Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
17
KARAKTERISASI KRISTAL BAHAN PADAT AKTIF FARMASI : REVIEW CHARACTERIZATION OF SOLID STATE API CRYSTALS : REVIEW Popy Sarah Chairunnisa, Yoga Windhu Wardhana Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km 21
[email protected] [email protected] ABSTRAK Setiap jenis Bahan Aktif Farmasi (BAF) memiliki variasi teknik analisis untuk mengkarakterisasi transformasi kristal yang terjadi. Setiap BAF yang mengalami transformasi kristal dapat dianalisis dengan karakter fasa padat yang dimiliki. Dalam ulasan ini, teknik yang biasa digunakan pada analisis fasa padat, jenis informasi yang dikumpulkan, dan keuntungan dan kerugian dari masing-masing teknik dibahas, dengan fokus pada aplikasi mereka di karakterisasi fasa padat dan pemantauan transformasi fasa padat, yaitu kristalisasi, dan pembentukan kokristal. Informasi yang dikumpulkan dari literatur terbaru dikompilasi dalam berbagai tabel untuk membantu pembaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan cepat tentang apa jenis fenomena baru-baru ini telah dipelajari, dan teknik analisis telah digunakan. Kata Kunci: Kristal, Karakterisasi, Analisis instrumen ABSTRACT: Each different of Active Pharmaceutical Ingredients (APIs) has a fasa padat character and has a variety of analytical techniques to characterize the crystal transformation that occurs. In this review, a technique commonly used in the analysis of solid state form, what information was collected, and the advantages and disadvantages of each technique are discussed, with a focus on their application in the characterization of solid state form and monitoring the transformation of solid state form, i.e. crystallization, and the establishment of cocrystal. Information gathered from the recent literature are compiled in various tables to help the reader to get a quick overall picture of what kinds of phenomena have recently been studied, and analysis techniques have been used. Keyword : Crystal, Characterization, Instrument Analysis Pendahuluan
bentuk partikel BAF yang lebih kecil,
Perkembangan teknologi farmasi untuk
seperti pembentukan kristal, nanopartikel,
meningkatkan efektifitas dan kualitas bahan
maupun pemecahan
aktif
senyawa itu sendiri.
farmasi
membuahkan
(BAF)
semakin
hasil
saat
jauh
ikatan dalam
di
metode
Kelarutan air yang buruk merupakan
partikel
perhatian utama dalam pengembangan dan
ditemukan1. Berbagai macam metode telah
penelitian obat-obatan. Bentuk amorf pada
dikembangkan untuk menghasilkan variasi
BAF menawarkan alternatif menarik karena
peningkatan
luas
permukaan
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
18
kelarutan mereka yang lebih tinggi yang
secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair
dapat
membentuk
mendukung
meningkatnya
laju
kristal
ketika
mengalami
disolusi, dan dengan demikian dapat
proses pemadatan. Pada kondisi ideal,
meningkatkan bioavailabilitas.
hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang
Fasa padat Pharmaceutical Compound
semua
a. Amorf
"terpasang" pada kisi atau struktur kristal
Zat padat yang tidak mempunyai struktur
Kristal
amorphous
dikenal atau
dengan zat
atom-atom
dalam
padatannya
yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan
zat
kristal terbentuk secara simultan sehingga
amorf
menghasilkan padatan polikristalin atau
(a:tidak,morf:bentuk). Partikel-partikel dari zat amorf tersebut tidak mempunyai bentuk
polimorf. Polimorf
terutama
polimorf
yang
tertentu dan permanen. Bentuk amorf yang
metastabil sering menunjukkan kelarutan
merupakan yang akan lebih cepat pada saat
yang lebih baik daripada bentuk polimorfik
proses absorbsi berlangsung20. Kelarutan
stabil.
yang lebih tinggi dari padatan amorf
bentuk metastabil biasanya tidak dapat
dikarenakan energi dan mobilitas molekul
dipastikan dibandingkan dengan bentuk
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
amorf
kristal. Namun, energi tinggi dan mobilitas
sebelumnya.
molekul juga membuat padatan amorf tidak
Polimorf
Namun,
seperti
keuntungan
yang
telah
diketahui
kelarutan
dijelaskan
menimbulkan
stabil secara fisik. Selama operasi dan / atau
perbedaan yang signifikan dalam sifat
penyimpanan,
amorf
fisikokimia senyawa, misalnya, titik leleh,
cenderung untuk kembali ke dalam bentuk
kepadatan, morfologi, kelarutan dan warna.
kristal metastabil.
