HUBUNGAN ORANG TUA PEROKOK DENGAN KEBIASAAN MEROKOK PADA ANAK USIA 15-18 TAHUN DI DESA MAJASTO TAWANGSARI SUKOHARJO
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : Wahyudi NIM. ST 13078
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARATA 2014
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Wahyudi
Nim
: ST 13078
Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dalam daftar pustaka. 3. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apa berupa pencabutan gelar yang telah bila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi dari pihak akademik yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi yang lain sesuai dengna norma yang berlaku di perguruan tinggi. Surakarta, Januari 2015 Yang membuat pernyataan
Wahyudi NIM. ST 13078
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan dengan kerendahan hati penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan. Secara khusus, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Ibu Dra. Agnes Suharti, M.Si Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Ns, Wahyu Rima Agustin, S. Kep., M.Kep Ketua Program Studi S-1 Keperawatan 3. Ibu Happy Indri Hapsari, S. Kep., Ns., M. Kep Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan, bimbingan serta saran dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Ibu
Alfyana
Nadya
Rachmawati,,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Pembimbing
pendamping yang telah memberikan arahan, bimbingan serta saran dalam penyusunan proposal penelitian ini 5. Segenap dosen dan staf karyawan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 6. Direktur Rumah Sakit umum Dr. Moewardi Surakarta, yang telah memberi izin belajar. 7. Kepala Desa Majasto Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.
iv
8. Teman-temanku di Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi do’a dukungan dan bantuan selama penelitian. 9. Teman-teman di ruang anggrek 3 RSU Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberi do’a dukungan dan bantuan selama penelitian. 10. Keluargaku tercinta, istriku, dan kedua buah hatiku Sunan, Puan serta keluarga besarku yang turut berkorban dan memberi semangat, do’a, perhatian dan semua pengorbanan yang menjadikan perjuangan terasa ringan. 11. Teman-teman dan sahabat seperjuangan angkatan 2014. 12. Semua pihak (keluarga dan handaitaulan) yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas setiap bentuk bantuan dan dukungan. Allah sebagai sumber segala berkat, kiranya senantiasa melindungi dan memberikan rahmat yang berlimpah. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat. Saran dan kritik untuk perbaikan akan penulis terima, agar lebih bermanfaat.
Surakarta, Januari 2015
Wahyudi
v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
ii
PERNYATAAN.............................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
DAFTAR ISI............ ......................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ...............................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................
4
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ....................................................................
6
2.1.1. Remaja .....................................................................
6
2.1.2. Merokok ..................................................................
9
2.1.3. Merokok Pada Remaja ............................................
18
2.2. Keaslian Penelitian .............................................................
23
2.3. Kerangka Teori ....................................................................
24
2.4. Kerangka Konsep ................................................................
25
2.5. Hipotesis Penelitian .............................................................
25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ..........................................
26
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................
27
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................
27
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran .......
29
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ......................
31
vi
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................
33
3.7. Etika Penelitian ...................................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
4.1. Analisa Univariat ................................................................
37
4.2. Analisa Bivariat ...................................................................
40
PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan Univariat ........................................................
41
5.2. Pembahasan Bivariat ...........................................................
43
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ...............................................................................
46
6.2. Saran .....................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.2.1.
Keaslian Penelitian .............................................................
24
Tabel 3.4.2.
Definisi Operasional ............................................................
31
Tabel 4.1.1.1. Usia Responden ...................................................................
39
Tabel 4.1.1.2. Pendidikan Responden ........................................................
39
Tabel 4.1.1.3. Jenis Kelamin Responden ...................................................
40
Tabel 4.1.1.4. Media Massa .......................................................................
40
Tabel 4.1.1.5. Teman Sebaya .....................................................................
40
Tabel 4.1.1.6. Gambaran Kebiasaan Merokok Pada Orang Tua ................
41
Tabel 4.1.1.7. Gambaran Kebiasaan Merokok Pada Remaja .....................
41
Tabel 4.1.2.
Hubungan Orang Tua Perokok Dengan Kebiasaan Merokok Pada Anak Usia 15-18 Tahun ..............................
viii
42
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.3.1.KerangkaKonsep .................................................................
25
Gambar 2.3.2. Kerangka Teori ...................................................................
26
Gambar 3.1.1. Skema Rancangan Penelitian Kasus Kontrol .....................
27
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Usulan Penelitian
Lampiran 2
Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 3
Surat Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 5
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6
Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 7
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 8
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 9
Lembar Angket
Lampiran 10 Data Uji Statistik Lampiran 11 Jadwal Penelitian Lampiran 12 Lembar Konsultasi
x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Wahyudi
Hubungan Orang Tua Perokok Dengan Kebiasaan Merokok Pada Anak Usia 15-18 Tahun Di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten sukoharjo Abstrak
Perilaku merokok pada remaja saat ini sudah tidak tabu lagi, dimanapun tempat tidak sulit menjumpai anak remaja dengan kebiasaaan merokok.Orang tua mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan perilaku anak,sehingga diharapkan menjadi role model yang baik bagi anaknya dalam kebiasaan merokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara orangtua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun. Pelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif analitik dengan rancangan case control study. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Desa yang berusia 15-18 Tahun Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo sejumlah 84 responden dan jumlah sampel adalah 46 responden. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun Di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dengan nilai p 0,017. Orang tua yang merokok mempunyai kemungkinan 2,12 kali untuk anaknya mempunyai kebiasaan merokok. Kata kunci : remaja, merokok, orang tua Daftar pustaka : pustaka (2002-2014)
