JURNAL EFISIENSI PEMASARAN NANAS DI DESA LOBONG

Download 1. JURNAL. EFISIENSI PEMASARAN NANAS. DI DESA LOBONG KECAMATAN PASSI BARAT. KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW. CHRISANDI JORDAN ...

0 downloads 355 Views 611KB Size
JURNAL EFISIENSI PEMASARAN NANAS DI DESA LOBONG KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

CHRISANDI JORDAN MANGGOPA 614 408 010

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013

1

EFISIENSI PEMASARANA NANAS DI DESA LOBONG KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Chrisandi Jordan Manggopa, Supriyo Imran, Ria Indriani

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui sistem pemasaran nanas, efisiensi saluran pemasaran nanas dan pasar yang terbentuk pada pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 hingga bulan Februari 2013. Dengan menggunakan metode survey, dimana data primer diperoleh dari 60 orang petani nanas, 5 orang pedagang pengumpul dan 5 orang pengecer. Dengan menggunakan Penarikan sampel Slovin. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Kecamatan Passi Barat dan Dinas Pertanian Kabupaten Bolaang Mongondow. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis efisiensi pemasaran (marjin pemasaran. Distribusi marjin. Farmer;s share, rasio keuntungan dan efisiensi operasional), serta analisis elastisitas transmisi harga. Hasil Penelitian menunjukan bahwa sistem pemasaran terdiri dari lembaga pemasaran (petani, pengumpul dan pengecer) dengan 3 saluran pemasaran yang terbentuk (petani-konsumen, petani-pedagang pengecerkonsumen, petani-pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen) serta Fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan dan penyimpanan) dan fungsi fasilitas (informasi pasar). Saluran pemasaran efisien berdasarakan analisis marjin pemasaran, distribusi marjin dan farmer’s share , analisis rasio keuntungan dan biaya serta efisiensi operasional menunjukan saluran pemasaran yang efisien adalah saluran II. Serta pasar yang terbentuk pada pemasaran nanas berdasarkan elastisitas transmisi harga adalah bukan pasar persaingan sempurna (pasar oligopoli) dimana terdapat jumlah pedagang pengecer yang sedikit (5 orang). Kata kunci : Pemasaran, Efisiensi Pemasaran, Nanas, Marjin pemasaran, Elastisitas transmisi harga

2

PENDAHULUAN Sasaran pembangunan pertanian sekarang tidak hanya dititik beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup petani dan perluasan pasar produk pertanian, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu faktor penting dalam pengembangan hasil-hasil pertanian, khususnya bersumber dari hasil perkebunan (Tukan, 2001 dalam Sobirin, 2009 : 1). Kabupaten Bolaang Mongondow yang pada umumya masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, yang merupakan subsektor yang menjadi prioritas utama dalam mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi para petani. Sebagian besar lahan pertanian diberdayakan oleh masyarakat untuk penanaman beberapa komoditas, khususnya komoditi hortikultura Nanas dengan luas lahan 1.239 Ha dan produksi 22.824 ton pada tahun 2011 dan pada tahun 2010 dengan luas lahan 1.689 Ha dan Produksi 30.402 ton (Dinas Pertanian Kabupaten Bolaang Mngondow, 2011). Desa Lobong merupakan salah satu sentra produksi Nanas selain desa Wangga di Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. Produksi Nanas di Desa Lobong sangat fluktuatif karena di pengaruhi musim. Sebagian besar produksi nenas Bolaang Mongondow ini dipasok dari Desa Lobong, yang belakangan ini juga terkenal dengan adanya PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Matahari). Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka dilakukan penelitian efisiensi. 1. Bagaimana sistem pemasaran Nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. 2. Bagaimana efisiensi saluran pemasaran nanas. 3. Bentuk pasar apa yang terbentuk pada pemasaran nanas.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. Waktu penelitian selama tiga bulan mulai dari bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dari petani nanas melalui angket atau kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Intansi terkait seperti kantor desa, Dinas Pertanian, BPS, dan BP3K. Populasi dalam penelitian ini adalah petani nanas di Desa Lobong, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, yang berjumlah adalah 146 orang petani nanas, pedagang pengecer 5 orang dan pedagang pengumpul 5 orang di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Penarikan Sampel petani nanas digunakan metode Sampling Acak Sederhana. Penentuan ukuran sampel dengan menggunakan metode Slovin. Sehingga jumlah sampel adalah 60 orang petani nanas sebagai responden. Sedangkan penarikan sampel pada pedagang pengumpul dan pengecer menggunakan sensus/sampling jenuh, yaitu semua pedagang baik pedagang

