ISLAM DAN PERUBAHAN SOSIAL Oleh: SULTON Email:
[email protected] Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak Perubahan pada dasarnya menyangkut berbagai hal, mulai dari aspek fisik sampai perubahan kehidupan manusia. Perubahan kehidupan manusia atau terkait dengan lingkungan kehidupannya itulah yang kemudian disebut sebagai perubahan sosial.Sejumlah pertanyaan tersebut menggambarkan realitas sosial dengan berbagai dinamikanya sejalan dengan pilihan jawaban yang ditetapkan. Menjawab pertanyaan tersebut Charles F. Andrain mengemukakan klasifikasi pola perubahan sosial sebagai berikut :Pertama, Golongan revolusioner, mengambil pilihan perubahan sosial secara fundamental dan cepat dengan kekerasan secara meluas untuk menggugah massa yang pasif dan membalas tekanan elit yang menentang perubahan.Islam sebagai sistem keyakinan atau tata nilai memuat generalisasi atau konseptualisasi yang memberikan kerangka bagaimana seharusnya manusia berpikir dan berperilaku dalam hidup dan kehidupan bersama. Fanatisme kelompok atau golongan di internal umat Islam itu sendiri dengan klaim-klaim kebenarannya yang final telah mereduksi universalitas ajaran Islam itu sendiri, termasuk peluangnya untuk mengambil peran potensial dalam mendorong perubahan sosial Keywords: Islam,Perubahan Sosial,
PENDAHULUAN
Banyak
kajian
kelompok masyarakat yang mulai skeptis menyimpulkan
bahwa Islam adalah agama modern dan penuntun perubahan..Dalam banyak kasus Islam selalu dibenturkan dengan fenomena – fenomena perubahan yang sedang terjadi pada semua level kehidupan baik masyarakat desa maupun dunia internasional. Pada saat yang demikian Islam dipertanyakan eksistensi dan perannya. Tidak sedikit
dan
menyangsikan
kontribusi
Islam
terhadap perubahan sosial yang semakin dinamis ini bersamaan dengan kemajuan perkembangan teknologi. Dengan berbagai ajaran
yang
dianggap
“konservatif”
akankan Islam menjadi ajaran yang mampu memberikan alternative, daya dorong atau bahkan akan menjadi penghambat atas perubahan sosial yang sedang melaju.
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
67
MEMAHAMI MAKNA PERUBAHAN
Henry Pratt Fairchild, (1962:227)
SOSIAL
perubahan sosial
• Renald
Kasali
dalam
bukunya
variasi
setiap
aspek
dalam
yang mapudengan pernyataan yang
proses sosial, pola sosial dan bentuk
sangat menarik bahwa “perubahan
sosial.Selanjutnya
dalam kehidupan ini ( t e r m a s u k
(1974:4,6)
perubahan
suatu
perubahan sosial bukanlah suatu
selalu
gejalah masyarakat modern an-sich,
komunitas dan
melainkan sesuatu yang universal
sosial)
keniscayaan”.
adalah
Perubahan
berlangsung
pada
stratifikasi
masyarakat
Wilbert Moore
menegaskan
bahwa,
manusia,
dalam pengalaman hidup manusia.
setiap saat dimanapun mereka berada
Dalam kehidupan masyarakat yang
dan berkehidupan. Hampir
tidak
kian mengglobal, perubahan jelas
ada masyarakat yang statik, karena
akan diposisikan sebagai kebiasaan
kehidupan pada dasarnya sejumlah
karena
proses gerak maju yang didorong oleh
transportasi, dan komunikasi yang
warga
cepat sehingga krisis kehidupan di
masyarakatnya.
merupakan
proses
Perubahan
kehidupan
itu
sendiri, yang dapat dimanifestasikan sebagai
kehendak
menempuh
perjalanan kehidupan (Judistira K. Garna, 1992:7). • Perubahan pada dasarnya menyangkut berbagai hal, mulai dari aspek fisik sampai perubahan kehidupan manusia.
Perubahan
manusia
atau
terkait
kehidupan dengan
lingkungan kehidupannya itulah yang kemudian disebut sebagai perubahan sosial. Karenanya perubahan sosial hanya dapat difahami dari konteks tata kehidupan masyarakat dalam lingkupnya 68
modifikasi
adalah
yang
luas.
