JURNAL SOSIAL DAN POLITIK PEREMPUAN

Download Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Abstrak. Perempuan .... Teori-teori feminisme merupakan perspektif teori te...

0 downloads 509 Views 300KB Size
JURNAL SOSIAL DAN POLITIK PEREMPUAN YANG DILACURKAN Studi Kualitatif Penindasan Gender pada Perempuan yang Dilacurkan di Wilayah Stren Kali Jagir Surabaya

Oleh : Cita Pertiwi Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstrak Perempuan yang dilacurkan merupakan salah satu bentuk pelacuran yang dilakukan oleh pasangan atau suaminya. Laki-laki dan perempuan sebagai pasangan kekasih atau telah menikah siri yang memposisikan dirinya sebagai suami perempuan pada umumnya kemudian menjalankan peran dan fungsi-fungsinya seperti keluarga sebenarnya. Studi ini memfokuskan pada perempuan dalam menjalankan perannya, konflik peran yang terjadi pada keluarga, modus dan peranan suami terhadap fenomena perempuan yang dilacurkan serta penindasan yang diterima oleh perempuan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penindasan gender yaitu teori feminisme radikal dan teori psikoanalisis. Paradigma yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah definisi sosial dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di pemukiman yang ada di stren kali Jagir Surabaya dengan informan sebanyak tujuh orang dipilih menggunakan teknik snowball. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: 1.) Perempuan yang dilacurkan harus menjalankan peran ganda. 2.) Muncul berbagai macam konflik dalam keluarga perempuan yang dilacurkan dalam kehidupan sehari-hari. 3.)Modus yang dilakukan oleh suami pada perempuan yang dilacurkan berupa ajakan untuk tinggal bersama dan memenuhi kebutuhan perempuan. Peranan suami adalah sebagai media untuk masuknya perempuan ke dalam dunia pelacuran. Dominasi sebagai akibat budaya patriarki membuat perempuan harus mengalami penindasan berupa tekanan dan ancaman serta kekerasan fisik juga verbal. Termasuk dalam hal tersebut suami juga melakukan eksplotasi fisik dan materi terhadap perempuan yang dilacurkan.

Kata Kunci : Perempuan yang dilacurkan, keluarga, peran, konflik, penindasan

ABSTRACT Prostituted wivesis one of the prostitution types which isconducted by husband as a family member. Men and women as lovers or have illegally married who have placed themselves as husband and wife generally run their role and functions as a real family. This study focuses on wives in controlling their role, conflict which happens in the family, the reason and husband’s roletoward the phenomenon of prostituted wives and also the oppression which is received by those wives. The theory which is used in this research is gender repression theory, that is radical feminism and psychoanalysis theory. The paradigm which is used to respond the problem in this research is social definition paradigm with a qualitative approach. This research was held in kali jagir Surabaya settlement with seven informants which is chosen by using snowball technique. The method of data collection which is used is a profound interview. The results of this research are: 1. Prostituted wives have to commit their double roles. 2. Some problems appear in families of prostituted wives in the daily life. 3. The reason of their husband towards those prostituted wives such as invitation to live together and to fill those wives’ needs. The role of those husbands here is as a media to put their wives into prostitution world. The domination of men as a result of patriarchy culture is such an excuse to make those wives have to experience pressure, threats, also physical and verbal violence. In this case, those husbands also did physical and material exploitation toward those prostituted wives.

Keywords: prostituted wives, family, conflict, role, oppression.

Latar Belakang Dunia prostitusi memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan perkotaan yang penuh dengan desakan ekonomi pada kaum marginal. Fenomena semacam ini tidak hanya mengancam kehidupan kaum perempuan tetapi juga membawa dampak

