HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

Download Sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi. Tujuan peneliti...

0 downloads 569 Views 890KB Size
HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI

MAULIDYA AYU HIDAYANTY

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMAN 3 Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016 Maulidya Ayu Hidayanty NIM I14120128

ABSTRAK MAULIDYA AYU HIDAYANTY. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMAN 3 Sukabumi. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN Sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja di SMAN 3 Sukabumi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 15 sampai 17 tahun yang masih duduk di kelas 10 dan 11 sebanyak 52 orang. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah purposive sampling. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara asupan energi dan protein dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi. Tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05) antara frekuensi konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi dan antara aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi. Kata kunci: aktivitas sindrom pramenstruasi

fisik,

konsumsi

fast

food,

remaja

putri,

ABSTRACT MAULIDYA AYU HIDAYANTY. The correlation between fast food consumption habits and physical activity with premenstrual syndrome in adolescent girls at SMAN 3 Sukabumi. Supervised by BUDI SETIAWAN. About 85% of young women who are still getting the menstrual cycle, experiencing one or more symptoms of premenstrual syndrome. The objective of this study was to determine the correlation between fast food consumption habits and physical activity with premenstrual syndrome in adolescents at SMAN 3 Sukabumi. This research utilized cross sectional study design. Total samples in this research was 52 people, samples was adolescent girls aged 15 to 17 years and still in grade 10 and 11. Samples were selected by purposive sampling. The results showed that there was significat correlation (p<0.05) beetwen energy and protein intake wtih premenstrual syndrome. However, there were no significant correlation (p>0.05) between frequency of fast food consumption with premenstrual syndrome and between physical activity with premenstrual syndrome. Keywords: adolescents girl, fast food consumption, physical activity, premenstrual syndrome

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI

MAULIDYA AYU HIDAYANTY

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PRAKATA Bismillahirahmanirahim. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMAN 3 Sukabumi” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan, masukan serta saran selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan ulasan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 3. Kepala Sekolah, guru-guru, serta siswi SMA Negeri 3 Sukabumi atas keramahan, kesediaan, dan kerjasama dalam membantu kelancaran penelitian. 4. Ayah dan ibu, Bapak Dadang Hidayat dan Ibu Nina Rahmawati, adikadik, Nurkholifah Rahimi Putri dan Muhammad Satria Ghaly, serta saudara-saudara dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan moril dan materil, serta doa yang tak hentihentinya. 5. David Yusuf Bakhtiar, S.T yang selalu memberikan semangat, doa, dan memberikan motivasi. 6. Meisya Eadyana M, Fika Rafika N, dan Yolandina Nurrohma P untuk doa dan semangat yang diberikan serta kebersamaan dan kekeluargaannya. 7. Sharrah, Dwikani, Diva, Dini, Hanifah, Andi, Bli Agus, Lutfi, Wilda, Nuzul, Sari, Ririn, Jeallyza, Aulia, Novia dan seluruh teman-teman Gizi Masyarakat 49 yang selalu membantu, memberikan semangat, doa, dan motivasi selama masa kuliah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan penulisan. Semoga hasil penelitian penulis dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2016

Maulidya Ayu Hidayanty

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Contoh Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Karakteristik Menstruasi Contoh Keluhan Sindrom Pramenstruasi Asupan Energi dan Zat Gizi Kebiasaan Konsumsi Fast Food Aktivitas Fisik Hubungan Antar Variabel SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

vi vi vi 1 1 2 3 3 3 4 7 7 7 8 8 11 12 12 13 14 15 16 17 18 19 20 24 24 24 25 29 34

DAFTAR TABEL 1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Jenis dan cara pengumpulan data Jenis variabel dan kategori variabel penelitian Skor keluhan menstruasi Kategori tingkat keluhan menjelang menstruasi Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Sebaran contoh penelitian berdasarkan usia, status gizi, dan uang saku Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga Sebaran contoh penelitian berdasarkan menarche Sebaran contoh penelitian berdasarkan lama menstruasi Sebaran contoh berdasarkan lama siklus menstruasi Sebaran contoh penelitian berdasarkan keteraturan jadwal menstruasi Sebaran contoh berdasarkan keluhan PMS yang dialami Sebaran contoh berdasarkan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi Sebaran contoh penelitian berdasarkan frekuensi konsumsi fast food satu bulan lalu Sebaran contoh penelitian berdasarkan tingkat aktivitas fisik Hasil uji hubungan antar variabel asupan dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan frekuensi konsumsi fast food Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan aktivitas fisik Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR Frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya

8 9 10 10 11 13 14 15 16 16 16 17 17 18 19 20 20 22 23 30 30

DAFTAR GAMBAR 1

Kerangka pemikiran penelitian hubungan kebiasaan konsumsi 6 fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri

DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4

Tabel kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR Tabel frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya Uji korelasi Spearman antara frekuensi konsumsi fast food dengan PMS Uji korelasi Spearman antara tingkat aktivitas fisik dengan PMS

30 30 32 33

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa dimana terjadi perubahan secara fisik maupun psikologis (Hurlock 2004). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi perubahan intelektual, emosi, dan kehidupan sosial, sedangkan perubahan fisik yang terjadi seperti perubahan pada organ seksual yaitu alat reproduksi yang mulai mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik. Semua aspek perkembangan pada masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Tahapan remaja terbagi menjadi tiga kategori, usia 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, usia 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir (Monks et al. 2000). Seluruh remaja umumnya akan mengalami pubertas. Pubertas pada remaja wanita salah satunya ditandai dengan menstruasi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status gizi, berat badan relatif terhadap tinggi badan, serta gaya hidup. Menstruasi normal berlangsung rutin satu kali dalam sebulan sampai wanita mencapai usia 45-50 tahun, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh kesehatan. Panjang rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari atau berkisar antara 21 hingga 35 hari. Lamanya siklus menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saatsaat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan asupan gizi wanita tersebut (Simon 2003). Smith dan Shimp (2000) mengatakan bahwa wanita seringkali mengalami berbagai gejala sebelum terjadinya menstruasi. Salah satu gejala yang sering dialami adalah sindrom pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi adalah gejalagejala yang disebabkan perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi wanita serta berhubungan dengan turun naiknya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Gejala tersebut dirasakan pada waktu antara saat ovulasi dan menstruasi, kemudian menghilang pada saat menstruasi hingga beberapa hari setelah menstruasi. Gejala-gejala tersebut meliputi tingkah laku seperti kegelisahan, depresi, iritabilitas/sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, dan kadang-kadang perubahan suasana hati yang sangat cepat. Selain itu juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung atau nyeri, sakit kepala, dan nyeri pada sendi. Penyebab sindrom pramenstruasi menurut beberapa teori adalah karena adanya ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Seperti halnya yang dikatakan oleh Wyatt et al. (2001), bahwa defisiensi hormon progesteron adalah sebagai penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi. Survei menunjukkan bahwa sindrom pramenstruasi merupakan masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia subur (WUS). Studi epidemiologi menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia subur (WUS) mengalami gejala sindrom pramenstruasi sedang hingga berat (Freeman 2007). Menurut Sylvia (2010), beberapa hal dapat dilakukan untuk menangani permasalahan sindrom pramenstruasi yaitu dengan terapi obat, psikoterapi dan

2

perubahan gaya hidup terutama memperhatikan faktor gizi. Sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi (Dickerson et al. 2003). Penelitian Ruhana (2005) juga menunjukkan bahwa sebesar 87.2% mahasiswi putri TPB IPB mengalami sindrom pramenstruasi, dan keluhan menstruasi ini mempengaruhi kegiatan sehari-hari. Hasil survei di Amerika Utara, sindrom pramenstruasi dialami oleh hampir 75% wanita dan sekitar 5% mengalami gejala sindrom pramenstruasi yang parah (Macdougall 2000). Perilaku remaja pada umumnya seringkali mengonsumsi pangan dengan kadar zat gizi rendah. Kesibukan yang dialami oleh remaja juga umumnya menyebabkan para remaja kurang memperhatikan dan melakukan aktivitas fisik yang cukup. Kebiasaan makan yang tidak tepat pada remaja dapat menyebabkan kurangnya asupan zat gizi yang dibutuhkan dan menyebabkan terjadinya berbagai gejala sindrom pramenstruasi, seperti halnya konsumsi makanan cepat saji (fast food). Pada era globalisasi ini, fast food semakin marak ditawarkan kepada masyarakat. Fast food merupakan makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak tetapi miskin zat gizi lainnya (Wirakusumah 2007). Memperhatikan asupan gizi serta aktivitas fisik yang cukup untuk mengatasi permasalahan sindrom pramenstruasi dapat membantu mencegah gejala-gejala yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan gejala sindrom pramenstruasi pada remaja sehingga dapat berguna dalam menghadapi sindrom pramenstruasi secara dini.

