HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI SENAM DIABETES MELLITUS DENGAN KADAR

Download 2 Apr 2015 ... pengendalian berat badan, olah raga, dan diet. Senam ... Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara frekuensi senam dengan kadar...

0 downloads 410 Views 206KB Size
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI SENAM DIABETES MELLITUS DENGAN KADAR GULA DARAH, KADAR KOLESTEROL DAN TEKANAN DARAH PADA KLIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KELOMPOK PERSADIA RS JOGJA RELATIONSHIP BETWEEN FREQUENCY GYMNASTICS DIABETES MELLITUS WITH BLOOD SUGAR, CHOLESTEROL AND BLOOD PRESSURE IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN PERSADIA RS JOGJA Santi Damayanti INTISARI Latar Belakang : Diabetes Mellitus (DM) merupakan adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah (hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin atau keduanya. Hipertensi, neuropathy dan hiperlipidemia adalah komplikasi yang sering terjadi. Komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda, atau diperlambat dengan mengendalikan kadar gula darah. Pengelolaan non farmakoterapi meliputi pengendalian berat badan, olah raga, dan diet. Senam aerobic adalah latihan fisik yang direkomendasikan sebagai aktivitas utama yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes tipe 2 karena efeknya dapat meningkatkan sensitifitas insulin sehingga menghambat perkembangan diabetesnya. Tujuan Penelitian : mengetahui hubungan frekuensi senam diabetes terhadap kadar glukosa darah sewaktu kadar kolesterol dan tekanan darah pasien DM tipe 2 di perkumpulan PERSADIA RS Jogja. Metode Penelitian: Jenis dalam penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan crossectional study Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta senam diabetes yang mengidap DM tipe 2 di kelompok Persadia RS Jogja yaitu sejumlah 30 teknik pengambilan sampling secara Purposive Sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, glukotes, sphygmomanometer, stetoskop,mikrotoise dan timbangan Pada analisis bivariat dilakukan dengan Spearman’s rho dan mann whitney dengan α: 0,05. Hasil : Tidak ada hubungan antara frekuensi senam dengan kadar gula darah sewaktu dengan P value 0,387. Tidak ada hubungan antara frekuensi senam diabetes dengan kadar kolesterol yaitu dengan P value 0,48. Tidak ada hubungan antara frekuensi senam dengan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama DM, riwayat hipoglikemia, IMT, Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic dengan p value > 0.05. Ada hubungan antara frekuensi senam diabetes dengan tekanan darah sistolik P value 0,020 (p<0,05) dan dengan tekanan darah diastolik 0,026 (p < 0,05). Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara frekuensi senam dengan kadar gula darah sewaktu dan kadar kolesterol. Ada hubungan antara frekuensi senam diabetes dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pasien DM tipe 2 di perkumpulan PERSADIA RS Jogja. Kata Kunci : Frekuensi senam DM, Kadar gula darah sewaktu, kadar kolesterol, tekanan darah

ABSTRACT Background: diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease is characterized by high levels of blood glucose (hyperglikemia) as a result of deficiency of insulin secretion, insulin activity disorders or both. Hypertension, neuropathy and hyperlipidemia is a frequent complication. Complications of diabetes can be prevented, delayed,slowed with control blood sugar levels. Management of non pharmacotherapy include weight control, sports, and diet. Aerobic physical exercise is recommended as key activities to do posted by people with type 2 diabetes can because effect increases insulin sensitivity thus inhibiting the development of diabetes. Objective: knowing frequency relationship gymnastics against diabetes blood glucose levels as cholesterol levels and blood pressure in patients type 2 diabetes in persadia hospital of jogja.

76

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

Methods: The study was a analytic survey design, and study approach with cross-sectional. Population research is that all participants gymnastics diabetes have type 2 diabetes in the group persadia hospital of jogja. that number 30 operating sampling technique purposive sampling. Data collection tool use is the questionnaire, glukotes, sphygmomanometer, stethoscope, mikrotoise and scales on with bivariate spearman rho done and mann whitney with α: 0.05. Results: there was no relationship between frequency of gymnastics with blood sugar levels during 0,387. P values with nothing between relations frequency gymnastics diabetes cholesterol levels namely with the p value of 0.48. No relationship between the frequency of gymnastics with age, gender, education, employment, old dm, hypoglycemia history, BMI, systolic blood pressure and diastolic blood pressure with p value> 0.05. There is a correlation between frequency of exercise systolic blood pressure diabetes with p value of 0.020 (p <0.05) and diastolic blood pressure with p value 0,026 (p <0.05). Conclusion: there is no relationship between the frequency of gymnastics with blood sugar levels and cholesterol levels. There is a correlation between frequency of exercise diabetes with systolic blood pressure and diastolic blood pressure in type 2 diabetes patients Persadia hospital of jogja. Keywords: Frequency Gymnastics DM, Blood Sugar Levels, Cholesterol Levels, Blood Pressure.

Pendahuluan

memperlihatkan

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang

jasmani yang teratur terhadap metabolisme karbohidrat

ditandai

darah

dan sensitifitas insulin. Efek dari latihan jasmani

(hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi

dapat dipertahankan minimal 5 tahun 1.Penelitian Da

insulin, gangguan aktivitas insulin atau keduanya1.

Qing tahun 1997 menunjukkan hasil: intervensi diet

Terdapat 177 juta penduduk dunia yang menderita DM

dapat menurunkan risiko DM tipe 2 sebesar 31%,

dan diprediksi 25 tahun mendatang akan meningkat

latihan sebesar 46% dan diet plus latihan sebesar

menjadi 300 juta jiwa2. Penyakit ini sebagai penyebab

42%

utama penyakit jantung dan stroke, serta menjadi

wanita berusia 34-59 tahun menunjukkan hasil bahwa

penyebab utama kematian ketujuh di Amerika Serikat3.

kejadian DM tipe 2 lebih rendah pada perawat yang

Di Indonesia jumlah pasien DM mengalami kenaikan,

melakukan

dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan

dibandingkan

menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2020.

aktifitas setiap minggu8.