xi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Wahyudi Smoking for the adolescents is not taboo any more. It is not difficult to find the adolescents with smoking habit. Parents have a large effect on the formation of their children's behaviors. Therefore, the parents are expected to be good role models to their children on the smoking habits. The objective of this research is to investigate whether there is a correlation between the smoker parents and the smoking habit of the adolescents aged 15-18 years old. This research used the quantitative analytical research method with the case control study design. Its population was all of the adolescents aged 15-18 years old as many as 84 in Majasto village, Tawangsari sub-district, Sukoharjo regency. The samples of research consisted of 46 respondents and were taken by using the purposive sampling technique. The result of research shows that there was a correlation between the smoker parents and the smoking habit of the adolescents aged 15-18 years old in Majasto village, Tawangsari sub-district, Sukoharjo regency with the p-value = 0.017. The children with the smoker parents had the possibility to have the smoking habit of2.12 times. Keywords : Adolescents, smoking, parents References : 18 pustaka (2002-2014)
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Remaja adalah orang yang berusia 12-18 tahun (WHO, dalam nuradita, 2010 ). Anak adalah seseorang sebelum berusia 18 tahun (UU no 44 Tahun 2008). Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa (Sri Rumini & Siti Sundari,2004). Dalam perkembangan menuju dewasa, anak mengalami berbagai perubahan meliputi perubahan
biologik,
perubahan
psikologis
dan
perubahan
sosial
(Notoatmodjo, 2007), perubahan tersebut mempengaruhi perilaku anak di lingkungan masyarakat. Perubahan perilaku anak, ada yang mengarah ke arah positif dan ada yang ke arah negatif, perilaku negatif salah satu diantaranya adalah remaja dengan perilaku merokok. Remaja dengan perilaku merokok saat ini dianggap sebagai perilaku yang wajar di masyarakat, tingkat penyebaran perokok saat ini paling tinggi juga terjadi pada anak remaja. Perilaku merokok adalah gaya hidup yang merugikan kesehatan diri sendiri dan orang lain. Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari dari pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi. Konsep sosialisasi pertama berkembang dari sosiologi dan psikologi sosial yang merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem belief, sikap maupun perilaku – perilaku dari generasi sebelumnya ke
generasi berikutnya (Durkin dan Helmi, 2010). Merokok pada anak remaja sebenarnya tidak dikehendaki orang tua, bahkan masyarakat
juga tidak
menginginkan anggota masyarakatnya untuk menjadi seorang perokok. Perilaku merokok pada remaja dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mendapatkan pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatan tersebut
tidak
melanggar norma (permission beliefs) (Joemana,2004). Menurut Hansen dalam Kemala (2008) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu : faktor biologis, faktor psikologis, faktor demografis, faktor sosial-kultural, dan faktor sosial politik. Orang tua sebagai role model bisa membentuk terjadinya kedua faktor tersebut yang mana bisa menjadi lingkungan terdekat dengan anak dalam lingkup keluarga serta membentuk kepribadian sang anak dalam pemberian pola asuh. Menurut Agus (2012) pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang utama dan pertama bagi
anak
yang
tidak
bisa
digantikan
oleh
lembaga
pendidikan
manapun,sehingga pola asuh yang diberikan orang tua dalam memberikan asuhan, perhatian dan contoh positif sangat penting sehingga mereka tidak melakukan kebiasakan merokok sejak dini (Enrine,2012). Model dan penguat bagi para remaja untuk menjadi seorang perokok, yaitu dengan merujuk konsep transmisi perilaku yaitu dapat ditranmisikan melalui transmisi vertikal (orang tua ke anaknya) maupun transmisi horisontal (oleh teman sebayanya) (Berry dkk,1992). Pernyataan ini sama dengan Helmi dan Komalasari (2000) dalam penelitianya bahwa perilaku
merokok merupakan perilaku transmisif yang dipelajari dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya dan perilaku permisif orang tua. Menurut World Health Organization (WHO)dalam ( Kemenkes RI, 2012) jumlah perokok di Indonesia yaitu terbesar ketiga di dunia dan jumlah kematian akibat kebiasaan merokok mencapai 400 ribu orang per tahun. Hasil penelitian di Indonesia seseorang mulai merokok di usia remaja selalu mengalami peningkatan, dari data Riskesdas 2003 ada 31% usia remaja (1519 th) mulai merokok, pada tahun 2007 ada 33,1% remaja mulai merokok dan tahun 2010 ada 43,3% remaja mulai merokok. Secara nasional kelompok usia yang pertama kali merokok di mulai pada usia 15-19 tahun. Data perokok menurut Nuradita(2006) menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki yaitu (65,9%) dibandingkan perempuan (4,2%). Data Kemenkes RI (2010) di Indonesia prevalensi merokok pada usia 15 tahun ke atas yakni pria 63,15% (naik 1,4% dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5 % (naik tiga kali lipat di bandingkan tahun 2001). Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 November 2014 di Desa Majasto terdapat 1105 KK, terdapat pemuda/pemudi usia 1318 tahun berjumlah 303 orang. Dari data sampling 20 Kepala Keluarga yang mempunyai anak remaja terdapat 17 orang tua perokok, dan 23 remaja merokok dari 27 orang total jumlah remaja. Dari 23 remaja yang merokok tersebut, orang tuanya adalah perokok. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan orang tua perokok
dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun Di Desa Majasto, Tawangsari, Sukoharjo.
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakangmasalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun
di Desa Majasto, Tawangasari,
Sukoharjo?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun di Desa Majasto, Tawangsari, Sukoharajo. 1.3.2. Tujuan Khusus 1) Untuk
mengetahui
karakteristik
responden
berdasarkan
usia,
pendidikan, jenis kelamin, media massa dan teman sebaya. 2) Untuk mengetahui gambaran orang tua perokok di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. 3) Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada anak usia 1518 tahun di Desa Majasto, Tawangasari, Sukoharjo.
4) Untuk menganalisis hubungan antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun di Desa Majasto, Kecamatan tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi masyarakat Diharapkan orang tua menjadi role model yang baik untuk anak dengan mengurangi kebiasaan merokok didepan anak. 1.4.2. Bagi peneliti Diharapkan dapat digunakan sebagai media belajar tentang metodologi penelitian. 1.4.3. Bagi institusi kesehatan Diharapkan dapat melakukan promosi kesehatan tentang bahaya merokok pada remaja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori 2.1.1. Remaja 2.1.1.1 Pengertian Remaja Remaja adalah orang yang berusia 12-18 tahun (WHO, dalam nuradita, 2010 ). Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Dariyo, 2004). Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa remaja merupakanmasa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat definisi tentang remaja yaitu :
1) Menurut WHO, remaja adalah anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun. 2) Menurut undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. 3) Buku pediatri, remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk perempuan dan umur 12-20 tahun anak laki-laki. 4) Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal 5) Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berunur 18 tahun, sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. 2.1.1.2 Tahap-Tahap Perkembangan dan Batasan Remaja 2.1.1.2.1. Menurut Soetjiningsih (2004), berdasarkan proses penyesuaian diri menuju kedewasaan,aAda 3 tahap perkembangan remaja yaitu : 1) Remaja awal (Early adolescent) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada
lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah akan berfantasi erotik. 2) Remaja madya (middle adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, remaja akan senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealistis atau materialis, dan sebagainya. 3) Remaja Akhir (late adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: a) Minat makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-penglaman baru. c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).
