JURNAL CMT 2

Download sebelum pemerahan terhadap kualitas susu berdasarkan uji reduktase dan CMT. Materi dalam penelitian ini adalah sapi perah berjumlah 24 ekor...

0 downloads 239 Views 141KB Size
THE INFLUENCE OF PRE MILKING ON MILK QUALITY BASED ON REDUCTATION TEST AND CALIFORNIA MASTITIS TEST Yuanita Putri Yuliana1, Sarwiyono2 and Puguh Surjowardojo2 1 Student Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University 2 Lecture Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University ABSTRACT The objective of this research was to know the effect of pre milking procedure on milk quality based on reductation test and CMT. Material of this research were 24 dairy cows with the first to six month of lactation, allocated into four groups and six replication, data analyzed by ANOVA of randomized block design. The first treatment was udder washed with water and the milk taked into strip cup, then milk emitted from the nipple, followed by milking, second treatment was milk emitted from the nipple and the milk taked into strip cup, then the udder washed with water, followed by milking, third treatment was udder washed with water, then milk emitted from the nipple and the milk taked into strip cup, do pre dipping, then the udder was dried, followed by milking, fourth treatment was milk emitted from the nipple and the milk taked into strip cup, then the udder washed with water, do pre dipping, then the udder was dried, followed by milking. Result showed that procedure before milking significantly influence on reductation test and CMT (P<0,05). The best treatment was third treatment. It be concluded that procedure before milking using pre dipping could increase the quality of milk based on reductation test and CMT. Therefore, pre dipping should be used by the dairy farmers before milking. Key words : reductation test, CMT, pre dipping, milk quality

PENGARUH PROSEDUR SEBELUM PEMERAHAN TERHADAP KUALITAS SUSU BERDASARKAN UJI REDUKTASE DAN CALIFORNIA MASTITIS TEST Yuanita Putri Yuliana1, Sarwiyono2 and Puguh Surjowardojo2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 2 Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh prosedur sebelum pemerahan terhadap kualitas susu berdasarkan uji reduktase dan CMT. Materi dalam penelitian ini adalah sapi perah berjumlah 24 ekor dengan bulan laktasi 1-6, terdiri dari 4 kelompok dan 6 ulangan. Data dianalisa menggunakan ANNOVA sesuai rancangan acak kelompok. Perlakuan pertama adalah ambing dan puting dibersihkan dengan air dan susu dipancarkan dari puting, susu ditampung dalam strip cup, setelah itu diperah. Perlakuan kedua adalah susu 1

dipancarkan dari puting dan susu ditampung dalam strip cup, lalu ambing dan puting dibersihkan dengan air, setelah itu diperah. Perlakuan ketiga adalah Ambing dan puting dibersihkan dengan air, lalu susu dipancarkan dari puting dan susu ditampung dalam strip cup, dilakukan pre dipping, ambing dan puting dikeringkan,lalu diperah, Perlakuan keempat adalah Susu dipancarkan dari puting dan susu ditampung dalam strip cup, ambing dan puting dibersihkan dengan air, dilakukan pre dipping, ambing dan puting dikeringkan, lalu diperah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur sebelum pemerahan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap uji reduktase dan CMT. Perlakuan terbaik adalah perlakuan ketiga. Dapat disimpulkan bahwa prosedur sebelum pemerahan meggunakan pre dipping dapat menaikkan kualitas susu berdasarkan uji reduktase dan CMT. Pre dipping sebaiknya digunakan oleh peternak sebelum melakukan proses pemerahan. Kata kunci : uji reduktase, CMT, pre dipping, kualitas susu

