JURNAL GEOECO ISSN: 2460-0768 VOL. 4, NO. 1 (JANUARI 2018) HAL. 9

Download dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,355 yang berada pada tingkat rendah; (2) Ada hubungan antara sikap masyarakat dalam .... Vol. 4, No. 1 ...

0 downloads 397 Views 279KB Size
Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044

PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MENJAGA KELESTARIAN KAWASAN BUKIT SEPULUH RIBU DI KOTA TASIKMALAYA Ruli As’ari Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya e-mail : [email protected]

Abstrak Tasikmalaya is known as the City of Ten thousand hill. The hill spread to the southeast of the mouth of the depression of Mount Galunggung, with varying heights. The hill is then known as The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya or Bukit Ten Thousand Tasikmalaya. The method used in this study is a quantitative correlational description with data collection techniques through observation, questionnaire and documentation study. The results showed; (1) There is a relationship between knowledge about environmental conservation and community behavior in preserving the hill area indicated by the correlation value (r) of 0.355 which is at low level; (2) There is correlation between society attitude in preserving environment and society behavior in preserving hill area indicated by correlation value (r) equal to 0,501 which is at medium level; (3) The relationship between knowledge about environmental conservation and public attitudes in preserving the environment with its behavior in preserving the hill area is indicated by the correlation value (r) of 0.442 which is at a moderate level. Keywords: Knowledge, Attitude, Behavior, hill ten thousand

PENDAHULUAN Tasikmalaya saat ini menghadapi masalah lingkungan yang disebabkan oleh manusia,

yaitu

degradasi

Ribu Tasikmalaya (Bahasa Sunda: Gunung Sarewu).

lingkungan

Kerusakan bukit yang terjadi di

akibat penambangan pasir dan batuan pada

Tasikmalaya

kawasan lahan bukit. Tasikmalaya dikenal

beberapa penyebab utama diantaranya

dengan julukan sebagai Kota Sepuluh ribu

oleh:

bukit. Bukit yang ada ini tersebar ke

perencanaan pembangunan yang tidak

sebelah

depresi

beraturan; 3) bisnis yang menggiurkan dari

Gunung Galunggung, dengan ketinggian

hasil penambangan pasir/ batuan pada

yang bervariasi. Bukit-bukit ini kemudian

lahan bukit; 4) kurangnya pengetahuan

dikenal dengan sebutan The Ten Thousand

masyarakat akan pentingnya pelestarian

Hills of Tasikmalaya atau Bukit Sepuluh

alam (Ahman Sya, 2004:30).

tenggara

dari

mulut

1)

ini

terjadi

pertumbuhan

dikarenakan

penduduk;

2)

9

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18 Keberadaan

bukit-bukit

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044 di

masyarakat tentang pelestarian lingkungan

Tasikmalaya kurang di pahami tentang

kawasan

fungsi keberadaanya bagi kelangsungan

diperlukan untuk menjaga kelestarian bukit

hidup

sepuluh

manusia.

masyarakat bukit

hanya

Pada

umumnya

memandang

fungsi

dari segi ekonomi saja tanpa

bukit

ribu

sepuluh

yang

ribu

tersisa.

sangat

Sehingga

keseimbangan ekologis di lingkungan Tasikmalaya tetap terjaga.

memandang fungsi dari sisi lainnya, misalnya bukit hanya dipandang sebagai

METODE

sumber bahan tambang batuan dan pasir

Metode penelitian yang digunakan

saja. Sehingga dengan kondisi tersebut

dalam

penelitian

ini

bukan tidak mungkin bukit-bukit yang ada

deskriptif korelasional.

