HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SELF-AWARENESS PASIEN DIABETES

Download Pentingnya menghindari makanan yang mengandung tinggi fosfat dan Na pada penderita DM untuk mencegah ... Tujuan dari penelitian ini adalah ...

0 downloads 622 Views 736KB Size
Hubungan Pengetahuan dengan Self-awareness Pasien Diabetes Tipe 2 Terhadap Konsumsi Makanan dan Minuman Sebagai usaha Preventif Penyakit Ginjal Kronis (PGK) Henik Tri Rahayu, S.Kep.Ns.,M.S1 ; Lilis Setyowati, S.Kep2

Abstrak Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan perawatan berkelanjutan. Pentingnya menghindari makanan yang mengandung tinggi fosfat dan Na pada penderita DM untuk mencegah mereka mengalami penyakit ginjal kronis. Kesadaran yang rendah biasanya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang. Mengembangkan kesadaran terhadap makanan dan minuman yang mengandung banyak penambahan fosfat dan natrium menjadi sangat penting karena menyebar luasnya penggunaan fosfat untuk mengawetkan makanan olahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan self-awareness pasien diabetes type 2 terhadap konsumsi makanan dan minuman sebagai usaha preventif penyakit ginjal kronis (PGK). Design penelitian ini adalah deskriptif-korelatif dengan pendekatan cros-sectional study pada 78 penderita DM di wilayah Malang yang diambil dengan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan diabetes yang masih kurang (n:47 ; 60,3%) dan mayoritas responden self-awareness/kesadaran yang tinggi terhadap pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium (n:63 ; 80.8%).hasil Pearson Chi-Square 3.182 dengan p-value .074, sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan diabetes dengan self-awareness pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium. Tidak adanya hubungan dapat dikarenakan mayoritas responden adalah lansia, berpendidikan rendah, masyarakat pedesaan dan dalam ekonomi menengah ke bawah yang cenderung kurang menyukai jenis makanan olahan dan cepat saji seperti orang perkotaan. Kata kunci: diabetes, PGK, pengetahuan, kesadaran konsumsi fosfat dan natrium

Pendahuluan Berdasarkan the World Diabetes Foundation (2012) diabetes merupakan salah satu penyebab kematian terbesar bagi manusia di dunia bahkan pada banyak orang Indonesia. Dari beberapa jenis diabetes, diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang paling banyak terjadi di masyarakat (Courten, 2010). Diyakini bahwa DM tipe 2 sangat erat kaitannya dengan pola hidup yang tidak sehat diantaranya seperti makan makanan tinggi gula dan lemak, serta kurangnya olahraga (sedentary lifestyle). Berdasarkan World Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes didunia diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 termasuk di Indonesia (Wild, 2004). Menurut Wild (2004), jumlah penderita diabetes ini terus meningkat dari tahun ke tahun diantara terdaftar dalam 10 negara dengan jumlah diabetes tertinggi di dunia yang tercatat pada tahun PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

