HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN LOW BACK PAIN DISABILITY

Download excessive time may exacerbate low back pain disability, otherwise appropriate ... diperoleh dengan menggunakan kuesioner Modified Oswestry ...

0 downloads 398 Views 374KB Size
Prosiding Pendidikan Dokter

ISSN: 2460-657X

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Low Back Pain Disability 1

Sherly Nurazizah, 2 Widayanti, 3Dadang Rukanta 1,2,3 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116 1 e-mail: [email protected], [email protected], 3 [email protected]

Abstract: Physical activity is one of important effort to keep our body healthy and fit. There are so many of physical activities, one that capable of raising body fitness is exercise. Beside time and expenses, recsent technology development is one factor of decreasing physical activity. Lifestyle, sedentary position while work, or lower physical activity has increasing risk of having low back pain disability, usually found at age 25 to 50 years old. Exercise needs to consider of type and time, inappropriate type or excessive time may exacerbate low back pain disability, otherwise appropriate time and type of exercise would decreas the risk of low back pain disability. Research purpose is to observe connection of exercise habit and low back pain disability risk to civil servant at Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta office. This research is observational analytic with cross sectional approach. Low back pain disability data has gained by Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire. Analysis by Fisher’s Exact Test, amount of respondent are appropriate with inclusion criteria. The research result shows that subject at well-exercise group has minimal low back pain disability (100%), and at non-exercise group found 7 respondent having moderate low back pain disability (11,67%). According to the statistic result there is connection between exercise habit and low back pain disability (p = 0,011) Key Words: Exercise, Low Back Pain, PNS Abstrak. Aktivitas fisik merupakan salah satu upaya yang penting untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan atau kebugaran jasmani. Salah satu bentuk dari aktivitas fisik yaitu olahraga. Perkembangan teknologi saat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas fisik, selain masalah waktu dan biaya. Seseorang dengan gaya hidup duduk terus menerus saat bekerja atau kebiasaan aktivitas fisik yang rendah (sedentary) memiliki risiko mengalami low back pain yang biasa di rasakan pada usia 25-50 tahun. Olahraga perlu memperhatikan jenis dan waktu, karena dengan waktu yang berlebihan dan jenis yang tidak tepat dapat memperburuk dari low back pain disability, ketika dilakukan dengan waktu dan jenis yang tepat dapat mengurangi dari risiko low back pain disability. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan olahraga dengan risiko low back pain disability pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Data Low Back Pain Disability diperoleh dengan menggunakan kuesioner Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire. Analisis data menggunakan tes Fisher’s exact dengan jumlah responden sesuai dengan kriteria inklusi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa subjek penelitian pada kelompok yang berolahraga seluruhnya mengalami derajat low back pain disability minimal (100%), dan pada kelompok yang tidak berolahraga ditemukan 7 orang yang mengalami derajat low back pain disability moderate (11,67%). Berdasarkan hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan low back pain disability pada subjek penelitian (p = 0,011) Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan low back pain disability. Kata Kunci : Olahraga, Low Back Pain, PNS

A.

Pendahuluan Hidup sehat merupakan harapan setiap orang. Aktivitas fisik atau olahraga merupakan salah satu upaya yang penting untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan

968

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Low Back Pain Disability

| 969

atau kebugaran jasmani. Aktivitas fisik adalah kegiatan dalam kehidupan yang tidak hanya melibatkan aspek jasmani, tetapi juga aspek rohani dan aspek sosial.1 Perkembangan teknologi saat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas fisik, selain masalah waktu dan biaya. Seseorang dengan gaya hidup duduk terus menerus saat bekerja atau kebiasaan aktivitas fisik yang rendah (sedentary) memiliki risiko mengalami gangguan kesehatan yang lebih tinggi.2 Di Indonesia saat ini terjadi peningkatan penyakit degeneratif yang diakibatkan penurunan aktivitas fisik. Beberapa penyakit degeneratif kini bisa terjadi pada usia yang lebih muda yaitu penyakit jantung koroner, overweight, obesitas, kolesterol, hipertensi, diabetes melitus, kanker usus, depresi, dan osteoporosis.3 Manfaat olahraga salah satunya sebagai jalan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki postur tubuh. Postur tubuh merupakan salah satu faktor risiko untuk timbulnya nyeri di bagian punggung bawah atau Low Back Pain (LBP).4 LBP merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal akibat aktivitas tubuh yang kurang baik, yang biasanya di rasakan pada usia 25-50 tahun.5Di Indonesia, prevalensi LBP belum diketahui pasti, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia 65 th mengalami LBP laki-laki 10,2% sedangkan pada wanita 13,6%8. Penelitian yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI) menyatakan 14 rumah sakit pendidikan Indonesia pada bulan Mei tahun 2002 jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang ( 25% dari total kunjungan ), dimana 1.589 orang ( 35,86% ) penderita LBP.8 Faktor risiko yang berpotensi untuk terjadinya LBP adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, merokok, riwayat cedera punggung, dan riwayat keluarga.8 Penyebab yang paling umum dari LBP ialah peregangan otot serta bertambahnya usia yang menyebabkan intensitas olahraga dan intensitas bergerak semakin menurun.7 Menurut World Health Organization (WHO), LBP merupakan ketidaknyamanan yang sering dikeluhkan oleh pegawai kantoran. Pegawai kantoran mempunyai risiko terkena LBP karena 6 jam waktu bekerja, dengan aktivitas seperti menggunakan komputer disebagian waktu kerja, memasukan data, dan mengangkat telepon. Aktivitas tersebut membuat pegawai kantoran untuk duduk dalam waktu yang lama sehingga risiko untuk terjadinya LBP meningkat.5 Aktivitas fisik yang teratur mengakibatkan terjadinya dua perubahan yang bisa diinduksi diserat otot yaitu, dalam kapasitas dari sintesis ATP dan perubahan diameternya. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, faktor risiko akan meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup seperti kebiasaan berolahraga masyarakat yang mulai menurun dan jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga (sedentary).6 Pada tahun 2003 WHO melaporkan bahwa gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder) adalah penyakit akibat kerja yang sering terjadi dan diperkirakan mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005, 40,5% pekerja di Indonesia yang menderita gangguan kesehatan berhubungan dengan pekerjaan dan diantaranya adalah gangguan otot rangka sebanyak 16% yang dapat terjadi dibagian tubuh seperti pinggang, leher, bahu, siku, lengan dan pergelangan.9 Faktor pekerjaan yang mempengaruhi gangguan otot rangka seperti, gerakan berulang, gerakan dengan tenaga kuat, penekanan, posisi kerja yang menetap atau tidak ergonomis, sehingga dapat menyebabkan inflamasi pada tendon dan sendi yang

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

970 |

Sherly Nurazizah, et al.

mengakibatkan penekanan, kerusakan pada saraf yang menimbulkan keluhan nyeri, kesemutan, dan kelemahan.10 Faktor pekerjaan merupakan masalah utama pada ergonomi, prinsip ergonomi yang sangat berkaitan erat dengan low back pain ialah bekerja dalam posisi atau postur netral terutama bagian back, tempatkan sesuatu dalam jangkauan, bekerja dengan tinggi yang sesuai dan dengan mengatur jarak. Dari hasil rekam medis RSUD Raden Mattaher Jambi yang diperoleh pada tahun 2011 pasien yang mengalami LBPsebanyak 449%, sedangkan untuk data rekam medis periode Januari - Oktober 2012 diperoleh kasus LBP 683 pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Effenciosa menunjukan bahwa faktor risiko yang berpotensi untuk terjadinya LBP adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, merokok, riwayat cedera punggung, dan riwayat keluarga. LBP paling banyak terjadi pada usia 45-60 tahun dan kebanyakan pasien bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 38,8% yang berkaitan dengan posisi duduk lama dan statis pada saat bekerja.8 Penelitian – penelitian diatas menunjukan bahwa tingginya angka kejadian LBPyang berkaitan dengan menurunnya aktivitas fisik dengan posisi duduk lama dan statis, sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Purwakarta tentang hubungan kebiasaan olahraga dengan risiko low back pain disability pada Pegawai Negeri Sipil laki-laki di Kantor Pemereintah Daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2015. B.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan studi crosssectional menggunakan pengumpulan data dengan kuesioner untuk menilai hubungan kebiasaan olahraga dengan risiko low back pain disability pada Pegawai Negeri Sipil laki-laki di kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2015. Bahan penelitian ini diambil secara langsung dengan menggunakan kuesioner untuk menilai hubungan kebiasaan olahraga dengan low back Pain disability pada Pegawai Negeri Sipil laki-laki di kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2015. Penelitian ini dilakukan terhadap 60 orang Pegawai Negeri Sipil laki-laki di Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purawakarta tahun 2015. Subjek penelitian terdiri dari 30 orang kelompok yang berolahraga dan 30 orang kelompok yang tidak berolaharaga. Sampel tersebut telah memenuhi kriteria inklusi seperti Pegawai Negeri Sipil laki-laki, PNS yang bersedia mengisi kuesioner secara lengkap, usia 25 – 50 tahun, sudah bekerja sebagai PNS > 1 tahun, PNS yang melakukan weight bearing exercise yaitu jogging, jalan kaki, lari cepat, baseball, sepak bola, basket, tenis, karate, voli, dan aerobik. Subjek yang mengalami low back pain, dan kriteria eksklusi yang telah ditentukan dengan jumlah sampel yang lebih besar dari jumlah sampel minimal. C.

