IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Oleh:
Hidayat
(
[email protected])
I
DENTIFIKASI
• Adalah proses menemukenali dan
menetapkan berbagai strategi tindakan layanan pendidikan bagi anak dengan kebutuhan pendidikan khusus melalui serangkaian pendekatan, teknik dan proses
Hakikat Individu yang Memerlukan Pelayanan Pendidikan Khusus
• Individu yang memerlukan pendidikan khusus adalah mereka yang secara signifikan berada di luar rerata normal, baik dari segi fisik, inderawi, mental, sosial, dan emosi sehingga memerlukan pelayanan khusus, agar dapat tumbuh dan berkembang secara sosial, ekonomi, budaya, dan religi bersama-sama dengan masyarakat di sekitarnya
• Dahulu dikenal dengan stigma: anak cacat, tuna, luar biasa
Anak Lambat Belajar Anak Berbakat
Anak Berkelainan Majemuk
Anak Berkesulitan Belajar
Anak dgn Gangguan Penglihatan
Anak Berkebutuhan Khusus/ Berkelainan
Anak dgn Gangguan Autistik
Anak dgn Gangguan Intelektual
Anak dgn Gangguan Fisik & Motorik
Anak dgn Gangguan Pendengaran Anak dgn Gangguan Emosi & Perilaku
KENALILAH AKU!
Tunanetra
• Tunanetra adalah gangguan daya
penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap memerlukan pendidikan khusus
Anak tunanetra dpt dikenali dgn ciri-ciri sbb:
• Tidak mampu melihat • Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter • Kerusakan nyata pada kedua bola mata • Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan • Mengalami kesulitan saat mengambil benda kecil disekitarnya • Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering • Peradangan hebat pada kedua bola mata
Kelompok yang Mengalami Keterbatasan Penglihatan • Mengenal bentuk atau obyek dari berbagai jarak • Menghitung jari dari berbagai jarak • Tidak mengenal tangan yang digerakkan
Kelompok yang Mengalami Keterbatasan Penglihatan yang Berat (Buta)
• Yang tergolong mempunyai persepsi cahaya
(light perception) • Yang tergolong tidak memiliki persepsi cahaya (no light perception)
Dari Layanan Pendidikan Tunanetra Dikelompokkan Menjadi: • Mereka mampu membaca cetakan standart • Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan
• • • • •
kaca pembesar Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18) Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas) Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
Keterbatasan Anak Tunanetra • Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru • Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan • Keterbatasan dalam mobilitas
Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunanetra Karena keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu kepada prinsipprinsip:
a. Kebutuhan akan pengalaman konkret b. Kebutuhan akan pengalaman memadukan c. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar
Media Belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Kelompok buta dengan media pembelajarannya 2.
adalah tulisan Braille Kelompok Low Vission dengan medianya adalah tulisan awas yang dimodifikasi (huruf diperbesar, penggunaan alat pembesar tulisan)
Keterampilan Kompensatoris bagi anak Tunanetra • Keterampilan membaca dan menulis huruf Braille • Keterampilan melakukan mobilitas: Perlu latihan Orientasi dan Mobilitas
Orientasi dan Mobilitas • Adalah kemampuan menemukenali lokasi, dan kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan tepat dan aman
Totok Bintoro
Ketunarunguan Adalah:
• Keadaan kehilangan pendengaran meliputi
seluruh gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
• Ketunarunguan digolongkan ke dalam kurang dengar dan tuli
Klasifikasi Ketunarunguan Berdasarkan Tingkat Kerusakan/Kehilangan Kemampuan Mendengar – – – –
Sangat Ringan Ringan Sedang Berat
– Ekstrim
27 41 56 71
-
40 55 70 90
dB dB dB dB
91 dB ke atas
Kurang Dengar
Tuli
Masalah yang Ditimbulkan Akibat Ketunarunguan (Menurut: Arthur Boothroyd) Persepsi Auditif emosi
Permasalahan yg timbul akibat Ketunarunguan
Sosial
Masy & Ortu
Bahasa Dan Komunikasi Kognisi Dan intelektual
Pendidikan Vokasional
Identifikasi Sederhana Memampuan Mendengar
Gangguan Pendengaran bukan sejak Lahir dapat terdeteksi dengan pemeriksaan speech audiometry
Behaviorial audiometry memeriksa adanya respon anak terhadap rangsang suara-suara tertentu
Tes pendengaran untuk anak usia 1-3 tahun