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik usia, status gizi, dan uang saku contoh? 2. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh? 3. Bagaimana karakteristik menstruasi contoh? 4. Bagaimana keluhan sindrom pramenstruasi contoh? 5. Bagaimana asupan energi dan zat gizi contoh? 6. Bagaimana kebiasaan konsumsi fast food contoh? 7. Bagaimana tingkat aktivitas fisik contoh? 8. Apakah terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi? 9. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi? 10. Apakah terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi?

3

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik usia, status gizi, dan uang saku. 2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga. 3. Mengidentifikasi karakteristik menstruasi. 4. Menganalisis keluhan sindrom pramenstruasi. 5. Menilai asupan energi dan zat gizi. 6. Menilai kebiasaan konsumsi fast food. 7. Menilai tingkat aktivitas fisik. 8. Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi. 9. Menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi. 10. Menganalisis hubungan tingkat aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi.

Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi. 2. Terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi. 3. Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi.

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gejala-gejala yang timbul pada sindrom pramenstruasi serta cara mengatasi masalah tersebut, di samping itu juga diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kebiasaan makan yang baik dan juga mengaplikasikan aktivitas fisik yang cukup khususnya dalam mengatasi keluhan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi penelitian yang akan datang khususnya yang terkait dengan penelitian sindrom pramenstruasi.

4

KERANGKA PEMIKIRAN Dickerson et al. (2003) menyatakan bahwa sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi. Gejala-gejala yang timbul menjelang masa menstruasi diperkirakan akan menjadi gangguan terhadap aktivitas pada remaja pada saat menstruasi. Beberapa gejala yang timbul pada saat menstruasi atau disebut juga sindrom pramenstruasi penyebabnya dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Menstruasi yang terjadi pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hormon, kesehatan wanita, dan status gizi. Bobak (2004) menyatakan bahwa ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu siklus endomentrium, siklus ovulasi, dan siklus hipofisishipotalamus. Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu fase menstruasi, fase poliferasi, fase sekresi/luteal, dan fase iskemi/premenstrual. Pada fase menstruasi endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Kadar estrogen, progesteron, dan LH (Luteinizing Hormon) pada awal fase menstruasi menurun atau pada kadar terendahnya sedangkan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai. Siklus selanjutnya adalah siklus ovulasi. Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofisis mengeluarkan LH (luteinizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari

5

setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh. Siklus terakhir adalah sklus hipofisis-hipotalamus. Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (GnRH). Sebaliknya, GnRH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan luteinizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. Kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan juga dikaitkan dengan frekuensi, pemilihan, konsumsi, dan penggunaan makanan yang tersedia berdasarkan faktor psikologi, fisiologi, sosial, dan budaya dimana seseorang hidup (Suhardjo 2003). Pertumbuhan remaja, meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktivitas remaja sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut. Remaja mulai dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah seperti fast food (Robert 2000). Fast Food merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh anak-anak, kaum muda sampai orang dewasa. Makanan ini merupakan makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak (Wirakusumah 2007). Asupan tinggi kalori dan tinggi lemak dapat meningkatkan gejala pada penderita sindrom pramenstruasi . Aktivitas fisik merupakan kegiatan sehari-hari dan olahraga yang dilakukan. Kategori aktivitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Pengelompokkan aktivitas fisik didasarkan pada beban kerja masingmasing. Beban kerja ringan meliputi aktivitas sekolah dan aktivitas lain yang tidak menguras tenaga, beban kerja sedang meliputi aktivitas sekolah disertai dengan pekerjaan rumah tangga dan olahraga, dan beban kerja berat meliputi pekerjaan di lapangan. Peningkatan aktivitas fisik berkontribusi untuk meningkatkan dan pelepasan hormon endorfin dan diketahui dapat mengurangi rasa tegang, emosi, depresi dan gejala sindrom premenstruasi lainnya (Nurlaela et al. 2008). Kerangka penelitian ini digambarkan dalam skema berikut:

6

Karakteristik responden:  Usia = 13-17 tahun  Usia menarche  Lama menstruasi  Lama siklus menstruasi  Keteraturan menstruasi

Konsumsi pangan non fast food

Konsumsi fast food

Asupan Gizi

Tingkat Kecukupan Gizi

Status Gizi (IMT/U)

Aktivitas Fisik

Sindrom Pramenstruasi

Perubahan Hormonal Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti

7

METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosssectional study, yaitu mengamati seluruh variabel secara bersamaan pada waktu penelitian tersebut berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sukabumi. Pemilihan lokasi dipilih berdasarkan kemudahan akses peneliti yang berasal dari daerah tersebut dan juga sebagai tambahan informasi untuk pengentasan masalah sindrom pramenstruasi di lokasi tersebut. Penelitian berlangsung pada bulan Maret 2016.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi contoh pada penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 3 Sukabumi. Kriteria contoh pada penelitian ini adalah remaja putri berusia 13 sampai 17 tahun (Hurlock 2004). Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara non-probability sampling yaitu purposive sampling. Perhitungan sampel didapat menggunakan rumus Lemeshow dan David (1997) dan menggunakan prevalensi remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: n = [Z(1-)2  p (1p)] d2 n = [(1.96) 2  0.85 (10.85) (0.1) 2 n = 48.9  49 Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan Z = 1.96 p = prevalensi remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi (85%)  = derajat kepercayaan (95%) d = presisi (10% atau 0.1) Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 49 orang. Total contoh penelitian ini adalah 52 orang. Kriteria inklusi contoh yang mengikuti penelitian, yaitu: 1) Siswi SMA Negeri 3 Sukabumi kelas 10 dan 11; 2) Berusia antara 13-17 tahun yang sudah mengalami menstruasi dan mengalami sindrom pramenstruasi; dan 3) Bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir pengambilan data.

8

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data usia, berat badan, tinggi badan, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, usia menarche, lama menstruasi, siklus menstruasi, keteraturan menstruasi, keluhan sindrom pramenstruasi, asupan energi dan zat gizi, frekuensi konsumsi fast food, dan aktivitas fisik. Sedangkan data sekunder meliputi profil sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik contoh Rasio Pengisian kuesioner, penimbangan berat badan  Usia menggunakan timbangan digital  Berat badan (ketelitian 0.1 kg), pengukuran  Tinggi badan tinggi badan menggunakan stature meter (ketelitian 1 cm). 2 Karakteristik keluarga Ordinal Pengisian kuesioner  Pendidikan terkahir ayah  Pendidikan terakhir ibu  Pendapatan keluarga 3 Menstruasi Pengisian kuesioner Rasio  Usia menarche Ordinal  Lama menstruasi Ordinal  Siklus menstruasi  Keteraturan menstruasi Nominal

4 5 6

Keluhan menstruasi Tingkat keluhan menstruasi Asupan energi dan zat gizi

Rasio Ordinal Rasio

7

Frekuensi konsumsi fast food Ordinal

8

Aktivitas Fisik

Ordinal

Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner Food Recall 1x24 jam sebanyak 2 kali FFQ (Food Frequency Quesionaire) Recall aktivitas 1x24 jam sebanyak 2 kali

Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 for Windows. Tahap pengolahan data yang dilakukan berupa pemberian kode, entri data, edit data dan cleaning data. Data diolah secara statistik deskriptif dan inferensia. Data yang diolah dengan statistik deskriptif meliputi usia, status gizi, usia pertama mendapatkan menstruasi (menarche), lama menstruasi, siklus menstruasi, keteraturan menstruasi, keluhan sindrom pramenstruasi, asupan energi dan zat gizi, frekuensi konsumsi fast food, dan aktivitas fisik. Analisis statistik inferensia

9

digunakan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi dan hubungan antara aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi. Sebelum dilakukan uji lanjut untuk menganalisis hubungan, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Selanjutnya uji hubungan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Sprearman.

