IDENTITAS DIRI ANAK REMAJA YANG MEMPUNYAI ORANG TUA TUNGGAL (IBU) (Study Kasus Identitas Diri Anak Remaja yang Mempunyai Orang Tua Tunggal (Ibu) di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, Provinsi Sumatera Utara) Dina Maria Hutapea ABSTRAK Skripsi ini berisi penelitian mengenai Identitas diri anak remaja yang mempunyai orang tua tunggal (Ibu) di Kecamatan Laguboti, Tobasa, Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana identitas diri anak remaja yang mempunyai orang tua tunggal (ibu) dan mengetahui bagaimana peran orang tua tunggal di mata remaja yang mempunyai orang tua tunggal (ibu). Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dan landasan teori yang digunakan adalah komunikasi, komunikasi antarpribadi, remaja,tugas perkembangan remaja, orang tua tunggal, peran ayah dan ibu, dan pola asuh orang tua. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penentuan informan/subjek penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling dengan syarat remaja yang ayahnya sudah meninggal minimal satu tahun dan ibunya tidak menikah lagi. Informan berjumlah 9 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan wawancara, studi kepustakaan. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman (1994). Hasil penelitian menunujukkan karateristik identitas diri remaja yang mempunyai orang tua tunggal (ibu) mengalami pergeseran dalam bentuk menjadi peduli seperti semakin dekat, dan membangun komnunikasi yang baik dengan keluarganya, pekerja keras, dan menghargai orang lain dan ada juga yang mengalami pergeseran identitas menjadi orang yang pemarah, sering berkelahi, menyalurkan amarah serta stress dengan bermain game kekerasan. Kata kunci: identitas diri remaja, pola asuh, orangtua tunggal, pergeseran identitas 1.1. Konteks Masalah Komunikasi dalam keluarga pada umumnya terutama antara anak dengan orang tuanya menggunakan bahasa, gerak, dan isyarat. Pelajar yang melakukan komunikasi dengan harmonis sebagaimana yang digambarkan oleh Olson dan De Frain (dalam Yacub, 2005: 51) memiliki keterbukaan diri. Agar komunikasi hubungan timbal balik bisa terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga menggambarkan kaitan yang kuat sebagai berikut: hubungan suami istri berdasarkan kasih dan cinta, hubungan orang tua dan anak didasarkan kasih sayang, hubungan orang tua dan remaja didasarkan kasih sabar, hubungan antara anak didasarkan kasih sesama (Yacub, 2005: 51). Masa remaja adalah masa dimana seorang anak sangat membutuhkan perhatian dari orangtua baik ayah dan ibu. Ibu memberikan perlindungan kepada anaknya dengan naluri keibuan yang dimilikinya dan ayah berperan untuk mengajarkan disiplin bagi anak-anaknya, menjadi sahabat bagi anak-anaknya, dan menjadi pengawas bagi sang anak.Ayah sama pentingnya bagi anak perempuan
1
dan anak laki-laki. Bagi anak perempuan, ayah berperan membuat anaknya mengerti bagaimana kaum lelaki dan pergaulannya dan bagi anak laki-laki, sang ayah berperan dalam menunjukkan kekuatan sang ayah dan bagaimana ayah bertindak sebagai seseorang yang memiliki kekuatan dirumah(Spock, 1998:54). Dewasa ini jumlah keluarga dengan orang tua tunggal semakin meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena tingginya angka perceraian, teknologi yang memungkinkan wanita dapat hamil tanpa perlu menikah (spermbanks),adanya kematian suami atau istri, keinginan memiliki anak tanpa menikah, dan adopsi anak oleh wanita atau pria lajang dan peningkatan penerimaan masyarakat terhadap orang tua tunggal. Keluarga tidak utuh memiliki pengaruh negatif bagi perkembangan anak. Orang dewasa tidak menganggap ringan dampak psikologisnya terhadap anak yang baru saja ditinggal salah satu orang tuanya. Pasalnya anak yang belum siap menghadapi rasa kehilangan akan terpukul, dan kemungkinan besar mengalami perubahan tingkah laku. Mungkin jadi pemarah, pembangkang, suka melamun, sukatersinggung, suka menyendiri, dan sebagainya. Sebenarnya itu wajar saja, meskipun begitu, sebaiknya