I HUBUNGAN PERAN ORANGTUA TERHADAP PERILAKU

Download merokok. Kesimpulan: Ada hubungan peran orangtua terhadap perilaku merokok siswa. SMP N 1 Buayan. Kata Kunci: peran orangtua, perilaku mero...

1 downloads 377 Views 523KB Size
POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBENTUK PERILAKU REMAJA USIA 12-15 (Parent Nurture Model in Shaping Behavior of Adolescence 12–15 Ages) Dimas Hadi Prayoga, Nursalam, Eka Mishbahatul Mar’ah Has Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Jl Mulyorejo Surabaya, Telp. 031 5913754, E-mail: [email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Masalah penyimpangan perilaku merokok pada remaja sering kali mencemaskan para orang tua, pendidik, dan masyarakat luas. Hubungan pola asuh orang tua dan perilaku merokok di MTs Mojosari masih memerlukan penjelasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel adalah 84 orang siswa usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua sedangkan variabel dependen adalah perilaku merokok. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan signifikansi α = 0,05. Hasil: Analisa statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang rendah antara pola asuh permisif dengan perilaku merokok pada remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk yaitu (p = 0,049; koefisien kontingensi = 0,210) dan tidak ada hubungan antara pola asuh demokratif yaitu (p = 0,554; koefisien kontingensi = 0,064) dan pola asuh otoriter yaitu (p = 0,418; koefisien kontingensi = 0,088) dengan perilaku merokok pada remaja usia 12-15 tahun d MTs Mojosari Nganjuk. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku permisif atau perilaku yang terlalu membebaskan anaknya tanpa adanya tuntutan atau kontrol menyebabkan anak merasa bebas melakukan perilaku merokok karena tidak ada teguran atau hukuman yang dilakukan oleh orang tua. Diskusi: Sehingga, perawat sekolah harus menyediakan promosi kesehatan untuk orang tua dalam membuat pengasuhan yang tepat pada masa remaja. Orang tua harus memiliki pola asuh yang tepat untuk diberikan sesuai dengan usia dan perkembangan remaja karena pola asuh yang tepat akan memiliki dampak positif pada perilaku remaja. Penelitian lebih lanjut pada kuesioner untuk orangtua harus diperiksa untuk kompatibilitas silang antara jawaban kuesioner yang diberikan remaja dan orang tua untuk mengetahui kebenaran dalam mengisi kuesioner. Perbedaan dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti melakukan penelitian di sekolah semi pesantren, sedangkan penelitian sebelumnya diperiksa di sekolah formal. Kata kunci: pola asuh orang tua, perilaku merokok, remaja ABSTRACT Introduction: The deviation problem of smoking activity an adolescent is come to anxious level for parents, teachers, and society. The correlation between parents nurture model and smoking activity of adolescent needs to be examined further. The purpose of this study was to analyze the correlation between parents nurture model with smoking activity of adolescent (12–15 years old). Methods: This was correlational research with cross sectional approach. The sample were 84 adolescent (12–15 years old) at MTs Mojosari Nganjuk. The independent variables was parents nurture model and the dependent variable was adolescent smoking activity. Data were collected by using questionnare, then examined by using chi square with the level of significant α = 0.05. Results: Statistical analysis had showed the low correlation between permissive parents nurture model with smoking activity of adolescent (12-15 years old) at MTs Mojosari Nganjuk (p = 0,049; r = 0.210) and no correlation between democratic nurture model (p=0,554) and authoritative nurture model (p = 0.418) with smoking activity of adolescent (12–15 years old) at MTs Mojosari Nganjuk, but only permissive model which correlate with smoking activity. The permissive parents with no control and demand caused adolescent to be feeling unimpeded to do smoking activity since there is no warning and punishment from the parents. Discussion: So that, School nurses should provide health promotion to parents in making appropriate parenting in adolescence. Parents should have the right parenting provided in accordance with the age and development of adolescents because appropriate parenting will have a positive impact on adolescent behavior. Further research on parenting questionnaires must be checked for cross-compatibility between questionnaire answers given adolescent and parents to know the truth in filling out the questionnaire. The differences in this study compared to previous studies is the researcher doing research in the school semi islamic boarding school, while the previous study examined in formal school. Keywords: parent nurture model, smoking activity, adolescent