No 1

2

3

4

5

6

7

8

Tabel 2 Jenis variabel dan kategori variabel penelitian Jenis variable Kategori Status gizi Sangat kurus (<-3 SD) Kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) Normal (-2 SD s/d 1 SD) Gemuk (>1 SD s/d 2 SD) Obesitas (>2 SD) (Kemenkes 2010) Lama menstruasi <3 hari 3-9 hari >9 hari Lama siklus menstruasi <25 hari 25-30 hari >30 hari Tingkat keluhan menstruasi Tidak ada keluhan (skor 0) Ringan (skor 1-4) Sedang (skor 6-12) Berat (skor >12) (Jones et al. 1996) Asupan energi, protein, lemak, Defisit berat (<70% AKG) dan karbohidrat Defisit sedang (70-79% AKG) Defisit Ringan (<90% AKG) Normal (90-119% AKG) Lebih (≥120% AKG) (Depkes RI 1996) Asupan kalsium dan zat besi Kurang (<77% AKG) Cukup (≥77% AKG) (Gibson 2005) Frekuensi konsumsi fast food >1 kali/hari 1 kali/hari 3-6 kali/minggu 1-2 kali/minggu 2 kali/bulan Tidak pernah (Gibson 2005) Tingkat aktivitas fisik Aktivitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat (FAO/WHO/UNU 2001)

10

Data status gizi contoh didapatkan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia, berat badan, dan tinggi badan. Status gizi dihitung dengan parameter Indeks Masa Tubuh menurut umur (IMT/U). Pengukuran dilakukan menggunakan software WHO anthroplus 2007. Keluhan sindrom pramenstruasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis keluhan, yaitu keluhan berat diberi skor 3 (kram di bawah perut, sakit kepala, mual, dan muntah), keluhan sedang diberi skor 2 (sakit pada payudara, sakit pinggang, dan lesu) dan keluhan ringan diberi skor 1 (jerawat, lebih emosional, dan keluhan lainnya). Total skor keluhan sindrom pramenstruasi sebesar 21 (Tabel 3). Tabel 3 Skor keluhan menstruasi No Jenis keluhan Skor 1 Sakit kram dibawah perut 3 2 Sakit kepala/pusing 3 3 Mual 3 4 Muntah 3 5 Sakit pada payudara 2 6 Sakit pinggang 2 7 Lesu 2 8 Jerawat 1 9 Lebih emosional 1 10 Lain-lain 1 Total 21 Sumber: Jones et al. 1996

Tingkat keluhan sindrom pramenstruasi didapatkan dengan cara menjumlahkan skor masing-masing keluhan berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan oleh contoh. Kategori tingkat keluhan 0 diberikan kepada contoh yang tidak memiliki keluhan, kategori ringan diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 4, kategori sedang diberikan kepada contoh dengan skor keluhan 5 sampai 12, dan kategori berat diberikan kepada contoh dengan skor keluhan lebih besar dari 12 (Tabel 4). Tabel 4 Kategori tingkat keluhan menjelang menstruasi Skor keluhan menjelang menstruasi Kategori 0 Tidak ada keluhan 1-4 Ringan 5-12 Sedang >12 Berat Sumber: Jones et al. 1996

Data konsumsi pangan diperoleh dari Food Recall 1x24 jam sebanyak dua kali yaitu pada hari libur dan hari sekolah, sedangkan data kebiasaan konsumsi fast food direkap berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi selama satu bulan terakhir dengan menggunakan Food Frequency Quesionaire (FFQ). Data konsumsi pangan dari Food Recall direkap untuk diidentifikasi jenis makanan

11

yang dikonsumsi dan ukurannya. Data konsumsi pangan yang telah diperoleh kemudian dikonversi ke dalam zat gizi menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) tahun 2010. Untuk menghitung kecukupan energi dan zat gizi, dibagi menjadi dua kelompok remaja putri, yaitu usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013. Berikut merupakan rumus perhitungan kandungan energi dan zat gizi dan tingkat kecukupannya. Kandungan gizi =

𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖

×

𝐵𝐷𝐷

× 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝐷𝐾𝐵𝑀

100 100 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

Tingkat kecukupan = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛

𝐴𝐾𝐺

× 100%

Data aktivitas fisik diperoleh melalui metode recall 1x24 jam pada hari sekolah dan hari libur. Selanjutnya hasil diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut: PAL = Σ (PAR x Alokasi Waktu Tiap Aktifitas) 24 Jam Keterangan: PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi beberapa jenis kategori berdasarkan nilai PAR seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya PAL dikategorikan menjadi kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL Aktivitas Ringan 1.40-1.69 Aktivitas Sedang 1.70-1.99 Aktivitas Berat 2.00-2.40 Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)

Definisi Operasional Contoh penelitian adalah remaja putri berusia (15-17 tahun) kelas 10 dan 11 di SMAN 3 Sukabumi, mengalami sindrom pramenstruasi dan bersedia mengikuti penelitian. Status gizi adalah keadaan kesehatan seorang individu maupun kelompok yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan parameter IMT/U.

12

Kebiasaan konsumsi fast food adalah jumlah konsumsi fast food dalam rentan waktu satu bulan terakhir yang diukur dengan FFQ. Asupan gizi adalah jumlah asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium dan besi yang diukur dengan Food Recall. FFQ fast food adalah kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman dalam satu bulan. Food Recall 1x24 jam adalah mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam. Dilakukan selama 2 hari, yaitu hari libur dan hari sekolah. Aktivitas Fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik pada remaja digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu, aktivitas ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat. Sindrom Pramenstruasi (PMS) adalah gejala yang timbul pada fase folikular (5 sampai 10 hari) pada siklus menstruasi yang diukur pada fase pramenstruasi (6 hari sebelum menstruasi). Menarche adalah usia sampel penelitian ketika pertama kali mengalami menstruasi. Lama menstruasi adalah jumlah hari menstruasi pada satu periode. Lama siklus menstruasi yaitu jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (hari). Panjang siklus menstruasi normal yaitu 24 sampai 35 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Sukabumi yang merupakan salah satu sekolah favorit yang berada di Jalan Ciaul Baru No. 21, Sukabumi, Jawa Barat. Sekolah ini didirikan pada bulan Oktober 1974 dengan luas lahan sebesar 18 319 m2. Jumlah tenaga pendidik di sekolah ini berjumlah 88 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 27 orang. Pada tahun ajaran 2015/2016 siswa di SMA Negeri 3 Sukabumi berjumlah 1 424 orang. Siswa kelas 10 berjumlah 576 orang dan siswa kelas 11 berjumlah 432 orang. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah diantaranya adalah ruang kelas sebanyak 35 kelas, laboratorium IPA meliputi: laboratorium fisika, kimia, dan biologi, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, tempat ibadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, tempat bermain/olahraga, auditorium, dan kantin. Kantin sekolah menjual berbagai macam jenis makanan, termasuk di dalamnya adalah fast food seperti fried chicken, spaghetti, dan french fries atau kentang goreng. Lokasi sekolah berada dekat dengan pusat kota dan pusat perbelanjaan atau mall dimana di tempat-tempat tersebut banyak terdapat restoran fast food.