3

pengumpul dan pedagang pengecer dijadikan sampel, dengan jumlah masingmasing 5 orang. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1). Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap keadaan lokasi penelitian, terutama yang berhubungan dengan pemasaran nanas di Desa Lobong, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, 2).Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mewawancarai seorang petani yang berhubungan dengan pemasaran nanas di Desa Lobong, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow. Wawancara ini dilakukan secara perorangan dalam setiap petani, 3).Kuesioner merupakan teknik utama yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data tentang pemasaran nanas di Desa Lobong, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow. Data yang dikumpulkan, kemudian diolah , ditabulasi, dan dianalisis dengan menggunakan : 1).Analisis deskriptif ; Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui sistem pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Menurut Sugiyono (2004 : 169) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telahterkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, 2).Analisis efisiensi pemasaran ; Analisis efisiensi pemasaran digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran nanas di desa lobong kecamatan passi barat kabupaten bolaang mongondow. Adapun analisis yang digunakan yaitu : marjin pemasaran, distribusi marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, efisiensi operasional dan elastisitas transmisi harga. a).Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui besarnya selisih harga di tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen dan penyebarannya di masingmasing pedagang pada jalur distribusinya. Besar kecilnya marjin pemasaran akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga komoditas tersebut. Menurut rahim dan hastuti (2007 : 134) Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut: MP = Pr – Pf Keterangan : MP: Marjin Pemasaran, Pr:Harga Ditingkat Pengecer, Pf: Harga Ditingkat Petani Menurut Sudiyono (2004 : 95) Apabila dalam pemasaran suatu produk pertanian, terdapat lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, maka margin pemasaran secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. m n M =∑ ∑ C ij + ∑ 𝜋j i=1 j=1 Dimana: M : Margin pemasaran, Cij : Biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-I oleh lembaga pemasaran ke-j.𝜋j: Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j, m: Jumlah jenis biaya pemasaran, n: Jumlah lembaga pemasaran. b).Distribusi marjin pemasaran (Framer’s share) adalah Besarnya bagian biaya untuk setiap pedagang dan Besarnya bagian keuntungan untuk setiap pedagang Besarnya bagian biaya untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus.