Menurut
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
perkembangan
teknologi,
belahan bumi lain akan berakibat ke bagian lainnya. MEMAHAMI POLA PERUBAHAN SOSIAL • Terkait Charles
dengan F.
mengajukan
perubahan
Andrain
sosial
(1992:39-42)
sejumlah
pertanyaan
menarik. Bagaimana suatu perubahan itu terjadi ? • Apakah berlangsung secara alamiah atau harus direncanakan secara sadar ? • Apakah melalui media kekerasan atau taktik-taktik non kekerasan ? • Sejumlah
pertanyaan
tersebut
menggambarkan realitas sosial dengan berbagai dinamikanya sejalan dengan
pilihan jawaban yang ditetapkan.
mulai
Menjawab pertanyaan tersebut Charles
melalui sistem hukum, perubahan
F. Andrain mengemukakan klasifikasi
sistem stratifikasi menuju persamaan
pola perubahan sosial sebagai berikut :
lebih
• Pertama, Golongan
revolusioner,
dari
besar
kesempatan,
perubahan
dalam
perilaku
memperoleh
perubahan
sistem
mengambil pilihan perubahan sosial
pemerintahan menuju desentralisasi,
secara
perubahan struktur dasar masyarakat
fundamental
dengan kekerasan
dan
cepat
secara meluas
untuk menggugah massa
yang
pasif dan membalas tekanan elit yang menentang perubahan. Golongan ini
mulai
dari
hak
pendidikan,
layanan
layanan kesehatan,
layanan hukum dll. • Ketiga, Golongan puritan dan quaker.
biasanya mengusahakan perubahan
Golongan
puritan
yang cukup luas
perubahan
sosial
dan mendasar
pilih,
mengasumsikan hanya
dapat
menyangkut keyakinan-keyakinan
dilakukan dengan pengorganisasian
dasar,
dan kekerasan yang lebih besar. Pola
dan
struktur, perilaku individu sikapnya,
serta
kebijakan.
ini diyakini oleh golongan puritan arena
Bagi golongan revolusioner, sistem
sumber kejahatan itu bersemayan dalam
keyakinan berfungsi sebagai peta
diri manusia, sehingga diperlukan
pengenal
organisasi yang kuat dan tindakan
yang
menunjukkan
arah baru yang harus diikuti oleh
yang
masyarakat.
kecenderungan manusia yang jahat dan
• Kedua,
Golongan
tegas
untuk mengendalikan
reformis,
korup. Sedangkan golongan quaker
mengasumsikan perubahan secara
berasumsi bahwa lembaga-lembaga
bertahap terbatas terkait keempat
yang koruplah yang menimbulkan
bagian sistem politik/sosial yang
kejatahan di dunia, karena itu mereka
ada. Sebagai ilustrasi, terkaitsistem
percaya bahwa melalui komuni dengan
keyakinan dan tata nilai kemungkinan
“Cahaya Ilahi” dari dalam orang
besar tidak dirubah secara mendasar
dapat membebaskan diri dari ikatan-
melainkan
ikatan organisasi mereka, dengan
sebatas
penafsirkan
ulang tata nilai yang ada. Selain itu
selalu
siap
menerima
golongan ini menawarkan perubahan
Ilahi”
dapat membentuk
secara bertahap dalam berbagai aspek
komunitas
“Cahaya suatu
dengan semangat cinta
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
69
altruistik (mengutmakan kepentingan
kehidupan yang ada. Ini bisa kita
orang
model ini
saksikan dari oreintasi penghayatan
berharap dapat membawa perubahan-
dan amalan agama sebagian besar
perubahan fundamental dan spontan
umat Islam yang masih terkemas
tanpa kekerasan dalam masyarakat
dalam bentuk ibadah mahdhoh an-
yang korup.