yang buruk terhadap kehidupan keluarga. Kondisi semacam ini memicu berbagai macam mekanisme survival pada masyarakat yang tersisihkan secara ekonomi dan menggunakan dunia prostitusi sebagai jalan pintas untuk menyiasati keadaan tersebut. Berbagai macam kasus pelacuran yang terjadi salah satunya adalah pelacuran yang disebabkan oleh orang-orang terdekat yaitu anggota keluarga maupun kerabat. Pelacuran seperti ini sudah tidak menjadi hal yang baru dalam masyarakat karena mdus-modus yang terjadi kerap kali dimulai dari orang-orang terdekat sendiri. Keberadaannya yang sulit untuk diberantas oleh pemerintah membuatnya menjadi salah satu masalah sosial yang begitu kompleks. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah baik upaya preventif maupun upaya yang bersifat represif dan kuratif untuk menanggulangi masalah prostitusi belum menampakkan hasil maksimal hingga kini (Utami, 2010:300). Fenomena semacam ini tidak ubahnya seperti jamur yang berkembang biak di musim penghujan. Belum ditemukannya upaya penanggulangan untuk fenomena ini sehingga jumlah pekerja seks komersial semakin bertambah di setiap tahunnya. Keberadaan bisnis pelacuran akan semakin terdukung oleh adanya pelabuhan di daerah pesisir, memiliki bandar udara dan merupakan stasiun pemberhentian terakhir kereta api. Praktik prostitusi yang dilakukan secara terang-terangan dan mendapatkan perlindungan dari komunitas tersebut contohnya saja praktik prostitusi yang ada di lokalisasi Dolly Surabaya dan Pasar Kembang di Yogyakarta. Meskipun saat ini lokalisasi yang ada di Jarak dan Dolly sudah ditutup oleh pemerintah. Dalam hal ini yang dimaksud dengan prostitusi, pelacuran atau persundalan adalah peristiwa

penyerahan tubuh oleh wanita kepada banyak lelaki dengan imbalan pembayaran guna disetubuhi dan sebagai pemuas nafsu seks si pembayar, yang dilakukan di luar pernikahan (Suyanto, 2010:159) Menurut hubungannya dapat dibedakan 3 macam tipe pelacur dengan pihak pengelola bisnis pelacuran. Pertama, pelacur yang bekerja sendiri tanpa calo atau majikan. Seringkali mereka beroperasi di pinggir jalan atau masuk-masuk satu bar ke bar yang lain. Kedua pelacur yang memiliki calo atau beberapa calo yang saling terkait secara hierarkhis. Biasanya si pelacur hanya memperoleh sebagian kecil dari uang yang dibayarkan kliennya. Ketiga pelacur yang di bawah naungan sebuah lembaga atau organisasi mapan contohnya klub panti pijat, tempat lokalisasi, dan hotel-hotel (Suyanto, 2010:160). Setelah lokalisasi yang begitu terkenal di Surabaya gang Dolly dan Jarak resmi di tutup oleh pemerintah, namun masih ada para pekerja seks yang melayani pelanggan secara tersembunyi. Menurut Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat dalam situs berita online merdeka.com (05/12/2014). Akar masalah yang juga tidak kunjung dapat terselesaikan membuat bisnis pelacuran semakin menjamur dimana-mana. Permasalahan ekonomi dewasa ini tak ubahnya selalu disebut-sebut sebagai biang keladi adanya fenomena pelacuran semacam

ini.

kasus

pelacuran

yang

ada

di

daerah

Tangerang,

dalam

megapolitan.kompas.com (01/07/2009) seorang istri yang dipaksa melacur oleh suaminya dengan alasan untuk membantu ekonomi keluarga. Kasus yang terjadi atas pelacuran perempuan oleh orang terdekat memang sudah marak terjadi dengan ekonomi sebagai alasan utama.

Adanya budaya patriarkhi pada masyarakat mengakibatkan posisi semakin mengancam posisi perempuan. Dalam hal ini terdapat sebuah konflik peran dimana seorang istri dihadapkan pada permasalahan untuk menjalankan perannya sebagai seorang istri, ibu dan juga pelacur. Selain itu sebuah tanda tanya besar juga menghantui terkait adanya suami sebagai kepala rumah tangga atau bisa jadi hanyalah pasangan kekasih saja justru menjual istrinya dengan alasan atau motif apapun. Kasus pelacuran yang terjadi di sebagian masyarakat stren kali Jagir Surabaya ini terbilang unik karena perempuan-perempuan tersebut dilacurkan oleh pasangan atau bahkan suaminya sendiri setelah dibebaskan dari germo. FOKUS PERMASALAHAN Dari latar belakang tersebut dapat ditarik suatu fokus permasalahan yaitu 1. Bagaimana perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya menjalankan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga? 2. Bagaimana konflik peran yang terjadi dalam keluarga perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya? 3. Bagaimana modus yang dilakukan pasangan pada perempuan yang dilacurkan? TUJUAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang ingin dicapai dan mempunyai faedah bagi peneliti serta masyarakat umum lainnya. Tujuan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu tujuan umum dan tujuan khusus seperti yang di jabarkan di bawah ini:

1.

Mengetahui seorang perempuan yang dilacurkan oleh suaminya dalam menjalankan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga

2.

Mengetahui konflik peran yang muncul dalam keluarga perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya

3.