Tingginya angka kesakitan itu menjadikan Indonesia

Senam Diabetes Indonesia merupakan senam aerobic

menempati urutan keempat dunia setelah Amerika

low impact dan ritmis yang telah dilaksanakan sejak

Serikat, India dan China4. Prevalensi DM di provinsi D.I

tahun

Yogyakarta sebanyak 1,6% tiap bulan, angka tersebut

Indonesia9. Senam aerobic adalah latihan fisik yang

berada di atas prevalensi rata-rata nasional yaitu

direkomendasikan sebagai aktivitas utama yang dapat

sebanyak 0,7% 5.

dilakukan oleh penderita diabetes tipe 2 karena

Komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda, atau

efeknya dapat

dengan

diperlambat

tingginya

kadar

glukosa

efek

menguntungkan

dari

latihan

6

. Penelitian Manson tahun 1991 pada perawat

aktifitas

minimal

satu

kali/

minggu

perawat yang tidak rutin melakukan

1997

di

klub-klub

meningkatkan

diabetes

di

sensitifitas

seluruh

insulin

sehingga menghambat perkembangan diabetesnya 8.

dengan mengendalikan kadar gula darah 6.

Pengelolaan diabetes yang bertujuan mempertahankan

RS Jogja

kadar

dapat

Yogyakarta yang melayani berbagai pasien penyakit

dilakukan secara nonfarmakoterapi dan farmakoterapi.

dalam maupun bedah. Kasus DM termasuk dalam 10

Pengelolaan non farmakoterapi meliputi pengendalian

penyakit terbanyak di RS Jogja. Berdasarkan hasil studi

berat. badan, olah raga, dan diet 7.Penelitian

pendahuluan, jumlah kunjungan pasien DM yang rawat

gula

darah

dalam rentang

normal

terbaru

77

merupakan RS Umum Daerah di kota

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

jalan meningkat sebesar 11,2% sepanjang tahun

dan

Kelompok Persadia RS Jogja. Diketahuinya hubungan

pasien DM tipe 2 dengan komplikasi sebanyak 73 orang

antara frekuensi senam diabetes dengan kadar kolesterol

per bulan. Pengelolaan

pasien DM tipe 2 di Kelompok Persadia RS Jogja.

untuk

mengatasi

yang dilakukan rumah sakit

hal

tersebut,

farmakoterapi yang

selain

meliputi

pengelolaan

pemberian

2.Metode Penelitian

obat

hipoglikemik oral dan insulin juga pengelolaan non

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik

farmakoterapi yang di antaranya melakukan program

menggunakan rancangan crossectional study. Populasi

senam diabetes.

pada penelitian ini seluruh peserta senam diabetes yang

Peserta yang rutin mengikuti program

mengidap DM tipe 2 di kelompok Persadia RS Jogja

senam diabetes berjumlah 48 orang. Frekuensi

senam

dilaksanakan terpimpin

di

1

kali

dengan

baru

yaitu sejumlah 30 Orang. Teknik pengambilan sampel

dilakukan secara

yaitu total sampling. Analisis statistik yang digunakan

menit.

yaitu uji Uji Spearman Rho.

kelompok PERSADIA perminggu,

durasi

45-60

Sebelum

mengikuti senam, peserta dilakukan pengukuran berat

Tempat penelitian dilaksanakan di kelompok Persadia RS

badan,

sementara

Jogja,. Proses pengambilan data penelitian dilaksanakan

dilaksanakan

dari tanggal 29 September 2014 – 11 Oktober 2014. Alat

nadi

dan

tekanan

pemeriksaan glukosa sehingga

evaluasi

terhadap

penurunan

belum

diketahui.

darah

darah, belum

keberhasilan kadar

senam

glukosa

darah

Berdasarkan wawancara

diabetes

pengumpulan data yang digunakanan adalah kuesioner

pasien

yang meliputi data demografi, glukometer, kolesterol meter, microtoice, timbangan badan.

dengan

peserta senam, beberapa peserta menyatakan merasa

Analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis

nyaman dengan

adanya

tersebut,

univariat dengan analisis frekwensi dari karakteristik

tetapi

merasakan

efek terhadap

responden, frekuensi senam, kadar gula darah sewaktu,

belum

kegiatan

senam

adanya

penurunan kadar glukosa darahnya.

kadar kolesterol dan tekanan darah. Analisis bivariat

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan frekuensi

dengan uji Uji Spearman Rho digunakan untuk

senam diabetes terhadap kadar glukosa darah sewaktu

mengetahui hubungan antara frekuensi senam dengan

kadar kolesterol dan tekanan darah pasien DM tipe

2

Kadar Gula Darah sewaktu, frekuensi senam dengan

RS Jogja. Diidentifikasinya

Kadar kolesterol, frekuensi senam dengan Tekanan

karakteristik pasien DM tipe 2 di Kelompok Persadia

Darah sistolik, frekuensi senam dengan Tekanan darah

RS Jogja. Diidentifikasinya frekuensi pelaksanaan senam

diastolik

di

Kelompok Persadia

diabetes pada pasien DM tipe 2 di Kelompok Persadia 3.

RS Jogja. Diidentifikasinya kadar glukosa darah pada pasien

DM

tipe

2

di

Kelompok

Persadia

Hasil Penelitian dan Pembahasan

3.1. Analisa Univariat

RS

Jogja.Diidentifikasinya kadar kolesterol pasien DM tipe

3.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden

2 di Kelompok Persadia RS Jogja. Diidentifikasinya

Tabel 3.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipoglikemia. Di kelompok PERSADIA RS Jogja Bulan Oktober Tahun 2014 (n = 30).

tekanan darah pasien DM tipe 2 di Kelompok Persadia RS Jogja. Diketahuinya hubungan antara frekuensi senam diabetes dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 di

77

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

Variabel

Kategori

Usia Jenis kelamin Pendidikan

Pekerjaan

Riwayat Hipoglikemia

Dewasa < 65 tahun Lansia : ≥ 65 tahun Laki-laki Perempuan SD SLTP SLTA PT Pensiun Wiraswasta IRT Pernah Tidak Total

Jumla h (n) 15 15 5 25 1 4 8 17 19 3 8 18 12 30

ISSN : 1907 - 3887

Persent ase (%)

Variabel Lama_DM IMT TD_Sistol TD_Diastol

50 50 16.7 83.3 3.3 13.3 26.7 56.7 63.3 10.0 26.7 60.0 40.0 100

sebanyak

15

orang

IMT, maksimal responden

maksimum 160 mmHg, dan minimum90 mmHg. Berdasarkan TD Darah diastolik, responden mempunyai tekanan darah diastolik maksimum 90mmHg, dan minimum 60 mmmHg. 3.1.3. Senam Diabetes Tabel3.3 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan Frekuensi senam, lama DM, Di kelompok PERSADIA RS Jogja Bulan Oktober Tahun 2014 (n = 30)

(50%).