sich. Sistem keyakinan dan tata nilai
lain)
sehingga
LEGITIMASI ISLAM ATAS PERUBAHAN SOSIAL • Kalayak bahwa
umum
sering
suatu
berasumsi
perubahan
sosial
hanya didorong dan ditentukan oleh keberadaan individu yang kuat dan memiliki kemampuan untuk membuat
keputusan-keputusan
mendasar yang
meletakkan
dan
mendorong perubahan itu sendiri. Meski tidak sepenuhnya salah, sejarah kehidupan
manusia
memberikan
informasi kepada kita a d a n y a sumber-sumber
yang
mendorong
terjadinya perubahan sosial, mulai dari keberadaan sistem keyakinan/ tata nilai, organisasi dan sistem sosial, sistem politik, konflik sosial atau politik dan ilmu pengetahuan atau penemuan teknologi. • Mengkaitkan Islam dan perubahan sosial adalah diskursus yang sangat menarik, karena Islam sebagai sistem keyakinan dan
tata nilai seringkali
dipersepsi sebagai doktrin yang statis dan status quo atas berbagai agenda 70
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Islam seperti final dalam konstruksi ritual keagamaan vis a vis dengan dinamika kehidupan manusia dengan logikanya sendiri, padahal Islam (baca: Al-Qur’an dan Al-Hadist) diturunkan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah sebagai hudanlinnas, petunjuk bagi kehidupan manusia bagi dalam konteks hubungan vertikalnya dengan Allah
SWT
maupun
hubungan
horizontalnya dengan sesama manusia dan alam semesta ini. • Dari
perspektif
teologi-ideologis,
Islam sebagai sistem keyakinan atau tata nilai memuat generalisasi atau konseptualisa- si yang memberikan kerangka bagaima- na manusia
berpikir
seharusnya
dan berperilaku
dalam hidup dan kehidupan bersama. Suatusistem
keyakinan
atau
tata nilai yang mampu memberikan penjelasan dan sekaligus justifikasi ter- hadap tertib sosial-politik yang ada atau yang didambakan termasuk strategi nya.
unJuga
tuk memuat
merealisasikan seperangkat
asumsi dasar-normatif atau empiris
masyarakat menjadi “khaira ummah”
mengenai sifat atau tujuan manusia
yaitu umat yang menyuruh berbuat
dan masyarakatnya yang bisa dipakai
makruf, mence- gah dari yang munkar,
sebagai landasan untuk menjelaskan
dan beriman ke- pada Allah SWT (QS.
atau
kondisi
Ali Imran, 3:110). Konsep “khaira
manu siaatau sebagai pendorong untuk
ummah” bukanlah ses- uatu yang
mengembangkan/mempertahankan
taken for granted, yang pasti datang
tertib sosial- politik yang didambakan
dengan sendirinya, otomatis tercapai
• Dalam doktrin keberagamaan Islam ter-
karena sudah ber-Islam, tanpa adanya
mempertimbangkan
dapat apa yang lazim disebut sebagai
pembaharuan
religious imagery atau gambaran masa
masyarakat
depan kehidupan yang kelak sampai
terus menerus sebagaimana ditegaskan
pada kesejahteraan dan kebahagian
dalam QS. Ar Ra’d, 13:11 bahwa Allah
se- jati (Sunyoto Usma, 1997:2). Islam
tidak akan mengubah nasib suatu
juga memberikan arahan
kaum bila mereka tidak mengubahnya
(rambu-
rambu) apa yang harus dilakukan
(baca: (baca:
perubahan)
sosial)
secara
sendiri.
manusia untuk mewujudkan keadaan
• Tafsir dari QS. 3:110 tersebut seperti
ideal tersebut. Dalam konteks itulah
memberikan arah, bahwa siapa saja
ajaran Islam sebenarnya bukansebuah
(individu, kelompok, bangsa atau
elemen pasif dalam proses sosial,
negara) yang mengaku dirinya muslim,
melainkan elemen aktif dalam proses
maka mereka harus merepresentasikan
sosial termasuk pe- rubahan sosial.
diri dan kelompoknya sebagai ‘khaira
Islam sebagai agama dengan misi
ummah’. Artinya dalam hal ini ada
universal, yang diturunkan oleh Allah
keniscayaan yang melakat dalam diri
SWT untuk memberi rahmat bagi alam
dan kebersamaan umat Islan untuk terus
semesta alam (rahmatan li al- alamin,
bergerak, berubah dan berkembang
memberikan
menuju terwujudnya ‘khaira ummah’
pandangan yang komprehensif tentang
dalam konteks kehidupan yang luas,
eksistensi Tuhan, manusia dan alam
baik pada aras politik, ekonomi, sosial,
semesta.Dalam
budaya maupun lainnya.
QS,
21:107)
telah
konteks
kehidupan
ber- sama (baca: sosial) salah satu misi besar Islam adalah membangun Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
71
BEBERAPA TANTANGAN
mempertahankan kepemilikan adalah
PERUBAHAN SOSIAL
contoh dari kecenderungan dimaksud
• Sebagaimana diketahui bahwa di dalam
• Fanatisme kelompok atau golongan di
ajaran Islam sebenarnya tertuang ide-
internal umat Islam itu sendiri dengan
ide yang potensial memacu perubahan
klaim-klaim
sosial. Akan tetapi mengapa ide-ide
final telah mereduksi universalitas
semacam itu seringkali sulit muncul ke
ajaran Islam itu sendiri, termasuk
permukaan ? Meski tidak mudah untuk
peluangnya untuk mengambil peran
menjawabnya, sebagian sebenarnya
potensial dalam mendorong perubahan
berkaitan dengan keberadaan individu
sosial. Elemen lainnya
umat Islam berikut pandangan, sikap
sering
dan persepsinya dan sebagian lainnya
sosial
terintegrasi dalam struktur interaksi
yang patrimonialisme yaitu suatu
sosial yang dikembangkan oleh umat
bentuk
itu sendiri (Sunyoto Usman, 1997:5).