Analisis Permasalahan Anak Tunarungu Sebagai Landasan Pemberian Layanan Khusus
• Akibat ketunarunguannya atr tidak mengalami masa pemerolehan bahasa • Akibat berikutnya atr tidak dapat berkembang bahasanya • Akibat miskin bahasa atr mengalami masalah dalam komunikasi dan belajarnya/ pendidikannya • Akibatnya atr tertinggal dalam segala aspek kehidupan
Bagaimana Mengatasi Berbagai Permaslahan yg Timbul Akibat Ketunarunguan • Hanya dengan memberikan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa
• Kata: Ludwig Wetgenstein: – Batas bahasaku adalah batas duniaku – Berikan anak tunarungu kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang cukup agar dunia mereka menjadi lebih luas
Pendekatan dalam Pendidikan Siswa Tunarungu Pendekatan Komunikasi
•Verbal: wicara, tulisan, membaca ujaran •Non verbal: Isyarat •Campuran: wicara dan isyarat
Pendekatan dalam pendidikan atr
Pendekatan komunikasi total
Pendekatan Metode pengajaran bahasa
Metode Maternal Refelktif
Komponen Komunikasi dalam Pendidikan atr Membaca & menulis Panto Mimik/ gesti
Wicara Dibina melalui Bina Wicara
Memanfaatkan Sisa Pendengaran
Komunikasi Total
Dibina melalui BPBI
Membaca Ujaran
Dan bentuk Komunikasi lainnya
Berisyarat & Abjad Jari Dibina melalui Bina Isyarat
Tunagrahita • Memaknai istilah Intellectual disabilities • Memiliki inteligensi rendah dengan skor •
IQ sama atau lebih rendah dari 70 Tidak dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler kecuali sekolah yang memiliki pelayanan pendidikan khusus
Hakikat Tunagrahita • anak tunagrahita adalah individu yang secara
signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut Standford-Binet Score dan Wiscr-R Score, apabila ditinjau dari kurva normal, anak tunagrahita berada di sebelah kiri kurva yaitu pada posisi -2, dengan skor inteligensi yang merentang dari 30 sampai 78.
Ketunagrahitaan bermanifestasi dalam: • Kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau
•
penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial; Mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berpartisipasi dengan kelompok usia sebaya.
Tunagrahita dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu: • Kelompok mampu didik (mild atau educable) , IQ • •
68-78 kira-kira 10 diantara 1.000 orang Kelompok mampu latih (moderate atau trainable) , IQ 52-55 kira-kira 3 di antara 1.000 orang Kelompok mampu rawat (severe- profound atau dependent) , IQ 30-40 kira-kira 1 diantara 1.000 orang
Karakteristik Tunagrahita • Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan • •
mental dan sosial Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga menyebabkan kesulitan dalam berbicara Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita mengalami kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara (audiotary perception)
Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan • mereka tidak dapat berperilaku sesuai dengan usianya.
Tunadaksa • Gangguan fisik berkaitan dengan tulang, otot, sendi, dan sistem persyarafan, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus
CP • Cerebral Palsy atau CP dimaksudkan sebagai
ketidakmampuan motorik sebagai akibat tidak berfungsinya suatu bagian dalam otak, misalnya karena luka atau infeksi. CP ini dibedakan lagi dalam 5 jenis yaitu:
– Spastic Cerebral Palsy yaitu disertai pengejangan otot; – Choreoathetoid Cerebral Palsy yang sukar mengontrol tangan dan kaki dalam melakukan aktivitas;
CP (Cerebral Palsy) - Lanjutan – Ataxia Cerebral Palsy yang memiliki indra keseimbangan dari posisi badan kurang; – CP tipe Rigid (kaku), memperlihatkan kekakuan yang ekstrim pada anggota tubuh dan stud; – CP tipe Tremor yang ditandai dengan gerakan-gerakan yang tidak berirama dan tak terkontrol.
Amputasi • Karena satu dan lain berakibat salah satudan atau lebih bagian tubuh menjadi hilang dan sering diganti anggota tubuh tiruan. Untuk dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan dan berpenampilan normal, tongkat, kursi roda,dsb.
Polio • Adalah kelainan fisik akibat virus polio saat
dalam kandungan, dan atau setelah kelahiran. Akibat terkena virus tersebut seseorang akan mengalami gangguan perkembangan anggota tubuh, yang selanjutnya akan berdampak pada kelainan anggota tubuh, tangan dan atau kaki.