17 orang (56,7%) sedangkan yang berpendidikan SD orang

(3,3%).

Distribusi

dengan IMT 34,08 dan

mayoritas responden mempunyai tekanan darah sistolik

berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi yaitu sebanyak

1

SD 5,392 3,54664 15,610 8,769

minimum 15,61. Berdasarkan TD Darah sistolik,

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden

sebanyak

Mean 6,40 24,2177 123,33 77,00

maksimum 20 tahun dan minimum 1 tahun. Berdasarkan

responden berusia dewasa dan lansia sama banyaknya, masing-masing

Maks 20 34,08 160 90

Berdasarkan lama DM, responden yang mengidap DM

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari segi usia,

yaitu

Min 1 15,61 90 60

Variabel Frek_Senam

Min 1

Maks 7

Mean 2,17

SD 1,416

frekuensi

berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden

Pada tabel 3.3. Berdasarkan frekuensi senam DM, rerata

perempuan lebih banyak yaitu sejumlah 26 orang

frekuensi

(83,3%), sedangkan responden laki-laki sebanyak 5

melakukan senam ataupun setiap hari/ 7 x seminggu dan

orang

paling sedikit 1 x seminggu.

(16,7%).

Berdasarkan

pekerjaan,

mayoritas

(63,3%) sedangkan responden yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 3 orang (10,0%). Berdasarkan riwayat hipoglikemia, mayoritas responden pernah yaitu sebanyak

DM

2,17,

maksimal

responden

3.1.4.Kadar Gula Darah sewaktu dan kadar Kolesterol Tabel.3.4.Distribusi Karakteristik responden berdasarkan lama DM, IMT, Tekanan Darah sistolik, tekanan darah diastolic Di kelompok PERSADIA RS Jogja Bulan Oktober Tahun 2014 (n = 30)

responden sudah pensiun yaitu sejumlah 19 orang

mengalami hipoglikemia

senam

18 orang Variabel Kadar GDS Kadar kolesterol

(60,0%) sedangkan responden yang belum pernah mengalami hipoglikemia sebanyak 12 orang (40,0%). 3.1.2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan lama DM, IMT, Tekanan Darah sistolik, tekanan darah diastolik Tabel 3.2 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan lama DM, IMT, Tekanan Darah sistolik, tekanan darah diastolik di kelompok PERSADIA RS Jogja Bulan Oktober Tahun 2014 (n = 30)

Min 84

Maks 295

Mean 140,10

SD 48,528

100

400

251,33

65,819

Pada tabel 3.4, Berdasarkan kadar gula darah sewaktu, responden mempunyai GDS rerata 140,10 maksimum 295 mg/dl, dan minimum 84 mg/dl. Berdasarkan kadar kolesterol, responden mempunyai kadar kolesterol rerata 251,33 maksimum 400 mg/dl, dan minimum 100 mg/dl

78

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

3.2.2 Distribusi responden menurut karakteristik demografi dengan Kadar Gula darah sewaktu pasien DM Tipe 2.

3.2 Analisis Bivariat 3.2.1 Distribusi responden menurut karakteristik demografi dengan Frekuensi Senam pasien DM Tipe 2. Tabel 3.5.Distribusi Responden menurut Karakteristik Demografi Dengan Frekuensi senam Di PERSADIA RS Jogja Oktober 2014 (n = 30) Variabel

n

Usia : Dewasa < 65 tahun Lansia : ≥ 65 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Pendidikan : SD SLTP SLTA PT Pekerjaaan : Pensiun Wiraswasta IRT Riwayat Hipoglikemia : Pernah Tidak

%

Tabel 3.7.Distribusi Responden menurut Karakteristik Demografi dengan kadar gula Darah Sewaktu Di PERSADIA Oktober RS Jogja Oktober 2014 (n = 30)

p value

15 15

50,0 50,0

25 5

83,0 16,7

1 4 8 17

3,33 13,3 26,7 56,7

19 3 8

63,3 10,0 26,7

0,077

12 18

40,0 60,0

0,823

Variabel Usia : Dewasa < 65 tahun Lansia : ≥ 65 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Pendidikan : SD SLTP SLTA PT Pekerjaaan : Pensiun Wiraswasta IRT

0,066

0,241

0,549

Riwayat Hipoglikemia : Pernah Tidak

*signifikan pada α: 0,05

p value

n

%

15 15

50,0 50,0

0,755

25 5

83,0 16,7

0,200

1 4 8 17

3,33 13,3 26,7 56,7

0,030

19 3 8

63,3 10,0 26,7

0,456

12 18

40,0 60,0

0,497

analisis bivariat uji mann

*signifikan pada α: 0,05 Berdasarkan tabel 3.7 diatas, analisis bivariat uji mann

dengan hasil p value > 0,05, hal ini

whitney dengan hasil tidak ada hubungan antara usia,

memberikan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan

jenis kelamin, pekerjaan dan riwayat hipoglikemia

antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan

dengan kadar gula darah p value > 0,05. Ada hubungan

riwayat

antara tingkat pendidikan dengan kadar gula darah

Berdasarkan tabel 3.5, whitney

hipoglikemia

dengan

frekuensi

senam

sewaktu dengan p value 0,030.

diabetes.