13

Karakteristik Contoh Karakteristik contoh yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data usia, status gizi, dan uang saku. Usia yang diambil pada penelitian ini termasuk kategori remaja yaitu antara 13-17 tahun (Hurlock 2004). Contoh dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 3 Sukabumi kelas 10 dan 11 yang berjumlah 52 orang. Kisaran usia contoh dalam penelitian ini adalah 15-17 tahun, persentase terbesar berada pada usia 16 tahun (46.15%). Contoh termasuk dalam kategori remaja pertengahan dengan usia 12-16 tahun dan remaja akhir dengan usia 16-19 tahun (Widyastuti et al. 2009). Status gizi contoh sebagian besar (86.54%) adalah normal. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya, serta berpengaruh terhadap usia menarche dan keadaan menstruasi pada remaja putri. Semakin baik status gizi seorang remaja putri, maka usia menarche juga menjadi semakin awal (Riyadi 2003). Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan untuk anak pada jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan (Napitu 1994). Uang saku dalam penelitian ini merupakan uang saku per hari yang digunakan contoh untuk jajan di sekolah. Uang saku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi pangan. Ratarata uang saku contoh berada pada kisaran Rp15 000 sampai Rp25 000. Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh penelitian berdasarkan usia, status gizi, dan uang saku. Tabel 6 Sebaran contoh penelitian berdasarkan usia, status gizi, dan uang saku Variabel n % Usia (tahun) 15 12 23.08 16 24 46.15 17 16 30.77 Total 52 100.00 Rata-rata±SD 16.08±0.74 Status gizi Sangat kurus 0 0 Kurus 1 1.92 Normal 45 86.54 Gemuk 6 11.54 Obesitas 0 0 Total 52 100.00 Rata-rata±SD -0.06±0.91 Uang saku <15000 7 13.46 15000-25000 25 48.08 25000-50000 20 38.46 >50000 0 0.00 Total 52 100

14

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Tingkat pendidikan orang tua diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal dari ayah dan ibu. Sebagian besar pendidikan ayah (50.00%) dan ibu (53.85%) adalah SMA. Hasil penelitian Ernawati (2006) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin baik pertumbuhan anaknya. Setidaknya ada lima upaya yang merupakan imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu pendidikan akan meningkatkan sumberdaya keluarga, pendapatan keluarga, alokasi waktu untuk pemeliharaan kesehatan anak, produktivitas dan efektivitas pemeliharaan kesehatan, dan referensi kehidupan keluarga. Pendapatan keluarga merupakan penghasilan yang diperoleh keluarga setiap bulannya. Sebagian besar (40.38%) tingkat pendapatan orang tua contoh berkisar antara Rp2 500 000 sampai Rp5 000 000. Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan dalam suatu keluarga. Jika tingkat pendapatan naik maka jumlah dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi pun semakin meningkat serta beragam (Elisa dan Sofwan 2012). Tabel 7 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga Karakteristik sosial ekonomi keluarga n % Pendidikan Ayah SD 2 3.85 SMP/sederajat 1 1.92 SMA/sederajat 26 50.00 Diploma 8 15.38 S1 8 15.38 S2 6 11.54 S3 1 1.92 Total 52 100.00 Pendidikan Ibu SD 2 3.85 SMP/sederajat 3 5.77 SMA/sederajat 28 53.85 Diploma 6 11.54 S1 7 13.46 S2 6 11.54 S3 0 0.00 Total 52 100.00 Pendapatan Keluarga <1000000 4 7.69 1000000-2500000 4 7.69 2500000-5000000 21 40.38 5000000-10000000 15 28.85 >10000000 8 15.38 Total 52 100.00

15

Karakteristik Mentsruasi Contoh Menarche Menarche adalah usia pertama seorang wanita mendapatkan menstruasi. Menarche contoh pada penelitian ini rata-rata berada pada usia 12.56±0.85 tahun (Tabel 8). Sebaran usia menarche contoh keseluruhan dengan jumlah persentase terbesar yaitu pada usia 12 tahun sebesar 42.31%. Berbeda dengan penelitian Carwill et al. (2015) yang menyatakan bahwa rata-rata usia menarche adalah 13.1 tahun. Umumnya usia menarche paling sering terjadi pada usia 13 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada usia 10 sampai 16 tahun (Rajikin 2007). Sama halnya dengan penelitian Devi (2009) bahwa usia menarche sebanyak 80% berada pada kelompok usia antara 12 sampai 15 tahun. Tabel 8 Sebaran contoh penelitian berdasarkan menarche Usia menarche (tahun) n % 11 4 7.69 12 22 42.31 13 20 38.46 14 5 9.62 15 1 1.92 Total 52 100.00 Rata-rata 12.56±0.85 Usia menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi di antaranya adalah kelainan pada organ reproduksi, faktor hormonal, dan penyakit, sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal adalah gizi, pengetahuan diri dan orang tua, serta gaya hidup. Semakin baik konsumsi pangan seseorang, maka usia menarche semakin awal (Lusiana dan Dwiriani 2007). Semakin baik konsumsi pangan seorang anak perempuan dalam diet dan pemenuhan energi serta protein tercukupi akan mendorong pencapaian berat badan dan lemak tubuh, sehingga memiliki kadar leptin yang cukup untuk mendukung terjadinya menarche (Rahayu 2012). Lama Menstruasi Baziad (2005) berpendapat bahwa lama menstruasi pada umumnya berkisar antara 3 sampai 5 hari, dan ada sebagian antara 7 sampai 8 hari, apabila lebih dari 9 hari dianggap tidak normal. Berdasarkan Tabel 9, lama menstruasi contoh penelitian berada pada kisaran 3-9 hari sebanyak 96.15% dan sebesar 3.85% contoh mengalami lama menstruasi tidak normal yaitu lebih dari 9 hari. Lamanya menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lingkungan, lamanya menstruasi ibu, usia, dan ovulasi (Lusiana dan Dwiriani 2007). Contoh penelitian yang memiliki lama menstruasi di atas normal diduga mengalami hipermenorea (menoragia), yaitu perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari waktu normalnya (Simanjuntak 2007).

16

Tabel 9 Sebaran contoh penelitian berdasarkan lama menstruasi Lama menstruasi (hari) n % <3 0 0.00 3-9 50 96.15 >9 2 3.85 Total 52 100.00 Lama Siklus dan Keteraturan Menstruasi Menstruasi berulang setiap bulan dan akhirnya membentuk siklus menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu hari sebelum menstruasi bulan berikutnya. Berdasarkan Tabel 10 contoh penelitian memiliki lama siklus menstruasi antara 25 sampai 30 hari (69.23%). Umumnya siklus menstruasi pada wanita berbeda-beda, dengan varians normal antara 26 sampai 32 hari atau 28 sampai 35 hari (Sarwono 2008). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan lama siklus menstruasi Lama siklus menstruasi (hari) n % <25 15 28.85 25-30 36 69.23 >30 1 1.92 Total 52 100.00 Siklus menstruasi yang tidak teratur merupakan sesuatu hal yang sering dijumpai pada wanita usia reproduksi. Sebanyak 63.46% contoh penelitian menyatakan bahwa menstruasi mereka datang tidak teratur (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran contoh penelitian berdasarkan keteraturan jadwal menstruasi Keteraturan jadwal menstruasi n % Tepat Waktu 19 36.54 Datang Lebih Awal 21 40.38 Datang Terlambat 12 23.08 Total 52 100.00 Wanita yang memiliki periode menstruasi lebih dari 35 hari dan mengalami haid yang tidak teratur atau haid yang sedikit sekali, menandakan bahwa wanita tersebut mengalami oligomenore. Menurut Waryana (2010), oligomenore dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain stres, penyakit kronik, adanya tumor yang meningkatkan produksi estrogen, asupan gizi yang kurang, dan gangguan pola makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia.

