Daftar Isi Daftar Isi
i
Tentang PermataBank & WeCan
ii
Pengantar & Cara Menggunakan Guidebook
iii
Tujuan Khusus & Action Plans
iv
Disclaimer
v
Key Learning 1: Are You A Shopaholic?
1
Key Learning 2: Know Your Belief
26
Key Learning 3: Belajar Jadi #SHOPALOGIC, Yuk!
34
Key Learning 4: #SHOPALOGIC Journal
63
#SHOPALOGIC Mantra
70
Daftar Pustaka
71
Inspirasi & Sumber Lainnya
72
i
tentang PermataBank PermataBank telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif, terutama di sisi delivery channel-nya, termasuk Internet Banking dan Mobile Banking. PermataBank memiliki visi menjadi pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif. Melayani sekitar 2 juta nasabah di 62 kota di Indonesia, per September 2016 PermataBank memiliki 331 kantor cabang, 22 cabang bergerak (Mobile Branch, enam payment point, 1012 ATM dengan akses lebih dari 100.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron, Master Card, Alto, ATM Bersama, dan ATM Prima), dan jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan VISA, Master Card, dan Cirrus. Pengakuan terkini atas pencapaian PermataBank adlah SME Banking terbaik dan Proyek CRM terbaik dari The Asian Bankers, Indonesia Record Business untuk PermataKTASpeed, dan 9 Awards dari AsiaMoney 2015 Award sebagai The Best Overall Domestic Cash Management Services untuk kategori Small/Medium Size. Informasi lebih lanjut terkait PermataBank tersedia melalui website di http://www.permatabank.com
tentang WECAN WeCan adalah konsultan psikologi yang berfokus pada aspek pengembangan manusia, baik melalui bidang training, workshop, seminar, maupun konseling. Didirikan pada tahun 2016, WeCan terdiri dari lulusan di bidang Psikologi yang sudah memiliki pengalaman di bidang training dan research, baik di skala perusahaan, sekolah, maupun pemerintahan. Berdasarkan latar belakang kami, WeCan memiliki misi untuk mengembangkan individu dan kelompok dengan menerapkan ilmu Psikologi di seluruh bidang, termasuk di bidang finansial dan keluarga untuk masyarakat Indonesia yang lebih maju.
WeCan Psychology Consultant Email :
[email protected] Instagram : @wecan_vibes Web : wecanvibes.com iii
pengantar & cara menggunakan guidebook More money, more problems? Hal ini mungkin adalah salah satu fenomena sosial yang banyak kita temui di tengah masyarakat metropolitan saat ini. Di Indonesia sendiri, perilaku belanja bukan hanya dinilai sebagai upaya pemenuhan kebutuhan - tetapi juga pemenuhan keinginan. Ironisnya, banyak individu yang memiliki mindset bahwa makin banyak uang yang diperoleh - maka semakin besar pula 'keharusan' untuk mengeluarkan uang. Ironisnya lagi, kita tidak pernah puas ataupun bahagia sekalipun kita sudah membeli banyak barang mewah.
Melalui guidebook #SHOPALOGIC ini, kami mengajak generasi millenials untuk merefleksikan dan memikirkan kembali perilaku belanja yang dilakukan. Guidebook ini dihimpun dengan menyajikan berbagai informasi menarik mengenai perilaku belanja, termasuk motivasi yang melandasi perilaku tersebut, hingga dengan langkah-langkah konkret untuk merekonstruksi mindset belanja pada generasi millenials. Dengan mempertimbangkan melalui perspektif psikologi dan finansial, guidebook #SHOPALOGIC ini diharapkan mampu mengubah perilaku Shopaholic menjadi #SHOPALOGIC.
Adapun perilaku konsumtif ini paling banyak dilakukan oleh individu kelompok remaja akhir sampai dengan dewasa muda dengan persentase mencapai 75%. Dibandingkan meningkatkan kesejahteraan diri, faktanya lebih banyak individu yang "semakin jauh" dengan perasaan nyaman dan aman - karena tagihan kartu kredit yang menggunung, pinjaman yang tidak kunjung berakhir, dan pengeluaran yang besar.
How to Use This Guidebook: Guidebook ini dilengkapi dengan hasil penelitian, bahan bacaan singkat, tips, dan rangkaian worksheet dan reflection sheet untuk membantu Anda dan pasangan dalam proses belajar. Setiap chapter-nya juga disertai dengan keyindicator dan action-checklist untuk membantu memahami apa yang akan dipelajari. Things to remember: Semua rangkaian buku ini membutuhkan komitmen dan konsistensi dari Anda dan pasangan untuk memahami dan menerapkan apa yang telah disampaikan di dalam kehidupan sehari-hari.
iii
tujuan & action plans Guidebook #SHOPALOGIC ini bertujuan untuk membantu kamu untuk menjadi lebih bijak dalam perilaku belanja. Remember: A change in behaviour begins with a change of heart. Jadi, tentu saja untuk mengubah perilaku untuk menjadi lebih bijak dan smart dalam perilaku belanja, kamu perlu menetapkan hati dan pikiran, serta mau berkomitmen untuk mencapai perilaku #SHOPALOGIC. KEY INDICATORS: Menyadari perilaku belanja melalui refleksi pribadi dan mampu mengidentifikasi faktor pendorong yang menjadi pemicu dalam perilaku belanja. Memahami pentingnya pengelolaan keuangan dan mampu membuat perencaan keuangan. Mampu mengidentifikasi aspek kognitif dan emosi yang muncul dalam perilaku belanja. Mampu menemukan value dan purpose dalam finansial untuk menentukan goal pribadi. Mampu mengidentifikasi dan menerapkan langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan perilaku dan mencapai goal. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa pola perilaku belanja pribadi dan merefleksikan perilaku untuk menjadi #SHOPALOGIC.
iv
DISCLAIMER Informasi di dalam buku ini disampaikan dengan benar adanya berdasarkan pendekatan finansial dan Psikologi. Namun pembelajaran atau insight yang diperoleh dari setiap Key Learning kembali lagi kepada pemahaman masing-masing individu. Keberhasilan dalam perubahan perilaku bergantung pada komitmen dan konsistensi Anda. Guidebook ini hanya sebagai panduan untuk membantu proses pembelajaran Anda.
v
Oniochalasia /OnEOka-'lA-zha/ noun buying or shopping as a method of stress relieve and relaxation.
1
ARE YOU A SHOPAHOLIC?
01 2
Di akhir chapter ini, kamu akan mampu: Mengetahui dan merefleksikan perilaku belanja pribadi. Mengidentifikasi dan merefleksikan jumlah pengeluaran selama satu bulan. Memahami faktor-faktor pendorong perilaku belanja.
Action Checklist: Kumpulkan struk pembelian barang setiap harinya. Kemudian buatlah daftar pengeluaran setiap bulannya. Berapakah jumlahnya? Apakah kamu menyadari bahwa kamu telah mengeluarkan uang sebanyak itu? Inti dari kegiatan ini adalah untuk membuatmu mengetahui dan menyadari pengeluaran yang kamu lakukan setiap bulannya.
3
Find Out Your Inner Shopping-Habit 1
Apakah kamu sering berbelanja dalam jumlah yang besar ketika sedang merasa stres?
2
Apakah kamu sering membeli sejumlah barang yang ternyata tidak pernah kamu gunakan?
3
Apakah kamu memiliki barang yang belum pernah digunakan dan masih berada di dalam kemasannya atau bahkan masih tertera harganya?
YA
YA
YA
TIDAK
TIDAK
TIDAK
4
Apakah ketika kamu memiliki uang, kamu tidak sabar untuk segera menghabiskan uang tersebut.
5
Apakah kamu sering merasa menyesal setelah berbelanja?
6
YA
YA
TIDAK
Apakah kamu sering memiliki dorongan yang tidak dapat dijelaskan, keinginan tiba-tiba dan spontan, untuk pergi dan membeli sesuatu. YA
9
TIDAK
Apakah kamu merasa perilakumu dalam belanja atau menggunakan uang menggangu pekerjaan atau hubunganmu dengan orang lain? YA
8
TIDAK
Apakah kamu sering mencari alasan untuk membeli produk yang sebenarnya tidak kamu butuhkan, meskipun kamu mengetahui bahwa kamu tidak memiliki banyak uang. YA
7
TIDAK
TIDAK
Apakah kamu pernah merasakan sensasi atau perasaan senang yang luar biasa saat menggunakan uang? YA
TIDAK
Pertanyaan-pertanyaan di atas bertujuan untuk membantu kamu mengenali perilaku belanjamu. Dengan menjawab "YA" pada dua pertanyaan atau lebih dapat 4 masalah dalam perilaku belanjamu. mengindikasikan bahwa kamu memiliki
What's Your Money Character? Berikan tanda silang (x) pada pernyataan yang menggambarkan dirimu. Jika sudah, jumlahkan berapa banyak huruf yang kamu pilih dan temukan jawabannya di halaman selanjutnya.
Saya memahami bedanya kebutuhan dan keinginan. (A) Saya mengandalkan instinct dan perasaan saya ketika akan berbelanja. (D) Saya tidak pernah pulang dari berbelanja tanpa membeli sesuatu. (B) Jika saya menyukai suatu barang, saya pasti langsung membelinya tanpa banyak berpikir. (D) Saya tidak tahu pasti berapa jumlah uang yang saya miliki dan yang saya gunakan. (F) Saya ingin selalu memiliki barang-barang terbaru. (B) Saya tidak terlalu banyak meluangkan waktu untuk merencanakan masa depan saya. (F) Saya cenderung berlebihan saat membeli hadiah untuk teman dan keluarga. (E) Membuat perencanaan keuangan adalah hal yang paling saya hindari. (F) Alasan saya ingin punya banyak uang adalah tidak perlu khawatir dengan uang di masa depan. (C) Jika saya memenangkan uang Rp. 10 juta, saya akan sangat senang dengan semua hal yang dapat saya beli. (B) Berbelanja benar-benar membuat saya lebih baik ketika saya mengalami hari yang buruk. (B) Saya selalu stick dengan anggaran keuangan yang telah saya buat. (C) Ketika saya belanja, saya akan merencanakan terlebih dahulu apa saja yang akan saya beli. (C) Saya tidak terlalu suka mengeluarkan uang. (A)
5
Diadaptasi dari "What's Your Money Character" oleh LairdNorton - Wealth Management
What's Your Money Character? Berikan tanda silang (x) pada pernyataan yang menggambarkan dirimu. Jika sudah, jumlahkan berapa banyak huruf yang kamu pilih dan temukan jawabannya di halaman selanjutnya.
