HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POSTPARTUM DENGAN

Download HUBUNGAN MOBILISAS I DINI PADA IBU POS TPARTUM DENGAN SC( SECTIO ..... kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio caesaria seh...

4 downloads 694 Views 407KB Size
HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POSTPARTUM DENGAN SC (SECTIO CAESAREA) TERHADAP PROSES PERCEPATAN PEMULIHAN POSTPARTUM DI RUANG KEBIDANAN RSUDZA BANDA ACEH KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan SIKes U’Budiyah Banda Aceh

Oleh :

ZAHRATI FAUZA NIM : 10010111

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

ABSTRAK HUB UNGAN MOB ILISAS I DINI PADA IB U POS TPARTUM DENGAN SC(SECTIO CAESAREA) TERHADAP PERCEPATAN PEMUL IHAN POSTPARTUM DI RS UDZA BANDA ACEH TAHUN 2013 Nurlaila Ramadhan, SST Tenaga Pengajar Pada STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Abstract Dari hasil survey data awal yang dilakukan di RSUDZA Banda Aceh, diperoleh data pad a tahun 2012 pasien post Secti Caesarea (SC) yang dirawat diruang kebidang sebanyak 145 o rang. Dan pada bulan Oktober ada 37 ibu postpartum Sc, bulan November 50 orang ibu postpartum sc dan bulan Desember ada 58 ibu postpartum sc. Dari 10 orang ibu postpartum hanya 3 orang yang melakukan mobilisasi dini sedangkan 7 orang lainnya tidak melakukan mobilisasi dini dengan alasan takut. Tujuan penelitian in i untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan SC terhadap percepatan pemulihan pos tpartum SC di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013. Penelit ian ini bersifat Analit ik dengan pendekatan cross sectional. Dengan populasi 38 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling. Cara pengumpulan data menggunakan lembaran Observasi. Penelit ian in i dilaku kan pada 16 Juni sampai 2 Agustus 2013. Didapatkan bahwa tidak ada hubungan mobilisasini dengan penyembuhan luka dengan P value 0,959 dengan nilai OR 1,28, tidak ada hungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus dengan P value 0,218 (< α 0,05), tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan pengeluaran lochea dengan P value 0,083 (< α 0,05) dengan nilai OR 4,27, tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan postpartum SC dengan p value 0,478 (< α 0,05) . Bahwa dari 38 responden terdapat 18 o rang responden yang melakukan mobilisasi dini baik dengan percepatan pemulihan postpartum baik ternyata tidak ada hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan section caesarea (SC) terhadap percepatan pemulihan postpartum di Rsudza Banda Aceh Tahun 2013. Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan informasi.

Kata Kunci : Penyembuhan Luka, Pengeluaran lochea, Involusi uterus

KATA PENGANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum SC (Sectio Caesarea) Terhadap Percepatan Penyemuhan Postpartum SC (Sectio Caesarea) Di RSUDZA dr.Zainol Abidin Banda Aceh 2013 ” . Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh. Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah

ini peneliti

telah banyak

menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’budiyah Banda aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh. . 4. Ibu Nurlaila Ramadhan S, SST selaku pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Terima kasih yang istimewa kepada Waled dan Ibunda Siti raziah tercinta yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan. 6. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu khususnya untuk kelas IIIB sehingga selesainya penulisan ini. 7. Terima kasih kepada Rifka Ajirna, Riska Salfida dan Yenni Milda yang terlibat untuk membantu, memotifasi, memfasilitasi dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan. peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya. Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan pada penelitian selanjutnya. Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang terjadi tanpa kehendaknya. Banda Aceh, 14 Agustus 2013

Peneliti

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................................ ii PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................. iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ..xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8 A. Postpartum ................................................................................... 8 B. Section Caesarea........................................................................... 14 C. Mobilisasi Dini............................................................................. 16 D. Penyembuhan Luka ...................................................................... .24 E. Pengeluaran Lochea ..................................................................... .31 F. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Proses Percepatan Penyembuhan Postpartum ........................................................................................ 32 BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 34 A. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 34 B. Defenisi Operasional .................................................................... 35 C. Hipotesis Penelitian...................................................................... 36 D. Cara Pengukuran Variabel ........................................................... 36 BAB IV METODE PENELITI A. Jenis Penelitian............................................................................. 38 B. Populasi dan Sampel .................................................................... 38 C.Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38 D.Instrument Penelitian .................................................................... 39

Pengumpulan Data ................................................................................................. 39 Pengolahan dan Analisa Data................................................................................. 39 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 42 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 42 B. Hasil Penelitian ................................................................................... 42 C. Pembahasan ......................................................................................... 47 BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 53 A. Kesimpulan.......................................................................................... 53 B. Saran .................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca secsio caesaria disarankan untuk melakukan mobilisasi dini. tetapi pada ibu yang yang mengalami seksio caesaria, disarankan untuk melakukan mobolisasi dini. Tetapi, pada ibu yang mengalami seksio caesaria rasanya sulit untuk melaksanakan mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan pasien mengenai mobilisasi dini. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio caesaria sehingga pelaksanaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu yang mengalami seksio caesaria mengerti dalam pelaksanaan mobilissasi dini, namun ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi dini (Suriniah, 2004 ). Menurut WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan sectio caesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara- negara berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat, Kanada 2003 memiliki angka 21%. Di Indonesia sendiri, persentase sectio caesarea 5%. Dirumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di Rumah Sakit Swasta bisa lebih dari 30% (Anonymous, 2007). Angka kejadian sectio caesarea di indonesia menurut data survey nasional tahun 2007 adalah 927.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8 %. (Anonymous, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi

Medan pada tanggal 26 Oktober 2010 di dapatkan informasi dari 10 orang ibu bersalin dengan operasi sectio caesarea mengatakan bahwa sangat takut untuk melakukan mobilisasi dini pasca operasi sectio caesarea. Hal ini disebabkan karena ibu merasa sangat sakit saa sakit efek dari anastesi telah hilang sehingga tidak mampu untuk melakukan mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas operasi akan merengang atau terbuka, sehingga menyebabkan terjadi ruam atau lecet pada bagian punggung bagian bawah, kekuatan atau penegangan o tot-otot seluruh tubuh, pusing dan susah bernafas, juga susah buang air besar maupun berkemih serta bengkak pada tunggakai kaki. Tindakan operasi akan mengakibatkan penurunan gangguan terhadap mobilisasi pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada

periode post operasi secsio untuk mencegah komplikasi. Kemampuan

pasien untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan pada pergerakan yang maksimal. Bergerak dan beraktifitas diatas tempat tidur menbantu mencegah komplikasi pada sistem pernafasan, kardiovaskular, mencegah dekubitus, merangsang peristaltic usus dan mengurangi rasa nyeri (Kasdu, 2005). Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya. Dokter kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi caesar untuk tidak berdiam diri ditempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi (Kasdu, 2005).

Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna

untuk proses

penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang diikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan (Roper, 2005). Proses penyembuhan luka akan melalui beberapa tahapan yaitu inflamasi, proliferasi, fibroblastikdan maturasi (Johnson, 2005). Kesembuhan luka operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi kedalam jaringan, Oksigen yang berikatan dengan molekul protein hemoglobin diedarkan ke jaringan dan sel-sel tubuh melalui sistem peredaran darah. Oksigen ini berfungsi selain untuk oksidasi biologi juga oksigenasi jaringan (Johnson, 2005). Secara klinis luka sudah tidak menunjukkan tanda edema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit (fase inflamasi) setelah hari ke-3 atau ke-4. Sehingga dalam perawatan normal ibu post partum akan lebih aman pulang setelah hari ke-4 atau ke-5. Akan tetapi secara teori luka harus di observasi sampai 7 hari setelah operasi. Dimana penyembuhan luka fase pembentukan kolagen dimulai dengan ditandai menyatunya jaringan kulit (Johnson, 2005). Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempertahankan fisik secara optimal , maka sistem saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter, Perry, 2005).

Menurut sepengetahuan penulis, penelitian tentang pasca partum sudah pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu Harfa Aini pada bulan juni-juli tahun 2012 dengan judul Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu postpartum Sectio Caesarea(SC) Dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Tingkat III Iskandar Muda Kesdam Tahun 2012, peneliti mengukur perbedaan waktu kesembuhan antara mobilisasi dini lambat pada pasien pasca sectio caesarea. Hasil penelitian didapatkan pada mobilisasi dini waktu kesembuhan luka cepat 32 0rang ( 78,0%) dan kesembuhan lambat 9 orang (22,0%), sementara mobilisasi cepatnya 24 orang (58,5%) dan mobilisasi dini lambat 17 orang (41,5%). Dan pada tanggal 23 Agustus- 10 September 2012 penelitian tentang post partum juga pernah diteliti oleh Nova Desi Sari dengan judul Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengerahui Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sigli, peneliti mengukur respon melakukan mobilisasi dini berada pada katagori cukup yaitu 17 responden (54,8%) dan minoritas berada pada katagori kurang yaitu 5 responden (16,1%). Dan mayoritas mendapatkan imformasi tentang mobilisasi dini pasca sectio caesarea yaitu sebanyak 27 responden (87,1%), sedangkan yang minoritas tidak mendapatkan imformasi yaitu sebanyak 4 responden (12,9%). Dari hasil survey data awal yang dilakukan di RSUDZA Banda Aceh, diperoleh data pada tahun 2012 pasien post Secti Caesarea (SC) yang dirawat diruang kebidang sebanyak 145 orang. Dan pada bulan Oktober ada 37 ibu postpartum Sc, bulan November 50 orang ibu postpartum sc dan bulan Desember ada 58 ibu postpartum sc. Dari 10 orang ibu postpartum hanya 3 orang yang

melakukan mobilisasi dini sedangkan 7 orang lainnya tidak melakukan mobilisasi dini dengan alasan takut. Hanya sebagian besar ibu- ibu post partum Sectio caesarea melakukan mobilisasi dini setelah 6-24 jam pasca operasi, ibu yang tidak mau melakukan mobilisasi dini yang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ibu merasa nyeri apabila digerakkan, dan ibu mengatakan takut jahitannya terlepas, seharussnya ibu- ibu post sectio caesarea harus bergerak karena akan mencegah trombosis atau trombo emboli dan kekuatan otot-otot sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah dan mengembalikan kerja fisiologis yang pada akhirnya akan mempercepat penyembuhan (Kusmawan, 2008). Berdasarkan fenomena tersebut dan pentingnya mobilisasi dini untuk penyembuhan luka post sectio caesarea dan pemulihan kesehatan ibu. Alasan peneliti memilih judul tentang “Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC(Secti Caesarea) Terhadap Proses Percepatan Pemulihan Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA Tahun 2013”. Karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antar mobilisasi dini dengan percepatan pemulihan postpartum dan ingin mengetahui efek dan ingin mengetahui efek dari tidak melakukan mobilisasi dini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimanakah Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum

Dengan SC (Sectio Caesarea) Terhadap

proses

Percepatan Pemulihan

Postpartum Di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 ?”. C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan sectio caesaria (SC) terhadap percepatan pemulihan postpartum SC (Sectio Caesarea) di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk

mengetahui mobilisasi dini pada ibu post partum SC di ruang

kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013. b. Untuk mengetahui proses penyembuhan ibu post partum SC (Sectio Caesare) di ruang kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain: 1. Bagi peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman, ilmu terbaru, kemampuan skill dalam melakukan penelitian karya tulis ilmiah. 2. Bagi institusi pendidikan Untuk menambah literature atau bacaan di perpustakaan sebagai bahan kajian dan menambah informasi yang berkaitan dengan mobilisasi dini pada ibu post partum SC (Sectio Caesarea).

3. Bagi petugas kesehatan Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk memberikan imformasi bagi bidan tentang penatalaksanaan mobilisasi dini dan manfaat mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca section caesarea.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Postpartum

1.

Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Vivian, 2011). Masa nifas adalah 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Waktu yang tepat disebut postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam sampai 6 hari, 2 jam sampai 6 minggu (boleh juga disebut 6 jam, 6 hari, dan 6 minggu) pasca melahirkan (Ahmad, 2012).

2.

Tujuan Asuhan Masa Nifas

Mendeteksi adanya perdarahan masa njfas. Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Oleh karena penolong persalinan sebaiknya tetap waspada,sekurangkurangnya satu

jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan Terjadinya

komlikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama (Vivian, 2011).

Menjaga kesehtan ibu dan bayinya. Baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibi dianjurka n untuk menjaga kebersihan

seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Melaksanakan skiring secara komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemerilsaan plasenta, pengawasan TFU, konsistensi rahim, keadaan umum. Bila ada masalah maka harus melakukan tindakan sesuai standar pelayanan (Vivian, 2011). 3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain: 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. 5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. 8. Memberikan asuhan secara professional (Vivian, 2011). Tahapan – tahapan masa nifas adalah sebagai berikut: a) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan. b) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Vivian, 2011). 4. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Post Partum a.

Perubahan Fisiologi 1. Involusi Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.otot uterus berkontraksi segera pada post partum.pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara otototot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir (Vivian, 2011).

