KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMEN SOFT DIPLOMACY DALAM

Download Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya tayangan Kartun Upin dan Ipin,. Malaysia mampu membangun citranya kembali dimata internasi...

1 downloads 883 Views 1MB Size
KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMEN SOFT DIPLOMACY DALAM HUBUNGAN MALAYSIA - INDONESIA

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional

Oleh: NUR RAHMI RAMADHANI RAUF E 131 14 017

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

HALAMAN PENGESAHAN

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ii

ABSTRAK Nur Rahmi Ramadhani Rauf, E13114017 dengan judul skripsi “Kartun Upin dan Ipin Sebagai Instrumen Soft Diplomacy Dalam Hubungan Malaysia – Indonesia”. Di bawah bimbingan Muhammad Nasir Badu sebagai pembimbing I, dan Burhanuddin sebagai pembimbing II, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Penelitian ini menggambarkan tentang hubungan Malaysia dan Indonesia sebagai negara serumpun yang sering mengalami konflik di bidang kebudayaan. untuk mengatasi hal tersebut, Malaysia menggunakan Kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen soft diplomasy dalam membangun citra yang baik terhadap Indonesia. Pembahasan difokuskan kepada hubungan terhadap Malaysia dan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen soft diplomacy dalam hubungan Malaysia terhadap Indonesia serta pengaruhnya sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia. Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah DeskriptifAnalitik. Adapun teknik pengumpulan data, penulis memperoleh dari wawancara dan studi pustaka yang menelaah sejumlah buku, jurnal, dokumen, dan artikel ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya tayangan Kartun Upin dan Ipin, Malaysia mampu membangun citranya kembali dimata internasional secara umum dan Indonesia secara khusus. Hal ini di buktikan dengan adanya anggapan publik Indonesia yang sangat menerima tayangan ini sebagai media dalam perbaikan hubungan kedua negara. Malaysia mampu mendeskripsikan kebudayaan negaranya melalui Kartun Upin dan Ipin. Sebagai negara tetangga yang serumpun dengan memiliki budaya yang hampir sama, Malaysia tak lupa memasukkan perwakilan Indonesia melalui karakter Susanti ke dalam Kartun tersebut sebagai bentuk penghargaan hubungan Indonesia dengan Malaysia. Kata kunci: Soft diplomacy, Kartun Upin dan Ipin, Malaysia, Indonesia

iii

ABSTRACT Nur Rahmi Ramadhani Rauf, E13114017, with the thesis title “ Upin and Ipin Cartoon as Soft Diplomacy Instrument in Malaysia-Indonesia Relation”. Under the guidance of Muhammad Nasir Badu as advisor I and Burhanuddin or advisor II. Department International Relations, Hasanuddin University. This research describes the relation of Malaysia and Indonesia as Cognate state that often been in cultural conflict. In order to handle the problem. Malaysia uses Upin and Ipin cartoon as soft diplomacy instrument in create a good image toward Indonesia. this research focus on the relation of Malaysia and Indonesia. The objective of this research to see Upin and Ipin cartoon as soft diplomacy instrument in relation of Malaysia and Indonesia, and the influence before and after Upin and Ipin cartoon screen in Indonesia. Type of research used is descriptive-analytic. Data collection technique used through interview and library research with the used of books, journals, documents, and scientific article. The result of this research show that bye the existence of Upin and Ipin cartoon. Malaysia is able to create its new image in international public generally and Indonesia specifically. This thing proof by the opinion of Indonesia‟s public very accepting this cartoon as the media in re-approachment of the two states. Malaysia able to describe its culture through Upin and Ipin cartoon. As neighboring countries and having similarities in culture, Malay is also including Indonesia‟s representative. Through the character of susanti into the cartoon as appreciation in the relation of Indonesia and Malaysia. Key words: Soft Diplomacy, Cartoon Upin and Ipin, Malaysia, Indonesia.

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan begitu banyak karunia dan telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk perolehan gelar sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Sejak awal hingga akhir, penulisan skripsi ini telat melewati banyak rintangan dan hambatan tersebut Alhamdulillah dapat penulis lalui dengan usaha, semangat, dan doa, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda Abd. Rauf S. yang selalu memberikan dukungan berupa motivasi saat penulis telah merasa putus asa dalam mengerjakan skripsi ini. terima kasih bapak. Ibunda Nurhayati Lili yang selalu bangun sholat tengah malam sampai hari ujian untuk mendoakan anaknya agar diberikan kemudahan dan selalu memberi dorongan agar tidak terlalu memikirkan segala macam hal yang akan jadi hambatan dalam kesuksesan penulis kelak. Thank you so much dad and mom. Menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki, maka penulis mengatakan bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan masih harus dibenahi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulisan skripsi ini mengalami begitu banyak kendala dan halangan hingga penulisan diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan dan motivasi hingga skripsi ini dapat dirampungkan. 1. Ibu Rektor Universitas Hasanuddin beserta jajarannya. 2. Bapak Dekan Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta jajarannya. 3. Bapak Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, H.Darwis, MA, Ph.D. 4. Bapak Muhammad Nasir Badu, Ph.D sebagai pembimbing I dan Bapak Burhanuddin, S.Ip, M.Si sebagai pembimbing II. 5. Seluruh staf pengajar Jurusan Ilmu Hubungan Internasional atas segala ilmu yang telah diberikan dari semester awal hingga akhir. 6. Kak Rahma dan Ibu Tia atas semua bantuan dan nasehatnya. 7. Keluarga besar di Makassar dan Bone yang selalu memberikan dukungannya lewat telepon dan via Whats App. Kedua kakak saya, Ardi dan Asdi yang selalu memberikan bantuan finansial dan support dalam proses pembuatan skripsi ini. 8. Tirza Mahardani dan Zulmi Zuliansyah, yang sangat berjasa dalam pembuatan skripsi ini, terimakasih atas masukan dan sarannya. Semoga cepat selesai mengurus skripsi dan cepat wisuda. 9. Anak-anak Montoks. Ani Rahmadani, terimakasih karena sudah bersedia menampung saya di kost selama pembuatan skripsi ini, mengajari saya memasak, mendengarkan curhatan saya, keluh kesah saya, memberikan motivasi dan mengurangi beban pikiran v

saya. Ama ayu Sophia (Utshop), I always remember youuu. Seseorang yang sangat menderita karena ada di dekat saya. Selalu saya minta tolongi buat antar sana-sini walau kena tilang, kena banjir, panas dan sampai sakit gara-gara terserempet mobil dan pete-pete. Firaa teman dietku, selalu beri saya motivasi bahwa saya bisa untuk selesaikan ini skripsi dengan cepat. Selalu ajar saya untuk tidak terlalu pusing about LOVE. Inggi, terimakasih karena meski jauh dukungan dan saranmu selalu buatka kuat dikala sedih dan terpuruk hadapi rutinitas kampus. Semangat guys!, semoga cepat nyusul juga. Maaf duluanka sarjana hehehe 10. Arya arham, terimakasih atas waktu dan jasanya yang selalu dampingika sampai tahap akhir penulisan. Dukungan dan motivasi yang selalu diberikan, seseorang yang selalu mengingatkan saya agar tidak pernah tinggalkan sholat walau sesibuk apapun. 11. Nisa, kiki, Ija, Indah, Rani, Febe, Gandi teman seperjuangan saya menghadapi segala rintangan yang muncul dari awal pembuatan skripsi sampai akhirnya lulus juga. Kak tillaa, salah satu orang yang selalu bantuka dalam pengurusan berkas skripsi. Terima kasih atas waktu dan jasata. Maaf jika sampai akhir perjuangan ini saya masih sering menyusahkan kalian, baik itu meminta informasi atau saran-saran lainnya. Terima kasih banyak semua, sukses selalu teman-teman . Akhirnya sarjana juga. Yeay!!! 12. Buat Informanku, Kak Tilla, Ais, Anna dan adiknya, serta kak Tira. Berkat kalian analisisku telah terbukti dan mengantarkan saya ke meja ujian hingga dinyatakan lulus. Terima kasih banyakkkk! 13. Terimakasih kepada Andi Qoanita yang telah berbaik hati meminjamkan beberapa bukunya untuk data pendukung saya. Semoga skripsinya bisa cepat selesai juga dengan cepat. Aminn 14. Buat Sahabat-sahabat saya dari kecil, chicu fitria, andi batari, dewi, adinda, riri, ardi, asis, ari, andi askar, andar dan semua yang saya tidak bisa sebutkan namanya. Serta teman-teman dari KKN angkatan 96 takalar Kec. Mangara Bombang, terima kasih saya ucapkan buat kalian semuanya yang telah menyemangati saya agar cepat-cepat sarjana, 15. AGRESI 2014: felix, dede, tiwi, aul, devina, para ukhti, anita, ica chan, ica isra, arbi, rizaldi, tina, marwah, wulan, dika, batara, Angkooo, teguh, hadi, Mario, Wira, hendro, dan semua yang tidak bisa saya sebutkan namanya terima kasih atas segala bantuan, dukungan, serta doa kalian selama ini, terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku yang sudah seperti keluarga dalam kampus. Keep our spirit and do not ever forget each other guys!. 16. Senior-senior dan junior-junior yang baik hati, kak rian, kak Ino, kak Viko, Kak Aufar, kak dila, kak Ai, kak Enggra, adik Iam, april, henny, fia, ana, dan yang lainnya Terimakasih untuk saran-saran, dukungan dan infonya selama ini.

Nur rahmi ramadhani rauf

Penulis vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................................

ii

ABSTRAK .........................................................................................................................

iii

ABSTRACT ......................................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

v

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vii BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................