Saya sangat senang ketika saya dapat membantu orang lain. (E) Saya melakukan banyak perbandingan sebelum memutuskan untuk membeli barang dengan harga yang mahal. (C) Saya biasanya mengeluarkan uang hanya untuk hal-hal saya nilai penting bagi diri saya. (A) Saya percaya semuanya akan berhasil; uang adalah prioritas terakhir saya. (F) Saya sangat senang melihat teman-teman dan keluarga saya bahagia. (E) Saya memiliki barang yang masih memiliki label harganya. (B) Saya membeli barang yang saya inginkan kapanpun saya mau; dan membayarnya belakangan. (D) Menabung membuat saya senang. (A) Saya lebih suka orang lain yang mengelola keuangan saya. (F) Tidak masalah bagi saya jika harus berhutang untuk mendapatkan barang yang saya inginkan. (D) Jika saya mendapatkan uang Rp. 100 juta, saya akan merasa sangat senang karena masa depan saya menjadi lebih aman. (C) Jika saya menginginkan sesuatu di luar perencanaan keuangan yang telah saya buat, saya akan menabung. (A) Saya bersedia meminjamkan uang kepada teman dan keluarga yang membutuhkan. (E) Saya akan membayar lebih untuk suatu barang, jika barang tersebut adalah barang merek terkenal atau memiliki kualitas yang tinggi. (D) Saya sangat menikmati berbagi kekayaan dengan orang lain. (E)
6
Diadaptasi dari "What's Your Money Character" oleh LairdNorton - Wealth Management
What's Your Money Character? debrief Adding It All Up! Lihatlah huruf-huruf yang tertera di samping pernyataan-pernyataan yang telah kamu berikan tanda silang (x). Jumlahkan huruf-huruf tersebut. Huruf yang memiliki jumlah tertinggi menggambarkan karakter keuangan mu yang lebih dominan dibandingkan yang lain.
A ________ B ________ C ________ D ________ E ________ F ________
The Different Characters THE SAVER - Mostly A's Karakteristik: Sebenarnya suka menabung. Lebih suka tidak mendapatkan apa-apa daripada mengambil risiko membayar lebih banyak dari harga sesungguhnya. Lebih bangga dengan tabungan yang dimiliki daripada belanja.
Seringkali memilih "less over more". Mendapatkan kepuasan dari jumlah uang yang dikembalikan ketika membeli sesuatu.
Issues: Kamu mungkin akan lebih sulit untuk memberikan treat untuk dirimu sendiri - atau bahkan mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya kamu butuhkan. Kamu juga seringkali dinilai 'perhitungan' oleh orang lain. Kamu juga dapat kehilangan momen-momen yang berharga. Note to self: Money is a means to an end; not an end in itself.
THE SPENDER - Mostly B's Karakteristik: Senang menghabiskan uang. Senang memberikan hadiah untuk orang lain. Segera menghabisakan uang setelah tersedia.
Memiliki sikap "seize the day". Cenderung boros. Uang ekstra berarti extra enjoyment, extra pleasure.
Issues: Kamu mungkin mengalami kesulitan untuk menabung dan mengendalikan hutang-hutang. Kamu juga mungkin terlalu menekankan status dan harga diri diri sendiri dan orang lain berdasarkan materi. Note to self: Saving can feel just as good as spending. 7
Diadaptasi dari "What's Your Money Character" oleh LairdNorton - Wealth Management
What's Your Money Character? debrief The Different Characters THE SECURITY SEEKER - Mostly C's Karakteristik: Akan menghabiskan uang tapi menemukan lebih banyak kepuasan ketika memiliki sisa uang.
Lebih senang "main aman". Mencari berbagai pilihan dan pertimbangan sebelum menentukan pilihan. Membuat perencanaan terlebih dahulu.
Issues: Kamu cenderung "overthinking" saat akan mengambil keputusan. Kamu juga cenderung memiliki kesulitan untuk bersikap spontan. Kamu juga terlalu fokus pada diri sendiri. Note to self: Open Up! Take some risks! Doing well means doing good for me and my community.
THE RISK TAKER – Mostly D's Karakteristik: Cenderung memiliki pemikiran "sekarang atau tidak sama sekali." Cenderung melihat setiap deal yang ada saat melakukan pembelian. Senang bernegosiasi.
Percaya bahwa potensi yang besar akan setimpal dengan risikonya.
Issues: Kamu mungkin membutuhkan bantuan untuk menetapkan batasan dalam penggunaan uang. Kamu juga cenderung tidak sabar dan seringkali mengabaikan risiko dan masalah. Kamu juga cenderung mudah bosan. Note to self: Slow down! Take time to think before you jump.
THE GIVER – Mostly E's Karakteristik: Fokus dan senang membantu orang lain. Tidak perhitungan dengan uang dan waktu yang dimiliki. Merasa bertanggungjawab terhadap kesejahteraan orang lain.
Issues: Kamu memiliki kesulitan untuk mengatakan "tidak" pada orang lain. Kamu juga cenderung mengabaikan kepentingan pribadi untuk menyenangkan orang lain dan memiliki banyak angan-angan. Note to self: Take care of yourself first, then serve others.
8
Diadaptasi dari "What's Your Money Character" oleh LairdNorton - Wealth Management
What's Your Money Character? debrief The Different Characters THE FLYER - Mostly F's Karakteristik: Tidak perhitungan dengan uang dan waktu yang dimiliki.
Tidak peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. Free-spirited
Issues: Kurangnya perencanaan keuangan. Kamu cenderung terlalu cepat membiarkan orang lain untuk mengelola keuanganmu. Note to self: Taking good care of my money allows me to do what I want. Diadaptasi dari "What's Your Money Character" oleh LairdNorton - Wealth Management
Nah, sekarang kamu sudah mengisi kedua lembar kerja di atas dan mengetahui gambaran karakter keuanganmu. Sekarang yuk jawab pertanyaan di bawah ini!
Apakah karakter keuanganmu? Dan bagaimana karakter keuangan tersebut menggambarkan dirimu dalam kehidupan sehari-hari? ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________
9
Sebenarnya, wajar gak sih, kalau belanja sampai ratusan ribu atau jutaan rupiah dalam sebulan? Well, kita semua mungkin pernah melakukan hal seperti ini sesekali: membeli suatu barang hanya karena barang tersebut terlihat bagus dan kita terdorong untuk membelinya. Eh tanpa disadari kita sudah mengeluarkan uang ratusan ribu atau bahkan jutaan rupiah. Melakukan hal tersebut sesekali mungkin tidak akan menimbulkan dampak yang merugikan, tetapi kalau hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan, kamu harus berhati-hati. Kenapa? Bayangkan kalau dalam sebulan kamu mengeluarkan uang mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk sesuatu yang mungkin belum tentu kamu gunakan. Sementara mungkin penghasilanmu tidak bisa menutupi pengeluaranmu yang membengkak - atau bahkan kamu belum memiliki penghasilan sendiri. Kira-kira apa yang akan terjadi? Hutang? Merasa dikejarkejar atau tidak tenang karena kamu meminjam uang pada orang lain? Merasa uangmu terus berkurang untuk melunasi hutang-hutang sebelumnya alias "gali lubang tutup lubang"? Faktanya, membeli sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu dapat menyebabkan overspending dan seringkali memunculkan perasaan bersalah atau menyesal yang akan muncul setelah kamu membeli barang tersebut. Nah, jika kamu mengalami hal seperti ini, perilaku belanjamu bisa dibilang sudah termasuk di dalam kategori impulsive atau compulsive buying. Apa sih impulsive dan compulsive buying? Yuk kita lihat di halaman selanjutnya!
10
Hari ini janjian di mall dengan teman-teman terbaikmu. Sewaktu turun dari eskalator, toko J&M sedang mengadakan diskon besar-besaran untuk seluruh produk mereka. You can't resist the urge to enter the shop. Jadi kamu memutuskan untuk masuk ke dalam toko dan segera memilih tas, sepatu, rok, dan blouse yang sedang diskon dan tentunya yang paling oke. Who cares about the money anyway. Yang penting kamu tidak melewatkan momen diskon ini. Dan tentunya kamu tidak melewatkan tumpukan barang-barang bagus ini. Sayang jika tidak dibeli.
11
impulsive buying Impulsive buying adalah perilaku belanja yang muncul secara spontan atau tidak direncanakan, dan tidak melibatkan proses reflektif. Singkatnya, perilaku belanja ini muncul sebagai respon spontan ketika kamu dihadapkan pada stimulus tertentu, yaitu sebuah produk. Hal ini menjelaskan kenapa kamu langsung membeli suatu barang ketika kamu melihat label "diskon" atau karena packaging nya yang menarik tanpa adanya proses berpikir reflektif apakah kamu memiliki cukup uang untuk membeli barang tersebut, atau apakah kamu benar-benar membutuhkan barang tersebut.
Whew! Sounds pretty impactful, no? Sulit bagi kamu untuk menahan dorongan itu - sehingga pada akhirnya kamu memutuskan untuk membeli barang tersebut. Nah, tujuan dari impulsive buying ini adalah untuk memenuhi dorongan dari dalam dirimu untuk memperoleh rasa senang (pleasure). Rasa senang yang muncul pun bisa macam-macam, misalnya rasa senang karena kamu membeli sesuatu yang baru, rasa senang karena kamu mengeluarkan uang, dan tentu saja rasa senang karena kamu berhasil memenuhi dorongan (impulse) dari dalam dirimu.
Contohnya, kamu melihat sepasang sepatu keluaran terbaru dengan model yang sangat menarik atau sebuah tas merek terkenal yang sedang diskon sebesar 25%. Well, kamu tidak tahu bahwa kamu menginginkannya sampai akhirnya kamu melihat sepatu dan tas tersebut. Tanpa berpikir lagi kamu siap merogoh dompet kamu untuk memuaskan dorongan agar bisa memiliki barang tersebut.
Faktanya, perilaku impulsive buying ini sebenarnya bisa menjadi perilaku yang merusak yang akhirnya menimbulkan konsekuensi negatif yang tak terhitung dalam kehidupan kita. Hutang? Tagihan yang menggunung? You named it.
12
Suatu hari kamu sedang badmood setelah kamu ditegur oleh atasanmu. Sementara pekerjaanmu sedang menumpuk dan deadline pekerjaanmu sebentar lagi. Then, you feel stressed out. Kamu akhirnya memutuskan untuk meluangkan waktu makan siangmu untuk pergi berbelanja. Apapun yang bisa kamu beli. As long as you're happy (at least for a while). But then the same problem strikes again. Kamu memutuskan untuk berbelanja lagi. "At least it makes me happy.." pikirmu. Tanpa menyadari bahwa kartu kreditmu hampir mendekati limit, dan kamu masih berhutang pada teman kantormu untuk menambahkan uang yang kamu gunakan untuk belanja di waktu yang lalu.
13
Compulsive Buying Familiar dengan ilustrasi di halaman sebelumnya? Have you ever got a bad day and hoping that it will go away when you do shopping? Jika ya, you might have a compulsive buying tendency.
Tetapi coba kamu pikirkan kembali, menurutmu apakah dengan berbelanja secara kompulsif dapat membantumu mengatasi masalah yang sedang kamu hadapi? Atau sekedar untuk menunda dan mengalihkan?
