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengkategorian pengetahuan terdiri dari: 1. Pengetahuan rendah (nilai ≤7) 2. Pengetahuan sedang (nilai 8-11) 3. Pengetahuan tinggi (nilai 12-14)

35

2. Sikap (skala ordinal) Kemampuan untuk menerima nilai-nilai dan menjadikannya sebagai dasar melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan Program Kreativitas Mahasiswa. Sikap remaja terhadap PKM ini akan diukur melalui 10 pertanyaan. Pertanyaan tersebut dapat ditanggapi oleh responden dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) yang didasarkan pada skala likert seperti yang tertera pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Sikap Skor Pernyataan

Jenis Pernyataan

SS

S

TS

STS

Positif

4

3

2

1

. Skor jawaban responden dari 10 pernyataan sikap tersebut kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Hasil akumulasi skor tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengketagorian sikap terdiri dari: 1. Sikap negatif (nilai 10-25) 2. Sikap positif (nilai 26-40) 3. Keterampilan (skala ordinal) Kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik dari sejumlah bagian tubuh manusia, terutama tangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan terkait dengan Program Kreativitas Mahasiswa. Keterampilan remaja terhadap PKM ini akan diukur melalui 12 pertanyaan. Pertanyaan tersebut dapat ditanggapi oleh responden dengan jawaban Tidak Terampil (TT), kurang terampil (K), terampil (T) dan

36

sangat terampil (ST). Jumlah tersebut didasarkan pada skala seperti yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Keterampilan Skor Pernyataan

Jenis Pernyataan

TT

KT

T

ST

Positif

1

2

3

4

Skor jawaban responden dari 12 pernyataan keterampilan tersebut kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 48. Hasil akumulasi skor tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengkatagorian keterampilan terdiri dari: 1. Keterampilan rendah (nilai 12-23) 2. Keterampilan sedang (nilai 24-35) 3. Keterampilan tinggi (nilai 36-48)

37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yaitu penelitian

yang mengambil sampel dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuantitatif dilakukan dengan pengisian kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok yang dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi yang kemudian diolah dan dianalisis melalui pengujian Hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989)

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) Departemen

Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian. Pemilihan lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) atas dasar pertimbangan bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan banyak yang mengikuti kegiatan PKM. Hal ini didukung oleh data yang dikeluarkan oleh direktorat kemahasiswaan mengenai jumlah proposal yang lolos berdasarkan fakultas dan departemen ketua kelompok, dimana Ilmu dan Teknologi Pangan masuk ke dalam tiga besar dengan jumlah 24 proposal. Selain itu, mahasiswa/i terkenal sebagai mahasiswa yang cerdas, kreatif dan berada pada lingkungan belajar dimana tingkat persaingannya terbilang cukup tinggi sehingga tiap individu berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010. Pada bulan Februari 2010 dilakukan penentuan hipotesis penelitian dan penentuan metodologi penelitian yang disajikan dalam proposal. Pengambilan data primer melalui penyebaran kuesioner kepada responden penelitian dilakukan pada Maret 2010. Pada bulan Maret sampai April 2010 dilakukan input data, pengolahan data, interpretasi data serta penyusunan laporan akhir skripsi. .

3.3

Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang disebarkan dan diisi oleh responden. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi pustaka, Direktorat Kemahasiswaan IPB, dan Kemahasiswaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Kuesioner yang disebar dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik individu. Bagian dua berisikan pertanyaan/ pernyataan mengenai pengaruh sosial teman sebaya. Bagian ketiga berisikan pertanyaan/ pernyataan mengenai kreativitas serta bagian keempat berisikan pertanyaan/ pernyataan kompetensi remaja dalam PKM. Penelitian ini dilakukan dengan purposive (sengaja) berdasarkan hasil penelusuran dokumen mengenai keterlibatan mahasiswa dalam PKM. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 109 mahasiswa semester 4 yang berada dalam Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Unit analisis penelitian ini adalah individu yang berusia 19-21 tahun atau termasuk dalam katagori remaja akhir. Dari hasil penghitungan sampel, diperoleh sebanyak 72 responden. Prosedur penentuan jumlah sampel berdasarkan perhitungan rumus Slovin dengan ketelitian kesalahan 7% (Prasetyo dan Lina 2006. Adapun rumus Slovin dapat dilihat pada persamaan (1).

n=

(1)

N 1+(Ne2)

Keterangan:

n

= besaran sampel

N

= besaran populasi

e

= nilai kritis (batas ketelitian)

39

3.4

Validitas dan Realibilitas Instrumen Data yang akan digunakan dalam penilitian ini diperoleh dengan pengisian

kuesioner. Kuesioner yang akan disebarkan kepada sampel penelitian kemudian di uji terlebih dahulu agar kuesioner tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur serta konsisten. Oleh karena itulah dilakukan uji validitas dan realibilitas. Kuesioner ini kemudian diujikan kepada 15 responden dari jurusan Teknik Pertanian dan 15 orang responden dari jurusan Teknologi Industri Pertanian tahun masuk 2008. Pemilihan responden ini didasarkan pada karakteristik responden uji yang sama dengan sampel asli penelitian, seperti usia, bidang keilmuan dan lingkungan belajar yang masih dalam ruang lingkup satu fakultas.

3.4.1

Validitas Instrumen Validitas dalam penelitian ini didapat dengan jalan menyesuaikan

pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang dibuat berdasarkan teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan koefisien product moment Pearson. Hal ini dilakukan agar data yang didapat itu valid. Priyatno (2008) menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Secara statistik angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai kritis tabel korelasi. Adapun rumus yang digunakan dapat dilihat pada persamaan (2) sebagai berikut:

(∑ XY )(∑ X ∑ Y ) − (∑ X ) ][ N ∑ Y − (∑ Y )

N

r = [N



X

2

2

2

2

(2)

Keterangan : r

= nilai koefisien validitas

N

= jumlah responden

X

= skor pertanyaan pertama

Y

= skor total

40

Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner kepada 30 responden maka diperoleh hasil validitas instrumen. Dari 73 pertanyaan yang diajukan terdapat 14 pertanyaan yang tidak valid. Oleh karena itu 14 pertanyaan tersebut diganti.

3.4.2 Reliabilitas Instrumen Uji realibilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Priyatno, 2008). Uji realibilitas dilakukan dnegan menggunakan teknik belah dua, dimana pada teknik ini setiap butir pertanyaan-pertanyaan yang valid dibagi menjadi nelahan genap dan belahan ganjil. Pengukuran koefisien realibilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus pada persamaan (3) sebagai berikut:

r tot =

2 (r + t ) 1 + r tt

(3)

Keterangan: rtot

= angka koefisien reliabilitas keseluruhan item

rtt

= angka korelasi belahan pertama dan kedua Setelah dilakukan uji kuesioner pada 30 responden, maka diperoleh nilai

reliabilitas sebesar 0,852 untuk pengalaman organisasi, 0,601 untuk motivasi berprestasi, 0, 657 untuk intensitas interaksi, 0,819 untuk dukungan, 0,728 untuk kreativitas 0,899 untuk pengetahuan, 0,850 untuk sikap, dan 0,903 untuk keterampilan.

3.5

Teknik Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran

kuesioner yang kemudian diolah dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows. Penggunan program SPSS adalah untuk mempermudah pengolahan data yang ada. Data dari pengisian kuesioner oleh responden kemudian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Data yang diperoleh bersifat nominal dan ordinal, sehingga untuk menganalisis hubungan antar data tersebut digunakan Korelasi Rank Spearman dan Chi-Square.