orang tua berhati-hati agar prilaku buah hatinya tidak melewati batas normal. Jika ini terjadi, anak bisa kehilangan kontrol, tak mampu lagi berpikir sehat. Remaja tidak dapat berdiri sendiri dalam menghadapi kehidupan dan membentuk identitas dirinya. Seorang remaja berada pada usia-usia rawan yaitu usia 12-24 tahun yang membutuhkan perlindungan dari orang tuanya. Dalam usia tersebut, remaja mencari jati dirinya dan lebih banyak mengandalkan emosi daripada pikiran(Agoes,2004:14).Menurut penelitian Wenny Puspita Sari (2009) bahwa remaja yang orangtuanya bercerai pada saat anak berusia remaja, maka akan lebih mengingat konflik dan ketegangan yang menyelimuti perceraian, lebih memilih menceritakan hal pribadi dan perasaan mereka kepada sahabatnya daripada orangtua dan saudara kandung mereka, memiliki sikap rendah diri dan tertutup pada keluarga. Survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2015 menunjukkan di kecamatan Laguboti bahwa dalam setiap desa terdapat minimal 2-3 keluarga tunggal. Keluarga tunggal mempunyai anggota keluarga yang usianya bervariasi dari anak-anak, remaja, dan dewasa.Setelah ayahnya meninggal, anggota keluarga yang merasakan perubahan yang signifikan adalah anak remaja. Kematian ayah membuat anak yang mulai mengenal dunia baru, tidak mendapat fungsi dan peran ayah. Seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang lebih daripada sewaktu ayahnya hidup, bahkan mempunyai hubungan yang akrab dengan anak perempuan dan anak laki-lakinya, tetap tidak dapat menggantikan sosok seorang ayah.. Perubahan yang dirasakan anak remaja mempunyai proses sesuai dengan usia ditinggalkan ayahnya, ada yang cepat dan lambat. Anak remaja yang ditinggalkan ayahnya pada usia 4-11 tahun tidak langsung mengalami perubahan. Perubahan mereka terjadi setelah mereka beranjak remaja. Anak yang ditinggalkan sewaktu usia remaja (12-23 tahun) mengalami perubahan menjadi anak nakal atau bisa jadi menjadi anak yang baik.
2
Survei tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang identitas remaja yang mempunyai orangtua tunggal di Kecamatan Laguboti, Tobasa, Sumatera Utara. 1.2. Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, maka fokus masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana identitas diri pada remaja yang mempunyai orangtua tunggal (ibu) di Kecamatan Laguboti, Tobasa, Sumatera Utara?”. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana identitas diriremaja yang mempunyai orangtua tunggal (ibu) di Kota Laguboti, Tobasa, Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui peran ibu sebagai orang tua tunggal di mata remaja yang mempunyai orang tua tunggal (ibu) di Kota Laguboti, Tobasa, Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuandan memperkayawawasan peneliti serta hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan wawasanpemikirandalam pengembangan ilmu komunikasi. 2. Manfaat secaraakademis yaitu penelitian diharapkandapat memperkaya keanekaragaman wacana penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pembacanya. 3. Manfaat secara praktis yaitu penelitian ini dapat memberikan kerangka berpikir acuan kepada remaja yang mempunyai masalah identitas diri dan komunikasi pada lingkungan sosialnya. KAJIAN PUSTAKA Paradigma Konstruktivisme Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural tetapi dari hasil dari konstruksi. Konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivisme adalah menenmukan bagaimana peristiwa atau realita tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi dibentuk. Fakta yang telah dikonstruksi sama saja dengan mengatakan bahwa keberadaan fakta tergantung pada kemunculan tindakan-tindakan manusia tertentu. Komunikasi Komunikasi secara etimologis berasal perkataan latin“Comunicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “Communis” yang berarti sama,sama disini artinya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabilamendapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003: 30).