Compulsive buying adalah perilaku belanja yang direncanakan, berulang, dan memiliki pola. Umumnya sebagai bentuk kompensasi untuk mengatasi emosi negatif yang muncul, misalnya rasa cemas dan stres - yang bertujuan untuk mencari kesenangan (pleasure). Kompensasi yang dimaksud di sini adalah strategi untuk melampiaskan (secara sadar atau tidak sadar) perasaan frustrasi, keinginan, atau perasaan tidak mampu atau ketidakmampuan dalam suatu hal melalui pencarian kepuasan di area lain - di dalam hal ini adalah penggunaan uang atau belanja. Ilustrasi yang digambarkan pada halaman sebelumnya merupakan hal yang seringkali ditemui pada individu yang memiliki kecenderungan untuk berbelanja secara kompulsif. Umumnya, mereka berharap bahwa berbelanja dapat membantu meningkatkan emosi positif - to make yourself feels better. Well it is.
Lalu apa bedanya ya antara impulsive buying dan compulsive buying? Impulsive dan compulsive buying memang samasama bertujuan untuk mencari kesenangan (pleasure), tetapi yang membedakan di antara keduanya adalah hal yang menjadi pemicu perilaku tersebut. Perilaku impulsive buying dipicu oleh stimulus eksternal yang muncul - misalnya diskon, packaging yang menarik, dll. The right here right now attitude. Sedangkan pada compulsive buying, pemicunya adalah dorongan untuk mengatasi emosi negatif yang sedang dialami. The I am here to shop attitude.
14
Compulsive & Impulsive Buying (in summary)
Compulsive Buying
Impulsive Buying
Perilaku belanja yang dilakukan berulang, direncanakan, dan memiliki pola. Biasanya diawali dengan perkataan, "Lagi bete banget... Belanja, ah!" Seringkali kamu lakukan saat kamu sedang merasakan emosi negatif. Misalnya badmood karena habis dimarahi atasan, sedih karena berantem sama pacar, dll. Tujuannya untuk mencari kesenangan atau memperoleh rasa nyaman sebagai kompensasi alias melampiaskan emosi negatif yang kamu alami melalui belanja.
Perilaku belanja yang muncul secara spontan, tidak direncanakan, dan tidak memunculkan proses reflektif. Biasanya diawali dengan perkataan, "Wah... Diskonnya oke banget! Coba liat ah, kali aja ada barang bagus." Muncul karena adanya stimulus eskternal yang memicu keinginan kamu untuk belanja, misalnya karena diskon, packaging produk yang menarik. The right here, right now atittude. Alias beli aja dulu, butuh atau engga liat aja nanti. Mahal atau engga, yang penting beli dulu. Tujuannya untuk memenuhi dorongan dari dalam dirimu untuk memperoleh rasa senang (pleasure), salah satunya adalah rasa senang karena kamu berhasil memenuhi dorongan (impulse) dari dalam dirimu.
15
It's Our Brain, really! Perilaku impulsive dan compulsive buying ini dapat menjadi salah satu bentuk adiksi seperti perilaku adiktif lainnya dan tentunya memiliki dampak yang negatif. Tahukah kamu bahwa zat kimiawi di dalam otakmu memengaruhi reaksimu ketika kamu akan berbelanja? Ya, the pleasure of shopping dipengaruhi oleh hormon dopamine hormon yang akan memberikanmu rasa senang. Hormon ini melonjak ketika kamu melihat barang baru dan memutuskan untuk membelinya. Yes, it's your brain anticipating a reward. Seiring berjalannya waktu, otakmu akan terbiasa dengan dorongan yang diberikan untuk menghasilkan dopamine - sehingga kamu membutuhkan dorongan yang lebih besar untuk menghasilkan rasa senang yang sama seperti pertama kali kamu membeli barang seharga ratusan ribu rupiah. Misalnya, pada saat pertama kali kamu membeli sebuah barang seharga Rp 500.000 kamu merasakan rasa senang yang luar biasa. Tetapi lama kelamaan barang dengan harga Rp 500.000 tersebut merupakan hal yang biasa bagi kamu - atau tidak lagi memunculkan rasa senang yang sama. Selanjutnya kamu akan "craving" untuk mendapatkan rasa senang seperti kamu pertama kali membeli barang seharga Rp 500.000. Yang banyak terjadi adalah kamu akan mencari barang yang harganya lebih dari Rp 500.000 untuk mencapai rasa senang yang sama. Demikian seterusnya hingga kamu bisa mendapatkan rasa senang. Ini menjelaskan mengapa banyak orang dengan impulsive dan compulsive buying yang pada akhirnya rela mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk memenuhi dorongan dalam dirinya untuk memperoleh rasa senang. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa banyak orang dengan kecenderungan compulsive buying yang menjadikan belanja sebagai upaya untuk meningkatkan mood positif di dalam dirinya, misalnya ketika kamu sedang stres atau sedang mengalami hari yang buruk. It all make sense, karena dopamine adalah hormon yang membuat kamu merasakan emosi senang - making these emotional and not logical decisions.
16
how much you've spent? Di bagian ini, kami ingin kamu membuat catatan kecil mengenai pengeluaran yang kamu lakukan selama 1 - 3 bulan terakhir. Kenapa? If you wanted to know what's wrong and what's right on your spending behaviour, kamu perlu menelisik lebih jauh pengeluaranmu. Tetapi sebelumnya, perhatikan beberapa kategori berikut untuk mempermudahmu mengisi lembar kerja di halaman selanjutnya.
Tanggal
Pemasukan Tabungan Gaji / Upah
Balance Total pemasukan (-) pengelua ran
Total balance akhir:
17
Pengeluaran Kendaraan Tagihan Pakaian Hiburan Makanan Bahan bakar Kebutuhan pokok Hadiah Liburan Kesehatan Perlengkapan rumah Kebutuhan anak Belanja Olahraga
Comments Berikan komentarmu saat mengetahui jumlah uang yang kamu keluarkan untuk membeli suatu barang.
deteksi pengeluaranmu, yuk! Sekarang waktunya kamu membuat perinciian pemasukan dan pengeluaran selama 3 bulan terakhir ya. Yuk kumpulkan kembali struk belanjanya lalu masukan jumlah yang kamu keluarkan ke dalam setiap kategori di tabel pengeluaran.
Tanggal
Pemasukan
Balance
Total balance akhir: 18
Pengeluaran
Comments
Yuk, kenali dirimu! Apa yang dapat kamu ketahui dari dirimu mengenai perilaku belanja dan penggunaan uang yang kamu lakukan selama 3 bulan terakhir?
Apakah ada hal-hal yang menurutmu "mengejutkan" setelah membuat daftar pengeluaran selama 3 bulan terakhir?
Insight atau pelajaran apa yang dapat kamu temui dengan mengisi lembar kerja di atas?
Bagaimana insight atau pelajaran tersebut dapat membantumu di kemudian hari terkait dengan perilaku belanja dan penggunaan uang?
19
shopping & millenials Sudah tidak asing dengan istilah generasi "millenials"? Ya, generasi yang lahir di antara tahun 1980 sampai dengan awal tahun 2000 (dalam LifeScience, 2013) menduduki peringkat pertama dalam perilaku penggunaan uang yang cenderung "reckless". Menurut John D Fleming, Ph.D (dalam "Millennials Most Likely to Shop for Fun, on Impulse", 2016), millenials merupakan generasi yang cenderung memiliki perilaku penggunaan uang yang kurang hemat dibandingkan generasi sebelumnya, dan seringkali mendapatkan kepuasan dari perilaku pengeluaran uang, salah satunya melalui belanja. Mereka seringkali belanja untuk mendapatkan kesenangan dan cenderung impulsif dalam perilaku penggunaan uang. Hasil riset di Amerika menemukan bahwa sebesar 83% generasi millenials melakukan pembelian yang impulsif terutama ketika waktunya menerima gaji - dan saat melakukan browsing online shop. Sebesar 45% nya merasa bahwa ketika menerima gaji, mereka memiliki dorongan yang besar untuk segera menghabiskan uang yang dimiliki. Familiar dengan fenomena ini? Ya, generasi millenials memang memiliki kecenderungan untuk berbelanja dengan impulsif, tapi apakah mereka merasa senang atau puas dengan hal tersebut? Hasil penelitian terkait menunjukan bahwa mereka cenderung merasa menyesal dan tidak puas setelah mereka berbelanja.
20
the need for intimacy Menurut Erik Erikson, seorang psikolog yang mencetuskan teori perkembangan sosial, individu yang berada di usia dewasa muda (18-40 tahun) memiliki tugas perkembangan untuk membangun hubungan kedekatan dengan orang lain (intimacy). Jika tugas tersebut tidak terpenuhi, maka ia akan mengalami perasaan terasingkan (isolation). Dapat kamu perhatikan bahwa generasi millenials berada di tahap dewasa muda. Untuk memenuhi tugas perkembangannya dalam memperoleh kedekatan dengan membangun relasi dengan orang lain, kebanyakan individu menginginkan validasi dan membangun kedekatannya dengan orang lain melalui citra diri (self-image), penampilan, dan status sosial. Akibatnya, mereka cenderung mencari hal-hal yang dapat menunjang tujuan tersebut, salah satunya melalui belanja. Misalnya untuk diterima secara sosial, kamu akan menggunakan barang-barang 'branded' dan mahal. Tetapi, apakah upaya untuk mencapai kedekatan (intimacy) tersebut harus ditunjukan melalui perilaku belanja yang impulsif? Tenang masih banyak cara yang lebih positif kok. Penampilan itu memang penting, tetapi jika kamu terlalu mementingkan penampilan tanpa memikirkan risiko jangka panjang dari perilaku belanja tersebut, kamu akan cenderung lebih tidak bahagia - dan tentunya tidak baik untuk kesejahteraan diri kamu. Lalu harus bagaimana? Membangun citra diri (self-image) yang positif bisa juga dilakukan dengan membekali diri kamu dengan hal-hal yang positif. Misalnya, kamu bisa berkontribusi dalam kegiatan sosial atau menunjukan performa kerja yang baik di tempat kerja.
21
the need for approval Kebutuhan untuk diterima. Ya, mungkin kamu sudah sering mendengar kata tersebut - dan tentu saja kebanyakan dari individu ingin diterima oleh lingkungannya. Banyak individu yang pada akhirnya tidak dapat menikmati hidupnya karena terus menerus mencoba mencari penerimaan dari orang lain. Misalnya, ketika kamu berada di tengah lingkungan di mana orang-orang di sekitarmu terbiasa menggunakan barang-barang mewah - secara tidak sadar kamu memiliki keinginan untuk dapat diterima oleh lingkunganmu. Bagi kebanyakan orang, cara yang dapat membuktikan bahwa kamu pantas diterima oleh lingkungan adalah dengan menjadi "sama" seperti orang-orang di lingkunganmu. Misalnya dengan membeli barang-barang mewah for social approval. Mungkin kamu pernah mendengar banyaknya cerita mengenai orang-orang yang rela menghabiskan uang hingga jutaan rupiah untuk dapat diterima di dalam lingkungan sosial tertentu. Meskipun mungkin pada kenyataannya ia harus berhutang, meminjam uang, dan lain sebagainya. Jika kamu pernah mengalaminya, tanyakan, pikirkan, dan renungkan pertanyaan ini di dalam dirimu: Apakah kamu membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk dapat menjalani hidup yang bahagia - dan jika kamu gagal apakah kamu bukanlah orang yang berharga dan pantas untuk hidup bahagia? Apakah yang dikatakan orang lain mengenai dirimu menggambarkan dirimu seutuhnya? Apakah dengan demikian kamu menggantungkan dirimu berdasarkan pikiran dan opini orang lain?