2.1.1.2.2. Menurut Rumini dan Siti Sundari (2004:53), berdasarkan sifat atau ciri perkembangan , rentang waktu masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Masa remaja awal (12-15 tahun) Remaja mempunyai peran yang unik yaitu mulai tidak mau lagi tergantung pada orang tua. 2. Masa remaja tengah (15- 18 tahun) Remaja mempunyai perkembangan cara dan pola berpikir yang baru. 3. Masa remaja akhir (18-21 tahun) Remaja mulai mempersiapkan diri menuju dewasa dan telah mulai berpikir menentukan pasangan hidup rumah tangga. 2.1.2 Merokok 2.1.2.1.Pengertian Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisidaun-dauntembakau yang telahdicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujunglainnya (Juliansyah, 2010). Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
2.1.2.2.Jenis – Jenis Rokok. 2.1.2.2.1.Rokok berdasarkan bahan pembungkus. a) Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kulit jagung. b) Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. c) Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas. d) Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. e) Rokok daun nipah 2.1.2.2.2.Rokok berdasarkan bahan baku atau isi. a) Rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. b) Rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. c) Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2.1.2.2.3.Rokok berdasarkan proses pembuatannya. a) Sigaret Kretek Tangan (SKT) Rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. b) Sigaret Kretek Mesin (SKM) Rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pac. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pac, sayangnya belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
c) Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian : 1) Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain. 2) Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain. 2.1.2.2.4.Rokok berdasarkan penggunaan filter. a) Rokok Filter (RF)
Rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. b) Rokok Non Filter (RNF)
Rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus. 2.1.2.2.5.Dilihat dari komposisinya: a) Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasanya ditemukan di Asia Tenggara dan India.
b) Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Adaberbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba. c)Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia. d) Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di AsiaTenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut. e) Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buahbuahan atau rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe. 2.1.2.2.6. Zat yang Terkandung dalam Rokok Bahaya rokok dan dampak rokok bagi kesehatan memang sudah dicantumkan dalam bungkus rokok yang dijual dipasaran. Disana disebutkan bahaya rokok untuk kesehatan "bisa menyebabkan
kanker,
serangan
jantung,
impotensi
dan
gangguan kehamilan dan janin". Akan tetapi, walaupun bahaya rokok serta zat rokok yang terkandung didalamnya sudah
disebutkan bungkus, masih banyak masyarakat Indonesia yang merokok aktif. Bukan saja Indonesia, bahkan dunia. 1) Zat yang terkandung dalam rokok. a) Nikotin Zat ini mengandung candu bisa menyebabkan seseorang ketagihan untuk trus menghisap rokok, Pengaruh bagi tubuh manusia : a)
menyebabkan kecanduan / ketergantungan
b)
merusak jaringan otak
c)
menyebabkan darah cepat membeku
b) Tar Bahan dasar pembuatan aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan bisa menimbulkan iritasi bahkan kanker, Pengaruh bagi tubuh manusia : 1. membunuh sel dalam saluran darah 2. Meningkatkan produksi lendir diparu-paru 3. Menyebabkan kanker paru-paru c) Karbon Monoksida Gas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat oksigen dalam tubuh. Pengaruh bagi tubuh manusia : a.
mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen
b.
menghalangi transportasi dalam darah
d) Zat Karsinogen Pengaruh bagi tubuh manusia : Memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh. e) Zat Iritan 1) Mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru. 2) Menyebabkan batuk. 2) Bahaya Merokok a. Penyakit jantung Rokok menimbulkan aterosklerosis atau terjadi pengerasan pada pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penumpukan zat lemak di arteri, lemak dan plak memblok aliran darah dan membuat penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan penyakit jantung. Jantung harus bekerja lebih keras dan tekanan ekstra dapat menyebabkan angina atau nyeri dada. Jika satu arteri atau lebih menjadi benar-benar terblokir, serangan jantung bisa terjadi semakin banyak rokok yang dihisap dan semakin lama seseorang merokok, semakin besar kesempatannya mengembangkan penyakit jantung atau menderita serangan jantung atau stroke.
b. Penyakit paru Risiko terkena pneumonia, emfisema dan bronkitis kronis meningkat karena merokok. Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit paru-paru ini dapat berlangsung dan bertambah buruk dari waktu ke waktu sampai orang tersebut akhirnya meninggal karena kondisi tersebut. Orang-orang berumur 40 tahun bisa mendapatkan emfisema atau bronkitis, tapi gejala biasanya akan jauh lebih buruk di kemudian hari, menurut American Cancer Society. c. Kanker paru dan kanker lainnya Kanker paru-paru sudah lama dikaitkan dengan bahaya rokok, yang juga dapat menyebabkan terhadap kanker lain seperti dari mulut, kotak suara atau laring, tenggorokan dan kerongkongan. Merokok juga dikaitkan dengan kanker ginjal, kandung kemih, perut pankreas, leher rahim dan kanker darah (leukemia). d. Diabetes Merokok meningkatkan resiko terjadinya diabetes, menurut Cleveland Clinic rokok juga bisa naik menyebabkan komplikasi dari diabetes, seperti penyakit mata, penyakit jantung, stroke, penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal dan masalah kaki.
e. Impotensi Rokok merupakan faktor resiko utama untuk penyakit pembuluh darah perifer, yang mempersempit pembuluh darah yang membawa darah ke seluruh bagian tubuh. Pembuluh darah ke penis kemungkinan juga akan terpengaruh karena merupakan pembuluh darah yg kecil & dapat mengakibatkan disfungsi ereksi/impoten. f. Menimbulkan kebutaan Seorang yang merokok menimbulkan meningkatnya resiko degenerasi makula yaitu penyebab kebutaan yang dialami orang tua. Dalam setudi yg diterbitkan dalam 'Archives of Ophthalmology' pada tahun 2007 menemukan yaitu orang merokok empat kali lebih mungkin dibanding orang yang bukan perokok untuk mengembangkan degenerasi makula, yg merusak makula, pusat retina, dan menghancurkan penglihatan sentral tajam. g. Penyakit mulut Penyakit mulut yang disebabkan oleh rokok antara lain kanker mulut, kanker leher, penyakit gigi, penyakit pada gigi dan nafas. h. Gangguan Janin Merokok berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan janin dalam kandungan dan kehamilan, termasuk
infertilitas (kemandulan), keguguran, kematian janin, bayi lahir berberat badan rendah, dan sindrom kematian mendadak bayi. 2.1.3 Merokok Pada Remaja Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas (Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990:752).