3
Teori S-O-R Teori S-O-R seagai singkatan dari Stimulus-Organism-Respon ini semula berasal dari psikologi. Menurut teori stimulus response, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi Antar Pribadi didefenisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “Interpersonal Communication Book”(Devito, 1989: 4 ) sebagai berikut: “prosespengirimandan penerimaan pesan-pesan antara 2orang/diantara kelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik”. Berdasarkan defenisi Devito,komunikasi antar berlangsung antara dua orang yang sedang berduaan seperti suami-istri yang bercakap-cakap,atau antara dua orang dalam suatu pertemuaan. Remaja Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan baik fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan remaja antara lain menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis,belajar bersosialisi sebagai seorang wanita dan laki-laki,memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya,bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab,memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Menurut Orang Tua Pencapaian relasi yang matang dengan teman dan orang dewasa,pencapaian ketidaktergantungan dengan orang tua, kemampuan untuk mengetahui siapa diri dan apa yang diinginkan, remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab,memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. Peran Ayah dan Ibu Partisipasi ayah dalam pemeliharan anak dan rumah tangga tidak hanya meringankan tugas istrinya. Lebih penting sikap seorang ayah yang menunjukkan hal yang seperti itu menunjukkan kepada istri bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut sama pentingnya dengan pekerjaan yang lain. Ibu selalu mengalami kontak batin dengan anak-anaknyayang masih kecil dan membutuhkan perlindungan. (Ibrahim, 2002: 109).
4
Pola asuh orang tua Pola asuh orang tua terbagi antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis,pola asuh permisif ,pola asuh situasional. Pola asuh ini membentuk kepribadian anak dan bagaimana caranya menghadapi kehidupan yang dilaluinya. Model Teoritik Remaja di Kota Laguboti yang Mempunyai Orang Tua Tunggal (Ibu)
Lingkungan Sosial
Identitas diri
METODELOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metodologi penelitian berasal dari kata “metode” yang artinyacara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu penelitian.Ciri khas dari data kualitatif adalah menjelaskan kasus-kasus tertentu. Data kasushanya berlaku pada kasus tertentu serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan atau menguji hipotesis tertentu. Wilayah data kasus tergantung berapa luas penelitian tersebut. Objek penelitian Objek penelitian yang diteliti adalah identitas diri pada remaja yang memiliki orang tua tunggal (ibu) di Kecamatan Laguboti,Tobasa, Sumatera Utara. Subjek penelitian Subjek penelitian yang diteliti yaitu remaja yang memiliki orang tua tunggal (ibu) di Kecamatan Laguboti, Tobasa, Sumatera Utara. Kerangka Analisis Kerangka analisis diperoleh melalui pengumpulan data yang didapat dari informan,melakukan konfirmasi untuk mengecek kembali (cross-checked) kebenaran data, dan melakukan perbandingan terhadap data-data yang diperoleh.Teknik analisis data selama di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman (Bungin, 2007:87).