Mengetahui modus dan peran laki-laki serta bentuk-bentuk penindasan yang terjadi pada perempuan yang dilacurkan pasangannya

MANFAAT PENELITIAN Dari tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini memiliki manfaat praktis dan akademis yaitu: 1.

Manfaat Praktis Informasi dari adanya hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai referensi sekaligus bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan seperti lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat.

2.

Manfaat Akademis Secara akademis diharapkan hasil penelitian ini dapat menyumbangkan hasil penelitian akademis khususnya untuk ilmu pengetahuan sosiologi terlebih untuk sosiologi keluarga tentang adanya pelacuran yang dilakukan oleh anggota keluarga

KAJIAN TEORITIK Teori-teori feminisme merupakan perspektif teori tentang gender yang dikembangkan dari studi-studi yang berpusat pada wanita. Teori feminisme pada abad kedua puluh tidak dapat dipisahkan dari pemahaman feminisme sebagai gerakan

sosial. Feminisme berawal dari suatu gerakan sosial yang membela dan memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Perkembangan gerakan sosial feminis selanjutnya berkembang menjadi suatu gerakan radikal, dari awalnya yang menuntut kesetaraan gender secara fundamental dalam pekerjaan dan aktivitas domestik, berubah secara revolusioner melalui berbagai bentuk liberalisasi, marxisme, dan posmodernisme. Secara umum teori feminisme berusaha memahami dan menjelaskan posisi perempuan di dalam situasi dan kondisi tertentu dalam masyarakat. Teori ini mencoba membongkar permasalahan gender yang selama ini cenderung mensubordinasi perempuan dalam masyarakat, dalam hubungannya dengan ideologi patriarki. Pertanyaan-pertanyaan dasar Feminisme sebagai kerangka dasar penyelidikan mengenai gender meliputi empat pertanyaan pokok (Ritzer, 2012:774). Pertama, “Bagaimana dengan Wanita?” yang menunjukkan pertanyaan mengenai posisi wanita dalam setiap situasi yang sedang diselidiki. Pertanyaan kedua feminisme yaitu Mengapa semua hal ini begini? Pertanyaan ketiga feminisme adalah: “Bagaimana kita dapat mengubah dan memperbaiki dunia sosial untuk membuatnya menjadi tempat yang lebih adil bagi semua orang?”. Pertanyaan keempat feminis sebagai pertanyaan terakhir yaitu: “Dan bagaimana dengan perbedaan-perbedaan dikalangan wanita?” jawaban atas pertanyaan ini menghasilkan suatu kesimpulan umum bahwa ketidakterlihatan, ketidaksetaraan dan perbedaan-perbedaan peran dalam hubungannya dengan laki-laki yang mencirikan secara umum kehidupan

wanita, dipengaruhi secara kuat oleh lokasi wanita yang meliputi kelas, ras, usia, pilihan afeksional, status perkawinan, agama, etnis, dan lokasi globalnya. Tipologi teori-teori feminisme menjadi beberapa teori sosiologi feminis didasarkan dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dasar feminisme. Pertanyan dasar mengenai posisi perempuan yaitu “ Dan bagaimana dengan perempuan?” memberikan lima jawaban yang dapat digolong menjadi: Perbedaan gender, ketidaksetaraan gender, penindasan gender, penindasan struktural, dan implikasi yang dihasilkan dari menerima konsep “wanita” yang sudah dikenal dalam analisis sosial. Sebagai pisau analisis teori penindasan gender mampu menjelaskan fenomena perempuan yang dilacurkan secara tepat. 1. Penindasan Gender Seluruh teori penindasan gender menggambarkan situasi wanita yang menjadi objek kekuasaan dari laki-laki. Dimana laki-laki mempunyai kepentingan mendasar dan nyata untuk mengendalikan, menguasai dan menndas perempuan. Bentuk domnasi semacam ini telah dilanggengkan dalam masyarakat yang disebut patriarki. Sistem patriarki ini dengan sengaja dilanggengkan dalam masyarakat. Menurut para teoritisi penindasan merupakan salah satu hasil sampingan sistem patriarki. Teori gender tentang penindasan gender berusaha menjelaskan bagaimana posisi dan peran perempuan dalam setiap situasi sosial berbeda dengan laki-laki, lebih dari itu, teori ini itu juga melihat posisi dan peran perempuan selalu tidak setara dan ditindas oleh laki-laki. Perempuan

cenderung dikendalikan, disubordinasi, dipermainkan/ dimanfaatkan bahkan juga disiksa oleh laki.laki. Teori Penindasan gender dapat dibagi menjadi dua yaitu: Feminisme Psikoanalisis dan Feminisme Liberal. 

