HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN

Download frekuensi dan status keterpaparan asap rokok terhadap lama amenorhoe laktasi di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara. Kondisi diatas terj...

0 downloads 434 Views 283KB Size
HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN LAMA AMENORHOE LAKTASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GALESONG UTARA

THECORRELATION BETWEEN THE EKSLUSIVE BREASTFEEDING AND THE DURATION OF THE AMENORHOE LACTATION AT TE WORK REGION OF NORTH GALESONG COMMUNITY HEALTH CENTER Anisa Fitrianti, M.Tahir Abdullah, dan Syamsiar Russeng

1

2

Bagian Kebidanan Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar Bagian Kesehatan Reproduksi dan Keluarga, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas 3 Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas

Alamat Korespondensi: Anisa Fitrianti Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar HP : 085399861011 Email : [email protected]

Abstrak Penelltian ini bertujuan mengetahui hubungan lama pemberian ASI eksklusif dengan lama amenorhoe laktasi di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara.Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Galesong Utara Kabupaten Takalar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Jumlah sampel 160 responden. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan Kaplan meerdan multivariai: dengan Cox Proportional Hazard.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan antara pembenan ASI eksklusif dengan lama amenorhoe laktasi dengan nilai p=0,000. Ibu yang membenkan ASI ekskiusif memiliki median lama amenorhoe laktasi selama empat bulan, sedangkan ibu yang memberikan ASI tidak eksklusif memiliki median amenorhoe laktasi selama dua bulan. Hasil analisis lanjut menunjukkan variabel yang nyata berbeda dalam mempengaruhi lama amenorhoe laktasi adalah lama pemberian ASI eksklusif dan frekuensi menyusui, semakin lama dan semakin sering ibu menyusui akan memiliki masa amenorhoe lebih lama. Kata kunci : Amenorhoe, menyusui, eksklusif. Abstract This research aimed to investigate the correlation between the exclusive breastfeeding and the duration of the amenorhoe lactation at the work region of North Galesong Community Health Center (CMC), Takalar Regency.The research type used was the Analytical-Observational research with the design of cross-sectional study. The total number of samples was 100 respondents. The data were analyzed by using Kaplan Meier univariate, bi-variate, and multivariate analyses with Cox Proportional Hazard.The research result revealed that there was a correlation between the exclusive breastfeeding and the duration of the Amenorhoe lactation (p = 0.000). The mother who breastfed exclusively would have a 4 month-median of amenorhoe lactation, while the mother who did not exclusively breasrfeed would have only a 2 month-median of amenorhoe lactation. The result of the further analysis indicated that the variables which affected the duration of the amenorhoe lactation in a different way was the exclusive breastfeeding and the frequency of the breastfeeding: viz the longer and the more frequent a mother breastfed, the longer the duration of the amenorhoe lactation. Keywords: amenorhoe,breastfeed,exclusive

PENDAHULUAN ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Menurut WHO (2009), ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada tahun 2006 pemerintah Indonesia mentargetkan minimal 80% bayi di Indonesia disusui secara eksklusif. Namun pada kenyataan, hanya 56,2% anak kurang dari enam bulan mendapatkan ASI eksklusif. Bahkan menurut Depkes (2007), hanya 32% anak kurang dari enam bulan mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan median lama pemberian ASI eksklusif diantara anak yang lahir 3 tahun sebelum survei adalah 0,7 bulan ()Kembalinya siklus menstruasi setelah persalinan merupakan salah satu indikator kembalinya kemampuan reproduksi, tetapi terjadinya mentruasi tidak selalu berarti terjadi ovulasi. Pemberian ASI eksklusif mengharuskan bayi disusui secara on demand. American Academy of Ped/africs/AAP, 1997) merekomendasikan frekuensi menyusui perhari (24 jam) sebanyak 8-12 kali dengan durasi menyusui selama 10-15 menit untuk tiap payudara (Mtawali.,1997). Isapan bayi yang terus menerus akan meningkatkan kadar hormon prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi tersebut akan berefek pada hipotalamus dan ovarium. Di hipotalamus akan terjadi sekresi beta-endorphin, yang akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH dan mengakibatkan rendahnya kadar FSH dan LH.. Dengan demikian, semakin tinggi frekuensi menyusui maka semakin banyak sekresi beta-endorphin, sehingga durasi amenorrhea laktasi akan semakin lama (Livingstone et al.,1995) Menurut (Jihong et a.,l 2006), merokok dapat mempengaruhi kadar hormon pada wanita. Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menstruasi terdapat pada ibu primipara. Paritas memiliki hubungan negatif dengan lama amenorrhea menstruasi dengan risiko relatif sebesar 0,88 (95%CI: 0,83-0,94). Dengan demikian, tiap kenaikaan satu kelahiran risiko untuk terjadi menstruasi kembali menurun sebesar 12% (P=0,001) (Karim.,2002). Kembalinya menstruasi pada ibu yang berumur diatas 30 tahun lebih lama 27% dibandingkan ibu yang berumur dibawah 20 tahun. Umur ibu memiliki hubungan negatif dengan kembalinya massa menstruasi dengan risiko relatif sebesar 0,98 (P=0,01). Dengan demikian, semakin bertambah usia maka risiko untuk mengalami menstruasi kembali turun sebesar 2%.

Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk memberi pengaruh positif terhadap perkembangan anak didik, dengan cara memberikan pengalaman dan pengetahuan semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, semakin banyak pengetahuannnya. Hal ini mengakibatkan semakin terbuka dan tanggap mereka terhadap ide-ide serta tata cara kehidupan baru,termasuk tata cara pemberian ASI sebagai salah satu metode kontrasepsi untuk memperpanjang lama menstraasi (Irawati et al.,1996) Lama bekerja terkait dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik mampu menurunkan kadar FSH yang akan mengakibatkan siklus menstraasi lebih panjang. Penelitian (Yan., 2003), wanita yang melakukan aktivitas fisik 4 jam atau lebih, memiliki siklus menstraasi yang lebih panjang dibandingkan wanita yang tidak melakukan aktivitas fisik dengan OR sebesar 0,36 (95%CI: 0,180,74). Selain pemberian ASI eksklusif, faktor lain yang dapat mempengaruhi kembalinya siklus menstruasi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal, stress (kondisi mental emosional), perilaku merokok dan pekerjaan (Yan Liu.,2003). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama pemberian ASI Ekslusif dengan lama amenorhoe Laktasi setelah dikontrol oleh factor ibu dan factor keluarga.

METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain “Studi potong lintang” (Crossectional Study) yang merupakan salah satu jenis rancangan penelitian yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis rancangan penelitian observasional. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi umur 0-11 bulan. Penarikan sampel dipilih dengan cara stratified proportional random sampling. Jumlah sampel 160 responden.

Pengumpulan data Sumber data penelitian yaitu data primer yang merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung melalui wawancara menggunakan kuesioner dan data sekunder, diperoleh dari data Rekam Medik Puskesmas. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bertujuan melihat gambaran distribusi variabel, Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya perbedaan antara variable independen denga variable dependen dengan menggunakan metode life table. Tujuan analisis multivariabel adalah untuk melihat hubungan variabel-variabel independen dengan variabel dependen secara bersama-sama. Teknik analisis survival yang digunakan adalah Cox Regresion metode enter untuk mengetahui pengaruh pola pemberian ASI terhadap amenorrhea laktasi setelah dikontrol oleh faktor ibu dan faktor keluarga.

HASIL Analisis Univariat Lama amenorhoe laktasi adalah jumlah bulan dari persalinan sampai survey dilakukan, dimana perhitungannya sama dengan usia bayi, dari (tabel.1) terlihat bahwa rata-rata lama Amenrhoe laktsai responden kurang dari 6 bulan yaitu sebanyak 85%. Analisis Bivariat Hasil analisis bivariat lama pemberian ASI eksklusif dengan lama amenorhoe memperlihatkan nilai p = 0,000(signifikan), ini berarti ada perbedaan lama amenorhoe pada ibu yang memberikan ASI Ekslusif dan yang tidak memberikan ASI Ekslusif. Frekuensi menyusui memperlihatkan nilai p = 0,000 (signifikan), ini berarti ada perbedaan lama amenorhoe menurut Frekuensi menyusui. Status keterpaparan asap rokok memperlihatkan nila p = 0,001 (signifikan), ini berarti ada perbedaan lama amenorhoe menurut frekuensi menyusui (Tabel .2). Hasil analisis bivariat pendidikan terhadap lama amenorhoe laktasi memperlihatkan nilai p = 0,518 (tidak signifikan), ini berarti tidak ada perbedaan Lama Amenorhoe menurut pendidikan ibu. Umur memperlihatkan nilai p = 0,992 (tidak signifikan), tidak ada perbedaan Lama amenorhoe menurut umur ibu. Paritas memperlihatkan nilai p = 0,760 (tidak signifikan), ini berarti tidak ada perbedaan Lama amenorhoe menurut paritas ibu. Pekerjaan memperlihatkan nilai p = 0,422 (tidak signifikan), ini berarti tidak ada perbedaan Lama amenorhoe menurut pekerjaan ibu.