Tabel 3.8.Distribusi Responden menurut Karakteristik Demografi (lama DM, IMT,Tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik) dengan kadar gula darah Sewaktu Di PERSADIA RS Jogja Oktober 2014 (n = 30)

Tabel 3.6. Distribusi Responden menurut Karakteristik Demografi (lama DM dan IMT) dengan frekuensi senam diabetes Di PERSADIA RS Jogja Oktober 2014(n = 30). Variabel Lama DM IMT

Min-max 1-20 15,61-34,08

Median 6,40 24,2177

SD 5,392 3,54664

P value 0.750 0.481

Variabel Lama DM IMT

*signifikan pada α: 0,05 Berdasarkan tabel 3.6 diatas, analisis bivariat uji

Tekanan darah Sistolik Tekanan darah Diastolik

Spearman Rho dengan hasil variabel lama DM dan IMT tidak ada hubungan yang bermakna dengan

Min 1 15,6 1

Maks

79

SD

20

6,40

5,392

34,08

24,2177

3,54664

90

160

123,33

15,610

60

90

77,00

8,769

*signifikan pada α: 0,05

frekuensi senam DM dengan p value > 0,05.

Median

P value 0.003 0.835 0,137 0,619

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

Berdasarkan tabel 3.8 Spearman Rho

diatas,

dengan hasil

ISSN : 1907 - 3887

Tekanan darah Diastolik

analisis bivariat uji ada hubungan antara

60-90

77,00

8,769

0,850

variabel lama DM dengan kadar gula darah sewaktu, dan

*signifikan pada α: 0,05 Berdasarkan tabel 5.10 diatas,

tidak ada hubungan antara IMT, tekanan darah sistolik

Spearman Rho dengan hasil antara lama DM, IMT,

dan diastolik dengan dengan kadar gula darah sewaktu

tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik tidak

dengan p value > 0,05.

ada hubungan yang bermakna dengan kadar kolesterol

3.2.2 Distribusi responden menurut karakteristik demografi dengan Kadar kolesterol pasien DM Tipe 2.

dengan p value > 0,05.

Tabel 3.9.Distribusi Responden menurut Karakteristik Demografi (usia, jenis kelami, pendidikan,pekerjaan, dan riwayat hipoglikemia) dengan kadar kolesterol di PERSADIA Oktober RS Jogja Oktober 2014 (n = 30)

Tabel 3.11. Distribusi Responden menurut Frekuensi Senam dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien DM tipe 2 di Kelompok PERSADIA RS Jogja Bulan Oktober Tahun 2014 (n = 30)

Variabel Usia : Dewasa < 65 tahun Lansia : ≥ 65 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Pendidikan : SD SLTP SLTA PT Pekerjaaan : Pensiun Wiraswasta IRT Riwayat Hipoglikemia : Pernah Tidak

3.2.3. Hubungan Frekuensi Senam dengan Kadar Gula Darah Sewaktu

p value

n

%

15 15

50,0 50,0

0,590

25 5

83,0 16,7

0,486

1 4 8 17

3,33 13,3 26,7 56,7

19 3 8

63,3 10,0 26,7

12 18

40,0 60,0

Variabel Kadar GDS

Min max 1-7

Mean

SD

140,10

48,528

P value 0,387

*signifikan pada α: 0,05 Berdasarkan hasil uji statistik frekuensi senam diabetes dengan kadar kolesterol menunjukkan P Value 0,387 (P Value > 0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara

0,931

frekuensi senam diabetes dengan kadar gula darah. 3.2.4..Hubungan Frekuensi Senam DM dengan Kadar kolesterol

0,455

Tabel 3.12. Distribusi Responden menurut Frekuensi Senam dengan Kadar kolesterol Pasien DM tipe 2 di Kelompok PERSADIA RS Jogja Oktober Tahun 2014 (n = 30)

0,672

*signifikan pada α: 0,05 Berdasarkan tabel 3.9 diatas, analisis bivariat uji mann

Variabel Kadar kolesterol

whitney dengan hasil p value > 0,05, hal ini memberikan

Min - max 100-400

Mean

SD

251,33

65,819

P value 0,481

*signifikan pada α: 0,05 Berdasarkan hasil uji statistik frekuensi senam diabetes

kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan riwayat hipoglikemia

dengan kadar kolesterol menunjukkan P Value 0,481 (P

dengan kadar kolesterol.

Value > 0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara

Tabel 3.10.Distribusi Responden menurut Karakteristik Demografi (lama DM, IMT,Tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik) dengan kadar kolesterol Di PERSADIA Oktober RS Jogja Oktober 2014 (n = 30) Variabel Lama DM IMT Tekanan darah Sistolik

analisis bivariat uji

Min-max 1-20 15,61-34,08

Median 6,40 24,2177

SD 5,392 3,54664

90-160

123,33

15,610

frekuensi senam diabetes dengan kadar kolesterol. 3.2.5.Hubungan Frekuensi senam DM dengan Tekanan Darah.

P value 0,819 0,654 0,491

Tabel 5.13. Distribusi Responden menurut Frekuensi Senam DM dengan Tekanan darah sistolik dan tekanan Darah diastolik Pasien DM tipe 2 di

80

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

Kelompok PERSADIA RS Jogja Bulan Oktober Tahun 2014 (n = 30) Variabel Tekanan darah Sistolik Tekanan darah Diastolik

Min-max

Median

SD

90-160

123,33

15,610

60-90

77,00

8,769

insulin, sehingga glucose update meningkat dan status glikemik membaik.

P value 0,020

Hasil penelitian yang dilakukan Kriska (2007) yang

0,026

menyimpulkan

*signifikan pada α: 0,05

individu

yang

lebih

aktif

memiliki kadar glukosa darah yang lebih rendah dibanding

Hasil analisis distribusi responden menurut frekuensi

menyimpulkan

tabel 3.13. Berdasarkan tabel 3.13, analisis bivariat uji dengan hasil

bahwa

yang

tidak

aktif.