Feminisme Psikoanalisis Teori feminisme psikoanalisis berupaya menerangkan sistem patriarki dengan menggunakan teori Freud dan pewaris intelektualnya. Teori ini menyoroti pentingnya peran masa kanak-kanak dalam memolakan emosi. Kekhasan teori penindasan jender terdapat pada sistem patriarki. Masa kanak-kanak dianggap penting karena kedekatan anak dengan orangtua terutama ibu membawa dampak yang besar pada masa dewasa mereka. Feminisme psikoanalisis kemudian menjelaskan penindasan terhadap wanita yang dilakukan oleh laki-laki yang berasal dari pertentangan perasaan terhadap ibu yang mengasuh mereka.



Feminisme Radikal Feminisme radikal memiliki dua keyakinan sentral, pertama bahwa wanita memiliki nilai positif sebagai wanita. Kedua, bahwa wanita dimanapun berada ditindas oleh sistem patriarki. Feminisme radikal melihat bahwa dalam setiap institusi keluarga dan di dalam struktur masyarakat yang paling mendasar terdapat penindasan. Struktur penindasan yang paling mendasar adalah sistem patriarki

dimana penindasan ini terjadi pada laki-laki yang menindas perempuan. Dalam sistem patriarki, menciptakan kesalahan dan penindasan, sadisme dan kesenangan karena disiksa, manipulasi dan muslihat. Dengan menggunakan teori Penindasan gender yaitu Psikoanalisis dan Feminisme Radikal, maka dapat dilihat dengan jelas bagaimana permasalahan gender yang sedang dihadapai perempuan yang dilacurkan. Asumsi dasar pada teori Feminisme Radikal menyatakan bahwa perempuan ditindas disegala tempat dan ditindas dengan keras oleh sistem patriarki. Dalam sistem sosial betapapun, dominasi dan subordinasi menjadi struktur yang paling fundamental sebagai sistem patriarki sistem ini tidak hanya menunjukkan dominasi dan penundukan laki-laki kepada perempuan, namun telah menciptakan ketidaksetaraan yang tumbuh langgeng sebagai model dominasi sosial dasar. Posisi perempuan yang dilacurkan sebagai konsekuensi penindasan yang dilakukan laki-laki (pasangannya). Hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan terlihat dari kepentingan yang fundamental dari laki-laki yang mengendalikan, memanfaatkan dan menindas perempuan, yaitu dalam praktekpraktek dominasinya dalam kehidupan keluarga. Dominasi laki-laki termanifestasi dalam posisi ketika ia berhasil membuat pihak perempuan bersedia untuk mengikuti kehendaknya. Dalam hal ini istri yang dilacurkan merupakan pihak subordinat yang dimanfaatkan dan dikendalikan oleh suaminya sebagai pihak yang dominan.

Dengan teori feminisme radikal dapat dilihat bagaimana sistem dominasi dan subordinasi sebagai struktur fundamental bagi budaya patriarki. Sistem ini telah menciptakan relasi antara laki-laki dan perempuan terjadi ketidakseimbangan. Dimana laki-laki superior atas perempuan dan cenderung mengunakan dominasinya untuk mensubordinasi perempuan dalam segala hal, dan menciptakan penindasan terhadap perempuan. Seperti dalam halnya dalam sebuah keluarga, dominasi laki-laki telah menciptakan ketidaksetaraan dan juga penindasan yang terbingkai dalam dominasi laki-laki sebagai menifestasi sistem yang patriarki. Sistem Patriarki yang menjadikan laki-laki sebagai pihak yang dominan, telah mendorong terjadinya hubungan yang timpang dan ketidakadilan gender. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perempuan yang dilacurkan dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, perempuan dan juga sebagai PSK. Semua pertanyaan yang ada dalam studi ini dapat dipahami untuk menjawab seluruh permasalahan melalui paradigma definisi sosial. Pendekatan yang digunakan pada studi mengenai istri yang dilacurkan ini adalah pendekatan kualitatif diimana subyek utamanya adalah seorang istri yang dilacurkan oleh pasangannya. Isu dalam penelitian fenomena perempuan yang dilacurkan adalah pertama perempuan yang dilacurkan. Pelacur yang ditekankan di sini adalah perempuan atau ibu rumah tangga yang memilih masuk ke dalam bisnis prostitusi setelah disuruh oleh suaminya atau pasangannya sendiri. Kedua, seorang laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam satu rumah dan menjalani peran layaknya suami dan istri tanpa adanya ikatan pernikahan dimana pengertian ini sering disebut sebagai kumpul kebo. Selain

