Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN PADA PEMBELAJARAN GULING DEPAN SENAM LANTAI SISWA KELAS VIII SMP ISLAM IBNU KHALDUN BANDA ACEH Junaidi1
Abstrak Penelitian ini berjudul: Pengaruh Pendekatan Bermain Pada Pembelajaran Guling Depan Senam Lantai Siswa Kelas VIII SMP Islam Ibnu KhaldunBanda Aceh.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan bermain pada pembelajaran guling depan senam lantai Siswa Kelas VIII SMP Islam Ibnu KhaldunBanda Aceh. Subjek dalam penelitian ini adalah Kelas VII SMP Islam Ibnu KhaldunBanda Acehsebanyak 29 orang atau 25% dari jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah purposive sampling (sampel bertujuan).Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tesdan non tes.Hasil penelitian yang diperoleh adalah dengan penerapan pembelajaranpedekatan bermain memiliki pembelajaran guling depan senam lantai pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Ibnu Khaldun Banda Aceh. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 72,41% (21 anak), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 27,59% (8 anak), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 93,10% (27 anak) dan sebanyak 6,89% (2 anak) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 60 dan rata-rata kelas siklus II75. Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar 39,28%, dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar 165,51% jika dibandingkan dengan kondisi awal. Kata Kunci:Pendekatan Bermain dan Pembelajaran Guling Depan Senam Lantai. Abstract This research entitled: The Influence of Play Approach In Roll Learning Home Classroom Gym Class VIII SMP Islam Ibn KhaldunBanda Aceh.Penelitian This study aims to determine the effect of play approach on learning bolsters front floor gymnastics Student Class VIII Islamic Junior High School Ibnu KhaldunBanda Aceh. Subjects in this study are Class VII Islamic Junior High School Ibnu KhaldunBanda Acehsebanyak 29 people or 25% of the population. Sampling technique conducted by the researcher is purposive sampling (purposive sampling). Data collection in this study is tesdan non tes. Research output obtained is the application of learning approaches to play have learning guling front gymnastics floor on Students Class VIII Islamic Junior High School Ibnu Khaldun Banda Aceh. At the end of the first cycle, students who achieve mastery learning as much as 72.41% (21 children), and students who have not completed 27.59% (8 children), while at the end of the second cycle, as many as 93.10% (27 children) and as many as 6.89% (2 children) have not reached mastery learning. With the average value of class I cycle 60 and the average class cycle II75. The results of non-test observation of the learning process shows more active student changes during the learning process takes place.Overall class average reached 39.28% increase, and overall student learning completeness reached an increase of 165.51% when compared with the initial conditions. Keywords:Approach to Play and Learning Guling Home Gymnastics Floor.
1
Junaidi, Universitas Serambi Mekkah ISSN 2355-0058
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |209
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... olahraga, semua ini mereka lakukan agar
PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk mewujudkan
kesehatan dan kesegaran jasmani tetap baik
bentuk manusia yang memiliki pengetahuan,
sebagai dasar penting untuk hidup bahagia dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani
sehat. Dalam Declaration on Sport yang
adalah dengan Pendidikan Jasmani.Walaupun
dikeluarkan UNESCO, dikemukakan batasan
undang-undang sudah ada, namun belum
yang disusun oleh Majelis Internasional
berarti
Olahraga
bahwa
pendidikan
jasmani
dan
dan
Pendidikan
Jasmani
kesehatan khususnya dalam olahraga telah
(International Council of Sport and Physical
dilaksanakan sebagaimana mestinya di semua
Education, ICSPE) bahwa olahraga adalah:
tingkat dan jenis pendidikan.
“Setiap aktivitas fisik berupa permainan yang
Dalam prakteknya, di sekolah ternyata
dilakukan dalam bentuk pertandingan, baik
banyak kendala yang hasilnya kurang optimal
melawan unsur-unsur alam, orang lain maupun
dan
diri sendiri” (Ateng, 1992:9).
proporsional
diharapakan.Bangsa
dengan Indonesia
yang merupakan
Pendidikan jasmani merupakan salah
negara yang sedang berkembang, bangsa
satu pelajaran yang wajib diselenggarakan
Indonesia juga ingin menyejajarkan diri
sekolah, yaitu sebagai mata pelajaran pokok
dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam
yang harus diikuti oleh seluruh siswa. Mata
segala bidang yang positif. Usaha-usaha
pelajaran
pemerintah
merencanakan
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya,
program pembangunan lima tahun yang
yaitu digunakannya aktivitas gerak fisik
dikenal dengan REPELITA dan masing-
sebagai sarana atau media dalam mendidik
masing PELITA menitikberatkan pada bidang
siswa. Dominannya aktivitas gerak fisik
tertentu.
