HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN

Download sehingga mempengaruhi kepatuhan untuk berobat secara tuntas. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan antara l...

2 downloads 660 Views 139KB Size
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN Anna Silvia Prihantana1, Sri Saptuti Wahyuningsih2 Abstrak Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan persial oksigen yang tinggi. World Health Organization (WHO 1990) menyatakan bahwa 1760 juta manusia atau sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan, kelengkapan dan kepatuhan minum obat bagi setiap penderita. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis di RSUD dr.Prijonegoro Soehadi Sragen. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kuantitatif Analitik Observasional dengan pendekatan Cross sectional. Populasi diambil dari pasien tuberkulosis di RSUD dr.Prijonegoro Soehadi Sragen. Tehnik pengambilan sampel dari anggota populasi dengan anggota populasi dengan metode Accidental Sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument kuisioner. Analisis data dengan uji prasyarat dan uji hipotesa dengan korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikansi antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dengan nilai signifikansi 0,009.

Kata kunci : Pengetahuan , Kepatuhan , Tuberkulosis Paru

Abstract Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis, is the aerob bacterial that can live mainly in the lungs or in various organs of the body who has of partial pressure of oxygen is high WHO stated that 1760 million peaple or one third of the worlds population has been infected with tubrculosis grams. To achieve a cure, necessary regularity, completeness and dicipline to take medication for each patient. Objective this study was to determine the relationship of knowledge with the level of discipline in the treatment of patiens in hospital dr.Prijonegoro sragen. This reseach uses quantitative analytic observational study with cross sectional approach. Population taken from tuberculosis patiens in hospitals dr.Prijonegoro Sragen. Sampling technique of the population with accidental sampling method. Gathering data using questionnaires instrument. Data analysis prerequisite test and test hypothesis with pearson product moment correlation. The results of the research there is a significant relationship between knowledge level of compliance with treatment in patients with pulmonary tuberculosis in dr. Soehadi Prijonegoro Sragen with significant value 0.009.

Keywords: Knowledge, Compliance, Tuberculosis

1 2

Prodi DIII Farmasi, Poltekkes Bhakti Mulia Prodi DIII Farmasi, Poltekkes Bhakti Mulia

46 |

Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II, No. 1, September 2016

Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis di RSUD Dr. Soehadi ....

1. PENDAHULUAN Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan persial oksigen yang tinggi (Bahar, 2003). Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari (Depkes, 2008). Perilaku kepatuhan pasien dalam pengobatan dapat dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain : factor pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, sikap, ketersediaan fasilitas kesehatan dan faktor dukungan keluarga (Sunaryo, 2004). Pengetahuan dan dukungan keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan pada penyakit Tuberkulosis Paru. Apabila pada diri pasien tidak ada motivasi untuk sembuh, bahkan pihak keluarga juga tidak ada perannya maka hal ini akan sangat mempengaruhi jalannya pengobatan. Akibat terburuk yaitu akan munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat. Sehingga pengobatan akan semakin sulit dan nantinya akan meningkatkan angka kematian pasien (Indan Enjang cited Sholikah, L. F, 2012) Kepatuhan berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Lukman, A (1999), adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan (Prijarminto, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II, No. 1, September 2016

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Sebagian besar penderita tuberkulosis bosan mengkonsumsi obat karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mengobatinya disamping rasa bosan penderita tuberkulosis terkadang juga berhenti mengkonsumsi obat sebelum masa pengobatan selesai hal ini dikarenakan penderita belum memahami bahwa obat harus diminum seluruhnya dalam waktu yang telah ditentukan, serta pengetahuan yang kurang tentang penyakit sehingga mempengaruhi kepatuhan untuk berobat secara tuntas. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan antara lain : dilakukannya penyuluhan atau pemberian informasi oleh petugas kesehatan secara intensif kepada pasien Tuberkulosis Paru. Hal ini dapat memperbaiki perilaku pasien dalam kepatuhannya melakukan pengobatan (Sukana, 2003). Pengetahuan dan dukungan keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan pada penyakit Tuberkulosis Paru. Apabila pada diri pasien tidak ada motivasi untuk sembuh, bahkan pihak keluarga juga tidak ada perannya maka hal ini akan sangat mempengaruhi jalannya pengobatan. Akibat terburuk yaitu akan munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat. Sehingga pengobatan akan semakin sulit dan nantinya akan meningkatkan angka kematian pasien (Indan Enjang cited Sholikah, L. F, 2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan tuberkulosis di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen.

