HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR

Download prestasi belajar matematika yang optimal diperlukan keadaan yang kondusif. ... terletak pada pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biolog...

0 downloads 529 Views 687KB Size
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWI KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 KAYEN PATI

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh: FITRIANA SISTYANINGTYAS J 5000 90 019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

 

NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI

 

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWI KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 KAYEN PATI dr. Rh.Budhi Muljanto Sp.KJ1, dr. Erna Herawati1, Fitriana Sistyaningtyas1 Abstrak Latar Belakang: Usia remaja merupakan usia di mana terjadi proses perubahan psikologi dan pembentukan kepribadian sehingga rentan dengan tingginya tingkat kecemasan. Kecemasan merupakan salah satu faktor risiko yang mempengaruhi proses belajar, terutama pelajaran matematika. Karena dalam belajar matematika membutuhkan pemahaman dan konsentrasi yang tinggi maka untuk meraih prestasi belajar matematika yang optimal diperlukan keadaan yang kondusif. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi penelitian sebesar 147 siswi, dan sampel penelitian sebanyak 66 responden yang memenuhi kriteria inklusi, diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data responden dilakukan dengan cara mengisi biodata, kuesioner L-MMPI, dan kuesioner TMAS. Data dianalisis dengan uji Korelasi Koefisien Kontingensi. Hasil: Dari hasil analisis data menunjukkan nilai p value < 0,05 yaitu sebesar 0,000 dan r 0,615 yang mempunyai nilai signifikan menunjukkan ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati.

Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Prestasi Belajar Matematika, Siswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

1

 

RELATIONSHIP BETWEEN ANXIETY LEVEL WITH MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT OF XI GRADE SCIENCE CLASS OF FEMALE STUDENTS AT SMA NEGERI 1 KAYEN PATI dr. Rh.Budhi Muljanto Sp.KJ1, dr. Erna Herawati1, Fitriana Sistyaningtyas1 Abstract Background: Teen age is a period where a process of the formation of personality and psychological changes so as prone to high levels of anxiety. Anxiety is one of the risk factors can effect the learning process, especially math. Because of the learning of mathematics need a high concentrations and comprehension to achieve an optimal achievement in mathematics study need conducive conditions. Objective: To determine the relationship between anxiety level with mathematics learning achievement of XI grade Science Class of Female Students at SMA Negeri 1 Kayen Pati. Methods: This study used observational analytic with cross sectional approach. Total observasional population were 147 female students, and the number of sample were 66 respondents who met the inclusion criteria, by using a simple random sampling technique. Data collection is done by fill the biodata of respondents, L-MMPI questionnaire, and the questionnaire TMAS. Data were analyzed by correlation coefficient contingency test. Results: From the analysis of the data showed p value <0,05 that was equal to 0,000 and r 0,615 that have significant value indicates there was a relationship between anxiety level with mathematics learning achievement of XI grade Science Class of Female Students at SMA Negeri 1 Kayen Pati. Conclusion: There was a relationship between anxiety level with mathematics learning achievement of XI grade Science Class of Female Students at SMA Negeri 1 Kayen Pati.

Keywords: Anxiety Level, Mathematics Learning Achievement, Female Students Medical Faculty of Muhammadiyah Surakarta University

1

 

