HUBUNGAN DAN PENGARUH ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI

Download Amerika sebelum krisis moneter (2) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) setelah krisis moneter. ...

0 downloads 397 Views 44KB Size
ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321

HUBUNGAN DAN PENGARUH ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, NILAI INVESTASI (PMA) TERHADAP KURS DOLLAR AMERIKA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER TAHUN 1997 .

Susiati Purwaning Utami STIE DR. Moechtar Thalib E-mail: [email protected] Abstraks: Industri Perbankan Indonesia mengalami masa surut pada pertengahan tahun 1997 yang disebabkan oleh depresiasi nilai rupiah terhadap nilai Dollar Amerika Serikat yang diikuti pula oleh krisis kepercayaan masyarakat, antara lain ditandai dengan penarikan uang tunai secara besar-besaran (rush). Hal ini berakibat pada semakin minimnya likuiditas yang dimiliki oleh bank-bank di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) terhadap nilai kurs dollar Amerika sebelum krisis moneter (2) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) setelah krisis moneter. Penelitian ini menggunakan metode asosiatif. Data yang diambil berasal dari laporan tahunan Bank Indonesia, tahun penelitian adalah periode sebelum krisis moneter Oktober 1994 s/d Agustus 1997 dan setelah krisis moneter September 1997 s/d Juli 2000. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) terhadap kurs US $ sebelum krisis moneter (2) terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat suku bunga deposito, investasi (PMA) terhadap kurs US $ setelah krisis moneter. Kata kunci: korelasi, regresi, kurs US $, suku bunga deposito, nilai investasi (PMA), krisis moneter. Abstract: Indonesia's banking industry experienced a period of receding in mid-1997 which was caused by the depreciation of the value of the rupiah against the Dollar value of the United States was followed by a crisis of public confidence, among others, marked by massive cash withdrawals (rush). This resulted in a lack of liquidity that are owned by banks in Indonesia. The purpose of this research is to know the: (1) the relationship and influence between the interest rates of deposits, the value of the investment (PMA) against the value of the American dollar exchange rate before the monetary crisis (2) relationships and influence between the interest rates of deposits, the value of the investment (PMA) after the monetary crisis. This research uses the associative method. Data derived from the annual reports of the Bank Indonesia, years of research was a period before the monetary crisis of October 1994 until August 1997 and after the monetary crisis of September 1997 until July 2000. The results of the analysis show that (1) there was a significant positive relationship between the level of interest rates on deposits, the value of the investment (PMA) against US $ exchange rate before the monetary crisis (2) there was a significant positive relationship between the interest rates of deposits, investments (PMA) against US $ exchange rate after the monetary crisis. Key words: correlation, regression, exchange rate, interest rate deposit, value investment, crisis monetary

PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah tentang Industri Perbankan Indonesia yang mengalami masa surut pada pertengahan tahun 1997 yang disebabkan oleh depresiasi nilai rupiah terhadap Dollar Amerika yang diikuti juga oleh krisis kepercayaan masyarakat yang ditandai dengan penarikan uang tunai secara besar-besaran (rush) Kodisi ini berakibat pada semakin minimnya likuiditas yang dimiliki oleh bank-bank di Indonesia. Sehingga manajemen Bank meningkatkan tingkat suku bunga untuk menarik kembali dana yang telah berpindah ke tangan masyarakat. Kondisi dunia Perbankan tersebut sangat berlawanan dengan keadaan pada awal tahun 90 an, dimana terjadi “booming” terhadap bisnis perbankan di Indonesia, yaitu banyak berdirinya bank-bank baru karena kemudahan Jurnal Ilmiah WIDYA

dalam syarat untuk mendirikan usaha bank oleh pemerintah. Misalnya melalui paket kebijaksanaan Pakto 88 dimana dapat mendirikan Bank hanya dengan modal sebesar Rp 50 miliar.. Kemunculan bank-bank tersebut berdampak pada jumlah uang yang beredar dalam bentuk kredit-kredit yang meningkat ke berbagai sektor, baik sektor industri manufaktur maupun sektor komersiil. Dampak penyaluran kredit tersebut mengakibatkan usaha pihak bank untuk menarik dana pihak ketiga sebagai sumber dananya meningkat pesat. Hal itu dapat dilihat dari semakin gencarnya pihak bank dalam melakukan promosi untuk meningkatkan sumber dananya melalui tabungan, giro dan deposito. Persaingan antar bank khususnya dalam tingkat suku bunga sangat ketat dan gencar dilakukan oleh pelaku bisnis perbankan. Tingkat suku bunga yang ditawarkan 147