155

Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 155–164 PENDAHULUAN

Rusia, dan Jepang (Riskesdas, 2010). Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menyatakan Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Sebagian besar laki-laki pertama kali merokok pada umur 12–13 tahun, dan sebagian besar perempuan pertama kali mencoba merokok pada umur ≤ 7 tahun dan 14–15 tahun. Prevalensi merokok di kalangan orang Indonesia berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 34,2% pada tahun 2007, 34,7% pada tahun 2010, dan menjadi 36,3 % pada tahun 2013. Persentase memulai dan menggunakan tembakau dalam setiap kelompok usia adalah: 5–9 tahun -0,7%, 10–14 tahun -9,5%, 15–19 tahun -50,3%, 20–24 tahun -26,7% , 25–29 tahun -7,6%, dan lebih dari 30 tahun mencapai 5,2% (WHO, 2015). Hasil analisis yang diambil dari data Riskesdas tahun 2007 dan tahun 2013 menunjukkan terjadi peningkatan proporsi masyarakat Indonesia yang merokok tiap hari yaitu 23,7–24,3%. Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun. Tren usia merokok meningkat pada usia remaja, yaitu pada kelompok umur 10-14 tahun dan 15–19 tahun. Hasil Riskesdas pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan bahwa usia merokok pertama kali paling tinggi adalah pada kelompok usia 15–19 tahun (Depkes RI, 2013). Sebuah penelitian yang dilakukan di Turkey menunjukkan bahwa resiko merokok 2,26 kali lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Memiliki saudara dan orang tua yang merokok juga merupakan faktor yang berperan penting dalam perilaku merokok seseorang (Sevgi & Fazil, 2014). Hasil penelitian lain yang dilakukan di salah satu sekolah kesehatan di Turki menunjukkan dukungan keluarga berperan penting dalam perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Keluarga harus menyadari konsekuensi yang dihasilkan dari perilaku merokok dan konsumsi alkohol (Zuhal, 2010). Hasil studi pendahuluan pada tanggal 11 Mei 2016 ditemukan 6 orang siswa SMP di Nganjuk melakukan perilaku merokok disalah satu warung dengan menggunakan seragam sekolah. Hasil wawancara dengan 6 orang siswa tersebut, didapatkan data 4 orang siswa merokok sejak kelas 6 SD dan 2 orang siswa

Masalah penyimpangan perilaku merokok pada remaja sering kali mencemaskan para orang tua, pendidik, dan masyarakat luas. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya. Kesan bahwa sudah dewasa karena merokok, minumminuman keras, menggunakan narkoba dan memberikan citra yang diinginkan remaja tersebut (Hurlock, 2006). Keluarga merupakan kelompok sosial pertama di mana anak dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian dan perilaku adalah pola pengasuhan anak (Lestari, 2012). Pengaruh keluarga yang paling berat adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya dimungkinkan meniru (Wismanto & Sarwo, 2007). Ketika pola asuh otoriter yaitu pola yang menekankan standar mutlak dan harus dituruti oleh anak diberikan, atau pola asuh permisif yang dicirikan dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol. Sehingga akan terbentuk intensi atau perilaku anak yang negatif, yaitu perilaku merokok. Ketika pola asuh demokratif yaitu pola asuh yang dicirikan dengan tuntutan orang tua disertai dengan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak maka akan timbul proses diskusi antara orang tua dan anak, sehingga anak akan mengetahui sisi negatif atau positif dari suatu perilaku atau intensi yang akan berdampak pada perilaku positif anak (King, 2014). Peningkatan prevalensi perokok menjadi semakin serius. Jumlah perokok di dunia mencapai lebih dari 1 miliar orang terdiri dari 800 juta pria dan 200 juta perempuan (Ericksen & Ross, 2012). Indonesia menduduki posisi peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, 156

Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Perilaku (Dimas Hadi Prayoga, dkk.) merokok sejak 2 bulan yang lalu. Enam orang siswa tersebut mengatakan bahwa ayah mereka juga melakukan perilaku merokok, tetapi kedua orang tua mereka tidak mengetahui bahwa mereka melakukan perilaku merokok. Per ilak u merokok pada remaja disebabkan oleh beberapa faktor penyebab, antara lain pola asuh orang tua, pengaruh teman, dan faktor kepribadian (Mu’tadin, 2002). Pola asuh orang tua mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan perilaku remaja terutama dalam memberi contoh dan mencegah perilaku merokok (Lestari, 2012). Akibat dari perilaku merokok pada remaja yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka pendek yang timbul, yaitu gangguan pernapasan, kecanduan nikotin serta meningkatnya risiko penggunaan obat terlarang. Masalah jangka panjangnya adalah kenyataan bahwa sekali orang telah menjadi perokok aktif maka biasanya akan terus menjadi perokok aktif sepanjang hidupnya (BNN, 2014). Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (2004) bahaya dan efek samping merokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisema, 5% penyakit stroke, 50% pria mengalami risiko impotensi, ibu hamil yang merokok selama kehamilan ataupun terkena asap rokok di rumah atau di lingkungannya berisiko mengalami proses kehamilan yang bermasalah, dan lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun yang merokok atau tinggal dengan perokok di lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma (BKKBN, 2007). Berdasarkan masalah perilaku merokok pada remaja, peneliti ingin mengetahui karakteristik pola asuh orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja. Menurut Azjen pada Theory of Planned Behavior (TPB), perilaku dipengaruhi oleh norma subjektif

yaitu pihak-pihak yang dianggap berperan dalam perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut, di antaranya orang tua, sahabat, atau orang yang dianggap ahli atau penting (Ajzen, 1988). Norma subjektif dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua yang nantinya akan mempengaruhi perilaku remaja atau intensi. Intensi atau respons pola asuh mengacu pada sejauh mana orang tua mendorong anak, mendukung dan sepakat dengan permintaan anak-anak dengan kehangatan dan komunikasi, dalam hal ini yaitu pola asuh secara demokratif yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku mereka (King, 2014). Berdasarkan berbagai fakta tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Merokok Remaja Usia 12-15 Tahun di MTs Mojosari Nganjuk”. METODE Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 12-15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk sejumlah 435 siswa. Populasi terjangkau adalah siswa laki-laki sejumlah 108 di MTs Mojosari Nganjuk yang telah di skrining dan memenuhi kriteria inklusi sebanyak 84 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki yang tinggal bersama orang tua. Pemilihan sampel menggunakan pendekatan simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak, agar dapat mewakili populasi yang ditentukan peneliti. Penelitian ini mempunyai besar sampel 84 orang remaja di MTs Mojosari Nganjuk

157

Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 155–164 Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua, sedangkan variabel dependennya adalah perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 buah kuesioner yang diberikan kepada remaja, yaitu kuesioner perilaku merokok remaja dan kuesioner pola asuh orang tua. Kuesioner pertama adalah kuesioner pola asuh orang tua. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui jenis pola asuh demokratif, otoriter, dan permisif dengan menggunakan kuesioner PSDQ (Parenting Styles and Dimentions Questionnare-Short Form) (Kimble, 2014). Penyusunan kuesioner pertama telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,924 yang berarti reliabel. Pernyataan meliputi pola asuh demokratif soal nomor 1–13, pola asuh otoriter nomor 14–21, dan pola asuh permisif nomor 22–25 dengan pilihan jawaban “tidak pernah” skor 1, “kadang-kadang” skor 2, “sering” skor 3 dan “selalu” skor 4 dengan kategori jumlah skor demokratif ≥ 32,5 skor 2; tidak demokratif < 32,5 skor 1, Otoriter ≥ 20 skor 2; tidak otoriter < 20 skor 1 dan perimsif ≥ 4 skor 2; tidak permisif < 4 skor 1. Kuesioner kedua yaitu closed ended question untuk menilai perilaku merokok pada remaja meliputi apakah remaja merokok, apakah orang tua merokok, sejak kapan merokok, berapa jumlah konsumsi rokok per hari, alasan remaja merokok, di mana biasanya remaja merokok, dari mana remaja mendapatkan rokok, dan apakah orang tua remaja mengetahui remaja merokok. Lokasi penelitian adalah MTs Mojosari Nganjuk. Waktu penelitian adalah pada 30 Juli 2016. . Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil sampel yang akan digunakan untuk penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi serta memberikan lembar informed consent pada responden sebagai persetujuan menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan 2 lembar Kuesioner kepada remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk yang sesuai dengan kriteria inklusi, masing-masing kuesioner digunakan untuk mengetahui perilaku