1

BAB II

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................. 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 7 D. Kerangka Konseptua ................................................................................... 8 E. Metode Penelitian ........................................................................................ 12 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 15

A. Konsep Soft power ...................................................................................... 15 B. Konsep Diplomasi Publik ........................................................................... 20 C. Konsep Budaya Populer ............................................................................. 27 D. Penelitian-penelitian terdahulu .................................................................... 33 BAB III KARTUN UPIN DAN IPIN DAN HUBUNGAN MALAYSIA-INDONESIA ............................................................................................................................ 36 A. Film Kartun Upin dan Ipin .......................................................................... 36 1. Profil Film kartun Upin dan Ipin ........................................................... 36 2. Multikulturalisme Malaysia sebagai komoditas .................................... 41 B. Hubungan Malaysia – Indonesia ................................................................. 45 1. Bidang pendidikan dan Sosial Budaya .................................................. 50 2. Bidang Ekonomi ................................................................................... 52 3. Bentuk-bentuk Upin dan Ipin di Indonesia .......................................... 53 BAB IV KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMENT SOFT DIPLOMACY DALAM HUBUNGAN MALAYSIA-INDONESIA ..................................................... 57 A. Kartun Upin dan Ipin digunakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia ..................................................................................................................... 57 1. Kepopuleran Kartun Upin dan Ipin di Indonesia ................................ 58 2. Tokoh Susanti sebagai representasi Indonesia ..................................... 61 3. Dukungan Malaysia terhadap Kartun Upin dan Ipin .......................... 62 B. Pengaruh hubungan Malaysia dan Indonesia sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia ...................................................................... 63 1. Hubungan Indonesia dengan Malaysia sebelum Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia ............................................................................. 63 2. Hubungan Indonesia dengan Malaysia setelah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia ............................................................................. 65 vii

BAB V

PENUTUP ........................................................................................................ 69

A. Kesimpulan.................................................................................................. 69 B. Saran ........................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 72 LAMPIRAN ………………………………………………………………………….

76

Lampiran 1: List pertanyaan .............................................................................. 76 Lampiran 2: Catatan lapangan 1 ........................................................................ 77 Lampiran 3: Catatan lapangan 2 ........................................................................ 80 Lampiran 4: Catatan lapangan 3 ....................................................................... 82 Lampiran 5: Catatan lapangan 4 ....................................................................... 85 Lampiran Gambar: Data dokumentasi lapangan ............................................ 87

viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap pemerintah negara lain (Suryokusumo, 2004). Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosial-budaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang digunakan di situasi apapun dalam hubungan antar bangsa untuk menciptakan perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara. Munculnya soft power sebagai salah satu bentuk power selain hard power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan pelaksanaan soft diplomacy dengan menggunakan aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan soft diplomacy melibatkan berbagai kalangan aktor non-Pemerintahan. Oleh karena itu, soft diplomacy merupakan bentuk nyata dari penggunaan instrument selain tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi. Maka dari itu,

1

platform politik luar negeri dilakukan melalui soft diplomacy, seperti apa yang di lakukan oleh Malaysia Melalui produk Industri kreatifnya film Kartun Upin dan Ipin. Film Kartun Upin dan Ipin merupakan produk yang di keluarkan oleh salah satu perusahaan industri film animasi Malaysia yaitu Les‟ Copaque Productions, memiliki pola yang hampir sama dengan penyebaran film animasi Jepang (Anime) yaitu memasukkan ciri khas kebudayaan dari negara Malaysia. Kemunculan film kartun ini mengikuti arus dari tujuan Malaysia yaitu menjadikan Malaysia menjadi negara maju (Wawasan 2020) dengan menggunakan konsep Truly Asia. Wawasan 2020 ialah sebuah wawasan kerajaan Tun Dr Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Malaysia ketika itu, yang bertujuan untuk meningkatkan Malaysia menjadi sebuah negara perindustrian dan negara maju sepenuhnya menjelang tahun 2020 baik itu di bidang ekonomi, bidang politik, budaya, kerohanian, psikologi, serta juga panduan nasional dan sosial. Semua ini melibatkan persoalan keadilan sosial, kestabilan politik, system kerajaan, mutu hidup nilai sosial dan agama, maruah bangsa serta keyakinan (Wikipedia). Sedangkan Truly Asia merupakan Tagline yang digunakan sebagai marketing campaign oleh Malaysia Tourism Board, Malaysia Truly Asia menjadi brand yang dipakai negeri Jiran untuk mempromosikan pariwisatanya, yang di luncurkan sejak tahun 1999. Perkembangan yang sangat pesat terjadi pada salah satu produk industri Multimedia Malaysia yaitu melalui Kartun Upin dan Ipin menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft diplomacy yang mampu membangun citra Malaysia dan mendukung peningkatan posisi Malaysia di forum internasional secara umum dan Indonesia secara khusus.

2

Hubungan diplomatik Malaysia dan Indonesia secara resmi telah terjalin sejak tahun 1957 (Yakub, 2013). Hubungan Malaysia dan Indonesia pada prinsipnya merupakan hubungan bilateral yang unik. Dikatakan unik karena hubungan antara kedua negara tetangga ini merupakan hubungan yang disatukan tidak hanya kedekatan aspek geografis saja. Berada dalam sebuah rumpun Melayu, menjadikan Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan yang erat dalam hal tradisi, budaya, kekerabatan, dan sejarah yang dekat antara kedua negara. Tak bisa dipungkiri bahwa hubungan antara Indonesia dan Malaysia masih mengalami pasang surut keharmonisan. Berbagai persoalan pelik sering kali dijadikan alasan bagi kedua negara tersebut dalam memicu pertikaian antara keduanya. Masalah tersebut dapat dipicu soal budaya, wilayah perbatasan, persepsi yang berbeda tentang kawasan, serta soal para pekerja Indonesia di Malaysia. Terlebih lagi permasalahan kecil dan sepele mengenai permainan pertandingan sepak bola juga sering kali memberikan luapan kebencian antar negara tersebut. Seiring berjalannya waktu, penyelesaian konflik dan pertikaian yang dulunya diaplikasikan melalui perang terbuka maupun perang dingin kini telah bergeser ke arah penyelesaian masalah dengan cara damai (soft diplomacy). Diplomasi dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhannya. Penyelesaian masalah dengan mengedepankan unsur perdamaian dapat ditempuh dengan banyak cara. Terdapat Sembilan jalur diplomasi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah atau untuk menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan negara tujuan (Diamond & McDonald, 1996). Kesembilan jalur yang sering disebut dengan multi-track diplomacy tersebut adalah Pemerintah, Non-Government atau orang yang professional, bisnis, individu (warga negara), penelitian pelatihan dan edukasi, aktivisme agama, pendanaan dan

3

yang terakhir adalah komunikasi dan media. Penggunaan diplomasi ini merupakan upaya dalam mengedepankan soft power daripada hard power. Artinya bahwa negaranegara cenderung menggunakan cara damai dalam menyelesaikan permasalahannya. Melihat konflik antara Indonesia dan Malaysia yang masih berkelanjutan, aktornon-negara yakni pegiat seni di Malaysia menciptakan suatu karya seni peran yang menggambarkan hubungan keserumpunan Malaysia dan Indonesia dengan memasukkan unsur budaya kedua negara. Film Kartun Upin dan Ipin mengangkat isu Multikulturalisme masyarakat Malaysia yang dikemas dengan penuh makna dan menonjolkan nilai-nilai kebudayaan dan Keseharian Masyarakat Malaysia yang di dalamnya terdapat nilai bernuansa mendidik, rasa toleransi, rasa saling menghargai, dan menghormati perbedaan yang ada. Kemunculan film sebagai alat yang digunakan untuk diplomasi tidak terlepas dari peran globalisasi yang semakin kompleks. Di era globalisasi ini, dunia seakan tidak ada batasnya lagi (borderless) sehingga peluang kemunculan aktor lain dalam penyebaran nilai akan semakin besar. Menurut David Harvey, globalisasi adalah pengompresan ruang dan waktu (Harvey, 1998). Maksud dari pernyataan David Harvey tersebut adalah seluruh aktor dalam Hubungan internasional dapat berinteraksi dan tidak ada yang dapat membatasi lagi. Termasuk penyebaran nilai yang ingin disampaikan kepada masyarakat global. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang dibuat untuk menyampaikan pesan sesuai dengan tujuan yang dibuat. Dengan melihat film kita dapat memperoleh informasi serta dapat mengartikan tanda terselubung yang digambarkan atau ditampilkan tentang realitas tertentu. Film dibuat sebagai bentuk respon dari suatu permasalah yang terjadi. Hal yang paling utama adalah film dapat

4

menjangkau populasi dalam jumlah besar tanpa dibatasi ruang dan waktu secara cepat (Mcquail, 2011). Maka dari itu sangat dibutuhkan diplomasi publik untuk menjaga hubungan kedua negara terlebih kepada publik kedua negara agar merubah pimikiran atau presepsi negatif tersebut. Adanya tayangan kartun dari perusahaan animasi asal Malaysia yang tayang di televisi Indonesia adalah salah satu bentuk diplomasi publik untuk merubah opini publik lebih positif dan juga memberikan pandangan lain terhadap hubungan kedua negara yang diharapkan. Upin-Ipin memang hadir terlepas dari isu konflik kedua negara karena munculnya serial kartun UpinUpin memang ditujukan sebagai tayangan hiburan. Bahkan Kehadiran serial tayangan Upin-Ipin sejatinya menjadi obat penawar sekaligus media bagi terwujudnya kembali hubungan baik kedua negara. Adanya Peran karakter dalam serial kartun inipun juga perlu di perhatikan karena membawa unsur persaudaraan antara Malaysia dan Indonesia. Film ini tidak hanya menunjukkan keadaan Kulturalisme masyarakat Malaysia namun ada banyak elemen-elemen penting yang disisipkan melalui adegan-adegan yang diperankan oleh para pemain. Ada banyak nilai-nilai penting yang ditanamkan atau yang disampaikan melalui film ini. Nilai-nilai yang disampaikan dapat menjadi bahan rekomendasi kepada kedua negara bahwa permasalahan yang terjadi diantara kedua negara dapat diselesaikan melalui pengadopsian nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai ini yang kemudian menjadi bahan diplomasi yang dapat diberikan melalui seni peran yang diperlihatkan melalui film. Diplomasi tidak harus dilakukan melalui tatap wajah, bersalaman, dan menuturkan kata-kata manis saat bertemu namun diplomasi dapat dilakukan melalui media film dengan harapan pesan yang disampaikan dalam setiap adegan dapat membekas dalam jiwa penonton.