Poewodarminto
dalam
Kemala
(2007:9)
mendefinisikan merokok adalah menghisap rokok yaitu menghisap gulunagn tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Sebagai overt behavior merokok merupakan perilaku yang dapat terlihat karena ketika merokok individu melakukan suatu kegiatan yang nampak yaitu menghisap asap rokok yang dibakar ke dalam tubuh, hal ini senada dengan pendapat Armstrong dalam Kemala (2007:10) merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Merokok merupakan kegiatan yang menyebabkan efek kenyamanan. Rokok memiliki antidepressant yang menimbulkan efek kenyamanan pada efek pada perokok. Walaupun perilaku merokok merupakan perilaku yang membahayakan kesehatan karena terdapat 4000 racun dalam sebatang rokok. Merokok merupakan gangguan obsesif kompulsif. Orang yang mengalami ganggua ini memiliki obsesi atau kompulsi yang menetap. Obsesi adalah pikiran, ide atau citra yang terus menerus berulang secara tidak terkendali dan mendoninasi kesadaran seseorang.
Kompulsif adalah dorongan untuk melakukan tindakan stereotip dengan tujuan yang umumnya tidak realistis yaitu menghilangkan situasi yang menimbulkan ketakutan. Upaya untuk menolak kompulsi menimbulkan ketegangan yang sangat besar sehingga individu biasanya menyerah dan melaukannya. Merokok sebagai gangguan kesehatan jiwa. Merokok berkaitan erat dengan disabilitas atau penurunan kualitas hidup. Perilaku merokok dipengaruhi perasaan negative. Menurut silvan dan tomkins (mua’din) banyak orang merokok untuk perasaan negative dalam dirinya. Misalnya, merokok karena marah, cemas, gelisah, rokok dianggap penyelamat. Mereka merokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang tidak enak. Menurut Fajar juliansyah (2010) perilaku merokok pada remaja merupakan perilaku transmisif, ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu: 2.1.3.1.Tahappreparatory Tahap ini remaja mendapatkan model yang menyenagkan dari lingkungan dan media. Remaja yang mendapatkan gambaran yang menyenagkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok. Life model remaja yaitu: a. Teman sebaya yang paling utama menjadi life model. Remaja akan menularkan perilaku merokok dengan cara menawari teman-teman remaja lain tentang kenikmatan
merokok, atau solidaritas kelompok. Dari teman sebaya ini kemudian remaja yang belum merokok menginterpretasi bahwa dengan merokok dia akan mendapatkan kenyamanan, dan atau dapat diterima oleh kelompok, dari hasil intepretasitersebut kemungkinan remaja membentuk dan memperkokoh
anticipatory
belief.
Yaitu
belief
yang
mendasari bahwa remaja membutuhkan pengakuan teman sebaya. b. Orang tua, orang tua yang merokok kemungkinan berdampak besar pada pembentukan perilaku merokok pada remaja. hal tersebut membuat permission belief remaja. intepretasi remaja yang mungkin terbentuk adalah bahwasanya merokok tidak berbahaya, tidak melanggar peraturan norma. Hasil dari intepreadi tersebut memungkinkan terbentuknya permission belief system. c. Model lain yang sangat berpengaruh juga adalah peran media massa. 2.1.3.2.Tahapinitiation Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang meneruskan untuk tetap mencoba-coba merokok. Setelah terbentuk intepretasiintepretasi
tentang
model
yang
ada,
kemudian
remaja
mengevaluasi hasil intepretasi tersebut melalui perasaan dan perilaku
2.1.3.3.Tahapbecoming smoker Menurut Leventhal dan Clearly tahap becoming smoker merupakan tahap dimana seseorang telah mengkonsunsi rokok sebanyak empat batang perhari maka seseorang tersebut mempunyai kecenderungan menjadi perokok. Hal
ini didukung dengan adanya kepuasan
psikologis dari dalam diri, dan terdapat reinforcement positif dari teman sebaya. Untuk memperkokoh perilaku merokok paling tidak ada kepuasan psikologis tertentu yang diperoleh ketika remaja merokok, dijelaskan oleh Helmi dan Komalasari (2000:11) sebagai akibat atau efek yang diperoleh dari merokok berupa kayakinan dan
perasaan
yang
menyenangkan.
Hal
ini
memberikan
gambaranbahwa perilaku merokok bagi remaja dianggap bisa memberikan kenikmatan yang menyenangkan. Selain mendapatkan kepuasan psikologis,reinforcement positip dari teman sebaya juga merupakan faktor yang menentukan remaja untuk merokok karena lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang penting bagi remaja untuk bisa diterima.menurut Brigham dan Helmi (2000) remaja tidak ingin dirinya disebut banci atau pengecut dan merokok dianggap sebagai simbolisasi kejantanan,kekuasaan dan kedewasaan.
Bisa
jadi
simbol
kedewasaan,kejantanan
dan
kekuasaan merupakan hasil evaluasi preoses kognisi atas interpretasi remaja terhadap orang tua yang bertindak sebagai life-
model merokok yang kemudian dievaluasi melalui perasaan dan tindakan yaitu dengan merokok akan terlihat jantan,dewasa,dan berkuasa tentunya akan sangat membanggakan. 2.1.3.4.Tahapmaintenance of smoking Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan,pada tahap ini individu telah betul-betul merasakan kenikmatan dari merokok sehingga merokok sudah dilakukan sesering mungkin untuk mengeliminasi kecemasan,menghindari kecemasan juga sebagai upaya untuk relaksasi menghilangkan kelelahan,menghi;langkan rasa
tidak
enak
ketika
makan,ketika
bekerja,ketika
lelah
berpikir,bahkan ketika merasa terpojokan. Tahap ini terjadi setelah keyakinan inti terbentuk yaitu keyakinan dengan merokok mendapat pengakuan dari teman sebaya (anticipatory beliefs), keyakinan
merokok
dapat
memberikan
kenikmatan
dan
menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) serta keyakinan bahwa merokok bukan merupakan suatu pelanggaran norma (permissions beliefs). Selain itu perilaku permisi orang tua tentang bagaimana menyikapi remaja yang merokok dapat berpengaruh pada perilaku merokok remaja,jika saja orang tua mau bersikap tegas maka perilaku merokok pada tahap maintenance of smoking ini dapat ditekan atau dieliminir.