41

Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji statistik non parametik melalui uji Chi-Square untuk melihat hubungan yang nyata antara variabelvariabel dengan skala nominal. Hasil uji Chi-Square kemudian digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel-variabel dengan koefisien kontingensi (C). Makin besar C berarti hubungan antara dua variabel semakin erat. C berkisar antara 0 dan 1 (Singarimbun dan Effendy, 1989). Rumus Chi-Square (Rakhmat, 2004) yang digunakan dapat dilihat pada persamaan (4) sebagai berikut: ( f − f )2 2 0 h χ = ∑ f h

dimana: x2

(4)

= Chi kuadrat observasi

f0

= frekuesi obsevasi

fh

= frekunsi harapan

Rumus koefisiensi Kontigensi (C) dapat dilihat pada persamaan (5) sebagai berikut::

X 2 X 2+N

C= dimana:

C

= koefisien kontingensi

x2

= nilai Chi kuadrat

N

= banyaknya sampel

(5)

Korelasi Rank Spearman digunakan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan antara variabel yang menggunakan skala pengukuran ordinal. Rumus Spearman (Rakhmat, 1997) dapat dilihat pada persamaan (6) dibawah ini:

6∑ d 2 r =1− s n ( n 2 −1) dimana:

(6)

rs = korelasi Spearman d = jumlah selisih antara peringkat bagi x dan y n = banyaknya pasangan data

42

Guilford (dalam Rakhmat, 2004) mengkategorikan tingkat keeratan hubungan sebagai berikut: •

<0,20

: hubungan rendah sekali 



0,20 – 0,40

: hubungan rendah tetapi berarti



0,40 – 0,70

: hubungan yang cukup berarti



0, 70 – 0,90

: hubungan yang tinggi; kuat



>0,90

: hubungan kuat sekali, sangat tinggi dan dapat diandalkan

43

BAB IV PROFIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB) 4.1

Sejarah PKM dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Adanya kesenjangan antara teori yang diperoleh mahasiswa dengan realita

kebutuhan masyarakat, serta munculnya tuntutan masyarakat atas lulusan perguruan tinggi yang bermutu, mandiri dan siap mengantisipasi arah pengembangan bangsa, maka pada tahun 1997 DP2M merealisasikan Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi (PBKPT). Salah satu komponen kunci di dalamnya adalah Program Karya Alternatif Mahasiswa (KAM). Inilah satu-satunya program yang dapat diakses dan dilaksanakan oleh mahasiswa, karena program lainnya seperti Kuliah Kewirausahaan (KWU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), Magang Kewirausahaan (MKU), Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK) dan Inkubator Wirausaha Baru (INWUB) diperuntukkan bagi dosen. Walaupun ada persyaratan untuk menyertakan mahasiswa sebagai pelaku lapangan. KAM merupakan wahana kreasi bagi mahasiswa dalam menciptakan produk (barang atau jasa) yang akan menjadi komoditas usahanya kelak. Sedangkan pematangan sebagai entrepreneur dilakukan pada program INWUB. Dengan demikian, PBKPT merupakan satu kesatuan program pendorong Perguruan Tinggi (PT) dalam menghasilkan entrepeuneur ataupun teknopreneur dari kampus (Dikti, 2009). Dalam perkembangannya, Karya Alternatif Mahasiswa (KAM) dirasa sangat membatasi ruang kreasi mahasiswa yang memiliki minat, bakat dan intelektual beragam. Pada tahun 2001, DP2M kemudian meluaskan KAM menjadi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang membuka peluang mahasiswa dalam berkarya seluas para dosennya. Sejak saat itu dikenal berbagai jenis PKM, yaitu PKM-Penelitian

(PKM-P),

PKM-Penerapan

Teknologi

(PKM-T),

PKM-

Kewirausahaan(PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dan PKM-Penulisan Artikel Ilmiah (PKM-I). Sejarah penyelenggaraan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Indonesia berawal dari Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Lomba Karya Inovatif Produktif (LKIP) mahasiswa yang dilaksanakan pertama kali pada tahun

1980 di Universitas Indonesia. Dalam perkembangannya, kedua kegiatan tersebut pada tahun 1988 dikembangkan dengan menambahkan kegiatan penunjang berupa Pameran, Bazar, Studium Generale, Pentas Seni, dan Seminar, yang kemudian disebut dengan Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM). Pada tahun 2002, PKM bergabung dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) ke dalam program Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang dilaksanakan di Universitas Airlangga Surabaya. Atas kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, sejak tahun 2009 pelaksanaan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) yang sebelumnya

dikenal sebagai LKTM diintegrasikan pengelolaannya ke dalam

PKM. Mengingat sifatnya yang identik dengan PKM-I, maka program KKTM dikelompokkan bersama PKM-I dalam PKM-Karya Tulis (PKM-KT). Untuk membedakannya, PKM-I diberi nama baru PKM-Artikel Ilmiah (PKM-AI) dan KKTM menjadi PKM-Gagasan Tertulis (PKM-GT) sesuai dengan sumber bahan penulisannya. Sesuai dengan sifat artikel yang dihasilkan, maka PKM-AI akan bermuara pada Jurnal Kreativitas Mahasiswa sedangkan PKM-GT menggantikan posisi PKM-AI di PIMNAS. Penilaian atas mutu usulan, proses pelaksanaan dan presentasi di PIMNAS, seluruhnya dilakukan berdasar atas level kreativitas mahasiswa dan orisinalitas. Orisinalitas dalam hal ini tidak hanya diartikan sebagai suatu temuan baru, akan tetapi ide yang akan direalisasikan murni berasal dari kelompok mahasiswa. Dengan demikian, Pembimbing PKM disarankan agar berperan sebagai pendamping mahasiswa yang mengawasi pelaksanaan PKM agar sesuai dengan misi masing-masing program dan tidak menjadikan mahasiswa sebagai bagian riset ataupun kegiatan akademik dosen lainnya (Dikti, 2009).

4.2

Partisipasi

Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas

Mahasiswa Penyelenggaraan Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM) sempat berlangsung selama dua tahun, dan kemudian dengan penyempurnaan dan penambahan kegiatan penunjang, penyelenggaraan pada tahun ke tiga nama kegiatan dirubah menjadi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), dan

45

sekaligus merupakan PIMNAS III. Bertepatan dengan perubahan tersebut, Institut Pertanian Bogor mendapat kehormatan menjadi tuan rumah penyelanggaraan PIMNAS III tersebut. Secara berurutan penyelenggaraan LKIM dan PIMNAS dari tahun 1988 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penyelenggara Pekan Ilmiah Nasional Tahun

Kegiatan

1988 LKIM I

Penyelenggara

Tempat Jakarta

1990 PIMNAS III

Universitas Indonesia (UI) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Institut Pertanian Bogor (IPB)

1991 PIMNAS IV

Universitas Lampung (UNILA)

Bandar Lampung

1992 PIMNAS V

Universitas Brawijaya (UB)

1993 PIMNAS VI 1994 PIMNAS VII

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) IKIP Bandung, ITB dan UNPAD

1995 PIMNAS VIII

Universitas Gajahmada (UGM)

1996 PIMNAS IX 1997 PIMNAS X

Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) Universitas Udayana (UNUD)

Denpasar

1998 PIMNAS XI

Universitas Diponegoro (UNDIP)

Semarang

1999 PIMNAS XII 2000 PIMNAS XIII

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Universitas Indonesia (UI)

2001 PIMNAS XIV

Universitas Negeri Makasar (UNM)

Makasar

2002 PIMNAS XV

Universitas Airlangga (UNAIR)

Surabaya

2003 PIMNAS XVI

Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT-Telkom) Universitas Andalas (UNAND)

Surakarta

1989 LKIM II

2004 PIMNAS XVII 2005 PIMNAS XVIII 2006

PIMNAS XIX

2007. PIMNAS XX

PIMNAS XXI

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Universitas Lampung (UNILA)

2009 PIMNAS XXII

Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA) Universitas Brawijaya(UB)

2010 PIMNAS XXIII

Universitas Mahasaraswati

2008

Jakarta Bogor Malang Semarang Bandung Yogyakarta Surabaya

Jakarta Jakarta

Bandung Padang Malang Bandar Lampung Semarang Malang Denpasar

Sumber: Direktorat Kemahasiswaan IPB, 2010

46

Dilihat dari sifatnya, secara garis besar kegiatan PIMNAS terdiri dari atas dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat utama, dan kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan utama (kegiatan penunjang). 1. Kompetisi hasil PKM melalui presentasi, gelar poster dan produk dari peserta finalis PKM Penelitian, PKM Penerapan Teknologi, PKM Kewirausahaan, PKM Pengabdian Masyarakat, dan PKM Penulisan Ilmiah. 2. Presentasi LKTM bidang IPA, IPS, Pendidikan, dan Seni. 3. Studium generale dan seminar ilmiah. 4. Gelar poster dan produk non PKM yang ditampilkan oleh mahasiswa. 5. Sarasehan forum Wakil/ Pembantu Rektor/ Ketua/ Direktur Bidang Kemahasiswaan.

Sedangkan kegiatan penunjang adalah kegiatan yang bersifat menunjang kegiatan utama. Oleh karena itu jenis-jenis kegiatannya diserahkan sepenuhnya kepada penyelenggara. Panitia penyelenggara dapat melaksanakan kegiatan penunjang yang relevan dalam rangka lebih menyemarakkan penyelenggaraan Pimnas. Kegiatan penunjang ini diserahkan pada pihak perguruan tinggi penyelenggara dengan mempertimbangkan manfaat dan keterlibatan mahasiswa yang akan menjadi pesertanya (Dikti, 2010).