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, telah terjadi sepanjang zaman dan mempunyai peranan penting dalam kemajuan hidup umat (Masrun, 2000). Proses pendidikan tersebut dilakukan dengan cara belajar. Belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman berulang terhadap situasi tersebut, asalkan perilaku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon alami seseorang, kematangan, atau keadaan yang sementara (Sadock & Sadock, 2007). Salah satu tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk meraih suatu prestasi dalam belajar. Untuk meraih suatu prestasi dalam belajar tidaklah mudah. Terutama pada program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di mana fokus program tersebut terletak pada pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi, serta standart nilai yang digunakan lebih tinggi dari program lainnya (Depdiknas, 2003). Mempelajari matematika memerlukan cara tersendiri karena matematika bersifat khas yaitu abstrak, konsisten, hierarki dan deduktif sehingga kebanyakan siswa tidak senang dalam proses belajar matematika (Sumardyono, 2004). Dari penelitian menyatakan hampir setengah populasi siswa sekolah menengah (44,98%) memiliki tingkat kecemasan matematika moderate dan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 17,91% dari total populasi memiliki kecemasan yang tinggi terhadap matematika. Hasil analisis berdasarkan gender diperoleh bahwa perempuan memiliki tingkat kecemasan tinggi sekitar 11,38% yang hampir dua kali lipat dibandingkan kelompok kecemasan laki-laki yakni sebesar 6,47% (Khatoon, 2010). Kecemasan sendiri merupakan keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut (Maramis, 2009). Kecemasan biasanya muncul pertama kali pada masa anak-anak dan remaja (WHO, 2004). Di mana pada usia ini terjadi proses perubahan psikologi dan pembentukan kepribadian sehingga rentan dengan tingginya tingkat kecemasan (Sadock & Sadock, 2007). Kecemasan mempunyai dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat ringan hingga sedang dan memberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu individu membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas yang dirasakan dapat berkurang sedikit demi sedikit (Leonard, 2009). Kecemasan mengarahkan seseorang untuk mengambil langkah untuk mencegah ancaman atau meringankan akibatnya, contohnya adalah belajar giat untuk mempersiapkan diri menghadapi suatu ujian (Sadock & Sadock, 2007). Sedangkan dampak negatif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan menimbulkan gejala fisik yang dapat berdampak negatif terhadap hasil belajar (Leonard, 2009). Seseorang yang mempunyai prestasi belajar matematika yang baik dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan keputusan (Sumardyono, 2004). Sedangkan bila prestasi belajar matematika buruk maka akan cenderung merasa cemas ketika mendapat pelajaran matematika (Leonard, 2009) sehingga dapat mengganggu belajar dengan cara menurunkan kemampuan

 

memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan asosiasi (Sadock & Sadock, 2007). Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati. TINJAUAN PUSTAKA Dasar Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Sadock & Sadock, 2007). Gejala dari kecemasan terdiri atas dua komponen, yakni komponen psikis dan komponen fisik. Gejala psikis berupa anxietas atau kecemasan itu sendiri misalnya khawatir atau was-was. Komponen fisik merupakan manifestasi dari kesiagaan yang berlebih (hyperarousal syndrome) yakni : jantung berdebar, napas cepat (hiperventilasi, yang sering dirasakan sebagai sesak), mulut kering, keluhan lambung, tangan dan kaki terasa dingin dan ketegangan otot (di pelipis, tengkuk, atau punggung), perasaan pusing seperti melayang, rasa kesemutan di tangan dan kaki, kalau parah dapat terjadi spasme otot tangan dan kaki (spasme karpopedal) (Maramis, 2009). Survei komunitas menunjukkan sekitar 3-5% orang dewasa mengalami kecemasan. Kecemasan biasanya dimulai pada awal masa dewasa, antara usia 15 dan 25 tahun, tetapi angka terus meningkat setelah usia 35 tahun. Dengan rasio perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 2:1 (Puri dkk, 2011). 2. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana pelajar menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa pelajar telah melakukan sesuatu dengan baik (Masrun,2000). Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan perilaku akibat belajar memiliki ciri-ciri yang khas (Syah, 2010). Dalam bidang pendidikan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar maka dilakukan penilaian (Suryabrata, 2012). Khusus untuk pelajaran inti seperti matematika dan bahasa, penilaian dilakukan dengan menetapkan batas minimal nilai yang disebut passing grade lebih tinggi yakni 65 atau 70 (Syah,

 

2010). Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan maka batas minimal nilai yang digunakan untuk pelajaran matematika yakni 75. 3. Hubungan Kecemasan dengan Prestasi Belajar Matematika Kecemasan adalah keadaan tegang yang berlebih tidak pada tempatnya yang ditandai perasaan khawatir, tidak menentu, atau takut (Maramis, 2009). Di mana Kecemasan mempengaruhi proses berfikir, persepsi dan belajar. Kecemasan cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi (Sadock & Shadock, 2007). Belajar matematika digunakan sebagai belajar pemecahan masalah di mana menggunakan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti (Syah, 2010). Pelajaran matematika merupakan materi pelajaran yang sulit. Bila kesulitan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh siswa dengan baik maka akan menimbulkan kecemasan didalam diri pelajar saat menghadapi pelajaran matematika (Nawangsari, 2001). Proses belajar akan berhasil bila seseorang mampu memusatkan perhatian pada pelajaran, tetapi bila terdapat masalah kejiwaan seperti cemas, kecewa, malu, dan sedih, maka dengan sendirinya akan mempengaruhi prestasi belajar (Warsiki, 1993). Hipotesis Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kayen Pati pada bulan September 2012. Data diperoleh dari pengisian data diri responden, kuesioner L-MMPI, kuesioner TMAS, dan nilai hasil ujian tengah semester ganjil siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kayen Pati. Sampel penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling sebanyak 66 siswi yang memenuhi kriteria restriksi. Di mana kriteria inklusi dari penelitian ini adalah Siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kayen Pati, masih aktif dalam proses belajar di sekolah, serta bersedia menjadi responden dan kooperatif. Sedangkan Kriteria Eksklusi meliputi hasil skor skala L-MMPI >10, dan siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kayen Pati yang menderita penyakit berat serta berselisih dengan keluarga dan teman sekolahnya. Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk menjawab hipotesis penelitian. Maka dalam penelitian ini digunakan uji statistik yang sesuai dengan variabel penelitian yakni diuji dengan uji Koefisien kontingensi dengan menggunakan SPSS 19.        