| 13

2000- 2030, dimana Indonesia menduduki ranking ke-4 yang memiliki penderita diabetes sebanyak 8,4 juta pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (WHO, 2012). Hal ini diperkuat dengan prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 4,8% dari 156 juta jiwa total populasi orang dewasa pada tahun 2012 (IDF, 2012). Diabetes merupakan penyakit kronis yang tidak hanya memerlukan perawatan berkelanjutan tetapi juga membutuhkan pendidikan untuk mencegah komplikasi akut dan mengurangi resiko komplikasi jangka panjang (Wdowik, Kendall, Harris, & Auld, 2001). Penderita diabetes sangat rentan terhadap komplikasi yang serius seperti kebutaan, amputasi ekstremitas bawah serta penyakit jantung dan gagal ginjal kronis dimana semua ini berdampak pada tingginya biaya perawatan pada pasien dengan diabetes (McDowell, 2005; American Diabetes Association (ADA), 2003). Diabetes dan komplikasinya memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi pasien, keluarga, system kesehatan dan juga negara (IDF, 2011). Diabetes juga tidak hanya menyebabkan keluarga kurang mampu menjadi semakin terpuruk kedalam kemiskinan karena kehilangan pendapatan dan harus menanggung biaya perawatan, tetapi diabetes juga akan menigkatkan pengeluaran perusahaan tempat mereka bekerja dan mempengaruhi ekonomi nasional (IDF, 2011;(McDowell, Courtney, Edwards, & Shortridge-Baggett, 2005). Sebagai contoh, WHO memperkirakan pada periode tahun 2006-2015, China menghabiskan $558 milliar dari pendapatan nasional mereka untuk merawat penyakit jantung, stroke dan diabetes (WHO, 2011). Begitu pula menurut studi tentang Global Health Care Expenditure on Diabetes for 2010 and 2030, diperkirakan pengeluaran tahunan global untuk diabetes pada tahun 2010 mencapai USD $ 376.0 milliar sampai USD $ 672.2 milliar, atau antara Rp. 417.8 milliar and Rp.745.7 milliar (Zhang et al., 2010). Di Indonesia, rata-rata pengeluaran perawatan diabetes mencapai USD $ 80.22 per orang. Hal ini berarti bahwa Indonesia dapat menghabiskan lebih dari USD $ 1. 7 milliar (diperkirakan untuk 21.3 juta jiwa dengan diabetes) (IDF, 2012). Karena alasan inilah mengurangi resiko komplikasi sangat penting dilakukan, tidak hanya karena penting dari sisi pasien tetapi juga dari sisi ekonomik (McDowell et al., 2005). Diabetes tipe 2 merupakan salah satu penyebab terbesar dari end-stage renal disease (ESRD) atau dikenal dengan penyakit ginjal kronis (PGK) di negara-negara barat. Banyak, tetapi tidak semua, pasien diabetes tipe 2 mengalami perkembangan disfungsi ginjal selama hidupnya. Menurut the U.K. Prospective Diabetes Study (UKPDS), tercatat bahwa 24.9% pasien mengalami microalbuminuria dalam 10 tahun didiagnosa diabetes tipe 2, tetapi hanya 0,8% berkembang ESRD, yang ditandai dengan peningkatan kreatinin plasma (>250 μmol/l) atau telah membutuhkan terapi penggantian ginjal. Umumnya, pasien dengan diabetes sadar untuk mengontrol tingkat gula darahnya dengan membatasi asupan makanan yang banyak mengandung glukosa, akan tetapi kadang mereka lupa atau tidak sadar bahwa membatasi asupan makanan yang mengandung banyak penambahan fosfat dan natrium juga sangat penting dilakukan untuk mencegah mereka mengalami penyakit ginjal kronis dan mencegah pasien yang sudah mengalami gangguan ginjal menjadi semakin parah (Voonaro et al, 2007). Retensi fosfat yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan, serta dapat meningkatkan insiden kalsifikasi vaskuler berhubungan dengan hiperfosfatemia yang ditemukan pada pasien ginjal kronis (Shutto et al, 2013). Begitupula dengan makanan yang mengandung tinggi natrium, kondisi hypernatremia juga dapat menyebabkan gangguan pada tekanan darah, cairan dan fungsi ginjal. 14 |

PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

Bentuk organik dan anorganik dari fosfat diantaranya yang terkandung dalam daging, ikan, telur, susu/produk dari susu, dan sayuran (Shutto et al, 2013). Makanan-makan tersebut dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan nutrisi dan menghindari makanan tersebut bukanlah pilihan yang tepat. Akan tetapi, pasien dengan diabetes, mungkin perlu mengurangi asupan beberapa makanan untuk meminimalkan asupan fosfat, terutama makanan-makanan olahan dan cemilan yang banyak mengandung fosfat. Begitupula dengan pembatasan asupan natrium atau garam, mayoritas orang juga kurang sadar untuk membatasi asupan konsumsi garam/natrium yang tinggi. Mereka cenderung telah merasa mengurangi penggunaan garam yang berlebihan saat memasak tetapi mereka rata-rata tidak sadar bahwa ternyata kandungan natrium pada penyedap rasa, saos, produkproduk makanan siap olah dan makanan siap saji juga sangat tinggi. Hal ini menyebabkan asupan natrium mereka secara tidak disengaja juga semakin banyak. Lebih lagi, umumnya makanan cepat saji yang dijual dipasaran mengandung banyak fostat dan juga natrium. Saat ini, begitu mudahnya mendapatkan makanan cepat saji dan produk-produk makana olahan terutama bagi penduduk perkotaan, sehingga hal ini akan meningkatkan resiko seseorang mengkonsumsi fosfat dan natrium yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan pasien diabetes terutama tentang jenis-jenis makanan yang harus dihindari. Pengetahuan akan mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan dimana salah satunya adalah dalam memilih makanan dan minuman, serta mengatur jumlah asupan untuk menjaga kesehatan (Alavi, Alami, Taefi, & Gharabagh, 2011; Ardena et al., 2010) Mengembangkan kesadaran terhadap makanan dan minuman yang mengandung banyak penambahan fosfat dan natrium menjadi sangat penting karena menyebar luasnya penggunaan fosfat untuk mengawetkan makanan olahan, dimana hal ini merupakan tantangan bagi pasien diabetes untuk mampu mengurangi asupan fosfat dan natrium. Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan selfawareness pasien diabetes type 2 terhadap konsumsi makanan dan minuman sebagai usaha preventif penyakit ginjal kronis (PGK). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan informative untuk meningkatkan edukasi pada pasien diabetes terutama tentang konsumsi makanan dan makanan yang banyak mengandung fosfat dan natrium sebagai upaya preventif/pencegahan komplikasi pasien diabetes khususnya penyakit ginjal kronis (PGK) dan dapat dijadikan salah satu kajian tindakan keperawatan terutama meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan edukasi ke pasien diabetes di masyarakat. Sehingga, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan denganself-awareness pasien diabetes type 2 terhadap konsumsi makanan dan minuman sebagai usaha preventif penyakit ginjal kronis (PGK).

Metodologi Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif- korelatif dengan pendekatan quantitative research dengan pendekatan Crossectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes yang berada dimasyarakat di wilayah kerja Puskesmas di Malang. Sampel penelitian diambil dengan metode quota sampling, dimana sampel diambil dari beberapa puskesmas di Malang baik di perkotaan maupun di pedesaan.Target sampel mencapai 78 responden.Penelitian PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

| 15

akan dilaksanakan di beberapa Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas di wilayah Malang selama 6 bulan mulai bulan Oktober 2014-April 2015. Aspek etik yang dilakukan dalam penelitian adalah memperhatikan aspek etik Beneficence; Justice atau keadilan dengan memperhatikan privacy (jaminan kerahasiaan) data dan segala informasi yang bersifat pribadi dari responden yang tidak ingin disebarluaskan dijaga kerahasiaannya dengan cara anonymity yaitu tidak mencantumkan nama responden dan diganti dengan kode tertentu; Respect for human dignity yaitu Peneliti memberikan penjelasan mulai dari sifat penelitian dan tujuan serta manfaat penelitian, menjelaskan hak pasien untuk menolak apabila merasa kurang nyaman atau tidak bersedia menjadi responden, manfaat dan resiko apabila menjadi responden serta menjelaskan tanggung jawab peneliti berkaitan dengan resiko yang mungkin terjadi. Setelah pasien setuju menjadi responden, diberikan lembar informed consent untuk ditandatangani.

Kerangka Konsep

Hipotesa Ada hubungan antara pengetahuan dengan self-awareness pasien diabetes terhadap konsumsi makanan dan minuman yang mengandung tinggi fosfat dan natrium. 16 |

PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

Alat dan Pengumpulan Data Alat dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua macam kuesioner. Kuesioner pertama untuk mengkaji pengetahuan pasien yang diadopt dari DKQ (Diabetes Knowledge Questionnaire) yang dikembangkan oleh Garcia et al. (2001) dan terdiri dari 24 pertanyaan dengan penskoran benar=1, salah/ tidak tahu= 0 , sehingga akan didapatkan nilai skor total DKQ 0-24, yang kemudian di kategorikan menjadi 2 kategori: baik (≥ mean) dan kurang (< mean). Sedangkan untuk mengkaji kesadaran pasien terhadap konsumsi makanan dan minuman yang mengandung tinggi fosfat dan natrium, kuesioner dikembangkan dari Shutto et al (2013) dan dikembangkan berdasarkan National Kidney Fondation(2013), dengan 4 skala Linkert dari tidak pernah=4, jarang=3, kadang-kadang=2 dan sering=1. Analisis akan menggunakan skor total dari kuesioner kesadaran, yang kemudian di kategorikan menjadi 2 kategori: kesadaran tinggi (≥ mean) dan kesadaran rendah (< mean). Kemudian data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji Chi-Square test dengan bantuan SPSS 16.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian telah dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 dengan melibatkan 78 responden pasien DM type 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas di Malang. Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah, dimana mayoritas responden memiliki usia rata-rata adalah 53,69 tahun (± SD 1,023), berjenis kelamin wanita (61,5%), memiliki tingkat pendidikan SD/tidak tamat (38,5%), menikah (83,3%), tidak bekerja (33,3%), dan hidup dalam pendapatan keluarga tingkat rendah – menengah (48,7% pendapatan kurang dari 1 juta dan 47,4% pendapatan antara 1-5 juta rupiah perbulan). Sedangkan berdasarkan lama menderita diabetes, rata-rata responden telah menderita selama 4,17 tahun ± SD 3,69. Table 1 Gambaran karakteristik responden

Variabel Usia Jenis Kelamin

kategori

N (%)

Laki-laki Wanita Tingkat Pendidikan SD/Tidak tamat SLTP SLTA PT Status Menikah Menikah Belum/tidak menikah Cerai/duda/janda Pekerjaan Tidak bekerja Petani Pegawai swasta Pegawai negeri Lain-lain Pendapatan Keluarga < 1 juta Rp 1 – 5 juta Rp > 5 juta Rp Lama menderita DM (th)

30 (38,5%) 48 (61,5%) 31 ( 39.7%) 17 (21,8%) 15 (19,2%) 15 (19,2%) 65 (83,3%) 4 (5,1%) 9 (11,5%) 26 (33,3%) 8 (10,3%) 14 (17,9%) 19 (24,4%) 11 (14,1 %) 38 ( 48,7%) 37 (47,4%) 3 (3,8%)

Mean ±SD 53,69 ± 1,023

Nilai min - max 29 - 77

4,17

1 - 18

± 3,69

PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

| 17

Gambaran tingkat pengetahuan diabetes dan Self-awareness Pola Konsumsi Makanan Tinggi Fosfat dan Na Gambaran Tingkat Pengetahuan diabetes Berdasarkan hasil dari kuesioner pengetahuan diabetes didapatkan hasil mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan diabetes yang masih kurang (n:47 ; 60,3%)

Gambar 1 Tingkat Pengetahuan Diabetes Penderita DM type 2 tahun 2015

Gambaran Self-awareness Pola Konsumsi Makanan Tinggi Fosfat dan Na Gambaran self-awareness pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi Fosfat dan Natrium ditunjukkan pada gambar 5.2-2 dibawah, yaitu mayoritas responden self-awareness/kesadaran yang tinggi (n:63 ; 80.8%). Sedangkan gambaran jenis makanan yang dikonsumsi atau dihindari oleh responden, dapat dilihat pada tabel master, lampiran hal.

Gambar 2 Self-awareness pola konsumsi makanan tinggi fosfat dan Na Penderita DM type 2

Tabulasi silang dan hubungan tingkat pengetahuan diabetes dan Pola Konsumsi Makanan Tinggi Fosfat dan Na Tabel 2 Cross-tabulasi dan hubungan tingkat pengetahuan diabetes dan self-awareness Pola Konsumsi Makanan Tinggi Fosfat dan Na

18 |

PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

Pengetahuan Diabetes

Baik

Kurang

Total

Chi-Square Tests

Count Expected count % Count Expected count % Count % of total

Pola Konsumsi Makanan Tinggi Rendah 22 9 25.0 6.0 71% 29% 41 6 38.0 9.0 87.2% 12.8% 63 15 80.8% 19.2 %

Asymp. Sig. (2-sided) .074 .136 .077

Exact Sig. (2-sided)

Value df Pearson Chi-Square 3.182a 1 b Continuity Correction 2.221 1 Likelihood Ratio 3.119 1 Fisher’s Exact Test .087 Linear-by-Linear .076 3.141 1 Association N of Valid Casesb 78 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,96. b. Computed only for a 2x2 table