22
motivasi di balik perilaku belanja Perilaku belanja atau shopping bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Belanja mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah juga bukan lagi hal yang dianggap aneh. Bahkan ada anggapan yang menyatakan bahwa "semakin mahal semakin kece". Budaya dan tren yang menyeruak di tengah masyarakat seolah "mengiyakan" kita untuk menyerah pada "godaan" untuk membeli sesuatu tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang muncul setelah kita memenuhi "godaan" tersebut. Isn't it a bad thing? Para psikolog menyatakan bahwa perilaku tersebut dapat memiliki dampak yang buruk. Menurut Ian Zimmerman, Ph.D seorang psikolog dan peneliti perilaku konsumen, perilaku belanja atau shopping yang berlebihan - terutama yang mengarah pada kecenderungan impulsive atau compulsive buying, berhubungan terhadap kecemasan dan perasaan tidak bahagia. Menurut Zimmerman (dalam Psychology Today, 2016) mengendalikan perilaku belanja kamu dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupmu. Nah, untuk mengendalikannya, tentunya timbul pertanyaan "What motivates our shopping behaviour?"
23
motivasi di balik perilaku belanja Beberapa orang memiliki karakter kepribadian impulse buying tendency. Ya, orang-orang dengan karakter ini memiliki kebiasaan untuk membeli sesuatu tanpa pikir panjang. Tetapi ada sejumlah perilaku yang menyertai karakter kepribadian ini. Mereka lebih mementingkan penampilan, citra diri (self-image), dan cenderung lebih mencari status sosial untuk meningkatkan harga diri (self-esteem). Mereka akan selalu berupaya untuk tampil menarik di mata orang lain. Mereka cenderung lebih sulit untuk mengendalikan emosinya dan cenderung memiliki kecemasan berlebih sehingga mendorong mereka untuk mencari kompensasi atas kecemasannya dengan mengeluarkan uang lebih banyak lagi dengan berbelanja. Mereka cenderung lebih sulit untuk merasa bahagia sehingga akan mencari cara untuk mencari kebahagiaan dengan mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk membeli sesuatu hingga ia merasa lebih bahagia. Mereka cenderung tidak menyadari risiko dari perilaku belanjanya: They just want to have it no matter what. Vicarious ownership. Bagi sebagian orang, pergi berbelanja dan membayangkan memiliki produk yang kita lihat dan kita sukai adalah hal yang menyenangkan. Begitu kita mulai merasakan kesenangan sebagai akibat dari vicarious ownership ini, kita cenderung membeli produk tersebut untuk mendapatkan kesenangan tersebut secara terus menerus, seolah barang tersebut menyatakan "I belong to you". Ketika kita merasakan koneksi tersebut, pikiran kita akan secara otomatis membuat kita lebih sulit untuk pergi tanpa membelinya. Pernahkah kamu mencoba sepasang sepatu atau pakaian, kemudian kamu merasa bahwa barang itu benar-benar milikmu sehingga kamu tidak mampu menahan dorongan untuk membeli barang tersebut? Nah begitulah konsep dari vicarious ownership. 24
Self-Esteem & Self-Worth Self-esteem (harga diri) mengacu pada sejauh mana kamu menerima, menyetujui, atau menyukai diri sendiri - dan juga seberapa besar kamu menghargai dirimu sendiri. Self-esteem ini selalu melibatkan evaluasi atas dirimu sendiri - dan mungkin saja kamu memiliki pandangan positif atau negatif mengenai dirimu sendiri. Individu dengan self-esteem yang tinggi akan memiliki pandangan yang positif akan dirinya sendiri. Hal ini berarti ia memiliki percaya diri yang tinggi, menerima dirinya apa adanya, tidak mengkhawatirkan penilaian atau apa yang dipikirkan orang lain terhadap dirinya, dan juga lebih optimis. Sedangkan individu dengan selfesteem yang rendah cenderung kurang percaya diri, selalu ingin terlihat atau menjadi seperti orang lain, lebih pesimis, dan selalu mencemaskan apa yang dipikirkan orang lain. Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa individu dengan self-esteem yang rendah cenderung lebih mencari pengakuan dan penghargaan dari lingkungannya. Terkait dengan perilaku belanja, penelitian menunjukan bahwa perilaku belanja yang impulsif berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Misalnya, membeli barangbarang branded atau menggunakan pakaian karya desainer seharga jutaan rupiah yang secara tidak sadar bertujuan untuk meningkatkan penghargaan akan diri sendiri - agar dapat diterima atau diakui oleh lingkungannya.
25
KNOW YOUR BELIEFS
02 26
Di akhir chapter ini, kamu akan mampu: Mengetahui dan merefleksikan perilaku belanja pribadi. Meingedentifikasi dan merefleksikan jumlah pengeluaran selama satu bulan. Memahami faktor-faktor pendorong perilaku belanja.
Action Checklist: Luangkan waktu sejenak untuk mengisi lembar kerja di bawah ini. Dan jangan lupa untuk berpikir sebelum kamu memutuskan untuk membeli suatu barang. Rasakan perbedannya, apakah kamu masih merasa terburu-buru?
27
money emotional use Yuk kenali bagaimana kamu memaknai uang secara emosional dengan mengisi pernyataan di bawah ini. Berikan tanda silang (x) pada pernyataan yang sesuai dengan diri kamu. Benar 1) Saya membeli barang yang tidak saya butuhkan hanya karena saat itu sedang diskon. 2) Saya merasa cemas atau tidak nyaman saat membicarakan mengenai pola keuangan saya. 3) Saya merasa berapapun jumlah tabungan yang saya miliki tidak akan cukup membuat saya merasa aman. 4) Saya membeli barang yang tidak saya butuhkan hanya karena barang tersebut sedang "trend". 5) Saya seringkali mengeluarkan uang terlalu banyak untuk hal-hal yang bersifat ekstra. 6) Jika sedang bersama teman-teman atau keluarga, saya seringkali bersikeras untuk membayar lebih melebihi jumlah yang seharusnya saya bayar. 7) Uang yang saya keluarkan lebih banyak saya gunakan untuk keperluan orang lain. 8) Saya sering merasa "dibodohi" jika saya harus membayar suatu barang lebih mahal dibandingkan harga yang dibayar orang lain. 9) Saya tidak percaya anggota keluarga saya dapat menggunakan uang dengan bijak. 10) Saya merasa saya bebas menggunakan uang untuk apapun yang saya inginkan jika saya lah yang bekerja untuk mendapatkan uang tersebut. 11) Jika seseorang di keluarga saya bertindak egois dalam membelanjakan uang bersama untuk dirinya sendiri, saya merasa memiliki hak untuk melakukan hal yang sama.
28
Salah
money emotional use Menjawab BENAR pada:
Pernyataan 1 - 3 UANG SEBAGAI PEMENUHAN RASA AMAN
Pernyataan 9 - 10 UANG SEBAGAI KONTROL
Pernyataan 11 UANG SEBAGAI UPAYA MEMBALAS ORANG LAIN
Pernyataan 4 & 5 UANG SEBAGAI STATUS
Pernyataan 6 - 8 UANG SEBAGAI PEMENUHAN RASA PERCAYA DIRI
Pernyataan 6 - 8 UANG SEBAGAI PEMENUHAN RASA PERCAYA DIRI
Worksheet di atas bertujuan untuk membantu kamu mengenali bagaimana kamu memaknai uang di dalam kehidupan sehari-hari. Uang itu sendiri memiliki makna yang beragam. Dan dapat menimbulkan emosi yang berbeda. Dengan mengetahui bagaimana makna uang, kamu dapat memahami perilaku keuanganmu saat ini. Misalnya, jika kamu memaknai uang sebagai status, refleksikan kembali di dalam dirimu. Apakah perilaku belanjamu saat ini merupakan upaya untuk memperoleh status? Yuk isi lembar kerja di bawah ini! Apakah makna uang bagi dirimu? _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ Bagaimana makna uang tersebut tercermin di dalam kehidupan sehariharimu? _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ Apakah hal tersebut sesuatu yang positif atau negatif? Mengapa? _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________
29
Uang & Konsumerisme Mungkin kamu seringkali mendengar ungkapan bahwa "uang adalah akar dari segala masalah". Nah, menurut para ahli dibidang finansial, uang bukanlah masalah - tetapi bagaimana sikap dan perilaku kamu di dalam memaknai uang itu sendiri. Dengan memaknai uang dengan positif, kamu dapat mengarahkan perilaku yang positif pula dalam menggunakan uang.
Lagi, apa yang mendorong perilaku tersebut? Once again, it's our emotions. Kita merasa lebih baik dengan diri kita ketika memiliki smartphone keluaran terbaru, sneakers limited edition, tas dan pakaian dengan merk ternama. Kita berusaha mengesankan orang lain dengan berapa banyak uang yang kita miliki. Uang yang memvalidasi kita. Uang memberikan kita intimacy yang kita harapkan. Money makes us feel we are somebody.
Kuncinya adalah jangan membiarkan uang yang mengkonsumsi kita. Ironisnya, di zaman sekarang ini, uang dinilai sebagai pusat kehidupan bagi kebanyakan orang. Akibatnya, uang seringkali membahayakan diri sendiri, keluarga, dan bahkan kualitas kehidupan mereka. Materialisme dan konsumerisme seolah 'menyetir' kehidupan seseorang. Jika kamu perhatikan, hampir semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan gadget, perhiasan, mobil, pakaian, dan rumah untuk 'tampil lebih baik' dari orang lain. Hal-hal tersebut seolah sudah menjadi sesuatu yang wajar untuk dilakukan. Tanpa disadari perilaku tersebut sudah meresap di dalam budaya masyarakat, sehingga kita seolah butuh untuk mengesankan orang lain. Sampai-sampai kita malu untuk mengakui bahwa kita sedang tidak punya uang sehingga tidak bisa ikut belanja di midnight sale bersama teman-teman.
30
It's not how much we have, but how much we enjoy, that makes happiness. - Charles Spurgeon
31
KENALI DAN PAHAMI POLA PERILAKUMU dengan "kotak pintar" Pernahkah kamu menyadari kapan kamu memiliki keinginan tiba-tiba untuk berbelanja? Atau pernahkah kamu mencoba memahami mengapa kamu kesulitan untuk menahan dorongan untuk memasuki sebuah toko yang sedang diskon? Di bagian ini, kamu akan belajar untuk mengenali pola kejadian, emosi dan pikiran otomatis yang muncul - yang seringkali tidak kamu sadari dan dapat memengaruhi perilaku belanjamu. Apa sih pentingnya mengenali pola belanja ini? Dengan mengenali pola belanja pribadi, kamu dapat belajar mengidentifikasi dan mengenali dirimu lebih dalam lagi. Banyak orang-orang yang cenderung pasrah ketika berbicara mengenai perilaku penggunaan uang. Padahal, pola tersebut dapat kamu pelajari, sehingga kamu dapat mengenali pola-pola spesifik yang menjadi pemicu perilaku belanjamu. Pssst.. ingat bahwa emosi memainkan peran yang penting atas perilaku belanjamu. Yuk kenali lebih dalam dirimu dengan mengisi KOTAK PINTAR di bawah ini. Kejadian / Situasi yang muncul Ada barang diskon 25% di J&M
Perasaan / Pikiran / Perilaku yang otomatis muncul
Konsekuensi yang mungkin muncul Hutang kartu kredit bertambah. Cicilan bayar kuliah berkurang.