Hal ini pada dapat berdampak pada
b. Kristalin
stabilitas (fisik dan kimia), bioavailabilitas
bahan
bentuk
Kristal adalah suatu padatan yang atom,
dan kestabilan selama manufaktur maupun
molekul, atau ion penyusunnya terkemas
setelah distribusi. Dalam kasus lain, sebuah
secara teratur dan polanya berulang melebar
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
19
polimorf tidak diinginkan bahkan bisa
minat dari akademisi farmasi karena bentuk
menjadi racun.
potensinya untuk mengatasi kelarutan air
Selain polimorf, bentuk kristal lain seperti garam dan ko-kristal telah menarik
yang
buruk
tanpa
berdampak
pada
stabilitasnya.
Gambar 1. Klasifikasi Solid State Bahan Aktif Farmasi2. Kristalisasi
batasan energi paling kecil (energi paling
Kristal memiliki struktur tiga dimensi
besar, metastabil)7.
yang bergantung pada gaya molekularnya.
Banyak penelitian mengenai BAF yang
Kristalisasi itu sendiri dibagi menjadi dua
ikut serta membahas berbagai bentuk solid
proses, yaitu nukleasi dan pertumbuhan
yang
kristal5,6.
Bentuk-bentuk tersebut termasuk polimorf,
Nuklei stabil hanya pada saat
mencapai ukuran kritis dan ukuran tersebut
mempengaruhi
produksi
kristal.
garam, dan ko-kristal3,4.
sangat bergantung pada supersaturasi dan
Karakterisasi kristal merupakan hal
temperatur6. Setiap fasa padat memiliki
yang penting untuk dilakukan dalam
perbedaan solubilitas, semakin banyak fasa
tahapan produksi bahan farmasi. Ada
yang
termodinamika
banyak metode karakterisasi yang diketahui
bergantung pada level supersaturasi dari
berguna untuk mengetahui dan mengontrol
pelarut. Menurut Ostwald’s rule of stages,
tahapan kristalisasi dan metode-metode ini
stabil
secara
kristal yang utama adalah yang memiliki
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
20
sangat bergantung pada sifat kunci dari
padat dari suatu kristal BAF yang dapat
bahan yang akan diinvestigasi18.
disesuaikan dengan properti dari suatu obat.
Tinjauan memperoleh
ini
ditujukan
gambaran
untuk
yang
Teknik
jelas
karakterisasi
Kristal
berdasarkan fasa padat
mengenai proses analisis berbagai fasa Tabel 1. Teknik analisis pada karakterisasi fasa padat BAF Teknik analisis keterangan
kelebihan
kekurangan
Molekular Spekstroskopi
-
Vibrasi
-
Jumlah sampel -
preparasi sampel
pada
FT-IR
dan
Mid-IR, FTIR,
intramolekuar,
sedikit
ATR9,10, 8
ikatan hidrogen pada -
Akuisisi
bentuk
polimorfis
yang
yaitu
pergantian
cepat
menginduksi
Ketersediaan
transformasi
bentuk amorf yaitu
pustaka
fasa padat
pelebaran peak
spektra
peak
-
Raman11
-
dan
pada -
Melengkapi
-
data relatif
DRIFTS dapat
untuk -
interferesi dari
Instrumen yang
kelembaban
Spektroskopi raman
mudah dibaca
lingkungan
Informasi
Tidak
kimiawi -
yang spasial dengan
membutuhkan
setup imaging
preparasi
Vibrasi intramolekul
sampel
bentuk polimorf :
ATR
untuk
lokal sampel -
pita unik, perubahan peak
pemanasan
fluoresensi sampel
-
Jumlah sampel sedikit
fotodegradasi
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
Bentuk
-
21
amorf
: -
pelebaran peak
membuthkan
Melengkapi
preparasi
spektroskopi
infra
merah -
Tidak
Informasi
sampel -
kimiawi -
Non-destruktif kemampuan
yang spaisal dengan
untuk penetrasi
setup imaging
melalui wadah kaca -
ketersediaan serat optik
-
pada frekuensi rendah
dapat
digunakan untuk