jasmani ini bukan semata-mata untuk tujuan
dimulai
dari
Pendidikan jasmani adalah bagian
jangka
ini
mempunyai
pendek,
yaitu
untuk
kekhasan
mencapai
integral dari pendidikan, merupakan usaha
gambaran siswa yang terlatih fisiknya saja,
untuk membuat bangsa Indonesia sehat kuat
tetapi lebih dari itu adalah dalam rangka
lahir dan batin.Olahraga di sekolah biasanya
pembentukan
disebut
manusia seperti dideskripsikan dalam tujuan
olahraga
pendidikan.Olahraga
merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, mencakup
maka pula
olahraga usaha-
pendidikan
usaha
manusia
seutuhnya,
yaitu
pendidikan (Amir, 2005:5). Undang-Undang Republik Indonesia
kearah
Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
tercapainya kesegaran jasmani yang optimal
Pendidikan Nasional yang terdapat pada Bab 2
bagi anak-anak sekolah dan mahasiswa.
Pasal 4 tentang tujuan pendidikan dinyatakan
Olahraga merupakan salah satu cara
bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk
untuk menjaga agar kesegaran jasmani tetap
mencerdaskan
berada dalam kondisi yang baik. Sehingga pria
mengembangkan
maupun wanita, tua atau muda melakukan
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
ISSN 2355-0058
kehidupan manusia
bangsa
dan
Indonesia
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |210
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
kekuatan yang muncul dari suatu benda atau
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
orang dan juga gejala dalam yang dapat
dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
memberikan perubahan terhadap apa-apa yang
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
ada di sekelilingnya.
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
Sukintaka “permainan
kebangsaan.
(1992:1),
secara
luas
mengatakan
meliputikegiatan
Pembelajaran senam merupakan salah
bermain, pengaruh bermain terhadap pelaku
satu materi ajar yang terdapat pada mata
permainan, sifatpermainan, dan permainan
pelajaran pendidikan jasmani yang memiliki
sebagai
karakteristik unik, sebab senam merupakan
kualitasmanusia”.Bermain
keterampilan
mempunyai kata dasar main, yangmempunyai
(skill)
melakukan
gerakan-
wahana dan
arti
keluasan gerak, seperti kelenturan, kecepatan
mempunyai
gerak (speed motor), kekuatan yang dipadukan
merupakan
dengan kecepatan (daya ledak atau explosive
merupakansuatu kata benda.Dalam bahasa
power),
dan
inggris bermain atau permainandigunakan
keseimbangan dinamisnya serta kemampuan
istilah games and play.Jadi dalam hal ini tidak
aerobik dan an aerobik dalam melakukan
dapatdihindarkan penggunaan kedua istilah itu
rangkaian gerakan senam lantai seperti guling
sekaligus.
statis
depan, guling belakang, sikap kayang, sikap
sesuatu
permainan
gerakan yang menuntut kemampuan dan
keseimbangan
melakukan
peningkatan
kegiatan
tujuan.Sedangkan kata
Menurut
kerja
dan
Rijsdrorp
yang
bermain permainan
yang
dikutip
lilin dan sebagainya. Dengan demikian melalui
Sukintaka (1992:7), bahwa “anakyang bermain
aktivitas senam akan sangat menunjang secara
kepribadiannya
efektif dalam mengoptimalkan pertumbuhan
wataknya
dan perkembangan anak (Hidayat, 1996:5).
bermain
KAJIAN PUSTAKA
anak.Bermainyang dilakukan secara tertata
Pengaruh merupakan daya yang ada
akan
berkembang
juga”.Kegiatan
akanterbentuk sangat
sangat
dan
disukai
bermafaat
anak-
untuk
atau timbul dari sesuatu orang atau benda yang
mendorongpertumbuhan dan perkembangan
ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
anak.Bermain merupakan pengalamanbelajar
perbuatan seseorang. Misalnya, besar sekali
yang sangat berharga untuk anak.Dengan
pengaruh
mengetahui manfaatbermain, diharapkan dari
orang
anaknya.Menurut
tua
terhadap
watak
Kamus
Besar
Bahasa
seorang
guru
dapat
melahirkan
ide
Indonesia (2005:849), “Pengaruh adalah daya
mengenaicara mengemas kegiatan bermain
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
untuk
mengembangkan
bermacam-macam
benda)
aspek
perkembangan
anak.Penguasaan
yang
ikut
kepercayaan seseorang”.Sementara
membentuk atau
watak, perbuatan
itu,
Surakhmad
keterampilan gerak dasardapat dikembangkan melalui kegiatan bermain.