4

Sbi =

Bi

x 100% Pr −Pf Besarnya bagian keuntungan untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus. Ki Sbi = x 100% Keterangan : Si: Bagian harga bagi petani, Pr : Harga di Pr −Pf tingkat petani (farmer), Pf : Harga di tingkat pedagang pengecer (retailer), SKPi: Besarnya bagian keuntungan setiap pedagang ke-i, Sbi: Besarnya bagian biaya tetap setiap pedagang ke-i, Ki: Keuntungan pada setiap pedagang ke-i, Bi: Biaya pada setiap pedagang ke-i. Farmer’s Share adalah Besarnya bagian harga bagi petani dari harga jual nanas dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Pr Si = x 100% Keterangan :Si: Bagian harga bagi petani, Pr : Harga di tingkat Pf petani (farmer), Pf : Harga di tingkat pedagang pengecer (retailer). c).Analisis Rasio keuntungan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya dirumuskan sebagai berikut : Rasio Keuntungan Biaya = L/C Keterangan : L : Keuntungan Lembaga pemasaran, C : Biaya pemasaran d).Efisiensi Operasional digunakan untuk mengetahui ukuran biaya minimum fungsi pemasaran untuk menggerakkan pemasaran nenas dari petani ke konsumen. Untuk menganalisis efisiensi operasional digunakan rumus sebagai berikut: Out Put Pemasaran Efisiensi Operasional = Input Pemasaran 3).Analisis Elastisitas transmisi harga Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk melihat pengaruh harga ditingkat pengecer terhadap harga ditingkat petani. Untuk menganalisis elastisitas transmisi harga digunakan rumus sebagai berikut: Pf = α . Pr. β Kemudian model tersebut dirubah menjadi bentuk linear sebagai berikut: Ln = Ln α + β Ln Pr Keterangan: Pf= harga ditingkat produsen (Rp/Kg), Pr= harga ditingkat pengecer (Rp/Kg), α= Intersep, β= Koefisien Kriteria sebagai berikut: Jika Et > 1, maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% ditingkat produsen. Jika Et = 1, maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga sebesar dari 1% ditingkat produsen. Jika Et < 1, maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% ditingkat produsen.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran. Untuk memperluas dan memperlancar pemasaran nanas sangat dibutuhkan peran lembaga pemasaran untuk menyalurkan nanas dari produsen hingga sampai ketangan konsumen. Di Desa Lobong terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan nanas yaitu petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Petani dalam pemasaran nanas bertindak sebagai produsen dan merupakan pihak pertama dalam penyaluran nanas. Dalam memasarkan nanas petani menjualnya lewat pedagang pengumpul sekaligus pengecer yang berada di tepi sepanjang jalan Desa Lobong. Pedagang pengumpul adalah perantara yang aktif membeli dan mengumpulkan nanas dari petani Desa Lobong dan menjualnya kepada pengecer sekaligus konsumen. Pedagang pengecer adalah perantara yang menjual nanas kepada konsumen di pasar eceran seperti di Manado dan Kotamobagu. Setelah melakukan panen petani nanas maka hal yang dilakukan oleh petani adalah menyalurkan nanas. Dari informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan responden, saluran pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow terdiri dari tiga saluran pemasaran yaitu: 1. Petani → Konsumen 2. Petani → pedagang pengecer → konsumen 3. Petani → pedagang pengumpul → pedagang pengecer → konsumen Secara skematis saluran pemasaran nanas dapat dilihat pada Gambar 4. Petani

Pedagang pengumpul Pedagang pengecer

Konsumen Gambar 1. Bentuk-bentuk Saluran Pemasaran Nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongodow, 2013. Keterangan :

= Saluran pemasaran I = Saluran pemasaran II = Saluran pemasaran III

6

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa saluran pemasaran I merupakan saluran pemasaran langsung karena petani langsung menjual nanas ke konsumen, saluran II merupakan saluran pemasaran dengan perantara pedagang pengecer kemudian ke konsumen dan Saluran III merupakan saluran pemasaran dimana dalam menyalurkan nanas ke konsumen petani ke pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer kemudian pedagang pengecer yang menjual nanas sampai ke konsumen akhir. Fungsi-fungsi pemasaran pada umunya dilakukan untuk memperlancar penyaluran nanas dari petani hingga sampai ke tangan konsumen. fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dimulai dari petani nanas, karena semua proses pemasaran nanas berawal dari petani itu sendiri. Dalam melakukan kegiatan pemasaran tidak semua fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran. Pada prinsipnya fungsi-fungsi pemasaran yang mungkin akan dilakukan oleh lembaga pemasaran yaitu fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengangkutan dan penyimpanan) dan fungsi fasilitas (informasi harga). Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow yaitu: 1).Fungsi pertukaran dilakukan oleh petani nanas, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yaitu penjualan dan pembelian nanas, 2).Fungsi fisik dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yaitu pengangkutan/transportasi dan penyimpanan, 3).Fungsi fasilitas dilakukan oleh petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yaitu informasi pasar dan harga.

Efisiensi Pemasaran Dalam penelitian ini yang digunakan dalam mengetahui efisiensi pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat dari marjin pemasaran, bagian harga yang diterima petani/produsen (farmer’s share), rasio keuntungan biaya, efisiensi operasional, dan elastisitas transmisi harga. 1. Marjin Pemasaran, Distribusi Marjin dan Farmer’s Share Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan yang ingin diperoleh oleh lembaga pemasaran, sehingga besarnya marjin pemasaran pada dasarnya merupakan penjumlahan antara biaya-biaya dan keuntungan yang diterima lembaga pemasaran. Analisis marjin pemasaran nanas pada setiap saluran pemasaran di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Saluran pemasaran I merupakan saluran pemasaran langsung, yaitu petani nanas langsung menjual nanas kepada konsumen sehingga saluran pemasaran I tidak memiliki marjin pemasaran.