Analisis Pengaruh secara Multivariat lama Pemberian ASI dengan lama Amemnorhhoe laktasi setelah dikontrol oleh factor ibu dan keluarga Hasil analisis multivariat memperlihatkan bahwa dari kedelapan variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap lama pemberian ASI ekslusif dan lama amenorhoe adalah variabel frekuensi menyusui dan status keterpaparan asap rokok. Hasil analisis lama Amenorhoe menggunakan metode Cox Proportional Hazard pada variabel independen, menunjukkan bahwa variabel yang nyata berbeda dalam mempengaruhi lama amenorhoe laktasi adalah lama pemberian ASI eksklusif dan frekuensi menyusui,Dimana dengan tingkat keyakinan 95% (Tabel.3).

PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara lama pemberian ASI, frekuensi dan status keterpaparan asap rokok terhadap lama amenorhoe laktasi di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara. Kondisi diatas terjadi karena pemberian ASI eksklusif dan isapan bayi yang terus menerus akan meningkatkan kadar hormon prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi tersebut akan berefek pada hipotalamus dan ovarium. Di hipotalamus akan terjadi sekresi betaendorphin, yang akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH dan mengakibatkan rendahnya kadar FSH dan LH. Sedangkan di ovarium tidak terjadi fase folikuler dan tidak terjadi sintesis estrogen. Sehingga, siklus menstruasi akan terhambat. Sintesis estrogen akan dimulai secara bertahap sejak bulan ke 4 postpartum pada wanita yang memberikan ASI kepada bayinya. Tetapi, keadaan ini bervariasi antara ibu menyusui yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, semakin tinggi frekuensi menyusui maka semakin banyak sekresi beta-endorphin, sehingga durasi amenorrhea laktasi akan semakin lama (Karim, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Louks menunjukkan bahwa bayi yang menghisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, lama menyusu lebih dari 60 menit per 24 jam dan menyusu pada malam hari, merupakan faktorfaktor penting dalam menunda ovulasi. Ovulasi akan tertunda lebih dari 10 minggu selama masa laktasi, asalkan frekuensi, intensitas dan kebutuhan bayi diperhatikan. World Health Organization (WHO) mengakui bahwa Metode Amenorea Laktasi (MAL) memang layak diperhitungkan sebagai salah satu metode kontrasepsi). Makin sering bayi menghisap ASI, makin lama kembali/tertundanya menstruasi. Jika menstruasi telah terjadi, angka konsepsi tetap lebih rendah pada ibu yang menyusui dibandingkan

ibu yang tidak menyusui. Ibu yang sedang menyusui umumnya tidak akan mengalami ovulasi untuk 4-24 bulan setelah melahirkan, sedangkan ibu yang tidak menyusui dapat mengalami ovulasi 1-2 bulan setelah melahirkan (Jones et.al 2003). Rokok memiliki kandungan yang dapat mempengaruhi aktivitas hormon yang pada akhirnya akan mempengaruhi siklus menstruasi. Menurut Windham et al (2009), merokok dapat mempengaruhi kadar hormon pada wanita. Perokok berat (10 batang/hari) memiliki kadar steroid 25% - 35% lebih tinggi dibanding wanita bukan perokok. Perokok berat juga memiliki kadar progresteron yang lebih rendah. Pada siklus menstruasi, perokok berat memiliki kadar FSH 30%-35%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jhong Liu et al (2006), Rokok memiliki kandungan yang dapat mempengaruhi aktivitas hormon yang pada akhirnya akan mempengaruhi siklus menstruasi. merokok dapat mempengaruhi kadar hormon pada wanita. Perokok berat (10 batang/hari) memiliki kadar steroid 25% - 35% lebih tinggi dibanding wanita bukan perokok. Perokok berat juga memiliki kadar progresteron yang lebih rendah. Pada siklus menstruasi, perokok berat memiliki kadar FSH 30%35%.

KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat hubungan lama pemberian ASI dengan lama amenorhoe laktasi di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara. Semakin lama dan semakin sering ibu menyusui akan memiliki masa amenorhoe lebih lama. Oleh karena itu, BKKBN perlu meningkatkan promosi metode kontrasepsi lain disamping metode LAM.

DAFTAR PUSTAKA Afifi, M. (2007). "Lactational Amenorrhea Method for Family Planning and Women Empowerment in Egypt." Singapore Medical Journal: 48(48): 758 - 762. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International. (2007). Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007. Claverton, Maryland, USA: BPS dan Macro International Depkes (2007). Manajemen Laktasi, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta Hasieh et al.,(2010) Sample-size calculations for the Cox proportional hazards regression model with nonbinary covariates. Controlled Clinical Trials 21: 552-560 Irawati .(20066). Pola Inisiasi dan Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Keterlambatan Inisiasi ASI di Indonesia. Journal of Indonesian Nutrition Assocaition, Jakarta.