2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang bertempat di Jl. Raya Sukowati 534 Sragen. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2015. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Analitik Observasional dengan pendekatan Cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien tuberkulosis di RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen. Jumlah sampel yang | 47

Anna Silvia Prihantana, Sri Saptuti Wahyuningsih

digunakan adalah 40 pasien. Pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Sampling. Uji Validitas menggunakan Product Moment dari Pearson dan Reliabilitas dengan Alpha Cronbach (Notoadmojo, 2005). Analisa data dengan melakukan Uji Prasyarat meliputi Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov, Uji linearitas menggunakan Uji Anova (F), dilanjutkan Uji Hipotesa menggunakan korelasi product moment dari pearson (Sugiyono, 2010).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan sampel 40 responden. Pengambilan data penelitian. Pengambilan data penelitian dilaksanakan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Responden merupakan pasien tuberkulosis paru. Hasil penelitian dapat diuraikan secara deskriptif mengenai pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis paru di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen dengan hasil seperti tercantum pada tabel 1: Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total

Frekuensi 18 22 40

Prosentase (%) 45 55 100

Dari tabel 1 menunjukan bahwa responden yang terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22 responden atau 55 %, sedangkan perempuan berjumlah 18 responden atau 45%, Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dhewi, G.I et all (2011) yang menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki 52.5% lebih banyak terkena penyakit tuberkulosis paru dibanding perempuan, sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 47.5%. Laki- laki memiliki tingkat mobilisasi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman penyebab tuberkulosis paru lebih besar, selain itu kebiasaan mengkonsumsi rokok, minum alkohol dan keluar malam hari dapat menurunkan system kekebalan tubuh.

48 |

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Frekuensi Tidak tamat SD/ 10 Tamat SD Tamat SMP 7 Tamat SMA 21 Tamat Akademi/ 2 Sarjana Total 40

Persentase (%) 25 17,5 52,5 5 100

Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa responden yang terbanyak berpendidikan tamat SMA sebanyak 21 responden atau 52,5% Tidak tamat SD/ tamat SD yakni 10 responden atau 25%, tamat SMP yakni 7 responden atau 17,5%, dan sedangkan tamat akademik/sarjana yakni 2 responden atau 5%. Pendidikan merupakan suatu kegiatan, usaha manusia atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia. Tolak ukur pendidikan seseorang dapat diketahui dari pengetahuan dan sikapnya. Dari tabel di atas juga menunjukkan bahwa hampir 60% responden sudah lulus dari pendidikan dasar sehingga responden dinilai sudah mampu menerima informasi tentang suatu penyakit, terutama penyakit tuberkulosis paru, dimana panyakit tuberkulosis paru membutuhkan pengetahuan yang baik untuk membantu keberhasilan pengobatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan penyakitnya sehingga akan semakin teratur pengobatannya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Pasek (2013) bahwa semakin tinggi pendidikan akan mampu memberikan persepsi yang positif terhadap pengobatan pada pasien Tuberkulosis Paru. Penelitian ini juga didukung penelitian dari Hasriani et all (2014), usia seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan. Sehingga semakin tinggi usia pasien, maka pasien akan mempunyai pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru yang semakin baik pula. Sehingga hal ini akan menyebabkan pasien akan semakin patuh pada pengobatan, yang pada akhirnya pasien akan segera sembuh dari Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II, No. 1, September 2016

Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis di RSUD Dr. Soehadi ....

penyakitnya.

Tabel 5. Distribusi frekuensi data pengetahuan

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Ibu rumah tangga Petani Swasta/wiraswasta PNS Total

Frekuensi Persentase (%) 11 27,5 18 45 9 22,5 2 5 40 100

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa responden terbanyak bekerja sebagai buruh tani adalah 18responden atau 45 %. Sedangkan ibu rumah tangga yakni 11 responden atau 27,5%, swasta /wiraswasta yakni 9 responden atau 22,5% dan Pegawai negeri sipil yakni 2 responden atau 5%. Pekerjaan responden dapat disimpulkan memiliki penghasilan yang kurang atau rendah biasanya akan lebih mengutamakan kebutuhan primer dari pada pemeliharaan kesehatan seperti yang disampaikan Amira (2005) bahwa umumnya individu yang mempunyai penghasilan kurang menyebabkan kemampuan memperoleh status gizi menjadi kurang baik dan kurang seimbang sehingga berdampak pada menurunnya status kesehatan. Tabel 4. Deskripsi data pengetahuan