Hasil Penelitian Proporsi kejadian LBP Disability pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2015 dapat dijelaskan pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 1 Proporsi Low Back Pain Disability

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Low Back Pain Disability

Disabilitas LBP

Frekuensi

Persentase

Minimal

53

88,33

Moderate

7

11,67

Total

60

100

| 971

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa kejadian LBP Disability dari total 60 orang subjek terdapat 7 orang yang mengalami LBP Disability moderate dengan presentase 11,67 %. Sebagaian besar mengalami LBP Disability minimal dengan presentase 88,33%. Hubungan antara LBP Disability dengan kebiasaan olahraga pada Pegawai Negeri Sipil laki – laki di Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta dapat dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 2 Hubungan antara disabilitas LBP dan olahraga Olahraga

Low Back Pain Disability

Total

P*

Minimal

Moderate

(n)

(n)

Ya

30

0

30

88,33

Tidak

23

7

30

11,67

Total

53

7

60

100,00

(%) 0,011

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa kelompok yang berolahraga seluruhnya mengalami LBP Disability derajat minimal , sedangkan pada 7 orang dari kelompok yang tidak berolahraga mengalami LBP Disability derajat moderate. Dari hasil analisis statistik menurut fisher’s exact test tampak bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara olahraga dengan LBP Disability, dengan nilai p < α yaitu sebesar 0,011. Seberapa besar kekuatan hubungannya tidak bisa dinilai, karena Risk Ratio (RR) tidak bisa menilai sel yang bernilai 0. D.

Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang Pegawai Negeri Sipil laki-laki di kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta tahun 2015 dengan 30 orang kelompok yang berolahraga dan 30 orang kelompok yang tidak berolahraga, didapatkan bahwa pada 30 orang kelompok yang tidak berolahraga terdapat 7 orang yang mengalami LBP Disability moderate (11,67%)sedangkan pada seluruh kelompok yang berolahraga mengalami LBP disability minimal (100%), dan terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan LBP Disability dengan nilai P 0,011 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang diadakan di Swedia pada tahun 1999, didapatkan bahwa individu yang mengalami Low Back Pain sering mengeluhkan beban fisik yang berat pada saat bekerja dengan lebih sedikit aktivitas fisik di waktu senggang.

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

972 |

Sherly Nurazizah, et al.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Effenciosa menunjukan bahwa faktor risiko yang berpotensi untuk terjadinya LBP adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, merokok, riwayat cedera punggung, dan riwayat keluarga. LBP paling banyak terjadi pada usia 45-60 tahun dan kebanyakan pasien bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 38,8% yang berkaitan dengan posisi duduk lama dan statis pada saat bekerja.8 Penelitian tersebut sesuai teori bahwaLow Back Pain merupakan masalah kesehatan yang sangat umum dapat menyebabkan pembatasan aktivitas sehingga menjadi tidak produktif yang bisa menyebabkan beban ekonomi yang sangat besar bagi individu, masyarakat, maupun pemerintah. Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010 Study, dari 291 penyakit yang diteliti LBP merupakan penyumbang terbesar kecacatan global, yang diukur melalui years lived with disability (YLD), serta menduduki peringkat keenam dari total beban secara keseluruhan, yang diukur dengan the disability adjusted life year (DALY).11 Menurut World Health Organization (WHO), LBP merupakan ketidaknyamanan yang sering dikeluhkan oleh pegawai kantoran. Pegawai kantoran mempunyai risiko terkena LBP karena 6 jam waktu bekerja, dengan aktivitas seperti menggunakan komputer disebagian waktu kerja, memasukan data, dan mengangkat telepon. Aktivitas tersebut membuat pegawai kantoran untuk duduk dalam waktu yang lama sehingga risiko untuk terjadinya LBP meningkat.5 Jam kerja yang lama pada Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, jam kerja pada hari Senin sampai hari Kamis untuk jam masuk kerja mulai pukul 07.30 - 16.00 waktu setempat dan pada hari Jumat jam masuk kerja pukul 07.30 dan jam pulang kerja 16.30 waktu setempat.10 Faktor pekerjaan yang mempengaruhi gangguan otot rangka seperti, gerakan berulang, gerakan dengan tenaga kuat, penekanan, posisi kerja yang menetap atau tidak ergonomis, dapat menyebabkan inflamasi pada tendon dan sendi yang mengakibatkan penekanan, kerusakan pada saraf yang menimbulkan keluhan nyeri, kesemutan, dan kelemahan.10Prinsip ergonomi yang sangat berkaitan erat dengan low back pain ialah bekerja dalam posisi atau postur netral terutama bagian back, tempatkan sesuatu dalam jangkauan, bekerja dengan tinggi yang sesuai dan dengan mengatur jarak.12 Manfaat olahraga salah satunya sebagai jalan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki postur (posisi) tubuh. Postur dibentuk oleh arsitektur otot, tulang, ligamen dan syaraf yang membentuk dan mengontrol tubuh ketika berdiri, duduk ataupun bergerak menjaga keseimbangan, pola, kompensasi dan adaptasi.13 Aktivitas fisik termasuk kategorik teratur ketika aktivitas fisik tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Streching dalam aktivitas fisik berguna untuk meregangkan otot – otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke dalam otot sehingga dapat menyebabkan keluhan otot. Sesuai dengan aktivitas yang dilakukan, perubahan dapat terjadi pada serat otot yang memungkinkan untuk berespon secara efisien pada berbagai jenis kebutuhan pada otot. Dua perubahan yang bisa diinduksi di serat otot yaitu, kapasitas sintesis ATP dan perubahan diameternya. Latihan ketahan olahraga dapat meningkatkan potensi oksidatif otot, sedangkan latihan kekuatan (resistance) meningkatkan fungsi myofibrilar otot.14 Selain memperbaiki postur tubuh, olahraga sebagai salah satu penatalaksanaan pada LBP dengan physical therapy dapat mengkontrol nyeri dan proses inflamasi, perbaikan joint, memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot, memperbaiki kondisi