 

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia No Usia Frekuensi Persentase 1. 15 tahun 13 19,70 % 2. 16 tahun 47 71,21 % 3. 17 tahun 6 9,09 % Jumlah 66 100 % Dari tabel 4 terlihat bahwa berdasarkan usia responden, jumlah terbesar berada pada usia 16 tahun yakni sebanyak 47 siswi (71,21%), dan usia 15 tahun sebanyak 13 siswi (19,70%), sedangkan persentase terendah berada pada usia 17 tahun yakni sebanyak 6 siswi (9,09%). Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar usia siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati adalah 16 tahun yakni 71,21 %. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan No Tingkat Kecemasan Jumlah Persentase 1. Cemas 52 78,79 % 2. Tidak Cemas 14 21,21 % Jumlah 66 100 % Dari tabel 5 terlihat bahwa responden sebagian besar mengalami kecemasan yakni sebanyak 52 siswi (78,79%), dan responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 14 siswi (21,21%). Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar Matematika No Prestasi Belajar Matematika Jumlah Persentase 1. Baik 15 22,73 % 2. Buruk 51 77,27 % Jumlah 66 100 % Dari hasil nilai matematika tengah semester I didapatkan hasil bahwa yang memperoleh nilai matematika baik sebanyak 15 siswi (22,73%), sedangkan sebagian besar siswi memperoleh nilai matematika buruk yakni sebanyak 51 siswi (77,27%) seperti yang terlihat pada tabel 6 di atas. Tabel 7. Cross Table Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar Matematika Jumlah Baik Buruk Tingkat Cemas 3 4,55% 49 74,24% 52 78,79% Kecemasan Tidak Cemas 12 18,18% 2 3,03% 14 21,21% Jumlah 15 22,73% 51 77,27% 66 100% Pada tabel 7 di atas terlihat bahwa responden yang cemas dan mempunyai prestasi baik sebanyak 3 siswi (4,55%) yang masing-masing mempunyai skore kecemasan 22, 23, dan 22, serta responden yang cemas dan mempunyai prestasi buruk sebanyak 49 siswi (74,24%). Sedangkan responden yang tidak cemas dan mempunyai prestasi baik sebanyak 12 siswi (18,18%), serta responden yang tidak cemas dan mempunyai prestasi buruk sebanyak 2 siswi (3,03%).

 

Tabel 8. Analisis Data Statistik Uji Korelasi Koefisien Kontingensi Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Prestasi Belajar Matematika Symmetric Measures Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .615 .000 N of Valid Cases 66 Pada tabel 8 dengan menggunakan uji korelasi koefisien kontingensi diperoleh nilai r sebesar 0,615 dan p sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati. Tabel 9. Interval Kekuatan Korelasi Koefisien Kontingensi Interval Koefisien Kontingensi Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Dilihat dari tabel kekuatan korelasi koefisien kontingensi di atas, didapatkan hasil hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA mempunyai kekuatan korelasi (r) yakni sebesar 0,615 di mana interpretasi hubungan antara kedua variabel memiliki kekuatan yang kuat. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan yakni sebesar 52 siswi (78,79%), dan hanya sebanyak 14 siswi (21,21%) yang tidak mengalami kecemasan. Ini didukung dengan pernyataan bahwa psychiatric disorder yang sering diderita oleh remaja adalah depresi dan kecemasan (Costello dkk, 2005 cit Lee dan Hankin, 2009). Kecemasan biasanya dimulai pada awal remaja antara usia 15 dan 25 tahun (Puri dkk, 2011). Di mana pada usia tersebut terjadi proses perubahan psikologi dan pembentukan kepribadian sehingga rentan dengan tingginya tingkat kecemasan (Sadock & Sadock, 2007). Selain usia, tingginya tingkat kecemasan juga diakibatkan karena di sini peneliti memilih responden dengan jurusan IPA, di mana standar nilai yang digunakan pada jurusan IPA lebih tinggi dari pada jurusan yang lainnya (DEPDIKNAS, 2003). Dari nilai matematika tengah semester I didapatkan hasil bahwa yang memperoleh nilai matematika yang baik sebanyak 15 siswi (22,73%), sedangkan kebanyakan siswi memperoleh nilai matematika yang buruk yakni sebanyak 51 siswi (77,27%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumardyono (2004) di mana kebanyakan dari siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan membingungkan. Ditambahkan oleh Yoenanto (2002) bahwa dalam belajar matematika harus dilakukan secara kontinu karena materi yang satu dengan yang

