HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA LAKI-LAKI DENGAN KEJADIAN

Download ABSTRAK. Masturbasi digolongkan dalam kategori abnormalitas seks, karena ..... http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFil...

0 downloads 397 Views 163KB Size
PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA LAKI-LAKI DENGAN KEJADIAN MASTURBASI (Studi Penelitian di Wilayah Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo)

Oleh : Andrianto Abdullah NIM. 8414 10 019

Telah diperiksa dan disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes

Ns. Iqbal D. Husain, M.Kep, Sp.Kep.MB

NIP. 19740106 200604 2 001

NIP. 19761007 199503 1 001

Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

dr. Zuhriana K. Yusuf, M.kes NIP. 19740106 200604 2 001

SUMMARY HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA LAKI-LAKI DENGAN KEJADIAN MASTURBASI (Studi Penelitian di Wilayah Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo)

Andrianto Abdullah1 NIM : 841410019 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilm-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Masturbasi digolongkan dalam kategori abnormalitas seks, karena menggunakan penyaluran dengan cara yang dianggap kurang wajar. Kurangnya pendidikan seksual terhadap remaja akan menimbulkan penyimpangan tingkah laku seksual. Resiko-resiko lain yang dianggap bisa timbul oleh karena perilaku ini antara lain, gangguan pengendalian dorongan seks. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi. Desain penelitian menggunakan metode penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 47 remaja laki-laki. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan rendah sebanyak 31 (34,0%), sikap kurang baik sebanyak 25 (53,2%), dan kejadian masturbasi sebanyak 28 (59,6%) responden. Hubungan pengetahuan dengan kejadian masturbasi serta sikap sebanyak 28 (59,6%) responden. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p-Value 0,000), dan sikap (p-Value 0,014), dengan kejadian masturbasi pada remaja lakilaki. Kesimpulannya terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi. Dari hasil penelitian ini diharapkan remaja berupaya mencegah penyimpangan seksual, dengan memperbaiki perilaku negatif, dan sebaiknya kepada petugas kesehatan dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Laki-laki, Masturbasi. Daftar Pustaka : 26 buah, (2001-2013).

1

Andrianto Abdullah, NIM : 841410019, Jurusan Keperawatan, FIKK, UNG, Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes, Pembimbing II Ns. Iqbal D. Husain, M.Kep, Sp.Kep.MB.

World Health Organization (WHO), menguraikan bahwa kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Melyani, 2005). Permasalahan seksual pada remaja bermula dari tugas perkembangan yang harus mereka kuasai, yaitu membentuk hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Remaja yang telah matang secara seksual mempunyai minat untuk melakukan aktivitas seksual, mulai dari berkencan sampai mengadakan hubungan seksual. Hal tersebut merupakan permasalahan yang harus diselesaikan dengan benar, khususnya pada tahap remaja awal, dimana masa perubahan fisik, seksual, psikologis dan kognitif terjadi pada waktu bersamaan dengan masa individu telah mengalami laju pematangan biologis yang belum pernah dialami sebelumnya. Bagi remaja yang belum menikah tentu saja akan mengalami kesulitan untuk memuaskan dorongan seksualnya, karena mereka tidak diperbolehkan melakukannya. Walau demikian tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk bisa memuaskan dorongan seksualnya, dengan cara masturbasi (Santrock, 2001). Masturbasi digolongkan dalam kategori abnormalitas seks, karena menggunakan penyaluran dengan cara yang dianggap kurang wajar, serta mengalami beberapa dampak psikologis seperti perasaan bersalah (guilty feeling), merasa tidak suci lagi atau muncul perasaan kurang percaya diri yang berlebihan. Resiko-resiko lain yang dianggap bisa timbul oleh karena perilaku ini antara lain, gangguan pengendalian dorongan seks, sehingga pada pria yang cenderung mengalami kecanduan atau ketergantungan terhadap masturbasi, akibatnya pada saat menikah bisa mengalami ejakulasi dini, yang tentunya akan mengurangi kenikmatan seks. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yaitu pornografi (Sarwono, 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mira Indrayani Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008 dengan judul “Pengetahuan dan sikap remaja tentang masturbasi di lingkungan III Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan” didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masturbasi. Semakin tinggi minat terhadap informasi tentang seksualitas maka semakin tinggi perilaku masturbasi pada remaja laki-laki dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan uraian diatas, hal inilah yang menjadikan alasan penulis melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Laki-Laki dengan Kejadian Masturbasi”. I. Metode Penelitian 1.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Untuk pengambilan populasi dalam penelitian ini dilakukan di Desa Labanu Kecamatan Tibawa kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian di lakukan pada tanggal 27 Februari sampai dengan tanggal 05 Maret 2014.