Table:tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi (Saleha, 2009) Involusi

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Bayi lahir

Setinggi Pusat

1000 gram

Plasenta lahir

2 jari dibawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simpisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba diatas simpisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Sebesar normal

30 gram

2. Servik Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kenur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lamban laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4 minggu pospartum (Saleha, 2009). Perubahan – perubahan yang terdapat pada servik setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan corpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga pada perbatasan antara corpus dan servik uteri

terbentuk semacam cincin. Warna servik merah kehitaman karena penuh pembuluh darah dan konsisitensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan kedalam kavum uteri, setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri. Hal ini baik diperhatikan dalam menangani kala III(uri) (Soleha, 2009). 3. Payudara (Mamae) Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran ASI. Fisiologi laktasi itu sedangkan prolaktin meningkat. Hisapan bayi pada puting susu memacu atau merangsang sendiri adalah pada saat persalinan hormone estrogen dan progesteron menurun kelenjar hipofise anterior untuk mempruduksi atau melepaskan proklatin sehingga terjadi sekreksi ASI. Pada wanita menyusui involusi menjadi lebih efesien, yang kemungkinan berkaitan dengan peningkatan aliran oksitosin (meningkat kontraksi, retraksi,

serat otot uterus). Hal ini berarti bahwa involusi akan

berlangsung lebih lambat bila uterus tidak dapat melakukan kontraksi, retaksi secara efektif. Ini dapat terjadi setelah sectio caesarea, uterus robek atau sisa produk konsepsi (Johnson, 2005). b. Perubahan Psikologis 1. Fase taking in atau tahap tergantungan

Terja

di pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi. 2. Fase Taking Hold Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari. Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian terhadap dirinya mengatasi tubuhnya, misalnya kelancaran miksi dan defikasi, melakukan aktefitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi bagi ibu muda atau primipara karena pada phase ini seiring dengan terjadinya post partum blues. 3. Fase letting Go atau saling ketergantungan Dimulai sekarang minggu ke 5-6 pasca kelahiran.Tubuh ibu telah sembuh, secara fisik ibu mampun menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah dilakukan kembali (Soleha, 2009). 5.

Tanda – Tanda Bahaya Pada Masa

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 o C yang bukan merupakan keadaan

patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, se hingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 o C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari (Enkin, 2005). Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk : 1. Infeksi Lokal Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna lokal, pengeluaran lochia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat. 2. Infeksi General Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat diatas 39 o C, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochia : berbau, bernanah serta kotor. B.

SECTIO CAESARIA 1. Pengertian Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Bobak (2004) menjelaskan bahwa sectio caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding perut

(laparatomi) dan dinding uterus ( histerektomi). Persalinan sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1. 000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Winknjosasto, 2005). 2. Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria

Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria diambil, harus dipertimbangkan secara teliti dengan resiko yang mungkin terjadi. Pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap yang mengacu pada syarat – syarat pembedahan dan pembiusan dalam menghadapi kasus gawat darurat ( Saifuddin, 2009).

Tindakan sectio caesaria memang memiliki keuntungan dn kerugian. Keuntungannya diantara lain adalah proses melahirkan memakai waktu yang lebih singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir. Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu atau bayi yang dikandungnya. a. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain: 1. Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan normal. 2. Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal. 3. Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama dibandingkan persalinan normal.

4. Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis- lapis dan proses keringnya bisa tidak merata. 5. Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tidak bersih. 6. Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi. 7. Harus di caesaria lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya. 8. Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah. 9. Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan 10. kematian mendadak saat mencapai paru – paru dan jantung (Sunaryo, 2008). b. Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain : 1.

Resiko kematian 2 – 3 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir melalui proses persalinan biasa.

2.

Cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru – parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu keluar saat terjadi tekanan.

3.

Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan kepada sang ibu jug mengenai bayi. (Widjarnako, 2008 ).

C.

MOBILISASI DINI 1. Pengertian Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting

pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan (Wirnata, 2010) Mobilisasi dini post sectio caesarea adalah suatu pergerakan,posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jammelahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio saesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi secsio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi dini harus tetap dilakukan secara hati – hati. (Wirnata,2010). Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segara menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari – jarinya agar kerja organ pencernaan segara kembali normal. (Kasdu, 2005 ) 2.

Tujuan Mobilisasi Menurut Fitriyahsari (2009)

tujuan dari

mobilisasi adalah

untuk

Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi urin, mengembalikan

aktifimas tertentu,sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian., memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau komunikasi. Menurut Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, Menglancarkan

pengeluaran

lokhea,

mengurangi

infeksi

puerperium,

mempercepat involusi uteri, melancarkan fungsi alat grastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan kelancaran perdaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu memeliha/merawat anaknya 3.

Manfaat Mobilisasi Pada

sistem

kardiovaskuler

memperbaiki kontraksi miokardial,

dapat

meningkatkan

kemudian

curah

jantung,

menguatkan otot jantung,

menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem respirator meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafgragma pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, peningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilisasi lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot,

meningkatkan mobilisasi

sendiri.memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap sters, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit(Potter, 2005).

4.

Tahap –Tahap Mobilisasi Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap - tahap mobilisasi dini pada ibu post partum operasi secsio caesarea (Kasdu, 2002).6 jam pertama Ibu post secsio caesarea istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukang adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki , mengangkat tumit, menegakkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. a) 6 -10 jam Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, menggeser badan. Setelah 24 jam Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan pernafasan serta makan dan minum tanpa dibantu b. Setelah ibu dapat duduk,dianjurkan ibu belajar berjalan.

5. Pelaksanaan Mobilisasi Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum secsio caesarea terdiri dari: a. Hari ke 1: 1. Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6 -10 jam setelah ibu sadar.

2. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. b. Hari ke 2 : 1. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam –dalam lalu menghembuskannya disertai batuk – batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih. 2. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk 3. Selanjunya secara berturut- turut, hari demi hari ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari. c. Hari ke 3 sampai ke 5 1. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari sete lah operasi 2. Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan luka. Sedangkan menurut (Handiyani, 2009) prosedur pelaksanaan mobilisasi terdiri dari : 1. Hari 1 – 4 a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan Ibu berbaring

di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran

dengan telapak tangan kaki satu demi satu. Gerakan ini seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ke satu arah, lalu kearah lainnya. Kemudian regangkan masing –masing telapak kaki dengan cara menarik jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki

kearah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari. b.