(1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah ISSN 2355-0058
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |211
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... dikutip
mengatakan: “senam dapat diartikan sebagai
Sukintaka (1992:8), bahwa“dorongan untuk
bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat
bermain
yang dirancang untuk meningkatkan daya
Menurut
itu
Drijarkara
pasti
yang
ada
pada
setiap
manusia.Akan tetapilebih-lebih pada manusia
tahan,
muda,
semestinya
koordinasi, serta kontrol tubuh”.Dalam bahasa
untuk
Inggris, senam disebut “Gymnastic” yang
Sukintaka
berasal dari kata“gymnos”, bahasa Greka
bermain
(Yunani), yang berarti berpakaian minim atau
sebab
itu
sudah
bahwapermainan
digunakan
pendidikan”.
Sedangkan
(1992:7),menyatakan
bahwa
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1)
Bermain
merupakan
telanjang.Orang
aktivitas
yang
dilakukan dengan sukarela atasdasar senang. 2) Bermain
dengan
menumbuhkan
rasa
aktivitas
senam
di
kelentukan,
Yunani
ruang
kelincahan,
kuno
khusus
melakukan
yang
disebut
“Gymnasium” atau “Gymnasion”.
senang,
Menurut Wuryati Soekarno (1986:4),
yangdilakukan
senam merupakan latihantubuh yang dipilih
secara spontan. 3)Bermain
kekuatan,
dan diciptakan dengan berencana, disusun
engan
memperoleh
rasa
senang,
untuk
sistematisdengan
tujuan
membentuk
dan
kesenangan,menimbulkan
mengembangkan pribadi secarakeseluruhan
kesadaran agar bermain dengan baik perlu
dengan harmonis. Sedangkan menurut Agus
berlatih,kadang-kadang
Mahendra(2004:14), senam ialah kegiatan
memerlukan
kerjasama dengan teman,menghormati lawan,
utama
mengetahui
dalammengembangkan komponen fisik dan
kemampuan
teman,
patuh
padaperaturan dan kemampuan dirinya sendiri.
yang
kemampuan
paling
gerak
bermanfaat
(motorability).Menurut
Tidak mudah memang mendefinisikan
Imam Hidayat, Pieter Panggabean dan Imam
kata yang satu ini, karena dalam kekhususan
Soeyoedi yangdikutip oleh Mahmudi Sholeh
yang dikandungnya terdapat keluasan makna
(1992:8)
yang
yangdipilih dan diciptakan dengan terencana
ingin
dicakup,
sesuai
dengan
senam
perkembangan berbagai aliran dan jenis senam
disusun
yang terjadi dewasa ini. Berikut ini adalah
membentuk
beberapa pendapat para pakar olahraga tentang
secara harmonis.
pengertian
METODE PENELITIAN
senam:Imam
(1995:5),mendefinisikan “suatu
latihan
senam yang
sebagai:
sistematis
tubuh
dengantujuan
mengembangkan
pribadi
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yaitu menetapkan ada tidaknya
dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara
hubungan sebab akibat antara fenomena-
sadar dan terencana, disusun secara sistematis
fenomena dari menarik hukum-hukum sebab
dengan
akibat itu seperti yang diungkapkan oleh Hadi
meningkatkan
dipilih
dan
latihan
dan
tujuan
tubuh
Hidayat
secara
adalah
kesegaran
jasmani, mengembangkan keterampilan, dan
(1990:427),
menanamkan
mental
merupakan salah satu metode yang paling
Marianto(1985:6),
tepat untuk menyelidiki hubungan sebab
spiritual”.Sedangkan ISSN 2355-0058
nilai-nilai
“bahwa
metode
eksperimen
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |212
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... akibat itu”.Penelitian ini adalah penelitian
Banyak
siswa
belum
mencapai
tindakan kelas.Penelitian tindakan kelas adalah
ketuntasan belajar minimal dalam mempelajari
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
kompetensi
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
diindikasikan pada capaian nilai hasil belajar
untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik
di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)
pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas.
sebesar
dasar
tersebut.