merokok pada remaja dan pola asuh yang diberikan oleh orang tua. Pernyataan terbuka juga diberikan dalam setiap kuesioner yang bertujuan untuk meminimalkan subjektivitas pengumpulan data dengan kuesioner. Peneliti akan mendampingi responden dalam melakukan pengisian kuesioner, sehingga jika ada kuesioner yang kurang jelas peneliti dapat segara menindaklanjuti. Pembagian kuesioner diberikan saat pulang sekolah dengan lama pengisian kuesioner 25 menit dan kontrak waktu beserta penjelasan di depan kelas selama 35 menit. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan diuji statistik dengan menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu pola asuh orangtua dan variabel dependen yaitu perilaku merokok pada remaja usia 12–15 tahun. HASIL Berdasarkan tabel 1 didapatkan 57 remaja (67,9%) dengan pola asuh orang tua demokratif adalah pola asuh terbanyak yang diterapkan orang tua pada remaja di MTs Mojosari Nganjuk. Tabel 2 menunjukkan bahwa 49 remaja (58,3%) melakukan perilaku merokok. Responden yang melakukan perilaku merokok paling banyak sejak SMP sebanyak 44 remaja (89,8%). Rata-rata konsumsi jumlah rokok perhari 28 remaja (57,1%) untuk konsumsi rokok 10–20 batang. Sebanyak 13 remaja (26,5%) melakukan perilaku merokok dikarenakan melihat orangtuanya merokok, perilaku merokok remaja tersebut lebih banyak dilakukan diwarung yaitu sebanyak 45 remaja (91,8%). Responden mendapatkan rokok Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan pola asuh orang tua remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk pada Juli 2016 Variabel Pola Asuh Demokratif Otoriter Permisif Total 158

Ya 57 18 9 84

Kategori % Tidak 67,9 27 21,4 66 10,7 75 100

% 32,1 78,6 89,3

Total % 100 100 100

Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Perilaku (Dimas Hadi Prayoga, dkk.) Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk. (n = 49) Variabel Perilaku merokok 1. Perilaku merokok remaja a. Merokok b. Tidak merokok Total 2. Sejak kapan remaja merokok a. SD b. SMP Total 3. Jumlah konsumsi rokok remaja per hari a. <10 batang b. 10-20 batang c. >20 batang Total 4. Alasan remaja Merokok a. Iseng/coba-coba b. Melihat ortu merokok c. Agar terlihat dewasa d. Lainnya, disebutkan

Frekuensi

Presentase (%)

49 35 84

58,3 41,7 100

5 44 49

10,2 89,8 100

12 28 9 49

24,5 57,1 18,4 100

26 13 0 10 49

53,1 26,5 0 20,4 100

0 0 45 4 49

0 0 91,8 8,2 100

13 0 36 0 49

26,5 0 73,5 0 100

40 44 84

47,6 52,4 100

0 49 49

0 100 100

5. Dimana biasanya remaja merokok a. Di sekolah b. Di rumah c. Di warung d. Lainnya,disebutkan Total 6. Darimana remaja mendapatkan rokok a. Teman b. Orangtua c. Membeli sendiri d. Lainnya,disebutkan Total 7. Perilaku merokok Orangtua a. Merokok b. Tidak merokok Total 8. Orangtua remaja mengetahui remaja merokok a. Iya b. Tidak Total