5
Teknik pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan secara primer dan sekunder. Data sekunder didapatkan dengan cara wawancara dan data sekunder didapatkan melalui laporan yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak. Penentuan Informan Informan utama dalam penelitian ini adalah remaja yang ayahnya sudah meninggal minimal 1 tahun, berusia 12 -23 tahun, bertempat tinggal di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara dan Ibunya tidak menikah lagi. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitianiniberlokasi di KecamatanLaguboti, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara yang berlangsungdaritanggal 18 Januari 2015 sampaidengan 28 Februari 2015. Teknik Analisis Data Methew B. Milles dan Michael Huberman (1994) membagi 3 alur dalam proses analisisdata kualitatif yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Profil Kabupaten Tobasa Kecamatan Laguboti terletak pada ketinggian 905-1.500 meter dari permukaan laut sehingga kelembaban udaranya cukup lembab. Luas wilayah mencapai 73,90 km2 dan tersebar di 23 kel/desa. Desa terluas di Kecamatan Laguboti adalah Desa Haunatas II dengan luas wilayah 13,02 km2 (mencapai 17,62 persen dari luas wilayah Kecamatan Laguboti) sedangkan Kelurahan Pasar Laguboti dengan luas wilayah 0,5 km2 merupakan wilayah terkecil (hanya mencapai 0,68persen dari luas wilayah Kecamatan Laguboti). Mayoritas penduduk Kecamatan Laguboti adalah perempuan yaitu 9.532 jiwa sedangkan laki-laki sebanyak 9.027 jiwa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunujukkan karateristik identitas diri remaja yang mempunyai orang tua tunggal (ibu) mengalami pergeseran. Pergeseran identitas dalam bentuk menjadi peduli terhadap keluarga, semakin dekat dengan keluarga, pekerja keras, membangun komunikasi yang baik dengan keluarganya, dan menghargai orang lain dan ada juga yang mengalami pergeseran identitas menjadi orang yang pemarah, sering berkelahi, menyalurkan amarah dan stress dengan bermain game berbau kekerasan seperti Point Blank. Pergeseran identitas menjadi peduli atau tidak peduli didukung oleh komunikasi yang terjadi didalam keluarga setelah seorang ayah meninggal dunia. Komunikasi sangat diperlukan dalam keluarga. Komunikasi mempunyai tujuan untuk mengubah sikap. Perubahan sikap itu hanya bisa dilakukan dengan komunikasi efektif. Komunikasi efektif sangat dibutuhkan dalam keluarga yang
6
sudah memiliki anggota keluarga berpisah seperti perceraian atau kematian ayah/ ibu. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban dari informan I sampai informan IX. Komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, sikap dan perilaku komunikasi karena komunikasi antar pribadi berlangsung secara tatap muka sehingga terjadilah kontak muka sehingga terjadilah kontak pribadi, pribadi anda menyentuh komunikan anda. Anak yang mempunyai orang tua tunggal sangat membutuhkan komunikasi antarpribadi antara dirinya dengan ibunya sehingga terbentuk identitas diri dan mengerti bagaimana keadaan sekitarnya melalui anggota masyarakat. Komunikasi yang efektif antara anak dengan ibu sangat membantu anak dalam menerima kehidupannya setelah ayahnya meninggal. Komunikasi antar pribadiyang mengunakan komunikasi efektif antara satu sama lain memberikan dampak yang sangat baik seperti menumbuhkan kepercayaan diri baik percaya diri menghadapi lingkungan sosial maupun percaya diri dalam menatap masa depan, seperti yang ditunjukkan oleh informan II,informan V, informan VII, informan IX. Selain itu, komunikasi yang efektif dapat mendekatkan hubungan antara anak dengan ibunya dan bisa membuat anak mematuhi apa yang dinasehati ibunya seperti yang ditunjukkan informan II,informan V,informan VII. Informan II menunjukkan bahwa ayah memberikan peranan penting bagi keberadaannya secara individual maupun anggota masyarakat. Lingkungan sosial mengatakan secara tidak langsung/langsung mengenai ketidak penerimaan remaja yang tidak punya ayah yang meninggal di lingkungan sosial. Ketidakterimaan lingkungan