 

lainnya saling berkaitan. karena pelajaran matematika berkaitan dengan konsepkonsep abstrak yang tersusun secara hierarki dan dengan penalaran deduktif. Dari tabel silang antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika menunjukkan responden yang cemas dan mempunyai prestasi baik sebanyak 3 siswi (4,55%), serta responden yang cemas dan mempunyai prestasi buruk sebanyak 49 siswi (74,24%). Sedangkan responden yang tidak cemas dan mempunyai prestasi baik sebanyak 12 siswi (18,18%), serta responden yang tidak cemas dan mempunyai prestasi buruk sebanyak 2 siswi (3,03%). Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa hipotesis peneliti diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Brian F. Sherman dan David P. Wither di Universitas Adelaide Australia (2003) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kecemasan dan prestasi matematika. Kecemasan adalah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman (Taylor, 1995) terutama dalam proses belajar matematika membutuhkan konsentrasi karena matematika adalah bidang ilmu yang berkenaan dengan ide-ide, struktur -struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logis (Yoenanto, 2002). Matematika juga terdiri dari kemampuan keterampilan perhitungan dan kemampuan dalam memecahkan masalah, dengan demikian matematika mempunyai kesulitan yang tinggi sehingga meningkatkan kecemasan pada pelajar (Erdogan dkk, 2011). Rendahnya prestasi tersebut dikarenakan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika (Nawangsari, 2001). Bila kondisi tersebut terus berlanjut maka akan menimbulkan kecemasan dalam menghadapi pelajaran matematika di mana secara tidak langsung dapat juga mempengaruhi prestasi belajar matematika. Pada penelitian ini juga ditemukan responden yang tidak cemas dan mempunyai prestasi buruk namun hanya sebanyak 3,03%. Hal ini terjadi karena dalam menghadapi mata pelajaran matematika juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar seperti faktor fisiologis (keadaan fisik), dan faktor psikologis serta faktor yang berasal dari luar diri pelajar seperti keadaan lingkungan dan sarana pembelajaran (Suryabrata, 2012). Sedangkan terdapat juga responden yang cemas dan mempunyai prestasi baik sebanyak 4,55%. Ini sesuai yang dikemukakan Leonard (2009) bahwa kecemasan yang muncul dapat memberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu individu membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas yang dirasakan dapat berkurang sedikit demi sedikit. Sedangkan proses belajar akan berhasil bila seseorang mampu memusatkan perhatian pada pelajaran, tetapi jika terdapat masalah kejiwaan seperti cemas, kecewa, malu, dan sedih, maka dengan sendirinya akan mempengaruhi prestasi belajar (Warsiki, 1993).

 

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan mempunyai peran yang besar dalam mencapai suatu prestasi terutama dalam pelajaran matematika. Bila seorang pelajar mengalami kecemasan maka dapat menurunkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan asosiasi (Sadock & Sadock, 2007) sehingga prestasi belajarnya pun ikut menurun, terlebih lagi pelajaran matematika di mana dalam proses belajarnya memerlukan konsentrasi yang tinggi. Meskipun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Brian F. Sherman dan David P. Wither di Universitas Adelaide Australia tahun 2003 terdahulu, namun masih terdapat kelemahan, antara lain tidak diketahui bagaimana proses belajar mengajar matematika yang dilakukan, tidak diketahui kendala yang terjadi pada siswi dalam menerima pelajaran matematika, tidak diketahui kesulitan siswi dalam mengerjakan ulangan tengah semester, dan tidak diketahui ada atau tidaknya gangguan psikologis pada siswi sehingga masih sangat sulit untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi munculnya kecemasan terhadap prestasi belajar mengingat penyebab kecemasan yang multifaktorial. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan hasil analisis statistik, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati. Saran 1. Pelajar khususnya siswi kelas XI IPA, supaya lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT agar mampu mencegah timbulnya kecemasan. 2. Guru dan sekolah diharapkan mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecemasan pada siswi dengan memberikan motivasi dan bimbingan belajar supaya siswi tidak mengalami kecemasan dalam proses belajar di sekolah. 3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan supaya penelitian ini dilakukan lebih lanjut dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dan pada populasi yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Dahlan, Sopiyudin., 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta, Salemba Medika. Depdiknas., 2003. Ketentuan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi (TK, SD, SMP/MTs, SMA/MA). Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas., 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA. Jakarta, Pusat Kurikulum.  