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016

Susiati Purwaning Utami, 147 - 151

Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997

oleh bank sangat kompetitif sehingga para nasabah mempunyai banyak pilihan dalam menentukan bank yang menjadi tujuan tempat penyimpanan dananya. Kondisi ini terus berlanjut hingga pertengahan tahun 1997, dan pada bulan Juli 1997, perekonomian Indonesia terpuruk akibat dari imbas krisis moneter yang terjadi hampir di seluruh negara-negara Asia. Krisis moneter yang terjadi diakibatkan melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap nilai mata uang dollar pada saat pemerintah menerapkan manage floating, kemudian baru diubah menjadi kebijakan kurs mengambang (floating rate policy) dimana perubahan tersebut berdampak pula kepada bisnis perbankan di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah menyebabkan pihak perbankan melakukan antisipasi dengan cara menetapkan tingkat suku bunga yang fluktuatif yang dipengaruhi oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Otoritas moneter Bank Indonesia sebagai bank sentral menerapkan tingkat suku bunga SBI yang fluktuatif dalam rangka untuk menstabilkan nilai rupiah dan melakukan penjaminan terhadap dana pihak ketiga. Alasan melakukan penjaminan adalah rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank, bukan karena pengaruh exchange rate. Bank Sentral sebagai pengatur kebijakan moneter, lebih banyak mengandalkan SBI sebagai instrumen penstabil nilai rupiah. SBI digunakan untuk menyerap dana masyarakat untuk menghindari perilaku spekulatif dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap rupiah. Sedangkan suku bunga deposito dipengaruhi juga oleh besarnya rate SBI. Selain itu pihak bank sentral dan lembaga terkait melakukan likuidasi terhadap bank -bank yang dianggap tidak sehat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, investasi (PMA) terhadap kurs dollar Amerika sebelum krisis moneter, (2) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) setelah krisis moneter. Kurs yang dipakai dalam penelitian ini adalah kurs dollar Amerika Serikat pada akhir bulan Juli 1997. Sedangkan tingkat suku bunga yang digunakan adalah Jurnal Ilmiah WIDYA

tingkat suku bunga deposito berjangka 1 bulan dari bank-bank pemerintah. Untuk investasi menggunakan data yang berasal dari rencana penanaman modal asing yang disetujui pemerintah menurut sektor, dari bulan Oktober 1994 sampai dengan Agustus 1997 sebelum krisis moneter, September 1997 sampai dengan Juli 2000 setelah krisis moneter. Penelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara dua variabel yaitu variabel independen; Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA)) sedangkan variabel dependen adalah Kurs Dollar Amerika dengan Konstalasi antar variabel-variabel sebagai berikut: X1 Suku Bunga Deposito

Y Kurs Dollar Amerika

X2 Nilai Investasi (PMA)

PEMBAHASAN Krisis Moneter Krisis Moneter adalah menurunnya perekonomian yang disebabkan oleh hancurnya suatu sistem pemerintahan yang berdampak besar terhadap suatu Negara. Indonesia sebagai negara berkembang, sudah sering mengalami krisis moneter di beberapa fase pemerintahan Krisis moneter yang paling parah terjadi pada pertengahan tahun 1997. Berawal dari melemahnya nilai tukar mata uang Thailand Baht terhadap Dollar AS, dimana pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, mengalami goncangan akibat para investor asing mengambil keputusan jual karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian dan ketidakstabilan politik negara Thailand. Pada tanggal 2 Juli 1997, bank sentral Thailand mengumumkan bahwa nilai tukar Bath dibebaskan dari ikatan Dollar AS dan meminta bantuan IMF (International Monetary Fund) yang menyebabkan nilai Bath terdepresiasi hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20 Bath per Dollar AS. Nilai Dollar menguat, yang kemudian 148