5

Mengambil contoh terhadap kerjasama dengan negara tetangga, pada tahun 2007, Upin dan Ipin telah menjadi salah satu langkah baru negara Malaysia untuk mempromosikan kebudayaannya terhadap Indonesia, hal ini terbukti dengan tingginya angka TVR (TV Rating) untuk tayangan animasi ini dibandingkan dengan tayangan lainnya di saluran televisi yang ada di Indonesia. Popularitas Upin dan Ipin di tandai dengan maraknya produksi dan penjualan marchendise Upin dan Ipin di Indonesia banyak dipasarkan dan mudah ditemukan di pusat-pusat perbelanjaan di Indonesia. Mulai dari kaki lima, pedagang emperan, pasar tradisional, toko-toko baju, hingga mall-mall besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan suksesnya tayangan kartun Upin dan Ipin di Indonesia, sehingga dua tokoh anak kecil ini disukai oleh banyak masyarakat Indonesia. Perkembangan popularitas Upin dan Ipin didukung oleh peran sinkronisasi antara aktor negara, yakni Pemerintah Malaysia itu sendiri dengan aktor non-negara seperti para pelaku bisnis, penggiat seni, masyarakat, dan media. Dengan adanya tayangan Upin dan Ipin, Malaysia ingin menggambarkan kepada publik nilai-nilai kebudayaan yang ia tuangkan kedalam film tersebut sebagai upaya pembangunan citra ataupun nation-branding Malaysia. Adapun pembangunan citra dinilai penting untuk menciptakan ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat hubungan bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum internasional. Berdasarkan pandangan tersebut dan semakin banyaknya penggemar Kartun Upin dan Ipin di Indonesia, dan di dukung dengan landasan Wawasan 2020 Malaysia serta kerjasama di bidang sosial dan budaya antara pemerintah Malaysia dan Indonesia dengan melibatkan peran aktor non negara dalam soft diplomacy tersebut melandasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Kartun Upin dan Ipin sebagai Instrument Soft Diplomacy dalam hubungan Malaysia-Indonesia”.

6

B. Batasan dan Rumusan masalah Untuk lebih memudahkan pembahasan ini, penulis hanya mengkaji film kartun Upin dan Ipin sebagai instrument soft diplomacy dalam hubungan Malaysia dan Indonesia, dari awal masuknya film animasi Upin dan Ipin di Indonesia hingga sekarang. Maka, rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah: 1. Mengapa kartun Upin dan Ipin digunakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia? 2. Bagaimana hubungan Malaysia dan Indonesia sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia? C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengapa kartun Upin dan Ipin digunakan sebagai instrumen soft diplomacy bagi Negara Malaysia. b. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana hubungan Malaysia dan Indonesia sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia? 2. Kegunaan penelitian a. Apabila tujuan di atas tercapai, maka penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa Hubungan Internasional maupun mahasiswa lainnya yang mempunyai perhatian dan minat yang sama dalam menggunakan serial animasi seperti Upin dan Ipin sebagai bentuk soft diplomacy dalam hubungan Indonesia dan Malaysia serta perkembangan dengan Negara tetangga lainnya. b. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan suatu masukan kepada setiap elemen yang berminat membahas topik yang sama maupun

7

berhubungan dengan menggunakan animasi sebagai instrument Soft diplomacy bagi sebuah negara. D. Kerangka konseptual 1. Soft power Peningkatan kebutuhan suatu negara untuk terus saling berinteraksi dan melakukan hubungan kerjasama dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya yang semakin beranekaragam dan berubah seiring waktu apalagi dalam berkehidupan internasional, negara satu sama lain saling membutuhkan untuk mencapai kepentingan ataupun tujuan politik luar negeri mereka maka dilakukan hubungan kerjasama secara bilateral. Hubungan bilateral merupakan hubungan timbal balik antar dua negara. Hubungan bilateral yang dijalin meliputi berbagai isu di bidang politik, militer, pertahanan dan keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan yang dibangun melalui kesamaan kepentingan dan persepsi. Dalam memahami konsep hubungan bilateral, (Kusumohamidjojo, 1987) menyatakan pengertian hubungan bilateral adalah: Suatu bentuk kerjasama diantara dua negara baik yang berdekatan secara geografis maupun yang jauh dari seberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan kerjasama politik kebudayaan dan struktur ekonomi. Dengan demikian, hubungan bilateral tersebut dijalin tanpa mempermasalahkan letak geografis suatu negara namun bagaimana kedua negara dapat berinteraksi untuk memenuhi kepentingan nasional di berbagai bidang. Hubungan bilateral yang dijalin tersebut tentunya dilandasi dengan adanya kepentingan nasional yang ingin dicapai. Soft power adalah sebuah konsep yang dikenalkan oleh Joseph S. Nye. Dalam konteks ini, kata “soft” diartikan sebagai “halus” sementara kata “power” menurut Joseph Nye adalah kemampuan suatu pihak untuk melakukan sesuatu, sehingga

8

pengertian konsep ini dapat dilihat sebagai kekuatan yang dimiliki oleh suatu pihak untuk melakukan persuasi dalam diplomasi daripada melakukan koersi atau menggunakan uang untuk mempengaruhi pihak lain. Sumber-sumber soft power suatu negara dapat diperoleh dari budaya, ide-ide politik, dan kebijakan negara tersebut (Nye, 2004). Soft power merupakan konteks yang cocok dalam membahas Malaysia, soft power yang dimiliki oleh Malaysia terkait dengan konteks tulisan ini adalah budaya modern dalam bentuk film serial animasi (kartun). Salah satu serial film animasi tersebut adalah Upin dan Ipin dimana merupakan produk pop culture yang telah dikenal oleh masyarakat mancanegara dan telah turut berperan dalam membawa nama Malaysia sehingga film Upin dan Ipin ini dapat dikatakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia. Selain itu, soft power milik Malaysia ini telah diatur dalam kebijakan national creative industry policy yang dikeluarkan oleh Kementrian Komunikasi dan Multimedia Malaysia. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan bahwa industri kreatif tetap dinamis dan kompetitif dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kebudayaan nasional. Juga agar dapat berkompetisi dalam skala internasional. Dengan kelahiran Wawasan Malaysia 2020 dan konsep Truly Asia, pemerintah mengampanyekan keragaman masyarakat Malaysia baik di dalam maupun luar negeri. 2. Diplomasi Publik Diplomasi publik mempunyai pengertian sebagai upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara terhadap publik sendiri maupun masyarakat internasional untuk memperbaiki citra. Diplomasi Publik adalah sebuah bentuk diplomasi yang dilakukan bukan oleh seorang duta yang merupakan perwakilan resmi

9

suatu negara di negara lain. Orang itu dapat berprofesi sebagai seniman, politisi, pemuka agama, atau bahkan orang biasa. Konsep mengenai public diplomacy merupakan pengembangan dari konsep soft power yang juga bisa dilakukan oleh kelompok kepentingan dan bisa jadi merupakan kegiatan yang di sponsori oleh pemerintah untuk kepentingan Negara (Snow & Thailor, 2009). Public diplomacy menjadi sangat mungkin dilakukan pada saat ini seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung terjadinya globalisasi, di mana manusia lebih mudah untuk melintasi batas negara, sehingga diplomasi dapat mengarah pada manajemen hubungan antar negara dan aktor hubungan internasional yang lain yang bukan Negara. Dalam tulisan ini, budaya, atau lebih tepatnya pop culture, menjadi salah satu poin penting dalam diplomasi publik yang dilakukan oleh Malaysia melalui instrumennya, yakni film animasi yang dapat menyentuh masyarakat luas di luar Malaysia. Diplomasi publik dapat dilakukan oleh siapa saja oleh masyarakat maupun perusahaan terlepas dari aktor negara dalam diplomasi tersebut. Hal ini seperti yang dilakukan perusahaan non goverment asal Malaysia yang bergerak dalam pembuatan film animasi serial kartun Upin dan Ipin. Adapun Diplomasi publik yang dilakukan oleh perusahaan Les Copaque yaitu dengan menayangkan Upin dan Ipin di negara Indonesia dan memasukkan unsur budaya dalam setiap serial kartun. Di Indonesia sendiri perusahaan seperti MNC tv dan DNA kreatif adalah perusahaan yang berkerja sama dengan perusahaan asal Malaysia tersebut. Film serial kartun Upin-ipin dapat dikatakan sebagai bentuk diplomasi karena dalam penyampaianya pun telah di setting untuk memperkenalkan budaya ketimuran seperti bahasa melayu khas Malaysia dan permainan traditional dalam setiap alur cerita. Diplomasi yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia melalui karakter

10

kartun Upin dan Ipin ini salah satunya dapat di lihat dari bahasa yang dipakai dalam film ini. Adapun beberapa yang juga diperhatikan yaitu melalui penokohan karakter serial kartun Upin dan Ipin yang mencerminkan pesan-pesan pemersatu dan toleransi antar bangsa. Serial Kartun Upin dan Ipin adalah salah satu bentuk pencapaian agar publik di Indonesia lebih menangkap pesan – pesan toleransi dan dapat merubah opini publik lebih positif. 3. Budaya populer Storey (2003), mengungkapkan bahwa budaya merupakan perkembangan, intelektual, spiritual, estesis; pandangan hidup dari masyarakat, periode atau kelompok tertentu; dan karya dan praktek intektual, terutama aktivitas artistik. Dengan demikian ruang lingkup budaya dapat meliputi, aktivitas seni, sastra, pendidikan, hiburan, olahraga, organisasi, wilayah, orientasi seksual, politik, etnis, dan upacara/ ritual religiusnya, serta aktivitas artistik budaya popular, seperti puisi, novel, balet, opera, dan lukisan. Devinisi pop culture atau budaya popular dapat di artikan sebagai budaya yang menyenangkan dan disukai banyak orang, budaya komersial atau memiliki nilai jual dampak dari produksi massal; Contohnya sinema pop, hiburan pop, seni/budaya dll. Budaya pop merupakan budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh massa untuk dikonsumsi massa. Berasal dari pemikiran post-modernisme. Hal ini berarti pemikiran tersebut tidak lagi mengakui adanya perbedaan antara budaya tinggi dan budaya pop dan menegaskan bahwa semua budaya adalah budaya komersial . Budaya populer merupakan sesuatu yang berubah, setelah di sukai dan banyak di konsumsi ia akan segera berubah menjadi budaya yang tinggi. Begitu pula maksud dari Malaysia yang menggunakan salah satu produk negerinya yaitu film animasi Upin dan Ipin yang dianggap mampu memberikan pandangan atau gambaran umum