1.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dimana dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan kejadian masturbasi pada remaja laki-laki terhadap kejadian Masturbasi, Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. 1.3 Sampel Penelitian ini menggunakan teknik sampel purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. (Notoadmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian adalah semua remaja laki-laki di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Tahun 2014. Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Remaja laki-laki berusia 10 - 19 tahun yang hadir pada saat penelitian, b. Bersedia diambil sebagai sampel penelitian. 1.4 Analisis data Digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antara variabel. Analisis data dari penelitian ini melalui prosedur bertahap, antara lain (Notoatmodjo, 2010) : a) Analisa univariat Analisa ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung jenis datanya. b) Analisa bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakn uji statistik. Analisis dari hasil uji statistik akan di uji menggunakan chi square test yang diberi symbol X2 (Notoatmodjo, 2010). Dimana X2 digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Kemudian hasil X2 hitungan dibandingkan dengan X2 tabel (3,841) dengan taraf signifikansi 5% bila hasil X2 hitung sama atau lebih besar berarti didapatkan hubungan (Notoatmodjo, 2010).

II. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Karaktristik Responden Berdasarkan Umur Remaja Laki-laki dengan Kejadian Masturbasi di Desa Labanu Umur N Persentase 13 thn 1 2.1 14 thn 4 8.5 15 thn 3 6.4 16 thn 9 19.1 17 thn 7 14.9 18 thn 9 19.1 19 thn 14 29.8 Total 47 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan data pada tabel 4.1 dari 47 reponden di dapatkan remaja lakilaki yang berusia 13 tahun ada 1 orang (2,1%), yang berusia 14 tahun ada 4 orang (8,5%) , yang berusia 15 tahun ada 3 orang (6,4%), yang berusia 16 tahun ada 9 orang (19,1%) yang berusia 17 tahun ada 7 orang (14,9%) yang berusia 18 tahun ada 9 orang (19,1%) dan yan g berusia 19 tahun ada 14 orang (29,8%). b. Pendidikan

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Remaja Laki-laki dengan Kejadian Masturbasi di Desa Labanu Pendidikan N Persentase SD 10 21,3 SMP 14 29,8 SMA 23 48,9 Total 47 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan data pada tabel 4.2 dari 47 responden, terdapat 23 reponden (48,9%) yang mempunyai pendidikan sampai SMA, 14 reponden (29,8%) yang mempunyai pendidikan sampai SMP, 10 reponden (21,3%) yang mempunyai pendidikan sampai SD.