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016

Susiati Purwaning Utami, 147 - 151

Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997

berimbas pada nilai Rupiah Indonesia. Sebenarnya krisis yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena dipicu oleh melemahnya nilai mata uang Thailand bath terhadap dollar AS saja, tetapi juga disebabkan oleh sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah pada saat itu. Sebelumnya krisis yang terjadi di negara-negara Asia seperti Thailand, Korea Selatan dan Indonesia sudah dapat diramalkan walaupun waktunya tidak dapat dipastikan. Hal ini terlihat dari defisit neraca yang terlalu besar dan terus meningkat pada setiap tahunnya. Selama pemerintahan Presiden Soeharto (Orde Baru), Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dengan kembali membaiknya hubungan politik dengan negara-negara Barat dan adanya kesungguhan pemerintah untuk melakukan rekonstruksi dan pembangunan ekonomi, maka arus modal mulai masuk kembali ke Indonesia. Namun di samping kelebihan-kelebihan tersebut, terdapat kekurangan. Melalui kebijakan-kebijakannya Indonesia memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, namun dengan biaya yang sangat mahal dan fundamental ekonomi yang rapuh. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia mengalami krisis ekonomi yang diawali dengan krisis pertukaran mata uang terhadap Dollar AS. Kecenderungan melemahnya mata uang Rupiah semakin serius ketika terjadinya aksi mahasiswa pada tanggal 12 Mei 1998 yang dikenal dengan Tragedi Trisakti.

untuk menabung semakin berkurang., (Nopirin ,2000:90) Investasi; adalah setiap wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan dapat memelihara atau menaikkan nilai dan atau memberikan hasil (return) yang positif, (Sentanoe Kartonegoro,2007:98). Investasi yaitu sebuah komitmen atas sumber daya atau dana lainnya yang ada pada saat sekarang, yang mempunyai tujuan dapat mendatangkan sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang, ( Haming dan Basalamah ,2009:87) , Kurs (Exchange Rate); adalah nilai satu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu Dollar Amerika, (Syamsurizal Tan,2008:62). Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap keseluruhan variabel (suku bunga deposito, PMA) terhadap kurs US $ dihasilkan uji statistik sebagai berikut ini: 1. Sebelum Krisis Moneter Analisis Koefisien Korelasi a. Korelasi antaraVariabel Bunga Deposito (X1) dan Kurs rupiah terhadap US $ (Y) sebelum krisis moneter Nilai koefisien korelasi antar variabel yang diteliti seperti terlihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Nilai Koefisien Korelasi Pearson Kurs US $ Kurs US $ Bunga Deposito PMA

Suku Bunga, Tingkat Suku Bunga, Investasi, Kurs Suku bunga; adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur, (Sunariyah ,2004:80), Tingkat Suku Bunga; semakin tinggi tingkat suku bunga semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Begitu pula sebaliknya, apabila makin rendah tingkat suku bunga keinginan masyarakat Jurnal Ilmiah WIDYA

Bunga

Deposito PMA

1.000 0.744 0.051

0.744 1.000 0.296

0.051 0.296 1.000

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa terdapat korelasi dan hubungan positif yang kuat antara variabel bunga deposito (X1) terhadap kurs US $ (Y) yaitu sebesar 0,744 . Korelasi ini mendekati + 1 dan bersifat searah, artinya kenaikan / penurunan nilai bunga deposito terjadi bersamasama dengan kenaikan / penurunan kurs rupiah terhadap US $. Nilai koefisien determinasi dari model regresi tersebut adalah (r2 x 100 = (0,744)2 x 100% = 0,5535 atau 55,35% artinya variasi perubahan nilai rupiah terhadap kurs US $ dapat dijelaskan oleh bunga deposito, sedangkan sisanya 149

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016

Susiati Purwaning Utami, 147 - 151

Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997

44,65% dijelaskan oleh faktor–faktor di luar variabel bunga deposito (X1).