Panik karena harus beli saat itu juga. Jadi beli saat itu juga.
32
Yang dapat saya lakukan (alternatif pikiran & perilaku) Jangan lewat toko yang diskon. Tidak usah bawa kartu kredit ke mall.
CHALLENGE YOUR THOUGHTS Sudahkah kamu melengkapi tabel di atas? Nah, jika kamu sudah melengkapi tabel di atas, kamu dapat melihat pola perilakumu, termasuk dalam perilaku berbelanja. Kamu dapat mengetahui kapan atau situasi seperti apa sih yang seringkali memicu kamu untuk melakukan perilaku tertentu, khususnya belanja. Kamu juga dapat mengenali emosi dan pikiran yang otomatis muncul setiap kali kamu memutuskan untuk berbelanja.
Perlu kamu ketahui, bahwa pikiran yang kamu miliki turut mengontrol bagaimana perasaanmu dan bagaimana kamu menilai lingkungan di sekitarmu. Pikiran positif akan membuat dirimu menjadi lebih positif namun bisa juga sebaliknya. Namun seringkali pikiran-pikiran tersebut muncul dengan sangat cepat dan tanpa kita sadari, tetapi pikiran tersebut tetap akan memengaruhi perasaanmu. Sering pula pikiran yang otomatis muncul tersebut merupakan pikiran negatif - and often left you feel down.
Tabel di atas bertujuan untuk membantu kamu untuk lebih aware dengan hal-hal yang menjadi pemicu (trigger) perilaku belanjamu (termasuk situasi yang dihadapi dan dengan siapa kamu berbelanja), khususnya emosi dan pikiran yang otomatis muncul. Salah satu hal yang membuat perilaku belanja seseorang menjadi tidak terkontrol adalah karena ia tidak menyadari trigger yang muncul, serta emosi dan pikiran yang otomatis muncul.
Jika kamu kaitkan dengan tabel yang sudah kamu isi di halaman sebelumnya, dapatkah kamu menemukan pikiran dan emosi yang otomatis muncul saat kami dihadapkan dengan situasi tertentu yang menjadi trigger atas perilakumu? Dapatkah kamu menemukan konsekuensi yang mungkin kamu hadapi dari perilakumu? Dapatkah kamu menentukan alternatif pikiran atau perilaku yang dapat kamu lakukan? Mungkin pada awalnya kamu akan merasa kesulitan untuk mengisi tabel di atas. Tetapi tenang, perubahan apapun selalu akan menjadi sebuah tantangan. Perlu kamu ingat, bahwa belajar untuk menjadi lebih sadar dengan pikiran dan emosi pribadi akan membantu kamu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas diri.
33
BELAJAR JADI #SHOPALOGIC, YUK!
03 34
BEING HAPPY DOESN'T REQUIRE EXPENSIVE CLOTHES. and how to find happiness in daily life Be with others who make you smile. Percayalah bahwa memperoleh kebahagiaan itu tidak harus mahal. Cukup dengan melakukan aktivitas atau quality time bersama dengan orang-orang yang membuat kamu tersenyum, bisa membuatmu merasa senang. Penelitian membuktikan bahwa kita merasa paling bahagia saat kita dikelilingi oleh orang-orang yang bisa membuat kita tersenyum dan tertawa. Hold on to your values. Dengan mengetahui dan meyakini nilai (value) personal yang kamu miliki, seiring dengan berjalannya waktu kamu akan belajar untuk lebih menghargai dirimu sendiri dan dapat lebih menikmati hidupmu. Accept the good. Perhatikan dan lihatlah bagaimana kamu menjalani hidupmu. Belajarlah untuk menghargai hal positif apapun yang kamu terima, sekecil apapun itu. Tetapi bukan berarti kamu membuang jauhjauh hal yang negatif - ingat bahwa kamu selalu dapat mendapatkan pelajaran berharga di balik setiap hal yang kamu alami. Open up with change. Perubahan membutuhkan kamu untuk mau membuka pikiran akan hal-hal dan pengalaman baru. Meskipun mungkin terasa tidak nyaman, tetapi suatu saat kamu akan tiba di suatu titik dimana kamu merasa "Wah.. ternyata saya bisa melakukan ini." Kamu akan lebih menghargai proses perubahan tersebut dan lebih bahagia secara psikologis.
35
Di akhir chapter ini, kamu akan mampu: Memahami konsep belanja yang pintar ala #Shopalogic. Mengidentifikasi dan menentukan nilai (value) pribadi untuk menentukan goals. Memahami pentingnya memiliki goals dan mampu menentukan sikap dalam penggunaan uang di dalam kehidupan sehari-hari. Membuat tabel perencanaan keuangan dan menentukan prioritas keuangan.
Action Checklist: Tantanglah dirimu dengan membayangkan musim diskon, dimana banyak barang-barang dan toko yang mengadakan diskon besar-besaran. Bagaimana perasaanmu? Dapatkah kamu mengesampingkan perasaan tersebut dengan logikamu? Intinya adalah belajar untuk mengambil keputusan dengan logika. Yakinilah di dalam dirimu bahwa kamu mampu menahan dorongan untuk belanja saat memasuki mall maupun saat kamu sedang merasa badmood.
36
Kenalkan, namaku Aldi. Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan multinasional. Gajiku Rp. 20 juta per bulan. Setiap gajian, aku langsung menyisihkan separuh gajiku untuk ditabung. Sedangkan sisanya ku gunakan untuk kebutuhan dan keinginan seharihari, termasuk untuk belanja. Untuk keinginan belanja, aku menyisihkan uang sebesar Rp. 2 juta rupiah per bulannya. Jadi aku bisa mengukur apa saja yang ingin aku beli, dan dapat menyesuaikannya dengan budget yang sudah ku tentukan. My name is Aldi and I'm a #Shopalogic.
37
Kenalkan, namaku Riri. Aku adalah mahasiswi tingkat akhir di salah satu universitas di Jakarta. Setiap bulannya orangtuaku memberikan uang saku sebesar Rp. 5 juta rupiah. Di awal bulan, aku selalu browsing online shop dan window shopping di mall. Siapa tau ada barang bagus yang bisa aku beli. Meskipun sering kali barang tersebut tidak aku gunakan. Biasanya, uang saku ku selalu habis di pertengahan bulan. Tetapi tenang, aku masih punya kartu kredit pemberian orangtuaku. Meskipun kadang aku merasa bersalah karena sering overlimit untuk membeli barang yang ternyata tidak aku pakai, tetapi itulah gunanya uang. Money to spend is happiness to buy! Hi, my name is Riri and I'm a SHOPAHOLIC.
38
/shop·a·hol·ic (.n) an impulsive & compulsive shopper.
versus
/shop·a·log·ic (.n) a logic & wise shopper. Apakah kamu pernah mendengar istilah "smart-shopper"? Nah, untuk menjadi seorang yang "smart-shopper", kamu perlu belajar dulu untuk menjadi #SHOPALOGIC. Yaitu perilaku belanja yang cerdas, bijak, dan tentunya menggunakan logika. Kebalikannya dari shopaholic - yang umumnya belanja menggunakan emosi. Hmm.. masih bingung? Yuk simak tabel perbandingan di bawah ini:
#SHOPALOGIC
SHOPAHOLIC Belanja didasari oleh dorongan yang tidak dapat dikendalikan dan emosi - sebagai kompensasi emosi negatif yang sedang dirasakan.
Belanja didasari logika dan aware dengan pemikiran otomatis yang muncul.
Belanja melebihi batas kemampuan finansial.
Belanja sesuai dengan budget yang telah ditentukan.
Belanja sebagai upaya 'penebusan dosa' atas perilaku belanja sebelumnya.
Belanja untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sudah diukur.
Umumnya memiliki banyak pinjaman dan hutang.
Menabung untuk keperluan masa depan. Lebih mampu menyeimbangkan dan mengontrol pikiran, emosi, dan perilaku yang dilakukan.
Memiliki kesulitan untuk mengontrol perilaku belanja.
39
commitment sheet Saya, yang bernama __________________, meyakini dan menyanggupi bahwa saya mampu menjadi seorang #Shopaholic. Saya berkomitmen dan bersungguhsungguh akan menerapkan pembelajaran untuk mengubah perilaku belanja saya untuk menjadi lebih bijak dan lebih cermat. Saya _____________________ dan saya adalah #Shopalogic.
40
but first, VALUE! Pernahkah kamu meluangkan waktu untuk merenungkan hal-hal yang menurutmu merupakan sesuatu yang penting? Apa yang kamu yakini di dalam hidupmu? Kualitas diri apa yang ingin kamu kembangkan dan tunjukkan? Nilai atau value adalah keyakinan pribadi mengenai apa yang kamu anggap penting dan bermakna. Value ini akan menentukan bagaimana kamu berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain dan dirimu sendiri. Anggaplah kamu membutuhkan kompas atau GPS untuk dapat mencapai suatu tempat, nah itulah peran value di dalam hidupmu. Nilai adalah prinsip-prinsip utama yang dapat membimbing dan memotivasi kamu dalam menjalani kehidupan. Refleksi dari nilai yang kamu miliki akan tergambar dari keputusan apa yang kamu ambil, pandanganmu akan suatu hal, serta perilaku di dalam kehidupan seharihari – termasuk di dalam perilaku penggunaan uang. Orang-orang yang #Shopalogic sudah mengetahui dan menyadari nilai (value) yang dimilikinya, sehingga ia lebih mampu mengontrol perilakunya. Ingat bahwa nilai adalah GPS hidupmu. Tanpa mengetahui nilai pribadimu, kamu akan terjebak dan lebih sulit untuk mengontrol perilaku belanja mu.
41
Clarify Your Value Luangkan waktu sejenak untuk mengisi pertanyaan di bawah ini. Ingat bahwa kamu perlu merefleksikan terlebih dahulu sebelum menjawab petanyaan di bawah ini.