2.2. Keaslian Peneliti Tabel. 2.2.1. Keaslian Penelitian
No Nama Peneliti 1 Runi Rahmatia Kharie, 2013
Judul Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Merokok Pada Anak Laki-laki Usia 15-17 tahun di Kelurahan Tanah Raja Ternate
Metode Penelitian Studi Korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional, teknik sampling purpusive sampling
Hasil Penelitian Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada anak laki-laki usia 15-17 tahun di Kelurahan Tanah Raja Ternate
2
Adisti Amelia, 2009
Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki
Diskriptif
Penyebab perilaku merokok pada subyekadalah pengaruh orang tua, teman sebaya, dan faktor kepribadian
3
Avin Fadila Helmi, 2008
Faktor-faktor Perilaku Merokok pada Remaja
Analisis Regresi Ganda
Faktor lingkungan dan faktor kepuasan psikologi
2.2.
Kerangka Teori 4 Tahap Kebiasaan Merokok 1. Preparatory a. Teman sebaya b. Orang tua c. Media lain(media masa) 2. Initiation 3. Becoming Smoker 4. Maintenance For Smoker
Merokok Pada Remaja
Bahaya Merokok 1. Penyakit Jantung 2. Penyakit Paru-Paru 3. Penyakit kanker 4. Diabetes 5. Hipertensi 6. Kebutaan 7. Penyakit Mulut 8. Gangguan Janin
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Juliansyah.,2010, Joemana,2004.,Helmi dan Kumalasari, 2000).
2.4 Kerangka Konsep Variabel bebas
Variabel Terikat Kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun
Orang Tua Perokok
Variabel Pengganggu 1. Teman sebaya 2. Media Lain (media Massa)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.5. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian (Notoatmodjo, 2012). H1 atau Ha: Ada Hubungan antara Orang Tua Perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun di di Desa majasto, Kecamata Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Ho
:Tidak ada Hubungan antara Orang Tua Perokok dengan Kebiasaan Merokok Pada AnakUsia 15-18 Tahun Di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif analitik
dengan rancangan case control studyyaitu mengkaji hubungan antara efek (kebiasaan merokokremaja) dengan faktor risiko (Orang tua perokok). Adapun skema rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah ada hubungan
Penelitian di mulai disini
Orang tua merokok
Kebiasaan merokok pada remaja (kasus)
Orang tua tidak merokok
Orang tua perokok
Remaja tidak merokok (kontrol)
Orang tua tidak merokok
Gambar 3.1.1. Skema rancangan penelitian kasus control
3.2.Tempat dan waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilakukan di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan padatanggal1 Maret - 30 April2015.
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Desa yang berusia 15-18 Tahun Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo sejumlah 84 responden. 3.3.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2012). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling yaitu teknik
perhitungan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, sampel dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun di Desa Majasto
Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo yang di hitung berdasarkan rumus besar sample.Menurut (Nursalam,2008) rumusnya : n=
N
1 + N (d)² n=
84
1+84(0.1)2 n= 45,6 dibulatkan menjadi 46 orang keterangan : n : Perkiraan jumlah sampel N: Perkiraan besar populasi d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0.1) (Dikutip dari Zainudin M.2000). 3.3.2.1 Kriteria Sample 3.3.2.1.1. Kriteria inklusi a) Remaja tinggal bersama orang tuanya b) Remaja yang bisa membaca dan menulis c) Anak usia 15-18 tahun 3.3.2.1.2. Kriteria ekslusi a) Remaja dengan gangguan mental Adapun sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu : 1.
Kelompok kasus yaitu remaja usia 15-18 tahun yang merokok dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
2.
Kelompok kontrol yaitu remaja usia 15-18 tahun yang tidak merokok dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4.Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 3.4.1. Variabel Variabel adalah suatu sifat yang diukur dan diobservasi dan nilai hasil ukurnya bervariasi antara satu obyek dengan obyek lainya. Jadi variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai (Mochammad,2012;h.16) a. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel independent. Variabel ini juga bebas mempengaruhi variabel lain dan sering disebut sebagai variabel prediktator, resiko atau kausa (Aziza,2011;h.86). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah orang tua perokok. b. Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen, merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi
akibat
karena
adanya
variabel
bebas
(Sugiyono,2012;h.39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebiasaan remaja usia 15-18 tahun. c. Variabel penggangu adalah variabel yang diangkat untuk menentukan apakah ia mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Nursalam,2011;h.98).
variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah teman sebaya dan media lain (media massa).
3.4.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Parameter
Skala Data
1. Perokok 2. Bukan perokok
Nominal
Variabel bebas
1
Orang Tua Orang tua yang Angket Perokok merokok secara berisi aktif setiap hari satu pertanya an Variabel terikat
2
Kebiasaan Merokok Pada Anak
Remaja yang Angket merokok secara berisi aktif setiap hari satu pertanya an
Nominal 1. Perokok 2. Bukan perokok
Variabel pengganggu 1
2
Teman Sebaya
Media massa
Teman yang usianya hampir sama yang mempengaruhi kebiasaan merokok Media masa mempengarui kebiasaan merokok
Angket berisi satu pertanya an Angket berisi pertanya an
Nominal 1. ya 2. tidak
1. ya 2.Tidak
Nominal
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Instrumen penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,2010). Instrumen dalam penelitian ini adalah angket yang akan diisi oleh responden yaitu anak remaja usia 15 -18 tahun. Penentuan skoring berpedoman pada aturan Guttman dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Setiap jawaban ya diberi nilai 0 dan setiap jawaban tidak diberi nilai 1. Skor total untuk remaja 0 berarti remaja merokok,skor lebih atau sama dengan 1 berarti remaja tidak merokok, skor 0 untuk orang tua berarti orang tua perokok, skor lebih atau sama dengan 1 berarti bukan orang tua perokok. 3.5.2. Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data
untuk remaja, peneliti akan mengikuti
kegiatan remaja yaitu arisan karang taruna yang dilakukan setiap bulan. Peneliti menjelaskan secara singkat maksud dan tujuan, kemudian membagikan angket kepada remaja yang berusia 15 – 18 tahun beriisi empat pertanyaan yang harus diisi oleh responden tanpa ada intervensi dari pihak manapun,satu pertanyaan untuk pribadi responden, satu pertanyaan tentang orang tua responden dan dua pertanyaan untuk factor yang mempengaruhi kebiasaan merokok responden. Jawaban ditunggui
dan dikumpulkan saat itu juga. Setelah semua angket terkumpul ,peneliti akan memilahkan jawaban responden berdasarkan kriteria yang telah dibuat oleh peneliti, baru akan ditarik sebuah kesimpulan data sesuai yang di kehendaki oleh peneliti. a. Uji Validitas Uji validitas adalah salah satu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini pengujian validitas dengan menggunakan content validity, yaitu dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan atau ditetapkan, yang telah di validitaskan
kepada
dosen
pembimbing
sebelum
penelitian
dilaksanakan, berupa angket berisi empat pertanyaan bagi responden . b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini tidak ada uji reliabilitas karena alat ukur yang dipakai berupa perilaku remaja.