7

Tabel 1. Analisis Marjin, Distribusi Marjin dan Farmer’share pada saluran II pemasaran Nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, 2013. No 1 2

3

Uraian Petani -Harga jual Pedagang pengecer -Harga beli -Biaya transportasi -Keuntungan -Harga jual Marjin pemasaran

Harga (Rp/ buah)

Distribusi Marjin (%)

Farmer’s Share (%)

2.500,00

50,00

2.500,00 500,00 2.000,00 5.000,00 2.500,00

50,00 10,00 40,00 100,00

20,00 80,00 100,00

Sumber : Data Diolah, 2013

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa dari saluran I nilai dari marjin pemasaran adalah Rp. 2.500 per buah. Bagian harga yang diterima petani (Farmer’s Share) adalah 50 %, untuk Biaya transportasi 10 % dan keuntungan 40 %. Sedangkan distribusi marjin pemasaran untuk Biaya transportasi adalah sebesar 20 % dan Keuntungan sebesar 80 %. Tabel 2. Analisis Marjin, Distribusi Marjin dan Farmer’s Share Pemasaran Nanas Pada Saluran III di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, 2013. No Uraian Harga Distribusi Farmer’s (Rp/ buah) Marjin (%) Share (%) 1 Petani -Harga jual 2.500,00 31,3 2 Pedagang pengumpul -Harga beli 2.500,00 31,3 -Biaya pengangkutan 500,00 9,91 6,3 -Keuntungan 2.000,00 36,36 25,00 -Harga jual 5.000,00 62,50 3 Pedagang pengecer -Harga beli 5.000,00 62,50 -Biaya transport 1.000,00 18,18 12,50 -Keuntungan 2.000,00 36,36 25,00 -Harga jual 8.000,00 100,00 4 Marjin pemasaran 5.500,00 100,00 Sumber : Data Diolah, 2013

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa saluran pemasaran II besarnya marjin pemasaran sebesar Rp. 5.500, (farmer’s share) untuk petani adalah 31,3 %, biaya pengangkutan pedagang pengumpul 6,3 %, keuntungan pedagang pengumpul 25,00 %, harga jual pengumpul 62, 50 %, biaya transport pengecer 12,50 % dan keuntungan sebesar 25,00 %, untuk distribusi marjin pemasaran biaya pengangkutan pedagang pengumpul 9,91 %, keuntungan pengumpul 36,36 %, biaya transport pengecer 18,18 % dan keuntunga pengecer 36,36 %. Dari kedua 8

saluran pemasaran yang terbentuk, saluran pemasaran II memiliki nilai marjin pemasaran yang terbesar , besarnya selisih harga nanas antara konsumen dan petani pada saluran II disebabkan panjangnya saluran pemasaran. 3. Rasio Keuntungan dan Biaya Analisis rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh tiap lembaga pemasaran dari setiap biaya yang dikeluarkan. Hasil analisis rasio keuntungan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran pada Setiap Saluran Pemasaran Nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, 2013. Saluran pemasaran II III

Keuntungan pemasaran (Rp/ buah) 2.000,00 2.000,00

Biaya pemasaran (Rp/ ret)

Rasio keuntungan dan biaya

500,00 1.000,00

4,00 2,00

Sumber: Data Diolah, 2013

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rasio keuntungan dan biaya terbesar adalah pada saluran I yaitu sebesar 4 yang berarti bahwa setiap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1 per buah nanas akan menghasilkan keuntungan Rp. 4. Pada saluran II nilai rasio keuntungan dan biaya adalah sebesar 2 itu artinya setiap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp.1 per buah nanas akan menghasilkan keuntungan Rp. 2. Analisis efisiensi operasional dapat diketahui dengan membagi output pemasaran dengan input pemasaran. Hasil analisis efisiensi operasional dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Efisiensi Operasional pada Saluran Pemasaran Nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, 2013. Saluran pemasaran