Pada Gambar 1 terlihat nilai thitung sebesar 6,694 sedangkan ttabel sebesar 1,310 dengan demikian thitung > ttabel, maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima sehingga variabel bunga deposito memiliki keterkaitan nyata terhadap peningkatan kurs rupiah / US $.

b. Korelasi antara Variabel PMA (X2) dan Kurs Rupiah terhadap US $ (Y) Sebelum Krisis Moneter Berdasarkan Tabel 1 tersebut, terdapat korelasi positif sangat lemah antara variabel PMA (X2) dan nilai kurs US $ (Y), yaitu sebesar 0,051. Korelasi ini masih jauh dari +1 walau bersifat searah, artinya kenaikan / penurunan variabel PMA walaupun sangat lemah namun memiliki hubungan peningkatan / penurunan kurs rupiah terhadap US $. Nilai koefisien determinasi dari model regresi diatas 2 r x 100% = (0,051)2 x 100% = 0,0026 atau 0,26% artinya variasi perubahan nilai kurs rupiah / US $ dapat dijelaskan oleh PMA, sedangkan sisanya 0,9974 atau 99,74% dijelaskan oleh faktor – faktor di luar variabel PMA (X2).

PMA (X2) terhadap US $ (Y) Menunjukkan nilai thitung sebesar 2,932 sedangkan ttabel sebesar 1,310 dengan demikian thiutng > ttabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima sehingga PMA (X2) memiliki keterkaitan nyata terhadap peningkatan kurs Rp / US $. c. Analisis of Variance (Anova) Hasil pengujian terhadap ketiga variabel secara bersama–sama dengan nilai Fhitung 22, 647 sedangkan Ftabel 2,89 dengan demikian Fhitung > Ftabel , maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima dengan taraf signifikansi 0,000 sehingga hasil pengujian anova (dua arah) memperlihatkan bahwa kurs Rp / US $ berpengaruh terhadap fluktuasi bunga deposito dan PMA secara bersama–sama atau serentak (atau sebaliknya).

Analisis Regresi Linier a. Model Regresi Linear Berganda dan Interpretasi ^ 7,811 + 2,189 x + 1,047 x Y= 1 2 Nilai konstanta (a) sebesar 7,811 atau sebesar 7,8 menunjukkan nilai kurs rupiah terhadap US $ sebelum krisis moneter sebesar 7,8 tanpa dipengaruhi oleh faktorfaktor lain. Nilai koefisien b1 (bunga deposito) sebesar 2,189 artinya bila bunga deposito (X1) naik sebesar 1 poin dengan asumsi PMA tetap, maka kurs US $ terhadap rupiah akan mengalami peningkatan sebesar 2,189 poin. Nilai koefisien b2 (PMA) sebesar 1,047 artinya bila PMA (X2) naik 1 poin dengan asumsi bunga deposito tetap, maka kurs US $ terhadap Rupiah akan meningkat sebesar 1,047 poin. b. Uji Hipotesis Individu Bunga Deposito (X1) terhadap US $ (Y)

2. Setelah Krisis Moneter Analisis Koefisien Korelasi a. Korelasi antara Variabel Bunga Deposito (X1) dan Kurs US $ (Y), setelah Krisis Moneter Nilai koefisien korelasi Pearson seperti terlihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Nilai Koefisien Korelasi Pearson Kurs US $ Kurs US $ Bunga Deposito PMA

Bunga

Deposito

PMA

1.000 0.378 0.108

0.378 1.000 0.045

0.108 0.045 1.000

Berdasarkan Tabel 2 tersebut, koefisien korelasi antara bunga deposito (X1) dan kurs US $ (Y) adalah sebesar 0,378 positif, korelasi antara kedua variabel tersebut lemah, karena lebih mendekati 0 daripada +1, dan bersifat searah, artinya kenaikan / penurunan variabel deposito terjadi bersama – sama dengan kenaikan / penurunan nilai kurs US $. Nilai koefisien determinasi dari model regresi diatas

Gambar 1. Uji Koefisien Regresi secara Parsial

Jurnal Ilmiah WIDYA

150

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016

Susiati Purwaning Utami, 147 - 151

Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997

adalah r2 x 100 = (0,378)2 x 100% = 0,1428 atau sebesar 14,28% artinya variasi perubahan nilai kurs rupiah terhadap US $ dapat dijelaskan oleh bunga deposito (X1), sedangkan sisanya 85,72% dijelaskan oleh faktor – faktor lain diluar variabel bunga deposito.