4.3

Prestasi Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas Mahasiswa Sejak pertama kali pelaksanaan Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM)

sampai dengan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke XVI di Surakarta pemenang ditetapkan secara perorangan untuk setiap bidang lomba atau kelompok presentasi, sehingga tidak ada juara umum, juara I maupun juara lainnya. Pada tahun 2004 yang bertepatan dengan pelaksanaan PIMNAS ke XVII di Bandung, muncul gagasan untuk menetapkan juara umum, juara I dan juara lainnya berdasarkan peroleh penghargaan setara emas, perak dan perunggu. Dimana juara umum kemudian berhak menerima piala bergilir Menteri

47

Pendidikan Nasional "Adhikarta Kertawidya". Adapun daftar juara umum pada PIMNAS dapat dilihat pada Tabel 7. Sejarah yang telah dilalui oleh IPB dalam pelaksanaan PKM dan PIMNAS dari sejak penyelenggaraan PKM tahun 2002 hingga tahun 2007, telah menorehkan berbagai prestasi yang membanggakan. Indikasi ini terlihat dari banyaknya proposal/usulan kegiatan PKM yang diajukan yakni 105 buah pada tahun 2002 (didanai DIKTI 33 buah) hingga mencapai 840 buah (didanai DIKTI 272 buah) pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari berbagai karya kreatif mahasiswa yang diciptakan. Keberhasilan IPB terlihat dari waktu ke waktu dimana pada tahun 2003 IPB sebagai peraih penghargaan terbanyak, kemudian menjadi juara I selama dua kali berturut-turut pada tahun 2004 di STT Telkom bandung dan tahun 2005 di Universitas Andalas, Padang (Direktorat Kemahasiswaan IPB, 2010). Kegagalan Institut Pertanian Bogor (IPB) memepertahankan piala Adhikarta Kertawidya ini kemudian menjadi sebuah pebicaraan yang cukup hangat pada saat itu. Hal ini dikarenakan pada tahun 2006, IPB mendapatkan batasan untuk mengirimkan delegasinya ke ajang PIMNAS. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya dimana IPB berhasil mengirimkan delegasi terbanyak dan dapat meraih juara umum. Walaupun IPB belum berhasil meraih juara umum kembali, tetapi dari tahun ke tahun IPB masih memegang prestasi sebagai Universitas yang terbanyak mengirimkan proposal PKM untuk didanai. Hal ini dibuktikan pada tahun 2010 dimana IPB menjadi Universitas yang terbanyak dalam perolehan dana PKM yang mengajukan 887 judul dan proposal yang berhasil didanai sebanyak 321 judul (Direktorat Kemahasiswaan IPB, 2010). Tabel 7 Daftar Juara Umum PIMNAS Tahun

Kegiatan

Juara Umum

2004

PIMNAS XVII

IPB

2005

PIMNAS XVIII

IPB

2006

PIMNAS XIX

UGM

2007

PIMNAS XX

UGM

2008

PIMNAS XXI

UNIBRAW

2009

PIMNAS XXII

UNIBRAW

Sumber: Dikti, 2010

48

Berdasarkan data sebaran peringkat PIMNAS IPB dari tahun 2003 sampai tahun 2009, prestasi mahasiswa IPB cenderung mengalami penurunan. Berikut adalah data sebaran peringkat PIMNAS IPB dari tahun 2003-2009 yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Prestasi IPB dalam PIMNAS periode 2003-2009 Tahun Tempat Prestasi 2003 Universitas Sebelas Maret Solo Peraih Penghargaan Terbanyak 2004 STT Telkom Bandung Peringkat Ke-1 2005 Universitas Andalas Padang Peringkat Ke-1 2006 Universitas Muhamadiyah Malang Peringkat Ke-3 2007 Universitas Lampung Peringkat Ke-2 2008 Universitas Islam Sultan Agung Peringkat Ke-6 2009 Universitas Brawijaya Peringkat Ke-5 Sumber: Direktorat Kemahasiswaan IPB, 2010 Adapun prestasi IPB dalam ajang PKM dan PIMNAS berdasarkan data dari Direktorat Kemahasiswaan IPB mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2009 dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1. PIMNAS XVI DI UNS SURAKARTA • IPB mendapatkan 17 penghargaan yang diperebutkan untuk PKM dari 24 tim finalis. • Juara 1 LKTM bidang IPS. • Juara 1 LKIM bidang IPA. • Penghargaan stand terbaik 1 pameran. • Meskipun belum ada PIALA BERGILIR tetapi secara de facto IPB merupakan juara umum. 2. PIMNAS XVII DI STT TELKOM BANDUNG •

IPB mendapatkan 20 penghargaan yang diperebutkan untuk PKM dari 28 tim finalis PKM IPB (tetapi 4 tim finalis PKM tidak hadir karena sudah lulus dan bekerja).



12 predikat juara setara medali emas.



8 predikat juara setara medali perak.



Pertama kali diperebutkan Piala Adhikarta Kertawidya dimana IPB berhasil menjadi Juara Umum.

49



1 penghargaan Juara III Lomba Web Design.



Penghargaan stand pameran terfavorit.



Juara II stand terbaik pameran.

3. PIMNAS XVIII DI UNAND PADANG •

IPB mendapatkan 23 penghargaan yang diperebutkan untuk PKM dari 38 tim finalis PKM (tetapi 3 tim finalis PKM tidak hadir karena sudah lulus dan bekerja).



10 predikat juara setara medali emas.



13 predikat juara setara medali perak.



IPB sebagai Juara Umum.



Penghargaan Juara III stand terbaik pameran.

4. PIMNAS XIX DI UNMUH MALANG •

Presentasi : 5 emas, 4 perak dan 3 perunggu.



Poster



14 Tim masuk babak final presentasi PKM dari.



37 Tim peserta PIMNAS PKM.



IPB menempati urutan ke-3 dalam perolehan jumlah medali setelah UGM

: 1 perunggu.

dan ITS (dimana poster dinilai emas). • Juara II dan Harapan II Lomba Kaligrafi. • 8 Besar (Urutan 7) Debat Bahasa Arab. • 8 Besar (Urutan 5) Debat Bahasa Inggris. 5. PIMNAS XX DI UNILA •

Presentasi

: 2 emas, 5 perak dan 1 perunggu.



Presentasi Poster

: 2 emas, 2 perak dan 2 perunggu.



Total

: 4 emas, 7 perak dan 3 perunggu.



IPB menempati urutan ke-2 dalam perolehan medali setelah UGM.



Juara I Pameran Karya Ilmiah Mahasiswa (PKIM).



5 Besar Lomba Applied Programming for Problem Solving Security.



5 Besar Debat Bahasa Inggeris.



Juara III Debat Bahasa Mandarin.

6. PIMNAS XXI DI UNISULA •

Presentasi

: 1 emas, 6 perak dan 6 perunggu.

50



Presentasi Poster



IPB menempati urutan ke-6 dalam perolehan medali.

: 1 perak dan 1 perunggu.

7. PIMNAS XXII DI UNBRAW •

Presentasi



Presentasi Poster : 3 emas, 1 perak dan 3 perunggu.



IPB menempati urutan ke-5 dalam perolehan medali.

: 1 emas, 3 perak dan 2 perunggu.

51

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1

Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga

berhubungan

dengan

kompetensi

dalam mengikuti

Program Kreativitas

Mahasiswa (PKM). Karakteristik responden akan menentukan bagaimana tingkat kreativitas mahasiswa sehubungan dengan kompetensi dalam mengikuti PKM. Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi. Sebaran data dan deskripsi mengenai karakteristik responden dapat diuraikan dibawah ini.

5.1.1

Jenis Kelamin Responden pada penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang

berjumlah 72 orang. Sebaran data mengenai jenis kelamin responden berdasarkan pembedaan secara biologis yang dikategorikan atas laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Laki-laki

27

37,5

Perempuan

45

62,5

72

100

Total

Berdasarakan Tabel 9 diketahui bahwa jumlah responden laki-laki dalam penelitian ini yaitu sebanyak 27 orang, sedangkan responden perempuan berjumlah 45 orang. Jumlah responden laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang ini dikarenakan jumlah laki-laki yang terbilang cukup sedikit pada populasi, sehingga ketika dilakukan pengambilan sampel dengan penggunaan

tabel angka acak didapat jumlah sampel laki-laki dan perempuan yang tertera pada Tabel 9.