Muscular Distrophy Progresive • Kelainan gerak yang diakibatkan karena
kelainan otot yang bersifat progresif (semakin lama semakin berat)
Karakteristik anak tunadaksa • Dari segi mental tidak berbeda dengan anak-anak
biasa pada umumnya, mereka rata-rata memiliki kemampuan intelektual yang sama dengan anak-anak biasa lainnya, dari sisi lain sering berdampak somatopsikhis • Pada anak CP biasanya disertai dengan gangguan komunikasi (wicara) gagap. • Karakteristik lainnya adalah, karena hambatan fisik maka kendala utama anak tunadaksa adalah dalam hal mobilitas dan penyelesaian tugas-tugas yang harus menggunakan anggota tubuh tidak secepat anak-anak lainnya.
Tunalaras • Anak tunalaras sering disebut juga anak dengan gangguan • • • •
emosional (emotionally disturbed), anak dengan kekacauan psikologis (psychologically disordred), atau anak dengan hambatan emosional (emotionally handicapped). Anak tunalaras sering mengalami konflik baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Mereka mengalami kesulitan untuk bermain atau belajar bersama anak lain. Anak tunalaras mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat, sering berkelahi, dan tidak disukai oleh anak-anak lain pada umumnya. Karena ketidakmampuannya menjalin hubungan persahabatan dengan anak lain maka anak tunalaras oleh awam sering disebut juga anak nakal.
Klasifikasi • Ada banyak hal yang dapat menjadikan anak tunalaras.
Oleh karena itu, membuat klasifikasi tunalaras bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Kesulitan tersebut terjadi karena kurangnya sistem klasifikasi antara orang dewasa dan anak. Secara sederhana anak tunalaras dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori, yaitu
– anak – anak – anak – anak
yang yang yang yang
mengalami gangguan perilaku, mengalami kecemasan berlebihan, agresif sosial, dan tidak matang.
Anak dengan gangguan perilaku memiliki karakteristik sebagai berikut: • • • • • • • • • • • • • •
Suka berkelahi, memukul, dan menyerang; Pemarah; Tidak mau mengikuti peraturan; Merusak milik orang lain maupun miliknya sendiri; Tidak sopan, kurang ajar dan kasar; Tidak dapat bekerjasama, penentang, dan kurang perhatian terhadap orang lain; Suka mengganggu; Negatifistik, gelisah, pembolos dan suka ribut; Pemarah , mencari perhatian dan suka pamer; Suka mendominasi orang lain, mengancam, menggertak, hiperaktif, pembohong, tak dapat dipercaya, dan suka mengeluarkan suara-suara kotor; Suka iri hati, cemburu, membantah; Ceroboh, mencuri, mengacau, dan menggoda; Menolak mengakui kesalahan dan suka menyalahkan orang lain; Dan mementingkan diri sendiri;
Anak yang cemas berlebihan memiliki karakteristik sebagai berikut: • Tegang, cemas berlebihan, terlalu pemalu, suka •
• •
menyendiri, mengasingkan diri, tidak punya teman; Perasaan tertekan, sedih, merasa terganggu, sangat sensitif, mudah sakit hati, dan mudah merasa dipermalukan; Merasa tidak berharga, kurang percaya diri dan mudah frustasi dan sering menangis; Menyimpan rahasia, pendiam, dan bungkam;
Anak yang agresif sosial memiliki karakteristik sebagai berikut: • • • • • •
Memiliki perkumpulan yang tidak baik; ; Mencuri bersama anak-anak lain; Menjadi anggota suatu geng; Berkeliaran sampai larut malam; Melarikan diri dari sekolah; Melarikan diri dari rumah
Anak yang tidak matang memperlihatkan karakteristik sebagai berikut: • Kurang perhatian, gangguan konsentrasi, dan • • • •
melamun; Canggung, kurang koordinasi, suka bengong, dan berangan-angan lebih tinggi; Kurang inisiatif, pasif, ceroboh, suka mengantuk, kurang minat dan mudah bosan; Tidak tabah, tidak gigih mencapai tujuan dan sering gagal menyelesaikan tugas; Berpakaian tidak rapih;
Anak Berkesulitan Belajar • Kesulitan belajar merupakan terjemahan yang kurang tepat dari learning disabilitis, tetapi lebih disukai karena istilah tersebut lebih prospektif. Terjemahan yang lebih tepat dari learning disabilitis adalah ketidakmampuan belajar, tetapi istilah tersebut terkesan “menghakimi” siswa,
seolah-olah tidak dapat diperbaiki lagi. • Salah satu ciri dari kesulitan belajar adalah dugaan adanya gangguan fungsi otak; dan gangguan fungsi otak disebabkan oleh adanya sel otak yang rusak; dan dunia kedokteran hingga saat ini belum mampu memperbaiki sel otak yang rusak (Lovitt, 1989). • Meskipun sel otak yang rusak atau mati tidak dapat diperbaiki, fungsi sel otak yang lain dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat mengkompensasikan fungsi sel otak yang rusak atau mati tersebut (Clark, 1986). • Ciri lain dari siswa kesulitan belajar adalah memiliki inteligensi normal dan bahkan superior. Ia hanya sulit belajar dalam satu atau beberapa bidang tertentu, tetapi mungkin unggul dalam bidang-bidang lain. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam bidang tertentu disebut kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities).