Keluhan Sindrom Pramenstruasi Menstruasi tidak hanya keluarnya darah dari vagina, terkadang disertai dengan keluhan atau disebut juga sindrom pramentsruasi (PMS). Sindrom pramenstruasi merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan hilang setelah

17

terjadinya menstruasi, tetapi kadang-kadang berlangsung terus hingga menstruasi selesai. Gejala sindrom pramenstruasi pada setiap wanita berbeda-beda, beberapa wanita mengalaminya tidak secara terus menerus, ada juga yang bulan berikutnya tidak terasa gejalanya (Indusekhar et al. 2007). Berdasarkan suatu studi, jenis keluhan sindrom pramenstruasi yang paling umum terjadi adalah nyeri payudara, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah, dan emosi (Stephenson 2001). Hasil identifikasi keluhan yang banyak dialami remaja putri pada penelitian ini sebanyak 86.54% mengalami sakit kram dibawah perut, 84.62% mengalami lebih emosional, 78.85% mengalami sakit pinggang, dan 73.08% mengalami timbul jerawat. Hasil identifikasi jenis-jenis keluhan yang dialami remaja putri dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan keluhan PMS yang dialami n = 52 Jenis keluhan n % Sakit kram dibawah perut 45 86.54 Sakit kepala/pusing 14 26.92 Mual 5 9.62 Muntah 1 1.92 Sakit pada payudara 25 48.08 Sakit pinggang 41 78.85 Lesu 27 51.92 Jerawat 38 73.08 Lebih emosional 44 84.62 Tingkat keluhan sindrom pramenstruasi digolongkan menjadi 4 kategori, yaitu tidak ada keluhan, ringan, sedang, dan berat (Jones et al. 1996). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 86.54% contoh (Tabel 13) mengalami keluhan sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Utari (2013) dan Luthfiah (2007) bahwa pada remaja putri sebagian besar mengalami jenis keluhan sindrom pramenstruasi tingkat sedang dengan menggunakan metode pengukuran tingkat keluhan yang sama. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Kategori tingkat keluhan n % Tidak ada keluhan 0 0.00 Ringan 3 5.77 Sedang 45 86.54 Berat 4 7.69 Total 52 100.00

Asupan Energi dan Zat Gizi Rata-rata total asupan energi dan zat gizi contoh dihitung dari konsumsi pangan harian. Asupan energi dan zat gizi rata-rata contoh penelitian masih berada dibawah angka kecukupan yang dianjurkan per hari. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk

18

contoh (perempuan usia 15 sampai 17 tahun) adalah sebesar 2 125 kkal per hari. Angka kecukupan protein yang dianjurkan adalah 69 gram dan 59 gram untuk perempuan dengan usia 13 sampai 15 tahun dan 16 sampai 18 tahun. Angka kecukupan lemak yang dianjurkan adalah 71 gram. Angka kecukupan karbohidrat yang dianjurkan adalah 292 gram. Angka kecukupan kalsium yang dianjurkan yaitu 1 200 mg per hari dan untuk angka kecukupan besi yaitu 26 mg per hari. Rata-rata asupan energi per hari pada contoh penelitian adalah sebesar 1 158 kkal, protein 31.24 gram, lemak 39.9 gram, karbohidrat 171.6 gram, kalsium 376.27 mg, dan zat besi 7.62 mg. Angka tersebut masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, nenurut Depkes RI (1996) rata-rata tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh penelitian berada dalam kategori defisit berat (<70% AKG). Asupan kalsium dan zat besi juga masih kurang dari angka yang dianjurkan dan termasuk dalam kategori kurang (<77% AKG) (Gibson 2005). Asupan energi dan zat gizi contoh yang termasuk dalam kategori defisit berat dapat disebabkan oleh ketidakterarutan frekuensi makan, masih banyak contoh yang makan hanya satu atau dua kali saja dalam satu hari. Kualitas dan kuantitas makanannya pun kurang baik. Frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Menurut Khomsan (2004), apabila kita makan hanya satu atau dua kali per hari, secara kuantitas dan kualitas sulit untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Defisiensi juga terjadi diduga disebabkan oleh underestimate yang mungkin terjadi dalam penelitian ini. Banyak contoh dengan daya ingat rendah untuk mengingat kembali makanan yang dikonsumsinya. Hal tersebut merupakan kekurangan dari penilaian konsumsi pangan dengan menggunakan metode food recall. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi Rata-rata Energi dan zat gizi Asupan Tingkat kecukupan (%) Energi (kkal) 1158 53.29 Protein (g) 31.24 49.65 Lemak (g) 39.90 54.62 Karbohidrat (g) 171.60 57.43 Kalsium (mg) 376.27 30.34 Besi (mg) 7.62 28.56

Kebiasaan Konsumsi Fast Food Fast food adalah makanan yang dapat disajikan dalam waktu sesingkat mungkin atau dapat dikonsumsi secara cepat. Menurut Khomsan (2004), fast food adalah makanan yang cukup mempunyai gizi tinggi. Akan tetapi pada umumnya, fast food yang terdapat di pasaran hanya tinggi kalori, lemak, dan natrium, miskin akan sayuran yang mengandung banyak vitamin dan serat. Fast food yang dimaksud adalah fast food modern, seperti fried chicken, french fries, burger, spaghetti, pizza dan lain-lain. Sebagian besar contoh penelitian yaitu 53.85% mengonsumsi fast food dengan frekuensi 1-2 kali/minggu (Tabel 15).

19

Tabel 15 Sebaran contoh penelitian berdasarkan frekuensi konsumsi fast food satu bulan lalu Frekuensi n % >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 8 15.38 1-2 kali/minggu 28 53.85 2 kali/bulan 16 30.77 Tidak pernah 0 0.00 Total 52 100.00 Hasil penelitian menunjukkan frekuensi konsumsi fast food terbanyak adalah pada fried chicken dengan frekuensi 2 kali/bulan sebanyak 57.69%. Rahmadi (2003) menyatakan bahwa jenis fast food yang biasa dikonsumsi oleh konsumen adalah fried chicken, burger, spaghetti, dan french fries (fried chicken adalah menu yang paling diminati konsumen). Ketidakseimbangan zat gizi di dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan setiap hari. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi di dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit dan juga berhubungan dengan terjadinya sindrom pramenstruasi (Nagata et al. 2004). Jenis fast food yang dikonsumsi contoh selama satu bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 2.

Aktivitas Fisik Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier 2004). Rata-rata PAL pada hari sekolah dan hari libur yang dilakukan oleh contoh masing-masing yaitu 1.39 dan 1.50 atau dikategorikan aktivitas ringan. Aktivitas fisik yang rendah pada hari sekolah dikarenakan sebagian besar contoh pergi kesekolah dengan menggunakan transportasi umum seperti angkot atau ojek, olahraga juga jarang dilakukan ketika hari sekolah. Kegiatan di sekolah tidak berat yakni hanya duduk, menulis dan mendengarkan guru mengajar. Ketika istirahat contoh menghabiskan waktu dengan makan bekal yang dibawa dari rumah atau membeli jajanan di kantin sekolah. Sepulang sekolah contoh lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan tidur-tiduran sambil bermain handphone. Rata-rata PAL pada hari libur sedikit lebih tinggi daripada pada hari sekolah. Hal ini terjadi karena pada hari libur, terdapat beberapa contoh yang melakukan aktivitas olahraga seperti badminton dan jogging. Sebagian besar aktivitas fisik contoh yaitu 94.23% termasuk pada kategori ringan dengan rata-rata nilai PAL 1.44±0.18, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kiess et al. (2004) yang menunjukkan bahwa terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik, seperti pergi ke sekolah dengan naik kendaraan, kurangnya aktivitas bermain dengan teman, serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan untuk bermain diluar rumah, sehingga seseorang menjadi lebih senang bermain komputer/games, menonton televisi atau video dibanding

20

melakukan aktivitas fisik. Tabel 16 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik. Tabel 16 Sebaran contoh penelitian berdasarkan tingkat aktivitas fisik Hari sekolah Hari libur Rata-rata Aktivitas fisik n % n % n % Ringan 47 90.38 47 90.38 49 94.23 Sedang 4 7.69 2 3.85 1 1.92 Berat 1 1.92 3 5.77 2 3.85 Total 52 100.00 52 100.00 52 100.00