melanggengkan dominasi sang patron
• Tafsir atas sistem keyakinan dan
atas clien nya. Dalam konstruksi budaya
tata nilai Islam sebagai doktrin yang
masyarakat yang demikian, keputusan-
statis dan kaku oleh umatnya, bisa
keputusan krusial berikut tafsirnya
menjadi bahaya tersendiri apabila
berada dalam kontrol langsung sang
dipergunakan
meligitimasi
patron, termasuk para pemuka agama.
status quo dari praktik sosio-politik
Kuatnya cenkraman para patron tersebut
yang eksploitatif dan
manipulatif.
memberi kesempatan besar kepada
Gejala kolonilalisme, imperialisme,
mereka untuk memanipulasi keadaan
kapitalisme dan liberalisme internal
guna memenuhi ambisi dan kepentingan
yang ditunjukkan melalui
praktik-
sosial-politiknya, jauh dari potret ideal
praktik eksploitasi dan manipulasi
yang disediakan oleh sistem keyakinan
umat yang berlindung dibalik baju
atau tata nilai termasuk dalam hal ini
agama.Fenomena
atau
sistem keyakinan dan tata nilai Islam.
sekelompok kecil umat berkepentingan
Dalam hal ini terjadi kecendrungan
yang seringkali tergoda memanfaatkan
praktek kesewenang-wenangan yang
peluang
untuk memenangkan
absolut dan kestabilan yang subyektif.
penguasaan
Inisiatif, prakarsa, kreatifitas atau
kompetisi, 72
ini
untuk
elite
umat
atau
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
kebenarannya
y
a
yang
n
g
menghambat perubahan adalah
budaya
budaya
masyarakat
tradisional
yang
inovasi hanya menemukan pintunya
karena perjuangan meraih kekuasaan,
untuk diakomodir sepanjang tidak
pembuatan dan penerapan keputusan
mengganggu privillage dan eksistensi
itu
kelompok dominan.
persaingan, yang keduanya signifikan
menyangkut
kerjasama
dan
• Sangat boleh jadi,sebagai respon atas
mendorong perubahan sosial. Dalam
arus perubahan umat atau rakyat
proses politik, dimungkinkan diantara
juga diajak bicara dalam mengambil
pelaku mengambil jalan kerjasama
keputusan,
sesunggunghnya
untuk mewujudkan tuntutan mereka.
hanyalah simbol formulasi keputusan
Masing- masing bisa jadi membuka
yang
diri untuk saling melakukan
tetapi
merakyat
Akibatnya
atau
doktrin
demokratis.
mempertemukan
tawar-
agama
yang
menawar,
memberikan dorongan agar
umat
menyesuaikan berbagai tuntutan yang
manusia menjadi aktif dan tidak
tadinya berbeda kedalam titik temu
tinggal diam sangat sulit direalisasikan.
perubahan
Demikian juga doktrin agama yang
sosial) yang disepakati.
kebijakan
dan
(perubahan
memberi amanat kepada setiak individu
• Sementara pada sisi lain konteks
umat islam untuk bertindak selaku
persaingan juga dapat mendorong
khalifa fil ard, bertanggungjawab atas
terjadinya perubahan sosial. Beragam
hidup dan kehidupannya juga menjadi
tuntutan yang
sulit diperankan dan diwujudkan.
keterbatasan sumberdaya yang ada,
Akibatnya muncul stigma negatif
membuat para pemimpin (pengambil
seolah doktrin agama hanya untuk
kebijakan) harus bekerja keras untuk
wilayah kehidupan ketuhanan (baca:
menentukan tuntutan mana yang secara
akhirat) sedangkan kehidupan manusia
moral harus dipenuhi karena dianggap
dalam dunia ini menjadi tafsir bebas
baik dengan mengelola sumberdaya
sang manusia.