demikian thitung> ttabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima sehingga X1 memiliki pengaruh terhadap variabel Y, artinya variabel bunga deposito (X1) memiliki keterkaitan nyata terhadap peningkatan kurs Rp / US $. PMA (X2) terhadap kurs US $ (Y) menujukkan nilai thitung 5,435 sedangkan ttabel 1,310 dengan demikian thitung> ttabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima sehingga variabel PMA (X2) memiliki pengaruh terhadap variabel Y, artinya variabel PMA (X2) memiliki keterkaitan nyata terhadap peningkatan penguatan kurs Rp / US$.

b. Korelasi antara Variabel PMA (X2) dan Kurs US $ (Y), setelah Krisis Moneter Koefisien korelasi antara PMA dan kurs US $ (Y) sebesar 0,108 dengan demikian hubungan antara kedua variabel positif sangat lemah, namun searah, bila variabel PMA naik maka kurs US$ akan naik. Nilai koefisien determinasi dari model regresi diatas adalah r2 x 100% = 0,108% x 100% = 0,01166 atau 1,16% saja variasi perubahan nilai kurs Rp / US$ yang dapat dijelaskan oleh PMA, sedangkan sisanya 0,9883 atau 98,83% dijelaskan oleh faktor – faktor di luar variabel PMA.

c. Analisis of Variance (Anova) Hasil pengujian terhadap ketiga variabel secara bersama –sama dengan nilai Fhitung 4,687 sedangkan Ftabel 2,89 dengan demikian Fhitung> Ftabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima dengan tariff signifikan 0,043 < 0,10 sehingga hasil pengujian anova (dua arah) memperlihatkan bahwa kurs Rp / US $ berpengaruh terhadap fluktuasi bunga deposito dan PMA secara bersama -sama atau serentak atau sebaliknya.

Analisis Regresi Linier Berganda a. Model Regresi Linear Berganda dan Interpretasi ^ 9,519 + 0,686 x + 1,087x Y= 1 2 Nilai konstanta (a) sebesar 9,519 menunjukkan bahwa nilai kurs rupiah terhadap kurs US $ sejak krisis moneter 1997 sebesar 9,519 tanpa dipengaruhi oleh faktor - faktor lain. Nilai koefisien (b1) sebesar 0,686 artinya bila bunga deposito (X1) naik sebesar 1 poindengan asumsi PMA tetap. menyebabkan nilai kurs kurs US$ terhadap rupiah akan naik sebesar 0,686 poin. Nilai koefisien (b2) sebesar 1,087 artinya bila PMA (X2) naik sebesar 1 poin dengan asumsi bunga deposito tetap menyebabkan nilai kurs US $ terhadap rupiah akan meningkat sebesar 1,087 poin. b. Uji Hipotesis Individu

PENUTUP Kesimpulan 1. Terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) terhadap kurs US $ sebelum krisis moneter. 2. terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat suku bunga deposito, investasi (PMA) terhadap kurs US $ setelah krisis moneter. Saran-saran 1. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan memasukkan faktor-faktor ekonomi lainnya misalnya adanya penerimaan ekspor, permintaan terhadap valas. 2. Adanya pelunasan hutang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Ambarini Lestari, Ekonomi Moneter, In Media, Jakarta, 2014 Murdifin Haming dan Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta. 2010. Nopirin. Ekonomi Internasional. BPFE. Yogyakarta. 2000. Sentanoe Kartanegoro. Investasi, Widya Pers. Jakarta. 2007. Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. UMP AMP YKPN. Yogyakarta.2004. Syamsulrizal Tan. Essensi Ekonomi Internasional. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2008.

Gambar 2. Uji Koefisien Regresi secara Parsial

Bunga deposito (X 1 ) terhadap kurs US $ (Y) menunjukkan nilai thitung 2,286 sedangkan ttabel 1,310 dengan

Jurnal Ilmiah WIDYA

151

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016