11

mengenai budaya – budaya yang ada di Malayasia kepada khalayak publik. Dengan tujuan untuk meningkatkan citra positif di mata dunia khususnya Indonesia. Definisi industri kreatif dalam konteks Malaysia ialah penggemblengan dan penghasilan kebolehan dan bakat individu atau perkumpulan berasaskan kreativiti, inovasi dan teknologi yang menjurus kepada sumber keberhasilan ekonomi dan pendapatan tinggi kepada negara dengan memberi penekanan kepada aspek karya dan hak cipta intelek selaras dengan budaya dan nilai-nilai murni masyarakat di Malaysia. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe Deskriptif-Analitik. Deskriptifanalitik merupakan tipe yang menggambarkan fenomena dengan bantuan data lalu ditarik kesimpulan. Tipe ini menggambarkan (deskriptif) urutan kejadian fenomena di bagian awal, lalu berdasarkan data yang diperoleh penulis menganalisa (analitik) fenomena yang terjadi. 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu: a. Wawancara Wawancara bisa dilakukan secara langsung (personal interview) maupun tidak langsung (telephone atau email interview). Untuk memperoleh data pendukum dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik personal interview. Personal interview yaitu wawancara secara langsung adalah dengan menginterview beberapa responden atau informan untuk memperoleh informasi terkait dengan tujuan penelitan. Responden atau informan berupa beberapa mayarakat yang

12

paham mengenai kondisi konflik yang terjadi di Indonesia dan Malaysia serta mengkonsumsi Kartun Upin dan Ipin sebagai tayangan yang patut di hargai. b. Studi pustaka Selain wawancara, teknik untuk mengumpulkan data juga di tempuh dengan menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, artikel, dan dokumen dari media elektronik dan non-elektronik. Dari hasil penelusuran bahan-bahan bacaan tersebut, penulis lalu memilah dan menyesuaikan dengan materi skripsi yang akan diteliti. Adapun tempat penelitian yang penulis kunjungi untuk memperoleh data, yaitu : a. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin b. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas c. Perpustakaan HIMAHI FISIP Unhas Langkah-langkah observasi dalam penelitian ini yaitu dengan

mengamati

fenomena proses soft diplomacy Malaysia dan Indonesia melalui media cetak dan media online. 3. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan. Sumbernya berasal dari responden atau informan. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari hasil penelusuran responden atau informan dengan menggunakan teknik penarikan sampel Bola Salju (Snow Ball). b. Data Sekunder Penelitian ini juga memerlukan penelaah yang diperoleh dari data-data sekunder. Data sekunder merupakan jenis data yang bersumber dari literatur atau bahan

13

bacaan, serta olahan dari berbagai sumber, seperti internet; buku; jurnal; dokumen; artikel; dan lain-lain. 4. Teknik Analisa Data

Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif yaitu metode penelitian untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah (Ruslam, 2014). Penelitian kualitatif tidak diperoleh melalui angkaangka

maupun

prosedur

statistik

melainkan

memahami

fenomena

lalu

mengeksplorasinya. Untuk meneliti tentang penggunaan Kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen soft diplomacy Malaysia. maka penulis menggunakan teknik penelitian kualitatif. Teknik kualitatif mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian. Tujuan penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Sehingga, penelitian ini dapat dianalisa lebih dalam setelah mengumpulkan berbagai data dan infromasi secara mendetail. 5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif, yaitu dengan menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus.

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Soft Power Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui diplomasi. Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral, regional maupun internasional. Unsur kekuatan diplomasi sangat diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan suatu negara merdeka. Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi suatu negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan baru dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain (Yoon, 2004). Pengertian diplomasi menurut Suryokusumo (2004:11-12) adalah: “Cara-cara di mana negara melalui wakil-wakil resmi maupun wakilwakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya, membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin kepentingankepentingan tertentu atau yang lebih luas dengan mengadakan pertukaran pandangan, pendekatan, kunjungan-kunjungan dan bahkan sering dengan ancaman-ancaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya” Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan nasional dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri, tentunya ditunjang oleh power yang dimiliki suatu negara. Tujuan diplomasi yang diharapkan suatu bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang membimbing bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan demikian, diplomasi yang merupakan seni, cara atau teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan dengan wakilwakil negara lain demi memperjuangkan suatu kepentingan mengalami perkembangan dari bentuk yang tradisional dengan menggunakan ancaman-ancaman menjadi

15

diplomasi yang lebih modern dengan pendekatan yang lebih lembut dan bersifat persuasif yakni dengan menggunakan soft power. Joseph Nye (2004) menyatakan pengertian Soft power adalah “getting others to want the outcomes that you want without inducements (“carrots”) or threats (“sticks”). Soft power ini sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu negara yakni militer (”carrots”) dan tekanan ekonomi (“sticks”) dimana soft power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hard power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tindakan pihak lain namun perbedaannya terletak pada perilaku dan sumber daya yang digunakan. Bentuk soft power merupakan bentuk power yang mudah menarik perhatian negara lain dengan melalui pendekatan lebih lembut dan tanpa ancaman untuk mencapai apa yang diinginkan oleh suatu negara, seperti melalui sumber daya budaya. Tabel 1: Tipe Power Type of Power Military Power

Behaviors

Primary Currencies Threats and Force

Government Policies Coercion, Coercieve deterrence, Diplomacy, war, protection alliance Economic Inducement and Payments and Aid, bribes, Power coercion sanctions sanctions Soft Power Attraction and Values, culture, Public diplomacy, agenda setting policies bilateral and institutions. multilateral diplomacy Sumber: Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.31 Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni, daya tarik budayanya, nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Budaya adalah seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu masyarakat yang mana bentuk budaya itu sendiri dapat berupa seni artistik, pendidikan, bahasa kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung nilai-nilai yang universal dan 16

kebijakan mempromosikan nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak lain maka hal tersebut dapat meningkatkan popularitas suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui budaya tersebut. Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 1, kekuatan diplomatik itu dapat dijalankan tanpa menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekuatan ataupun instrumen lain dalam penentuan kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata dari penggunaaan instrumen selain politik dan militer dalam hubungan internasional yang membawa unsur soft power dalam pengaplikasiannya. Disamping itu, dalam memainkan peran penting di era globalisasi ini dimana pelaksanaan diplomasi dimudahkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mengharuskan pemanfaatan soft power yang dimiliki suatu negara dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan nasional suatu negara melalui soft diplomacy. Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang mewakili aktivitas terkait dengan kekerasan, agresifitas, tindakan koersif, pemakaian perangkat militer dan embargo ekonomi, soft diplomacy terkait aktivitas-aktivitas diplomasi publik, image building, dan diplomasi kebudayaan. Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang sebagai bentuk diplomasi budaya seiring semakin ditinggalkannya penggunaan hard power yang dimiliki oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak berakhirnya perang dingin. Awal pelaksanaan soft diplomacy ini dimulai oleh Jepang dengan menggunakan budaya sebagai sarana mempengaruhi negara lain untuk meningkatkan citra Jepang. Komik Jepang yang dikenal dengan nama manga, film-film kartun seperti doraemon, atau animasi (populer dengan sebutan anime) seperti Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap Jepang.

17

Pada masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, pelaksanaan soft diplomacy semakin dikenal dan cenderung menjadi bentuk diplomasi utama dalam hubungan internasional kekinian. Presiden Obama melalui Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, semakin gencar mengedepankan soft power dalam kegiatan hubungan internasionalnya melalui aktivitas soft diplomacy dengan melakukan pendekatan melalui budaya. Kebijakan Amerika Serikat tersebut tentunya memberi pengaruh terhadap dinamika kegiatan hubungan internasional seiring semakin meningkatnya citra Amerika setelah beralih kekuasaaan dari mantan Presiden Bush dimana saat itu Amerika sangat identik dengan kebijakan hard power-nya. Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat mungkin untuk memikat negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan kebudayaan yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu soft diplomacy yang berwujud budaya lebih menghasilkan diplomasi yang kuat, soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama. Keberhasilan dari contoh negara Amerika serikat dan Jepang diatas, dimana negara tersebut memanfaatkan soft power yang dimilikinya dengan menggunakan film sebagai alat diplomasi, banyak dicontoh oleh negara lain, salah satunya adalah negara Malaysia. Soft power merupakan konteks yang cocok dalam membahas Malaysia, soft power yang dimiliki oleh Malaysia terkait dengan konteks tulisan ini adalah budaya modern dalam bentuk film serial animasi. Salah satu serial film animasi tersebut adalah Upin dan Ipin dimana merupakan produk pop culture yang telah dikenal oleh masyarakat mancanegara dan telah turut berperan dalam membawa nama Malaysia sehingga film Upin dan Ipin ini dapat dikatakan sebagai instrument soft diplomacy Malaysia.