Total 31 31.0 100% 47 47.0 100% 78 100%

Exact Sig. (1-sided)

.069

Dari hasil tabulasi silang tingkat pengetahuan diabetes dan self-awareness Pola Konsumsi Makanan Tinggi Fosfat dan Na didapatkan hasil bahwa 71% penderita yang memiliki pengetahuan diabetes baik maka memiliki self-awareness pola makanan tinggi fosfat dan Na yang tinggi, akan tetapi pada penderita yang memiliki tingkat pengetahuan tentang diabetes yang kurang mereka juga memiliki self-awareness pola makanan tinggi fosfat dan Na yang tinggi pula (87,2%). Dari hasil uji Chi-Square test didapatkan hasil Pearson Chi-Square 3.182 dengan p-value .074, sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan diabetes dengan self-awareness pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium.

Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diatas ditunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (60.3%) dan uji Chi-Square test didapatkan hasil Pearson Chi-Square 3.182 dengan p-value .074, sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan diabetes dengan self-awareness pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mayoritas responden memliki tingkat pendidikan SD/ tidak tamat SD (39.7%). Tingkat pendidikan meskipun tidak menjamin bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat pengetahuan diabetes akan semakin baik akan tetapi dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi seseorang akan lebih PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

| 19

mudah menerima informasi dan berusaha untuk mencari informasi itu sendiri. Selain itu mayoritas responden juga tidak bekerja (33.3%) dan usia mereka rata-rata adalah 53,69 tahun (± SD 1,023), dimana lansia yang tidak bekerja dan memiliki latar belakang pendidikan rendah akan cenderung kurang aktif dalam menggali informasi tentang penyakitnya. Disisi lain, meskipun mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang penyakitnya, ternyata mayoritas mereka justru memiliki tingkat kesadaran atau self-awareness yang tinggi terhadap pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium. Hal ini bertolak belakang dengan teori bahwa semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang pada sesuatu, dalam hal ini adalah dalam mengkonsumsi makanan atau minuman untuk menjaga kesehatan (Adam & Carter, 2011). Pola masyarakat Indonesia khususnya pada lansia yang memiliki pendidikan rendah pada penderita DM type 2 akan tetapi dapat dengan baik menghindari pantangan-pantangan dalam mengkonsumsi makanan ini dapat disebabkan karena karakteristik masyarakat kita yang cenderung patuh pada petunjuk petugas kesehatan. Mereka juga cenderung berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan semenjak didiagnosa sesuatu penyakit, meskipun sebenarnya mereka tidak mengetahui apa manfaat atau kerugian mengkonsumsi jenis makanan tertentu tersebut. Selain itu, dilihat dari jenis makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium umumnya adalah makanan cepat saji, bumbu-bumbu instan dan jenis makanan junk food seperti spagetty, pasta, kornet dan lain-lain yang cenderung jarang ditemukan di daerah pedesaan dan jarang disukai oleh para lansia, terlebih masyarakat pedesaan. Seperti yang disebutkan dari berbagai literature bahwa jenisjenis makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium tambahan yang harus dibatasi pada pasien diabetes terutama yang sudah mengalami gejala nephropaty antara lain: Garam meja, garam bawang putih, garam bawang merah, saos sate, saos steak, kecap, saos teryaki, saos oyster, crackers, chipn kentang (potato chips), chipn jagung, kacang, popcorn, biji bunga matahari (kuwaci), daging babi yang di asinkan (ham),daging babi, asinan, buah /minyak zaitun, hot dogs, daging sapi yang diasap, sosis, corned sapi, makanan yang diasap,margarine, keju, sup siap saji, daging yang didinginkan (frozen), tomat buatan (saus tomat), sayur kalengan, jus sayur buatan, macaroni & keju kaleng, cabe bubuk (buatan), spaghetti, makan yang dibekukan, dan makanan siap saji (National Kidney Fondation, 2013). Kecenderungan masyarakat pedesaan yang menyukai makanan alami dan memasak dengan bumbu alami tanpa menggunakan penyedap inilah yang mengakibatkan meskipun mereka kurang mengetahui progesivitas penyakitnya tetapi mereka tetap berhati-hati dengan apa yang mereka konsumsi. Hal ini mungkin akan sangat berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan yang sudah biasa terpapar oleh makanan dan minuman olahan dan cepat saji. Gaya hidup modern orang perkotaan kadang membuat masyarakat kurang sadar akan bahaya makanan dan minuman yang dianggap prestige, lezat dan modern yang belum tentu bahan-bahan yang dipergunakan merupakan bahan yang baik untuk dikonsumsi terutama bagi penderita DM. Hal ini juga ditunjukkan dengan beberapa orang yang memiki kesadaran terhadap konsumsi makanan tinggi fosfat yang rendah ternyata cenderung memiliki latar belakang belakang pendidikan yang lebih tinggi (SLTA atau perguruan tinggi) dan memiliki tingkat ekonomi menegah keatas (Tabel master, lampiran), karena umumnya tingkat ekonomi yang cukup akan menarik seseorang untuk mencicipi makanan dan minuman yang dianggap modern dan mahal, sebaliknya bagi mereka yang ekonomi rendah akan cenderung memilih makanan tradisional karena makanan modern dianggap mahal sehingga mereka akan berpikir dua kali untuk mencoba makanan tersebut. 20 |

PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

Karakteristik masyarakat pedesaan seperti ini dapat menjadi contoh yang baik dan perlu untuk tetap ditingkatkan dengan selalu memberikan infomasi-informasi pendidikan kesehatan agar mereka dapat terus menjaga pola hidup dan pola makan untuk mencegah komplikasi jangka panjang diabetes, apalagi bagi mereka yang sudah pernah mengalami salah satu komplikasi jangka panjang DM untuk dapat menghambat progresivitasnya.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan diabetes yang masih kurang (n:47 ; 60,3%) dan mayoritas responden self-awareness/kesadaran yang tinggi terhadap pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium (n:63 ; 80.8%) 2. tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan self-awareness/kesadaran yang tinggi terhadap pola konsumsi makanan yang mengandung tinggi fosfat dan natrium

Saran Petugas kesehatan perlu meningkatkan health education pada masyarakat/ penderita DM untuk lebih meningkatkan pengetahuan sehingga penderita DM dapat meningkatkan self-management dan self-awareness mereka pada pola-pola konsumsi makanan yang harus dihindari dan yang baik bagi penderita DM terutama yang dapat menyebebabkan komplikasi-komplikasi jangka panjang seperti makanan tinggi fosfat dan natrium yang dapat menyebabkan komplikasi diabetic nephropati yang berkembang menjadi gagal ginjal kronis. Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan sampel yang lebih representative seperti pada masyarakat perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA Adams, O. P., & Carter, A. O. (2011). Knowledge, attitudes, practices, and barriers reported by patients receiving diabetes and hypertension primary health care in Barbados: a focus group study. BMC Family Practice, 12, 135. doi: 10.1186/1471-2296-12-135 Alavi, Negin Masoudi, Alami, Leila, Taefi, Sedigheh, & Gharabagh, Gholamali Shojae. (2011). Factor analysis of self-treatment in diabetes mellitus: a cross-sectional study. BMC Public Health, 11, 761. Allen, C., LeCaire, T., Palta, M., Daniels, K., Meredith, M., D’Alessio, D. J., & Wisconsin Diabetes Registry, Project. (2001). Risk factors for frequent and severe hypoglycemia in type 1 diabetes. Diabetes Care, 24(11), 1878-1881. Amod A, Motala A, Levitt N, Berg J, Young M, Grobler N, . . . P, Raubenheimer. (2012). The 2012 Society for Endrocrinology, Metabolism and Diabetes of South Africa (SEMDSA) Guideline for Management Type 2 Diabetes. JEMDSA, 17(1), S1-S94. Ardena, Gregory Joseph Ryan A., Paz-Pacheco, Elizabeth, Jimeno, Cecilia A., Lantion-Ang, Frances Lina, Paterno, Elizabeth, & Juban, Noel. (2010). Knowledge, attitudes and practices of persons with type 2 diabetes in a rural community: phase I of the community-based Diabetes SelfManagement Education (DSME) Program in San Juan, Batangas, Philippines. Diabetes Research & Clinical Practice, 90(2), 160-166. PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan

| 21

Australian Institute of Health and Welfare (AIHW) (2008). Diabetes. Australian Facts 2008. Australian Institute of Health and Welfare, Canberra: IDiabetes Series No. 8 Australian Institute of Health and Welfare (AIHW) (2005). Chronic Kidney Disease in Australia. PHE 68 Bastiaens, Hilde, Sunaert, Patricia, Wens, Johan, Sabbe, Bernard, Jenkins, Lutgarde, Nobels, Frank, . . . Van Royen, Paul. (2009). Supporting diabetes self-management in primary care: pilot-study of a group-based programme focusing on diet and exercise. Primary care diabetes, 3(2), 103-109. Chadban, SJ, Briganti, EM, Kerr, PG, Dunstan, DW, Welborn, TA, Zimmet, PZ,Atkins, RC(2003). Prevalence of Kidney Damage in Australian Adults: The AusDiab Kidney Study.Journal of the American Society of Nephrology. 14(90002): S131-S138. Curtin, R.B. Mapes. D Schatell D& Burrow-Hudson (2005). Self management in patients with end stage renal disease: Exploring domains and dimensions. Nephrology Nursing Journal, Coronado, Gloria D., Thompson, Beti, Tejeda, Silvia, Godina, Ruby, & Chen, Lu. (2007). Sociodemographic factors and self-management practices related to type 2 diabetes among Hispanics and non-Hispanic whites in a rural setting. Journal of Rural Health, 23(1), 49-54. Courten, Maximilian de. (2010). Classification of Diabetes. In W. H. Herman, A. L. Kinmonth, N. J. Wareham & R. Williams (Eds.), The Evidence Base for Diabetes Care (Vol. 2). West Sussex, UK: John Wiley & Sons, Ltd. Ding, Jie, & Wong, Tien Yin. Current epidemiology of diabetic retinopathy and diabetic macular edema. Current Diabetes Reports, 12(4), 346-354. Du, Z. D., Hu, L. T., Zhao, G. Q., Ma, Y., Zhou, Z. Y., & Jiang, T. (2011). Epidemiological characteristics and risk factors of diabetic retinopathy in type 2 diabetes mellitus in Shandong Peninsula of China. Int J Ophthalmol, 4(2), 202-206. doi: 10.3980/j.issn.2222-3959.2011.02.20 Garcia, A. A., Villagomez, E. T., Brown, S. A., Kouzekanani, K., & Hanis, C. L. (2001). The Starr County Diabetes Education Study: development of the Spanish-language diabetes knowledge questionnaire. Diabetes Care, 24(1), 16-21. IDF, International Diabetes Federation. (2012). Clinical Guideline Task Force : Global Guideline for Type 2 Diabetes. Jones ,V.M (2011). Health Literacy and Its Association with Diabetes Knowledge, Self-Efficacy and Disease Self-Management Among African Americans with Diabetes Mellitus. The ABNF Journal. Tucker Publication, Inc.pp 25-32 Tol, Azar, Tehrani, Mohamadreza Mohajeri, Mahmoodi, Golamreza, Alhani, Fatemeh, Shojaeezadeh, Davood, Eslami, Ahmadali, & Sharifirad, Golamreza. (2011). Development of a Valid and Reliable Diabetes Self-management Instrument: An Iranian Version. Iranian Journal of Diabetes & Lipid Disorders, 10, 1-6. Wdowik, M. J., Kendall, P. A., Harris, M. A., & Auld, G. (2001). Expanded health belief model predicts diabetes self-management in college students. Journal of Nutrition Education, 33(1), 17-23. WHO, World Health Organization (2012). World Health Statistic 2012. Zhang, P., Zhang, X., Brown, J., Vistisen, D., Sicree, R., Shaw, J., & Nichols, G. (2010). Global healthcare expenditure on diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Res Clin Pract, 87(3), 293-301. doi: 10.1016/j. diabres.2010.01.026

22 |

PROSIDING Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan 2017 Prosiding: Peningkatan Keilmuan Solusi Tantangan Profesi Kesehatan