dari ejekan teman-teman “anak orang meninggal” yang dapat menyulut amarah. Teman-teman satu sekolah/teman bermain menganggap ejekan itu sebagai lelucon padahal hal tersebut dapat menimbulkan perkelahian seperti yang terjadi pada informan IV, informan IX. Selain itu tidak terimanya lingkungan sosial terlihat pada anggap remehnya masyarakat kepada keluarga tersebut seperti yang terlihat pada informan II, informan VIII, dan bahkan tidak diperhitungkan dalam adat seperti yang ditunjukkan oleh informan VII. Ada perbedaan antara keluarga utuh dengan keluarga single parent seperti pemenuhan kebutuhan fisik, emosi, dan sosial.Kebutuhan fisik seperti pemenuhan kebutuhan jasmani, kebutuhan emosi seperti kasih sayang seorang ayah, kebutuhan sosial seperti penghargaan dari lingkungan sosial. Perbedaan ini memang terlihat setelah ayah mereka meninggal. Pemenuhan fisik berkurang sewaktu ayahnya masih hidup seperti yang ditunjukkan oleh informanVIII. Dari IX informan tersebut, peneliti melihat adanya perbedaan pola asuh informan oleh ibunya. Informan I, II ,IV,VI memiliki pola asuh yang otoriter. Informan I dan II merupakan kakak adik dalam sebuah keluarga. Imforman V, VII, VIII, IX memiliki pola asuh penerimaan dimana anak menjadi orang yang ramah, baik, kooperatif. Pola asuh ayahnya sewaktu masih hidup juga memberikan sumbangsih kepada pembentukan identitas diri anak setelah ayahnya meninggal. Ada informan diasuh dengan pola asuh otoriter seperti informan IV,V,VIII. Informan I,II,III,VI,VII,IX diasuh dengan pola asuh penerimaan oleh ayahnya.Dalam perkembangannya sebagai remaja, tugas perkembangan remaja menurut orang tua dijalani oleh para informan. Pencapaian relasi yang matang dengan teman dan orang dewasa dijalani oleh IX informan.
7
IX informan pula memiliki usia yang berbeda-beda saat ditinggalkan oleh ayahnya. Usia saat ditinggalkan ayahnya pun beragam. Kebanyakan ditinggalkan pada usia 10-13 tahun dimana anak masih sangat mmembutuhkan bimbingan memasuki masa remaja awalnya, ada yang ditinggalkan ayahnya pada umur 17 tahun, dan ada informan yang ditinggalkan pada usia 6 tahun. Usia yang berbeda menimbulkan perbedaan dalam perubahan yang ditimbulkan. Remaja yang ditinggalkan umur 6 tahun mengalami perubahan seraya waktu berlalu sesuai dengan perkembangan remaja walaupun tidak seperti remaja yang memiliki ayah seperti informan IV. Remaja yang ditinggalkan ayahnya umur 10-13 tahun memaksa dirinya menjadi dewasa sebelum waktunya sesuai dengan situasi yang ada. Awalnya mereka adalah anak yang kurang peduli kepada keluarganya, namun mereka berubah secara cepat untuk dapat menyesuaikan dengan situasi yang ada seperti informan I, II. Informan IX menjadi anak yang nakal dan informanVII sempat menjadi anak yang nakal meskipun kemudian informan menyadari kesalahannya dan menjadi anak yang baik kembali. Informan V,VIII menjadi anak yang lebih baik dan mengalami keterpurukan yang dalam. Informan III yang ditinggalkan pada umur 16 tahun memaksa dirinya untuk ikut memikirkan masa depannya dengan lebih serius dan mengambil langkah-langkah untuk menggapai cita-citanya tanpa menggangu dia membantu ibunya untuk mencari uang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam melakukan penelitian tentang identitas remaja yang mempunyai orang tua tunggal (ibu) di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, peneliti mendapat beberapa kesimpulan yaitu: 1. Remaja yang mempunyai orang tua tunggal mengalami pergeseran identitas diri. Pergeseran identitas diri seperti ada yang menjadi lebih peduli, dan menjadi semakin tidak peduli. Remaja yang menjadi lebih peduli, lebih menghargai keluarganya dan lingkungannya serta semakin dekat dengan keluarganya. Remaja yang tidak perduli terhadap keluarganya adalah remaja yang berubah menjadi orang yang kasar. 2. Orang tua tunggal (ibu) memiliki banyak peran di mata anaknya seperti mencari nafkah, memberikan pendidikan yang baik bagi anaknya, menjadi sahabat bagi anaknya, mendengarkan perasaan anaknya, memberikan motivasi kepada anaknya dan menjadi pengganti ayah bagi anaknya. 