3.6. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data 3.6.1. Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi: a) Editing Meneliti data yang sudah terkumpul kemudian mengecek atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk ada yang kurang atau salah. b) Coding Setelah itu dilakukan pengkodean pada setiap jawaban yaitu pada kebiasaan merokok kode 1 untuk jawaban merokok, kode2 untuk jawaban tidak merokok, pada tingkat pendidikan kode 1 untuk pendidikan SD,kode2 untuk SMP, kode 3 untuk SMA, untuk jenis kelamin, kode 1 untuk laki-laki, kode 2 untuk perempuan. c) Tabulating Memasukkan data jawaban responden dalam tabel sesuai dengan skor jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi yang telah disiapkan (Hidayat, 2011)
3.6.2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar variabel. Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1) Analisis Univariat Analisis
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan dari variabel terikat dan variabel bebas. Pada umumnya analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentasi dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). P = F x 100% N Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi/ jumlah jawaban ya N: jumlah Responden Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis univariat yaitu mengetahui prosentase dari karakteristik responden, gambaran orang tua perokok dan kebiasaan merokok pada anak usia 1518 tahun di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. 2) Analisis Bivariat Analisisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa bivariat. Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2012), yaitu menjelaskan hubungan
antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun. Dalam analisa data ini dapat dilakukan pengujian statistik yaitu dengan Chi Square (X2) dengan menggunakan rumus menurut Arikunto (2002) yaitu :
ݔଶ = ∑ሺ݂ െ ݂ሻ2 Keterangan :
݂
X2 : Chi Square fo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data fh : frekuensi yang diharapkan ∑ : Penjumlahan seluruhnya Dalam penelitian ini menggunakan X analisa 5% dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila nilai P hitung >0,05 maka Ho diterima (Sugiyono, 2007). Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara 2 variabel adalah chi square (X2). Tabel 2x2 digunakan untuk menghitung OR yang merupakan perbandingan antara odds remaja yang merokok dan remaja yang tidak merokok dengan confidence interval (CI) 95%, dan kemudian dianalisis.
3.7.Etika Penelitian Etika adalah suatu keharusan pada saat akan memulai penelitian untuk menjaga kerahasiaan dan memberi keamanan pada responden. Etika yang harus ada dalam penelitian adalah sebagai berikut (Hidayat, 2007) : 3.7.1. Inform Consent Inform consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian
dengan
memberikan
lembar
persetujuan
Beberapa informasi yang harus ada dalam inform consent antara lain : partisipasi responden, tujuan dilakukan penelitian, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensi masalah yang akan timbul, manfaat dan kerahasiaan. 3.7.2. Anonimity Identitas responden ditulis hanya dengan menuliskan kode saja. 3.7.3. Confidentiality Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset sesuai tujuan penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisa Univariat Hasil analisa univariat ini dilakukan untuk menggambarkan karakteristik responden berdasarkan usia responden, pendidikan responden, jenis kelamin responden, media massa, teman sebaya, gambaran kebiasaan merokok pada remaja dan gambaran merokok pada orang tua. 4.1.1.1 Usia Responden Tabel 4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Kategori
Rerata
Median
Usia 16,5 16,5 Sumber data primer tahun 2015
Nilai Minimal Maxiamal 15 18
SD 1,291
Dari tabel 4.1.1.1 menunjukkan rata-rata usia responden adalah 16,5 tahun, dengan nilai simpangan baku 1,291dengan usia terendah 15 tahun dan usia tertua adalah 18 tahun. Hal ini menunjukkan rentang usia responden adalah 15,2 tahun sampai dengan 17,8 tahun.
4.1.1.2 Pendidikan Responden Tabel 4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Pendidikan f Presentase (orang) (%) SD 8 17,4 SMP 30 65,2 SMA 8 17,4 Jumlah 46 100 Sumber data primer tahun 2015 Tabel 4.1.1.2 Menunjukkan mayoritas pendidikan responden adalah SMP yaitu 30 orang (65,2%). 4.1.1.3 Jenis Kelamin Responden Tabel 4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Jenis f (orang) Kelamin Laki-laki 38 Perempuan 8 Jumlah 46 Sumber data primer tahun 2015
Presentase (%) 82,6 17,4 100
Tabel 4.1.1.3 Menunjukkan mayoritas responden adalah laki-laki yaitu 38 orang (82,6%). 4.1.1.4 Media Massa Tabel 4.1.1.4 Distribusi Frekuensi Menurut Media Massa Media Massa f Presentase (orang) (%) Ya 19 82,6 Tidak 4 17,4 Jumlah 23 100 Sumber data primer tahun 2015 Tabel 4.1.1.4 Menunjukkan bahwa media massa juga berperan dalam mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja yaitu 19 orang (82,6%).