5.1.2

Prestasi Akademik Data responden mengenai prestasi akademis ditinjau apakah mereka

memiliki nilai tinggi, sedang, dan rendah. Nilai tersebut didasarkan pada hasil evaluasi belajar dalam Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) yang dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Data sebaran responden mengenai prestasi akademis dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Prestasi Akademik Prestasi Akademik

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

4

5,6

Sedang

41

56,9

Tinggi

27

37,5

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 10 maka diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kategori prestasi akademik sedang. Namun terdapat 4 orang atau 5,6 persen responden yang berada pada kategori prestasi akademik rendah. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kebijakan sistem pemilihan jurusan pada mahasiswa tahun masuk 2008 dimana pemilihan jurusan dilakukan saat mereka mendaftar di Institut Pertanian Bogor. Berbeda dengan pemilihan jurusan pada dua tahun sebelumnya dimana pemilihan jurusan berdasarkan IPK saat mahasiswa berada pada Tingkat Persiapan Bersama yang mengakibatkan departemen ITP memiliki mahasiswa yang memiliki IPK ≥ 3,00.

5.1.3

Pengalaman Organisasi Pengalaman

organisasi

merupakan

salah

satu

cara

kepemilikan

pengetahuan berorganisasi yang dialami seseorang selama terlibat dalam sebuah

53

organisasi. Organisasi yang dimaksud meliputi OSIS, PMR/Dokter kecil, Pramuka, Organisasi kerohanian, Paskibraka, Seni, BEM/DPM, Himpunan Profesi dan sejenisnya. Pengalaman organisasi responden dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi. Data sebaran responden berdasarkan pengalaman organisasi lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman Organisasi Pengalaman Organisasi

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

7

9,7

Sedang

52

72,2

Tinggi

13

18,1

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa sebaran tertinggi pengalaman organisasi responden berada pada kategori sedang yaitu sebesar 52 orang atau 72,2 persen. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden baru mulai aktif berorganisasi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Selain itu terdapat juga beberapa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan tapi tidak aktif. Beberapa responden mengemukakan alasan bahwa jadwal kuliah yang padat serta tugas yang tidak sedikit mengakibatkan mereka tidak bias membagi waktu untuk melakukan kegiatan organisasi. Namun, ada juga beberapa responden yang tidak menjadikan hal tersebut sebagai alasan. Mereka aktif dan pintar membagi waktu sehingga mereka tetap dapat melakukan kegiatan organisasi dan tidak mengabaikan tugas kuliah.

5.1.4

Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan

untuk berprestasi yang timbul dari dalam individu itu sendiri. Oleh karena itulah motivasi berprestasi dapat dikategorikan menjadi faktor internal yang melekat

54

pada karakteristik responden. Data sebaran Responden berdasarkan motivasi berprestasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Berprestasi Mahasiswa/i

Motivasi Berprestasi

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

0

0

Sedang

12

16,7

Tinggi

60

83,3

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang memiliki hasil akumulasi skor yang berada pada kategori motivasi berprestasi rendah. Hal tersebut karena tiap individu merasa bahwa lingkungan belajar mereka adalah lingkungan belajar dengan tingkat persaingan yang tinggi sehingga tiap individu berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itulah didapatkan hasil 60 orang atau 83,3 persen responden berada pada kategori motivasi berprestasi tinggi dan sisanya sebanyak 12 orang atau 16,7 persen berada dalam kategori motivasi berprestasi sedang. 5.2

Interaksi Sosial Teman Sebaya Interaksi sosial teman sebaya merupakan salah faktor lain yang diduga

berhubungan

dengan

kompetensi

dalam mengikuti

Program Kreativitas

Mahasiswa (PKM). Interaksi sosial teman sebaya akan menentukan bagaimana tingkat kreativitas mahasiswa sehubungan dengan kompetensi dalam mengikuti PKM. Interaksi sosial teman sebaya terdiri dari intensitas interaksi dan dukungan. Sebaran data dan deskripsi interaksi sosial teman sebaya dapat diuraikan dibawah ini.

5.2.1

Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya Intensitas interaksi adalah rata-rata waktu yang dihabiskan responden

untuk bertemu atau berkumpul dengan teman sebaya setiap harinya. Data sebaran

55

responden berdasarkan intensitas interaksi dengan teman sebaya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya Mahasiswa/i

Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

3

4,2

Sedang

20

27,8

Tinggi

49

68

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak berada pada kategori intensitas interaksi yang tinggi dengan jumlah 49 orang atau 68 persen dan sebanyak 20 orang atau 27,8 persen termasuk dalam ketegori sedang. Hal ini dikarenakan sebagian waktu yang dimiliki mahasiswa akan dihabiskan untuk melakukan kegiatan di luar rumah seperti untuk kuliah, mengerjakan tugas atau terlibat dalam kegiatan organisasi. Aktivitas tersebut secara tidak langsung menyebabkan mahasiswa mempunyai banyak waktu untuk berada dalam lingkungan teman sebayanya dan berinteraksi. Namun, dari data yang disajikan pada Tabel 13 juga terlihat bahwa terdapat 3 orang atau 4,2 persen responden yang berada pada kategori intensitas interaksi rendah. Hal ini dikarenakan responden tersebut merasa tidak melakukan kontak fisik atau komunikasi dengan teman walaupun mereka berada dalam satu lingkungan. Mereka cenderung melakukan kegiatan “menyendiri” ketika ada waktu kosong.

5.2.2

Dukungan Teman Sebaya Dukungan teman sebaya adalah dorongan yang memacu responden untuk

melakukan sesuatu yang berasal dari luar diri individu (teman sebaya). Bagi remaja, dukungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan dukungan kelompok akan mengarah pada solidaritas emosional yang terbentuk melalui keterkaitan emosi. Adapun data

56

sebaran responden berdasarkan intensitas dukungan teman sebaya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan Teman Sebaya Dukungan Teman Sebaya

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

4

5,6

Sedang

37

51,3

Tinggi

31

43,1

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah responden pada kategori dukungan teman sebaya rendah yaitu 4 orang atau 5,6 persen. Sedangkan untuk kategori dukungan teman sebaya sedang berjumlah 37 orang atau 51,3 persen dan untuk kategori dukungan teman sebaya tinggi berjumlah 31 orang atau 43,1 persen. Tabel 14 juga menunjukkan bahwa responden yang termasuk dalam kategori dukungan teman sebaya sedang dan dukungan teman sebaya tinggi memiliki proporsi yang tidak terlalu jauh. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan penerimaan terhadap dukungan tersebut.

5.3

Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan mengeluarkan ide, gagasan atau kegiatan

yang baru, berguna dan dapat dimengerti. Kreativitas responden pada penelitian ini dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi. Dasar berpikir penentuan variabel kreativitas adalah bahwa karakteristik individu dan interaksi sosial teman sebaya tidak akan menghasilkan sebuah kompetensi tanpa disertai adanya pengembangan kreativitas. Data sebaran responden berdasarkan kreativitas lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 15.

57

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kreativitas Kreativitas

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

-

-

Sedang

48

66,7

Tinggi

24

33,3

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang memiliki hasil akumulasi skor yang berada pada kategori kreativitas rendah. Hal ini dikarenakan setiap individu pada dasarnya memiliki ciri-ciri kreativitas. Status responden sebagai mahasiswa secara tidak langsung menempatkan mahasiswa tersebut pada karakteristik individu yang berilmu dan bernalar. Oleh karena itulah mahasiswa memiliki kecenderungan untuk berperilaku kreatif walaupun kadar kreatif ini kemudian akan bervariasi pada setiap individu.

5.4

Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa pada

responden dikaji melalui tiga variabel, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tiap variabel tersebut akan diukur untuk melihat apakah kreativitas berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Berikut ini akan disajikan data sebaran responden berdasarkan tiap variabel kompetensi dalam mengikuti PKM.

5.4.1

Pengetahuan dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Variabel yang pertama adalah pengetahuan. Pengetahuan ini dapat

diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan informasi yang diterima yang menyangkut konsepsi dan fakta mengenai PKM. Pengetahuan dalam penelitian ini kemudian dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu pengetahuan rendah, pengetahuan sedang dan pengetahuan tinggi.

58

Adapun data sebaran responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengetahuan

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

12

16,7

Sedang

37

51,4

Tinggi

23

31,9

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebaran tertinggi berada pada kategori pengetahuan sedang yaitu sebesar 37 orang atau 51,4 persen. Hal ini dikarenakan responden masih berada pada tingkat dua dan baru dapat mengikuti PKM secara aktif. Keadaan yang demikian menyebabkan responden belum memiliki pengetahuan dan informasi yang lengkap mengenai PKM.