Bernafas dalam – dalam Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu menghembus nafas. Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan diatas tulang rusuk,sehingga ibu dapat merasakan paru –paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya. Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut . hal ini akan merangsang jaringan – jaringan disekitar bekas luka. Sanggah insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut diatas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani ,2009).

c. Duduk tegak Tekuk lutut dan miring kesampin,putar kepala ibu dan gunakan tangan- tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan samapai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa saat. Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan, sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul kearah belakang. Duduk

setegak mungkin dan

tarik nafas dalam – dalam beberapa kali. Luruskan tulang punggung dengan

cara mengangkat tulang – tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali (Handiyani, 2009). d. Bangkit dari tempat tidur Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong kedepan dan perlahan turunkan telapak kaki ke lantai. Tekanlah sebuah bantal dengan ketat diatas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki – kaki ibu (Aliahani, 2010). e.

Berjalan Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka, berjalanlah kedepan. Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur (Handiyani, 2009).

f.

Berdiri dan meraih Duduklah dibagian tepi tempat

tidur,

angkat tubuh

hingga

berdiri.Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot – otot punggung agar dada mengembang dan merenggang,cobalah untuk mengangkat tubuh , mulai dari pinggang perlahan –lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh kedepan selama satu menit (Handiyani, 2009). g. Menarik perut

Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan – lahan letakkan kedua tangan diatas bekas luka dan berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu, lakukan 5 kali tarikan dan lakukan 2 kali sehari. h. Saat menyusui Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot – otot perut selama beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui (Alihani, 2010). 2. Hari 4 – 7 a. Menekuk pelvis Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ketempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukkan selama 2 detik. b. Meluncurkan kaki Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah secara normal. Lalu luncurkan kaki diatas tempat tidur , menjauhi tubuh .Seraya mendorong tumit,

ulurkan kaki,

sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan

disekitar insisi. Lakuakan 4 kali dorongan untuk satu kaki. c. Sentakan pinggul Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki keatas dan rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari – jari kaki. Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu,lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi kaki menjauhi tubuh

dengan lurus. Lakuakn 6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing tubuh. d. Menggulingkan lutut Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan disamping tubuh untuk menjaga keseimbangan. Perlahan – lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut kemasing - masing

sisi. Akhiri dengan

meluruskan kaki. e. Posisi jembatan Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki kebawah dan perlahan – lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali sehari. f. Posisi merangkak Perlahan – lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki diatas tempt tidur. Saat ibu mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tidak nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberpa gerakan dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong kearah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa seolah – olah menggoyang – goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.

D. PENYEMBUHAN LUKA Penyembuhan uka dimulai sejak terjadinya cidera pada tubuh, luka memiliki tepi berlawanan, misalnya luka operasi, sembuh dengan cepat denganintensi pertama atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama penyembuhan melalui intensi sekunder. Ada 4 fase penyembuhan luka, hemostasis, inflamasi, prolifeasi, maturasi (Johnson, 2005). Untuk mempercepat penyembuhan luka operasi sebaiknya dijaga agar tidak terkena air. Untuk itu penderita disarankan tidak mandi, cukup menyeka. Tidak sedikit penderita kanker yang menderita luka –luka karena sebab:bekas operasi, efek radiasi, terlalu

berbagai

lama berbaring, terjatuh atau

pertumbuhan sel-sel kanker samapai keluar kulit. Sebagian diantaranya merupakan luka kronis yang tidak sembuh dlam waktu 14 hari. Supaya tidak menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan perawatan khusus (Ismail , 2008). Menurut Johnson (2005) proses fisiologi penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 3 fase utama, yaitu: a. Fase Inflamasi (0-3 hari) Jaringan yang rusak dan sel yang mati melepaskan histamine dan mediator lain, sehingga dapat menyebabkan vasodilatsi

dari pembuluh

darah sekeliling masih utuh serta meningkatkannya penyediaan daerah tersebut, sehingga menyebabkan merah dan hangat. Permiabilitas kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan oedema local.

b. Fase Destruksi ( 1-6 hari) Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut. c. Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari) Fibrolas memperbanyak diri dan membentuk jaringan-jaringan untuk sel-sel yang bermagrasi. Fibrolast melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. d. Fase Maturasi (durasi 24-365 hari) Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan sisa-sisa folikel membelah dan mulai berimigrasi diatas jaringan glanurasi baru. 1. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio Caesarea a. Faktor luka 1. Kontaminasi Luka Tehnik

pembalutan

memungkinkan

yang

tidak

adekuat,

bila

terlalu

kecil

invasi dan kontaminasi bakteri jika terlalu kencang

dapat mengurangi Suplay oksigen yang membawa nutrisi dan oksigen. 2. Edema

Penurunan suplay oksigen melalui gerakan meningkat tekanan intersisial pada pembuluh

darah.

Hemoragi

Akumulasi darah

menciptakan ruang rugi sel-sel mati yang harus disingkirkan. b. Faktor Umum 1. Usia Makin tua pasien,makin kurang lentur jaringan. 2. Nutrisi Pada penyembuhan luka kebutuhan luka akan nutrisi meningkat seiring dengan stress fisiologis yang menyebabkan defisiensi protein, nutrisi yang kurang dapat menghambat sintesi kolagen dan terjadi penurunan fungsi leokosit. 3. Obesitas Pada pasien obesitas jaringan adipose biasanya mengalami avaskuler sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba sangat lemah dan mengganggu suplay nutrisi kearah luka, akibatnya penyembuhan luka menjadi lambat. 4. Medikasi Pada beberapa obat dapat mempengaruhi penyembuhan luka, seperti steroid, anti koagulan, anti biotic spectrum luas. c. Faktor local 1. Sifat injuri Kedalaman luka dan luas jaringan yang rusak mempengaruhi penyembuhan luka, bahkan bentuk luka.

2. Adanya infeksi Jika pada luka terdapat kuman pathogen penyebab infeksi, maka penyembuhan luka menjadi lambat. 3. Lingkungan setempat Dengan adanya drainase pada luka. PH yang harusnya antara 7,0 sampai 7,6 menjadi berubah sehingga mempengaruhi penyembuhan luka. Selain itu, adanya tekanan pada area luka dapat mempengaruhi sirkulasi daerah pada daerah luka. 2. Indikator Pemulihan Pasca Sectio Caesarea dengan Mobilisasi dini Pada hari ke tiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan pulang kerumah apabila tidak

terjadi komplikasi.