5.2 Saran Penelitian Dalam sebuah penelitian tentu saja ada beberapa hal yang menjadi saran peneliti untuk keperluan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Untuk itu, setelah melakukan penelitian mengenai identitas diri remaja yang mempunyai orang tua tunggal (ibu) di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, Provinsi Sumatera Utara ini, ada beberapa saran dari peneliti yaitu : 1. Penelitian ini masih berada dalam wilayah cakupannya hanya pada satu kecamatan dan waktu penelitian yang kurang lama, serta hanya pada satu suku.Sehingga peneliti mengharapkan penelitian selanjutnya dapat
8
memperluas wilayah cakupan penelitian, memperluas waktu penelitian, memakai metode penelitian yang mendalam seperti menggunakan observasi participant/non participant, menggunakan teori-teori yang baru mengenai “identitas diri anak remaja yang mempunyai orang tua tunggal” . 2. Untuk para praktisi/ peneliti berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang berkaitan dengan “identitas diri anak remaja yang mempunyai orang tua tunggal”. 3. Saran terhadap remaja yang mempunyai orang tua tunggal harus berusaha untuk bangkit dari keterpurukan akibat kematian ayah. Keterpurukan yang semakin mendalam membuat remaja mencari cara untuk melepaskan ketidakterimaannya atas kematian ayahnya DAFTAR REFERENSI Agustiani, Hendra. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama. Amirin, Tatang M. 2000. Menyusun Rancangan Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Budyatna, Muhammad dan Leila, Mona Ganiem. 2011.Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana. Bungin, Burhan. 2007. Analisis Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. .2011. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana. BPS Laguboti. 2014. Kecamatan Laguboti dalam Angka 2014. Laguboti: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Efendy, Uchana Onong. 2002.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya .2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. . Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press. Gunarsa. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia. Hurlock, Elisabeth,B.2001. Psikologi Perkembangan. edisi Lima. Jakarta: Erlangga. Ibrahim, Jakaria. 2005. Psikologi Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
9
Kukla, Andre. 2003. Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Jendela. Lubis, Suwardi. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Medan: Bartong Jaya. Mufhid, Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi.Jakarta: Kencana. Mulyana, Deddy. 2011. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Narbuko, Chalid & Achamdi, Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Rahmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Spock, Benyamin. 1998. Menghadapi Anak di Masa Sulit. Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suryani,Eko dan Hesty Widyasih. 2010. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya. Tarmudjin,Tarsis.1991.Aspek Dasar Kehidupan Sosial.Yogyakarta:Liberty. Wenny,P.S.2009. Komunikasi Antar Pribadi Single Parent dan Pembentukan Konsep diri Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan).Univeritas Sumatera Utara: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Wibowo, Indiawan. 2013. Analisis Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Penelitian. Jakarta: Mitra Ancana Media. Yacub, H.M. 2005. Orang tua dan Generasi Penerus yang Bijaksana. Medan: Jabal Rahmat. Yin, Robert K. 2000. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: RajaGrafindo. Sumber lain. http://news.detik.com diakses pada tanggal 14 desember 2014 pukul 19.00 WIB. http://ntb.bkkbn.go.id diakses pada tanggal 14 desember 2014 pukul 19.00 WiB. http://sebaiknya anda-tahu.blogspot.com/2015/02/5-manfaat-pentingnya komunikasi-ibu-dan.html diakses pada tanggal 15 desember 2014 pukul 15.00 WIB. http://www.gatra.com/2002-07-04/artikel.php.id?=18719 diakses pada tanggal 14 desember 2014 pukul19.00 WIB.
10