analisis
level partikulat
Fasa
padat
nuclear
Nuclei dan interaksi
-
kimia -
Interaksi
non destruktif
molekul
-
kuantitatif
magnetic
obat-obat atau obat-
dan
resonance (ss-
eksipien
kualitatif
NMR)9,13,17
-
data
akuisisi
lama -
relatif mahal
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
22
Partikulat Spektroskopi Terahertz
-
vibrasi
dan
jumlah sampel -
spektrum
sedikit
dipengaruhi
pulsed
intramolekular
(5-40
Spectroscopy18
kisi
mg)
bentuk polimorf : -
data
peak unik
cepat
dasar mungkin
bentuk amorf : tanpa
(milidetik)
atau
oleh air akuisisi -
fitur spektra
kemiringan
tidak
memberikan efek
pada
interpretasi hasil
X-ray
-
relatif mahal
-
membutuhkan
informasi struktur 5-
Powder X-ray
90o2θ
Diffraction 3, 10,
bentuk polimorf :
12
difraksi peak unik
-
-
kompresi pelet -
-
jumlah sampel
ketebalan 0,5-3
>50 mg
mm
non destruktif
bentuk amorf : tidak -
kualitatif
memiliki
kuantitatif
peak,
dan
-
ukuran partikel dibutuhkan 100µm
untuk
broad halo
meminimalisir
derajat kristalin
penghamburan
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
23
-
metode tradisional
-
-
informasi struktural 0.01 hingga 3o 2θ
Single Crystal
membutuhkan orientasi
-
non destruktif
-
Diffraction10,
tidak
ada
informasi
15
-
non destruktif
mengenai
-
probe memiliki
struktur kimia
struktur
membutuhkan
yang -
besar (nm - µm)
kristal tunggal dengan ukuran >0.1 mm -
konvensional dan membutuhkan akuisisi
data
yang lama -
membutuhkan interpretasi data
lebih
lanjut -
membutuhkan sedikit sampel
Differential
-
elemen
thermal
scanning
glass-thermal
calorimetry
temperature
(DSC)8
temperature
13 , 15, 16
,10 , 12 ,
: -
kualitatif
-
dan
sampel
tidak
dapat
kuantitatif
digunakan
(Tg),
ulang -
tidak informasi
ada
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
-
24
kristalisasi (Tc) dan
mengenai
suhu lebur (Tm),
chemical-
interaksi
environment
obat-obat
dan obat-eksipien
-
tidak
dapat
menyelesaikan masalah overlapping Bulk Titrasi
Karl -
Fischer3
-
kandungan air penggunaan konjugasi
pada
Sensitivitas
-
Tinggi
dengan -
dilarutkan
Analisis cepat
-
TGA/DVS -
Sampel harus
Ukuran sampel >50 mg
luas area sampel
Tabel 2. Analisis Kristal fasa padat Bahan Aktif Farmasi BAF/Sampel
Sulfathiazol16
Tahun Deskripsi/Hasil Metode
2010
studi
Kristalisasi
Sulfatiazol
Kristalisasi
ditemukan
dari
memiliki
organik
bentuk polimorf
kristal
Metode analisis
DSC
pelarut Mikroskop stage light
Keterangan
dan Menggunakan hot- intensitas cahaya
dari
mikroskop cahaya sebagai alternatif
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
25
analisis kualitatif Teofilin9, 17
2014
Elusidasi
Ko-
NMR
Spektra
pengaruh
kristalisasi
Spektroskopi, FT- kristal
interaksi
dengan
IR spektroskopi,
intermolekular
koformer
dengan NMR
dan
asam
menunjukkan
intramolekular
dikarboksilat
tidak
Teofilin
di fasa kristalin
terjadinya
pada
superposisi .
ikatan
hidrogen yang terjadi Kalsium
2010
Atrovastatin3
Melakukan
Pemanasan in XRPD,
karakterisasi
situ
fasa
DSC, -
dengan Thermogravimetri,
padat DSC
titrasi karl fischer,
kristalin
Scanning electron
komersial dari
microscopy,
ATC
stage microscopy,
hot
Sessile
drop
contact
angle
measurement, disolusi intrinsik Mebendazol10 2012
ko-
Evaluasi
Ko-
FTIR,
potensial
ko- kristalisasi
PXRD,
Single-
Crystal
X-ray
kristalisasi
dengan
mebendazol.