Anak Berkesulitan Belajar Kes bel perkembangan (developmental LD) atau kesulitan belajar pra akademik: – Gang. perkembangan
motorik – Gangguan perkembangan persepsi – Gangguan perkembangan kognitif – Gangguan perkembangan bicara dan bahasa
Kesulitan belajar akademik: – Kesulitan belajar membaca
(disleksia) – Kesulitan belajar menulis (disgrafia) – Kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
Klasifikasi Berkesulitas Belajar • Secara garis besar kesulitan belajar dibagi ke dalam dua
kelompok, kesulitan belajar yang bersifat perkembangan dan kesulitan belajar akademik.
• Kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning disabilities) atau kesulitan belajar pra akademik (pra academic learning disabilities) terdiri dari empat macam, (1) (2) (3) (4)
gangguan perkembangan motorik, gangguan perkembangan persepsi, gangguan perkembangan kognitif, dan gangguan perkembangan bicara dan bahasa.
• Kesulitan belajar akademik terdiri tiga macam, (1) kesulitan belajar membaca (dislexia), (2) kesulitan belajar menulis (disgraphia), dan (3) kesulitan belajar berhitung (discalculia).
Siswa lambat belajar (slow learner) • Inteligensi berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70 –85 (berdasarkan tes baku) • Terbatas dalam berpikir abstrak
DEFINISI GIFTED & TALENTED
(Menurut Marland)
• Anak gifted & talented ialah mereka yang oleh
orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan unggul. Anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau layanan di luar jangkauan program reguler, agar dapat merealisasikan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun masyarakat.
DEFINISI GIFTED & TALENTED (Menurut Clark)
• Giftedness adalah suatu konsep yang
berakar biologis, suatu nama dari inteligensi taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju dan cepat dari berbagai fungsi otak, meliputi penginderaan, emosi, kognisi, dan intuisi. • Fungsi yang maju dan cepat tersebut mungkin diekspresikan dalam bentuk kemampuan-kemampuan yang melibatkan
DEFINISI GIFTED & TALENTED (Lanjutan)
•Individu yang tergolong gifted & talented ialah yang menampilkan, atau yang menjanjikan harapan untuk menampilkan,
•inteligensi taraf tinggi.
•Karena kemajuan dan kecepatan perkembangan tersebut, individu memerlukan layanan atau aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah agar kemampuannya berkembang lebih penuh.
DEFINISI GIFTED & TALENTED (Menurut Renzulli)
• Giftedness adalah suatu interaksi dari
kemampuan intelektual di atas rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas, dan kreativitas yang tinggi.