3.1 Analisis Univariat a. Pengetahuan Tabel 4.3 Distribusi Pengelompokan Pengetahuan Remaja Laki-laki dengan Kejadian Masturbasi di Desa Labanu Pengetahuan N Persentase Tinggi 16 66,0 Rendah 31 34,0 Total 47 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Penilaian pengetahuan remaja laki-laki pada penelitian ini menggunakan kuesioner, yang dinilai dengan memberi skor pada jawaban yang benar dengan nilai 1 dan jawaban salah dengan nilai 0. kemudian hasilnya di golongkan berdasarkan tingkat pengetahuan tinggi atau rendah. Berdasarkan tabel 4.2 dari 47 responden menunjukan bahwa pengetahuan remaja laki-laki yang masuk kategori tinggi dengan kejadian masturbasi 16 orang responden (34,0%) dan yang masuk kategori rendah 31 orang responden (66,0%). b. Sikap Tabel 4.4 Distribusi Pengelompokan Sikap Remaja Laki-laki dengan Kejadian Masturbasi di Desa Labanu Sikap N Persentase Baik 22 46,8 Kurang Baik 25 53,2 Total 47 100,0 Sumber : Data Primer 2014 Penilaian sikap remaja laki-laki pada penelitian ini menggunakan kuesioner, yang dinilai dengan memberi skor pada jawaban ya dengan nilai 1 dan jawaban tidak dengan nilai 0. kemudian hasilnya di golongkan berdasarkan tingkat sikap baik dan kurang baik. Berdasarkan tabel 4.3 dari 47 responden menunjukan bahwa sikap remaja laki-laki yang masuk kategori baik dengan kejadian masturbasi 22 orang responden (46,8%) dan yang masuk kategori kurang 25 orang responden (53,2%). c. Masturbasi Tabel 4.5 Distribusi Pengelompokan dengan Kejadian Masturbasi pada Remaja Laki-laki di Desa Labanu Kejadian Masturbasi N Persentase Ya 28 59,6 Tidak 19 40,4 Total 47 100,0 Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.4 seluruh responden berjumlah 47 orang. Dari 47 orang tersebut, 28 orang (59,6%) yang tertarik melakukan masturbasi dan 19 orang (40,4%) orang tidak tertarik melakukan masturbasi. 3.2 Analisis Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Remaja Laki-laki dengan kejadian Masturbasi Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan Remaja Laki-laki dengan Kejadian Masturbasi di Desa Labanu Masturbasi Total p Pengetahuan Ya Tidak X2 Value N % N % N % Tinggi 2 7,1 14 73,7 16 100 Rendah 26 92,9 5 26,3 31 100 0,000 22,321 Total 28 59,6 19 40,4 47 100 Sumber : Data Primer 2014 Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 4.6 terdapat jumlah keseluruhan responden 47 orang. Dari 47 orang responden tersebut, 16 responden yang mempunyai pengetahuan tinggi terhadap kejadian Masturbasi. 2 responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dan melakukan masturbasi dengan persentase 7,1%, 14 responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dan tidak melakukan masturbasi dengan persentase 73,7%. Sedangkan yang mempunyai pengetahuan rendah terhadap kejadian mastrbasi 31 responden. 26 responden yang mempunyai pengetahuan rendah dan melakukan masturbasi dengan persentase 92,9%, dan 5 responden yang mempunyai pengetahuan rendah dan tidak melakukan masturbasi dengan persentase 26,3%. Berdasarkan data responden yang diteliti di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo, setelah diukur dengan menggunakan chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian masturbasi pada remaja laki-laki di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dimana setelah diuji nilai X2 hitung (22,321) > X2 tabel (3,841) yang diperoleh dengan menggunakan harga kritis (nilai-nilai chi square) yang disesuaikan dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) didapatkan bahwa nilai p-Value 0,000. Yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ha yaitu ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja lakilaki dengan kejadian Masturbasi di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. H0 yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.

b. Hubungan sikap remaja laki laki dengan kejadian Masturbasi Tabel 4.7 Hubungan Sikap Remaja Laki-laki dengan Kejadian Masturbasi di Desa Labanu Masturbasi Total p Sikap Ya Tidak Value N % N % N % Baik 9 32,1 13 68,4 22 100 Kurang baik 19 67,9 6 31,6 25 100 0,014 Total 28 59,6 19 40,4 47 100 Sumber : Data Primer 2014

X2

5,983

Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 4.7 terdapat jumlah keseluruhan responden 47 orang. Dari 47 orang responden tersebut, 22 responden yang mempunyai sikap baik terhadap kejadian masturbasi. 9 responden yang mempunyai sikap baik dan melakukan masturbasi dengan persentase 32,1%, 13 responden yang mempunyai sikap baik dan tidak melakukan masturbasi dengan persentase 68,4%. Sedangkan yang mempunyai sikap kurang baik terhadap kejadian masturbasi 25 responden. 19 responden yang mempunyai sikap kurang baik dan melakukan masturbasi dengan persentase 67,9%, dan 6 responden yang mempunyai sikap kurang baik dan tidak melakukan masturbasi dengan persentase 31,6%. Berdasarkan data responden yang diteliti di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo, setelah diukur dengan menggunakan chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dimana setelah diuji nilai X2 hitung (5,983) > X2 tabel (3,841) yang diperoleh dengan menggunakan harga kritis (nilai-nilai chi square) yang disesuaikan dengan tingkat kemaknaan yang ditentukan (derajat kemaknaan 0,05) didapatkan bahwa nilai p-Value 0,014. Yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ha yaitu ada hubungan yang bermakna antara sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. H0 yaitu tidak ada hubungan antara sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu Kecamatan Tibawa kabupaten Gorontalo. III. Simpulan Dan Saran a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan dan sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengetahuan remaja laki-laki yang masuk kategori tinggi dengan kejadian masturbasi 16 orang responden (34,0%) dan yang masuk kategori rendah 31 orang responden (66,0%).