itu beberapa sudah ada yang menikah secara siri dan hal tersebut tidak sah secara hukum. Ketiga, peran merupakan hal penting yang harus dijalankan oleh perempuan yang dilacurkan melihat terdapat beberapa peran yang saling bertabrakan antara istri, ibu rumah tangga dan pekerjaan sebagai PSK. Keempat adalah konflik peran ganda hal ini bisa terjadi akibat individu harus menjalankan dua peran pada saat yang bersamaan yakni dalam pekerjaan dan keluarga. Kelima adalah penindasan dimana bentuk penindasan suami kepada istri yang dilacurkan dengan melakukan berbagai macam eksploitasi. Dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik snowball dimana cara penentuan informan ini mengandalkan informan kunci untuk menentukan informan subjek dan dilakukan dengan berulang-ulang. Yang dimaksud berulangulang disini adalah menentukan informan berdasarkan informan kunci, kemudian dari informan kunci merujuk pada informan lainnya hingga dicapai sejumlah informan yang dianggap telah merepresentasikan berbagai informan yang diperlukan yaitu perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya dan kepala kampung Jagir. Penelitian ini mengambil setting pada beberapa orang yang tinggal di Kampung Baru di Stren Kali Jagir Surabaya. Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu1 yang menunjukkan bahwa Surabaya Pada wilayah ini terdapat

1

Wawancara dengan Kepala Kampung (Warsito) Dalam Kuliah Lapangan Sosiologi Perkotaan, Deskripsi Masyarakat di Pemukiman Kumuh, 2013 “saya bagi menjadi dua kelompok barat itu adalah ada lokalisasinya kan,ya lokalisasi. Batas rumah tembok ke rumah kayu itu saya grup ke lokalisasi jadi yang rumah tembok kesini itu rumah tangga beneran jadi kalo gak dibagi seperti itu nanti akhirnya akan timbul kecemburuan dan akhirnya apa ya akan mengganggu rumah tangga yang beneran”

perkampungan kecil yang dapat dikatakan ilegal dan di lokasi tersebut terdapat lokalisasi. Sesuai dengan tema bahwa wilayah tersebut terdapat lokalisasi yang ada di sekitaran stasiun Wonokromo dan beberapa diantaranya adalah para pekerja seks komersial dari para migran maupun penduduk asli yang disuruh oleh pasangannya. Selain itu juga memberikan kemudahan peneliti dalam pencarian data. Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara akan dilakukan pada informan kunci yang di sini berperan penting dalam kehidupan masyarakat stren kali Jagir Surabaya yaitu Sekjen paguyuban masyarakat stren kali se-Surabaya. Dari informan kunci peneliti mendapatkan informasi mengenai informan subjek yang selanjutnya akan menjadi sasaran wawancara

Aktivitas analisis data kualitatif

dilakukan secara terus menerus dan interaktif sampai data yang diperoleh jenuh. Sugiyono (2008) menyebutkan aktivitas tersebut adalah: Reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan dan verifikasi(conclusion drawing and verification) Pembahasan PEMBAHASAN Penindasan Gender Pada Perempuan Yang Dilacurkan Dalam Menjalankan Peran Perempuan yang dilacurkan harus

menjalankan

peran

ganda

sebagai

pasangan atau istri, ibu rumah tangga dan PSK. Menjalankan beberapa peran berbeda

dalam waktu yang bersamaan mengalami kesulitan menjalankannya. Dalam menjalankan perannya sebagai pasangan ataupun istri, perempuan harus melayani pasangan atau suaminya sesuai dengan keinginan pasangan. Hal tersebut dirasa sulit karena tidak semua yang diinginkan oleh pasangan dapat dilaksanakan. Selain itu, perempuan juga harus menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dimana seluruh pekerjaan yang identik harus dikerjakan oleh seorang perempuan seperti membersihkan rumah, memasak dan lain sebagainya harus dikerjakan. Perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya merasa begitu kesulitan dan lelah apabila harus bekerja sekaligus mengerjakan tugas rumah tangga. Pekerjaan sebagai PSK merupakan salah satu peran yang harus dijalankan oleh perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya. Dalam menjalankan peran ini perempuan yang dilacurkan justru merasa biasa dengan pekerjaannya bahkan ada pula yang merasa bahwa pekerjaan tersebut terpaksa dilakukan karena desakan ekonomi. Adanya peran-peran yang harus dijalankan oleh perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya menimbulkan berbagai konflik terutama konflik peran. Hal tersebut terjadi karena dalam menjalankan peran gandanya terkadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pasangannya. Konflik yang terjadi kemudian berujung pada terjadinya penindasan dalam bentuk kekerasan dan juga eksploitasi. Teori penindasan gender yang terdiri dari teori psikoanalisis dan teori feminisme radikal digunakan sebagai pisau analisis untuk mengkaji fenomena perempuan

yang

dilacurkan

oleh

pasangannya.