adalah

metode

di Tasikmalaya akan punah dan hanya tinggal namanya saja. Dengan

semakin

X

berkurangnya

Rx1-y Rx1&2y

1

jumlah bukit yang ada, maka diperlukan pengelolaan dan dukungan dari masyarakat Tasikmalaya

untuk

pelestarian

bukit

sepuluh ribu yang tersisa dan pengelolaan

X X1

= 2Pengetahuan

X2

=

Rx2masyarakaty tentang

pelestarian

lingkungan

lahan pasca penambangan bukit. Dalam hal ini khususnya di Kelurahan Bungursari

Y

Sikap

masyarakat

dalam

melestarikan

lingkungan Y

=

Perilaku

masyarakat

dalam

menjaga

kelestarian kawasan bukit sepuluh ribu

Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya,

Populasi

yang

diambil

dalam

dari hasil penelitian Tahun 2004 (Ahman

penelitian ini ialah seluruh masyarakat

Sya, 2004: 40), jumlah bukit Sepuluh ribu

Kelurahan Bungursari yaitu 1.580 Kepala

di Tasikmalaya berkurang sebesar 5%

Keluarga (KK) yang terbagi ke dalam 9

pertahun dan hasil penelitian Tahun 2013

RW.

tingkat kepunahan bukit sepuluh ribu di

Sampel penelitian adalah sebagian

Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

mencapai 75% yang sebagian besar akibat

2010:174).

penambangan batu dan pasir (Fadjarajani,

mengatakan Sampel adalah bagian dari

2013:10). Penambangan pasir dan batuan

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

dari

populasi

bukit-bukit

yang

ada

dapat

Sugiyono

tersebut.

Menurut

(2012:81)

Arikunto

memberikan dampak negatif jika tidak

(2006:177) mengenai beberapa banyak

ditanggulangi dengan baik. Pengetahuan

subjek yang diambil, atau dengan kata lain 10

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044

berapa besar sampel, maka peneliti perlu

analisis korelasi digunakan untuk menguji

mempertimbangkan hal-hal berikut:

hipotesis.

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana;

Sebelum teknik analisis regresi dan korelasi

digunakan,

maka

diperlukan

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan

pengujian beberapa persyaratan yang harus

dari setiap subjek, karena hal itu

dipenuhi. Persyaratan analisis yang harus

menyangkut banyak sedikitnya data;

di penuhi dalam analisis regresi adalah :

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti;

pengujian

Teknik Pengambilan sampel yang digunakan

1. Uji normalitas data, menggunakan

dalam

penelitian

ini

Kolmogorov-Smirnov

dengan kriteria jika nilai asymp. Sig (p)

>

α,

maka

sebaran

data

menggunakan Purposive Sampling yaitu

berdistribusi normal. Oleh Sujianto,

pengambilan sampel ditunjuk langsung

Agus

dengan atas dasar pertimbangan. Adapun

pengambilan keputusan normalitas

sampel

dengan

dalam

penelitian

ini

yaitu

Eko

(2009:109)

menggunakan

sebanyak 137 Kepala Keluarga yang

Kolmogorov-Smirnov

berada

16.0 adalah :

di

RW

5.

Pertimbangan

pengambilan sampel tersebut adalah:

memiliki kawasan bukit sepuluh ribu dengan kerusakan terparah.

dalam SPSS

nilai probabilitas < 0,05 distribusi data adalah tidak normal, b. Nilai Sig atau signifikasi atau

b. Karakteristik warga masyarakat RW 05 mewakili

uji

a. Nilai Sig atau signifikasi atau

a. RW 05 merupakan kawasan yang

dapat

pedoman

seluruh

populasi

masyarakat di Kelurahan Bungursari Kota Tasikmalaya.

nilai probabilitas > 0,05 distribusi data adalah normal. 2. Uji linieritas, Pengujian persyaratan analisis adalah uji linieritas regresi.

c. Terdapat ciri-ciri degradasi lingkungan fisik yang paling tinggi

Uji

Linieritas

menguji

digunakan

apakah

ketiga

untuk varian

memiliki hubungan atau tidak. Uji Teknik

yang

linieritas

regresi

dari

dilakukan adalah analisis deskriptif dan

variabel

tersebut

masing-masing

analisis

digunakan tenik pengujian dengan

dilakukan

analisis

korelasi. dengan

data

Analisis

deskriptif

menyajikan

variabel-

data

ANOVA satu jalur. Dengan kaidah:

penelitian yang berupa deskripsi data

Jika Asymp. Sig. lebih kecil dari 11

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044

harga probabilitas yang digunakan,

terdiri dari sawah dan sebagian besar lahan

maka regresi linier. Jika Asymp. Sig.