Ingat-ingat kembali saat dimana kamu merasa sangat terhanyut dengan apa yang kamu lakukan hingga lupa waktu. Apa yang kamu lakukan saat itu? ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ Pikirkan mengenai hal-hal (dapat berupa kegiatan, perasaan, atau ide) yang berarti atau bermakna bagimu. Apa yang terlintas dalam pikiranmu? ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________ Di bawah ini terdapat kata atau hal yang merupakan nilai (value) yang umumnya dimiliki oleh individu. Lingkarilah kata atau nilai (value) yang menurutmu paling penting! Achievement (pencapaian) Kemajuan Kemandirian Menjadi bagian dari suatu kelompok Menciptakan sesuatu Tantangan Belas kasih (compassion) Kompetisi Kreatifitas Membuat perubahan (misalnya perubahan sosial) Mampu mengambil keputusan Bisnis Kesetaraan Popularitas Kebahagiaan keluarga Kestabilan finansial Pertemanan Kegembiraan (fun) Kebahagiaan (happiness)
Keselarasan (harmony) Kesehatan Membantu orang lain Menjadi inspirasi bagi orang lain. Mengembangkan / menyempurnakan sesuatu. Kebebasan (independence) Kepemimpinan (leadership) Integritas Belajar / bertumbuh Mendengarkan orang lain Menjadi ahli di suatu bidang Personal development Pengembangan diri Kegiatan fisik Diakui / dikagumi orang lain Dihormati Mengambil risiko (risk-taking) Rasa aman Self-expression
42 Diadaptasi dari: Value Assessment Worksheet - Becoming Who You Are (2010)
Spiritualitas Stabilitas Status Kerjasama (team-work) Ketekunan Kekayaan Kemampuan mengontrol diri Kedekatan (intimacy) Percaya diri (confidence) Power Lainnya: ____________ Lainnya: ____________ Lainnya: ____________ Lainnya: ____________ Lainnya: ____________
Clarify Your Value Luangkan waktu sejenak untuk mengisi pertanyaan di bawah ini. Ingat bahwa kamu perlu merefleksikan terlebih dahulu sebelum menjawab petanyaan di bawah ini.
Jika sudah, silakan kamu pilih dan urutkan 10 nilai (value) yang menurutmu paling penting! 1) ______________________________ 2) ______________________________ 3) ______________________________ 4) ______________________________ 5) ______________________________
6) ______________________________ 7) ______________________________ 8) ______________________________ 9) ______________________________ 10) ______________________________
Jika kamu sudah menentukan 10 nilai (value) yang paling penting, silakan kamu pilih dan urutkan kembali 5 nilai (value) yang menurutmu paling penting berdasarkan 10 nilai yang telah kamu pilih sebelumnya. 1) ______________________________ 2) ______________________________ 3) ______________________________ 4) ______________________________ 5) ______________________________
Kelima hal tersebut adalah nilai (value) yang ada di dalam dirimu, baik yang baru saja kamu sadari maupun yang sudah kamu sadari. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mengetahui nilai (value) dapat membantu kamu dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam perilaku belanja. Jika sebelumnya mungkin kamu merasa kesulitan untuk mengontrol perilaku belanjamu - mungkin kamu berusaha membangun citra diri dan memperoleh penerimaan lingkungan melalui penggunaan barang-barang mewah. Maka dengan mengetahui nilai (value) pribadi ini kamu dapat memahami bahwa ternyata ada hal-hal lain di dalam dirimu yang sebenarnya dapat dikembangkan untuk dapat meningkatkan kualitas dirimu - tanpa perlu memperoleh validasi atas dirimu dengan mengikatkan diri pada benda atau materi. Kamu juga dapat belajar untuk merefleksikan kembali nilai-nilaimu sebelum mengambil sebuah keputusan. Ingatlah bahwa pikiran, pandangan, perilaku, dan langkah yang kita ambil merupakan cerminan / refleksi dari apa yang kita yakini. Apakah keputusan yang kamu ambil atau perilaku yang kamu lakukan merupakan refleksi dari nilai yang kamu miliki? 43
menentukan tujuan Setiap individu tentunya memiliki
Singkatnya, usaha dan upaya untuk
tujuan (goals) masing-masing –
mencapai tujuanmu akan lebih
beberapa merupakan hal yang penting,
maksimal ketika tujuan tersebut benar-
beberapa mungkin hanya sebagai
benar mewakili nilai (values) yang kamu
sebuah pelengkap. Tahukah kamu
miliki – untuk memenuhi kebutuhan
bahwa dengan memiliki tujuan (goal),
pengembangan kualitas diri. Terlebih
kamu akan lebih mudah untuk
jika menghadapi tantangan. Lain
mengontrol perilaku belanjamu.
halnya jika tujuan yang kamu tentukan
Misalnya, kamu memiliki tujuan untuk
hanya berdasarkan motivasi eksternal,
bersekolah di luar negeri 2 tahun
misalnya sekedar untuk mendapatkan
mendatang, maka kamu dapat
status sosial dan pengakuan dari
memikirkan langkah-langkah apa yang
lingkungan.
dapat kamu lakukan untuk bisa bersekolah di luar negeri? Contoh,
Apabila tujuan yang kamu
berarti kamu harus mencari informasi
tentukan hanya didasari oleh motivasi
tambahan mengenai kampus yang
eksternal, maka kamu cenderung akan
ingin kamu tuju, lalu kamu juga harus
lebih cepat menyerah saat
mengurangi pengeluaran uang untuk
menghadapi tantangan yang dihadapi.
berbelanja karena sekolah di luar
Kepuasan yang diperoleh saat
negeri membutuhkan biaya yang
mencapai tujuan tersebut juga akan
mahal.
jauh berbeda dengan individu yang tujuannya didasari oleh motivasi
Nah, untuk sampai kepada langkah
internal. Beberapa hasil penelitian juga
konkret sepertii itu, hal pertama yang
menemukan bahwa individu yang
harus kamu lakukan adalah tentukan
tujuannya dimotivasi oleh faktor
terlebih dahulu tujuan (goals) yang
internal akan meningkatkan
ingin dicapai. Tetapi ingat, tujuan yang
kesejahteraan dan kualitas diri, merasa
ingin Anda capai harus
lebih bahagia, lebih puas, lebih
berdasarkan value yang kamu miliki
bersyukur, dan lebih menghargai
dan motivasi yang berasal dari dalam
dengan apa yang ia capai. Sedangkan
diri Anda sendiri. Menurut Eccles dan
individu yang tujuannya dilandasi
Wigfield (2002), tujuan Anda akan lebih
faktor eksternal cenderung lebih tidak
mudah tercapai apabila tujuan
puas dan cenderung akan terus
tersebut menggambarkan nilai (value)
berusaha untuk mencari hal lain
pribadi Anda.
hingga ia dapat merasa puas. Singkatnya rasa puas atau bahagia yang diperoleh akan bersifat sesaat (temporer).
44
SMART TO SET YOUR GOALS S = Specific
Artinya tujuan yang ingin kamu capai harus jelas dan fokus. Karena nantinya kamu harus menentukan langkah apa yang diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Jika tujuannya tidak jelas, kamu akan kesulitan untuk mencapai tujuan itu. Misalnya, kamu ingin berkuliah di luar negeri. Tetapi tujuanmu masih belum jelas. Kamu dapat memperjelasnya dengan: "Kuliah spesialis kedokteran di Universitas A di Belanda."
M = Measurable Berarti tujuan kamu harus terukur – misalnya berupa waktu, kualitas, uang. Berdasarkan contoh sebelumnya, kamu bisa merinci kembali keinginan tersebut menjadi: "Menabung Rp.10.000.000 per bulannya dan mencari beasiswa untuk bisa mendapat uang tambahan untuk kuliah magister di Belanda."
A = Attainable
Pastikan bahwa tujuan yang kamu tentutkan merupakan hal yang dapat kamu capai dan menggambarkan value mu. Sehingga kamu akan berkomitmen untuk mencapainya dengan sungguh-sungguh. Hindari menetapkan tujuan yang kecil kemungkinannya untuk kamu capai. Misalnya, kamu ingin ambil spesialis kedokteran di Belanda tetapi kamu sendiri bukan lulusan kedokteran" maka tujuanmu menjadi tidak mungkin untuk dicapai.
R = Relevant Tentukanlah tujuan yang mewakili nilai (value) yang Anda miliki dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi Anda. Dengan demikian, Anda menjadi benar-benar termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, kamu ingin kuliah spesialis kedokteran di Belanda tetapi sebenarnya kamu juga sedang mempersiapkan pernikahan. Nah, kalau begini mana yang menurutmu lebih penting?
T = Time Bound Kamu harus menetapkan kapan tujuan tersebut harus dicapai. Dengan menentukan target waktu, kamu akan terpacu untuk segera memulainya. Misalnya, “Melanjutkan kuliah spesialis kedokteran di Belanda di Universitas A pada tahun 2020."
45
SETTING UP YOUR OWN GOALS Jika kamu sudah mengetahui bagaimana menentukan tujuan (goals) dengan SMART, isilah kolom di bawah ini. Ingatlah bahwa dengan membuat tujuan (goals) kamu dapat belajar untuk mulai mengarahkan dan mengendalikan perilakumu - dengan menyadari pikiran dan emosi yang otomatis muncul, dan merefleksikan kembali kepada nilai (value) dan tujuan yang ingin kamu capai.
Tujuan Jangka Pendek (6 bulan – 1 tahun) ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________
Tujuan Jangka Panjang (1 tahun - 5 tahun) ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________
46
what's next? Nah, sudahkah kamu menentukan tujuan (goal) pribadimu? dengan menentukan tujuan (goal) kamu dapat belajar secara perlahan untuk mulai mengubah perilaku shopaholic mu. Kenapa harus menentukan tujuan (goal) sih? Cobalah kamu pikirkan kembali, nilai (value) adalah GPS hidupmu - yang akan membantu kamu menjalani kehidupan dengan lebih terarah. Nah kalau tujuan (goal) itu adalah destinasi perjalananmu. Hubungannya dengan perilaku belanja? Coba kamu pikirkan, ketika kamu mampu menemukan value dan berfokus pada tujuan, pikiranmu secara otomatis akan terprogram untuk berusaha mencapai tujuan tersebut. Nah, di bagian sebelumnya kamu juga sudah mampu mengenali pikiran otomatis, emosi yang kamu rasakan, dan konsekuensi perilaku yang kamu ambil. Jika dikaitkan, dengan menerapkan keseluruhan hal tersebut berarti kamu sudah belajar untuk lebih aware pada pikiran otomatis dan emosi yang kamu rasakan, sehingga kamu bisa mengarahkan perilakumu untuk mencapai tujuan yang telah kamu tetapkan. So, next time kamu merasa badmood lalu memiliki keinginan untuk belanja, cobalah untuk berhenti sejenak, tarik nafas dalamdalam, dan ingat kembali apa yang sudah kamu pelajari di KOTAK PINTAR. Bagaimana perasaanmu? Apa pikiran otomatis yang muncul? Apa konsekuensi perilakumu? Apa tujuanmu? Apakah perilaku yang kamu ambil dapat membantu kamu mencapai tujuan yang kamu tentukan? Dengan demikian, perlahan tapi pasti kamu dapat lebih cerdas dan bijak dalam berbelanja.
47
Making Your First Step Jika sebelumnya kamu sudah mengetahui value dan tujuanmu, sekarang waktunya kamu belajar untuk menentukan langkah-langkah konkret yang dapat kamu lakukan untuk mencapai tujuanmu. Value yang dimiliki Pendidikan
Tujuan (goal) yang ingin dicapai Kuliah spesialis kedokteran di Belanda pada tahun 2020.