yang terbatas tersebut. Jika politik
dengan
identik dengan who gets what, when
PENUTUP • Ketika
berbeda
politik
dimaknai
sebagai
perjuangan meraih kekuasaan dan kendali dalam pembuatan keputusankeputusan yang
mengikat,
maka
politik bukanlah proses yang statis,
and how, maka keputusan politik tersebut secara berkelanjutan akan dapat mendorong terjadinya perubahan sosial. Beberapa kelompok mungkin hanya memperoleh sedikit hasil akibat Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
73
sumberdaya yang sedikit, sementara
sistem keyakinan dan
kelompok lainnya memperoleh
Islam. Akibatnya perubahan menjadi
manfaat
kehilangan ruh sekaligus arahnya,
politik
yang
maksimal,
tata
nilai
sehingga mendorong mereka saling
kecuali untuk kalkulasi
bersaing dan berkonflik. Hal ini dapat
belaka bernama kekuasaan. Hajatan
mendorong
membuat
politik nasional berupa pileg dan pilpres
perubahan (baca: perubahan sosial)
pada paro awal tahun 2014 ini kiranya
berbagai aspek
tidak jauh dari asumsi pragmatis
para
elite
sistem,
misalnya:
pragmatis
isi kebijakan, orang yang berkuasa,
tersebut,
struktur-struktur pemerintah, bahkan
dari api untuk berharap terjadinya
masyarakat yang dikenai kebijakan.
perubahan sistem politik yang lebih
• Tekanan kelompok yang menguasai
baik dan ideal, karena proses interaksi
sumberdaya besar terhadap kebijakan-
politik yang sedang tergelar dibangun
kebijakan pemerintah dapat mendorong
dalam kendali pragmatisme bukan
elite untuk menempuh jalan paksa
berdasar sitem keyakinan dan tata
dalam rangka menekan konflik anti
nilai luhur baik sebagai bangsa (red.
pemerintah. Tetapi ketika elite politik
Pancasila) maupun sistem keyakinan
kehabisan
dan tata nilai luhur lainnya (termasuk
sumberdaya
sekaligus
kemauan untuk menghadapi tekanan tersebut, sementara kelompok penekan
agama). • Jika
pemilu
diasumsikan
sebagai
pada saat yang sama dapat mengelola
panggung kedaulatan rakyat, maka
sumberdaya dan kemauannya secara
dapat dikatakan pemegang kendali/
efektif dimungkinkan terjadi kerjasama
kuasa untuk menentukan arah perubahan
atau
tawar
membuka perubahan
74
sehingga jauh panggang
menawar,
sehingga
politik kedepan adalah rakyat. Dalam
kemungkinan
terjadinya
doktrin Islam dengan tegas dinyatakan
dalam
sistem
politik.
“Wajiblah
bagi
penguasa
(dalam
Itulah asumsi teoritis dan impiris
kasus pemilu ada di tangan pemilih)
sosio- politik di tengah masyarakat,
untuk mengangkat seseorang yang
yang sangat disayangkan seringkali
terbaik untuk mengurusi urusan kaum
begerak berdasar skenario pragmatis,
muslim (QS. An Nisaa 58- 59)”.
bukan kendali ideologi negara yang
Selanjutanya “Penguasa (dalam kasus
disepakati,
pemilu ada di tangan pemilih) yang
apalagi
pertimbangan
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
tidak memilih orang terbaik, tetapi
DAFTAR PUSTAKA
memilih seseorang karena hubungan famili, pernah menolong, sedaerah,
Andrain, Charles F. Andrain, 1992.,
sealiran,
serumpun,
Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial,
suap/ jasa, dendam atau tidak senang
Tiara Wacana: Jogjakarta. Fairchild, Henry
kepada yang berhak, sesungguhnya
Pratt ed., 1962., Dictionary of Sociology and
penguasa (dalam kasus pemilu adalah
Related Science, New Jersey: Littlefield,
pemilih) tersebut telah mengkhianati
Adams & co.
seorganisasi,
Allah, Rasul dan Kaum Mu’min (QS. Al Anfal, 27-28). Dan “Setiap diri
Garna, Judstira K., 1992., Teori-Teori
manusia (dalam kasus pemilu adalah
Perubahan Sosial, Program Pasca Sarjana
pemiilih) akan dimintai pertanggung
Univ. Padjajaran: Bandung. Moore,
jawaban atas perbuatannya (QS. Al Muddatstsir, 38)”. Inilah beberapa
Willbert E., 1974., The Social Change,
contoh bagaimana sistem keyakinan
Englewood Cliffs: Prentice Hall.
dan tata nilai Islam mengatur. Usman, Sunyoto., 1997., Dakwah dan Perubahan Sosial, Makalah Orasi Ilmiah di Universitas Muhammadiyah: Ponorogo.
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
75
76
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014