5.4.2

Sikap dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Variabel yang kedua adalah sikap. Sikap ini dapat diartikan sebagai

kemampuan responden untuk menerima nilai-nilai dan menjadikannya sebagai dasar untuk melakukan suatu kegiatan terkait Program Kreativitas Mahasiswa. Adapun data sebaran responden berdasarkan sikap dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap dalam Program Kreativitas Mahasiswa Sikap

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Negatif

13

18,1

Positif

59

81,9

Total

72

100

59

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebaran tertinggi berada pada kategori sikap positif yaitu sebesar 59 orang atau 81,9 persen. Responden pada kategori sikap negatif sebesar 13 orang atau 18,1 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa PKM dinilai sebagai sesuatu yang baik, menyenangkan dan memberikan banyak manfaat serta keuntungan. Hal ini terlihat pada jawaban responden yang sebagian besar merasa senang terhadap PKM.

5.4.3

Keterampilan dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Variabel yang ketiga adalah keterampilan. Keterampilan dapat diartikan

sebagai kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik dari sejumlah bagian tubuh terkait dengan Program Kreativitas Mahasiswa. Keterampilan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keterampilan rendah, keterampilan sedang dan keterampilan tinggi. Adapun data sebaran responden berdasarkan keterampilan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Keterampilan

Mahasiswa/i Jumlah (orang)

Persentase (%)

Rendah

3

4,2

Sedang

60

83,3

Tinggi

9

12,5

Total

72

100

Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa sebaran tertinggi berada pada kategori sedang yaitu sebesar 60 orang atau 83,3 persen. Responden pada kategori keterampilan rendah sebesar 3 orang atau 4,2 persen dan responden pada kategori keterampilan tinggi sebesar 9 orang atau 12,5 persen. Banyaknya Responden pada kategori keterampilan sedang ini dikarenakan mereka baru dikenalkan dengan Program Kreativitas Mahasiswa dan baru bisa terlibat dalam Program Kreativitas mahasiswa sehingga mereka belum teralalu menguasi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa.

60

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah Kreativitas remaja. Sehubungan dengan hal tersebut maka kreativitas remaja berhubungan dengan dua faktor utama, yaitu karakteristik individu (jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi) dan interaksi sosial teman sebaya (intensitas interaksi dan dukungan). Faktor-faktor yang berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) akan dijelaskan pada uraian berikut.

6.1

Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktor-

faktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Salah satu variabel tersebut adalah karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi. Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara karakteristik individu dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel karakteristik individu dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Karakteristik individu seperti jenis kelamin dan prestasi akademik tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang menunjukkan hubungan. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel 19.

61

Tabel 19 Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas. Kreativitas Karakteristik Individu

Koefisien (X2 / rs)

p-value

Jenis Kelamin

χ2= 0,267 C2= 0,061

0,606

Prestasi Akademik

rs= -0,045

0,705

Pengalaman Organisasi

rs= 0,440**

0,000

Motivasi Berprestasi

rs= 0,294*

0,012

Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hubungan antara masing-masing karakteristik individu dengan kreativitas berdasarkan Tabel 19 dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

6.1.1

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas Jenis kelamin dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan

perempuan. Responden laki-laki terdiri dari 37,5 persen dan responden perempuan terdiri dari 62,5 persen. Pada kelompok responden pria rataan skor yang didapat sebesar 20,11 dan kelompok responden perempuan memiliki rataan skor sebesar 22,75. Dari hasil uji Chi-Squre (χ2) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai χ2 yang didapat sebesar 0,267. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kreativitas. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Azzahra (2009) yang membuktikan bahwa responden laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa. Alasannya bahwa laki-laki cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk menyejahterakan kehidupannya. Namun, hasil tersebut tidak sepenuhnya bertentangan dengan hasil penelitian ini. Hal itu karena pada penelitian ini tidak mengukur kreativitas melalui keterlibatan dalam

62

Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang kewirausahaan saja. Penelitian ini melihat Program Kreativitas Mahasiswa secara menyeluruh dan menuju kepada ciri kreativitas yang melekat pada responden. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan tingkat kreativitas yang sama. Pernyataan ini kemudian didukung oleh data sekunder dari Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Selain itu dinyatakan pula bahwa telah terjadi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini yang menyebabkan perempuan dan laki-laki merasa memiliki kesempatan yang sama untuk berkreativitas melalui ajang PKM. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka terima Ho atau tolak H1 artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kreativitas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin tidak menentukan kreativitas.

6.1.2

Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Kreativitas Prestasi Akademik dalam penelitian ini digolongkan ke dalam tiga

kategori, yaitu rendah, tinggi dan sedang. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 5,6 persen, kategori sedang 56,9 persen dan kategori tinggi 37,5 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik rendah memiliki rataan skor sebesar 21,67. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik sedang memiliki rataan skor sebesar 22,90 dan kelompok responden pada kategori prestasi akademik tinggi memiliki rataan skor sebesar 22,56. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar -0,045 dengan nilai p-Value 0,075. Hasil uji yang negatif menunjukan hubungan yang tidak searah, namun karena hasil uji tersebut tidak signifikan dan mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil sampel yang tidak bisa menggambarkan populasi secara keseluruhan. Hal ini dapat dipahami bahwa prestasi akademik merupakan hasil dari pengukuran kemampuan kognitif saja. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Salam (1997) bahwa prestasi akademik merupakan tes kemampuan yang biasanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan, dimana dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki prestasi akademik yang baik berarti

63

memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Sedangkan kreativitas itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dan lingkungannya. Hasil ini kemudian diperkuat oleh data dari Direktorat Kemahasiswaan yang menunjukkan bahwa terjadi sebaran yang merata terhadap IPK mahasiswa yang mengikuti PKM. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa bidang pada PKM yang dapat diikuti oleh mahasiswa tanpa harus sesuai bidang keilmuannya, sehingga tidak dibutuhkan pengetahuan keilmuan untuk dapat terlibat dalam PKM. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka terima Ho atau tolak H1 yang artinya tidak terdapat hubungan antara prestasi akademik dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman yang negatif dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi akademik tidak menentukan kreativitas.

6.1.3

Hubungan antara Pengalaman Organisasi dengan Kreativitas Pengalaman organisasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu

rendah, sedang dan tinggi. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 9,7 persen, kategori sedang 72,2 persen dan kategori tinggi 18,1 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi rendah memiliki rataan skor sebesar 21,42. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi sedang memiliki rataan skor sebesar 22,76 dan kelompok responden pada kategori pengalaman organisasi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,83. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,440 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengalaman organisasi memiliki hubungan yang cukup berarti dengan kreativitas. Artinya semakin tinggi pengalaman organisasi responden maka semakin tinggi tingkat kreativitasnya. Pernyataan ini dapat diperkuat melalui penelitian Manulu (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu pertimbangan bagi

64

seseorang dalam menerima ide-ide baru yang menjadi kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah. Apabila dilihat dari aspek perkembangan kreativitas menurut Torrance (1988 dalam Citra, 2008) maka hubungan antara pengalaman organisasi dengan kreativitas dapat dikaitkan dengan aspek proses. Pada aspek proses dapat dijelaskan bahwa kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menguji dan menyampaikan hasil-hasilnya. Oleh karena itu keterlibatan responden dalam kegiatan organisasi akan membuat responden terbiasa berada dalam situasi untuk memecahkan masalah. Selain itu berdasarakan informasi yang didapat dari Direktorat Kemahasiswaan bahwa sebagian besar Organisasi Kemahasiswaan di IPB mencantumkan PKM sebagai salah satu agendanya. Oleh karena itu mahasiswa yang terlibat dalam organisasi akan lebih mudah mendapat informasi mengenai PKM dan tertantang untuk mengeluarkan ide kreatif melalui PKM. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara pengalaman organisasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai pValue kurang dari 0,01.