Hubungan Antar Variabel Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi dengan Sindrom Pramenstruasi Analisis hubungan variabel-variabel seperti asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan zat besi dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Terdapat hubungan yang nyata antara energi dan protein dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Variabel lain menurut hasil uji korelasi tidak memiliki hubungan yang nyata (Tabel 17). Tabel 17 Hasil uji hubungan antar variabel asupan dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Variabel Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Besi (mg)

Tingkat keluhan

r -0.300 -0.282 -0.257 -0.201 -0.047 -0.239

p 0.031* 0.043* 0.066 0.153 0.741 0.088

*Signifikan pada p<0.05 Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara asupan energi dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Berbeda dengan penelitian Utari (2013), bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara asupan energi dengan sindrom pramenstruasi. Penelitian lain menunjukkan bahwa asupan energi dan derajat sindrom pramenstruasi memiliki hubungan, yaitu asupan energi yang tinggi terjadi pada wanita dengan sindrom pramenstruasi berat (Giannini et al. 1985). Perubahan aktivitas selama siklus menstruasi menyebabkan pengeluaran energi pada fase luteal sebagai akibat dari perubahan hormon, sehingga dibutuhkan peningkatan asupan energi. Meningkatnya asupan energi selama fase luteal disebabkan respon dari meningkatnya metabolisme hormon pada fase ini. Asupan protein contoh memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Berbeda dengan penelitian Utari (2013) bahwa antara asupan protein dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi tidak

21

memiliki hubungan yang nyata. Studi lain menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang tinggi protein dengan banyak sayuran dan buah segar sangat disarankan bagi penderita sindrom pramenstruasi (Mira et al. 1988). Tidak terdapat hubungan yang nyata antara asupan lemak dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p>0.05). Risiko kerjadian sindrom pramenstruasi berat dapat terjadi disebabkan oleh konsumsi tinggi lemak (Reed et al. 2008). Penelitian Barnard et al. (2000) menunjukkan wanita kategori sindrom pramenstruasi berat dengan konsumsi lemak tinggi akan menurunkan serum sexhormone yang akan berkaitan dengan konsentrasi globulin sehingga menyebabkan sindrom pramenstruasi. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara asupan karbohidrat dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p>0.05). Asupan karbohidrat contoh ratarata adalah defisit berat. Menurut Apriadi (2008), konsumsi pangan sumber karbohidrat terutama karbohidrat kompleks termasuk biji-bijian, kacangkacangan, dan buah-buahan dapat membantu penurunan sindrom pramenstruasi. Kelebihan estrogen dapat dikurangi dengan mengonsumsi makanan kaya serat. Hasil uji korelasi menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara asupan kalsium dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Berbeda dengan penelitian Utari (2013) bahwa terdapat hubungan nyata antara asupan kalsium dengan sindrom pramenstruasi. Baziad et al. (2005) menjelaskan bahwa defisiensi kalsium dapat meningkatkan keparahan sindrom pramenstruasi. Salah satu fungsi kalsium adalah berperan dalam kontraksi otot. Bila kadar kalsium dalam tubuh kurang, maka otot akan sulit mengendur setelah berkontraksi dan tubuh mengalami kejang/kram (Almatsier 2004). Sehingga asupan kalsium yang cukup diduga akan dapat menurunkan sindrom pramenstruasi terutama menurunkan rasa kram di bawah perut. Hubungan tidak nyata pada penelitian ini dapat disebabkan oleh asupan kalsium contoh yang rata-rata yaitu rendah. Asupan zat besi dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi contoh berdasarkan hasil uji korelasi tidak menunjukkan hubungan yang nyata. Hasil ini didukung oleh penelitian Utari (2013) bahwa asupan zat besi tidak berhubungan dengan sindrom pramenstruasi. Almatsier (2004) mengatakan bahwa salah satu fungsi zat besi adalah sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi tersebut terdapat dalam hemoglobin. Kekurangan zat besi berarti tubuh kita kekurangan hemoglobin dan oksigen yang dapat meningkatkan gejala keluhan sindrom pramenstruasi terutama sakit kepala. Pada penelitian ini, hubungan yang tidak nyata disebabkan oleh rata-rata asupan zat besi contoh yang sama, yaitu mengalami kekurangan zat besi. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Sindrom Pramenstruasi Hasil uji hubungan menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara frekuensi konsumsi fast food dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p>0.05). Kekuatan hubungan antara kedua variabel dapat dilihat melalui besarnya koefisien korelasi (r=0.013). Besarnya koefisien tersebut menunjukan bahwa hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi yaitu sangat lemah dengan arah hubungan positif. Hal ini berarti ada kecenderungan semakin sering frekuensi konsumsi fast food maka kejadian sindrom pramenstruasi akan meningkat. Uji korelasi Spearman juga dilakukan untuk menganalisis hubungan

22

frekuensi konsumsi fast food dengan jumlah keluhan sindrom pramenstruasi, didapatkan hasil bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak nyata (p>0.05). Pada umumnya fast food memiliki kadar lemak yang tinggi. Hasil penelitian Harfika (2015) menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara konsumsi lemak dengan sindrom pramenstruasi. Tidak adanya hubungan yang nyata pada penelitian ini diduga karena variabel yang digunakan adalah fast food secara umum, tidak spesifik menurut jenis atau kandungan zat gizinya, dan juga karena data tingkat keluhan sindrom pramenstruasi contoh yang hampir sama (homogen). Tabel 18 menunjukkan hasil uji hubungan antara variabel jenis keluhan sindrom pramenstruasi dengan frekuensi konsumsi fast food. Tabel 18 Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan frekuensi konsumsi fast food

Variabel jenis keluhan Sakit kram dibawah perut Sakit kepala/pusing Mual Muntah Sakit pada payudara Sakit pinggang Lesu Jerawat Lebih emosional *Signifikan pada p<0.05

Frekuensi konsumsi fast food r p 0.158 0.262 -0.115 0.415 0.164 0.245 0.041 0.771 0.011 0.936 0.091 0.523 0.000 1.000 -0.083 0.557 -0.181 0.198

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara variabel jenis keluhan dengan frekuensi konsumsi fast food (p>0.05). Kekuatan hubungan menunjukkan hubungan yang sangat lemah dan bersifat searah. Hubungan yang searah menunjukkan frekuensi konsumsi fast food yang tinggi maka kejadian terhadap jenis keluhan tertentu juga akan meningkat. Fast food yang tinggi akan kalori, lemak dan natrium, apabila dikonsumsi berlebihan akan menyebabkan risiko kejadian sindrom pramenstruasi. Konsumsi makanan dengan rasa asin, tinggi kalori, dan tinggi lemak selama fase luteal dapat meningkatkan keluhan emosi, depresi, dan kelelahan pada penderita sindrom pramenstruasi (Smith dan Shimp 2000). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi Hasil uji hubungan menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara aktivitas fisik dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p>0.05). Kekuatan hubungan antara kedua variabel dapat dilihat melalui besarnya koefisien korelasi (r=0.014). Besarnya koefisien tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi yaitu sangat lemah dengan arah hubungan negatif, artinya ada kecenderungan semakin tinggi aktivitas fisik maka akan menurunkan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi. Uji korelasi Spearman juga dilakukan untuk menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan jumlah keluhan sindrom pramenstruasi, hasil uji menunjukkan hubungan yang tidak nyata antara kedua