48
Yang dapat saya lakukan Cari beasiswa. Kursus bahasa Belanda. Menabung minimal Rp. 5 juta per bulan. Kurangi makan-makan di luar. Belanja sebutuhnya, bukan seperlunya (maksimal Rp. 1 juta per bulan) sebelumnya tidak melakukan budgeting untuk belanja.
MAKING YOUR SECOND STEP Jika sebelumnya kamu sudah menentukan langkah yang dapat kamu lakukan untuk mencapai tujuanmu. Setiap orang tentunya memiliki tantangannya masing-masing dalam mencapai tujuannya. Sekarang waktunya kamu merinci kembali hal-hal berikut:
Tantangan yang mungkin muncul: __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________
Solusi yang dapat kamu temui: __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________
Siapakah orang-orang yang dapat membantu kamu mencapai tujuan yang telah kamu tentukan? _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________ 49
the hidden message behind your decisions Keputusan yang kamu buat setiap harinya didasari oleh fakta dan logika. Misalnya, secara logika dan fakta - kamu tahu bahwa sneakers merk Weezy harganya mahal dan tidak masuk akal, dimana dengan harga tersebut kamu sudah bisa menabung untuk liburan tahun depan. Tetapi meskipun kamu memiliki informasi ini, kamu mungkin masih tetap ingin membeli sneakers tersebut.
Terlepas dari logika dan pikiranmu mengatakan "tidak" untuk membeli sneakers Weezy, dorongan dalam diri (inner drive) mu akan mencari sumber kenyamanan dengan pemuasan dorongan tersebut. Akibatnya? Sebagian orang mungkin akan memuaskan dorongan dirinya (inner drive) dengan membeli sneakers Weezy, sebagian lagi memutuskan untuk mengikuti logika dan pikirannya dengan tidak membeli sneakers tersebut.
Mengapa? Karena ada sebagian proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh dorongan dalam diri (inner drive) yang mungkin tidak kamu sadari. Setiap individu mengembangkan pandangan atau gagasan mengenai apa yang dibutuhkan (needs) , apa yang diinginkan (wants), dan apa yang harus dilakukan (should) sejak usia kanak-kanak - dimana pandangan ini akan berubah seiring dengan proses dan pengalaman kehidupan kamu.
Perlu kamu ketahui bahwa pandangan akan apa yang kamu anggap penting dan butuh (needs), apa yang diinginkan (wants) dan apa yang harus (should) merupakan bagian dari value (nilai) mu - dimana memengaruhi keputusan yang kamu ambil setiap harinya. Siapa saja ya yang ikut berperan dalam pembentukan nilai tersebut? Orangtua dan keluarga. Lingkungan kerja dan tempat tinggal. Teman dan peer-group. Guru dan mentor. Organisasi yang kamu ikuti. Komunitas Media (berita, social media, film, majalah, musik, TV, iklan, dll)
50
Changing The Message Setiap kali kamu membuat keputusan, kamu menggunakan nilai-nilai yang kamu miliki untuk mencari pilihan yang dapat membantu kamu menjauh dari rasa cemas, ketidaknyamanan, dan ketakutan. Setiap kali kamu membuat keputusan, kamu mencari pilihan yang dapat membuatmu merasa nyaman. Sadar atau tidak sadar, terkadang kamu memilih pilihan yang kurang tepat untuk dirimu hanya karena terkadang keputusan tersebut terlihat lebih mudah dan membuatmu merasa nyaman untuk sementara. Contoh pengambilan keputusan keuangan: "Apakah saya harus membeli kemeja ini?"
Inner drive: "Apakah dengan membeli kemeja ini saya jadi lebih tenang dan tidak merasa stress?"
Nah, sekarang kamu sudah paham apa yang terjadi setiap kali kamu "berpasrah" dengan apa yang biasa kamu lakukan. Terlepas dari apakah kamu ingin beralih menjadi #Shopalogic - mencoba beralih untuk memilih keputusan yang tepat bagi dirimu adalah hal yang baik untuk kesejahteraan dirimu. Kuncinya adalah berani untuk mengambil keputusan yang berbeda dari apa yang biasanya kamu lakukan. Jadi meskipun logikamu mengatakan, "Jangan beli sneakers itu.." dorongan dalam dirimu untuk memperoleh rasa nyaman bisa saja mengesampingkan apa yang terbaik bagi dirimu. Nah, latihan-latihan sebelumnya akan membantumu untuk mengenali pikiran, emosi, dan konsekuensi dari keputusan yang kamu ambil. Tenang, semua ini akan membantumu untuk menjadi #Shopalogic dan membantu kamu untuk meningkatkan kualitas diri dan kesejahteraan dirimu.
51
Karena #SHOPALOGIC
Juga Harus Bijak
UNSUCCESSFUL PERSON MAKE DECISIONS BASED ON THEIR CURRENT SITUATIONS. SUCCESSFUL PERSON MAKE DECISIONS BASED ON WHERE THEY WANT TO BE. Di bagian sebelumnya kamu sudah menentukan langkah konkret yang dapat kamu lakukan untuk dapat mencapai tujuan (goals) kamu. Nah, kalau berbicara mengenai cara menjadi #Shopalogic, kamu tidak bisa melewatkan skill satu ini. Pernah dengar kata "financial planning"? Ini adalah skill yang wajib dan harus kamu kuasai jika kamu ingin pola perilaku belanjamu menjadi tidak se-kompulsif atau seimpulsif dulu.
Mungkin kamu familiar dengan banyaknya para shopaholic yang rela meminjam uang dan berhutang kepada bank hingga tagihan kartu kreditnya membengkak. Selain karena belum mampu mengenali emosi, pikiran, value dan goals, kirakira apalagi ya yang membuat kebanyakan shopaholic merasa "lebih besar pasak daripada tiang"? Ya, kebanyakan shopaholic tidak membuat perencanaan keuangan setiap bulannya. Kalaupun ya, sulit bagi mereka untuk menahan dorongan belanja meskipun budget nya tidak memungkinkan. Kenapa? Kembali lagi ke faktor psikologis dan kemampuannya dalam mengendalikan emosi dan pikirannya.
Kalau sebelumnya kamu sudah menguasai kemampuan yang kamu butuhkan untuk belajar aware dan mengendalikan emosi serta pikiran kamu untuk tetap berfokus pada tujuan, sekarang kamu akan belajar untuk mengendalikan 'kantong' mu supaya stay on-track. Nah, perencanaan keuangan (financial planning) adalah sebuah proses untuk merencanakan, mencapai, dan mengkaji ulang tujuan (goals) Anda melalui manajemen keuangan yang tepat.
Kalau menjadi #Shopalogic harus bagaimana dong? Yuk simak terus!
52
Jalan-Jalan ke Lombok 10 juta - all in
Kamu pilih yang mana?
Smartphone keluaran terbaru Rp. 13 Juta
53
Kamu pilih yang mana? Pilihan mana yang kamu pilih?
Sebutkan 5 alasan mengapa kamu memilih pilihan tersebut?
Apakah pilihan yang kamu ambil merefleksikan nilai (value) yang kamu miliki?
54
Experiential & Material Purchase Siapa yang memiliih travelling ke Lombok? Siapa yang memilih membeli handphone baru? Apapun pilihan kamu, kamu pasti memiliki alasan tertentu di baliknya. Nah, tahukah kamu kalau dua hal tersebut masuk ke dalam kategori yang berbeda? Menurut Van Boven and Gilovich (2003), ada dua tipe pembelian, experiential purchase (membeli pengalaman) dan material purchase (membeli barang). Hasil penelitian menemukan bahwa orang-orang yang melakukan experiential purchase merasa 10 kali lebih bahagia dibandingkan yang melakukan material purchase. Kenapa? Penelitian terkait menemukan bahwa experiential purchase berhubungan dengan peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan individu. Misalnya, ketika kamu pergi travelling bersama dengan sahabat atau keluargamu, kamu dapat memperoleh pengalaman dan kenangan yang berharga. Dikelilingi oleh orang-orang yang kamu sayangi melakukan quality time setelah sekian lama akan memberikan kamu efek bahagia yang lebih lama dibandingkan dengan melakukan material purchase.
EXPERIENTIAL PURCHASE Membeli sesuatu untuk memperoleh atau merasakan pengalaman tertentu, misalnya travelling, nonton konser, membeli tiket seminar ilmiah, menghadiri konferensi internasional, dll. Memperoleh kenangan atau pengalaman yang berharga, dan efek bahagia yang bersifat jangka panjang. Bersifat intangible (tidak berwujud).
MATERIAL PURCHASE Membeli sesuatu yang berbentuk fisik, misalnya pakaian, perhiasan, handphone, furnitur, dll. Menekankan pada "save and possession". Bersifat tangible (sesuatu yang berwujud). Memperoleh kesenangan dari kepemilikan benda, tetapi lebih bersifat jangka pendek.
55
specify your needs and wants Sebelum membuat perencanaan keuangan, yuk kenali dulu needs (kebutuhan) dan wants (keinginanmu). Needs (kebutuhan) adalah sesuatu yang harus kamu miliki untuk memenuhi kebutuhan hidup. Wants (keinginanmu) adalah sesuatu yang bersifat tidak terlalu penting namun dapat kamu miliki. Kenapa kamu perlu mengetahui needs dan wants kamu? Dengan mengklasifikasikan barang-barang ke dalam dua kategori tersebut, kamu akan lebih bisa mengendalikan perilaku belanjamu. Saat dorongan belanja mu muncul, ingatlah apakah kamu membutuhkan barang tersebut. Berikan 5 alasan mengapa kamu membutuhkan barang tersebut, Dengan demikian kamu lebih bisa mempertimbangkan sebelum mengambil keputusan.
WANTS
NEEDS Buku kuliah
Sepatu boots
Motor untuk ke kampus
Headset baru
56
be wise, be #shopalogic Apakah kamu menggunakan kartu
Penggunaan kartu kredit yang bijak dan
kredit? Nah, bagaimana kira-kira
cerdas ala #Shopalogic justru akan
penggunaan kartu kreditmu selama 6
membantu mempermudah hidupmu,
bulan terakhir? Menurut hasil
bukan membuatnya lebih rumit. Kartu
penelitian, umumnya individu yang
kredit bukan hanya untuk 'bergaya'
memiliki kesulitan untuk mengontrol
membeli barang mewah tetapi hutang
perilaku belanjanya memiliki tagihan
juga menumpuk. Kartu kredit juga bisa
atau hutang kartu kredit yang
loh digunakan untuk memenuhi needs
melimpah.
mu. Misalnya untuk membayar biaya kesehatan, membeli barang elektronik
Tunjuk tangan jika hingga saat ini kamu
yang benar-benar kamu butuhkan
masih memiliki hutang kartu kredit
(misalnya TV, mesin cuci, dll). Tetapi
yang menggunung! Kartu kredit
kalau kamu ingin membeli barang yang
diciptakan tentunya untuk
sifatnya adalah wants, lebih baik
mempermudah transaksi seseorang
gunakan uang cash atau kartu debit.
dengan menawarkan pinjaman uang terlebih dahulu. Tetapi kalau akhirnya
Dengan begitu, kamu juga lebih bisa
kamu dibebani dengan tagihan dan
mengendalikan pengeluaranmu.
hutang yang menggunung, apakah itu
Prinsipnya, kalau tidak punya uang
salah kartu kreditmu? Nope, nope.
lebih, lebih baik menunda pembelian
Bukan salah kartu kredit kok, tetapi
atau pertimbangkan alternatif lainnya
kamu mungkin belum mampu
(harga yang lebih murah dan lebih
mengendalikan perilaku belanjamu,
berkualitas).
belum mampu bersikap 'sabar' untuk tidak terburu-buru membeli sesuatu, dan belum mampu sepenuhnya bertanggungjawab atas pilihan yang kamu ambil. Ingat bahwa setiap keputusan yang kamu ambil perlu dipertimbangkan matang-matang, termasuk pro dan kontra nya.