4.1.1.5 Teman Sebaya Tabel 4.1.1.5 Distribusi Frekuensi Menurut Teman Sebaya Merokok Kasus Kontrol F % f % Teman sebaya Merokok 18 39,1 10 21,7 Tidak 5 10,9 13 28,3 merokok Jumlah 23 50 23 50 Sumber data primer tahun 2015 Tabel 4.1.1.5 Menunjukkan pada kasus mayoritas teman sebaya adalah perokok yaitu 18 orang (39,1%), dan pada kontrol mayoritas teman sebaya tidak merokok yaitu 13 orang (28,3%).
4.1.1.6 Gambaran Kebiasaan Merokok pada Orang Tua Tabel 4.1.1.6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok pada Orang Tua Merokok Kasus Kontrol F % f % Orang tua Merokok 17 36,9 9 19,5 Tidak merokok 6 13,1 14 30,5 Jumlah 23 50 23 50 Sumber data primer tahun 2015 Tabel 4.1.1.6 Menunjukkan pada kasus mayoritas orang tua adalah perokok yaitu 17 orang (36,9%), dan pada kontrol mayoritas tidak merokok yaitu 14 orang (30,5%).
4.1.1.7 Gambaran Kebiasaan Merokok pada Remaja Tabel 4.1.1.7 Gambaran kebiasaan merokok pada remaja Merokok
Kasus
Kontrol
F
%
f
%
Remaja Merokok 23 0 Tidak merokok Jumlah 23 Sumber data primer tahun 2015
50 0 50
0 23 23
0 50 50
Tabel 4.1.1.7 Menunjukkan pada penelitian ini menggunakan dua kelompok responden yaitu untuk kasus adalah remaja merokok 23 responden (50%) dan remaja yang tidak merokok 23 responden (50%).
4.1.2 Analisa Bivariat Tabel 4.1.2. Tabel Hubungan Orang Tua Perokok Dengan Kebiasaan Merokok Pada Anak Usia 15-18 Tahun Remaja Merokok Tidak Merokok OR 95% CI c2 P Merokok N % N % Orang Tua Merokok 17 36,9 9 19,5 5,7 0,017 2,12 1,055Tidak Merokok 6 13,1 14 30,5 4,502 23 50 23 50 Jumlah Keterangan *: signifikan : CI : Confidence Interval Tabel 4.1.2. Menunjukkan hasil uji statistik dengan nilai X2 hitung =5,7 dengan nilai P = 0,017 (P<0,05) artinya ada hubungan antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun Di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari. Nilai odds ratio (OR) = 2,12 dengan CI 95% 1,055-5,497
menunjukkan
bahwa
orang
tua
merokok
mempunyai
kemungkinan anaknya merokok 2,12 kali dibanding yang tidak merokok.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisa Univariat 5.1.1 Karakteristik Responden Hasil penelitian menujukkan rerata usia respondenadalah 16,5 tahun yaitu termasuk golongan usia remaja pertengahan, pada fase ini remaja cenderung berperilaku mengikuti lingkungannya (Monk, 1999). Pada usia remajapertengahan hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang agak terpecah, remaja cenderung narsistis yaitu mencintai diri sendiri dan memilih teman-teman yang sama dengan dirinya. Pada masa ini remaja mengalami krisis aspek psikososial yaitu masa pencarian gambaran diri dalam kebebasan pergaulan ( Gatchel, 1989 ). Remaja juga mulai memiliki citra dalam dirinya sehingga merokok bagi remaja pada tahap ini merupakan perilaku simbolisasi dari kematangan, kekuatan dan daya tarik terhadap lawan jenis (Brigham,1991) Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berpendidikan sekolah menengah pertama yaitu 30 orang (65,2%). Pada masa sekolah menengah pertama biasanya anak remaja ingin mencoba hal baru dan cenderung mudah terpengaruh misalnya merokok. Hasil ini didukung oleh penelitian Helmi (2000) yaitu sikap permisif orang tua terhadap perilaku
merokok remaja dan lingkungan teman sebaya merupakan faktor prediktor terhadap perilaku merokok pada remaja. Hasil penelitianmenunjukkan
mayoritas jenis kelamin responden
adalah laki-laki yaitu 38 orang (82,6%). Menurut Hasanah, A. A., dan Sulastri (2010), yaitu dukungan orang tua, teman sebaya dan iklan mempengaruhi perilaku merokok pada siswa laki-laki Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali. Sesuai teori dari Gunarso (2002) yang menyatakan remaja laki-laki cenderung mengikuti promosi rokok yang sering menggambarkan keperkasaan laki-laki dengan cara-cara menggunakan bintang idaman atau artis yang diidolakan remaja laki-laki saat ini dibanding perempuan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden terpapar media massa tentang informasi terkait dengan rokok yaitu 19 orang (82,6%). Hasil penelitian Agus (2012) yaitu kebiasaan merokok tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh orang tua bisa juga dari lingkungan, pergaulan teman seabaya serta media sosial. Penelitian ini juga didukung oleh Kustanti (2014) yaitu ada hubungan antara pengaruh iklan dengan perilaku merokok pada remaja dengan nilai statistik p= 0,024. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa teman sebaya responden kasus (perokok) adalah mayoritas juga merokok. Hal ini menunjukkan teman sebaya juga menjadi pemicu terhadap kebiasaan merokok. Menurut Komalasari (2000) menyatakan bahwa lingkungan sosial merupakan tempat dimana seseorang berinteraksi dengan individu pengaruh dari
lingkungan sosial dalam hal ini pergaulan juga turut membentuk kepribadian remaja. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Kustanti (2014) tentang Hubungan antara Pengaruh keluarga, pengaruh teman dan pengaruh iklan terhadap perilaku merokok pada remaja di SMP N I Slogohimo Wonogiri yaitu ada hubungan antara pengaruh teman dengan perilaku merokok pada remaja dengan nilai uji statistik p=0,013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja perokok juga mempunyai orang tua yang merokok pula yaitu 17 orang (36,9). Orang tua mempunyai peran penting dalam kebiasaan merokok pada remaja karena lingkungan pertama bagi remaja adalah keluarga (Mulyati,2013). Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Helmi (2000), yaitu sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja dan lingkungan teman sebaya merupakan prediktor terhadap kebiasaan merokok pada remaja. 5.1.2 Analisa Bivariat Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun Di Desa Majasto Tawangsari Sukoharjo dengan nilai odds ratio (OR) = 2,12 dengan CI 95% 1,055-5,497 menunjukkan bahwa orang tua merokok mempunyai kemungkinan anaknya merokok 2,12 kali dibanding yang tidak merokok. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Durkin dan Helmi (2010) yaitu konsep sosialisasi pertama berkembang dari sosiologi dan psikologi sosial yang merupakan suatu proses tranmisi