68.Berdasarkan
hasil
Hal
ini
analisis
Subjek dalam penelitian ini adalah
dapatdiketahui bahwa jumlah siswa yang
Kelas VII SMP Islam Ibnu KhaldunBanda
mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0%
Acehsebanyak 29 orang atau 25% dari jumlah
atau tidak ada, yang mendapat nilai B (baik)
keseluruhan siswa.Subjek hanya laki-laki saja.
sebanyak 10,34% atau sebanyak 3 siswa dan
Penetapan jumlah subjek ini didasarkan pada
yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 37,94
pendapat Arikunto (1991:107) yaitu: “apabila
% atau 11 siswa, dan yang mendapat nilai
subjek kurang dari 100, lebih baik diambil
kurang 48,28% atau sebanyak 14 siswa,
semua sehingga penelitiannya merupakan
sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang
penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah
3,44 % atau sebanyak 1 siswa. Dari hasil tes
subjeknya besar dapat diambil diantara 10-
seperti tersebut diatas, sebagian besar siswa
15% atau 20-25%.
belum mencapai ketuntasan belajar, hanya
HASIL PENELITIAN
sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan
Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan
kelas,
guru
mengajar
belajar.
secara
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan
konvensional. Guru cenderung menstranfer
bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat
ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang
baik) adalah 1 siswa (3,44%), sedangkan yang
kreatif, bahkan cenderung bosan. Disamping
mendapat nilai B (baik) adalah 9 siswa atau
itu dalam menyampaikan materi guru tanpa
(31,03%), sedangkan dari jumlah 29 siswa
menggunakan model-model baru. Melihat
yang masih mendapatkan nilai C (cukup)
kondisi pembelajaran yang monoton, suasana
sebanyak 11 siswa (37,94%), sedangkan yang
pembelajaran tampak kaku, berdampak pada
mendapat nilai D (kurang) ada 8 siswa (27,59
nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran
%), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat
guling depan senam lantai, sebelum siklus I
kurang) tidak ada atau 0% .
(pra siklus). Tabel 1 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I Jumlah Siswa
No
Ketuntasan
1.
Tuntas
Jumlah 21
Persen 72,41 %
2.
Belum Tuntas
8
27,59 %
29
100 %
Jumlah
ISSN 2355-0058
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |213
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain...
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa
siklus I dapat dijelaskan bahwa
perolehan
dari sejumlah 29 siswa terdapat 21 atau
nilai tertinggi adalah 75, nilai terendah 30,
72,41% yang sudah mencapai ketuntasan
dengan nilai rata-rata kelas sebesar 60, seperti
belajar. Sedangkan 8 siswa atau 27,59% belum
pada tabel dibawah ini:
mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai Tabel 2 Rata-Rata Hasil Tes Siklus I No 1 2 3
Keterangan Nilai tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata Peningkatan Ketuntasan belajar siswa
tampak pada tabel di bawah ini, jika
Nilai 80 40 60 dibandingkan hasil pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Perbandingan Ketuntasan Belajar Antara Pra Siklus Dengan Siklus I Jumlah Siswa No
Ketuntasan
Pra Siklus Persen 48,28%
Siklus I Jumlah Persen 21 72,41%
1.
Tuntas
Jumlah 14
2.
Belum Tuntas
15
51,72%
8
27,59%
Jumlah
29
100%
29
100%
Berdasarkan
proses
analisis
data,
Oleh karena itu, diperlukan upaya
dapat disimpulkan bahwa pembelajarandengan
perbaikan
menggunakan pendekatan bermain mampu
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui
meningkatkan
pembelajaran
bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A)
guling depan senam lantai. Oleh karena itu,
adalah 13,79% atau 4 siswa, sedangkan yang
rata-rata kelas pun mengalami kenaikan
terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B)
menjadi 60. Walaupun sudah terjadi kenaikan
adalah 51,72% atau 15siswa. Dan yang
seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut
mendapat nilai C (cukup) adalah 27,59% atau
belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil
sebanyak 8 siswa.Sedangkan yang mendapat
observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran
nilai D (kurang) adalah 6,89% atau sebanyak 2
masih terdapat beberapa siswa yang kurang
siswa dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-
aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran,
rata kelas 7,66. Ketuntasan belajar pada siklus
karena sebagian siswa beranggapan bahwa
II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 4.12
kegiatan secara kelompok akan mendapat
di bawah ini:
hasil
belajar
pembelajaran
pada
siklus
II.
prestasi yang sama. ISSN 2355-0058
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |214
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... Tabel 4 Ketuntasan Belajar Siklus II
No.