6.1.4

Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas Motivasi berprestasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu

rendah, sedang dan tinggi. Namun, pada penelitian ini tidak didapatkan responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi rendah. Kelompok responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi sedang memiliki rataan skor 21,83 dan kelompok responden pada kategori motivasi berprestasi tinggi memiliki rataan skor 22,90. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,294 dan berhubungan nyata pada level 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Motivasi berprestasi dapat memberikan arah dan tujuan pada kegiatan berprestasi dimana hal tersebut sejalan

65

dengan kebutuhan manusia yang didefinisikan oleh Mc Clelland (1976) dimana salah satunya adalah kebutuhan berprestasi. Motivasi berprestasi ini kemudian dapat mengarahkan tingkah laku individu dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai dengan suatu standar keunggulan tertentu. Hal ini juga yang kemudian membuat individu selalu berusaha mengembangkan kreativitasnya agar dapat lebih unggul. Selain itu dinyatakan pula bahwa dari semua karakteristik individu yang paling berpengaruh adalah motivasi. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan sosialisasi, hal pertama yang dilakukan Direktorat Kemahasiswaan adalah membangkitkan

motivasi

mahasiswa.

Hal

ini

dilakukan

dengan

cara

membangkitkan memori Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), menampilkan gambar-gambar saat mahasiswa IPB berhasil meraih medali, ceritacerita sukses dari para “alumni PKM” dan sebagainya. Setelah motivasi itu dibangkitkan barulah materi sosialisasi diberikan dengan harapan mahasiswa menjadi lebih tertarik pada informasi karena telah tumbuh motivasi dalam dirinya. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai pValue kurang dari 0,05.

6.2

Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktor-

faktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel yang berhubungan dengan kreativitas selain karakteristik individu adalah interaksi sosial teman sebaya. Hasil pengujian hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel 20.

66

Tabel 20 Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas. Kreativitas

Interaksi Sosial Teman Sebaya

Koefisien ( rs)

p-value

Intensitas Interaksi

0,119

0,319

Dukungan

0,334**

0,004

Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Interaksi sosial teman sebaya meliputi intensitas interaksi dan dukungan. Variabel intensitas interaksi tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya variabel dukungan yang menunjukkan hubungan. Hubungan antara masing-masing interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

6.2.1

Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas Intensitas interaksi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah,

sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori intensitas interaksi rendah memiliki rataan skor sebesar 20,00. Kelompok responden pada kategori intensitas sedang memiliki rataan skor sebesar 21,95 dan kelompok responden pada kategori intensitas interaksi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,14. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,119. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas interaksi yang terjadi antara responden dengan teman sebayanya tidak berkaitan dengan pengembangan kreativitas responden. Hal ini dapat dipahami bahwa intensitas interaksi yang sebagian besar masuk ke dalam kategori tinggi terjadi dalam ruang lingkup waktu jam belajar mengajar dan meliputi kegiatan yang terkait dengan kegiatan perkuliahan. Selain itu Trock (2003) juga mengatakan bahwa interaksi yang

67

cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Oleh karena itu interaksi yang dilakukan seringkali bertujuan untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya. Hal tersebut untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung dan tidak berhubungan dengan kreativitas. Apabila dikaitkan dengan faktor yang mendasari interaksi sosial, maka intensitas interaksi yang terjadi disebabkan oleh faktor imitasi. Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000). Individu yang hanya mengandalkan perilaku dari meniru dapat mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak berkembang dan menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima Ho atau tolak H1 yaitu intensitas interaksi dengan teman sebaya tidak mamiliki hubungan dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa intensitas interaksi tidak menentukan kreativitas.

6.2.2

Hubungan antara Dukungan dengan Kreativitas Dukungan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang

dan tinggi. Pada kelompok responden kategori dukungan rendah memiliki rataan skor sebesar 23,00. Kelompok responden pada kategori dukungan sedang memiliki rataan skor sebesar 21,89 dan kelompok responden pada kategori dukungan tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,67. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,334 dan berhubungan nyata pada level 1%.

68

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pritini (2006), dimana didapatkan hasil bahwa teman sebaya bisanya memberikan dukungan semangat, fisik dan ego yang kemudian akan mengarah pada solidaritas bersama. Peran teman sebaya sebagai penyedia informasi kemudian mengakibatkan remaja yang haus akan informasi dari lingkungan luar merasa mendapatkan berbagai informasi. Hal ini didukung pula oleh sifat dan karakteristik

remaja

yang

mulai

senang

melakukan

eksperimen

untuk

mengembangkan kreativitasnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk interaksi menurut Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) maka dukungan dapat dikategorikan sebagai bentuk kerja sama (co-operation). Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama Selain itu dinyatakan pula oleh Direktorat Kemahasiswaan bahwa informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan sesama teman ternyata lebih ampuh dalam penyampaian informasi sosialisasi PKM. Hal ini dikarenakan mahasiswa, terutama yang masih berada pada tingkat 2 masih percaya kepada informasi dari teman sebayanya yang dirasa memiliki pengetahuan lebih. Mereka merasa informasi tersebut jujur dan tidak berlebihan. Mereka juga tidak segan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai hal-hal detail pada teman. Dukungan inilah yang menyebabkan kreativitas mereka muncul dan berkembang. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka H0 ditolak atau terima H1 yaitu dukungan teman sebaya memiliki hubungan dengan kreativitas. Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kreativitas ini termasuk ke dalam hubungan yang signifikan pada level 1% yaitu pada selang kepercayaan 99,6 persen.

6.3

Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Variabel yang berhubungan dengan kompetensi dalam penelitian ini

adalah faktor yang berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel tersebut adalah kreativitas. Kreativitas berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti PKM melalui tiga variabel pada kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil pengujian

69

hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa disajikan secara ringkas pada Tabel 21 berikut ini.

Tabel 21 Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi

Kreativitas Koefisien ( rs)

p-value

Pengetahuan

0,122

0,308

Sikap

0,379**

0,001

Keterampilan

0,384**

0,001

Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM). Hasil analisis data antara variabel kreativitas dan kompetensi dalam mengikuti PKM menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Salah satu variabel kompetensi yaitu pengetahuan tidak menunjukkan adanya hubungan. Kreativitas hanya menunjukkan hubungan dengan variabel sikap dan keterampilan. Hubungan antara kreativitas dengan masing-masing variabel kompetensi dalam mengikuti PKM dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut

6.3.1

Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan Kreativitas dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang

dan tinggi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa setelah dilakukan akumulasi skor data responden maka tidak ada responden yang berada pada kategori rendah. Oleh karena itu kategori pada kreativitas menjadi dua, yaitu kreativitas sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 9,82 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 10,67.

70

Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,122. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kreativitas yang

dimiliki oleh

responden tidak berkaitan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Hal ini dapat dipahami bahwa pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi ini lebih ke arah kemampuan responden menangkap informasi dalam sosialisasi PKM. Kreativitas lebih menekankan kepada kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru berguna dan dapat dimengerti. Pada intinya kreativitas lebih menakankan pada kemampuan unruk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi pengetahuan bidang ilmu dan pengetahuan materi sosialisasi PKM. Dari hasil penelitian terdapat beberapa alasan mengenai tidak adanya hubungan antara kreativitas dan pengetahuan. Pertama dikarenakan terdapat beberapa kategori PKM yang tidak harus sesuai dengan bidang keilmuan. Hal ini memberi peluang agar setiap mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya walaupun pengetahuan yang ia miliki belum cukup banyak. Selama mahasiswa tersebut memiliki motivasi, berkemauan dan mampu bekerjasama maka ia dapat mengikuti PKM. Kedua, yaitu status responden yang berada pada tingkat dua dimana ia baru diperkenalkan pada pengetahuan-pengetahuan menurut bidang ilmunya. Pada usia tersebut mereka cenderung memanfaatkan keterampilan bukan pengetahuan mereka. Ketiga, yaitu status mahasiswa tingkat dua yang membuat mereka merasa hanya dianggap sebagai pelengkap syarat. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena mahasiswa tingkat dua ini dipersiapkan untuk kemudian menjadi pemimpin dalam kegiatan PKM berikutnya. Namun, posisi mereka yang kurang dari segi pengalaman membuat mereka tidak dapat mengembangkan kreativitas dan memperoleh sedikit pengetahuan. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima Ho atau tolak H1 yaitu kreativitas tidak mamiliki hubungan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05.

71

6.3.2

Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap Variabel kedua pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas

adalah sikap. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor sikap sebesar 28,69 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap sebesar 30,70. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,379 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Murfiani (2006) bahwa sikap atau domain afektif dalam kompetensi ini merupakan dasar untuk melakukan suatu kegiatan melalui kesiapan menerima nilai-nilai. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Siagian (1986 dalam Mariani, 1995) yang menyatakan bahwa dengan kreativitas seseorang dapat mengabstraksikan sesuatu sehingga dapat melihat sesuatu itu baik atau berbahaya, dapat melihat ke depan, lebih peka dan berani mengambil sikap tanpa ragu-ragu dan bertanggung jawab. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa yang tergolong dalam kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden tersebut memiliki sikap yang lebih positif terhadap PKM. Mereka cenderung merasa senang untuk mencari informasi, mengunjungi tempat-tempat yang dapat memberikan pengetahuan dan mereka juga merasa senang apabila dapat terlibat dalam kegiatan PKM. Berdasarkan hasil analisis di atas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-Value kurang dari 0,01.