Manajemen pemerahan yang baik seharusnya meliputi pre dipping dan post dipping. Perlakuan menggunakan pre dipping pada proses sebelum pemerahan belum pernah dilaksanakan di lokasi penelitian, sedangkan post dipping sudah pernah dilaksanakan di lokasi penelitian tetapi tidak dilakukan secara teratur. Proses sebelum pemerahan yang baik akan menghasilkan kualitas susu yang baik ditinjau dari angka reduktase dan CMT, sedangkan proses sebelum pemerahan yang kurang baik dapat menurunkan angka reduktase dan CMT. Keadaan yang demikian itu tentu akan merugikan peternak karena harga susu akan rendah dan jumlah susu yang dipasarkan akan berkurang. Adanya permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh prosedur sebelum pemerahan terhadap kualitas susu berdasarkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Nongkojajar dikenal sebagai penghasil susu dan merupakan tempat yang cocok untuk perkembangan usaha sapi perah. Total produksi susu 50.000– 60.000/l/hari. Kualitas susu yang baik dihasilkan dari penanganan yang baik dalam proses pemerahannya. Prosedur sebelum pemerahan yang dilakukan peternak di wilayah Nongkojajar beraneka ragam diantaranya, pembasuhan ambing menggunakan air lalu diperah secara manual, terdapat pula peternak yang hanya memandikan sapi sehari sekali. Susu dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1), jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 10.000/ml. Standar yang baik untuk pengujian reduktase adalah >360 menit, sedangkan pengujian mastitis dengan metode CMT adalah bernilai negatif.

2

uji reduktase dan CMT di Sekar Sari Farm Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan.

rancangan acak kelompok 4 perlakuan dan 6 ulangan, perlakuan yang diterapkan sebagai berikut : P1 : Ambing dan puting dibersihkan dengan air kemudian susu dipancarkan dari puting, susu ditampung dalam strip cup, setelah itu diperah P2 : Susu dipancarkan dari puting kemudian susu ditampung dalam strip cup, lalu ambing dan puting dibersihkan dengan air, setelah itu diperah P3 : Ambing dan puting dibersihkan dengan air, lalu susu dipancarkan dari puting kemudian susu ditampung dalam strip cup, dilakukan pre dipping, ambing dan puting dikeringkan, lalu diperah P4 : Susu dipancarkan dari puting kemudian susu ditampung dalam strip cup, lalu ambing dan puting dibersihkan dengan air, dilakukan pre dipping, ambing dan puting dikeringkan, lalu diperah. Pengambilan sampel untuk uji reduktase dilakukan sebelum pemerahan pada pagi hari sekitar pukul 04.00, sampel susu dianalisis di Laboratorium KPSP Setia Kawan Nongkojajar. Uji CMT dilakukan sebelum pemerahan sore sekitar pukul 15.00. Pengujian ini dilakukan di Sekar Sari Farm. Analisis Data Analisisa data menggunakan ANOVA. Penentuan jumlah ulangan mengikuti rumus penentuan replikasi yaitu dihitung berdasarkan rumus : (t-1) (r-1) > 15 Adapun model matematikanya adalah

Rumusan Masalah Dari uraian yang ada pada bab sebelumnya maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh prosedur sebelum pemerahan terhadap kualitas susu berdasarkan uji reduktase dan CMT. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prosedur sebelum pemerahan terhadap kualitas susu berdasarkan reduktase dan CMT. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui prosedur sebelum pemerahan yang paling baik sehingga bisa mengurangi jumlah mikroorganisme yang mencemari susu segar. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Sekar Sari Farm unit usaha yang dikelola oleh KPSP Setia Kawan Nongkojajar, penelitian ini dimulai pada tanggal 14 Maret sampai 18 April 2013.

Materi Penelitian Dalam penelitian ini materi yang digunakan 24 ekor sapi PFH dengan bulan laktasi ke 1- 6 Metode Penelitian ini mengunakan metode percobaan, dengan 3

Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat dikatakan bahwa perlakuan prosedur sebelum pemerahan pada perlakuan P3 memberikan pengaruh baik, dapat meningkatkan nilai reduktase pada uji susu karena pada perlakuan P3 melakukan pre dipping dengan menggunakan bahan anti bakteri / antiseptik maka akan semakin lama waktu reduksi susu oleh mikroorganisme yang mereduksi methylene blue. Riyadh (2003) menyatakan bahwa daya reduksi dari susu disebabkan oleh aktivitas enzim tertentu dan juga adanya aktivitas bakteri. Terdapat hubungan antara jumlah bakteri dalam susu dengan kecepatan daya reduksi susu. Perlakuan pre dipping memberikan pengaruh baik ditunjukkan dengan menurunnya jumlah mikroorganisme pada puting sapi, mengurangi infeksi dan memberikan lapisan antiseptik yang akan melindungi puting sapi. P2 memiliki nilai yang paling rendah dengan perlakuan yang lain, karena perlakuan P2 tidak dilakukan pre dipping dengan mengunakan bahan anti bakteri / antiseptik, fungsi anti bakteri ini untuk meminimalkan masuknya bakteri dalam puting, pada perlakuan ini pembasuhan ambing dilakukan setelah pemancaran, karena kemungkinan terdapat bakteri dalam air yang ikut masuk dalam susu, selain itu hal ini juga bisa disebabkan dari alat pemerahan yang tercemar oleh bakteri, pencucian tangan pemerah juga bisa menjadi sebab banyaknya jumlah