Jumlah Siswa
Ketuntasan Belajar Jumlah 27 2 29
Tuntas Belum Tuntas Jumlah
1. 2.
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui
bahwa
siswa
yang
mencapai
Persen 93,10 % 6,90 % 100 % pun menjadi meningkat. Hasil Nilai Rata-rata Siklus II dapat diperjelas di bawah ini:
ketuntasan sebanyak 27 siswa (93,10%) yang berarti sudah ada peningkatan. Rata-rata kelas Tabel 5 Rata-Rata Hasil Tes Siklus II No. 1. 2. 3.
Keterangan Nilai tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata
Nilai 95 55 75
Berdasarkan nilai hasil siklus I dan
awal, nilai rata-rata siklus II meningkat 25
nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa
% dari siklus I. Sedangkan ketuntasan
pembelajaran dengan pendekatan bermain
belajar pada siklus I ada peningkatan
dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran
sebesar 55,54 % dari kondisi awal, siklus
guling depan senam lantai. Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 52,5, sedangkan nilai rata-rata kelas siklus II sudah ada peningkatan
II meningkat 165,51% dari siklus II. Peningkatan nilai rata-rata kelas secara keseluruhan sebesar 39,28%. Pada akhir pembelajaran terdapat
menjadi 60. Adapun kenaikan rata-rata pada
perubahan positif pada siswa VIII SMP
siklus II menjadi 75.
Islam Ibnu Khaldun Banda Aceh mengenai
Dari hasil penelitian, dapat dilihat
hasil belajar pembelajaran guling depan
dan telah terjadi peningkatan hasil belajar
senam lantai dengan pendekatan bermain.
pembelajaran guling depan senam lantai
PENUTUP
pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Ibnu Khaldun Banda Aceh melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan bermain. Peningkatan nilai rata- rata yaitu 52,5 pada kondisi awal menjadi 60 pada siklus I dan menjadi 75 pada siklus II. Nilai rata-rata
Berdasarkan disimpulkan Pembelajarandengan
penelitian bahwa pedekatan
ini
dapat
penerapan bermain
memiliki pembelajaran guling depan senam lantai pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Ibnu Khaldun Banda Aceh. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar
siklus I meningkat 14,28% dari kondisi ISSN 2355-0058
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |215
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... sebanyak 72,41% (21 anak), dan siswa yang
perubahan siswa lebih aktif selama proses
belum tuntas sebanyak 27,59% (8 anak),
pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan
sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak
rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar
93,10% (27 anak) dan sebanyak 6,89% (2
39,28%, dan ketuntasan belajar siswa secara
anak) belum mencapai ketuntasan belajar.
keseluruhan mencapai peningkatan sebesar
Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 60 dan
165,51% jika dibandingkan dengan kondisi
rata-rata kelas siklus II 75. Adapun hasil non
awal.
tes pengamatan proses belajar menunjukkan
ISSN 2355-0058
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |216
Junaidi, Pengaruh Pendekatan Bermain... DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir, Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Abin, Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Agus Mahendra. 2004. Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Amir, Nyak. 2005. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Amir, Nyak. 2010. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Konsep dan Praktik. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Eko Suwarso dan Sumarya. 2010. BSE. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Pusat Perbukuan KementerianPendididkan Nasional. Hadi, Sutrisno. 1990. Dasar Metodologi Riset Field Study Masalah Konsistensi Experimental Design And Analisis. Surabaya: Universitas Airlangga. Hafid, Anwar., Jafar, A dan Pendais, H. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: ALFABETA. Hamalik, Umar. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hidayat, Imam. 1995. Biomekanika. Bandung: IKIP Bandung. --------------------. 1996. Senam, Diktat. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Husdarta, H.J.S. 2010.Psikologi Olahraga. Bandung: ALFABETA. Poerwadarminta. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Mahmudi Sholeh. 1992. Olahraga Pilihan Senam. Jakarta: Dirjen Dikti. Marianto, M. Dwi.1985. Senam Lantai. Yogyakarta: Kanisius. Poerwodarminto. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Sudjana. 1989. Pengantar Statistik Infrensi. Jakarta: P.T. Rajawali. Surakhmad.1982. Psikologi Remaja.Jakarta: Raja Grafindo persada. Sukintaka. 1992. Teori Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Wuryanti Soekarno. 1986. Teori dan Praktek Senam Dasar. Klaten: PT Intan Pariwara.
ISSN 2355-0058
Volume 4 Nomor 2. Juli – Desember 2017 |217