terbangun. Berdasarkan hasil observasi

lebih besar dari harga probabilitas

Kelurahan

yang digunakan, maka regresi tidak

ketinggian 503 mdpl. Adapun beberapa

linier.

bukit yang ada di Kelurahan Bungursari

Bungursari

berada

pada

diantaranya: HASIL DAN PEMBAHASAN Secara morfologi Kelurahan Bungursari merupakan daerah perbukitan dan lembah yang diakibatkan oleh letusan Gunungapi

Galunggung.

Secara

garis

Kondisi fisik bentang alam ini sangat terkait dengan kondisi hidrologinya, dimana wilayah penelitan memiliki kondisi perairan tanah yang masih cukup baik.

besar morfologi daerah penelitian 00 – 50

Gunung Kiara

Gunung Nini riwid Gambar 1. Bukit Sepuluh Ribu

1. Hubungan antara Pengetahuan tentang Lingkungan

dengan

Perilaku

Perilaku

Gunung Gede

masyarakat

dalam

menjaga

kelestarian kawasan bukit dipengaruhi oleh

Masyarakat dalam Menjaga Kelestarian

pengetahuan

Kawasan Bukit Sepuluh Ribu

lingkungan sebesar 12,60% dan 87,46%

Hubungan

pelestarian

tentang

lagi adalah pengaruh dari faktor lain baik

lingkungan dengan perilaku masyarakat

itu faktor lingkungan (ekstrinsik) atau

dalam menjaga kelestarian kawasan bukit,

intrinsik responden. Persamaan regresi

berdasarkan hasil analisis yang telah

linier antara variabel X1 dengan variabel Y

dilakukan diperoleh nilai korelasi sebesar

adalah Y’= 131,729+0,417X1. Koefisien

0,355.

yang dihasilkan bernilai positif, yang

Hal

ini

pengetahuan

tentang

menunjukkan

bahwa

hubungan kedua variabel tersebut berada

berarti

pada

pelestarian

tingkat

korelasi

rendah.

tersebut

Nilai koefisien

dirubah

koefisien

determinasi

persentase

sebesar

kedalam

menghasilkan

12,60%.

peningkatan lingkungan

pengetahuan diikuti

oleh

perilaku masyarakat dalam melestarikan kawasan bukit sepuluh ribu.

Artinya, 12

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044

Deskripsi data hasil penyebaran

berpengaruh pada peningkatan perilakunya

kuisioner pengetahuan tentang lingkungan

dalam menjaga kelestarian kawasan bukit,

yang

dengan

meliputi

indikator

konsep

kata

lain

semakin

tinggi

lingkungan, konsep pelestarian, konsep

pengetahuan maka semakin tinggi pula

pelestarian lingkungan, konsep lingkungan

perilakunya dalam menjaga kelestarian

hidup dan perilaku dalam melestarikan

kawasan bukit.

lingkungan

secara

keseluruhan

Hasil penelitian tersebut didukung

menunjukkan kriteria cukup. Namun jika

dengan teori yang menyebutkan bahwa

dilihat

pendidikan

pengetahuan yang makin luas dan makin

pendidikan

tinggi itu akhirnya akan bisa menggali dan

SD/sederajat menunjukkan bahwa hampir

menjelaskan segala sesuatu yang ada

seluruh responden kurang mengetahui

secara

tentang konsep pelestarian lingkungan

2010:131).

secara optimal.

mempunyai tingkat pengetahuan yang

dari

responden

tingkatan

yang

Hubungan

tamat

pengetahuan

objektif,

(Prawironegoro,

Idealnya

seseorang

yang

tentang

tinggi, maka dia akan melaksanakan apa

pelestarian lingkungan dengan perilaku

yang dia ketahui selama hal tersebut

masyarakat dalam melestarikan kawasan

dianggap baik atau berguna bagi dirinya.