No 1 2 3 4

Data pengetahuan Tertinggi Terendah Rata-rata Standar Deviasi

Nilai 92,42 14,28 18,62 7,748

Kelas Interval 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 Jumlah

F 4 2 3 5 0 1 5 13 7 40

f (%) 10 5 7,5 12,5 0 2,5 12,5 32,5 17,5 100

Kumulatif F 4 6 9 14 14 15 20 33 40

F (%) 10 15 22,5 35 35 37,5 50 82,5 100

Dari tabel 5 diperoleh data hampir 65% dari responden memiliki pengetahuan yang baik , dengan nilai > 70. Pasien tuberkulosis paru yang memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakitnya baik dari faktor penyebab gejalanya penyakit, pengobatannya maupun pencegahannya maka diharapkan pasien akan patuh dan teratur dalam minum obat. Sehingga akan sangat membantu sekali proses penyembuhannya. Bagi pasien anak, peran orang tua sangatlah besar. Sehingga orang tua dituntut memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit Tuberkulosis Paru. Hal ini sesuai penelitian Yessica, H.T (2004), persepsi dan pengetahuan orang tua yang baik tentang penyakit Tuberkulosis Paru memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan pengobatan pasien. Tabel 6. Deskripsi data tingkat kepatuhan

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah sampel sebanyak 40 responden, diperoleh nilai rata-rata pengetahuan pasien tuberkulosis paru di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sebesar 18,62 dengan standar deviasi 7,748. Dari tabel di atas juga diperoleh nilai tertinggi sebesar 96,42 dan sedangkan nilai terendah adalah 14,28. Adapun data distribusi frekuensi dalam kelas interval data pengetahuan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II, No. 1, September 2016

No 1 2 3 4

Data kepatuhan Tertinggi Terendah Rata-rata Standar Deviasi

Nilai 120 60 107,35 12,313

Dari tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari jumlah sampel sebanyak 40 responden, diperoleh nilai rata-rata tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberculosis paru di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sebesar 107,35 dengan standar deviasi 12,313. Dari tabel di atas juga diperoleh nilai tertinggi dari | 49

Anna Silvia Prihantana, Sri Saptuti Wahyuningsih

responden sebesar 120 nilai terendah 60. Adapun data distribusi frekuensi dalam kelas interval data tingkat kepatuhan dapat dilihat tabel 7 : Tabel 7. Distribusi frekuensi data kepatuhan

Kelas Interval 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 101-110 111-120 Jumlah

F 1 0 0 1 9 8 21 40

f(%) 2,5 0 0 2,5 22,5 20 52,5 100

Kumulatif F 1 1 1 2 11 19 40

F(%) 2,5 2,5 2,5 5 27,5 47,5 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa hampir 95% tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis Paru dalam berobat sudah tinggi. Hal ini berbanding lurus dengan hasil di tabel 4.5. Semakin baik pengetahuan pasien tentang penyakit tuberkulosis paru, semakin tinggi pula tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan. Kepatuhan pasien merupakan sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan atau di informasikan oleh petugas kesehatan. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat, sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya kesembuhan. Pengetahuan pasien merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kepatuhan pasien, karena ketidakpatuhan pasien akan meningkatkan resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperburuk penyakit yang diderita. Apalagi pada penyakit tuberkulosis paru, kepatuhan pasien dalam pengobatan merupakan faktor penentu berhasilnya penyembuhan penyakit. Hal ini dikarenakan penyakit tuberkulosis paru membutuhkan jangka waktu yang lama untuk penyembuhannya. Tabel 8. Hasil uji Normalitas One Kolmogorov Smirnov

Variabel Pengetahuan Kepatuhan

Sig 0.230 0.403

α 0.05 0.05

Keterangan Normal Normal

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh nilai p atau signifikansi dari variabel pengetahuan sebesar 0,230, variabel kepatuhan 0,403. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan ketentuan yang ada dapat dikatakan data dari semua variabel berasal dari populasi yang terdistribusi normal, karena masing-masing nilai p > 0,05. Tabel 9 Hasil Uji Linearitas

Variabel Pengetahuan dengan tingkat kepatuhan

F hitung 0.846

F tabel 1.7087

Sig Ket 0.229 Linear

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil perhitungan uji linearitas diperoleh nilai F hitung dari variabel pengetahuan dengan tingkat kepatuhan sebesar 0,846 dan F tabel sebesar 1,7087 dengan nilai p atau signifikansi 0,229. Pengujian linieritas ini menggunakan uji Anova, dengan ketentuan apabila F hitung < F tabel atau nilai P > 0,05, berarti bahwa ada hubungan yang linier. Dari tabel di atas 0,846 < 1,7087 dan (p) atau signifikansi 0,229 > 0,05. Jadi ada hubungan yang linier antara variabel pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien. Tabel 10 Hasil uji Hipotesis Pearson Product Moment Correlations

kepatuhan Pearson

Kepatuhan

1.000

.525

.525 .