Keterangan: = efek tetap perlakuan = efek tetap dari blok = efek random dari randomisasi blok = interaksi perlakuan dengan blok = eksperimental error HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Prosedur Sebelum Pemerahan Terhadap Uji Reduktase Pre dipping adalah cara terbaik untuk melapisi puting dari bakteri salah satunya adalah bakteri Stapylococcus aureus. Pemerahan harus bebas dari bakteri (Johnson, 2008) Enzim reduktase dihasilkan oleh bakteri yang ada didalam susu, Semakin cepat warna biru berubah menjadi putih maka semakin banyak bakteri yang ada didalam susu (Hidayat, 2006). Rataan hasil uji reduktase dari berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar. 1 menit 400 300

341.07 265.97 250.35

320

200 100 0

P1

P2

P3

P4

Rataan

4

mikroorganisme dalam susu seperti yang dinyatakan oleh Lukman, Sudarwanto, Sanjaya, Purnawarman, Latif, dan Soejoedono (2009) bahwa jumlah total mikroorganisme dalam susu segar dapat bertambah karena beberapa faktor, antara lain pencemaran dari tangan, baju pemerah, alat perah, lingkungan seperti kandang, dan air. Tangan dapat berperan sebagai sumber kontaminan, dengan ditemukannya Stapylococcus. aureus, dan koliform dari hasil usapan yang dilakukan. Menurut Jorgensen, Mork, Hogasen, dan Rorvik (2005) Staphylococcus aureus dapat dijumpai dalam jumlah 103-106 CFU/cm2 pada permukaan kulit yang lembab. Berdasarkan hasil analisis ragam menujukkan bahwa keempat perlakuan P1, P2, P3, P4 memiliki perbedaan yang nyata terhadap uji reduktase. Untuk mengetahui perlakuan yang paling baik maka dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) Tabel. 1 BNT pengaruh perlakuan terhadap uji Reduktase Perlakuan Rataan

Notasi

P1

265,98

b

P2

250,36

P3

341,07

P4

320,00

memiliki rata-rata reduktase yang paling tinggi dari perlakuan yang lainnya. Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata Pengaruh Prosedur Sebelum Pemerahan terhadap kejadian mastitis Pada pelaksanaan penelitian, Pengujian mastitis subklinis menggunakan metode CMT. Rataan hasil CMT pada berbagai tingkat perlakuan prosedur pemerahan dapat dilihat pada Gambar.2 Rataan hasil CMT 4 3

3.79 3.1

3.57

2.78

2 Rataan

1 0

P1 P2

P3

P4

Berdasarkan Gambar. 2 dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan mastitis dengan CMT, prosedur sebelum pemerahan P3 dengan perlakuan pre dipping memiliki nilai rata-rata tertinggi, yang berarti dengan perlakuan P3 dapat meminimalkan kejadian mastitis pada sapi perah. Identifikasi mastitis dini penting untuk dilakukan sebelum pemerahan yaitu dilakukan pemancaran untuk mengidentifikasi sapi yang terinfeksi mastitis, sehingga dapat dilakukan upaya

a d c

Uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan P3 memberikan pengaruh yang paling nyata terhadap uji reduktase karena perlakuan P3 5

preventif agar tidak menyebar ke sapi yang tidak terinfeksi mastitis. Susu dengan tingkat mastitis rendah, kualitasnya lebih baik daripada susu dengan tingkat mastitis yang tinggi. Rahayu (2003) menyatakan bahwa mastitis adalah peradangan ambing bagian dalam, disebabkan oleh banyak hal yang salah satunya adalah infeksi mikroorganisme seperti bakteri. Berdasarkan hasil analisis ragam menujukkan bahwa keempat perlakuan P1, P2, P3, P4 memiliki perbedaan yang nyata terhadap uji CMT. Pada perlakuan P3 menunjukkan angka numerik yang tertinggi yang berarti pada P3 menunjukkan turunnya kejadian mastitis, karena pada perlakuan ini dilakukan pre dipping dengan menggunakan bahan antiseptik. Untuk mengetahui perlakuan mana yang paling baik dilakukan uji BNT.