bukit ditunjukan dengan nilai korelasi pada sangat rendah. Hubungan tersebut terjadi karena sebagian besar masyarakat telah memiliki pemahaman bahwa bukit yang ada di daerah Kelurahan Bungursari hanya bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan galian

pasir

dan

batuan,

sehingga

masyarakat kurang begitu memperhatikan kelestarian kawasan bukit. Selain itu, masyarakat menawarkan

banyak harga

pengusaha tinggi

yang kepada

masyarakat pemilik lahan bukit.

yang diberikan menunjukan koefisien positif, yang artinya kenaikan pengetahuan pelestarian

lingkungan

dalam

Melestarikan

Lingkungan

dengan Perilakunya dalam Menjaga Kelestarian Kawasan Bukit

Sepuluh

Ribu Sikap

masyarakat

dalam

melestarikan lingkungan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berdasarkan beberapa indikator; (1) pemberian ide, gagasan atau masukan untuk kegiatan pelestarian

lingkungan;

(2)

Perhatian

masyarakat pada pelestarian lingkungan;

Sementara itu, persamaan regresi

tentang

2. Hubungan antara Sikap Masyarakat

akan

(3) Pengawasan masyarakat pada kegiatan pelestarian lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara

keseluruhan

sikap

masyarakat 13

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044

dalam melestarikan lingkungan berada

peningkatan yang lebih baik. Artinya,

pada tingkat sedang yang ditunjukan

semakin tinggi koefisien regresi yang

dengan nilai korelasi sebesar 0,501 dan

dihasilkan maka pengaruh yang diberikan

koefisien determinasi sebesar 25,10%.

juga semakin besar. Makna dari hal

Koefisien

tersebut

tersebut adalah sikap masyarakat dalam

perilaku

melestarikan

memberikan

determinasi makna

bahwa

lingkungan

memberikan

masyarakat dalam menjaga kelestarian

pengaruh lebih kuat dibandingkan dengan

kawasan bukit dipengaruhi oleh sikap

pengetahuan

masyarakat

melestarikan

pelestarian lingkungan terhadap perilaku

lingkungan sebesar 25,10% dan sisanya

masyarakat dalam menjaga kelestarian

sebesar 74,90 % adalah pengaruh dari

kawasan bukit. Pengaruh ini terjadi karena

faktor lain.

masyarakat memberikan gagasan dalam

dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang

pelestarian

masyarakat

lingkungan

tentang

yang

secara

telah dilakukan, menunjukkan bahwa sikap

otomatis akan lebih banyak peluang untuk

masyarakat

memberikan

dalam

melestarikan

contoh

bagi

warga

lingkungan berhubungan dengan perilaku

masyarakat lainnya. Diantaranya dengan

masyarakat dalam menjaga kelestarian

melakukan

kawasan bukit berada pada tingkat cukup.

lingkungan tempat tinggal untuk menanam

Korelasi tersebut menunjukkan koefisien

pohon

positif, dengan kata lain peningkatan sikap

lingkungan.

masyarakat

dalam

melestarikan

kegiatan-kegiatan

dan

menjaga

di

kelestarian

3. Hubungan antara Pengetahuan tentang

lingkungan akan diikuti dengan perilaku

Pelestarian

Lingkungan

masyarakat dalam menjaga kelestarian

Masyarakat

dalam

kawasan bukit.