Penelitian

ini

juga

sejalan dengan penelitian Da Qing (1997) yang

senam DM dengan Tekanan darah dapat dilihat pada

Spearman Rho

bahwa

intervensi

latihan dapat menurunkan

resiko diabetes tipe 2 sebesar 46% 5.

Ada hubungan

dinamik

antara frekuensi senam diabetes dengan tekanan darah

yang

melibatkan

otot-otot

Kegiatan fisik utama

akan

menyebabkan permeabilitas meningkat pada otot yang

sistolik P value 0,020 (p< 0,05) dan dengan tekanan

berkontraksi, sehingga saat latihan reseptor

darah diastolik 0,026 (p,0,05).

6

insulin

akan lebih banyak dan lebih peka. Kepekaan reseptor insulin dapat berlangsung 12-24 jam setelah senam,

4. Pembahasan

yang menyebabkan glukosa darah dapat kembali

1. Hubungan Frekuensi Senam dengan kadar gula

normal9.

darah

Berbeda dengan hasil penelitian Raflesiah (2005)

Berdasarkan analisis bivariat tentang frekuensi senam

tentang pengaruh senam diabetes terhadap kadar

diabetes dengan kadar gula darah sewaktu yaitu tidak

glukosa darah. Penelitian Raflesiah menyimpulkan

ada hubungan antara frekuensi senam dengan kadar gula

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

darah sewaktu dengan P value 0,387. Hasil ini

senam

mendukung penelitian Lillyani (2013), yaitu berdasarkan

dan komponen sindrom metabolik. Hasil ini kurang

pernah

penelitian

dilakukan. Penelitian yang

Utomo didapatkan hasil bahwa

terkait

yang

dilakukan

oleh

responden

yang

signifikan

terhadap

dilakukan

selama

8

diabetes

dapat

berperan

dalam

pengaturan kadar glukosa darah bila dilakukan sesuai prinsip-prinsip latihan jasmani. Prinsip senam diabetes yaitu memenuhi standar frekuensi, intensitas, durasi dan jenis senam (Santoso, 2006). Frekuensi senam

salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan

dalam penelitian ini telah memenuhi standar minimal

jasmani atau olahraga ini terbukti dapat meningkatkan perifer

minggu,

penelitian. Senam

rhythmical, interval, endurance training) merupakan

jaringan

perminggu

yang

kali

sampel penelitian juga dapat berpengaruh terhadap hasil

keberhasilan

lebih 30 menit) yang sifatnya sesuai CRIPE (continous,

di

3

minggu. Perbedaan jumlah dan homogenitas kriteria

latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang

reseptor

quasi eksperiment senam diabetes dilakukan

dilakukan 1 kali perminggu dan di teliti selama 3

yang

pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan fisik sehari-hari dan

sensitivitas

darah.

sementara dalam penelitian Raflesiah senam diabetes

melakukan olahraga secara teratur dan baik memiliki hubungan

kadar glukosa

desain penelitian yang berbeda. Dalam penelitian ini

tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian

beberapa

dengan

Perbedaan hasil penelitian kemungkinan disebabkan

hasil uji chi-square menunjukkan bahwa aktifitas fisik

sejalan dengan

diabetes

yaitu dilaksanakan teratur 3 kali perminggu tanpa absent.

terhadap

81

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

Hal ini sesuai dengan prinsip senam

diabetes

ISSN : 1907 - 3887

yang

Sesudah intervensi senam diabetes selama 8 minggu

menyatakan untuk mencapai hasil yang optimal maka

terdapat 33,3% responden berat badannya

latihan

Penurunan berat badan dapat

harus

dilakukan

secara

teratur

3-5

kali

mengurangi

turun.

resistensi

perminggu dan tidak lebih dari 2 hari berurutan tanpa

insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin sehingga

latihan (American Diabetes Association, 2004).

membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan baik

Penurunan

kadar

glukosa

darah

responden

juga

dan dapat menurunkan kadar glukosa darah

10

. Berat

dipengaruhi oleh tercapainya intensitas yang baik

badan yang menurun merupakan salah satu faktor

selama intervensi senam dilakukan. Intensitas senam

yang menyebabkan turunnya kadar glukosa darah11.

dapat dinilai dari target nadi, tekanan darah dan

menyimpulkan olah raga aerobik yang teratur pada DM

kadar glukosa darah sebelum dan sesudah senam.

tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan berat

Rerata

badan

target

nadi

responden

sesudah

latihan

akan

mengurangi

kebutuhan insulin sampai

12

mencapai 63,53%MHR dan rerata tekanan darah sistolik

100% . Manfaat latihan jasmani bagi para penderita

responden sesudah latihan 160,67 mmHg. Kondisi ini

diabetes

sesuai dengan konsep yang menyatakan latihan akan

meningkatkan

bermanfaat

mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi

tekanan

jika

darah

mencapai setelah

kondisi

optimal

yaitu

latihan tidak lebih dari 180

antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, penurunan

kemungkinan

terjadinya

kadar

glukosa

darah,

komplikasi aterogenik,

mmHg dan denyut nadi mencapai 60-79% MHR. Jika

gangguan lemak darah, meningkatkan kadar kolesterol

kurang dari 60% latihan kurang bermanfaat dan jika

HDL,

lebih dari 79% akan membahayakan kesehatan pasien

menormalkan

(Santoso, 2006). Rerata

darah

kemampuan kerja . Pada saat seseorang melakukan

responden sesudah intervensi senam diabetes turun

latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan

menjadi 159,73 mg/dl. Soegondo (2007) menyatakan

kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif dan

diagnosis DM ditegakkan jika kadar glukosa puasa >

terjadi pula reaksi

126 mg/dl. Berdasarkan diagnosis DM rerata kadar

fungsi

glukosa darah masih menunjukkan hasil di atas

otonom. Dimana glukosa yang disimpan dalam otot

normal.

dengan karakteristik sampel yang

dan hati sebagai glikogen, glikogen cepat diakses

tergolong lanjut usia rerata glukosa darah yang dicapai

untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan

tergolong berhasil dengan baik. Dinyatakan Santoso

jasmani terutama pada beberapa atau permulaan latihan

(2006) bahwa sesudah latihan jasmani pada pasien

jasmani dimulai Setelah melakukan latihan jasmani

lanjut usia termasuk cukup baik jika kadar glukosa

10 menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15 kali

darahnya 140-180 mg/dl.

dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan meningkat

Sesuai

Penelitian senam

ini

kadar

menunjukkan

efek

glukosa

menguntungkan

diabetes terhadap metabolisme

meningkatkan tekanan

sensitivitas darah,

tubuh yang

reseptor

serta

insulin,

meningkatkan

kompleks

meliputi

sirkulasi, metabolisme, dan susunan saraf

sampai 35 kali

14

. Dimana setelah beberapa menit

karbohidrat

berlangsung tubuh akan mengompensasi energi dari

sehingga selain berperan dalam pengaturan kadar

lemak. Latihan jasmani se baiknya disesuaikan dengan

glukosa darah senam diabetes juga membantu dalam

umur dan status kesegaran jasmani 15.

memelihara

dan menurunkan

berat

badan

(BB).

82

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

Jenis latihan jasmani yang dianjurkan untuk para

secara klinis dan statistik memberikan pengaruh yang

penderita diabetes adalah jalan, jogging, berenang dan

bermanfaat terhadap kontrol kadar glukosa darah, dan

bersepeda. Tahapan dalam latihan jasmani juga sangat

efek tersebut tidak didahului terjadinya penurunan berat

diperlukan,

badan. Hasil

tahapan

dilakukan

dalam

latihan

jasmani

perlu

agar otot tidak memperoleh beban secara

mendadak. Tahapan latihan

jasmani

mulai

meta -analisis

yang

berikutnya

oleh

peneliti yang sama menunjukkan bahwa latihan fisik

dari

yang

intensif dapat

memprediksi

pertimbangan

pemanasan (warming up), latihan inti (conditioning),

perbedaan mean pada HbA1C (r = 0,91, P = 0.002) ke

pendinginan

peregangan

tingkat yang lebih besar dibanding latihan fisik tidak

(stretching). Pada saat melakukan latihan jasmani

intensif (r= 0,46, P = 0,26)13. Hasil ini memberikan

kerja insulin menjadi lebih baik dan yang kurang

harapan pada setiap individu dengan DM tipe -2 yang

optimal menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi efek

sudah menjalankan latihan fisik dengan intensitas sedang

yang dihasilkan dari latihan jasmani setelah 2 x 24

untuk meningkatkan intensitas latihan fisiknya dalam

jam hilang, oleh karena itu untuk memperoleh efek

usaha

tersebut latihan jasmani perlu dilakukan 2 hari sekali

kemampuan aerobik maupun kontrol kadar glukosa

atau seminggu 3 kali. Penderita diabetes diperbolehkan

darah13.

melakukan latihan jasmani jika glukosa darah kurang

Peningkatan kadar gula darah ini juga disebabkan

dari 250 mg%. Jika kadar glukosa diatas 250 mg, pada

karena responden tidak mampu untuk mengontrol/

waktu latihan jasmani akan

menurunkan kadar gula darahnya agar tetap stabil. Faktor

(cooling

down),

serta

terjadi pemecahan

memperoleh manfaat

(pembakaran) lemak akibat pemakaian glukosa oleh otot

pencetus

terganggu, hal ini membahayakan tubuh dan dapat

akibat

14

peningkatan

dari

gaya

tambahan

kadar

gula

baik

darah

pada

tersebut

hidup yang salah dan kurangnya

menyebabkan terjadinya koma-ketoasidosis .

aktivitas. Selain itu sedikit dari mereka yang mengetahui

Hasil tinjauan secara sistematik dan meta-analisis

dan mempunyai motivasi untuk melakukan latihan

penelitian klinis mengenai efek intervensi latihan fisik

fisik pada penderita DM seperti hasil penelitian yang

yang terstruktur selama ≥ 8 minggu pada kadar glukosa

dilakukan oleh Lesatari (2003) menyatakan bahwa

darah rata-rata dalam 2-3 bulan (HbA1C) dan masa

motivasi yang mendasari responden untuk melakukan

tubuh pada penderita DM tipe-2, menunjukkan terjadinya

latihan fisik dipengaruhi oleh faktor internal dan

penurunan

eksternal.

HbA1C yang signifikan setelah intervensi

Faktor

internal

meliputi

harapan

agar

latihan fisik dibanding kelompok control (7.65 vs.8.31%,

normal kadar gula darahnya, sikap yang ditunjukan

dengan mempertimbangkan perbedaan mean 0.66%; P

dengan niat untuk melakukan olah raga dan faktor

<0.001).

eksternal

Sedang pengaruh

terhadap

berat

badan

meliputi pengetahuan yang ditunjang dari

antara kelompok dengan intervensi latihan fisik dan

banyaknya informasi melalui media dan dukungan dari

kelompok

keluarga.

kontrol

tidak

ada

perbedaan.

Hasil

metaregresi memperkuat bahwa manfaat efek latihan

2.

jasmani pada HbA1C tidak tergantung pada efek

kolesterol

13

Hubungan

frekuensi

Senam dengan

Kadar

perubahan yang terjadi pada berat badan . Oleh

Berdasarkan analisis bivariat, tidak ada hubungan antara

karena itu program latihan fisik yang terstruktur

frekuensi senam diabetes dengan kadar gula kolesterol

83

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

yaitu dengan P value 0,481. Penelitian ini tidak

sehingga

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Danari dkk

kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.

mengatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas

Aktifitas

fisik dengan kejadian obesitas dan obesitas sentral.

trigliserida

Aktifitas

penelitian menunjukkan seperti yang dilakukan oleh

bahkan

fisik

berupa

menari

yang

olahraga, kegiatan dilakukan

secara

harian rutin

Durstine

apabila aktivitas fisik rendah

fisik

tidak

dan

berhubungan

kadar

mengatakan

HDL.

