HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA

Download Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Islam. Vol. VII, No 2: 213-224. April 2016. ISSN: 1978-4767. 213. HUBUNGAN ANTARA P...

0 downloads 584 Views 354KB Size
Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-425. April 2016. ISSN: 1978-4767

PERANAN KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK Jamari Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Email: [email protected] Abstract Education to produce quality human beings is very important for people in the fast-paced advancement, especially in the next century. Islamic religious education is expected as a counterweight and control for the behavior of mankind, it seems still not able to play the role as desired. This study is about the role of families in instilling Islamic religious education values in children in the Village District Karangmulyo Tegalsari Banyuwangi. This study used qualitative research methods. To obtain valid data, then using purposive sampling and snowball sampling technique that is choosing the people who are considered most understand and competent with the object in the perusal. Data collection uses observation, interview, and documentation methods. The data obtained then analyzed using reflective data analysis techniques. From the research and data processing obtained can be concluded that the role of families in instilling Islamic religious education values in children in the Village Karangmulyo Tegalsari District Banyuwangi can be said to be quite good. This is because many parents are aware of the responsibilities of their children's education, especially concerning Islamic religious education. Keywords: Family Role, Islamic Religious Education Values, Child. Abstrak Pendidikan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas itu sangat penting bagi manusia pada zaman kemajuan yang serba cepat, lebih-lebih pada abad yang akan datang. Pendidikan agama Islam yang diharapkan sebagai penyeimbang dan kontrol bagi tingkah laku umat manusia ini, nampaknya masih belum mampu berperan sebagaimana yang diinginkan. Penelitian ini tentang peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak di Desa Karangmulyo Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data yang valid, maka menggunakan teknik purposive sampling dan snawball sampling yakni memilih orang-orang yang dianggap paling mengerti dan kompeten dengan objek yang di teliti. Pengumpulan data mengunakan metode observasi, interview, dan dokumentasi. Data-data yang sudah didapatkan kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik-teknik analisa data reflektif. Dari penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak di Desa Karangmulyo Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi bisa dikatakan sudah cukup baik. Hal ini karena banyaknya orang tua yang sadar akan tanggungjawab pendidikan anak-anaknya khususnya yang menyangkut pendidikan agama Islam. Kata Kunci : Peranan keluarga, Nilai-nilai pendidikan agama Islam, Anak.

405

406 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

A. Latar Belakang Masalah Di dalam keluarga, setiap orang tua menginginkan anak yang dilahirkannya

menjadi

orang-orang

yang

berkembang

secara

sempurna.Mereka tentu menginginkan agar anak yang dilahirkan menjadi orang yang cerdas, pandai serta menjadi orang yang beriman kepada Tuhannya.Artinya dalam taraf yang sangat sederhana, orang tua tidak ingin anaknya menjadi generasi yang nakal serta jauh dari nilai-nilai pendidikan agama Islam. Untuk mencapai tujuan itu, maka seharusnya orang tua menyadari tentang arti pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya khususnya pendidikan yang ada sangkut pautnya dengan nilai-nilai pendidikan agama Islam. Karena itu semua merupakan tanggung jawab orang tua terhadap generasi yang dilahirkannya. Sehubungan dengan tanggung jawab ini, maka seharusya orang tua dapat mengetahui mengenai apa dan bagaimana pendidikan dalam keluarga. Karena keluarga sendiri menurut Zakiyah Darajat (1996: 89) dalam bukunya ilmu pendidikan Islam “merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antara anggotanya bersifat khas.Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan, di sini pendidikan berlangsung dengan semdirinya sesuai dengan tatananan pergaulan yang berlaku didalamnya”. Di dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa “orang tua berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya”. Sementara itu pasal 7 ayat 2 dinyatakan pula bahwa “orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya” (Sisdiknas, 2003:7). Jadi dari sini jelas bahwa pendidikan adalah tanggung

jawab

bersama

baik

antara

keluarga,

masyarakat

dan

pemerintah.Keluarga sendiri menurut para pendidik sebagaimana yang dikutip Jalaluddin (2002: 216) dalam bukunya psikologi agama mengatakan bahwa: Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati.Mereka pendidik bagi anakanaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua.Karena