Djamarah, S.B., 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta. Elvira, D., dan Hadisukanto., 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Erdogan, A., Kesici, S., dan Sahin, I., 2011. Prediction of High School Student’s Mathematics Anxiety by Their Achivement Motivation And Social Comparison. Elementary Education Online. Vol 10 (2). No 646-652. Graham, J., 2000. Assesing Personality and Psychopatology Third edition. New York, Oxford University Press. Hamilton, M., 1959. The Assessment of Anxiety States. British Journal of Medical Psychology. No 50-55. Hawari, D., 2006. Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Edisi kesatu, Cetakan ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI. Hawari, D., 2009. Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta, Balai Penerbit FKUI. Junaidi, I., 2012. Anomali Jiwa. Yogyakarta, C.V Andi Offset. Kertamuda, F.E., dan Herdiansyah, H., 2008. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi. Vol 21. No 1. Khatoon, T., 2010. Mathematics Anxiety Among Secondary School Students in India and its Relationship to Achievement in Mathematics. European Journal of Social Sciences. Vol 16. No 1. Lee, A., Dan Hankin, B. L., 2009. Insecure Attachment, Disfunctional Attitudes, and Low Self-Esteem Predicting Prospective Symptoms of Depression and Anxiety During Adolescent. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology. Vol 38. No 2. Leonard., 2009. Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada Matematika dan Kecemasan Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Ilmiah Exacta. Vol 1. No 3. Maramis, W.F., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya, Airlangga University Press. Masrun., 2000. Peran Psikologi di Indonesia. Yogyakarta, Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM. Mudjadid, E., 2006. Pemahaman dan Penanganan Pikosomatik Gangguan Anxietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. In : Sudoyo W.A. (ed). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu. Nawangsari, N., 2001. Pengaruh Self-efficacy dan Expectancy-value Terhadap Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika. Jurnal Psikologi Pendidikan. No 75-88. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Asdi Mahasatya. Puri, B.K., Laking, J. Paul., dan Treasaden. 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta, EGC. Sadock, B.J., dan Sadock, V.A., 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

 

Sarason. 2010. The Test Anxiety Scale: Concept And Research. http: //web.psych. washington.edu/research/sarason/files/testanxietyscale pdf./. Diakses pada tanggal 3 Juni 2012. Sherman, Brian F., Dan Wither, David P., 2003. Mathematics Anxiety and Mathematics Achievement. Mathematics Education Research Journal. Vol 15. No 2. Sudjana, N., 2002. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, Rosdakarya. Sumardyono., 2004. Karakteristik Matematika Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Disertasi. Suryabrata, S., 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Syah, M., 2010. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung, PT Remaja Rosdakarya. Taylor., dan Janet, A., 1953. Personality Scale for Manifest Anxiety. Jurnal of Abnormal and Social Psychologi. Vol 48. Taylor, S. E., 1995. Health Psychology. Singapore, Mc. Graw – Hill. Inc. Tomb, A. D., 2003. Buku Saku Psikiatri Edisi 5. Jakarta, EGC. Yamin, H. M., dan Ansari, B. I., 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta, Gaung Persada Pers. Yoenanto, N.H., 2002. Hubungan kemampuan memecahkan soal cerita matematika dengan tingkat kreativitas siswa sekolah menengah umum. Jurnal Psikologi Pendidikan Insan. Vol 4. No 2. Warsiki, E., 1993. Kecemasan pada Anak dan Remaja. Dunia Kedokteran. No 29. WHO 2004. Preventation of Mental Disorders. www.who.int/mental_health/ evidence/en/prevention_of_mental_disorders_sr.pdf. Di akses pada tanggal 10 Mei 2012. Wicaksana, I., 1993. Anxietas Pada wartawan Anggota PWI Cabang Yogyakarta. Jurnal Jiwa. Vol 4. No 20.