6.3.3

Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan Variabel ketiga pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas

adalah keterampilan. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor keterampilan sebesar 28,71 dan kelompok responden pada

72

kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor keterampilan sebesar 32,00. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,384 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Simpson (1956 dalam Huzaifah, 2009) bahwa hasil belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang kemudian membuat individu mampu untuk melahirkan suatu gagasan yang baru dan kreatif. Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang berada pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor yang tinggi pula dalam keterampilan. Hal ini karena kreativitas sendiri memang menuntut sesorang dapat mengeluarkan keterampilannya. Sebagian besar responden yang pernah terlibat dalam PKM juga menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mengikuti PKM seperti memahami informasi, mengumpulkan data secara cepat dan tepat, menyusun proposal secara sitematis, lengkap dan sesuai, merinci biaya secara lengkap dan wajar, menerapkan kesesuaian metode, serta mengkoordinasikan kelompok. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-Value kurang dari 0,01.

73

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Jenis kelamin pada karakteristik individu tidak memiliki hubungan dengan kreativitas. 2. Prestasi akademik pada karakteristik individu tidak memiliki hubungan dengan kreativitas. 3. Pengalaman organisasi pada karakteristik individu memiliki hubungan nyata dengan kreativitas. 4. Motivasi berprestasi pada karakteristik individu memiliki hubungan nyata dengan kreativitas 5. Intensitas interaksi pada interaksi sosial teman sebaya tidak memiliki hubungan dengan kreativitas. 6. Dukungan pada interaksi sosial teman sebaya memiliki hubungan signifikan dengan kreativitas 7. Kreativitas tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan dalam kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. 8. Kreativitas memiliki hubungan signifikan dengan sikap dalam kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. 9. Kreativitas tidak memiliki hubungan dengan keterampilan dalam kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa

7.2

Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan pada skripsi ini antara lain

adalah: 1. Lingkungan akademik seperti Universitas agar dapat memanfaatkan dan menjadikan interaksi sosial antara mahasiswa dengan dukungan yang

74

diberikan oleh lingkungan teman sebayanya sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa. Oleh karena itu sebaiknya diciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kompetensi sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya untuk kemudian dapat menjadi generasi penerus pembangunan. 2. Perlu ditingkatkannya peran teman sebaya sebagai pemberi dukungan serta memberikan informasi-informasi mengenai Program Kreativitas. Hal ini diperlukan mengingat lingkungan sosial teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang berpengaruh cukup besar pada mahasiwa yang berada pada fase masa remaja akhir. 3. Perlu diperhatikan pula masalah karakteristik mahasiswa seperti pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang harus terus dikembangkan agar kreativitas mahasiswa terus meningkat. Hal ini dibutuhkan mengingat pengembangan

kreativitas

tersebut

nantinya

akan

berkaitan

dengan

kompetensi mahasiswa. 4. Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk meneliti kompetensi menurut kategori dalam Program Kreativitas Mahasiswa secara terpisah.

75

DAFTAR PUSTAKA Anawati, Rina E. 2003. Perbedaan Persepsi terhadap Kelompok Sebaya dan Institusi Sekolah pada Remaja yang Memiliki Kenakalan Kriminal dan Kenakalan Umum serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jenis Kenakalan. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor. Ahmadi, A dan Sholeh M. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Artawan, I. 2004. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan di Perguruan Tinggi. http://artawan.mutiaracyber.com/artikel. Diakses 11 Mei 2010. As’ad. 2000. Psikologi Industri. Edisi ke-4. Liberty. Yogjakarta. Azwar, Saifuddin. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Azzahra, Rifzashani. 2009. Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM). Sripsi. Program Studi Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Batoa, Hartina. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kompetensi Petani Rumput Laut di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Campbell, David. 1986. Mengembangkan Kreativitas. Kanisius. Yogyakarta. Citra.

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas2008. Kreativitas. makalah/psikologi-umum/kreativitas. Diakses 21 Maret 2010.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI). 2009. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). http://dp2m.dikti.go.id/data/panduan/pimnas. Diakses 3 Juni 2010. _________________________________________. 2010. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). http://dp2m.dikti.go.id/data/panduan. Diakses 3 Februari 2010 Gerungan, WA. 2000. Psikologi Sosial. PT. Eresco. Jakarta.

Gunarsa, Singgih D dan Gunarsa, Yulia. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Edisi ke-12. Gunung Mulia. Jakarta. Harrow, Anita J. (1976). A taxonomy of the psychomotor domain a guide for developing behavioral objectives. Longman. New York. Hawadi, R A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat dan Kemampuan Anak. PT Grasindo. Jakarta. Huffman, Karen, Mark Venoy dan Judith Vernoy. 1995. Essentials of Psychology in Action. John Wiley & Sons Inc. New York. Hurlock, Elizabeth B. 2005. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (diterjemahkan oleh : Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo, M.Sc). Erlangga. Huzaifah, Hamid. 2009. Ranah Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektifdan-psikomotorik. Diakses 4 maret 2010. Irrianto, J. 1995. Isu-Isu Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia. Edisi ke-1. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Kurniawan, K. 2005. Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi. http://waspada_online.com/. Diakses 11 Mei 2010. Malta, 2008. Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. Tesis. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Mansoer, Masri. 2008. Perilaku Keberagaman Remaja Kasus pada Siswa SLTA di Kota Jakarta Selatan, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak. Disertasi. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Manulu, M.B.F. 2009. Kompetensi Pemilik Rumah Makan Tradisional Kelas C dalam Pengolahan dan Penyajian Makanan di Daerah Tujuan Wisata Jakarta Timur. Tesis. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Surabaya

77

Mariani. 1995. Kreativitas Transmigran Berdasarkan Daerah Asal dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Tesis. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. McClelland, David, et al. 1976. The Achievement Motive. Ivington Publisher Inc. New York. Monks, F. J. and Knoers, A. M. P. 1998. Psikologi Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya. (diterjemahkan oleh: Siti Rahayu Haditono). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Munandar, Utami. 2002. Cipta. Jakarta

Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka

Murfiani, Fini. 2006. Komptensi Penyuluh dalam Pengembangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor-Jawa Barat. Tesis. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Institut Pertanian Bogor. Nisriyana, Ela. 2007. Hubungan Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya dengan Motivasi Belajar. Skripsi. Program Studi Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Piaget. J. 1969. The Child’s Conception of Physical Causality. Little Field, Adams and Co. New Jersey. Prasetya, Yuda. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja. http://yudaprasetya.blogspot.com/2009/02/hubunganfaktor-lingkungan-terhadap.html. Diakses pada 26 Oktober 2009. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Prayitno, Elida. 2004. Motivasi dalam Belajar. FKIP IKIP Padang. Jakarta. Pritini, Woro. 2006. Pengaruh Pengasuhan, Lingkungan Sekolah dan Peran Teman Sebaya terhadap Kecerdasan Emosional Remaja. Tesis. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor. Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistic Product and Sevice Solution) untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Mediakom. Yogyakarta. Purwanto, M.N. 2000. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung

78

Rakhmat, Jalaludin. 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung ________________. 2004. Psikologi Komunikasi Massa. Remaja Rosdakarya. Bandung Robbins, Stephen. 1996. Organizational Behavior: Concepts, Controversie, Applications. Prentice-Hall International Inc. New Jersey. Rohani, A. 1999. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta Salam, H.B. 1997. Pengantar Pedagogi: Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Santoso, Agung. 2006. Psikologi Sumber Daya Manusia. Pusat Pengembangan Bahan Ajar. Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta. Sedarmayanti. 2003. Good Governance : Dalam Rangka Otonomi Daerah Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Edisi ke-1. Mandar Maju. Bandung. Singarimbun, M. dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Slavin, Robert E. 1991. Educational Psychology:Theory into Practice. PrenticeHall Inc. Englewood Cliffs Soekanto, Soejorno. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekarwati, A., Soehardjo, L. Dillon dan J. Hardaker. 1986. Pokok Ilmu Usahatan. Universitas Hasanuddin. Makasar. Sofo, F. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Edisi ke-1. Airlangga University Press. Surabaya. Spencer, L.M. dan Spencer S.M. 1993. Competence At Work: Models for Superior Performance. John Wiley & Sons Inc. New York. Susanto, Daniel. 2004. Mengenal Masa Remaja. http://perki.info/html/mengenalremaja.html. Diakses 8 Februari 2010.