Lingkungan dengan Perilakunya dalam

Koefisien persamaan

dan

konstanta

regresi

Y’=137,605+0.702X2

yang

menunjukkan

positif,

nilai

dari yaitu

dan

Sikap

Melestarikan

Menjaga Kelestarian Kawasan Bukit Hubungan

pengetahuan

dihasilkan

pelestarian

lingkungan

dengan

masyarakat

dalam

dan

tentang sikap

melestarikan

koefisien regresi lebih besar dari regresi

lingkungan dengan perilaku masyarakat

antara pengetahuan tentang pelestarian

dalam menjaga kelestarian kawasan bukit,

lingkungan dengan perilaku masyarakat

berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai

dalam menjaga kelestarian kawasan bukit.

koefisien korelasi sebesar 0,442. Hal ini

Besarnya koefisien tersebut menunjukkan

menunjukkan

adanya

hubungan

pada 14

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044

tingkat agak diantara ketiga variabel

keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas

tersebut. Koefisien determinasi diperoleh

lingkungan hidup (UU No 32 Tahun 2009

nilai sebesar 19,54%. Artinya perilaku

tentang Perlindungan dan Pengelolaan

masyarakat dalam menjaga kelestarian

Lingkungan Hidup).

kawasan

bukit

oleh

Dari sisi hidrologis, keberadaan

pengetahuan tentangpelestarian lingkungan

Bukit Sepuluh Ribu berfungsi sebagai

dan sikap masyarakat dalam melestarikan

daerah resapan air yang akan mampu

lingkungan secara bersama-sama sebesar

memelihara

19,54% dan sisanya 80,46% oleh faktor-

kedalaman airtanah. Air tanah merupakan

faktor lain.

air yang berada di wilayah jenuh di bawah

Tingkat cepat

dipengaruhi

kepunahan bukit

berdampak

terhadap

yang

permukaan

stabilitas

tanah

sumber

(Asdak:

dan

2007”45).

kondisi

Dengan adanya bukit sepuluh ribu maka

lingkungan hidup masyarakat di Kelurahan

akan terbentuk akifer yaitu kantong air

Bungursari Kota Tasikmalaya. Masyarakat

yang yang berada di dalam tanah (Asdak:

pada umumnya telah merasakan dampak

2007:46). Dengan demikian dari segi

negatif dari kerusakan dan kepunahan

hidrologis Bukit Sepuluh Ribu sangat

Bukit Sepuluh Ribu. Beberapa masalah

bermanfaat bagi pemenuhan air untuk

yang dihadapi masyarakat diantaranya

kebutuhan domestik dan pertanian, karena

tingkat kedalaman sumur galian sudah

pada setiap bukit yang masih utuh terdapat

bertambah

beberapa lokasi mata air yang dapat

kedalamannya,

masyarakat

petani yang menggarap areal sawah tadah

dimanfaatkan oleh masyarakat.

hujan merasakan jika musim kemarau

Konservasi air pada prinsipnya adalah

sawah

penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah

garapan

mereka

mengalami

kekeringan. Fungsi

untuk pertanian seefisien mungkin, dan dari

keberadaan

bukit

mengatur waktu aliran agar tidak terjadi

sepuluh ribu di Tasikmalaya di antaranya

banjir yang merusak dan terdapat cukup air

adalah sebagai daerah hijau terbuka yang

pada musim kemarau (Arsyad: 2010:23).

bermanfaat

untuk

memelihara

Sehingga dengan keberadaan bukit sepuluh

keseimbangan

ekosistem

mikro

ribu menjadi salah satu bentuk konservasi

Tasikmalaya.

Ekosistem

merupakan

di

air secara tidak langsung.

tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan pembahasan yang 15

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18 telah

diuraikan

pada

pembahasan

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044 SARAN

sebelumnya, maka penelitian mengenai

Saran yang penulis kemukakan

hubungan antara pengetahuan tentang

berdasarkan hasil penelitian yang telah

pelestarian

lingkungan

dilakukan, adalah sebagai berikut:

masyarakat

dalam

dan

sikap

melestarikan

1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan

lingkungan dengan perlakunya dalam

masyarakat

menjaga

kelestarian

lingkungan melalui pendidikan formal

sepuluh

ribu

studi

kawasan di

bukit

Kelurahan

tentang

maupun

pelestarian

nonformal.