2. Sikap remaja laki-laki yang masuk kategori baik dengan kejadian masturbasi 22 orang responden (46,8%) dan yang masuk kategori kurang 25 orang responden (53,2%). 3. Kejadian masturbasi pada remaja laki-laki di Desa Labanu sebanyak 28 responden (59,6%). 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu. 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu. b. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja laki-laki dengan kejadian masturbasi di Desa Labanu, berikut saran bagi: 1. Pelayanan kesehatan Diharapkan pada petugas kesehatan yang ada di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo, untuk tetap melaksanakan pembinaan peran masyarakat dalam melakukan perilaku kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang baik melalui penyuluhun-penyuluhan kesehatan yang disampaikan dengan cara yang lebih mudah dimengerti oleh masyarakat serta menggunakan media yang dapat menarik perhatian masyarakat. 2. Bagi orang tua Orang tua harus mmberikan peringatan yang memadai mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja. Orang tua juga harus memberikan peringatan terhadap penggunaan internet yang berlebihan yang akan berampak buruk seperti kurangnya konsentrasi dalam belajar, khususnya terhadap remaja saat ini. 3. Bagi remaja Diperlukan pengendalian dengan cara mencurahkan energi atau tenaga kearah positif seperti membaca buku yang bisa menambah wawasan pengetahuan, maupun keterampilan. Pengendalian diri diperlukan agar tidak memicu munculnya keinginan atau hasrat seksual yang tidak perlu. 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama hendaknya memperhatikan faktor-faktor lain seperti : faktor-faktor psikologis, kurangnya informasi mengenai seks dari orang tua, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, serta faktor hormonal, dan tidak menggunakan skala overlap. IV. DAFTAR PUSTAKA Aini, Khusnul. 2007. Masturbasi Pada Remaja. http://.stikku.ac.id/wpcontent/uploads/2011/02/Masturbasi-Pada-Remaja.pdf. Diakses tanggal 13 Desember 2013 pukul 20.22 Wita. Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality, And Behavior. Second Edition. New York : Open University Press.

Apriyani, Heni. 2009. Efektivitas Pelatihan Efikasi Diri terhadap Intensi Masturbasi Pada Remaja (Studi Eksperimental di SMA Negeri 15 Semarang). Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Ardiani, Wahyu, Dina. 2009. Perilaku masturbasi pada remaja laki-laki ditinjau dari minat terhadap informasi tentang seksualitas. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Atmadi, Tri, Teja. 2007. Minat Masturbasi Pada Remaja Laki-laki Ditinjau dari perilaku Cybersex. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Chaplin, J. P. 2005. Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Erawati, dkk. 2012. Hubungan antara cybersex dengan perilaku masturbasi pada remaja d sma kesatrian 1 semarang. http:// diakses tanggal 13 Desember 2013 Pukul 20.40 Wita. Handayani,Y. S. 2001. Kehidupan Seksual Remaja di Daerah Kumuh Perkotaan Jakarta. Majalah Kesehatan Perkotaan No. 2 : 33-44 Hidayat, A.A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Laning, Dwi, Vina. 2008. Kenakalan remaja dan penanggulangannya. Klaten: Cempaka putih. Mariani, Ani, dkk. Keterpaparan Materi pornografi Dan Perilaku Seksual Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri. http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/665/634 diakses tanggal 13 Desember 2013. Masturbasi http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/10/masturbasi/ Mulyani. 2005. Pengaruh Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja tentang Seks Bebas. Skripsi tidak dipiblikasikan, Fakultas Kedokteran, UGM: Yogykarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. Nugraha, Boyke, Dian. 2013. It’s All About Sex A-Z tentang Sex. Jakarta : Bumi Aksara Nursalam. 2003. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oktavia, Desi, Sarah. 2009. Hubungan Karakteristik, Faktor Predisposisi, dan Sumber Informasi dengan Perilaku Seksual Pada WBS di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 5 Duren Sawit Jakarta Timur. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jakarta. Rafelino, Riki. 2007. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecenderungan Perilaku Masturbasi Pada Remaja Di Yogyakarta. Naskah Publikasi, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Sarwono, S.W. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali. Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Supriyati, Euis, dkk. 2008. Efek Paparan Pornografi Pada Remaja Smp Negeri Kota Pontianak Tahun 2008. http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/210/206 diakses tanggal 13 Desember 2013. Suyatno, Tri. 2011. Pengaruh Pornografi Terhadap Perilaku Belajar Siswa (Studi Kasus : Sekolah Menengah X). Jurnal: Pendidikan Dompet Dhuafa edisi1. Soetjiningsih (2004) Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.