nilai-nilai, sistem belief, sikap maupun perilaku-perilaku dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya. Hasil penelitian ini didukung oleh Kustanti, 2014 yang berjudul Hubungan Antara Pengaruh Keluarga, Pengaruh Teman Dan Pengaruh Iklan Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja di SMP N I Slogohimo, Wonogiri. Dengan hasil terdapat hubungan antara pengaruh keluarga dengan perilaku merokok pada remaja. Penelitian lain yang mendukung adalah dari Wahyuni, D dan Sudaryanto , A (2010) yang berjudul Faktorfaktor yang Berhubungan denagn Sikap Merokok pada Remaja di Desa Karang Tengah Keacamatan Sragen dengan hasil faktor orang tua mempengaruhi sikap merokok pada remaja di Desa Karang Tengah Kecamatan Sragen. Kebiasaan merokok pada anak remaja memang tidak terlepas dari pendidikan dalam keluarga yaitu pola asuh orang tua. Teori yang dikemukakan mulyanti (2013) menyatakan bahwa lingkungan pertama pada dasarnya diperoleh dari keluarga, tetapi lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi psikologi seorang anak. Kebiasaan merokok anak paling cepat meniru dari kebiasaan orang yang paling bermakna di dalam keluarga (Lindawati,2011). Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari dari pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi. Konsep sosialisasi pertama berkembang dari sosiologi dan psikologi sosial yang merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem belief, sikap maupun perilaku –
perilaku dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya (Durkin dan Helmi, 2010). Merokok pada anak remaja sebenarnya tidak dikehendaki orang tua, bahkan
masyarakat
juga tidak menginginkan anggota
masyarakatnya untuk menjadi seorang perokok. Teori ini juga didukung oleh teori Green 1980 yaitu kebiasaan orang tua merupakan faktor penguat (reinforcing factor) anak untuk merokok.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan 6.1.1. Karakteristik responden a. Usia responden rata-rata adalah 16,5 tahun dengan nilai simpangan baku 1,291 dengan usia terendah 15 tahun dan usia tertinggi 18 tahun. Dengan rentang usia 15,2 tahun sampai dengan 17,8 tahun. b. Pendidikan responden mayoritas adalah sekolah menengah pertama 62,5%. c. Jenis kelamin responden mayoritas lak-laki 82,6%. d. Remaja mengenal rokok mayoritas dari media massa 91,3%. 6.1.2
Mayoritas orang tua perokok mempunyai anak yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu 36,9% dan mayoritas orang tua yang tidak merokok juga mempunyai anak yang tidak merokok juga 30,5%.
6.1.3. Mayoritas teman sebaya remaja perokok juga merokok yaitu 39,1%, dan mayoritas teman sebaya yang tidak merokok juga tidak merokok yaitu 28,3%. 6.1.4. Ada hubungan antara orang tua perokok dengan kebiasaan merokok pada anak usia 15-18 tahun Di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dengan nilai p 0,017.Orang tua yang merokok
mempunyai kemungkinan 2,12 kali untuk anaknya mempunyai kebiasaan merokok. 6.2. Saran 6.2.1. Bagi masyarakat a.
Bagi masyarakat secara umum hendaknya tidak merokok dan jika belum mampu berhenti merokok sebaiknya tidak
merokok
ditempat umum. b.
Bagi orang tua sebaiknya berhenti merokok agar anak tidak meniru kebiasaan merokok orang tua, jika belum mapu berhenti sebaiknya tidak merokok didepan anak.
c.
Bagi anak sebaiknya tidak merokok karena mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan.
d.
Bagi relawan kesehatan di masyarakat sebaiknya berkoordinasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan lembaga pemrintahan terkait sehubungan dengan penanganan kebiasaan merokok pada masyarakat.
6.2.2. Bagi peneliti lain Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang merokok dengan meneliti karakteristik responden baik anak maupaun orang tuanya. 6.2.3. Institusi kesehatan Memberikan konseling tentang bahaya merokok bagi anak, keluarga dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Aditama Tjandra Yoga. 1997. Rokok dan Kesehatan. Penerbit UI Press. Jakarta. Agus, Wibowo, 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsini, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (edisi revisi, 2010). Jakarta : PT Rineka Cipta ; 2002. Brigham, C.J., 1991. Social Psycology. Boston : Harper Collins Publisher,Inc. Dian, K,. 2009. Faktor-Faktor Penyebab Periaku Merokok pada Remaja. Yogyakarta : UII. Ekowati, 2012. Jumlah Perokok Muda Meningkat. Diakses 10 September 2012 dari http:// Tempo.co.id Fajar Juliansyah, 2010. Perilaku Merokok Pada remaja. Gatchel, R.J. 1989. An Introdunction to Health Psychology. New York : Mc Graw-Hill Book Company. Green Lawrence, et all. 1980. Perencanaan Pendidikan Kesehatan. Terjemahan Sulazmi Mamdy, dkk. FKM UI. Jakarta. Gunarso Singgih. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta. Kemala, N. Indri, 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Semarang : USU. Komalasari,D & Helmi, A.F (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Kemenkes RI, 2010. Pedoman Teknik Konseling Kesehatan. Jakarta : Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI. Lindawati (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok siswa siswi SMP Di Daerah Jakarta Selatan Tahun 2011. (Poltekesjakarta1.ac.id/741_Lindawati). Mubarok, 2012. Remaja dan Perilaku Merokok. Diakses tanggal 25 September 2012 dari http://id. Shvo.org.com/ medicine.and health/ 1928293-Remaja dan Perilaku Merokok. Html.
Mulyanti, S. 2013. Perkembangan Psichologi Anak. Yogyakarta :Laras Media Prima. Mu’tadin, Z. 2002. Remaja dan Rokok. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta. Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, 2011. Konsep dan Metodologi Keperawatan (ed. 2). Jakarta : Salemba Medika ; 2011. Pikiran Rakyat, 2009. Kebiasaan Merokok dalam Tinjauan Kesehatan Jiwa. 10 mei 2009. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Jakarta : alfabeta ; 2012. Udiyono, A. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Semarang : UNDIP.