407 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

naluri ini timbul rasa kasih sayang para orang tua pada anakanak mereka, sehingga secara moral keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka. Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa peranan pendidikan keluarga amatlah penting, apalagi pendidikan keagamaan.Karena pendidikan agama Islam di sini merupakan basic bagi anak-anak dalam rangka sebagai bekal untuk kehidupan mereka selanjutnya.Orang tua selaku pendidik bagi anak-anaknya diharapkan agar selalu berperan aktif dalam menanamkan nilanilai pendidikan agama Islam pada anak-anaknya.Karena menurut Rasulullah, sebagaimana yang di kutip Hasbullah (2003:116) fungsi dan peranan orang tua mampu membentuk arah dan keyakinan anak-anak mereka.Menurut beliau, “setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua”. Dari berberapa uraian di atas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian

tentang

peranan

keluarga

dalam

menanamkan

nilai-nilai

pendidikan agama Islam di Desa Karangmulyo Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi, sebab di Desa ini perhatian dan peran orang tua terhadap pendidikan agama Islam anak-anaknya cukuplah besar.Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk arahan, motivasi, serta latihan-latihan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya secara telaten dan sabar. B. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian, metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya suatu tujuan penelitian, di samping itu metode juga merupakan sesuatu yang menerangkan cara-cara untuk mengadakan penelitian, sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhadjir (2002: 3 ) bahwa: Metodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metode, Kelebihan dan kelemahannya yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan; sedangkan metode penelitian mengemukakan secara tehnis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya.

408 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

1.

Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller, sebagaimana yang dikutip oleh Moleong (1991:3) bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secra fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kemasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan dalam perhatiannya”.

2.

Penentuan Sampel Penelitian Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan snawball sampling. Dalam purposive sampling menurut Hadi (1990: 82) adalah pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumya. Sedangkan teknik Snawball sampling menurut Sugiono (2001: 63) adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel, begitu seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak.Ibarat bola salju yang bila menggelinding makin lama makin besar. Prosedur perlaksanaannya adalah memilih informasi yang akan diteliti secara mendata dan disertai waktu penentuan pengumpulan

data.

Untuk

memilih

informasi

adalah

dengan

mempertimbangkan siapa yang dipandang paling mengerti terhadap masalah yang diteliti. 3.

Metode Pengumpulan Data Yang dimaksud dengan pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data, menghimpun dan memperoleh data yang tepat dan valid. a. Metode Observasi Menurut

Sukandarumidi

(2002:69)

Observasi

adalah

pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan sistematika fenomena yang diselediki. Peneliti menggunakan metode observasi

409 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

untuk mendapatkan data tentang: Kondisi objek penelitian dan Letak geografis objek penelitian. b. Metode Interview Metode interview dikenal juga dengan metode wawancara. Metode melengkapi metode observasi yang sebatas pada pengamatan dan pencatatan. Dalam interview ini dapat ekspresi muka, gerakgerik tubuh yang dapat di chek dengan pernyataan verbal. Menurut Arikunto (2002:132) wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoloeh informasi dari terwawancara.

Dalam

pelaksanaan

metode

interview

dapat

dilaksanakan dengan interview bebas, terpimpin, dan interview bebas terpimpin, yaitu dalam melaksanakan interview pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang halhal yang akan ditanyakan. Metode interview ini dilakukan dengan: Kades, ulama’, guru ngaji, dan keluarga. Dengan maksud untuk memperoleh data tentang:

Sejarah berdirinya Desa dan Peranan

keluarga sebagai pendidik dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak c.

Metode Dokumentasi Menurut Arikunto (2002:135), bahwa: Di dalam mengguankan metode dokumentasi, peneliti meneliti benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dengan demikian metode dokumentasi adalah untuk mempelajari data-data yang sudah didokumentasikan, seperti bukubuku, arsip, atau dokumen-dokumen yang deperlukan dalam pengumpulan data. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang: 1) Catatan tentang lokasi Desa 2) Struktur Desa 3) Jumlah penduduk 4) Personel perangkat Desa

410 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

4. Metode Analisa Data Adapun yang dimaksud dengan teknik analisa data menurut Moleong (1991: 103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisa data sebagaimana yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman (1992: 16-20) membagi menjadi tiga komponen pokok yaitu: reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. a. Reduksi Data Reduksi data merupakan bentuk analisa yang memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik.Reduksi data dapat berupa singkatan, coding, memusatkan tema, dan menulis memo. b. Penyajian Data Penyajian data dilakukan secara baik, ringkas dan padat akan mempermudah seorang peneliti sendiri misalnya meliputi matrik, gambar/skema, jaringan kerja, tabel. c. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan merupakan kegiatan analisa yang penting. yang diverifikasikan dapat berupa suatu pengulangan yang ada dalam pikiran peneliti pada waktu menulis atau dengan replikasi.