Teori

penindasan

gender

menggambarkan situasi wanita sebagai akibat dari hubungan kekuasaan yang

berlangsung antara pasangan dengan perempuan. Dalam hal ini pasangan memiliki kepentingan mendasar yang konkret untuk mengendalikan, menindas, menggunakan, menguasai perempuan untuk melaksanakan dominasi. Menurut teoritisi penindasan, dominasi adalah setiap hubungan pihak individu atau kelompok yang dominan berhasil membuat pihak lain yang disubordinasikan sebagai alat untuk mewujudkan keinginannya. Pola semacam ini kemudian menjadi sesuatu yang mendasar dalam masyarakat yang disebut sebagai sistem patriarkhi. Dalam hal ini patriarki merupakan struktur kekuasaan primer yang dilestarikan denga sengaja. Menurut kebanyakan teoritisi penindasan gender, penindasan dan ketimpangan adalah hasil dari sistem patriarki. Dalam menganalisis fenomena semacam ini digunakan dua teori yaitu teori psikoanalisis dan teori feminisme radikal. Psikoanalisis Freudian dapat dibagi menjadi dua bagian yang berhubungan. Pertama suatu teori yang menjelaskan asal-usul dan perkembangan seksualitas pasangan

dan

perempuan.

Kedua,

merupakan

suatu

analisis

bekerjanya

ketidaksadaran. Teori-teori Freudian ini secara tidak langsung mengatakan bahwa pembagian kerja secara seksual antara pasangan dan perempuan merupakan akibat wajar dari kodrat perempuan sendiri. Hal tersebutlah yang membuat perempuan menjadi kurang aktif dalam menjalankan peran sehari-hari. Dalam melihat aspek kejiwaan, teoritisi feminis sangat dipengaruhi oleh peta kognisi buatan Freudian yaitu, kawasan emosi manusia, hasrat dan ketakutan yang disadari dan tidak disadari serta kawasan neurosis dan patologi. Ada dua

kemungkinan penjelasan untuk meneliti landasan energi dalam patriarki yaitu dominasi pasangan atas perempuan. Perempuan yang dilacurkan pada sebagian masyarakat stren kali Jagir menunjukkan adanya gejala-gejala yang dapat dilihat dari teori psikoanalisis. Namun apabila ditarik dengan menggunakan teori psikoanalisis sebagai pisau analisis. Peran masa lalu termasuk peran anak-anak perempuan atau perempuan yang dilacurkan membawa pengaruh pada studi ini. Seperti yang dikatakan oleh War dan Yuli bahwa para perempuan yang bekerja sebagai PSK karena di suruh oleh pasangannya memiliki masa lalu yang buruk sehingga berdampak pada apa yang dilakukan di masa sekarang. Informan yang semuanya adalah orang yang mengalami kegagalan dalam rumah tangga dan memiliki sifat yang selalu ingin dilindungi dimanfaatkan oleh pasangan untuk menjadikannya sebagai pelengkap dalam hidupnya. Fenomena ini juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori feminisme radikal dimana Feminisme radikal berdasarkan pada dua keyakinan sentral, pertama bahwa wanita memiliki nilai positif sebagai wanita. Hal ini diyakini sebagai ketegasan untuk menentang apa yang mereka katakan sebagai devaluasi perempuan universal. Kedua, bahwa wanita dimanapun berada ditindas oleh sistem patriarki. Feminisme radikal melihat bahwa di dalam struktur masyarakat yang paling mendasar terdapat penindasan dimana orang-orang tertentu melakukan penindasan kepada orang lain. Dalam hal ini pasangan berpasrtisipasi dalam sistem patriarki. Pasangan di sini belajar memandang hina orang lain, memandang mereka bukan sebagai manusia dan belajar untuk mengendalikan mereka.