dengan

maka

kadar

Namun beberapa

bahwa kebiasaan berolahraga

bermanfaat untuk mencegah timbunan lemak di dinding

dapat menurunkan kadar trigliserida dan kadar LDL

pembuluh darah. Hal ini terbukti dari outopsi pada juara

namun tidak selalu turun. Kadar kolesterol cenderung

marathon Boston tujuh kali, Clarence de Mar, yang

tidak

menunjukan ukuran pembuluh darah

koronernya dua

HDL meningkat jika seseorang melakukan olahraga

sampai tiga kali ukuran normal serta tak ditemukan

aerobik yang dilakukan setidaknya 12 minggu berturut-

adanya stenosis (penyempitan pembuluh darah). Hasil

turut

penelitian ini menunjukan bahwa aktifitas fisik yang

dengan

dilakukan secara rutin dapat

mempertahankan status

meningkatkan HDL kolesterol dalam darah sampai

gizi optimal. Aktifitas

yang

20-30%.

fisik

dilakukan secara

berubah

selama

walaupun

berolahraga. Namun,

tidak

kadar

selalu berhasil. Begitu

pula

berolahraga keras

dapat

HDL,

Sehingga

terdapat kemungkinan bahwa

rutin semisal jalan cepat atau jogging dapat mengurangi

kemampuan

penimbunan

menyingkirkan kolesterol biasa meningkat selama latihan

lemak

sehingga

mengurangi

risiko

High

kadar

Density

Lipoprotein

(HDL)

seseorang dari kondisi overweight.

fisik. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama karena

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hari (2012) yang

apabila kita berhenti berolahraga, kadar HDL kolesterol

mengatakan bahwa aktifitas fisik ringan mempunyai

dan kolesterol biasa kembali ke kadar semula sebelum

hubungan yang sangat bermakna dengan terjadinya

olahraga

obesitas sentral. Obesitas sentral lebih banyak 4,28

memperbaiki dan mengontrol kadar kolesterol dalam

kali lebih besar ditemukan pada subjek dengan aktivitas

darah maka perlu melakukan olahraga secara teratur

ringan dibandingkan dengan yang mempunyai aktivitas

Aktifitas fisik seperti olahraga mempunyai manfaat

sedang. Alam dalam bukunya mengatakan bahwa gaya

yang besar karena dapat meningkatkan unsur-unsur

hidup tidak banyak bergerak (sedentary, low physical

kesegaran

activity) ditambah dengan pola makan buruk yang tinggi

pernapasan, kelenturan sendi dan kekuatan otot-otot

lemak dan karbohidrat

tidak

tertentu. Olahraga dapat mengurangi kejadian serta

diimbangi serat (sayuran dan buah) dalam jumlah

keparahan penyakit jantung dan pembuluh darah,

yang cukup, membuat menumpuknya lemak dengan

kegemukan, DM, hipertensi, beberapa kelainan sendi,

gejala kelebihan berat badan (obesitas), terutama di

otot, tulang, dan juga stress. Olahraga

bagian

fisik

banyak dilakukan oleh responden adalah selain senam

berhubungan dengan peningkatan lingkar perut. Aktivitas

diabetes adalah jalan kaki dengan frekuensi olahraga

fisik

dapat

1-2 kali perminggu. Hal ini kemungkinan disebabkan

meningkatkan kebutuhan energi (energy expenditure),

karena sebagian besar responden berada pada rentang

perut

(buncit).

merupakan

salah

(fast

food)

Penurunan

satu

faktor

yang

aktivitas

yang

dimulai.

jasmani,

Oleh

yaitu

karena

itu,

sistem

jika

jantung

yang

ingin 16

.

dan

paling

usia dewasa lanjut sampai lansia tahun yang sudah tidak

84

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

terlalu mampu lagi melakukan olahraga yang berat.

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan

Olahraga jalan kaki tidak terlalu banyak meningkatkan

tekanan

kemampuan fisik dan pembakaran lemak pada tubuh.

menurunkan

tahanan

perifer

3. Hubungan antara Frekuensi senam dengan

menurunkan

tekanan

darah. Olahraga

tekanan darah

mengurangi tekanan darah karena berkurangnya berat

Berdasarkan tabel 5.13, hasil Spearman Rho

menyatakan

analisis bivariat uji bahwa

Ada hubungan

menggambarkan dalam

kualitas kemampuan

fungsi

tersebut

dalam sebuah

dan

dapat

jalan darah

yang

baru,

sehingga

dapat

21

mengurangi tekanan darah .

5. Kesimpulan

tubuh

Karakteristik responden dalam penelitian ini usia

kelangsungan

sistem.

juga

dapat

jasmani

organ

menjalankan fungsinya, dan

sehingga

menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah kapiler

sistolik P value 0,020 (p< 0,05) dan dengan tekanan Kebugaran

Olahraga teratur terbukti dapat

badan dan hambatan pengaliran darah, serta dapat

antara frekuensi senam diabetes dengan tekanan darah

darah diastolik 0,026 (p,0,05).

darah.

responden yang mengikuti penelitian berada

Kebugaran

dalam

derajat

rentang kelompok usia 48-84 tahun. Proporsi antara

tugas

usia dewasa dan lansia usia sama yaitu masing-masing

dengan derajat intensitas moderat, tanpa mengalami

50 %, mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu 25

kelelahan yang berlebihan hingga kemudian mampu

orang (93,3%), sebagian besar berpendidikan tinggi

menjalankan tugas berikutnya 17. Orang yang kesegaran

sebanyak 17 orang (56,7%), sebagian besar responden

jasmaninya baik, tekanan darah diastoliknya lebih

tidak bekerja /sudah pensiun lebih banyak yaitu 19 orang

rendah daripada orang yang kesegaran jasmaninya

(63,3%), berdasarkan riwayat hipoglikemia, mayoritas

rendah 17.