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Low Back Pain Disability

| 973

umum kardiovaskular, merencanakan program olahraga.15Strengthening dan sretching, dapat menurunkan nyeri, disabilitas, secondary physical deconditioning dan waktu cuti pekerja yang mengalami Low Back Pain. Terapi latihan yang dilakukan sedini mungkin dengan program terapi latihan yang bertahap, teratur, dan baik dapat membantu membentuk kekuatan otot, fleksibilitas, stabilitas, keseimbangan dan relaksasi otot serta meningkatkan kemampuan fungsional.16 D.

Kesimpulan Terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan low back pain disability.

Daftar Pustaka Y.S.Santosa G. 2007. Kesehatan Olahraga ( Sports Medicine). Olahraga K, Jasmani GP, Gizi A, et al. Maret R, Desi Natalia T.I. 2012. Gangguan Body Image dihubungkan dengan Aktivitas Olahraga pada Mahasiswa Obesitas: Journal STIKES Hasibuan R, Sederhana T, Gejala M, Degeratif P. Rosmaini Hasibuan. 2010. Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeratif. JournalIlmu Keolahragaan Putri P, Amin H. 2010. Effects THE, Body OF, Position B, Development IN, Low OF, Pain B: Universitas Diponegoro Lolong J. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Low Back Pain Terhadap Tingkat Pengetahuan Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado: Journal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DEPKES RI. 2010: Riset Kesehatan Dasar. Umami AR, Hartanti RI, S ADP. 2014. Hubungan antara Karakteristik Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah ( Low Back Pain ) Pada Pekerja Batik Tulis ( The Relationship Among Respondent Characteristic and Awkward Posture with Low Back Pain in Batik Workers ) Lubis. 2002. Epidemiologi nyeri punggung bawah. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan. Penyakit Otot Rangka Akibat Kerja Tana L, Delima, Tuminah S. 2009. Hubungan Lama Kerja dan Posisi Kerja dengan Keluhan Otot Rangka Leher dan Ektremitas atas pada Pekerja Garmen Perempuan di Jakarta Utara: Jakarta. Buletin Meilani P.N, Ezra O.L, Eri S. 2015. Prevalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anastesi Perioperatif

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

974 |

Sherly Nurazizah, et al.

MacLeod D. 2000. The Rules Of Work. Florida: CRC Press Fauzia A. 2015. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers: J MAJORITY, Vol. 4 Wiarto G. 2013. Respon Fisiologis sistem Muskuloskeletal. Fisiologi dan Olah Raga. Edisi Pertama: Yogyakarta. Graha Ilmu Widya P. 2015. Peranan Magnetic Resonance Imaging dalam Diagnosis Nyeri Punggung Bawah Kronik Nancy Hamilton, Weimar W, Luttgens K. 2008. Kinesiology Scientific Basis of Human Motion: McGraw-Hill

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)