C. Pembahasan 1. Pengertian Keluarga Pengertian keluarga menurut Hasan Langulung (1995:346), diartikan sebagai berikut: Suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan halal anatara laki-laki dan seorang perempuan yang bersifat terus menerus dimana yang satu merasa tentram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua seorang istri

411 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-nak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut disamping dua unsur sebelumnya. 2. Peranan keluarga Keluarga menurut Hasbullah (2001: 41-43) mempunyai peranan yang besar sekali bagi tumbuh dan berkembangnya seorang anak baik yang berkenaan dengan pertumbuhan intelektual, moral dan agamanya. Menurut beliau di antara peranan orang tua antara lain sebagai berikut: a. Menjamin Kehidupan Emosional Anak Melalui pendidikan keluarga kehidupan emosional anak atau kebutuhan akan rasa kasih sayang anak akan dapat terpenuhi dan dapat tumbuh dengan baik hal ini dikarenakan adanya hubungan jalinan darah antara orang tua dan anak di samping fokus dan konsentrasi orang tua lebih ditekankan pada anak. Kehidupan emosional merupakan faktor yang sangat signifikan dalam membina kepribadian anak.Oleh karenanya pihak orang tua harus mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi anak melalui cerminan kasih sayang. b. Menanamkan Dasar Pendidikan Moral Penanaman dasar-dasar moral bagi anak dalam keluarga biasanya tercermin dalam sikap dan prilaku orang tua sendiri. Anak akan cenderung mengikuti segala pola dan tingkah laku orang tua. Misalnya cara berbuat dan berbicara. Dengan demikian prilaku yang baik dari orang tua akan melahirkan gejala identifikasi yang positif bagi anak yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. c. Peletak Dasar Keagamaan Pada dasarnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil. Seseorang yang waktu kecilnya tidak mendapat pendidikan agama, maka pada dewasanya ia tidak merasa penting akan adanya agama dalam hidupnya. Lain dengan orang yang waktu kecilnya sudah dikenalkan dengan pengalaman-pengalaman agama misalnya kedua orang tuanya taat beragama, ditambah lagi dengan pendidikan sekolah,

412 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

maka

orang

tersebut

akan

dengan

sendirinya

mempunyai

kecenderungan terhadap hidup yang taat mengikuti peraturan-peraturan agama. Di samping itu juga terbiasa menjalankan ibadah, takut larangan-larangan dan merasakan betapa nikmatnya hidup beragama. Menurut Anshari (1991: 73) dalam kehidupan keluarga nilai-nilai ajaran agama bagi kehidupan seorang anak akan mempengaruhi dan memberikan dampak yang positif terhadap pembentukan karakter anak sejak ia kecil hingga ia dewasa kelak. Sedangkan menurut Abdul Halim Nipan (2003: 70-74) peranan keluarga dalam memberikan dasar-dasar pendidikan keagamaan pada anak yakni dalam rangka untuk membentuk anak sholeh dan mengharap ridho Allah. 1) Membentuk anak sholeh berarti anak yang berkepribadian baik dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT. dan baik pula dalam berhubungan dengan sesama makhluk ciptaannya, terutama terhadap sesama manusia. Allah SWT. mengisyaratkan dalam hal ini dalam firmannya:

ْ َ‫ُزب‬ ‫اس‬ ِ َّ‫ث َعهَ ْي ٍِ ُم ان ِّذنَّةُ اَيهَ َما ثُقِفُُْ ا اِالَّ بِ َحب ٍْم ِمهَ هللاِ ََ َحب ٍْم ِمهَ انى‬ ِ ‫ض‬ (112:‫(انعمزان‬ Artinya: “Mereka senantiasa diliputi kehinaan dimanapun berada, kecuali jika mereka berhubungan baik terhadap Allah dan berhubungan baik terhadap sesama manusia ...”. (Q.S Ali Imran: 112) (Depag, 1989: 94) Berdasarkan keterangan ayat diatas manusia selamanya dalam keadaan hina di manapun berada, kecuali jika mau menjalin hubungan baik dengan Allah SWT.maupun dengan sesama manusia. Demikian halnya dengan pengertian anak shaleh. 2) Mengharap Ridho Allah SWT. Manusia termasuk didalamnya para orang tua muslim tidak mampu merubah takdir Ilahi. Manusia hanya berkewajiban berikhtiar, dan Allah–lah yang mentakdirkan segala sesuatunya. Rasulullah menegaskan dalam sabdanya:

413 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

Artinya: “Setiap sesuatu dimudahkan sesuai demnga takdir penciptanya” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan At-tarmidzi). Sehubungan dengan itu, maka salah satu tujuan yang tidak boleh dilupakan oleh para orang tua muslim dalam mendidik anaknya ialah bertujuan mengharap ridho Allah. Hal tersebut sebagai ungkapan rasa syukur kepada-Nya atas karunia yang iaberikan berupa lahirnya seorang anak dan sekaligus sebagai pertanggung jawaban dalam mengemban amanat yang ia amanatkan. 3. Pendidikan Keluarga Menurut Zakiyah Drajat (1996:35) orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mulamula menerima pendidikan. Demikian juga menurut Andreas Harefa sebagaimana ia menyimpulkan dari pendapatnya Cak Nur (2001:47) mengatakan bahwa: Hubungan antara orang tua dan anak yang demikian intim tidaklah mungkin digantikan secara total oleh lembagalembaga persekolahan, termasuk universitas. Bahkan sekolah-sekolah agamapun tidak mungkin menggantikan sepenuhnya peran dan tanggung jawab orang tua. Institusi formal yang memberikan ajaran-ajaran yang bersifat umum maupun agama hanya mungkin meringankan beban tanggung jawab orang tua, tetapi tidak dapat dan tidak boleh diharapkan untuk menggantikan peran dan tanggung jawab orang tua secara keseluruhan. Dari pernyataan ini dapat kita ketahui bahwa kehidupan keluarga merupakan lapangan pendidikan yang sangat urgen dalam membentuk dan mengarahkan kepribadian anak supaya menjadi manusia atau generasi yang berguna bagi agama dan bangsa. Dan orang tuanya merupakan pangkal pendidik yang akan banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak lebih lanjut. Disadari atau tidak itu adalah merupakan tanggung jawab orang tua yang dibebankan oleh Tuhan kepada mereka.Dan sementara itu menurut Hasbullah (2003:198) tugas utama dari

414 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup beragama. Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa orang tua mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu orang tua harus betul-betul mampu memberikan dasar-dasar keagamaan pada anak secara maksimal serta mampu memberikan tauladan yang baik bagi diri anak. Sebab anak akan cenderung mencontoh atau mengikuti segala perbuatan yang dilakukan oleh pihak orang tua. 4.

Nilai-Nilai Pendidikan Agama Untuk membentuk anak yang shaleh dan shalehah serta mempunyai kepribadian yang baik, yakni anak yang menjalin hubungan baik dengan Allahdan sesama makhluk lainnya, maka pokok-pokok yang harus di berikan tiada lain adalah nila-nilai pendidikan agama Islam itu sendiri. Yang mana nilai-nilai pendidikan agama Islam itu tercover dalam ajaran Islam itu sendiri. Menurut para ulama sebagaimana yang dikutip oleh Halim (2003:91) ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni: akidah, ibadah, dan akhlak. Begitu juga Anwar (2003:107) dalam bukunya study Agama Islam menyatakan bahwa ajaran-ajaran Islam secara garis besar terhimpun dan terklasifikasi dalam tiga hal pokok yakni akidah, ibadah dan akhlak. Menurut Basri (1999:89) dalam bukunya keluarga sakinah berpendapat bahwa ajaran agama dengan tuntunan akhlak dan ibadah serta akidah jika dilaksanakan sungguh-sungguh akan mampu menghasilkan perkembangan anak yang saleh yang mampu membahagiakan keluarga. Di antara peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada diri anak semenjak usia dini adalah sebagai berikut: a. Nilai-Nilai Akidah Akidah Islam dalam Al-qur’an disebut iman ia bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim

415 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

untuk berprilaku. Karena itu lapangannya sangat luas bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut dengan amal shaleh. Oleh karena itu iman sendiri didefinisikan Abu Hanifah sebagai berikut:

ُ ‫اِ ْق َزا ٌر بِا ْنهِ َسا ِن ََانحَّصْ ِذ ْي‬ ‫ب ََ َع َم ُم بِ ْاأالَ رْ َكا‬ ِ ‫ق بِ ْاأنقَ ْه‬ Artinya: “Mengucapkan dengan lisan membenarkan dengan hati mengerjakan dengan badan”. (Asmaran, 1994, 71) Menurut Suryana (1997:95) Akidah adalah dasar pokok kepercayaan seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang harus dipegang sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Di dalam kehidupan, akidah mempunyai peranan dan implikasi di dalam kehidupan manusia.Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Anwar (2003:137) bahwa implikasi tersebut dapat diketahui dari sikap dan penyerahan diri secara total pada Allah, memiliki keberanian untuk berbuat serta dapat membentuk rasa optimis dalam menjalani hidup. Karena akidah merupakan unsur yang paling urgen bagi manusia, maka pendidikan akidah seharusnya ditanamkan mulai sejak dini, karena dengan pendidikan akidah inilah anak akan mengenal siapa Tuhannya, bagaimana cara bersikap terhadap Tuhannya, dan apa saja yang mesti di perbuat dalam hidupnya. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Razak (1973:54) dalam bukunya Dienul Islam bahwa doktrin akidah atau tauhid bagi kehidupan manusia menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jiwa manusia untuk mengikhlaskan kehidupannya pada Allah. Menurut Nipan (2003:93-100) di antara beberapa hal yang perlu ditanamkan pada anak yang berkenaan dengan akidah adalah: 1) Membaca Kalimat Tauhid Diutusnya nabi kedunia inin tidak lain adalah untuk menyampaikan misi Tuhan yang terformulasi dalam bentuk dua kalimat Syahadat sebagaimana disabdakan Nabi:

ُ ْ‫صهّ هللا ع َْهي ًِ َََسهَّ َم اُ ِمز‬ ْ ُ ‫عه ِْا‬ ْ‫به َعمز‬ ‫ت اَ ْن أُقَاجِ َم‬ َ ‫ال َرسُُْ ُل هللا‬ َ َ‫ق‬:‫َرض َي هللا قاَل‬ ِ )ِ‫ (رَاي انبخار‬.‫اس َححَّّ يَ ْشٍَ ُذ اَ ْن الَ اِنًََ اِالَّ هللا ََاَ َّن ُم َح َّم ًذ َرسُُْ ُل هللا‬ َ َّ‫انى‬

416 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

Artinya: “Aku (Muhammad) diutus untuk menerangi umat manusia sampai mereka bersaksi bahwa suatupun yang wajib dipertuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah” (HR. Buhkari) Nabi Muhammad dalam menyampaikan misi tersebut membutuhkan rentang waktu yang relatif panjang dan penuh dengan beribu macam tantangan. Ini menunjukkan bahwa betapa akidah Islam amat urgen bagi kehidupan manusia dalam kerangka sebagai medium menuju Tuhannya terlebih lagi bagi kehidupan anak. Menurut Rasulullah sebagaimana yang dikutip Jalaluddin (2003:216) fungsi dan peran orang tua mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka.Menurut beliau, “setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka”. Oleh karena itu dasar akidah harus terus menerus ditanamkan agar setiap pertumbuhan dan perkembangannya dilandasi dengan akidah yang benar. 2) Menanamkan Nilai Kecintaan Kepada Allah Dan Rasulnya Kaitannya dengan penanaman pendidikan akidah bagi anak salah satunya adalah menanamkan rasa cinta pada Allah dan Rasulnya. Dalam hal ini Rasul bersabda:

ٌ َ‫صهَّّ هللا َعهَ ْي ًِ ََ َسهَّ َم قاَل َسال‬ ‫خ َم ْه‬ َ ‫ضي هللا َع ْىًُ ِعه انَّىِب ِّي‬ َ ‫ع َْه اوَسْ َِر‬ ‫ اَ ْن يَ ُكُْ نَ هللاَ ََ َرسُُْ نًَُ أَ َحبَّ اِنَ ْي ًِ ِم َّما ِس َُا‬:‫ُك َّه ِ ْي ًِ ََ َ َذ َحالَ ََ َ ْا ِال ْي َما ِن‬ ‫ب ْان َمزْ ََ ءالَ يُ ِحبًُُّ اِالَّ هللاَ ََاَ ْن يَ َكزْ يَ أَ ْن يَعُُْ َد ِّ ْان ُك ْف ِز َك َما‬ َ ‫ٌُ َما ََأَ ْن يُ ِح‬ ‫ (رَاي بخار‬.‫ار‬ ِ َّ‫يَ ْك َزيُ اَ ْن يَ ْق َذ َ ِّ انى‬

Artinya: Tiga hal yang barang siapa memiliki ketiganya maka dia akan menemukan lezatnya iman, yakni: 1). Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari pada yang lain, 2). Mencintai seseorang hanya karena Allah, 3). Dan berpantang tidak akan kembali ke kafir sebagaimana ia berpantang enggan dilemparkan ke neraka. (HR. Bukhari)