18

Malaysia menjelaskan bahwa film animasi buatannya ini memiliki pola yang hampir sama dengan penyebaran film animasi Jepang (Anime) yaitu memasukkan ciri khas karakteristik kebudayaan Malaysia yaitu berupa rumah adat, pakaian, kehidupan sosial masyarakat yang ada di dalam masyarakat itu sendiri di dalam film animasi tersebut sehingga masyarakat dapat melihat Malaysia di dalam film tersebut. Ini merupakan konstruksi identitas nasional dalam animasi yang merefleksikan masyarakat dan nilai-nilai budaya dari Malaysia Selain itu, soft power milik Malaysia ini telah diatur dalam kebijakan national creative industry policy yang dikeluarkan oleh Kementrian Komunikasi dan Multimedia Malaysia. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan bahwa industri kreatif tetap dinamis dan kompetitif dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kebudayaan nasional. Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan berbagai kedekatan politik menjadi kemanfaatan ekonomi seperti melalui promosi perdagangan dan membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu, adapun senjata utama dalam pelaksanaan soft diplomacy yakni dengan menggunakan media dalam suatu event untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi informasi baik itu untuk mendidik ataupun untuk menghibur dengan menempatkan budaya, nilai dan kebijakan suatu bangsa (Scott, 2009). Kita dapat mengenal suatu masyarakat dari budayanya sehingga Berusaha untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat internasional melalui berbagai event seni dan budaya. Melalui penggunaan seni dan budaya popular sebagai soft diplomacy, Malaysia dapat menggunakan hal tersebut untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya sekaligus mengukuhkan perannya dalam dunia internasional secara umum dan Indonesia secara khusus. Soft diplomacy yang digunakan Malaysia

19

saat ini adalah melalui budaya pop yang dikenal dengan budaya Melayu yang di tuangkan ke dalam Kartun Upin dan Ipin. Di lain pihak, Menurut Hans J. Morgenthau, dalam pencapaian kepentingan nasional ditunjang oleh sembilan unsur kekuatan nasional yang mana salah satunya adalah kualitas diplomasi. Kualitas diplomasi berarti sejauh mana diplomasi tersebut mendapati kesepakatan yang menguntungkan bagi negara, setidaknya tidak mengalami kerugian dari kesepakatan yang dicapai (Hayati & Yani, 2007). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Soft diplomacy memiliki kualitas diplomasi sebagai upaya dalam pencapaian kepentingan nasional. Soft diplomacy sebagaimana berdasarkan pada tata laksana suatu diplomasi yang lebih atraktif dan persuasif dijalankan dengan menggunakan kekhasan suatu bangsa seperti budaya, memang memerlukan proses yang berjalan lama namun dampak yang ditimbulkannya dapat berlangsung lama karena sasarannya tidak hanya langsung pada negara melainkan pada masyarakat secara umum sehingga terbentuk opini publik yang dapat mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan dalam suatu negara. Dengan perkembangan situasi internasional dewasa ini dimana meningkatkan pendekatan yang bersifat people-to-people menjadi salah satu upaya dalam soft diplomacy Korea Selatan yang tidak hanya melibatkan aktor negara (track one diplomacy) dalam pengaktualisasiannya. Soft diplomacy juga dilakukan dalam pertemuan yang tidak resmi tanpa harus melalui protokol formal kenegaraan sehingga terlaksananya soft diplomacy juga didukung oleh pelaksanaan multi-track diplomacy yang melibatkan berbagai aktor non-negara. B. Diplomasi Publik Studi diplomasi mengalami perkembangan pesat sejak berakhirnya Perang Dingin di era 1990an dan abad ke 21 yang juga menciptakan revolusi teknologi

20

sehingga mendorong terjadinya perubahan aktor utama diplomasi (Sending, Pouliot, & Neumann, 2011). Dinamika hubungan internasional di era globaslisasi ini menimbulkan beragam isu-isu politik global dalam pelaksanaan diplomasi dan melibatkan banyak aktor dengan kepentingannya masing-masing. Kompleksitas permasalahan internasional yang semakin beragam menjadikan penyelesaian konflik untuk menciptakan dan menjaga perdamaian menjadi lebih rumit. Brian Hocking mengemukakan bahwa bentuk diplomasi kontemporer membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan lingkungan internasional yang cepat berubah sehingga Pemerintah perlu menyadari kemunculan aktor non-negara, seperti tokoh masyarakat, perusahaan swasta, partai politik, NGOs, seniman atau budayawan hingga media massa pun menempati peran penting dalam upaya mencapai tujuan diplomasi secara optimal. Berkembangnya peran aktor non-negara dalam hubungan internasional juga disadari oleh Pemerintah Malaysia, sehingga dalam platform pelaksanaan soft diplomacy Malaysia, aktor negara dan aktor non-negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas jaringan Malaysia di dunia melalui pengembangan budaya popular Melayu melalui Upin dan Ipin untuk meningkatkan citra bangsa dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Multi-track diplomacy juga identik sebagai diplomasi publik yang merupakan bentuk diplomasi dalam menjembatani antara dinamika kepentingan nasional di percaturan politik dunia dan aspirasi masyarakat domestik. Pada tahun 2011, Malaysia Export Exhibition Centre (MEEC) memamerkan produk dan jasa dari 501 perusahaan eksportir di Malaysia. Beragam produk dari berbagai kategori, mulai dari perhiaan, pakaian, makanan, produk animasi Upin dan Ipin, hingga produk mobil nasional Malaysia. Isu utama diplomasi publik adalah arus transnasional dan ide-ide

21

kepentingan nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk menyebarkan informasi saling pengertian dan mempengaruhi masyarakat asing. Diplomasi publik dimaknai sebagai proses komunikasi pemerintah terhadap publik mancanegara yang bertujuan untuk memberikan pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional, dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negaranya (Tuch, 1990: 3; Gouveia, 2006: 7-8, dikutip J. Wang, 2006). (Wang, 2006) melihat diplomasi publik sebagai suatu usaha untuk mempertinggi mutu komunikasi antara negara dengan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, dan dalam pelaksanaannya tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah. Sementara itu Mellisen (2006), mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara. Berdasarkan semua definisi itu, dapat dikatakan bahwa diplomasi publik berfungsi untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan mempengaruhi publik di luar negeri. Karenanya, diplomasi publik merupakan salah satu instrumen soft power. Dalam beberapa buku menyebutkan bahwa diplomasi publik didefinisikan sebagai sebuah usaha negara dalam mempengaruhi opini publik di negara lain dengan menggunakan instrumen seperti pertukaran budaya, film, radio, dan media massa, dalam mengkomunikasikan kebijakan luar negeri mereka terhadap publik asing. Penerapan diplomasi publik tidak terlepas dari pengkomunikasian kebijakan luar negeri terhadap publik mancanegara. Ciri utama dalam diplomasi publik adalah melibatkan semua stakeholder dalam prosesnya. Stakeholder di sini tidak hanya Departemen Luar Negeri, tetapi juga lintas departemen dalam pemerintah, swasta, 22

NGO, media, dan individu. Dengan porsi keterlibatan yang beragam dan besar tersebut, maka rancangan strategi komunikasi harus dikedepankan. Untuk membedakan diplomasi

publik dengan diplomasi

tradisional,

Humphrey Taylor (2008) kemudian membedakannya dalam sudut pandang yang berbeda. Pada zaman silam diplomasi tradisional yang kerap menggunakan “hard power” atau kekuatan militer dalam pencapaian kepentingan sebuah negara, terkadang mencapai titik keberhasilan, namun di sisi lain juga telah menimbulkan rasa takut, benci, atau ketidak percayaan terhadap sebuah Negara. Beda dengan diplomasi publik, diplomasi publik lebih kepada menggunakan “soft power” seperti menggunakan kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya dalam proses berdiplomasi. Joseph S. Nye menjelaskan dalam tulisannya yang berjudul “Public Diplomacy and Soft Power” bahwa soft power menjadi kemampuan sebuah negara untuk menarik perhatian pihak lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui sebuah atraksi dan bukan melalui paksaan ataupun bayaran. Dengan membentuk persepsi pihak lain yang cenderung terkait dengan aset-aset tidak berwujud seperti kebudayaan, pribadi yang menarik dari sebuah negara, dan nilai-nilai politik dan kebijakan yang memiliki otoritas moral. Tujuan utama dari diplomasi ini adalah untuk memunculkan ketertarikan dan juga sikap saling menghormati antar negara. Diplomasi publik bukan berarti menggantikan tapi melengkapi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam diplomasi tradisional. Idealnya, diplomasi publik hanya membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan antar pemerintah, memberi masukan informasi-informasi penting dan memberikan cara pandang yang berbeda terhadap suatu masalah. Baik pemerintah maupun publik sepenuhnya memanfaatkan keahlian, pengalaman, dan sumber daya yang ada dan bekerjasama untuk mempengaruhi nilai tawar

pemerintah secara signifikan. Terutama karena 23

aktor-aktor dalam diplomasi jalur pertama memiliki karakteristik aktivitas yang berbasis kekuasaan dan interaksi yang kaku, sehingga perlu diimbangi dengan upayaupaya yang lebih fleksibel. Jika dibandingkan, ada tiga perbedaan antara diplomasi publik dengan diplomasi yang sifatnya resmi (tradisional). Pertama, diplomasi publik bersifat transparan dan berjangkauan luas, sebaliknya diplomasi tradisional cenderung tertutup dan memiliki jangkauan terbatas. Kedua, diplomasi publik ditransmisikan dari pemerintah ke pemerintah lainnya. Ketiga, tema dan isu yang diusung oleh diplomasi resmi (jalur pertama/tradisional) ada pada perilaku dan kebijakan pemerintah, sedangkan tema dan isu yang diangkat oleh diplomasi publik lebih ke arah sikap dan perilaku publik. Dalam diplomasi publik, perlu dipahami bahwa proses diplomasinya tidak hanya di luar negeri tapi juga di dalam negeri. (Potter, 2006) mengatakan bahwa permasalahan diplomasi publik tidak hanya tantangan terhadap kebijakan luar negeri, tetapi juga merupakan tantangan nasional. Esensi dari diplomasi publik

adalah

membuat orang lain berada di pihak kita, sedangkan permasalahan dalam diplomasi publik adalah bagaimana mempengaruhi opini dan perilaku orang lain. Dalam hal ini, yang dimaksud orang bukan hanya pemangku kebijakan, tetapi juga khalayak atau publik. Pada pelaksanaan sebuah diplomasi publik tentu memiliki strategi-strategi komunikasi khusus dalam pencapaian kepentingannya. Dalam konsep ini peneliti menggunakan pendapat ahli Jay Wang mengenai diplomasi public, dimana (Wang, 2006) melihat diplomasi publik sebagai konsep yang sifatnya multi dimensi dan mencakup tiga tujuan utama, yaitu: 1. Mempromosikan tujuan dan kebijakan negara