Perkembangan

kesembuhan ibu pasca sectio carsarea dapat dilihat dari hari kehari. Hari kedua setelah operasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter, dan melakukannya dikamar mandi dengan dibantu suami atau keluarga. Hari ketiga umumnya inu baru akan buang air besar, dima na saat awal setelah persalinan ibu mengalami sembelit. Pada hari ke empat lochea pada ibu pasca operasi normalnya 2x ganti doek/hari, perubahan ini menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami proses untuk kembali ke kondisi dan ukuran yang normal. Pada hari kelima fundus uteri berada pada pertengahan pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi luka bekas sayatan mengering ( Kasdu, 2005). 3. Perawatan luka

Luka insisi diinspeksikan setiap hari, sehingga pembalut yang relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan. Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat pada hari ketiga post partum pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi. Perawatan persalinan sectio caesarea meliputi perawatan luka insisi, diet, mobilisasi dini, aspek kontrol ulang, aktivitas seksual paska melahirkan, dan involusi uterus. Perawatan pertama selesai operasi adalah pembalutan luka dengan baik, sebelum penderita dipindahkan dari kamar operasi (Ismail, 2008). Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit atau kelp diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan. Pada hari ketiga port partum, mandi dengan pancuran tidak membahayakan insisi. Jaringan subkutis yang tebal (lebih dari 3 cm) merupakan faktor resiko untuk infeksi luka operasi(Ismail, 2008). 4. Cara merawat bekas sayatan operasi Menurut Kasdu (2002) merawat bekas sayatan biasanya benang operasi terserap secara otomatis. Beberapa cara merawat bekas sayatan operasi sebagai berikut: a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan shower atau mandi bersiram, kalau ingin mandi bersiram, kalau ingin mandi di Bath up bersihkan tempat mandi sebelum dan setelah digunakan.

b. Setelah mandi segera keringkan bekas sayatan tersebut de ngan handuk yang lembut, kertas, tisu atau kapas. c. Jangan memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini) karena celana seperti ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit. d. Kalau bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa sakit segera periksa ke dokter karena tanda-tanda ini menunjukkan terjadinya infeksi. 5. Pemberian cairan Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan biasanya menjalani prosedur pembedahan yang mencakup pemberian anestesi local, regional atau umum. Perkembangan preparat anastesik,akhir-akhir ini telah difokuskan pada obat-obatan kerja singkat dan pemulihan yang lebih cepat. Anestesi secara umum sering dapat menimbulkan mual dan muntah pada saat digunakan, yang kemudian menimbulkan komplikasi yang serius dan bersifat fatal, sehingga perawat menyampaikan kepada pasien untuk berpuasa sebelum operasi. Hal ini dilakukan untuk menghentikan semua asupan oral hingga 4 jam dan makanan padat antara 2 sampai 6 jam sebelum operasi. Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan peri infus, harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh. Cairan tubuh yang diberikan biasanya dektrosa 5% gram fisioligis dan ringer laktat secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya 20n tetes

permenit, jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini dapat dipakai sebagai pedoman pemberian cairan (Perry d an Potter, 2005).

E. PENGELUARAN LOKHEA Lokhea adalah cairan yang dikeluarkan uetrus melalui vagina dalam masa nifas sifat lokhea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari tempat melekatnya plasenta). Lokhea dibagi dalam beberapa jenis (Soleha, 2009) : a. Lokhea rubra Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan. b. Lokhea sanguinolenta Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan. c. Lokhea serosa Bewarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 hari pasca persalinan. d. Lokhea alba Cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lokhea purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk f.

Lochiostasis Lokhea tidak lancar keluarnya, apabila pengeluaran lokhea lebih lama dari pada yang disebabkan kemungkinan adanya : a. Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang baik. b. Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lokhea rubra lebih banyak karena kontraksi uterus dengan cepat. c. Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama mengeluarkan lokhea dan lokhea berbau anyir atau amis. Bila lokhea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah

kemungkinan diagnosisnya adalah metrisis. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab tersebar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abseb pelvik, peritonitis, syok septik (Soleha, 2009). F. HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PROSES PERCEPATAN PENYEMBUHAN POSTPARTUM Menurut Kasdu, 2005 mobilisasi akan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan postpartum SC

dan memudahkan kerja usus besar

serta kandung kemih. Dengan adanya mobilisasi secara langsung berdampak pada akselerasi proses penyembuhan post partum hasil penulisan yang dilakukan oleh Jensen

Situmarong (2010) menyebutkan bahwa ibu post sectio caesarea yang melakukan mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Mobilisasi dini dilakukan oleh ibu post sectio, baik yang mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum, jenis persalinan atau tindakan persalinan. Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat mempercepat proses pengeluaran lokhea dan membantu proses penyembuhan luka (Manuaba, 2003). Bobak (2004), menjelaskan mobilisasi dini sangat bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi, trombosit. Sebagian besar ibu pasca Sectio Caesarea dapat melakukan mobilisasi dini setelah efek-efek obat-obatan yang diberi saat melahirkan telah hilang aktifitas tersebut sangat berguna bagi semua s istem tubuh paru terutama bagi fundus usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembekuan (trombosit) pada pembuluh. Banyak manfaat melakukan mobilisasi dini yang telah dikonfirmasikan oleh sejumlah penulis, para wanita, menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan kuat setelah melakukan mobilisasi dini dan komplikasi kandung kemih dan konstifasi jarang terjadi (Farrer, 2000). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2007) dengan judul hubungan mobilisasi dini pada ibu post SC (Sectio caesarea) dengan proses penyembuhan luka operasi diruang kebidanan Rsudam provinsi lampung dengan hasil penelitian tidak ada hubungan secara statistik antara mobilisasi dini post operasi dengan penyembuhan luka (p < 0,05).

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Menurut Kasdu, 2005 mobilisasi

dini akan membantu memperoleh

kekuatan, mempercepat kesembuhan postpartum SC dan memudahkan kerja usus besar serta kandung kemih dan adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat

mempercepat prosees pengeluaran

lochea dan

membantu proses

penyembuhan luka (Manuaba, 2003). Dari teori tersebut peneliti membuat kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum SC

Percepatan Pemulihan postpartum SC - Penyembuhan luka - Involusi uterus - Lokhea

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Defenisi Ope rasional Tabel Defenisi Operasional Definisi No

Variabel

Alat Ukur

Hasil

Skala

Ukur

Ukur

Cara Ukur

Oprasional Variabel Depend 1

Percepatan

Proses

Pemulihan

Lembaran Observasi

Mengobservasi

a.

pemulihan

dengan cara :

b.

postpartum

pasca bersalin

-Baik, bila luka sembuh.

SC

meliputi: Penyembuhan luka, involusi uterus dan pengeluaran lochea

Ordinal aik

- involusi uterus baik. - lochea normal pada hari ke 6 pospartum (x ≥ ) -tidak baik bila luka tidak sembuh . - involusi uterus tidak baik. - lochea tidak normal pada hari ke 6 postpartum. (x<7,4 ).