Keberbakatan Menurut Renzulli
Kemampuan Intelektual Umum Di atas rata-rata
Keterlekatan pd tugas
Kreativitas
Keberbakatan:
MACAM-MACAM GIFTEDNESS (Menurut Triarchic Theory Stenberg)
• Analitik • Sintetik • Praktis
Multiple Intelligence (Gardner) Naturalistic Intellegence Intrapersonal Intelligence
Interpersonal Intelligence
Musical Intelligence
Linguistic Intelligence
Keutuhan Potensi Manusia
Bodily Kinestetik Intelligence
Logical Mathematical Intelligence
Spatial Intelligence
CONTOH INDIVIDU CACAT YANG MAMPU BERPRESTASI TINGKAT DUNIA
• Johannes Kepler (sight impaired, logical-mathematical •
• • • •
int) Albert Einstein (learning disability, logical mathematical intelligence) Thomas Alva Edison (hearing impaired, logical mathematical intelligence) Stephen Hawking (physical handicap, logical mathematical intelligence) Winston Churchill (communicative disorder, interpersonal intelligence) Vincent Van Gogh (emotionally disturbed, spatial intelligence)
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN SIWA GIFTED & TALENTED
• AKSELERASI merupakan suatu bentuk
•
peningkatan kecepatan waktu dalam menguasai materi, dilakukan dalam bentuk kelas khusus, kelompok khusus, atau sekolah khusus. ESKALASI merupakan penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program pengayaan materi.
MACAM-MACAM PROGRAM PENEMPATAN SISWA GIFTED
• Enrichment • Grouping • Acceleration
MACAM-MACAM ENRICHMENT DI SD
• Independent Study. • Opportunities for rapid pacing and testing out of unit of instruction in advance. • Applying higher-level thinking processes. • Guest speakers. • Mentors. • Higher-level materials.
MACAM-MACAM ENRICHMENT DI SLTP/SM
• College-level resources. • Community-based education. • Exchange programs. • The International Baccalaureate and United World Colleges.
AUTISTIC SPECTRUM DISORDER (ASD) • ASD bukanlah „penyakit‟ melainkan gangguan
perkembangan yang berat pada anak, akibat adanya kerusakan / masalah perkembangan pada otak.
• Gejala autisme sudah muncul sejak sebelum usia 3 tahun, dan biasanya gejala tersebut dapat menimbulkan hambatan dalam kehidupan anak hingga ia mencapai usia dewasa.
1. GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL • Gangguan dalam penggunaan perilaku nonverbal seperti tatap-mata, ekspresi wajah, postur tubuh, & isyarat untuk keperluan interaksi sosial. • Kegagalan membentuk hubungan pertemanan sesuai tahap usia perkembangan. • Tidak adanya spontanitas dalam berbagi minat, kegembiraan, atau prestasi dengan orang lain (misal: membawa, memperlihatkan / memamerkan benda yang ia sukai). • Tidak adanya hubungan sosial emosional yang timbal balik.
2. GANGGUAN KOMUNIKASI Keterlambatan / tidak terjadinya, perkembangan
bahasa wicara (tidak disertai usaha untuk kompensasi melalui media komunikasi lain seperti isyarat/ mimik/bahasa tubuh). Bila dapat berbicara, ada gangguan dalam mengawali / mempertahankan percakapan. Penggunaan bahasa yang khas, stereotipi, berulangulang atau idiosyncratic (=aneh). Tidak adanya kemampuan spontan/ bervariasi untuk bermain pura-pura atau bermain meniru lingkungan sosial sesuai usia perkembangan.
3. PERILAKU TERBATAS dengan pola minat, & aktifitas berulang Terpaku secara berlebihan pada satu atau
lebih pola minat yang terbatas dan khas. Mengikuti rutinitas atau ritual yang spesifik dan tidak fungsional secara kaku. Pola perilaku stereotipi dan berulang (misal mengepakkan tangan, memilin jari, atau gerakan motor lain yang lebih rumit). Terpaku pada benda atau bagian benda tertentu sehingga kadang sulit dialihkan perhatiannya.
Layanan: Beragamnya jenis ciri dan kualitas tersebut di atas, menyebabkan setiap individu autis memiliki ciri khas masing-masing sehingga penanganan harus bersifat individual sesuai kebutuhan masing-masing individu.
Dengan kondisi yang sangat individualistik, setiap anak memiliki kebutuhan berbeda-beda. Alternatif penanganan yang dapat diberikan, antara lain : • Biomedis (obat, diet, detoksifikasi) • Terapi (perilaku, bicara, okupasi) • Penanganan sensoris (AIT, Tomatis, SI) • Pendidikan khusus
PENDIDIKAN bagi anak autis Dampak masalah neurobiologis pada anak ASD: 1. Belajar = tugas berat bagi mereka 2. Belajar = harus dilakukan dengan cara ‘khusus’ 3. Tapi bila intervensi sejak dini, maka perjuangan belajar diharapkan dapat menjadi lebih ringan (karena mereka sudah lebih tertata).