metode RCM Diffraction,
DSC, -
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
26
(reaction
disolusi,
crystalization
stabilitas
dan
method) dan LAG (Liquid assisted grinding) Nitrendipin11
2012
Analisis
Antisolvent
Spektroskopi
imaging kristal crystallization Raman, Polarized untuk
light microscopy
monitoring fae nukleasi selama pertumbuhan kristal Piroxicam11
2012
Analisis
Kristalisasi
imaging kristal dengan untuk
Spektroskopi Raman, polarized
Dispersi Solid light microscopy
monitoring fae nukleasi selama pertumbuhan kristal Indometasin8
2012
Investigasi
Ko-
FTIR, DSC, dan Estimasi
formasi
kristalisasi
stabilitas
kokristal dan
dengan solid
spektra FTIR
stabilitas
state grinding
dengan
kuantitatif
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
27
GaussianLorenzian Function Kuinidin13
2010
Aplikasi
Ko-
Solid state-NMR,
sintesis
Kristalisasi
Difraksi X-ray
heterosinton
dengan
pada
ko- Solvent
kristalisasi
Evaporation
kuinidin-metil paraben Isoniazid15
2010
Identifikasi
Ko-
DSC,
Single
homosinton
kristalisasi
Crystal
X-ray
yang
paling
Diffraction,
mungkin untuk
Powder
membentuk
diffraction
X-ray
kritalisasi isoniazid dengan
asam
karboksilat Norfloxacin12
2010
Identifikasi
Vapor
PXRD,
sifat fasa padat diffusion oleh Crystal dari
kristal MTBE
norfloxacin
ke Diffractio,
Single Dua
stuktur
X-Ray polimorf DSC, ditemukan
larutan DMF TGA, HSM
pada
saat
pada
prosedur
temperatur
Single Crystal
ruangan
C-ray
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
28
Diffraction dilaksanakan
Metode X-Ray Diffraction
kristal yang dibutuhkan, Single Crystal X-
Berdasarkan survei ini analisis bentuk
Ray Diffraction (SCXRD) dan teknik ss-
kristal biasanya melibatkan penggunaan
NMR memberikan informasi yang berguna.
baik PXRD atau metode spektroskopi atau
Namun, mereka tidak lebih umum daripada
kombinasi keduanya. Preferensi untuk
teknik-teknik yang disebutkan sebelumnya,
PXRD dan metode spektroskopi dapat
karena
dikaitkan dengan difraksi/spektrum yang
membutuhkan persyaratan yang cukup suli:
unik untuk setiap bentuk polimorfik. PXRD
SCXRD membutuhkan ketentuan kristal
merupakan
cenderung
tunggal> 0.1mm15 dan persiapan tersebut
langsung mendeteksi sifat kisi kristal.
tidak selalu mudah. ss-NMR di sisi lain
Perubahan
membutuhkan
metode
pola
yang
difraksi
merupakan
fakta
bahwa
persiapan
keduanya
sampel
yang
informasi terbentuknya polimorfisme baru.
sangat sedikit dan bahkan bentuk sediaan
Metode
langsung
dapat dianalisis17, tapi kekurangan dari
mengukur sifat kisi, tapi dengan mengukur
teknik ini adalah bahwa waktu pengukuran
interaksi intra dan antarmolekul dari
cukup panjang. Spektroskopi Terahertz-
molekul-molekul dalam padatan, metode
Pulsed
ini juga memberikan informasi struktural.
spektroskopi getaran yang telah digunakan
Banyak contoh ada di mana transformasi
untuk berbagai aplikasi farmasi18, namun
polimorfik yang benar-benar dijelaskan
tidak termasuk dalam analisis sepuluh
menggunakan PXRD dan / atau metode
sampel yang ditinjau. Berbeda dengan
spektroskopi hanya 3,10, 11.
teknik spektroskopi yang disebutkan di
spektroskopi
Ketika
tidak
mendalami
karakterisasi
struktur kristal atau struktur molekul dalam
(TPS)
adalah
teknik
lain
atas, TPS adalah teknik tingkat particulatedaripada
teknik
amolecular-tingkat;
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
29
langsung mendeteksi fenomena kisi-tingkat
DSC. sifat fisikokimia seperti suhu transisi
(inframerah aktif mode getaran di wilayah
(yaitu, untuk menentukan tiomer tiotropic /
inframerah-jauh dan sub-milimeter dari
hubungan
spektrum elektromagnetik), dan karena itu
polimorfik) atau suhu mencair dapat dengan
dapat digunakan untuk karakterisasi bentuk
mudah diamati sebagai exother- mic / acara
kristal yang berbeda18. TPS dapat sangat
endotermik
berguna ketika menyelidiki sampel dengan
misalnya, transformasi polimorfik bentuk
perbedaan struktural kecil atau biasa yang
mebendazole C untuk membentuk A
mungkin sulit untuk mendeteksi dengan
(sekitar 205-220◦C)10 melt-crystallization.
teknik analisis lainnya.