417 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

Penanaman rasa cinta pada Allah dan Rasulnya mulai sejak dini pada diri anak di dalam keluarga amatlah penting.Agar nantinya mereka bisa mengerti betul siapa Tuhannya dan siapa Nabinya.Kalau mereka sudah mengenal Allah dan Rasulnya kemudian dilanjutkan dengan bentuk implementasi yang bersifat praktis. Nah implementasi yang bersifat praktis ini akan tergambar dalam bentuk perilaku ibadah, yang mana ibadah sendiri merupakan bukti kecintaan mereka kepada Allah dan Rasulnya. b. Nilai-Nilai Ibadah Ibadah, sebagaimana yang dikatakan Suryana (1997:111) merupakan penghambaan seorang manusia kepada Allah sebagai pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk.Ibadah di sini meliputi ibadah khusus atau ibadah mahdhoh dan ibadah umum atau ibadah ghoir mahdhoh. Di antara berbagai nilai ibadah yang harus diajarkan dengan baik di antaranya Menurut Anwar (2003:158-165) adalah sebagai berikut: mengajarkan Alqur’an, mengajarkan sholat mengajarkan puasa, mengajarkan zakat, dan mengajarkan haji. 1) Mengajarkan Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang khusus diturunkan kepada Nabi Muhammad.Al-Quran diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, agar dapat dijadikan suatu pedoman.Oleh karena itu, mengajarkan Al-Qur’an pada anak mulai sejak dini memang sangat dianjurkan karena Al-Qur’an sendiri merupakan kitab Allah yang berisi tentang informasi-informasi, aturan-aturan dan hukumhukum dari Allah bagi manusia.Kitab-kitab Allah itu menjadi pedoman hidup manusia didunia agar hidup, manusia teratur, tentram serta bahagia. Karena tanpa adanya pedoman hidup, maka kehidupan manusia akan terombang-ambing dan tidak akan menemui jalan hidup yang lebih baik. 2) Mengajarkan Sholat Ibadah sholat merupakan ibadah yang paling istimewa kedudukannya ketimbang ibadah-ibadah yang lainnya.Hal ini

418 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

terbukti dengan diterimanya langsung ibadah ini, sementara ibadahibadah yang lainnya cukup disampaikan kepada Nabi melalui wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril.Jadi, dari sini jelas bahwa shiolat mempunyai tujuan kebahagiaan manusia sendiri dalam mengarungi kehidupan dunia lebih-lebih kehidupan akhirat kelak. Sehubungan dengan diperintahkannya shalat semenjak anak berusia tujuh tahun, maka sejak itu pula anak harus diberi pengetahuan secukupnya tentang hal ihwal seputar shalat.Namun yang terpenting dalam hal ini pemberian teladan dari fihak orang tua. 3) Mengerjakan Puasa Menurut Suryana (1997:118) Puasa merupakan ibadah ritual yang memiliki makna tinggi ini merupakan suatu proses pendidikan dan latihan yang intensif menuju kekuatan iman dan sekaligus mengendalikan hawa nafsu. Ibadah ritual ini dapat merlahirkan sifatsifat positif yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti keperdualian terhadap fakir miskin, ia merasakan betapa lapar dan hausnya tidak makan dan minum, sementara banyak orang yang lapar dan haus karena miskinnya. 4) Mengajarkan Zakat Menurut Suryana (1997:118) Zakat memiliki fungsi sebagai pelaksanaan perintah Allah sekaligus merupakan cara membersihkan dan penyuciaan harta yang dimilikinya. Namun pada prinsipnya zakat merupakan bentuk penyantunan terhadap kaum dhuafa’, baik harta itu diberikan secara langsung dalam bentuk konsumtif maupun dengan cara diarahkan pada kegiatan produktif untuk meningatkan kemampuan ekonomi yang lemah, sehingga mereka dapat keluar dari jurang kemiskinan. Di samping itu menurut Razak (1973: 249) Zakat mengandung berbagai hikmah yang tinggi yaitu: 1). Sebagai manefestasi rasa syukur pada Allah, 2). Mendidik dan membersihkan rohani manusia seperti kikir, rakus dan sebagainya, 3). Menunjukkan bahwa zakat merupakan sifat perjuangan Islam yang selalau berorientasi kepada kepentingan kaum dhuafa’. Karena zakat sendiri

419 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

mengandung unsur sosial yang tinggi di samping perintah Allah sebagaimana yang telah di terangkan di atas, maka sudah selayaknya hal itu diajarkan pada diri anak agar dapat mendidik jiwa mereka untuk selalu melakukan pengorbanan dan mempunyai rasa sosial yang tinggi terhadapa orang lain yang tidak mampu. 5) Mengajarkan Haji Haji, sebagaimana yang dikatakan oleh Suryana (1997:121) merupakan ibadah ritual yang sarat dengan makan simbolik, mendorong lahirnya prilaku yang menjadi tujuan setiap orang. Haji mabrur

merupakan

titik

harapan

bagi

setiap

orang

yang

melaksanakan ibadah haji karena haji mabrur pada dasarnya adalah membekasnya ritual haji dalam kehidupan sehari-hari, setelah ibadah haji dilakukan. c. Nilai-Nilai Akhlak Menurut Mahjuddin (1999: 138) Akhlak dalam Islam merupakan sendi yang ketiga setelah akidah dan syari’ah (ibadah) dengan fungsi yang

selalu

mewarnai

sikap

dan

prilaku

manusia

dalam

memanifestasikan keimanannya, ibadah serta muamalahnya terhadap sesama manusia. Mazhahiri (2003: 240) menyatakan bahwa “sepertiga dari kandungan Al-Qur’an baik secara langsung atau tidak telah membahas sekitar masalah akhlak”. Begitupun sabda Nabi:

‫صهَّّ هللاُ َعهَ ْي ًِ ََ َسهَّ َم اَ ْك َم ُم‬ َ ِ‫ال َ ُرس َُْل ا هلل‬ َ َ‫ق‬:‫ال‬ َ َ‫َرض َي هللاُ َع ْىًُ ق‬ ِ َ ‫ع َْه َابِ ْي ٌُ َز ْيَز‬ ُ ُ ُ )‫ (رَاي احمذ ابُدَد َابه حبان‬.‫ْأن ُم ْؤ ِمىِ ْيهَ اِ ْي َمانَ أَحْ َسىٍُ ْم خهقَا‬

Artinya; “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah merekayang paling mulia akhlaknya”(HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban)

Dengan demikian, maka dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akidah islamiyah anak, pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan ahklak yang memadai, sehingga dikemudian hari kesalehan anak betul-betul dapat diharapkan. Karena selain harus pandai berhubungan baik dengan sang pencipta kesalehan anak harus pula

420 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

dilengkapi dengan ahklakul karima dalam berhubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya. Pendidikan akhlak yang memadai ini seharusnya di mulai terhadap anak sejak kecil hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibnul Jauzi dalam bukunya At-tib Ar-rohani sebagaimana yang dikutip oleh Abrosyi (2003:116) bahwa: Pembentukan yang utama ialah diwaktu kecil apabila seseorang anak di biarkan melakukan sesuatu (yang kurang baik) sehingga dan telah menjadi kebiasaannya, sukarlah meluruskannya.Artinya “pendidikan budi pekerti yang tinggi wajib di mulai di ruma, dalam keluarga, sejak kecil dan jangan membiarkan anak-anak tampa pendidikan, bimbingan, dan petunjuk”. Bahkan, sejak kecil ia harus didik sehingga tidak terbiasa dengan adat dan kebiasaan yang kurang baik, sehingga sukarlah mengembalikannya dan memaksanya untuk meninggalkan kebiasaan tersebut. Ringkasnya, pemeliharaan lebih baik dari perawatan. SementaraSuryana (1997:188) membagi ahklak menjadi tiga bagian yaitu 1).Ahklak terhadap Allah 2). Ahklak terhadap sesama manusia Ahklak terhadap lingkungan. 1) Ahklak Terhadap Allah Akhlak yang baik pada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji pada Allah baik melalui ibadah langsung pada Allah seperti sholat, puasa dan sebagainya, maupun melalui prilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah itu. Berahklak yang baik antara lain beriman, taat, ihklas, husnudzan, tawakal, syukur, dan lain-lain. 2) Ahklak Terhadap Manusia Manusia dalam hidup bermasyarakat perlu adanya tatanan yang tepat mengarahkan pada suatu kebaikan bersama.Oleh karena itu di dalam buku etika Islamsebagaimana ynag di rumuskan oleh Tim akhlak (2003: 54) disebutkan bahwa “semua sifat, prilaku dan ahklak harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh dalam berhubungan dengan masyarakat, sifat-sifat terpuji yang harus diterapkan dan sifat-

421 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

sifat tercela harus kita jauhi inilah yang disebut dengan ahklak pergaulan”. 3) Akhlak Terhadap Lingkungan Seseorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib di syukuri dengan cara mengelolanya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri. Sireger (1999: 93) berpendapat di dalam bukunya Islam untuk berbagai aspek kehidupan bahwa: “Allah telah menjadikan alam ini untuk manuisia dan untuk dimanfaatkan sesuai de ngan ridha Allah tidak untuk dirusak dan untuk berbuat binasa. Dalam hal ini Allah berfirman: ‫ج‬ ِ‫ض بَ ْع َذ إِصْ الَ ِحٍَا ََا ْد ُعُْ يُ خَ ُْ ًا ََطَ َمعًا إِ َّن َرحْ َمثَ هللا‬ ِ ْ‫ََالَ جُ ْف ِس ُذ َا ِّ ْاالَر‬ )56 : ‫ (اال عزا‬. َ‫قَ ِزيْبٌ ِّمهَ ْان ُمحْ ِسىِ ْيه‬

Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat binasa di bumi sesudah dijadikan baik dan berdo’alah kepada Allah dengan takut (kepada siksanya) dan menuntut (kasihnya) sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berkebajikan”(Al-A’raf: 56) (Depag, 1989: 230) Pemanfaatan alam dan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia hendaknya disertai sikap tanggung jawab untuk menjaganya agar tetap utuh dan lestari. Berakhlak pada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan kelestariaannya.