79

Takwin,

Bagus. 2008. Menjadi Mahasiswa. http://bagustakwin.multiply.com/journal/item/18/Menjadi_Mahasiswa. Diakses 11 Mei 2010.

Tjahjoanggoro, H.J. 1994. Hubungan antara Jangkar Karier dan Hambatan Pribadi dengan Kesuksesan Karir pada Para Staf Eksekutif Perbankan di Kotamadya Surabaya. Tesis. Pascasarjana Universitas Indonesia. Trock, John.W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. (diterjemahkan oleh: Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Eralangga. Jakarta. Widayanti, Anik. 2005. Perbedaan Interaksi Sosial Antara Mahasiswa S1 yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2004/2005. Skripsi. Program Studi Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang

80

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Chi Square Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas. JK * Kreativitas Crosstabulation Kreativitas Sedang JK

1

Count Expected Count

2 Total

10

27

18.0

9.0

27.0

31

14

45

30.0

15.0

45.0

48

24

72

48.0

24.0

72.0

Count Expected Count

Total

17

Count Expected Count

Tinggi

Chi-Square Tests Value

df

Asymp. Sig. (2sided)

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

Pearson Chi-Square .267a 1 .606 b Continuity Correction .067 1 .796 Likelihood Ratio .265 1 .607 Fisher's Exact Test .616 N of Valid Cases 72 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00. b. Computed only for a 2x2 table

.396

Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases

Contingency Coefficient

Approx. Sig.

.061 72

.606

Hipotesis Ho = Tidak ada hubungan anatara jenis kelamin dengan kreativitas H1 = Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kreativitas Keputusan: p-Value > α = 0,05 sehingga terima Ho, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kreativitas Hasil diatas menunjukkan : Jenis kelamin tidak berhubungan dengan kreativitas

82

Lampiran 2. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas.

Correlations IPK Spearman's rho

IPK

Correlation Coefficient

-.059

-.045

.

.901

.622

.705

72

72

72

72

Correlation Coefficient

.015

1.000

.069

.440**

Sig. (2-tailed)

.901

.

.562

.000

72

72

72

72

-.059

.069

1.000

.294*

.622

.562

.

.012

72

72

72

72

-.045

**

*

1.000

N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N tKRE

tKRE

.015

N

tMB

tMB

1.000

Sig. (2-tailed) tPO

tPO

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

.440

.294

.705

.000

.012

.

72

72

72

72

Hipotesis Ho = Tidak ada hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas H1 = Ada hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas Keputusan: p-Value ( Sig. 2-tailed) > α = 0,05 sehingga terima Ho, artinya tidak ada hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas Hasil diatas menunjukkan : Prestasi akademik tidak berhubungan dengan kreativitas (p-Value > 0,05) Pengalaman organisasi memiliki hubungan dengan kreativitas (p-Value < 0,05) Motivasi berprestasi memiliki hubungan dengan kreativitas (p-Value < 0,05)

83

Lampiran 3. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas.

Correlations tPSTSI Spearman's rho

tPSTSI

.119

.

.000

.319

72

72

72

**

1.000

.334**

.000

.

.004

72

72

72

Correlation Coefficient

.119

**

1.000

Sig. (2-tailed)

.319

.004

.

72

72

72

Correlation Coefficient N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

tKRE

tKRE **

1.000

Sig. (2-tailed) tPSTSD

tPSTSD

N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

.409

.409

.334

Hipotesis Ho = Tidak ada hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas H1 = Ada hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas Keputusan: p-Value ( Sig. 2-tailed) > α = 0,05 sehingga terima Ho, artinya tidak ada hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas Hasil diatas menunjukkan : Intensitas interaksi tidak berhubungan dengan kreativitas (p-Value > 0,05) dukungan memiliki hubungan dengan kreativitas (p-Value < 0,01)

84

Lampiran 4. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Correlations tKRE Spearman's rho

tKRE

Correlation Coefficient

tKOMP

tKOMK

1.000

.122

.379**

.384**

.

.308

.001

.001

72

72

72

72

**

.332**

Sig. (2-tailed) N

tKOMS

tKOMP Correlation Coefficient

.122

1.000

Sig. (2-tailed)

.308

.

.000

.004

72

72

72

72

**

**

1.000

.517**

.001

.000

.

.000

72

72

72

72

**

**

**

1.000

N tKOMS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N tKOMK Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

.379

.384

.406

.332

.406

.517

.001

.004

.000

.

72

72

72

72

Hipotesis Ho = Tidak ada hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa H1 = Ada hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa Keputusan: p-Value ( Sig. 2-tailed) > α = 0,05 sehingga terima Ho, artinya tidak ada hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa Hasil diatas menunjukkan : Kreativitas tidak berhubungan dengan pengetahuan (p-Value > 0,05) Kreativitas berhubungan dengan sikap (p-Value < 0,05) Kreativitas berhubungan dengan keterampilan (p-Value < 0,05)

85

Lampiran 5. Rekapitulasi Jumlah Proposal Lolos Didanai PKM 2010 Berdasarkan Fakultas dan Departemen Ketua Kelompok Kode Departemen/Program Studi/ Mayor Departemen FAKULTAS PERTANIAN 1 IBL Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan 2 AGH Agronomi dan Hortikultura 3 PTN Proteksi Tanaman 4 ARL Arsitektur Lanskap Total FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 5 Kedokteran Hewan Total FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 6 BDP Budidaya Perairan 7 MSP Manajemen Sumberdaya Perairan 8 THP Teknplogi Hasil Perairan 9 PSP Pemenfaatan Sumberadaya Perikanan 10 ITK Ilmu dan Teknologi Kelautan Total FAKULTAS PETERNAKAN 11 IPTP Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan 12 INMT Ilmu Nutrisi dan Teknologi Peternakan Total FAKULTAS KEHUTANAN 13 MNH Manajemen Hutan 14 THH Teknologi Hasil Hutan Konservasi dan Sumberdaya Hutan 15 KSH Ekowisata 16 SVK Silvikultur Total FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN 17 TEP Teknik Pertanian 18 ITP Ilmu dan Teknologi Pangan 19 TIN Teknologi Industri Pertanian 20 TSL Teknik Sipil dan Lingkungan Total FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 21 STK Statistika 22 GFM Geofisika dan Meteorologi 23 BIO Bilogi 24 KIM Kimia 25 MAT Matematika 26 KOM Ilmu Komputer 27 FIS Fisika 28 BIK Biokimia Total FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN 29 EKO Ilmu Ekonomi 30 MAN Manajemen 31 AGB Agribisnis 32 ESL Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Total FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA 33 GIZ Gizi Masyarakat 34 IKK Ilmu Keluarga dan Konsumen 35 KPM Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Total DIPLOMA Pogram 36 Supervisor Jaminan Mutu Pangan Keahlian 37 Analisis Kimia 38 Akuntansi Total JUMLAH TOTAL Persentasi kelulusan Proposal No

PKMP

Kode PKMT PKMM

PKMK

Total

0 18 11 3 32

0 0 0 4 4

0 9 0 1 10

2 17 0 1 20

2 44 11 9 66

3 3

0 0

2 2

2 2

7 7

10 1 18 2 0 31

2 0 0 1 0 3

5 2 3 2 0 12

7 2 8 3 0 20

24 5 29 8 0 66

1 9 10

1 0 1

1 0 1

4 3 7

7 12 19

0 10

0 0

0 0

0 1

0 11

2

0

1

2

5

3 15

0 0

0 1

1 4

4 20

0 10 2 0 12

5 0 0 0 5

0 1 2 0 3

13 13 6 0 32

18 24 10 0 52

1 2 4 1 0 1 7 16

0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 3 0 1 0 0 0 7

1 1 1 0 0 1 0 0 4

4 4 8 0 2 1 1 7 27

0 0 0 6 6

0 0 0 0 0

3 4 4 0 11

1 7 9 3 20

4 11 13 9 37

1 1 0 2

1 0 0 1

1 4 2 7

4 2 5 11

7 7 7 21

1

0

0

0

1

3 1 5 132 53%

0 0 0 14 45%

1 0 1 55 34%

0 0 0 120 27%

4 1 6 321 36%

Sumber: Direktorat Kemahasiswaan IPB, 2010

86