Pasangan menciptakan dan melanggengkan patriarki, tidak hanya dikarenakan memiliki sumber daya namun juga memiliki kepentingan nyata untuk menjadikan perempuan sebagai pelayan yang akan selalu mengalah. Perempuan merupakan tenaga kerja yang bermanfaat. Dapat digunakan oleh pasangan sebagai penghias kekuasaan dalam status sosial. Perempuan yang dikendalikan baik dan hati-hati oleh pasangan agar menjadi pendamping yang menyenangkan, sumber dukungan emosional dan meningkatkan status pasangan. Oleh karena itu dimanapun berada pasangan akan mempertahankan kepatuhan si perempuan.

Skema proses penindasan gender menurut feminisme radikal pada perempuan yang dilacurkan oleh pasangannya

Laki-laki (Suami/Pa sangan Tetap)

Penindasan berupa kekerasan dan eksploitasi

Patriarki

Perempuan yang Dilacurkan

Seperti yang telah digambarkan dalam skema diatas menunjukkan bagaimana proses suatu sistem patriarki yang telah hal penting mendasar dalam masyarakat.

Proses yang terjadi di sini dimana berawal dari modus pasangan untuk menjadikan perempuan yang bekerja sebagai PSK untuk menjadi pasangan tetapnya. Perempuan yang dilacurkan melihat adanya modus yang dilakukan oleh pasangan tersebut akan merasa bahwa kebutuhannya akan diayomi dan di jaga oleh sosok pasangan akan muncul. Pelacuran perempuan dalam tanda kutip atau lebih sering disebut sebagai pergundikan ini pun timbul dari adanya kekuasaan patriarki. Dalam hal ini, kegiatan praktik pelacuran yang dilanggengkan oleh pasangan merupakan salah satu hubungan patriarki dengan kekerasan. KESIMPULAN Dari fenomena-fenomena yang terjadi, dirumuskan ke dalam tiga fokus penelitian. Kesimpulan yang dapat diambil dari fokus penelitian dan studi yang telah dilakukan di lapangan yaitu: 1. Perempuan yang bekerja sebagai PSK harus menjalankan peran ganda sebagai istri, ibu rumah tangga dan juga PSK. Di sini istri yang dilacurkan mengalami kesulitan dalam menjalankan peran ganda tersebut dikarenakan antara peran satu dengan lainnya tidak berkaitan. Kewajiban seorang perempuan yang berperan sebagai istri di sini begitu sulit karena harus menjalankan perannya sesuai dengan perintah pasangannya/suami. 2. Pada saat menjalankan peran gandanya, istri banyak melakukan hal yang memicu terjadinya konflik antara dirinya sendiri dengan suaminya. Konflikkonflik yang timbul pada keluarga istri yang dilacurkan ini

berasal dari

ketidakseimbangan antara peran yang harus dijalani, diri perempuan sendiri dan juga suami sebagai penguasa istri. 3. Modus dan peranan suami dalam kegiatan pelacuran ini serta bentuk-bentuk penindasan dan eksploitasi yang diterima oleh istri yang dilacurkan. Modus yang dilakukan dalam kegiatan ini berupa ajakan suami pada masa dahulu untuk tinggal bersama dan merawat sang istri serta membebaskannya dari germo sebelumnya. Dalam hal ini terjadi penindasan yang diterima oleh istri yang dilacurkan. Penindasan tersebut kemudian dilakukan dalam bentuk eksploitasi-eksploitasi terhadap perempuan atau istri. SARAN Teori feminisme penindasan gender yang terdiri dari teori psikoanalisis dan teori feminisme radikal memiliki beberapa kelemahan sehingga memerlukan teori-teori lain sebagai pisau analisis agar menghasilkan analisis yang beragam. Studi ini juga bisa digunakan sebagai acuan baru untuk studi-studi terkait selanjutnya. Beberapa hal yang dapat diambil sebagai langkah untuk menangani permasalahan pelacuran khususnya pada kasus istri yang dilacurkan ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kesadaran serta keberanian perempuan akan pentingnya pengetahuan tentang feminisme utamanya penindasan gender melalui kegiatan sosialisasi maupun simulasi agar perempuan menjadi lebih sadar

gender

dan

memiliki

keberanian

untuk

mengapresiasi

dan

mengakstualisasikan dirinya serta melawan berbagai penindasan yang dilakukan oleh laki-laki. 2. Perlu dilakukan usaha yang lebih mendalam oleh pemerintah seperti memberikan sosialisasi secara intensif dalam jangka waktu yang cukup lama kepada para PSK, germo dan pemegang peran dalam kegiatan pelacuran