Agama

Islam

menekankan

agar

manusia

mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam. Sebab alam yang rusak akan merugikan bahkan menghancurkan kehidupan manusia. a) Memotivasi Anak Motivasi sebagaimana yang dijelaskan oleh Sadirman ( 2003:73) berasal dari kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek

untuk

melakukan

aktifitas-aktifitas

tertentu

demi

mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip oleh Hamalik (1999:106) dalam bukunya kurikulum dan pembelajaran mengatakan bahwa

422 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

“motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”

dan didahului dengan

tanggapan terhadapa adanya tujuan”. b) Memberi Teladan Pada Anak Orang tua, sebagaimana yang dijelaskan oleh Hasbullah (2003: 115) mempunyai peranan utama dan pertama bagi anaknya selama anak belum dewasa dan mandiri.Untuk membawa anak pada kedewasaan, maka orang tua harus memberi tauladan yang baik karena suka mengimitasi orang tua. c) Membentuk Kebiasaan-Kebiasaan Anak Pembentukan kebiasaan pada anak mulai sejak dini amatlah urgen.Utamanya pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat relegius, sesuai dengan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan latihan dan pembiasaan tentang agama pada waktu kecilnya, menurut Drajat (1995:65) bisa jadi ia akan besar dengan sikap acuh tak acuh atau anti terhadap agama. Oleh karena itu seharusnya orang tua bisa menanamkan kebiasaan-kebiasaan berprilaku baik mulai sejak dini.Karena masa anak-anak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar kehidupan beragama. D. Kesimpulan Peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam pada anak di Desa Karangmulyo Kecamatan Tegalsari cukup besar. Hal ini bisa lihat dengan berbagai upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis, meliputi peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akidah, peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai ibadah, serta peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak. 1.

Pendidikan akidah pada anak di Desa Karangmulyo Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi, sudah diupayakan oleh keluarga mulai anak lahir. Selanjutnya pendidikan akidah diberikan pada anak melalui nasehatnasehat ataupun cerita-cerita menurut perkembangan fase usia anak.

423 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

Sementara bagi keluarga yang kurang mampu dalam pengetahuan agamanya, maka pendidikan anak diserahkan pada guru ngaji. 2. Peranan keluarga dalam menanamkan niali-nilai- ibadah pada anak di Desa Karangmulyo Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi amatlah besar. Peranan tersebut nampak pada usaha yang dilakukan orang tua untuk selalu menanamkan nilai-nilai ibadah serta sekaligus melatih anak agar mempunyai kepribadian yang tinggi dalam menjalankan ibadahnya. E. Saran-Saran Dengan

adanya

penelitian

mengenai

perananan

keluarga

dalam

menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak di Desa Karangmulyo Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi, maka diharapkan ada penelitian kembali dalam masalah yang sama baik di desa ini maupun desa lain. Sebab hal tersebut secara tidak langsung dapat menggugah kesadaran masyarakat khususnya para orang tua terhadap pentingnya nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak.

Daftar Pustaka Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ahamadi, Abu, et.al. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Abrasyi, athiyah Muhammad. 2003. Prinsip-prisip Dasar Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Ayyub, Hasan. 1994. Etilka Islam Menuju Kehidupan Yang Hakiki. Bandung: Trigenda Karya. Anshari, Hafi. 1991. Dasar-dasar Ilmu Jiwa Agama, Surabaya: Usana offset Printing. Ali, Daud, Muhammad. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rinika Cipta. Aziz, Mahmud, Siregar. 1999. Islam Untuk Berbagai Aspek Kehidupan.Yogyakarta: Tiara Wacana. Basri, Hasan. 1999. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi Dan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Zakiyah, et,al. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Depag RI. 1989. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press. Halim Abdul Nipan. 2003. Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

424 Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. VII, No 2: 405-424. April 2016. ISSN: 1978-4767

Harefa, Andrias. 2001. Pembelajaran Diera Serba Otonom. Jakarta: Kompas. Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. ___________.2002. Metodologi Research II. Yogyakarta: Andi Offset. Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Langulung, Hasan. 1995. Manusia Dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Dzikra. Mahjuddin. 1999. Kuliah Ahklak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. Mazhahiri, Husain. 2003. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera Basritami. Moleong, Lexy. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Muhajir, Neong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Matthew, Miles, et.al. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Razak, Nasruddin. 1973. Dienul Islam. Bandung: PT. Al Ma’arif. Sardiman. 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sukandarumidi. 2002. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Suryana, Toto, et. Al. 1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara. Sugiono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul, et.al. 2002. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi, Yogyakarta: Kanisius. Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.