Tabel 3. Hubungan antara Pola Asuh orang tua dengan perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di Mts Mojosari Nganjuk. Pola Asuh Demokratif Otoriter Permisif Total

Merokok ∑ % 32 56,1 9 50 8 88,9 49

Kategori Tidak merokok ∑ % 25 43,9 9 50 1 11,1 35 159

∑ 57 18 9 84

Total

% 100 100 100

Uji Chi square

Koefisien kontingensi

0,054 0,418 0,049

0,064 0,088 0,210

Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 155–164 dengan cara membeli sendiri sebanyak 36 remaja (73,5%), di antara orang tua 49 (100%) remaja yang merokok tidak mengetahui bahwa anaknya merokok dan 40 orang tua remaja (47,6%) juga melakukan perilaku merokok. Tabel 3 menunjukkan responden merokok dengan pola asuh permisif sebanyak 8 remaja (88,9%). Uji statistik chi square diperoleh p = 0,049 maka H1 diterima yang berarti ada hubungan antara pola asuh permisif orang tua dengan perilaku merokok remaja usia 12-15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk. Koefisien kontingensi didapatkan 0,210 yang berarti pola asuh permisif dan merokok memiliki hubungan yang rendah.

adalah petani yaitu 36 orang (42,9%) dan tingkat pendidikan petani yang mayoritas adalah SD yaitu 23 orang (27,4%). Responden menyebutkan bahwa di luar sekolah terdapat warung makan yang biasanya menjadi tempat untuk nongkrong dan melakukan aktivitas merokok, hal ini sesuai juga dengan tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa hampir responden melakukan perilaku merokok di warung dan mendapatkan rokok dengan cara membeli sendiri dan didapatkan dari temannya. Alasan remaja merokok disebutkan bahwa mereka melakukan perilaku tersebut karena iseng dan ingin coba-coba, dalam hal ini orang tua dengan tingkat pendidikan SD mayoritas menerapkan pola asuh permisif yang dicirikan dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol, anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Orang tua selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali, memberikan kasih sayang berlebihan dan cenderung memanjakan (Gracia & Gracia, 2009). Hal ini berbanding terbalik dengan orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi. Orang tua dengan tingkat pendidikan SD menyerahkan semua tanggung jawab kepada sekolah, berkaitan pula dengan jam sekolah di MTs Mojosari Nganjuk yang terbilang full day. Orang tua beranggapan tidak dapat memberikan pendidikan yang terbaik karena pendidikan orang tua yang terlalu minim. Namun faktanya, berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 6 Mei 2016 ditemukan beberapa siswa yang merokok di luar jam sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada atau kurangnya kontrol dari orang tua dengan tingkat pendidikan SD dan memiliki pekerjaan sebagai petani. Berdasarkan uji statistik diketahui pola asuh permisif orang tua memiliki hubungan yang rendah terhadap perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk. Pola asuh demokratif dan pola asuh otoriter orang tua tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2016 pola asuh orang tua terbanyak yaitu pola asuh demokratif 57 orang (67,9%), hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan terakhir orang tua yang mayoritas adalah SMA 28 orang (33,3%) dan PT sebanyak 12 orang (14,3%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak ilmu yang dimiliki sebagai bekal untuk menjalankan aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua akan semakin mampu menciptakan anak yang memiliki pribadi terbina dan terdidik diantaranya dalam membentuk perilaku anak (Lestari, 2012). Hal ini sesuai dengan fakta yang menunjukkan bahwa orang tua remaja yang mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA dan PT menerapkan pola asuh demokratif, pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, mendengarkan dan didengarkan yaitu orang tua sebagai referent memberikan contoh dan pengetahuan mengenai konsekuensi dari setiap perilaku yang dilakukan sehingga terbentuk perilaku yang positif terhadap anak. Berdasarkan hasil kuesioner perilaku merokok remaja didapatkan 49 remaja (58,3%) melakukan perilaku merokok, hal ini sesuai dengan pekerjaan orang tua yang mayoritas 160

Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Perilaku (Dimas Hadi Prayoga, dkk.) Data distribusi responden berdasarkan pola asuh permisif terhadap perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun menunjukkan bahwa ada hubungan yang rendah diantara keduanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Runi (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh permisif orang tua dengan perilaku merokok pada anak laki-laki usia 15–17 tahun di Kelurahan Tanah Raja Kota Ternate. Pola asuh permisif yang diterapkan oleh orang tua kepada siswa MTs Mojosari Nganjuk terlihat dari sistem pembelajaran semi pondok. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah. Aturan dilarang merokok sudah ditetapkan, namun masih banyak ditemukan siswa yang merokok di warung yaitu 45 siswa (91,8%) dari jumlah total siswa yang merokok. Seluruh siswa tersebut (100%) menyebutkan bahwa orang tua mereka tidak mengetahui bahwa mereka melakukan perilaku merokok. Pola asuh permisif dicirikan dengan orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol, anak dibolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Orang tua selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali, memberikan kasih sayang berlebihan dan cenderung memanjakan (Gracia & Gracia, 2009). Sistem pembelajaran semi pondok memiliki nilai lebih dibandingkan sekolah pada umumnya khususnya dalam hal keagamaan, namun hal ini akan membuat kontrol dari orang tua sangat minim karena siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dengan kata lain orang tua menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pihak sekolah. Secara tidak langsung orang tua siswa menerapkan pola asuh yang neglectful yaitu bila orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak (tidak peduli). Pola asuh ini menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi sosial terutama karena adanya kecenderungan kontrol diri yang kurang (Gracia F, 2009). Penilaian pola asuh hanya terbatas pada kuesioner PSDQ sehingga peneliti tidak dapat menilai respons dari masing-masing orang tua dalam menerapkan pola asuh pada anaknya.

Berdasarkan data kuesioner 7 orang tua (87,5%) yang menerapkan pola asuh permisif melakukan perilaku merokok. Secara tidak sadar, orang tua menjadi role model untuk anaknya, namun tidak ada sikap yang tegas atau kontrol perilaku yang dilakukan ketika remaja sudah berada di lingkungan sekolah dan menganggap anak telah menjalani pendidikan akhlak yang baik di sekolah sehingga remaja merasa bebas dalam melakukan perilaku merokok karena tidak ada teguran atau hukuman yang dilakukan oleh orang tua. Ditemukan 1 orang remaja dengan kode nomer responden 65 tidak melakukan perilaku merokok, namun dari data disebutkan bahwa orang tua remaja tersebut melakukan perilaku merokok. Berdasarkan Teori Plan of Behavior (TPB), perilaku merokok dipengaruhi oleh norma subjektif yaitu pihak-pihak yang dianggap berperan dalam perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Sehingga perlu adanya pendekatan yang lebih detail mengenai norma subjektif atau pihak-pihak yang dianggap berperan dalam perilaku tidak merokok responden dan alasan responden tidak melakukan perilaku merokok yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Data distribusi responden berdasarkan pola asuh demokratif dan otoriter terhadap perilaku merokok remaja usia 12-15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Agus (2012) mengemukakan bahwa mengasuh anak secara demokratif lebih baik dari pada otoriter dan permisif. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratif memberikan bimbingan yang sesuai dengan perkembangan anak. Pola asuh demokratif yaitu pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, mendengarkan dan didengarkan. Berdasarkan data kuesioner 19 orang tua remaja (59,4%) tidak melakukan perilaku merokok. Orang tua memberikan contoh yang realistis kepada anak untuk tidak melakukan perilaku merokok. Pola asuh ini memprioritaskan kepentingan anak tetapi tidak 161

Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 155–164 ragu untuk mengendalikan mereka. Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak dan tidak berharap berlebihan. Pola asuh demokratif dicirikan dengan adanya tuntutan dari orang tua disertai dengan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan mempertimbangkan faktor kepentingan dan kebutuhan. (Sriyanto dkk, 2014). Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang menetapkan standar mutlak yang harus dituruti oleh anak dan sering disertai dengan ancaman. Pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman (kekerasan) dengan cara orang tua memaksakan kehendaknya, sehingga orang tua dengan pola asuh otoriter memegang kendali penuh dalam mengontrol anak-anaknya (Stansbury & Haley, 2012). Orang tua yang otoriter menerapkan batasbatas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara atau bermusyawarah (Hoang, 2007). Remaja dengan orang t ua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung merasa takut jika melakukan perilaku merokok, hal ini dikarenakan remaja takut dengan hukuman yang diberikan ketika melakukan perilaku negatif terutama hukuman fisik. Hukuman yang diberikan orang tua merupakan bentuk kontrol yang ketat terhadap perilaku anak.

sesuai dengan tahapan perkembangan remaja bahwa remaja sebagai periode perubahan emosi, minat dan peran serta keinginan akan kebebasan mencari jati diri sedangkan pola asuh demokratif dan otoriter tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok remaja usia 12-15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk karena pola asuh demokratif memberikan bimbingan yang sesuai dengan perkembangan anak dan pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang menetapkan standar mutlak yang harus dituruti oleh anak dan sering disertai dengan ancaman sehingga keduanya dapat memberikan kontrol yang sangat ketat terhadap perilaku remaja. Saran Saran untuk tenaga kesehatan adalah menjadi edukator untuk orang tua agar lebih memahami dan dapat menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak. Pada Orang tua juga lebih memahami dan menerapkan pola asuh yang tepat untuk remaja sehingga dapat memberikan kontrol yang tepat terhadap perilaku remaja, sehingga remaja lebih memahami dan menyikapi pola asuh yang diberikan oleh orang tua. Pada peneliti selanjutnya perlu menambahkan variabel mengenai faktor lain yang menyebabkan remaja melakukan perilaku merokok seperti pengaruh lingkungan, pengaruh teman dan faktor kepribadian. Kuesioner untuk orang tua juga dapat ditambahkan untuk menilai respons dari masing-masing orang tua dalam menerapkan pola asuh pada anak dan perlu adanya evaluasi ulang terkait perubahan pola asuh orang tua.

Kesimpulan Pola asuh demokratif dan otoriter tidak memiliki hubungan dengan perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk karena pada masa remaja merupakan masa peralihan, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya sehingga pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga dalam hal ini adalah pola asuh orang tua. Pola asuh permisif memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok remaja usia 12–15 tahun di MTs Mojosari Nganjuk karena pola asuh permisif memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol, hal ini

Kepustakaan Aiken, LR. 2002. Psychological Testing and Assesment, Ed. 10. Boston: Allyn Bacon. Afriani, A & Baharudin, R. 2012. The relationship between parenting style and social responsibility of adolescents in Banda Aceh, Indonesia. Journal of social sciences & humanities. Vol. 20, No. 3. (Hlm. 7–736). 162

Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Perilaku (Dimas Hadi Prayoga, dkk.) Alamsyah, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan . Thesis. Universitas Sumatera Utara, Medan. Atkinson, 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Azjen, I. 1988. Form Intentions to Actions, Attitudes, Personality and Behavior. London: Open University Press, England. Azjen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior. Buckingham: Open University Press, Milton Keynes. Batubara, JR. 2010. Adolescent Development Perkembangan Remaja. Jurnal Sari Pediatri, Juni. Volume 12. Baumrind, D. 1967. Child Care Practices Anteceding Three Patterns of Preschool Be ha v ior. G e ne t ic Ps ych olog y Monographs. 75(1): 43–88. BKKBN. 2007. Dampak Merokok bagi Kesehatan dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga. BKKBN. 2004 . Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004. Jakarta: BPS. BNN. 2014. Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan Teknis dan Pilot Project Rehabilitasi dalam Proses Hukum. Jakarta: Rektorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah. Badan POM RI. 2001. Dampak Buruk Rokok. Jakarta: Info POM. Bustan, MN. 2007. Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes R I. 2013. Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Chris DeSanto, DJ. 2009. Smoking’s Immediate Effect On The Body. http://www. tobaccofreekids.org/research/factsheets/ pdf/0264.pdf. Tanggal 15 Maret 2016. Jam 23.00 WIB. Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Ericksen M, & Ross H. 2012. The Tobacco Atlas. http://www.tobaccoatlas.org.