Bungursari Kecamatan Bungursari Kota

pemahaman

Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai

kelestarian bukit dapat

berikut:

global

1. Ada

hubungan antara

pengetahuan

Adanya

tentang

citizenship

ekoefisiensi

pentingnya membentuk

yang

untuk

berprinsip

pembangunan

tentang pelestarian lingkungan dengan

berkelanjutan,

perilaku masyarakat dalam menjaga

tidak akan mengalami dampak negatif

kelestarian kawasan bukit ditunjukkan

dari punahnya Bukit Sepuluh Ribu

dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,355 yang berada pada tingkat rendah. 2. Ada hubungan antara sikap masyarakat

sehingga

masyarakat

2. Perlu adanya upaya proteksi Bukit Sepuluh

Ribu

beberapa

dengan

bukit

membeli

yang

tetap

sehingga

akan

dalam melestarikan lingkungan dengan

dipertahankan,

perilaku masyarakat dalam menjaga

mengakibatkan

kelestarian kawasan bukit ditunjukkan

keseimbangan lingkungan hidup, selain

dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,501

itu dengan adanya zonasi ini maka

yang berada pada tingkat sedang.

kecerdasan

3. Ada

hubungan antara

pengetahuan

ekologis

terjadinya

spasial

dan

kesadaran

masyarakat

yang

tentang pelestarian lingkungan dan

bertanggungjawab terhadap kelestarian

sikap masyarakat dalam melestarikan

lingkungan hidup di Tasikmalaya dapat

lingkungan dengan perilakunya dalam

terbentuk.

menjaga kelestarian kawasan bukit

3. Meningkatan kesejahteraan masyarakat

ditunjukkan dengan nilai korelasi (r)

melalui

program

sebesar 0,442 yang berada pada tingkat

bukan hanya bersumber dari program

sedang.

subsidi, melainkan pada kemandirian masyarakat

itu

pemerintah

sendiri

yang

untuk

memberdayakan pengetahuannya agar 16

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18 dapat

meningkatkan

sebagai

dasar

pengahasilan

pencapaian

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044 Malik,

tingkat

kesejahteraan. 4. Perlu adanya penelitian lanjutan yang secara

spesifik

tentang

penataan

kawasan Bukit Sepuluh Ribu supaya tidak punah. DAFTAR PUSTAKA Anonim.

2013. Monografi Kelurahan Bungursari Tahun 2013. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chiras, Daniel D. 1991. Environmental Science: Action for a sustainable Future. California : The Benjamin/Cumings Pub. Co. inc. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Fadjarajani, Siti. 2013. Zonasi dan Pemanfaatan Bukit Sepuluh Ribu Kota Tasikmalaya. (Dalam Prosiding PIT IGI (Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Geograf Indonesia Tahun 2013 hal. 466 – 477) Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Iskandar, Jusman (2012) Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Puspaga

Yakub. 2001. Konservasi_Perbukitan_Sepuluh_ Ribu_ (Ten_Thousand_Hills). Tersedia di: http://file.upi.edu/browse.php?dir =Direktori/FPIPS/. (Selasa, 25 Januari 2013)

Mantra, Ida Bagoes. 2011. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Munir, Moch. 2003. Geologi Lingkungan. Malang: Bayumedia Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta. Prawironegoro, Darsono. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Nusantara Consulting. Raharja, Prathama 2006 Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Jakarta : Penerbit Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rochmad. 2012. Revisi Taksonomi Bloom (a Revision of Bloom’s Taxonomy). Semarang: Unnes. Ruseffendi. 2010. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito. Sagala.

2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Soemarwoto, Otto. Lingkungan

2004. Ekologi, Hidup dan

17

Jurnal GeoEco Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 9-18 Pembangunan, Djembatan.

Jakarta:

Soemarwoto, Otto. 2005. Atur-DiriSendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.. Soemirat. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sugiyono. 2003. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

ISSN: 2460-0768 E-ISSN: 2597-6044 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kulaitatif dan R&D, Bandung : Alpfabeta Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni. Sya, Ahman. 2004. Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya. Tasikmalaya: CV Gadjah Poleng. Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

18