23

variabel (p>0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Aldira (2014) dan Harfika (2015) yang menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi adalah tidak signifikan. Penelitian Tambing (2012) menunjukkan hubungan yang negatif antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Hubungan yang tidak nyata diduga terjadi karena data tingkat keluhan sindrom pramenstruasi dan tingkat aktivitas fisik contoh penelitian hampir seluruhnya adalah sama (homogen). Aktifitas fisik contoh yang termasuk dalam kategori rendah akan meningkatkan kejadian sindrom pramenstruasi. Aktivitas fisik berhubungan dengan beta-endorphin pada fase luteal yang dapat menurunkan perubahan pada hormon reproduksi. Wanita yang mengalami kejadian sindrom pramenstruasi terjadi karena kelebihan hormon estrogen, kelebihan hormon estrogen dapat dicegah dengan meningkatnya hormon endorphin (Samadi et al. 2013). Tabel 19 menunjukkan hasil uji hubungan antara variabel jenis keluhan sindrom pramenstruasi dengan aktivitas fisik. Tabel 19 Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan aktivitas fisik Aktivitas fisik Variabel jenis keluhan r p Sakit kram dibawah perut -0.395 0.004* Sakit kepala/pusing 0.039 0.782 Mual -0.081 0.570 Muntah -0.035 0.807 Sakit pada payudara -0.070 0.623 Sakit pinggang 0.128 0.365 Lesu 0.079 0.576 Jerawat -0.029 0.841 Lebih emosional 0.105 0.457 *Signifikan pada p<0.05 Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan sebagian besar tidak terdapat hubungan yang nyata antara variabel jenis keluhan dengan aktivitas fisik (p>0.05). Hanya jenis keluhan sakit kram di bawah perut yang memiliki hubungan yang nyata dengan aktivitas fisik (p=0.004). Hubungan bersifat negatif artinya semakin rendah aktivitas fisik maka kejadian sakit kram di bawah perut akan meningkat. Aktivitas fisik dapat mengurangi kontraksi otot dan meningkatkan aliran darah, hal tersebut akan membantu menurunkan nyeri pada punggung dan rasa tidak nyaman pada perut (Samadi et al. 2013).

24

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Contoh penelitian sebagian besar memiliki status gizi normal dan uang saku per hari berkisar antara Rp15 000 sampai Rp25 000. Usia menarche contoh penelitian pada usia 11 sampai 15 tahun, lama menstruasi 3 sampai 9 hari, lama siklus menstruasi antara 25 sampai 30 hari, dan keteraturan jadwal menstruasi tidak teatur. Jenis keluhan menstruasi yang banyak dialami contoh penelitian adalah sakit kram di bawah perut (86.54%), lebih emosional (84.62%), sakit pinggang (78.85%), dan timbul jerawat (73.08%). Sebagian besar contoh mengalami keluhan sindrom pramenstruasi tingkat sedang (86.54%). Asupan energi dan zat gizi contoh termasuk dalam kategori defisit tingkat berat. Rata-rata asupan energi 1 158 kkal, protein 31.24 g, lemak 39.9 g, karbohidrat 171.6 g, kalsium 376.27 mg, dan zat besi 7.62 mg. Sebagian besar contoh (53.85%) mengonsumsi fast food dengan frekuensi 1-2 kali/minggu. Frekuensi terbanyak adalah pada jenis makanan fried chicken dengan frekuensi konsumsi 2 kali/bulan. Aktivitas fisik contoh termasuk dalam kategori aktivitas ringan (94.23%). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara asupan energi dan protein dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Tidak terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi konsumsi fast food dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (r=0.013, p=0.927) dan tidak terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi konsumsi fast food dengan jumlah keluhan sindrom pramenstruasi (r=0.005, p=0.971). Arah korelasi positif menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin sering frekuensi konsumsi fast food maka kejadian sindrom pramenstruasi akan meningkat. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (r=0.014, p=0.922) dan tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat aktivitas fisik dengan jumlah keluhan sindrom pramenstruasi (r=0.051, p=0.719). Arah korelasi negatif menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakin tinggi aktivitas fisik maka akan menurunkan kejadian sindrom pramenstruasi.

Saran Perlu adanya peningkatan konsumsi pangan sumber energi dan protein oleh remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi. Pengetahuan gizi pada remaja putri di lokasi penelitian masih kurang, sehingga diperlukan edukasi gizi oleh pihak sekolah untuk menangani masalah kesehatan khususnya keluhan sindrom pramenstruasi. Aktivitas fisik juga perlu ditingkatkan misalnya dengan menambahkan jadwal olahraga di sekolah yang umumnya dilakukan 1 kali setiap minggunya menjadi 3 kali per minggu dengan durasi 30 sampai 60 menit. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengidentifikasi jumlah fast food yang dikonsumsi contoh, serta dapat dilakukan perbandingan antara contoh yang mengalami sindrom pramenstruasi dan contoh yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi.

25

DAFTAR PUSTAKA Aldira CF. 2014 Hubungan aktifitas fisik dan stress dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMA Bina Insani Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Apriadji, WH. 2008. Makanan Sehat untuk Mengatasi Stress dan Depresi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Barnard N, Anthony R, Scialli, Donna Hurlock, Patricia Bertron. 2000. Diet and sex-hormone binding globulin, dysmenorrhea, and premenstrual symptoms. Obstetrics & Gynecology. Vol. 95, No. 2 Baziad A. 2005. Menopause dan Andropause. Jakarta (ID): EGC. Bobak L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta (ID): EGC. Carwill JL, Willet WC, Spegelman D, Hertzmark E, Rich-Edwards J, Frazier AL, Michels KB. 2015. Sugar-sweetened beverage consumption and age at menarche in a prospective study of US girls. Human Reproduction. Vol 30(3), 675-683. Connolly M. 2001. Premenstrual syndrome: an update on definitions, diagnosis and Management. Adv Psychiatr Treat. 7:469-477.doi: 10.1192/apt.7.6.469. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI. Devi M. 2009. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun (Coleus amboinicus lour) untuk menanggulangi keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dickerson LM, Pharm D, Pamela J, Mazyck, Melissa H. 2003. Premenstrual syndrome. American Family Physicians. 67:1743:1752. Elisa PA, Sofwan I. 2012. Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7(2):122-126. Ernawati A. 2006. Hubungan faktor sosial ekonomi, higiene sanitasi lingkungan, tingkat konsumsi, dan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di Kabupaten Semarang tahun 2003 [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. FAO/WHO/UNU. 2001. FAO/WHO/UNU.

Human

Energy

Requirement.

Rome

(IT):

Freeman. 2007. Epidemiology and etiology of premenstrual syndromes [internet]. [diunduh 2015 Maret 11]. Tersedia pada: http://medscape.org/viewarticle/553603. Giannini, A.J., Price, W.A., Loiselle, R.H. and Giannini, M.C. Hyperphagia in premenstrual tension syndrome. J. Clin. Psychiat., 1985;46, 436–437.

26

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York (US): Oxford University Press. Harfika A. 2015. Hubungan aktivitas fisik dan konsumsi pangan sumber lemak dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada mahasiswa IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hurlock EB. 2004. Developmental Psychology. Jakarta (ID): Erlangga. Indusekhar R, SB Usman, S O’Brien. 2007. Psychological aspects of premenstrual syndrome. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynecology. Vol. 21, No. 2, pp. 207-220. Jones L, Derek, Abraham, Suzane. 1996. Every Girl. London (UK): Oxford University Press Inc. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta (ID): Departemen Bina Gizi. Khomsan A. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo Persada. Kiess W, Marcus C, Wabitsch M. 2004. Obesity in Childhood and Adolescence. Basel (CH): Karger AG. Lemeshow S, David J. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan). Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Lusiana dan Dwiriani CM. 2007. Status gizi, konsumsi pangan, dan usia menarche anak perempuan sekolah dasar di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan: 2(3), 26-35. Luthfiah V. 2007. Hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi pada remaja [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Macdougall. 2000. Research digest west. Journal of Medicine. Vol 233. Mira M, P. M Stewart, S. Abraham. 1988. Vitamin and trace element status in premenstrual syndrome. American Journal Clinical Nutrition; 47:636-651 Monks FJ, Konoeks AMP, Haditono SR. 2000. Psikologi Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Nagata C, Hirokawa K, Shimizu N, Shimizu H. 2004. Soy, fat and other dietary factors in relation to premenstrual symptoms in Japanese women. International J Obstetr Gynecol. 111: 594–599. doi: 1 0 .1111/j.14710528.2004.00130.x Napitu N. 1994. Perilaku jajan di kalangan siswa SMA di kota dan pinggiran Jakarta Kota DKI Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurlaela E, Widyawati, Prabowo T. 2008. Hubungan aktivitas olahraga dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 3(1):1,5. Rahayu MB. 2012. Hubungan tingkat konsumsi energi, protein, dan iodium dengan kejadian menarche pada remaja putri di SMP 1 Tegalrejo Kabupaten Magelang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