sama pada kolom yang menunjukkan perbedaan berbeda nyata.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Prosedur sebelum pemerahan berpengaruh nyata (P<0,05) pada kualitas susu berdasarkan uji reduktase dan nilai CMT. 2. Prosedur dengan perlakuan pre dipping menunjukkan angka reduktase 341 menit dan nilai CMT 3,79 3. Perlakuan pre dipping dapat meminimalkan jumlah bakteri dan kejadian mastitis pada sapi perah sebesar 60 %. Saran Peternak sebaiknya melakukan prosedur sebelum pemerahan dengan perlakuan pre dipping, perlakuan ini dapat menurunkan jumlah mikroorganisme dalam susu dan menurunkan kejadian mastitis, sehingga kualitas susu menjadi baik.

Tabel. 2 BNT pengaruh perlakuan terhadap CMT Perlakuan

Rataan

Notasi

P1

3,10

a

P2

2,78

a

P3

3,79

b

P4

3,57

b

sama tidak

DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2009. SNI 01-27822009. Metode Pengujian Susu Segar. http://www.bsn.go.id/files/3 48256357/ jurnal% 20Vol3% 20No1% 202011/kajian%20SNI%20sus u.pdf(diakses tanggal 15 Januari 2013)

Hasil BNT menunjukkan bahwa perlakuan P3 memberikan pengaruh yang paling baik terhadap CMT, karena hasil rata-rata tertinggi dari keempat perlakuan. Notasi yang 6

Anonimus. 2009. Uji Reduktase. Segar.http://www.bsn.go.id/fi les/348256357/ jurnal% 20Vol3% 20No1% 202011/kajian%20SNI%20su su.pdf (diakses tanggal 15 Januari 2013)

Johnson, A.P. 2008. Quality Milk Production : Milking Practices and Procedures. http://www.weds.afns.ualbert a.ca/procedding/1996/wed96 349.htm Jones, G.M.2006. Milking Practice Recommended to Assure Milk Quality and Prevent Mastitis. Virginia cooperative extention. Virginia state University USA. http://www.ext.vt.edu/pubs/d airy/404-227/404-227 htm

Anonimus. 2010. California Mastitis Test (CMT). http://www.infovets.com/dem o/demo/dairy/D100.HTM (11 Maret 2013). Ayu,

R.D.S., Y.M. Vonne, Indrawani, dan T. Sudiarti. 2005. Analisis mikrobiologi Escherichiacoli pada hasil olahan hewan sapi dalam proses produksinya. Makara Kesehatan 9(1): 23−28

Jorgensen, H.J., T. Mork, H.R. Hogasen, and L.M. Rorvik. Enterotoxigenic 2005. Staphylococcusaureus in bulk milk in Norway. J. Appl. Microbiol. Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono RR. 2009. Pemerahan dan penanganan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Dajan, A. 2000. Pengantar Metode Statistik Jilid I. Cetakan ke20 Pustaka LP3ES Indonesia, Anggota IKAPI. Jakarta Ensminger, M. E dan Howard, D. T. 2006. Dairy Cattle Science. 4th Ed. The Interstate Printers and Publisher, Inc. Danville.

Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar.

Hidayat, H. 2006. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Benzaklin untuk Diping terhadap Total Bakteri dan pH Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Rahayu, I.D. 2003. Mastitis Pada Sapi Perah. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang

7

Rahayu, I.D. 2007. Sensitifitas Staphylococcus aureus Sebagai Bakteri Patogen Penyebab Mastitis Terhadap Antiseptika Pencelup Puting Sapi Perah. Jurnal Protein. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Vol 14 Ruegg, P.L. 2001Milk Secretion and QualityStandards. University of Wisconcins,Madison. USA. Sanjaya AW, Sudarwanto M, Soejoedono RR, Purnawarman T, Lukman DW, Latif H. 2007. Higiene Pangan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Bogor : FKH-IPB. Tamarapau, S., J.L. Mckillip, and M. Drake. 2001. Development of a multiplex polymerase chain reaction assay for detection and differention of Staphylococcus aureus in dairy products. J. Food Protect.

8