mengenai

pekerjaan

mereka

yang

tidak

seharusnya

dilanggengkan. Kemudian, memberikan pekerjaan pengganti kepada mereka berupa pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka dan pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang lebih menjanjikan diatas mereka hanya bekerja sebagai tukang jahit, pembantu rumah tangga dan pekerjaan kasar lainnya. 3. Perlu disosialisasikan kembali kepada masyarakat agar mampu menerima mereka seperti orang biasa, dan seperti yang kita ketahui hal tersebut adalah sulit. 4. Masalah pelacuran yang begitu kompleks dalam hal ini sangat terkait dengan adanya migrasi gelap, masyarakat miskin, pemukiman kumuh, pengangguran dan perdagangan perempuan dan anak. Hal mendasar yang sangat penting untuk ditangani adalah permasalahan diatas. Menekan masuknya pendatang agar kegiatan migrasi dapat dikontrol secara maksimal.

5. Adanya lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang kerap melakukan sosialisasi masuk ke desa-desa dan melakukan FGD kepada masyarakat utamanya perempuan dan anak agar tidak mudah tertipu dengan orangorang sekalipun itu adalah teman dan lembaga-lembaga penyalur tenaga kerja. 6. Memperketat peraturan mengenai pernikahan dan menekan angka perceraian

Daftar Pustaka Buku Budiman, Arief, 1984. Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pembahasan Sosiologis Tentang Peran Wanitta dalam Masyarakat, Jakarta: Gramedia Jakarta Brooks, Ann, 2011. Posfeminisme dan Cultural Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Jakarta: Jalasutra Kartini, Kartono, 2009. Patologi Sosial:Jilid 1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Prof. Dr. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir P ostmodern,Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Suyanto, Bagong. 2012. Anak Perempuan Yang Dilacurkan: Korban Eksploitasi di Industri Seksual Komersial. Yogyakarta: Graha Ilmu Suyanto, Bagong, Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan Edisi Revisi, Jakarta: kencana Media Prenada Group Jurnal dan Skripsi Ayu, Nimas. Hadi, Cholichul, Hubungan antara Konflik Peran Ganda(Work Family Conflict) dengan Kepuasan Kerja pada Karyawati bagian Produksi PT.X, Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 127 Vol.1 No.02 , Juni 2012 Juwita, Elanda. Pekerja Seks Komersial Yang Berkeluarga, Studi Kasus Pekerja Seks Komersial Di Surabaya Dalam Membagi Perannya Menjadi Seorang Ibu Sebagai Pilihan Rasional. Jurnal Fisip Universitas Airlangga Greenhaus dan Beutell(1985) dalam Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 127 Vol.1 No.02 , Juni 2012

Jurnal Politik Muda, Vol 2 No.1, Januari-Maret 2012, hal 300 Rahmat, Pupu Saeful. Penelitian Kualitatif, (Jurnal Equilibrium, Vol 5, No.9, Januari-Juni 2009) Sosiologi 2011(Kelompok 9). Deskripsi Kehidupan Masyarakat Pemukiman Kumuh: Studi pada Masyarakat Pemukiman Kumuh di Pinggiran Kali Jagir, Kota Surabaya. 2013 Utami, Mardina Dyah. Manajemen Konflik Pada Wanita Pekerja Seks Komersial Yang Berkeluarga Sebuah Studi Kualitatif Dengan Pendekatan Fenomenologis, 2010. Intisari Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Hal 5 Rahmat, Pupu Saeful. Penelitian Kualitatif, (Jurnal Equilibrium, Vol 5, No.9, Januari-Juni 2009) hal.5 Website http://megapolitan.kompas.com/read/2009/07/01/1647577/melacur.untuk.hidupi.pasa ngan.siri.2Rabu, 1 Juli 2009 | 16:47 WIB diakses pukul 22.15 tanggal 11 Maret 2014 Tira, Mensos: Masalah Pekerja Seks Komersial di Jatim dituntaskan Tahun 2013 Dalam (http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1530) http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1530 diakses pukul 13.27 WIB tanggal15-03-2014 http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 23456789/33809/5/Chapter%20I.pdf diakses pada 13.34 WIB tanggal 15-3-2014 http://regional.kompas.com/read/2011/08/04/18362631/Terbongkar.Pelacuran.Tersel ubung.di.Medan Diakses pada 13.40 WIB tanggal 15-03-2014 http://www.kisuta.com/20130828-perempuan-di-bawah-umur-dilacurkan-ke-belasanlelaki-hidung-belang Rabu, 28 Agustus 2013 22:38 wib diakses pukul 22.02 tanggal 11 Maret 2014 28/08/2013