27

Rahmadi. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian fast food di restoran waralaba ayam goreng di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rajikin MH. 2007. Haid Antara Suka dan Duka. Jakarta (ID): UI Press. Reed SC, Levin SR, Evans SM. 2008. Changes in mood, cognitive performance and appetite in the late luteal and follicular phases of the menstrual cycle in woman with and without PMDD (premenstrual dysphoric disorders). PMC.54 (1): 185-193. Riyadi H. 2003. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat]. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Robert BSW, Williams SR. 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle. 4th Edition. Singapore (SG): Tim McGraw-Hill Book Companies. Inc Ruhana A. 2005. Upaya mengurangi keluhan menstruasi oleh mahasiswa putri TPB IPB tahun 2003/2004 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Samadi Z, Taghian F, Valiani M. 2013. The effect of 8 weeks of regular aerobic exercise on the symptoms of premenstrual syndrome in non-athlete girls. Iran J Nurs Midwifery Res. 18(1): 14-19 Sarwono SW. 2008. Psikologi Remaja Edisi I. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Silverthorn DU. 2006. Human Physiology. United States of America (US): Benjamin Cumming. Simanjuntak, P. 2007. Gangguan Haid dan Siklusnya. Jakarta (ID): Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Simon H. 2003. Premenstrual Syndrome. Associate Professor of Medicine, Harvard Medical School; Physician, Massachusetts General Hospital (US): A.D.A.M. Inc. Smith MA, Shimp LA. 2000. Common Problems in Women’s Health Care International Edition. Singapore (SG): Tim McGraw-Hill Book Companies. Inc Stephenson J. 2001. Fruit extract for PMS. Journal American Medical Association. Vol. 285 No. 6. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Sylvia D. 2010. Sindrom Pra-Menstruasi. Jakarta (ID): Balai Penerbit FKUI. Tambing Y. 2012. Physical activity and premenstrual syndrome in teenagers [tesis]. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University. Utari D. 2013. Hubungan asupan gizi dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putrid di SMA Bina Insani Bogor [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta (ID): Pustaka Rihama.

28

Widyastuti et al. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta (ID): Fitramaya. Wirakusumah ES. 2007. Jus Buah dan Sayuran untuk Menjaga Kesehatan dan Kebugaran. Jakarta (ID): Penebar Plus. Wyatt KP Dimmock, P Jones, M Obhrain, S O’Brien. 2001. Efficacy of estrogen and progesterone in management of premenstrual syndrome: systematic review. British Medical Journal. Vol. 323: 776-780.

29

LAMPIRAN

30

Lampiran 1 Tabel kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR Tabel 20 Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR Kegiatan Tidur (tidur siang dan malam) Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam dan membaca Duduk sambiil menonton TV Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias Makan dan minum Jalan santai Berbelanja (membawa beban) Mengendarai kendaraan Menjaga anak Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) Setrika pakaian (duduk) Kegiatan berkebun Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) Olahraga (badminton) Olahraga (jogging, lari jarak jauh) Olahraga (bersepeda) Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola, dan lain-lain Lampiran 2 Tabel frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya Tabel 21 Frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya Jenis fast food n % Fried Chicken >1 kali/hari 1 1.92 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 2 3.85 1-2 kali/minggu 15 28.85 2 kali/bulan 30 57.69 Tidak pernah 4 7.69 Total 52 100.00 Burger >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 1 1.92 1-2 kali/minggu 8 15.38 2 kali/bulan 22 42.31 Tidak pernah 21 40.38 Total 52 100.00

PAR 1 1.2 1.72 1.5 1.6 2.5 5 2.4 2.5 2.75 1.7 2.7 1.3 1.6 4.85 6.5 3.6 7.5

31

Tabel 21 Frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya (lanjutan) Jenis fast food n % Spaghetti >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 1 1.92 1-2 kali/minggu 9 17.31 2 kali/bulan 22 42.31 Tidak pernah 20 38.46 Total 52 100.00 French Fries >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 3 5.77 1-2 kali/minggu 18 34.62 2 kali/bulan 19 36.54 Tidak pernah 12 23.08 Total 52 100.00 Pizza >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 0 0.00 1-2 kali/minggu 5 9.62 2 kali/bulan 25 48.08 Tidak pernah 22 42.31 Total 52 100.00 Hotdog >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 0 0.00 1-2 kali/minggu 2 3.85 2 kali/bulan 12 23.08 Tidak pernah 38 73.08 Total 52 100.00 Chicken nugget >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 2 3.85 1-2 kali/minggu 4 7.69 2 kali/bulan 2 3.85 Tidak pernah 44 84.62 Total 52 100.00 Ice Cream >1 kali/hari 0 0.00 1 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 2 3.85 1-2 kali/minggu 10 19.23 2 kali/bulan 3 5.77 Tidak pernah 37 71.15 Total 52 100.00

32

Tabel 21 Frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya (lanjutan) Jenis fast food n % Salad >1 kali/hari 0 0.00 kali/hari 0 0.00 3-6 kali/minggu 0 0.00 1-2 kali/minggu 2 3.85 2 kali/bulan 0 0.00 Tidak pernah 50 96.15 Total 52 100.00 Lampiran 3 Uji korelasi Spearman antara frekuensi konsumsi fast food dengan PMS Correlations

Spearman's rho Frekuensi Konsumsi Correlation Coefficient Fast Food

Frekuensi Konsumsi

Tingkat

Fast Food

Keluhan PMS

1.000

.013

.

.927

52

52

Correlation Coefficient

.013

1.000

Sig. (2-tailed)

.927

.

52

52

Sig. (2-tailed) N

Tingkat Keluhan PMS

N

Correlations Frekuensi Konsumsi

Jumlah PMS

Fast Food Spearman's rho Frekuensi Konsumsi Correlation Coefficient Fast Food

1.000

.005

.

.971

52

52

Correlation Coefficient

.005

1.000

Sig. (2-tailed)

.971

.

52

52

Sig. (2-tailed) N

Jumlah PMS

N

33

Lampiran 4 Uji korelasi Spearman antara tingkat aktivitas fisik dengan PMS Correlations Aktifitas Fisik Tingkat Keluhan PMS Spearman's rho

Aktifitas Fisik

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Tingkat Keluhan PMS

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

1.000

-.014

.

.922

52

52

-.014

1.000

.922

.

52

52

Correlations Aktifitas Fisik Spearman's rho

Aktifitas Fisik

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Jumlah PMS

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Jumlah PMS

1.000

-.051

.

.719

52

52

-.051

1.000

.719

.

52

52

34

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 17 Agustus 1994. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan ayahanda Dadang Hidayat dan ibunda Nina Rahmawati. Penulis menempuh pendidikan formal, yaitu di RA Ad-Da’wah dan lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Cisaat Gadis dan lulus pada tahun 2006. Penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cisaat dan lulus pada tahun 2009. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2012 di SMA Negeri 3 Sukabumi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi, yaitu sebagai pengurus HIMAGIZI Divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa periode 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga sempat mengikuti kepanitian di bidang gizi yaitu pada acara Nutrition Fair 2014 yang diselenggarakan oleh HIMAGIZI. Pada bulan Juli-Agustus 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata berbasis Profesi (KKN-P) di Desa Cijolang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penulis juga mengikuti Praktik Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi pada bulan September-Oktober 2015.