Penerimaan (Rp/Buah)

Biaya pemasaran (Rp/Buah)

II III

5.000,00 8.000,00

500,00 1.000,00

Efisiensi Operasional (Rp/Buah) 10,00 8,00

Sumber : Data Diolah, 2013

Tabel 4 menunjukkan bahwa efisiensi operasional pada saluran I yaitu sebesar Rp. 10 per buah berarti bahwa setiap Rp. 1 biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh petani memberikan penerimaan sebesar Rp. 10 per buah nanas. Untuk saluran II besarnya nilai efisiensi operasional adalah 8 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 8 per buah nanas. Dari hasil analisis marjin pemasaran, Farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, dan efisiensi operasional. maka dapat diketahui efisiensi pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow

9

pada setiap saluran pemasaran nanas. Perbandingan efisiensi pemasaran nanas pada setiap saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Efisiensi Pemasaran Pada Setiap Saluran Pemasaran di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, 2013. Uraian Marjin Farmer’s Rasio Efisiensi Pemasaran share keuntungan operasional (Rp/Buah) (Rp/Buah) dan biaya (Rp/Buah) Saluran II 2.500,00 50,00 4,00 10,00 Saluran III 5.500,00 31,3 2,00 8,00 Sumber : Data Diolah, 2013

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari kedua saluran pemasaran nanas yang ada di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow saluran pemasaran yang efisien berdasarkan marjin pemasaran dan farmer’s share adalah saluran II yaitu petani menjual nanas ke pedagang pengecer karena memberikan marjin pemasaran terkecil yaitu sebesar Rp. 2.500 per buah, farmer’s share yaitu Rp. 25 per buah. Hasil analisis rasio keuntungan dan biaya serta efisiensi operasional menunjukkan bahwa saluran II yang efisien, dimana memiliki nilai rasio dan keuntungan terbesar yaitu Rp. 4 per buah dan nilai efisiensi operasional yaitu Rp 10 per buah. Dimana efisiensi opersional ditujukan pada usaha mengurangi input untuk menghasilkan output pemasaran.

Elastisitas transmisi harga Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk mengetahui respon harga nanas ditingkat petani karena perubahan harga ditingkat pedagang Pengecer. Elstisitas transmisi harga dapat dilihat dari hasil regresi linier sederhana, untuk mengetahui hasil analisis regresi linear sederhana digunakan program Komputer SPSS 17.0 for Windows. Hasil elastisitas transmisi harga dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Elastisitas Transmisi Harga nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, 2013. Variabel SE T R2 Sig.  (constant) 3,358 0,671 5,270 0.649 Pr 0,099 0,197 0,504 0,078 Nilai persamaan regresi untuk elastisitas transmisi harga sebagai berikut: Ln Pf = Ln 0 + 1 Ln Pr + e LnPf = 3,358 + 0,099 + e Dari persamaan di atas, maka elastisitas transmisi harga antara petani dengan pedagang pengecer adalah sebesar koefisien regresi yaitu  = 0,099 < 1 (in elastis). Jadi nilai ET sebesar 0,099 (lebih kecil dari satu) menunjukkan harga yang terbentuk antara pasar petani dengan pasar konsumen lemah sehingga struktur pasar yang terbentuk bukan persaingan sempurna yaitu pasar oligopoli.