1.000 .009

.009

.

Kepatuhan

40

40

Pengetahuan

40

40

Correlation Pengetahuan Sig. Kepatuhan (2-tailed) Pengetahuan N

Pengetahuan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen dengan hasil perhitungan dengan rumus di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) hitung sebesar 0,525 dan dengan nilai (r) tabel 0,312 nilai signifikansi

(p) sebesar 0,009. Sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan ada hubungan yang 50 |

Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II, No. 1, September 2016

Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis di RSUD Dr. Soehadi ....

signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen. Semakin baik pengetahuan pasien Tuberkulosis paru maka semakin baik pula kepatuhan pasien Tuberkulosis paru dalam berobat. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan minum obat pada pasien Tuberkulosis paru selain pengetahuan dari pasien itu sendiri juga pengetahuan dari orang yang mengawasi dalam minum obat, misalnya keluarga atau tenaga kesehatan. Dengan adanya hubungan yang positif antara pengetahuan dan tingkat kepatuhan tersebut maka hal ini menuntut pihak terkait untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan bahaya penyakit Tuberkulosis paru dan pentingnya kepatuhan dalam berobat. Penyuluhan dengan media yang tepat, cara yang tepat kepada sasaran yang tepat pula tentunnya akan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dari pasien, sehingga tingkat kepatuhan dalam berobat juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini sesuai penelitian Suryaningnorma et all (2009), variabel pengetahuan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kepatuhan pasien, dengan nilai signifikansi 0,042. Pengobatan tuberkulosis paru memerlukan waktu yang panjang. Pasien yang patuh berobat maka mereka akan menyelesaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama 6 bulan sampai dengan 9 bulan. Selama jangka waktu yang panjang tersebut akan memberikan pengaruh-pengaruh pada pasien, seperti pasien mengeluh harus mengalami pengobatan yang lama, pasien malas untuk meneruskan pengobatan, menurunnya motivasi dengan lamanya pengobatan, beban dari segi biaya, dan timbulnya efek samping obat yang menyebabkan rasa tidak enak pada tubuh. Namun, dengan pengetahuan pasien yang baik tentang penyakit tuberkulosis paru dan penyembuhannya, maka pasien tersebut dapat mengatasi pengaruh-pengaruh yang tidak baik sehingga kepatuhan pasien dalam berobat tidak terganggu dengan demikian proses penyembuhan penyakit bisa tercapai.

Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II, No. 1, September 2016

4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen (p= 0,009 ).

DAFTAR ACUAN Bahar. 2003. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Dhewi, G. I, Armiyati, Y, dan Supriyono, M. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru di BKPM Pati. Artikel Ilmiah. Hasriani, Sewang, N. dan Muzakkir, H. 2014. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Merokok Siswa Kelas II SMP Negeri 30 Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Vol 5(5) : 601-604 Lukman, A.1999. Kepatuhan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Pasek, made S.2013. Hubungan Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita TB dengan Kepatuhan Pengobatan di Kecamatan Buleleng. Jurnal Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Volume 2 No 1, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Prijarminto. 2007. Bentuk Kepatuhan dari Nilai Ketaatan. Bandung: PT Remaja Rosa. Sholikhah, L.F. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Tterhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberculosis Paru Di Puskesmas Gatak. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Surakarta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Suryaningnorma, V. S, Fasich, dan Athijah, U. 2009. Analisa Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penggunaan Obat Asma Inhalasi. Majalah Farmasi Airlangga. Vol 7(1) :1-7 | 51

Anna Silvia Prihantana, Sri Saptuti Wahyuningsih

Sukana, B. dkk. 2003. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 2(3) : 282-289. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC.

Yessica H.T.2004. Hubungan Persepsi dan Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Tuberkulosis Pada Anak di Kabupaten Purworejo. Jurnal Fakultas Keperawatan Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.