Jihong Liu, Kenneth D. Rosenberg, Alfredo P. Sandoval. (2006). Breastfeeding Duration and Perinatal Cigarette Smoking in a Population-Based Cohort. American Journal of Public Health. Vol 96, No. 2 Jones.(2003). How many child deaths can we prevent this year?. 362:365-371. Februari 11, 2014. www.thelancet.com Karim, Hajian (2002). Factors Affecting the Pattern of Postpartum Amenorrhea. Annals of Saudi Medicine, Vol. 22. Nos 5-6. Kazi A., K.I. Kennedy, C.M. Visness, T. Khan. (1995). Effectiveness of the Lactation Amenorrhea Method in Pakistan. Fertility and Sterility: v.64, p.717-723 Labook, Miriam H. (2008). Transdisciplinary Breastfeeding Support: Creating Program and Policy Synergy Across the Reproductive Continuum. International Breastfeeding Journal, 3-6. Februari 11, 2010. http://www.internationalbreastfeedingioiirnal.com/ content/3/1/16. Livingstone. (2005). Breastfeeding Kinetics dalam Simopoulus, AP et al. Behavioral and Metabolic Aspects of Breastfeeding: World Review of Nutrition and Dietetics. Karger. Washington DC. Vol 78, p.28-54 Liu, Yan, Ellen B. Gold, Bill L. Lasley, Wesley O. Johnson. (2003). Factor Affecting Menstrual Cycle Characteristics. American Journal of Epidemiology. 160, p. 131-140 Mtawali, Grace. (2007). The Menstrual Cycle and Its Relation to Contraceptive Methods. INTRAH School of Madicine University of North Carolina at Chapel Hill. USA. Shegaw, Mulu. (2007). Assessment of the Contraceptive Needs and Practice of Women in the Extended Postpartum Period in Bahir Dar, Ethiopia. Addis Ababa University:2007. Akses 12 Februari 2010. http://etd.aau.edu.et/dspace/handle/123456789/689 Tesfayi, Gebreselassie. Rustein, Shela O. Mishra, Vinod. (2008). Contraceptive Use, Breastfeeding, Amenorrhea and Abstinence During the Postpartum Period: An Analysis in Four Countries. DHS Analytical Study No.4. Macro International Inc. Windham GC, Elkin EP, Swan SH, et al. (2009). Cigarrete Smoking and Effects on MenstrualFunction.ObstetGynecol:93,p.59-65 World Health Organization (WHO). (2008). Evidence for Ten Steps to Succesful Brestfeeding. Geneva. Februari 11, 2010. http://www.who.org. World Health Organization (WHO). (2009). Medical eligibility criteria for contraceptive use (4th ed.). Geneva. Februari 11,2010. http://www.who.org.

LAMPIRAN

Tabel 1. Lama amenorhoe Berdasarkan lama pemberian ASI Means and Medians for Survival Time Meana

Median

95% Confidence Interval

95% Confidence Interval

Status pemberian ASI Ekslusif

Estim Std. Lower Upper Std. Lower ate Error Bound Bound Estimate Error Bound

ASI Ekslusif

3.867 .214

3.447

4.287

4.000 .263 3.484

4.516

Tidak ASI Ekslusif

2.800 .168

2.471

3.129

2.000 .134 1.736

2.264

Overall 3.300 .140 Sumber : Data primer

3.025

3.575

3.000 .192 2.624

3.376

Upper Bound

Tabel 2. Lama amenorhoe Berdasarkan lama pemberian ASI,frekuensi menyusui dan status keterpaparan asap rokok di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara Variabel Lama Pemberian ASI

Frekuensi menyusui

Status keterpaparan asap rokok Sumber : Data primer

Uji Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware

Chi-Square 5,938 5,082 6,002 26,227 17,149 22,035 10,740 8,433 9,744

df 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0,000 0,004 0,014 0,000 0,000 0,000 0,001 0,004 0,002

Tabel 3.

Lama amenorhoe Berdasarkan pendidikan, umur, paritas, pekerjaan, di wilayah kerja puskesmas Galesong Utara

Variabel Pendidikan

Umur

Paritas

Pekerjaan

Sumber : Data primer

Uji Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware

Chi-Square 0,417 0,012 0,196 0,000 0,268 0,115 0,093 0,131 0,159 0,645 0,004 0,125

df 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0,518 0,749 0,658 0,992 0,605 0,735 0,760 0,717 0,690 0,422 0,951 0,724