Variabel Independen

urang Baik

2

Mobilisasi Dini

Suatu gerakan

Lembaran

Mengobservasi c.

Ordinal aik

yang dilakukan

Observasi

ibu setelah

dengan cara : d. urang Baik

a. aik jika. x ≥5

sectio caesarea dalam6 jam post sectio

b. idak baik jika, x <

C. Hipotesis Penulisan Ada hubungan antara mobilisasi dini dengan percepatan pemulihan ibu postpartum dengan SC (Sectio Caesarea) di ruang Kebidan Rumah Sakit Umum Daerah dr.zainol Abidin Banda Aceh tahun 2013. D. Cara Pengukuran Variabel Cara pengukuran variabel penelitian ini adalah dengan cara: 1. Luka Operasi Untuk mengetahui penyembuhan luka peneliti membuat cekhlist berjumlah 4 soal untuk setiap pertanyaan kriteria penilaian sebagai berikut : a. Baik : Bila (luka sembuh hari ke 6 postpartum) b. Kurang Baik: Bila (luka tidak sembuh hari ke 6 postpartum) 2. Mobilisasi Dini

Untuk mengetahui mobilisasi, peneliti membuat cekhlist berjumlah 9 soal, untuk setiap kriteria penilaian sebagai berikut : a. Baik : Bila ( x ≥

)

b. Kurang baik: Bila (x < )

3. Involusi Uterus Untuk mengetahui involusi uterus, peneliti membuat cekhlis berjumlah 3 soal, untuk setiap kriteria penilaian sebagai berikut : a. Baik: Bila (involusi uterus baik). b. Kurang Baik: Bila (involusi uterus tidak baik) 4. Lochea Untuk mengetahui lochea, peneliti membuat cekhlist berjumlah 3 soal untuk setiap kriteria peniliannya sebagai berikut: a. Baik : Bila (Lochea normal hari ke 6 postpartum) b. Kurang Baik: Bila (Lochea tidak normal hari ke 6 postpartum)

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian

ini bersifat analitik

dengan desain pendekatan cross

sectional,yaitu untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post partum dengan SC(Sectio Caesarea) terhadap percepatan pemulihan postpartum di RSUDZA Banda Aceh tahun 2013. B. Populasi dan Sampel 1.

Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu post partum dengan tindakan SC di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh sebanyak.

2.

Sampel Menurut Notoatmodjo (2002) sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam pengambilan sampel peneliti menunakan metode Accisidental sampling yaitu sampel penelitian diambil secara kebetulan atau yang berada pada saat penelitian sebanyak 38 orang..

C. Tempat Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juni sampai 2 Agustus 2013 di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013. D. Instrument Penelitian Instrument yang dilakukan untuk mendukung penelitian ini adalah kuesioner terdiri soal yaitu 9 soal tentang mobilisasi dini, 4 soal tentang penyembuhan luka, 3 soal tentang involusi uterus dan 3 soal tentang lokhea, berbentuk cheklist dengan skor 1 bila ya dan 0 bila tidak. E. Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer diperoleh langsung dilokasi penelitian mengenai hubungan mobilisasi dini pada ibu post partum SC terhadap penyembuhan luka yang diperoleh langsung melalui angket dengan responden dengan menggunakan kuesioner. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari bidan yang bertugas di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin dan berbagai revisi dari buku perustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini. F. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan data Dalam proses pengolahan data terdapat langkah – langkah yang harus ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2009).

a. Editing Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Coding Adalah merupakan kegiatan pemberian kode numerik(angka)terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. c. Transfering Dimana data yang diberi kode disusun secara berturut –turut dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel. d. Tabulating Yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diolah dan dipindahkan kedalam tabel untuk masing – masing tabel dan untuk masing – masing variabel. A.

Teknis Analisis Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen. Data dikumpulkan dalam bentuk kuesioner, jawaban tersebut diberi skor nilai, kemudian semua variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi terdiri dari nilai presentase, dengan rumus(Budiarto, 2002). Perhitungan persentase tiap kategori dilakukan rumus sebagai berikut :

Keterangan : P = Angka Persentase f = Frekuensi yang di cari persentasinya n = Jumlah seluruh responden 2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel bebas diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan uji Chi – square test (x) pada tingkat kemaknaan 95% ( p. Value < 0,05). Sehingga dapat diketahui perbedaan tidaknya yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui perhitungan Chis – Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai P lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Perhitungan yang digunakan pada uji Chi – Square untuk Program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut(Hartono, 2005) : 1. Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes.

2. Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e(harapan)kura ng dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction. 3. Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi(harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction continu. 4. Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tiga variabel.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh merupakan rumah sakit kelas A pendidikan dan Rumah sakit rujukan untuk provinsi daerah istimewa Aceh dengan SK Menkes RI No.233/Sk/IV/1983 tanggal 11 juni 1983, beralamat di jalan Teungku Daud Bereueh No.18 Banda Aceh, Memiliki luas area 196,480M2. Adapun batas letak Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Bandar Baru 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambuk 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Keluharan Kuta Baro 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Keluran Beurawe B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Mobilisasi Dini Tabel : 5.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 No Mobilisasi Dini f % 1

Baik

18

47,7

2

Kurang Baik

20

52,6

38

100

Jumlah Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa dari 38 responden mayoritas melakukan mobilisasi dini

kurang baik yaitu sebanyak 20

orang(52, 6%). b. Penyembuhan Luka Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Pada Ibu Postpartum Banda Aceh Tahun 2013 No Penyembuhan Luka f % 1

Baik

28

73,7

2

Kurang Baik

10

26,3

38

100

Jumlah Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa dari 38 responden mayoritas yang penyembuhan lukanya baik yaitu sebanyak 28 0rang (73,7%). c. Involusi Uterus Tabel : 5.3 Distribusi Frekuensi Involusi Uterus Pada Ibu Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 No Involusi Uterus f % 1

Baik

30

78,9

2

Kurang Baik

8

21,1

38

100

Jumlah Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa dari 38 responden mayoritas yang involusinya baik yaitu sebanyak 30 0rang (78,9%).

d. Lochea Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengeluaran Lochea Pada Ibu Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 No Lochea f % 1

Baik

11

28,9

2

Kurang Baik

27

71,1

38

100

Jumlah Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 38 responden mayoritas yang pengeluaran locheanya kurang baik yaitu sebanyak 27 0rang (71,1%). e. Percepatan Pemulihan Postpartum Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Percepatan Pemulihan Postpartum Pada Ibu Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 No Percepatan Pemulihan Postpartum f % 1

Baik

22

57,9

2

Kurang Baik

16

42,1

38

100

Jumlah Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 38 responden mayoritas yang percepatan pemulihan postpartum baik yaitu sebanyak 22 0rang (57,9%).