Tanggal 15 Maret 2016. Jam 23.10 WIB. Figen & Zuhal B. 2010. Inf luence of Socioeconomic Factors and Family Social Support on Smoking and Alcohol Use amon Health School Students. International Journal of Caring Sciences. Vol. 3, Issue 2 (Hlm. 77–84). Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory & Research. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company. Fuadah M. 2011. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Skripsi Program S1 Ilmu Keperawatan Un ive r sit a s I ndone sia , De p ok , Indonesia. Garcia, F & Gracia, E. 2009. Is always authoritative the optimum parenting style? evidence from spanish families. International Journal of Adolescence. Vol. 44, No.173 (Hlm.8-102). Gunarsa, SD. 2008. Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia. Helmi, L & Cleary. 2000. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. International Journal of Psychological Bulletin. 80(2): 370–405. Hoang, TN. 2007. The relations between parenting and adolescent motivation. International journal of whole schooling. International Journal of Whole Schooling. 3(2): 1–8. Hurlock & Elizabeth, B. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kartini. 2010. Perubahan Sosial Terhadap Penyelenggaraan Seks. Jakarta: Penerbit Arcan King, L. 2014. The science of psychology: An appreciative view (3rd ed.). New York: McGraw-Hill Education. Kimble, Ashley Blakely. 2014. The Parenting Styles and Dimensions Questionnare: A Reconceptualization and Validation. Faculty of the Graduate College of the Oklahoma State University in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Master of Science. Komalasari, D. & Helmi, AF. 2000. Faktorfaktor Penyebab Perilaku Merokok pada 163

Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 155–164 Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konf lik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Monks. 2009. Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal New Jersey Muagman, 1980. Defenisi Remaja. Jakarta: Penerbit Grafindo Jakarta. Mu’tadin, Z. 2002. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. Nasution. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Medan: Fakultas Psikologi USU. Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. Retnowati. 2011. Remaja dan Permasalahannya. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Sastroasmoro, S & Ismail, S. 1995. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Sevgi, Y.O & Fazil, A. 2014. The Influence of Family Factors on Smoking Behavior in Turkey. International Journal of Statistics in Medical Research. (Hlm. 116–125). Shahla. 2011. Relationship between Parenting Style and Children’s Behavior Problems. Journal of Asian Social Science. Vol. 7, No. 21 (Hlm. 195–200).

Sriyanto. 2014. Perilaku Asertif dan Kecenderungan Kenakalan Remaja Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Media Massa. Jur nal Psikologi. Vol. 41, No. 1 (Hlm. 78–88). Silvan, S & Tomkins S. 1995. Exploring Affect: The Selected Writings of Silvan S. Tomkins Studies in Emotion and Social Interaction. New York: Cambridge University Press Stansbury, K & Haley, D. 2012. Adult caregivers’ behavioral responses to child noncompliance in public settings: gender differences and the role of positive and negative touch. Journal of Behavior and Social Issues. Vol. 21 (Hlm. 80–44). Taganing, N M & For t una, F. 2008. Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif Pada Remaja. http:// w w w. g u n a d a r m a . a c . i d / l i b r a r y/ articles/ graduate/psychology/2008/ Artikel_10503078.pdf. Tanggal 15 Maret 2016. Jam 23.10 WIB. Wismanto, Y & Sarwo, Y. 2007. Strategi Penghentian Per ilak u Merokok. Sema ra ng: Un iver sit as K atoli k Soegijapranata. WHO. 2015. Global Youth Tobacco Survey (GYTS): Indonesia report, 2014. New Delhi: WHO-SEARO.

164