Secara kuantitatif, DSC dikombinasikan
Metode Spektroskopi
dengan metode kurva Gaussian-Lorentzian
monotropic
di
antara
thermograms
bentuk
DSC;
Spektroskopi Raman dan Fourier
telah digunakan untuk mengukur campuran
transform infrared (FT-IR), cenderung
biner polimorf famotidine setelah berbagai
lebih
metode
perawatan kompresi. Oleh karena itu DSC
spektroskopi lainnya karena tidak ada
adalah alat yang sangat berguna untuk
persiapan
memahami sifat termal dari fasa padat.
sampel
praktis
dibandingkan
sampel analisis.
diperlukan Raman
sebelum dan
IR
Ko-Kristal
spektroskopi adalah alat yang kuat dan
Difraksi sinar-X adalah metode yang
sensitif untuk studi fasa padat kualitatif dan
dilakukan pada karakterisasi Ko-Kristal
kuantitatif karena semua band spektral
Indometasin
dapat diberikan ke fitur khusus dari molekul
memungkinkan indentifikasi fingerprint
di bawah gation investigasi.
konvensional
Metode Thermal
bentuk polimorfisme baru dari campuran
Metode
Thermal
(tabel
untuk
2).
PXRD
mengidentifikasi
memberikan
fisik BAF dan koformer. Difraksi sinar-X
informasi mendasar pada sistem polimorfik
telah terbukti menjadi metode utama dalam
dan kristal. Teknik termal yang jauh paling
menggambarkan berbagai sistem ko-kristal
populer di mencirikan polimorf adalah
seperti ikatan obat-koformer18.
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
30
Ko-Kristal adalah bentuk fasa padat
memantau transformasi fasa padat bahan
dengan sifat fisik yang unik (pola difraksi,
aktid farmasi. Namun, metode pilihan
spektrum, sifat termal dan kebiasaan
tergantung pada jenis dan kedalaman
kristal) yang berbeda dari padatan induk.
informasi yang dibutuhkan. Umumnya,
Penelitian ini kembali populer dalam usaha
pendekatan
peningkatan
setidaknya
profil
obat
untuk
menghasilkan bioavailibilitas yang lebih
kombinasi dua
menggunakan
metode
yang
saling
melengkapi dianjurkan.
baik1. Sebuah publikasi pada tahun 2012
Dalam review ini tiga metode yang
menjelaskan polimorf Ko-Kristal, panduan
paling umum digunakan adalah DSC,
yang berguna untuk desain dan sintesis serta
PXRD, SCXRD, dan spektroskopi FT-IR.
metode karakterisasi digunakan untuk lebih
Analisis menggunakan teknik-teknik ini
memahami sifat fisik Ko-Kristal19.
memberikan gambaran yang baik tentang
Pembentukan
Ko-kristal
sebagian
karakteristik fasa padat dari sampel yang
besar didasarkan pada homosynthon (yaitu,
menarik karena mereka mencakup berbagai
asam-asam) atau formasi heterosynthon
sifat fisikokimia (kristalografi, thermal,
(yaitu, asam-amida). Metode yang umum
molekuler dan morfologi, dari masing-
diterapkan
masingnya). PXRD dan SCXRD adalah
dari
kokristalisasi
dengan
mekanokimiawi (Liquid-assisted dan Solid
metode
pilihan
untuk
Grinding), solusi dimediasi (kristalisasi
kristalografi.
reaksi, kristalisasi slurry-, co-evaporasi,
Ucapan Terimakasih
sis
analisi
deliquescence di lingkungan kelembaban
Dengan pernuh rasa hormat penulis
tinggi), dan baru-baru superkritis metode
mengucapkan terimakasih kepada Bapak
cairan,
Rizki Abdullah sebagai dosen matakuliah
misalnya,
untuk
indometasin-
saccharin8.
Metodologi Penelitian dan Bapak Yoga
Simpulan
Windhu
Terdapat berbagai teknik analisis yang tersedia
untuk
mengkarakterisasi
dan
Wardhana
sebagai
pembimbing penulisan artikel ini Konflik Kepentingan
dosen
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
Penulis potensi
menyatakan konflik
31
tidak
terdapat
kepentingan
dengan
penelitian kepenulisan dan atau publikasi artikel ini.