2. Analisa Bivariat a. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka Tabel 5.6 Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea) Terhadap Penyembuhan Luka Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013 Penyembuhan Luka Mobilisasi Dini

Kurang Baik

Baik

Total

P value

f

%

F

%

F

%

Baik

14

77,8

4

22,2

18

100

Kurang Baik

14

70,0

6

30,0

20

100 0,719

28

73,7

10

26,3

38

100

Total

α OR

1,50

0,05

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang

melakukam mobilisasi dini kurang baik

yang

mengalami

penyembuhan lukanya baik sebanyak 14 orang (70,0%) dan dari

18

responden yang mobilisasinya baik mengalami penyembuhan luka dengan baik sebanyak 14 orang (77,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,719, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan penyembuhan luka sectio cesarea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 1,50 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

b. Hubungan mobilisasi dini dengan involusi uetrus Tabel 5.7 Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea) Terhadap Involusi Uterus Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013 Involusi Uterus Mobilisasi Dini

Kurang Baik

Baik

Total

P value

f

%

f

%

f

%

Baik

13

72,2

5

27,8

18

100

Kurang Baik

17

85,0

3

15,0

20

100 0,438

30

78,9

8

21,1

38

100

Total

α OR

0,45

0,05

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang yang melakukan mobilisasi dini kurang baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 17 orang (85,0%) dan dari 18 responden yang mobilisasi dininya

baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 13

orang (72,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,438 berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan involusi uterus. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan

mobilisasi dini

berpeluang 0,45 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

c. Hubungan Mobilisasi Dini dengan lochea Tabel 5.8 Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea) Terhadap Pengeluaran Lochea Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013 Pengeluaran Lochea Mobilisasi Dini

Kurang Baik

Baik

Total

f

%

f

%

F

%

Baik

8

44,4

10

55,6

18

100

Kurang Baik

3

15,0

17

85,0

20

100

11

28,9

27

71,1

38

100

Total

P value

OR

0,10

4,53

α

0,05

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang melakukan mobilisasi dini kurang baik pengeluaran lochea baik sebanyak 3 orang (15,0%) dan dari 18 responden yang melakukan mobilisasinya baik pengeluaran lochea baik sebanyak 8 orang (44,4%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,10, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan pengeluaran lochea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang

4,53 x lebih baik pengeluaran

lokheanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini. d. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Percepatan Pemulihan Postpartum Tabel 5.9 Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea) Terhadap Percepatan Pemulihan Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013 Α Percepatan Pemulihan Postpartum P Mobilisasi

Dini

Kurang Baik

Baik

Total

value OR

f

%

f

%

f

%

Baik

12

66,7

6

33,3

18

100

Kurang Baik

10

50,0

10

50,0

20

100 0,478

22

57,9

16

42,1

38

100

Total

2,00

0,05

Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang melakukan mobilisasi dini kurang baik percepatan pemulihan postpartum baik sebanyak 10 orang ( 50,0%) dan dari 18 responden yang melakukan mobilisasinya dengan baik percepatan pemulihan postpartum baik sebanyak 12 orang (66,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,478, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan percepatan pemulihan postpartum. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang

2,00 x lebih baik percepatan

pemulihan postpartum daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini. C. PEMBAHASAN 1. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden yang melakukan mobilisasi dini kurang baik yang mengalami penyembuhan lukanya baik sebanyak 14 orang (70,0%) dan dari 18 responden yang mobilisasinya baik mengalami penyembuhan luka dengan baik sebanyak 14 orang (77,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,719, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan penyembuhan luka

sectio cesarea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 1,50 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulayani (2007) dengan judul hubungan mobilisasi dini pada ibu post sc (section caesarea) dengan proses penyembuhan luka operasi Di Ruang Kebidanan Rsudam Propinsi lampung dengan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan secara statistik antar mobilisasi dini post operasi Sc dengan penyembuhan luka operasi (p<=0,05) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harfa Aini (2012) dengan judul hubungan mobilisasi dini pada ibu post sc (section caesarea) dengan proses penyembuhan luka operasi Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Tk.III Kesdam IM Banda Aceh dengan hasil penelitia n bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini pada ibu post section caesarea dengan proses penyembuhan luka operasi (p value=1,000). Menurut Manuaba (2001), dengan adanya mobilisasi dini secara langsung berdampak pada akselerasi proses penyumbuhan post partum hasil penelitian yang dilakukan Jensen Situmarong (2010) menyebutkan bahwa ibu post section caesarea yang melakukan mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Menurut asumsi peneliti tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka dikarenakan sebagian besar responden banyak yang kurang melakukan mobilisasi dini tetapi penyembuhan lukanya tetap

baik, dan penyembuhan luka juga dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kebersiahan luka, nutrisi, status gizi, personal hygiene dan penyakit DM(Diabetes Melitus). Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka, karena kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila kebersihan diri kurang.

2. Hubungan Mobilisasi dini Dengan involusi Uterus Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden yang yang melakukan mobilisasi dini kurang baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 17 orang (85,0%) dan dari 18 responden yang mobilisasi dininya

baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 13

orang (72,2%) Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,438 berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan involusi uterus. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan

mobilisasi dini

berpeluang 0,45 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Varney H, 2000) yang menyebutkan bahwa pada ibu postpartum sebaiknya melakukan mobilisasi dini karena mempunyai pengaruh yang baik terhadap proses penyembuhan dan proses pemulihan kesehtan sebelum hamil. Oleh karena itu sangat penting pula perhatikan pengawasan terhadap tinggi fundus uteri, ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya lebih lambat karena semakin sering hamil uterus juga sering kali mengalami regangan. Dalam

teori ini juga dikatakan factor- faktor yang dapat mempengaruhi involusi uterus adalah gizi, usia, paritas, menyusui, dan senam nifas. Namun dalam lapangan involusi uterus juga dipengaruhi factor pengetahuan, lingkungan, dan prilaku dimana dalam menunjang untuk mempercepat proses involusi uterus. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ratna Kautsar (2011) dengan judul hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus pada ibu nifas di BPS Vensentia Ismijati SST Surabaya dengan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus (p= 3,84). Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus dikarenakan banyak responden yang kurang melakukan mobilisasi dini akan tetapi proses perubahn involusi uterusnya baik dan involusi dipengaruhi oleh status gizi , usia, paritas, menyusui, dan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakuakn ibu- ibu setelah melahirkan guna mengembalikan kondisi kesehatan dan memperbaiki regangan pada otot-otot, pada senam nifas terjadi pergerakan fisik sehingga aliran darah akan meningkaat dan lancar.apabila otot rahim dirangsang dengaan latihan dan gerakan senam maka kontraksi uterus akan semakin baik sehingga mempengaruhi proses pengecilan involusi Pada ibu postpartum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindarkan serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involussi uterus. Sedangkan pada proses

menyusui ada reflek let down dari isapan bayi yang merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormone oxitosin yang oleh darah hormone ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.