mempunyai riwayat hipoglikemia yaitu 12 orang (40%),

jasmani

secara

kemampuan

umum diartikan

seseorang untuk

sebagai

menjalankan

tepat akan

Berdasarkan lama mengidap DM tipe 2 rerata 6,40 tahun,

membantu menata kembali tekanan darah pada tingkat

berdasarkan analisis univariat IMT, rerata responden

yang lebih rendah meskipun kegiatan latihan jasmani itu

dengan IMT 24,21, Berdasarkan analisis univariat

sendiri

untuk

tekanan darah, rerata responden dengan tekanan darah

sementara waktu. Dengan melakukan gerakan yang

sistolik 123 mmHg, rerata responden dengan tekanan

tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4

darah diastolic 77 mmHg. Berdasarkan analisis univariat,

hari per minggu, dapat menurunkan tekanan darah

rerata frekuensi senam DM 2,17, maksimal responden

Jenis

latihan

akan

kesegaran

jasmani

meningkatkan

yang

tekanan darah

. ada hubungan yang signifikan

melakukan senam ataupun setiap hari atau 7 x seminggu

antara kesegaran jasmani dengan tekanan darah19.

dan paling sedikit 1 x seminggu. Berdasarkan analisis

Ada hubungan secara bermakna antara aktivitas fisik

univariat, rerata responden dengan mempunyai GDS

dengan tekanan darah sistol dan diastol20. latihan fisik

rerata 140,10 maksimum 295 mg/dl, dan minimum 84

dapat

darah. Tekanan sistolik

mg/dl. Berdasarkan analisis univariat, rerata responden

biasanya naik lebih tinggi daripada tekanan diastolik20.

dengan kadar kolesterol rerata 251,33 maksimum 400

Olahraga

mg/dl, dan minimum 100 mg/dl. Tidak ada hubungan

sebanyak 10 mmHg

menaikan

banyak

18

tekanan

dihubungkan dengan

pengelolaan

antara

hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat

85

frekuensi senam dengan usia, jenis kelamin,

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

pendidikan, pekerjaan, lama DM, riwayat hipoglikemia,

Diabetes

IMT, Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic

Diperoleh 4 Nopember 2014.

dengan p value > 0.05. Tidak ada hubungan antara

8.

frekuensi senam dengan kadar gula darah sewaktu

http://www.fitness.gov/diabetes.pdf.

Santoso, M. (2006). Senam diabetes seri 3. Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia.

dengan P value 0,387. Tidak ada hubungan antara

9.

Soegondo,

S.

(2006).

Farmakologi

pada

frekuensi senam diabetes dengan kadar kolesterol yaitu

pengendalian glikemia diabetes

dengan P value 0,48. Ada hubungan antara frekuensi

dalam Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam.

senam diabetes dengan tekanan darah sistolik P value

(3rd Ed.). (hlm 1882-1885). Jakarta: Pusat Penerbit

0,020 (p<0,05) dan dengan tekanan darah diastolik 0,026

Departemen Penyakit Dalam FKUI

(p < 0,05).

mellitus tipe 2,

10. American Council on Exercise. (2001). Exercise &

type

2

diabetes.http://www.acefitness.

6.Kepustakaan

org/fitfacts/pdfs/fitfacts/itemid_29.pdf. Diperoleh 4

1.

Nopember 2014

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2008). Brunner & Suddarth’s: Texbook of medical surgical nursing.

2.

11. Budisantoso,

Subekti,

I.

(2007).

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2002

Soegondo., P. Soewondo., & I. Subekti. (Eds).

National

Penatalaksanaan

Diabetes

Information

Clearinghous.

S.

diabetes mellitus terpadu (hlm

131-146). Jakarta: FKUI

http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/statistics/inde

12. Ilyas, E.I. (2007). Olahraga bagi diabetesi, dalam

x.htm#fast, di peroleh 10 September 2014.

S. Soegondo., P. Soewondo., & Subekti. (Eds),

Wild. S, Roglic.G, Green. A, Sicree R, & King. H

Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu (hlm

(2004). Global Prevalence of Diabetes, estimates for

67-83). Jakarta: FKUI.

the

4.

&

Komplikasi akut diabetes melitus, dalam

(2011). National Diabetes Statistics, 2011.

3.

A.

Philadelphia: Lippincott.

year

2030.

13. Boule´ NG, Haddad E, Kenny GP, Wells GA,

(http://www.who.int/ diabetes /facts /en/ diabcare

Sigal RJ., 2001. Effects of Structured Exercise

0504.pdf.

Interventions on Glycemic Control and Body

Riset

2000and

Kesehatan

Nasional.Badan

projections

for

Dasar.(2007).

penelitian

dan

Laporan

Weight in Type 2 .Diabetes. Diabetes Care 29

pengembangan

14. Suhartono T., 2004. Naskah Lengkap PB Persadia.

Kesehatan Depkes RI

Simposium Diabet es Melitus untuk Dokter dan

5.

(American Diabetes Association, 2006)

Diabetisi. Semarang: Universitas Diponegoro, pp 25

6.

Yunir, E., & Soebardi, S. (2006). Terapi non

-31.

Farmakologi pada diabetes mellitus, dalam Sudoyo.

15. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni).,

Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3rdEd.). (hlm

2006. Konsensus Pengelolaan

1886-1889). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen

Diabetes Melitus di Indonesia , Jakarta.

Penyakit Dalam FKUI 7.

Kriska.

(2007). Physical

16. Lillyani (2013) activity

and

the

17. Lutan, R., 2002, Asas - Asas Pendidikan Jasmani,

prevention of type II (Non-Insulin-Dependent)

Depdiknas, Jakarta, 7:153.

86

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

18. Sustrani, L., 2004, Diabetes, Gramedia Pustaka, Jakarta:13, 57. 19. Utami (2007) Hubungan Kebugaran Jasmani dan IMT dengan Tekanan Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 20. Ferawati, T.F., 2008, Hubungan antara Indeks Massa

Tubuh

(IMT),

Aktivitas

Fisik

danKebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji ala Barat dengan Tekanan Darah pada Pensiunan Pegawai

PT.

Pertamina Semarang, Skripsi,

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas

Kedokteran,

Universitas Diponegoro, Semaran Gray

et

al.,

2006 21. Kuntaraf, J., Liwijaya, K., 1992, Olahraga Sumber Kesehatan, Advent Indonesia, Bandung:62.

87

Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati

ISSN : 1907 - 3887

88