57
How to Avoid Credit Card Downfall Jika kamu memiliki kesulitan untuk mengontrol penggunaan kartu kreditmu, berikut adalah beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk meminimalisir penggunaan kartu kredit:
Pahami bahwa kartu kredit bukan untuk memenuhi semua 'keinginanmu' tetapi untuk membantumu di saat situasi darurat. Gunakan kartu kredit untuk membeli barang yang benar-benar kamu butuhkan tetapi mungkin kamu belum memiliki cukup uang untuk memilikinya, misalnya untuk membeli mesin cuci, lemari es, dan televisi.
Beberapa bank memiliki aplikasi yang dapat memantau penggunaan kartu kreditmu. Gunakan aplikasi tersebut untuk memantau perilaku belanjamu.
Hindari untuk selalu membawa kartu kreditmu, terutama ke mall. Kamu tidak pernah tahu kapan keinginanmu untuk belanja akan muncul. Kamu bisa meninggalkan kartu kreditmu di rumah. Selalu catat setiap transaksimu. Dengan demikian kamu tahu berapa kirakira besaran tagihan yang akan dibebankan bulan depan. Kamu juga dapat membuat perencanaan keuangan untuk membayar hutangmu di bulan selanjutnya.
58
belanja lebih cermat & hemat dengan PermataKartuKredit Untuk kamu yang ingin bergaya, berlibur, dan belanja dengan cermat dan hemat, PermataBank menghadirkan inovasi baru untuk membantumu menjadi #Shopalogic. Dengan PermataShoppingCard kamu bisa memperoleh keuntungan ekstra loh! Belanjanya hemat tapi keuntungannya segudang. Apa saja sih keuntungan PermataShoppingCard? Kamu bisa mendapatkan 3X Poin Reward di seluruh Departement Store dan Supermarket. Kamu juga bisa menukar poin untuk voucher belanja di Dairy Queen, CVG Blitz, H&M dan Metro Department Store. Nah, kalau buat kamu yang hobi travelling dan berlibur bersama teman-teman atau keluarga. PermataBank hadir dengan PermataRewardCard, loh! Dengan PermataRewardCard kamu bisa memperoleh 5X Poin Reward untuk transaksi ritel di hotel, airline, travel dan pembelanjaan di luar negeri. Kamu juga bisa mendapatkan SimplePay 0% untuk 6 bulan semua transaksi ritel melalui aplikasi PermataMobile Kartu Kredit. Seru banget kan! Bisa jalan-jalan hemat dikasih bonus pula. Masih ada satu lagi produk PermataBank untuk membantu kamu belanja kebutuhan sehari-hari dengan lebih hemat. Nah kalau dengan PermataHeroCard, kamu bisa belanja lebih banyak dengan cashback yang berlimpah. Keuntungan lainnya? Kamu bisa dapat diskon 20% untuk produk segar di hari Senin - Kamis di HERO & Giant. Ada juga diskon 5% produk private label HERO, Giant dan Guardian. Nah kamu juga bisa SimplePay 0% hingga 24 bulan di Giant Ekstra. Dan yang lebih serunya lagi, kamu bisa dapat cashback sebesar 3,5% untuk belanja apa saja di HERO, Giant dan Guardian. Untuk informasi lebih lanjut klik: http://bit.ly/2tR8RqJ Yuk waktunya belanja lebih cermat agar lebih hemat bersama PermataBank!
59
identifying pros & cons
before you shop Sebelum kamu memutuskan untuk berbelanja, ingat untuk selalu mempertimbangkan pro dan kontranya. Hal ini dapat membantu kamu untuk mengidentifikasi risiko dan manfaat dari setiap keputusan yang kamu ambil. Yuk jadi lebih cerdas dan bijak dalam belanja!
Item Ganti handphone baru
Pro (+) Lebih keren. Masih jarang ada yang punya.
60
Con (-) Belum bayar kartu kredit. Belum bayar DP gedung untuk pesta pernikahan. Belum bayar asuransi.
set your budget right
Berikut adalah lembar perencanaan keuangan yang dapat kamu gunakan untuk menyusun rencana keuanganmu. Keperluan Rumah: - Listrik : Rp. __________________ - Air : Rp. __________________ - Sampah : Rp. __________________ - ART : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Personal: - Salon : Rp. __________________ - Kecantikan : Rp. __________________ - Rokok : Rp. __________________ - Pakaian : Rp. __________________ - Laundry : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Transportasi: - Bahan Bakar: Rp. __________________ - Tol : Rp. __________________ - Parkir : Rp. __________________ - Service : Rp. __________________ - Lainnya : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Entertainment: - Konser : Rp. __________________ - Bioskop : Rp. __________________ - Restaurant : Rp. __________________ - Internet : Rp. __________________ - TV Cable : Rp. __________________ - Fitness : Rp. __________________ - Traveling : Rp. __________________ - Hobi : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Asuransi: - Kesehatan : Rp. __________________ - Pendidikan : Rp. __________________ - Lainnya : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Hutang / Pinjaman: - Kartu kredit : Rp. __________________ - Personal : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Kesehatan: - Dokter : Rp. __________________ - Obat-obatan: Rp. __________________ - Lainnya : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Tabungan / Simpanan: - Emergency : Rp. __________________ - Lainnya : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Pendidikan: - SPP : Rp. __________________ - Buku : Rp. __________________ TOTAL : Rp. __________________
Kado / Hadiah: - Ulangtahun : Rp. __________________ - Hari besar : Rp. __________________ - TOTAL : Rp. __________________
Total Pengeluaran Bulanan : Rp. ________________________ (-) Pendapatan Bersih : Rp. ________________________ = Cash Flow : Rp. ________________________
61
Self-Talk Hal baru / insight apa yang dapat kamu pelajari tentang dirimu setelah menyelesaikan key learning ini?
Bagaimana pelajaran / insight tersebut dapat kamu aplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari?
Hal apa saja yang sudah baik dari perilaku belanjamu? Hal apa saja yang masih perlu diperbaiki dari perilaku belanjamu?
62
#SHOPALOGIC JOURNAL
04 63
Di akhir chapter ini, kamu akan mampu: Mampu mengidentifikasi, merefleksikan, dan menganalisa perilaku belanja. Mampu menentukan hal yang perlu diperbaiki untuk menjadi #Shopalogic. Mampu menjadi #Shopalogic.
Action Checklist: Lakukan review ulang dari jurnal refleksi yang sudah kamu isi di setiap akhir bulannya. Perhatikan apakah kamu sudah lebih mampu mengendalikan emosi, pikiran, dan perilaku belanjamu?
64
Kotak Pintar #shopalogic Kamu bisa mengisi KOTAK PINTAR di bawah ini sesuai dengan apa yang telah kamu pelajari di key learning sebelumnya Kamu juga bisa memperbanyak halaman ini jika kamu membutuhkannya.
Kejadian / Situasi yang muncul
Perasaan / Pikiran / Perilaku yang otomatis muncul
Konsekuensi yang mungkin muncul
65
Yang dapat saya lakukan (alternatif pikiran & perilaku)
Specify Your Needs & Wants needs
wants
66
expense tracker Tanggal
Jumlah (Debit)
Jenis Pengeluaran
67
Jumlah (Kredit)
identifying pros & cons
before you shop Item
Pro (+)
68
Con (-)
Shopalogic 101 Seorang #Shopalogic selalu mempertimbangkan pilihan dan alternatif lainnya sebelum mengambil keputusan. Seorang #Shopalogic berbelanja dengan logika, bukan dengan emosi. Seorang #Shopalogic pintar mengatur keuangannya. Seorang #Shopalogic mampu menahan diri serta membedakan kebutuhan dan keinginannya. Seorang #Shopalogic selalu mempertimbangkan pro dan kontra dari setiap pilihan yang diambilnya. Seorang #Shopalogic selalu cermat dalam belanja.
69
Shopalogic Mantra Belanja tanpa rencana Untuk mengobati luka Ujung-ujungnya kecewa Gali lubang tutup lubang Bertanya, "Kapan tagihan tak berulang?" Waktunya jadi lebih naik Dengan jadi #Shopalogic Belanja pakai logika, bukan nafsu atau gengsi belaka Belanja cerdas dengan cara dan waktu yang pas Pakai PermataKartuKredit, agar tidak berujung pahit
70
daftar pustaka Holland, E. (t.th). The Psychology of Spending and How to Avoid Pressure to Spend. Diakses dari http://www.chopra.com/articles/the-psychology-ofspending-and-how-to-avoid-pressure-tospend#sm.000002d0ybkr9lf4gz1kdcc1g1vsk pada Juli 2017. "Money Is Not About Finances, It’s About Emotions". (2016). Dakses dari http://www.huffingtonpost.com/deevra-norling/money-is-not-aboutfinanc_b_7579746.html pada Juli 2017. Zimmerman, I. (2012). What Motivates Impulse Buying?. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/blog/sold/201207/what-motivatesimpulse-buying. Cohen, E. D. (2015). Are You Addicted to Approval. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/blog/what-would-aristotledo/201510/are-you-addicted-approval. "Millennials Admit to Impulse Shopping". (2015). Diakses dari https://www.emarketer.com/Article/Millennials-Admit-ImpulseShopping/1011834
71
sumber & inspirasi lain Film: Confession of A Shopaholic (2009). Menceritakan tentang Rebecca Bloomwood, seorang wanita yang tergilagila pada belanja hingga rela berhutang. Buku: Spent: Break the Buying Obsession and Discover Your True Worth (2009) Ditulis oleh Sally Palaian Ph.D - seorang psikolog dan komentator finansial. Membahas mengenai langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk keluar dari shopping addiction. Getting Out from Going Under: Daily Reader for Compulsive Debtors and Spenders (2015) Ditulis oleh Susan B - seorang anggota Debtors Annonymous dan kini sudah keluar dari program tersebut. Membahas mengenai proses penulis menjalani program hingga akhirnya ia dapat keluar dari program dan menjalani kehidupannya dengan bahagia. Shopping Addiction: The Ultimate Guide for How to Overcome Compulsive Buying And Spending (2016) Ditulis oleh Caesar Lincoln. Membahas mengenai shopping addiction secara umum, serta membahas langkah-langkah sederhana untuk dapat terbebas dari shopping addiction.
72