24

2. Bentuk komunikasi nilai dan sikap 3. Sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman bersama dan mutual trust antara negara dan masyarakat. Mengacu pada tujuan tersebut, diplomasi publik menekankan pada pesan yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Sebagai bentuk partisipasi, perlu dibangun strategi komunikasi dalam diplomasi publik, yaitu strategi komunikasi pemerintah untuk mengatur kekuatan-kekuatan di dalam seperti misalnya menggunakan kelompok– kelompok non-negara (MNC, NGO) dan strategi komunikasi di luar dengan kelompok sasaran public mancanegara. Diplomasi

publik

membantu

menjelaskan

informasi-informasi

terkait

mengenai suatu negara dan dapat juga membantah ataupun memperbaiki kesalahankesalahan informasi yang tersebar di dunia mengenai citra diri dari suatu negara. Hal ini lebih memperlihatkan prestise dari negara yang terkait dengan memperkenalkan dan mempertontonkan kehidupan sehari-hari, budaya, gaya hidup masyarakat suatu negara terutama gaya hidup kalangan anak muda. Tidak hanya itu, informasi mengenai kebijakan domestik dan luar negeri dari pemerintahan juga dikemas secara menarik sehingga publik tertarik dengan informasi yang disajikan (Amalina, 2015). Seperti yang disampaikan oleh Mori (2006), mengenai penjelasan diplomasi publik yaitu, Diplomasi publik tidak hanya melalui pertukaran program yang disponsori oleh pemerintah seperti budaya dan pendidikan saja, tetapi juga melalui organisasi non pemerintah dan aktivitas–aktivitas non pemerintah seperti olahraga, film- film, buku-buku, fashion, budaya populer, seri drama, berita internasional, dan juga internet. Diplomasi publik dapat dilakukan oleh siapa saja oleh masyarakat maupun perusahaan terlepas dari aktor negara dalam diplomasi tersebut. Hal ini seperti yang

25

dilakukan perusahaan non goverment asal Malaysia yang bergerak dalam pembuatan film animasi serial kartun Upin dan Ipin. Adapun Diplomasi publik yang dilakukan oleh perusahaan Les Copaque yaitu dengan menayangkan Upin dan Ipin di negara Indonesia dan memasukkan unsur budaya dalam setiap serial kartun. Di Indonesia sendiri perusahaan seperti MNC tv dan DNA kreatif adalah perusahaan yang berkerja sama dengan perusahaan asal Malaysia tersebut. Melihat hal tersebut, film animasi kartun Upin dan Ipin lahir sebagai karya seni dan budaya serta mempromosikan nilai-nilai unggul yang ingin ditonjolkan seperti nilai-nilai pendidikan, moral, serta perdamaian. Film Animasi kartun Upin dan Ipin sebagai aset diplomasi yang memiliki nilai seni dan kreativitas serta berperan dalam proses pembentukan citra sebuah bangsa. Film ini mampu memvisualisasikan dan mempresentasikan karakter dan identitas masyarakat dan negara dengan cara yang lebih soft. Nilai- nilai positif yang ditampilkan dalam film ini tidak hanya menjadi bahan untuk meningkatkan citra suatu negara namun nilai-nilai yang dibangun diharapkan dapat diadopsi untuk menciptakan kehidupan yang damai antar negara yang bertetangga. Dalam sisi lain bentuk film serial kartun Upin dan Ipin dapat dikatakan sebagai bentuk diplomasi karena dalam penyampaianya pun telah di setting untuk memperkenalkan budaya ketimuran seperti bahasa melayu khas Malaysia dan permainan traditional dalam setiap alur cerita. Diplomasi yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia melalui karakter kartun Upin dan Ipin ini salah satunya dapat di lihat dari bahasa yang dipakai dalam film ini. Adapun beberapa yang juga diperhatikan yaitu melalui penokohan karakter serial kartun Upin dan Ipin yang mencerminkan pesan-pesan pemersatu dan toleransi antar bangsa. Serial Kartun Upin

26

dan Ipin adalah salah satu bentuk pencapaian agar publik di Indonesia lebih menangkap pesan – pesan toleransi dan dapat merubah opini publik lebih positif. C. Konsep Budaya Populer Kajian budaya populer tidak bisa dilepaskan dari pandangan terhadap hakikat kebudayaan itu sendiri. Williams (1983:237), merumuskan budaya pada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis. budaya juga berarti “pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau

kelompok tertentu”.

Budaya dengan demikian tidak sekedar menekankan pada aspek estetis atau humanis, tetapi juga aspek politis dalam (Ibrahim, 2007:23) . Seiring perkembangan teknologi komunikasi, budaya yang kita kenal yang keberadaannya berasal dari nilai-nilai mendasar dalam sebuah kebudayaan, mengalami pergeseran. Seperangkat nilai berupa kearifan lokal dari budaya yang diwariskan secara turun temurun atau sering disebut sebagai budaya tinggi mulai mendapatkan budaya-tandingan (counter culture). Suatu budaya yang bisa dikatakan lahir karena faktor diluar sistem kebudayaan yang wajar. Itulah budaya populer/budaya massa, yang diartikan oleh (Mcdonald, 1991) dalam (Strinati, 2007) sebagai sebuah kekuatan dinamis, yang menghancurkan batasan kuno, tradisi, selera dan mengaburkan segala macam perbedaan. Budaya populer adalah gaya, gagasan atau ide maupun perspektif, dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya arus utama 'mainstream' (budaya tinggi). Teknologi komunikasi menghasilkan produk budaya yang dibuat dalam jumlah besar (mass production), yang kemudian produk budaya tersebut disebarkan (dissemination). Produksi massa tersebut telah menghasilkan budaya massa yang telah menjadi budaya populer . Budaya massa adalah budaya popular yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan

27

keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi seperti percetakan, fotografi perekaman suara dan sebagainya (Malthy, 1989). Budaya pop dengan demikian bisa dikatakan adalah budaya komersial dampak dari produksi massal tersebut. Dalam memahami diplomasi budaya populer tidak jauh berbeda dengan diplomasi kebudayaan, hanya saja diplomasi budaya popular menggunakan nilai-nilai budaya baru yang telah mengalami perubahan seiring waktu dan kemajuan teknologi saat ini. Budaya populer memiliki sifat yang lebih fleksibel dibandingkan budaya tradisional yang terkesan kaku. Budaya populer lebih mudah diterima oleh masyarakat terutama kalangan muda (Strinati, 2007) Istilah budaya populer (biasa disingkat sebagai budaya pop, atau dalam bahasa Inggris popular culture atau disingkat pop culture) mengandung berdebatan oleh para kritikus dan teoretisi budaya. Istilah budaya populer sendiri dalam bahasa Latin merujuk secara harfiah pada “culture of the people” (budaya orang-orang atau masyarakat). Kata “populer” dalam budaya populer dengan demikian bermakna tersebar luas, arus utama, dominan atau sukses secara komersial (Ibrahim, 2007:23). Budaya pop yang lahir sebagai imbas perkembangan teknologi informasi, dengan

demikian

ditopang

industri

kebudayaan

(cultural

industry)

telah

mengkonstruksi masyarakat yang tak sekedar berbasis konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri dan menjadi komoditas. Budaya pop merupakan bentuk budaya yang lebih mengedepankan sisi popularitas dan kedangkalan makna atau nilai-nilai. Budaya populer lahir karena hegemoni media massa dalam ruang-ruang budaya publik. Ide-ide budaya populer lahir dari segala lini budaya, baik dari budaya tinggi maupun rendah. Ideologi budaya 28

disalurkan melalui media massa dan perangkat pendukung lainnya. Objek kajian budaya populer dengan demikian bukanlah kebudayaan dalam pengertian sempit melainkan dalam artian yang lebih luas. Kebudayaan popular berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya. Budaya populer juga muncul dalam berbagai bentuk, dari apa yang kita konsumsi untuk kebutuhan tubuh kita; apa yang kita tonton; kita dengarkan; kita pakai, dan sebagainya. Budaya populer tidak ada begitu saja, budaya populer ada karena suatu hal yang awalnya biasa saja menjadi sebuah fenomena populer, dan media turut andil dalam fenomena tersebut. Menurut Ben Agger Sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan maka budaya itu umumnya menempatkan unsur popular sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat (dalam Bungin, 2009:100). (Bungin, 2009) lebih lanjut menjelaskan tentang gagasan budaya populer oleh Ben Agger, yang mana budaya dapat dikelompokkan menjadi empat aliran, yaitu: 1. Budaya dibangun berdasarkan kesenangan tapi tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari. 2. Kebudayaan populer menghancurkan nilai budaya tradisional. 3. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam pandangan ekonomi Max kapitalis. 4. Kebudayaan populer merupakan budaya yang menetes dari atas. Menurut Williams (1983:237), memaknai istilah populer sebagai berikut : banyak disukai orang, jenis karya rendahan, karya yang dilakukan untuk

29

menyenangkan orang, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Jadi, ( Storey, 2003:10) definisi budaya pop, dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Budaya Pop merupakan budaya yang menyenangkan dan disukai banyak orang. Contoh, buku novel atau larisnya album single R&B. Definisi budaya pop dengan demikian harus mencakup dimensi kuantitatif, apakah suatu budaya itu dikonsumsi oleh banyak orang. Popnya budaya populer menjadi sebuah prasyarat. 2. Definisi kedua budaya Pop adalah budaya sub standar, yaitu kategori residual (sisa) untuk mengakomodasi praktek budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi. Budaya tinggi merupakan kreasi hasil kreativitas individu, berkualitas, bernilai luhur, terhormat dan dimiliki oleh golongan elit, seperti para 10 seniman, kaum intelektual dan kritikus yang menilai tinggi rendahnya karya budaya. Sedangkan budaya pop adalah budaya komersial (memiliki nilai jual) dampak dari produksi massal. Contohnya : Pers pop, Pers berkualitas Sinema pop, Sinema berkualitas Hiburan pop Seni/budaya. 3. Budaya pop merupakan budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh massa untuk dikonsumsi massa. Budaya ini dikonsumsi tanpa pertimbangan apakah budaya tersebut dapat diterima di dalam masyarakat atau tidak. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian kolektif. 4. Budaya pop berasal dari pemikiran post-modernisme. Hal ini berarti pemikiran tersebut tidak lagi mengakui adanya perbedaan antara budaya tinggi dan budaya pop dan menegaskan bahwa semua budaya adalah budaya komersial . Ciri-ciri budaya popular di antaranya sebagai berikut (Setiawan, 2013): 1. Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya popular.