Daftar Pustaka 1. Rogers TL, Nelsen AC, Hu J, Brown JN, Sarkari M, Young TJ, et al. A novel particle engineering technology to enhance dissolution of poorly water soluble drugs: Spray-freezing into liquid. Eur J Pharm Biopharm. 2002;54(3):271–80. 2. Aitipamula S, Banerjee R, Bansal AK, Biradha K, M.L. C, Choudhury AR. Polymorphs, Salts, and Cocrystals: What’s in a Name? Cryst Growth Des [Internet]. 2012;12:2147–52. Available from: http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/cg3 002948 3. Shete G, Puri V, Kumar L, Bansal AK. Solid state characterization of commercial crystalline and amorphous atorvastatin calcium samples. AAPS PharmSciTech [Internet]. 2010;11(2):598–609. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti clerender.fcgi?artid=2902319&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 4. Price SL. Predicting crystal structures of organic compounds. Chem Soc Rev [Internet]. 2014;43(7):2098–111. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 4263977 5. Huang Y, Dai W-G. Fundamental aspects of solid dispersion technology for poorly soluble drugs. Acta Pharm Sin B [Internet]. Elsevier; 2014;4(1):18–25. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/ article/pii/S2211383513000968
6. Chen J, Sarma B, Evans JMB, Myerson AS. Pharmaceutical crystallization. Cryst Growth Des. 2011;11(4):887–95. 7. Rohani S. Applications of the crystallization process in the pharmaceutical industry. Front Chem Eng China. 2010;4(1):2–9. 8. Zhang GC, Lin HL, Lin SY. Thermal analysis and FTIR spectral curve-fitting investigation of formation mechanism and stability of indomethacin-saccharin cocrystals via fasa padat grinding process. J Pharm Biomed Anal [Internet]. Elsevier B.V.; 2012;66:162– 9. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jpba.2012.0 3.039 9. Pindelska E, Sokal A, Szeleszczuk L, Pisklak DM, Kolodziejski W. Fasa padat NMR studies of theophylline cocrystals with dicarboxylic acids. J Pharm Biomed Anal [Internet]. Elsevier B.V.; 2014;100:322–8. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jpba.2014.0 7.011 10. Chen J-M, Wang Z-Z, Wu C-B, Li S, Lu T-B. Crystal engineering approach to improve the solubility of mebendazole. CrystEngComm. 2012;14(19):6221–9. 11. Xia D, Cui F, Piao H, Cun D, Piao H, Jiang Y, et al. Effect of crystal size on the in vitro dissolution and oral absorption of nitrendipine in rats. Pharm Res. 2010;27(9):1965–76. 12. Puigjaner C, Barbas R, Portell A, FontBardia M, Alcobé X, Prohens R. Revisiting the solid state of Norfloxacin. Cryst Growth Des. 2010;10(7):2948–53. 13. Khan M, Enkelmann V, Brunklaus G. Crystal engineering of pharmaceutical co-crystals: Application of methyl paraben as molecular hook. J Am Chem Soc. 2010;132(14):5254–63. 14. Gryl M, Cenedese S, Stadnicka K. Crystal engineering and charge density study of pharmaceutical nonlinear optical material: melamine-barbital cocrystal. J Phys Chem C. 2015;119(1):590–8. 15. Lemmerer A, Bernstein J, Kahlenberg V. One-pot covalent and supramolecular synthesis of
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1
pharmaceutical co-crystals using the API isoniazid: a potential supramolecular reagent. CrystEngComm [Internet]. 2010;12(10):2856. Available from: http://xlink.rsc.org/?DOI=c000473a 16. M.R. Abu Bakar, Z. Nagy, C. Rielly, A combined approach of differential scanning calorimetry and hot-stage microscopy with image analysis in the investigation of sulfathiazole polymorphism, J. Therm. Anal. Calorim. 99 (2010) 609–619 17. Seton L, Khamar D, Bradshaw IJ, Hutcheon GA. Solid state forms of theophylline: Presenting a new anhydrous polymorph. Cryst Growth Des. 2010;10(9):3879–86. 18. Chieng N, Rades T, Aaltonen J. An overview of recent studies on the analysis of pharmaceutical polymorphs. J Pharm Biomed Anal [Internet]. Elsevier B.V.; 2011;55(4):618–44. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jpba.2010.1 2.020 19. Brittain HG. Cocrystal systems of pharmaceutical interest: 2011 [Internet]. Vol. 12, Crystal Growth and Design. Elsevier Masson SAS; 2012. 5823-5832 p. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S18715125(10)35009-6
32