3. Hubungan Mobilisasi Dini dengan lochea Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden yang melakukan mobilisasi dini kurang baik pengeluaran lochea baik sebanyak 3 orang ( 15,0%) dan dari 18 responden yang melakukan mobilisasinya baik pengeluaran lochea baik sebanyak 8 orang (44,4%) Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,10, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan pengeluaran lochea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 4,53 x lebih baik pengeluaran lokheanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Ihsan (2006), pada seorang wanita pasca bersalin ditemui adanya lochea dalam jumlah sedikit sewaktu ia berbaring dan jumlahnya meningkat sewaktu ia berdiri. Dalam hal ini pergerakan yang dilakukan ibu dapat memperbanyak proses pengeluaran lochea sehingga dapat menyebabkan kekhawatiran kepada ibu postpartum SC (Section Caesarea) akan berbahaya jika tanpa penjelasan yang khusus, dan dianjurkan untuk tidak melakuakan mobilisasi dini.

Menurut Manuaba (2003) mobilisasi dini dilakukan oleh ibu postpartum, baik yang mengalami persalian normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum ibu, jenis persalinan atau tindakan persalinan. Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan mobilisasi dini dengan pengeluaran lochea dikarenakan sebagian besar responden banyak yang kurang melakukan mobilisasi dini akan tetapi pengeluaran locheanya bagus. Dan pada saat melakukan mobilisasi dini pengeluaran lochea atau volume lochea meningkat sehingga ibu- ibu di RSUDZA jarang melakuakn mobilisasi dini karena bertambah banyak keluar lochea saat bergerak mebuat ibu- ibu postpartum pasca SC merasa tidak nyaman dengan banyaknya pengeluaran lochea. Menurut peneliti Pada saat melakukan mobilisasi dini kondisi kesehatan ibu dapat memperbaiki regangan pada otot-otot, terjadi pergerakan fisik sehingga aliran darah akan meningkaat dan lancar.apabila otot rahim dirangsang dengaan latihan dan gerakan maka kontraksi uterus akan semakin baik. 4. Hubungan mobilisasi dini dengan perceptan pe mulihan postpartum Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden yang melakukan mobilisasi dini kurang baik percepatan pemulihan postpartum baik sebanyak 10 orang ( 50,0%) dan dari 18 responden yang melakukan mobilisasinya dengan baik percepatan pemulihan postpartum baik sebanyak 12 orang (66,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,478, berarti tidak

ada hubungan antara mobilisasi dengan

percepatan pemulihan postpartum. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang

2,00 x lebih baik

percepatan pemulihan postpartum daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hanida (2003) dengan judul factor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan postpartum hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus (p= 0,11). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dina Dwi (2004) dengan judul hubungan mobilisasi dini perceptan pemulihan postpartum di seluruh puskesmas singosari kabupaten malang menyatakan bahwa mobilisasi dini tidak berhubungan dengan pemulihan postpartum dengan p value=1,000 menurut Dina Dewi yang berhubungan mobilisasi dini adalah budaya makan atau pola konsumsi Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan mobilisasi dini dengan percepatan pemulihan postpartum dikarenakan sebagian besar responden banyak yang kurang melakukan mobilisasi dini akan tetapi percepatan pemulihan postpartum bagus.. Menurut peneliti

dapat

disimpulkan bahwa antara mobilisasi dini dengan pemulihan postpartum yang meliputi penyembuhan luka, involusi uterus dan pengeluaran lochea tidak ada hubungan karena factor yang mempengaruhi proses pemulihan postpartum termasuk tingkat energy, kenyamanan psikologis dan fisik,kesehatan BBL, perawatan dan motivasi yang diberikan oleh tenaga

kesehatan professional dan keluarga sangat berperan dalam percepatan pemulihan postpartum, dimana pada periode ini lebih ditekankan pada kesejahteraan ibu dan respon dari bayi

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sc(section caesarea) terhadap proses percepatan pemulihan postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p value= 0,719). 2. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p value= 0,438). 3. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan pengeluaran lochea di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p value= 0,10). 4. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan percepatan pemulihan postpartum.( p= value = 0,478)

B. Saran 1. Bagi peneliti dapat menjadikan penelitian ini sebagai inspirasi, data dasar maupun sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara mendalam tentang hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan sc(section caesarea) terhadap proses percepatan pemulihan postpartum.

2. Bagi institusi pendidikan menambah literature atau bacaan diperpustakaan sebagai bahan kajian dan menambah informasi yang berkaitan dengan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan sc(section caesarea). 3. Bagi petugas kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan inforrmasi dan memacu petugas untuk melakukan penatalaksanaan mobilisasi dini dan manfaat mobilisasi dini terhadap pasien pasca sc(section caesarea).

DAFTAR PUSTAKA

Kasdu Deni, 2005.

Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya. Puspa Swara,

Jakarta. Enkin,

2002.Persalinan

Dengan

Kala

II

Memanjang.

http:/www.bascommetro.com. diakses tanggal 29 Januari 2013. Jonhson Ruth, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EDC,Jakarta. Ismail,

2008.

Luka

dan

Perawatan

.http://www.images.mailmkes.multipy.multiplycontent. com. diakases tanggal 29 Januari 2013. Dahro Ahmad, 2012. Psikologis Kebidanan. Salemba, Jakarta. Winkjosastro,2006. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.http://wirnursing.blogspot.com.diakses tanggal 29 Januari 2013. Bobak,2005.

Keperawatan

Maternitas.http://indonesiannursing.com.di

akses

tanggal 28 Januari 2013. Syaifuddin,

2009.

Pelayanan

Kesehatan

Maternal

Neonatal.http://syaifuddin.blogspot.com.diakses tanggal 29 Januari 2013. Saleha Sitti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas,Salemba, Jakarta.

Dan

Aliahani,2010.

Mobilisasi

Dini

Pada

Ibu

Post

Sectio

Caesaria,http://honey72.wordpress.com,diakses tanggal 28 Januari 2013. Handiani, 2009, Mobilisasi dan Immobilisasi,http://pdfsearchpro.com,diakases tanggal 29 Januari 2013. Dewilia Nanny Vivian,2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Salemba,Jakarta. Saleha Sitti,2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Salemba,Jakarta.