30

2. Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat menjadi pionir bagi karyakarya lain yang berciri sama. 3. Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren. 4. Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya popular yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya. 5. Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya popular berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya. Pesatnya perkembangan budaya populer di dunia semakin memudarkan batas antara suatu negara dengan negara lain dari sisi budaya dan gaya hidup. Beberapa Negara gencar menyebarkan nilai-nilai budayanya melalui budaya populer untuk menciptakan suatu citra yang baik terhadap negara lain dengan tujuan akan memperlancar kepentingan nasionalnya (Amalina, 2015). Pada awalnya, kajian tentang budaya popular tidak dapat dipisahkan dari peran Amerika Serikat dalam memproduksi dan menyebarkan budaya populernya. Negara tersebut telah menanamkan akar yang sangat kuat dalam industry budaya popular, antara lain melalui Music Television (MTV), McDonald, Hollywood, dan industry animasi mereka (Walt Disney, Looney toones, dll). Namun, perkembangan selanjutnya memunculkan negara-negara lain yang juga berhasil menjadi pusat budaya popular seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan. Negara Jepang sangat sukses dalam menyebarkan budaya populernya, dengan produk-produk seperti manga (komik jepang), anime (film animasi), games, fashion, 31

music, dan drama Jepang (dorama), yang telah di ekspor, diperdagangkan, dan di konsumsi secara besar-besaran di seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara serta berbagai negara lainnya. Setelah Jepang, menyusul Korea Selatan yang melakukan ekspansi melalui budaya popular berbentuk hiburan. Amerika Serikat sebagai negara asal budaya popular juga mendapat pengaruh budaya pop Korea Tersebut. Hal ini di buktikan dengan masuknya beberapa artis Korea ke Hollywood. Di samping itu, filmfilm Korea juga menjadi magnet bagi sutradara Hollywood untuk melakukan re-make film Korea, salah satunya Il Mare yang ceritanya di adopsi Hollywood menjadi Lake House. Kasus di Amerika Serikat tersebut menjadi contoh keberhasilan ekspansi budaya popular Korea di Dunia. Proses penyebaran budaya Korea di dunia dikenal dengan istilah Hallyu atau Korean Wave. Berdasarkan beberapa contoh negara-negara maju yang memanfaatkan potensi yang dimilikinya dengan menggunakan popular culture baik itu untuk kepentingan nasional, ataupun pencitraan diri sebagai bentuk mengubah pandangan publik menjadi positif. Maka fokus dari penelitian ini, penulis menggunakan landasan tersebut sebagai kaca mata dalam penelitian kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen Soft diplomacy Malaysia dan Indonesia. Baik itu dari segi memperbaiki hubungan antara kedua negara, dengan memperbaiki citra negara, dan mempromosikan potensi Sumber daya yang dimiliki oleh Malyasia terhadap Asia maupun luar Asia. Dalam mencapai tujuan tersebut, Malaysia kini sedang memprioritaskan potensi Dasar Industri Kreatif yang dimilikinya dengan mendukung penuh kemajuan industry dalam negeri agar tidak kalah dengan industry kreatif luar negeri lainnya. industri kreatif merujuk kepada seni untuk ekonomi yang melibatkan individuindividu berbakat, pihak korporat dan seterusnya memberi implikasi kepada negara dari segi pendapatan dan imej negara. Salah satunya adalah industry kreatif

32

multimedia, Industri ini terdiri daripada industri-industri yang mengaplikasikan kemajuan teknologi terkini dalam menghasilkan produk-produk kreatif. Seperti, Penerbitan Filem dan TV, Pengiklanan, Seni Reka dan Animasi dan Kandungan Digital (Kementrian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan, 2014). D. Penelitian-penelitian terdahulu Penelitian-penelitian tentang Kartun Upin dan Ipin yang sebelumnya dilakukan dapat menjadi acuan terhadap penelitian ini dan relevan untuk dijadikansebagai data pendukung. Terdapat beberapa penelitian yang menjadi referensi berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Yolanan Wulan Suci dalam penelitiannya “Budaya Populer Manga dan Anime sebagai soft power Jepang” pada tahun 2010. Di Dalam isinya telah mengangkat studi kasus terkait doraemon sebagai salah satu karakter kartun yang digunakan jepang sebagai bentuk diplomasinya atau soft power. Melalui Doraemon Jepang mencoba memperkenalkan kepada dunia bahwa negara sakura ini memiliki kecanggihan dalam hal teknologi, dan menggambarkan keseharian penduduk jepang sebenarnya. Doraemon

juga

dijadikan

sebagai

duta

anime

dengan

perannya

untuk

memperkenalkan Jepang ke dunia Internasional. Tidak hanya itu Doraemon juga dimaksudkan untuk membangun citra positif dan membangun kerja sama yang baik dengan negara lain seperti Indonesia, China, Singapura, Malaysia dan negara-negara lain diwilayah Asia. Dalam penelitian terdahulu yang pertama ini memiliki persamaan kepada kajian pembahasan kartun yang di pakai yaitu terkait doraemon dan Upin-Ipin. Kesamaan lainya dari keduanya yaitu kedua karakter ini terkenal dengan negara asalnya yaitu Doraemon asal Jepang dan Upin-Ipin asal Malaysia karena mereka membawa nilai moral dan positif kepada Internasional seperti China, Malaysia,

33

Thailand dan Indonesia. Meskipun terdapat kesamaan dalam pembahasan akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar pada penyampaiannya. Dalam penelitian Yolanan Wulan Suci lebih kepada Manga dan Anime Doraemon dipergunakan sebagai soft power untuk memperkenalkan budaya Jepang atau keseharian jepang kepada dunia internasional. Lebih kepada state branding atau pencitraan ke negara lain melalui kecanggihan teknologi seperti yang digambarkan didalam Doraemon. Sedangkan dalam penelitian Upin dan Upin ini lebih digambarkan kepada kesederhanaan yang jauh dari modern dengan bermacam-macam penokohan dari berbagai keturunan seperti India, China , dan Indonesia. Melalui serial kartun UpinIpin ini peneliti mencoba menganalis melalui diplomasi publik karena dalam karakter ini membawa nilai saling toleransi antar bangsa khususnya Indonesia dan Malaysia, dan dengan memanfaatkan Era popular culture yang ada. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh M. Endy Saputro berjudul “Upin dan Ipin: Melayu Islam, Politik Kultur, dan Dekomodifikasi New Media” pada tahun 2011. Peran Media saat ini sudah tidak hanya dipandang sebagai hiburan saja melainkan juga digunakan sebagai bentuk politik luar negeri suatu negara dengan memasukkan nilai budaya di dalamnya seperti melalui film kartun Upin-Upin. Apabila Jepang memiliki Doraemon dan Hello Kity , dan Amerika Serikat memiliki Mickey Mouse, Belgia memiliki Tintin, Maka Malaysia memiliki Upin dan Upin. Slogan Malaysia Truly Asia versi untuk Upin-Ipin merupakan gambaran singkat bahwa film ini membawa kultur atau budaya melayu dalam penayangannya kepada negara lain contohnya bahasa melayu,dan adat budaya lainnya. Di lain sisi peningkatan teknologi yang modern merupakan salah satu faktor mengapa film kartun ini juga mulai berkembang pesat terlebih diwilayah Asia. Dengan perkembangan hasil gambar, dan kualitas tampilan seperti 3D adalah salah

34

satu faktor yang dapat mempengaruhi minat penonton untuk terus mengikutinya. Upin dan Upin menyajikan kualitas gambar yang bagus dan menarik untuk di tonton. Menarik karena Film ini menceritakan senyata mungkin yang dilakukan bocah umur lima tahun pada umumnya. Akhir dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Upin dan Ipin adalah upaya untuk mengkonstruksi realitas yang lalu menjadikan hal tersebut sebagai nilai jual kepada bangsa lain. Disini, Upin dan Ipin di ibaratkan sebagai media dan realitas tersebut adalah kultur yang ada di negara Malaysia seperti kehidupan sehari-hari dan nilai budaya lainya. Apabila keduanya di gabung maka inilah yang disebut dengan Dekomodasi. Dalam penelitian terdahulu kedua ini memiliki kesamaan dalam hal studi kasus yaitu Upin dan Ipin sebagai garis besar penelitian. Namun yang membedakan dari Muh Endy Saputro yaitu lebih focus kepada penjelasan Dekomodasi yang terjadi atas perpaduan dua variabel yaitu media dan kultur sebagai bentuk dalam mendapat keuntungan dari dalam maupun luar negeri. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis lebih kepada suatu bentuk kreatifitas negara yang dijadikan sebagai instrument soft diplomasi pada hubungan Malaysia-Indonesia. Keuntungan yang di dapat tidak hanya dipandang dari segi ekonomi akan tetapi dalam penelitian ini juga keuntungan dalam menjaga perdamaian dan hubungan baik kedua negara.