10

Hasil perhitungan menunjukkan t hitung = 0,504 lebih dari t tabel (  = 0,05) = 0.649. Dengan demikian H0 :  = 1 di tolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pemasaran nanas di Desa Lobong tidak efisien diterima. Hasil analisis menunjukkan elastisitas transmisi harga tidak sama dengan satu. Bila terjadi perubahan harga nanas ditingkat pedagang sebesar 1 %, maka harga nanas di tingkat petani hanya berubah sebesar 0,099 % . Dilihat dari koefisien determinasi (R2), respon harga nanas di tingkat petani produsen karena perubahan harga ditingkat pedagang adalah sebesar 0,078 berarti 7,8 % variasi harga di tingkat petani dipengaruhi oleh variasi harga di tingkat pedagang, sedangkan 92,2 % dipengaruhi oleh faktor lain selain harga di tingkat pedagang pengumpul dan pengecer seperti kenaikan harga bahan bakar minyak, cuaca dan bahan baku. Hasil analisis elastisitas transmisi harga adalah 0,099 (lebih kecil dari satu) artinya, perubahan harga sebesar 1% ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga ditingkat produsen sebesar 0,099 % dan menunjukkan harga yang terbentuk antara petani dan pasar konsumen lemah sehingga struktur pasar yang terbentuk bukan pasar persaingan sempurna yaitu pasar Oligopoli. Hasil perhitungan menunjukan F hitung = 0.649 lebih dari F tabel (α = 0.05) = 0.504. dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow tidak efisien diterima.

KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian mengenai efisiensi pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai berikut: 1. Dalam sistem pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow lembaga pemasaran yang terlibat yaitu petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer sedangkan saluran pemasaran nanas yang terbentuk terdiri dari tiga saluran pemasaran. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. 2. Saluran yang efisien berdasarkan analisis marjin pemasaran, farmer’s share, analisis rasio keuntungan dan biaya serta efisiensi operasional menunjukkan saluran yang efisien adalah saluran II. 3. Hasil analisis elastisitas transmisi harga menunjukkan bahwa pemasaran nanas di Desa Lobong berada pada pasar persaingan tidak sempurna atau pasar oligopoli karena hanya terdapat sedikit pedagang pengecer yakni berjumlah lima (5) orang pedagang yang bertindak sebagai penjual.

11

DAFTAR PUSTAKA Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakulatas Pertanian IPB. Bogor Arifudin, A. 1997. Telaah Efisiensi Pola Pemasaran Jambu Mete (Anacardium occidentale ) di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan). BPPPK Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. 2012. Demografi Desa Lobong. Carani, I. 2006. Analisis Kinerja Saluran Pemasaran Industri Kecil Tahu Di Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat. Skripsi. Manajemen Agibisnis, Fakultas Pertanian, IPB (publikasi) Dilo, S. 2012. Analisis Efisiensi Pemasaran Tahu Di Industri Kecil Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Proposal. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Dinas Pertanian Kabupaten Bolaang Mongondow. 2012. Edy dan Mukson, 2003. Kajian Pemasaran Produk Pangan Di Beberapa Kabupaten Jawa Tersedia di http://www.scribd.com/doc/17716119/SkripsiSosial-Ekonomi-Pertanian-Tajus Sobirin-A1C004047. Diakses tanggal 13 maret 2012 Harifudin, 2011. Analisis Margin Dan Efisiensi Pemasaran Rumput Laut Di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep. Jurnal. Politeknik Mandella. Irawan, B. 2003. Membangun Agribisnis Hortikultura Terintegrasi dengan Basis Kawasan Pasar. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol 21 (1). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Kohl, Richard I dan W. Downey. 1972. Market of Agriculture Price. The Macmillan Company, New York. Kotler, P dan G. Amstrong, 1999. Prinsip – prinsip pemasaran. Edisi pertama. Penerjemah: Damos Sihombing. Erlangga. Jakarta. Mubyarto,1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi, dan Sosial, Yogyakarta. 243 hal. Mursid, M. 2008. Manajemen pemasaran. Bumi aksara. Jakarta.

12

Rahim, A. Dan D. R. D. Hastuti. 2007 . Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, Dan Kasus). Penebar swadaya. Jakarta. Saefudin dan Hanafiah, 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta. Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian.Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Sulupromo, 2012. Nenas Terbaik Sulut Ada Di Lobong. Soekartawi, 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi.Rajawali Press. Jakarta. 232 hal. Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Altabeta.Bandung Stanton, W.J. 1986. Prinsip Dasar Manajemen. Erlangga. Jakarta. Sobirin, 2009. Efisiensi Pemasarn Papaya Dikecamatan Subang. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jendral Soedirman. Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Buah Nanas. Cv. Nuansa Aulia. Bandung. Winardi, 1989. Aspek-aspek Bauran Pemasaran. Mandar Maju. Bandung

13