35

BAB III KARTUN UPIN DAN IPIN DAN HUBUNGAN MALAYSIA – INDONESIA A. FILM KARTUN UPIN DAN IPIN 1. Profil film Kartun Upin dan Ipin Kemunculan Upin dan Ipin bisa dibaca dari dua analisis. Pertama, Upin dan Ipin merupakan respons atas kegagalan animasi-animasi Malaysia sebelumnya yang tak bisa menghadirkan sajian animasi berkualitas tinggi. Sebelum 2005, animasianimasi produk Malaysia cenderung menampilkan kualitas gambar, sinematografi, dan akting yang buruk (Muthalib, 2007). Jika melihat beberapa puluh tahun sebelumnya,

Sejak

tahun

1970-an

beberapa

kartunis

Malaysia

mencoba

mengembangkan karakter-karakter yang merepresentaskan Malaysia. Tahun 1980 sampai era 1990-an terbit majalah kartun Bujal dan Bambino. Majalah-majalah tersebut menyajikan karakter dan cerita yang asli Malaysia. Namun tampaknya produk tersebut belum mampu unjuk gigi di kancah dunia populer Malaysia. Tidak terlalu digemari oleh masyarakat Malaysia, terutama anak-anak, akibatnya perkembangannya juga timbul tenggelam Namun dewasa ini Malaysia sudah mulai bangkit dan dapat bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Kedua, faktor pasar animasi global yang berpengaruh di negara-negara Asia, termasuk Malaysia. Malaysia termasuk negara pengonsumsi animasi terbanyak di Asia. Sebagaimana analisis Lian, misalnya, penikmat Doraemon di Malaysia mencapai 1,6 juta pemirsa pada 2008-2009 (Lian, 2009). Melihat pangsa pasar ini, pemerintah Malaysia menyerukan studio-studio produksi media di Malaysia untuk menggarap animasi-animasi lokal kualitas global agar tak kalah dengan produkproduk animasi Jepang atau Amerika. Untuk mendukung hasungan ini, sejak 2005,

36

pemerintah Malaysia mulai memberikan hibah sebesar RM 10 juta per tahun (Tempo, 2011). Les‟ Copaque, yang berdiri Desember 2005, merespons anjuran tersebut dengan cita-cita memproduksi film 3D pertama di Malaysia. Lahirlah serial Upin dan Ipin dan film animasi Geng: Pengembaraan Bermula. Upin dan Ipin diciptakan oleh tiga lulusan Multimedia University Malaysia (Moh. Nizam Abdul Razak, Mohd. Safwan Abdul Karim, dan Usamah Zaid) serta dibiayai oleh saudagar minyak dan gas (H. Burhanuddin Radzi). Pemerintah hanya pernah satu kali memberikan hibah untuk Upin dan Ipin sebesar RM 1 juta yang sangat jauh dari estimasi dana pembuatan satu episode serial ini. Seluruh biaya pembuatan Upin dan Ipin ditutup dari hasil penjualan hak cipta Upin dan Ipin yang dibeli oleh perusahaan rumah makan, pasta gigi, dan produk anak-anak lainnya. Dengan usaha ini, serial Upin dan Ipin menempati rating kedua animasi di Malaysia pada 2008 dan Geng meraup keuntungan RM 5 juta pada 2009. Selain karena manajerial, keberhasilan Upin dan Ipin tidak bisa dipisahkan dari kreativitas cerita. Tim kreatif Upin dan Ipin mengaku mendapat inspirasi dari film animasi Toy Story, yang mampu memberikan sajian yang realistik namun tetap imajinatif dan tanpa batas (Patrick, 2008). Sebuah mainan yang hidup layaknya manusia, Sajian imajinatif dan tanpa batas ini tampaknya diadopsi oleh tim kreatif Les‟ Copaque ke dalam bentuk tingkah bocah-bocah yang serba ingin tahu, yang sering kali melahirkan kelucuan-kelucuan imajinatif. Selain itu, tim kreatif Les‟ Copaque juga ingin menampilkan rasa lokal Melayu dalam Upin dan Ipin. Faktor lain adalah kualitas gambar. Dalam pembuatan animasi Upin dan Ipin, tim kreatif Les‟ Copaque menggunakan software autodesk. Perangkat lunak ini termasuk perangkat lunak baru yang dirilis awal 2007. Menurut analisis PCWorld,

37

salah satu majalah perangkat lunak terkenal, keunggulan software ini terletak pada ketidakpatahan detail gerakan dan kesempurnaan pada keutuhan dan kekayaan warna objek digital, misalnya kulit (Review Maya, 2008). Keunggulan ini menyebabkan produk animasi menjadi sangat realistis sehingga mampu menghadirkan tangkapan sempurna baik pada mata maupun persepsi. Hasil ini akan tampak jelas ketika dibandingkan dengan kartun dua-dimensi (2D) yang hanya sanggup menghadirkan objek-objek mirip coretan. Manajerial bisnis, ide kreatif, dan kualitas gambar tersebut mengantarkan Upin dan Ipin mendapatkan beberapa penghargaan. Selama 2008, Upin dan Ipin mendapat penghargaan berupa International Achievement Appreciation Award (Penghargaan Industri Film 2008), Best of Media Entertainment Category-Merit Award (MSC Malaysia APICTA 2008), dan President‟s Award (Malaysia-Canada Business Council Business Excellence 2008). Sedangkan selama 2009, memeroleh penghargaan Winner of MSC-Malaysia Management Game 2009, IT Frank 2009 (Global Emerging Innovative Enterpreneur), First 3D Animation Feature Film (Malaysian Book of Records), Viewer Choice Award (Kids Film Festival), Anugerah Khas Juri dan Anugerah Box Office (Malaysia Film Festival), Best on Screen Chemistry Awards (Shout! Awards), dan Geng mendapatkan Best Editing and Best Music (MSC Kreatif Digital Contents Conference). Penghargaan ini sekali lagi menunjukkan kualitas inovasi teknologi serial dan film Upin dan Ipin yang tinggi di Malaysia. Hingga kini, Upin dan Ipin telah disiarkan oleh beberapa stasiun televisi di Asia. Di Malaysia, serial ini disiarkan oleh TV9. Di Indonesia, season pertama disiarkan oleh TVRI dan kini oleh MNCTV (sebelumnya TPI). Di Turki, disiarkan oleh Hilal TV. Tayangan ini dapat pula ditonton melalui Disney Channel Asia, yang

38

meliputi jangkauan tayang di beberapa negara, yaitu Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Hongkong, dan Korea Selatan. a. Tokoh, Penokohan dan Pengisi suara Serial kartun Upin dan Ipin ini didukung oleh beberapa pemain yang dalam dunia nyata ada sosok aslinya. Mereka yang menjadi tokoh dalam kartun Upin dan Ipin ini mempunyai sikap dan karakter sendiri-sendiri yang unik dan memperkaya nilai-nilai yang hendak diangkat dalam kartun ini (Anwar, 2016). Tokoh Upin dan Ipin ( Pengisi suara adalah Nur Fathiah Diaz), Untuk membedakan saudara kembar yang botak ini terlihat dari baju mereka yang bertuliskan “U” dan “I”.Tokoh kedua adalah Kak Ros (Pengisi suara adalah Noor Ezdiani Ahmad Fauzi dan di musim kedua diisi oleh ida saheera) merupakan kakak sulung dari Upin dan Ipin. Tokoh ketiga adalah Opah (Pengisi suara adalah Hj. Ainon Ariff) merupakan nenek dari Upin, Ipin dan Kak Ros. Tokoh keempat adalah Cekgu Jasmin (Pengisi suara adalah Jasmin Ally) ia adalah guru dari Upin dan Ipin. Tokoh kelima adalah Jarjit Singh (Pengisi suara adalah Mohd Shafiq) adalah teman Upin dan Ipin yang hobi berpantun. Tokoh yang ke enam adalah Fizi ( pengisi suara adalah Ida Rahayu Yusoff) adalah salah satu teman Upin dan Ipin yang bersifat penuh keyakinan dan dimanjakan oleh orang tuanya.Tokoh ke tujuh adalah Ehsan (pengisi suara adalah Mohd Syahmid Abdul Hamid) Ehsan mempunyai sikap cerewet. dan suka makan. Fizi selalu memanggilnya dengan Intan payung. Intan payung adalah julukan untuk anak emas/remaja. Tokoh ke delapan adalah Meimei (Pengisi suara adalah Yap Ee Jean. Tang Ying Swok) merupakan teman upin dan ipin keturunan Tionghoa yang pintar di kelasnya. Tokoh ke Sembilan adalah Mail (Pengisi suara adalah Mohd Hasrul) merupakan teman Upin dan Ipin yang paling rajin dalam mencari rezeki dan membantu ibunya. Tokoh ke sepuluh adalah Susanti (Pengisi suara adalah Sarah

39

Nadira, Nadhira Azman) ia adalah teman upin dan ipin yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Susanti adalah gadis yang berkarakter ramah dan baik hati. Tokoh ke sebelas adalah Dzul dan Ijat (pengisi suara adalah Mohd Amirul Zarizan dan Mohd Izzat Ngathiman) merupakan teman sekelas Upin dan Ipin yang saling berdampingan. Tokoh berikutnya adalah Tok Dalang ( Pengisi suara adalah Abu Shafian Abdul Hamid) beliau adalah penghulu kampong dan sering memberikan nasehat kepada Upin dan Ipin serta kawan-kawan. Tokoh Muthu (Pengisi suara adalah Mohd Shafiq) merupakan pedagang makanan satu-satunya di Kampong Durian Runtuh. Lalu tokoh berikutnya adalah Hasrol Ahmad, adalah seorang laki-laki namun bersifat seperti wanita (feminine) yang galak dan sirik. b. Diversitas etnik Ada tiga kategori penduduk menurut etnik, yaitu Melayu, India, dan Cina. Satu lagi, yang sulit diidentifikasi, adalah penduduk keturunan silang-etnik. Identifikasi ini berdasarkan mata dan kulit, dialek bahasa, busana, dan simbol-simbol identitas. Penduduk beretnik Melayu dicirikan dengan mata lebar, kulit sawo matang cerah, dialek bahasa Melayu (memakai akhiran -e), busana perempuan memakai kebaya dan laki-laki memakai baju kok bersongkok. Upin, Ipin, Opa, Kak Ros, Tok Dalang, Cik Gu Jasmin, Sally/Saleh, Zul, Ijat, Fizi, dan Mail termasuk dalam kategori ini. Mereka semua memeluk Islam. Ehsan adalah pengecualian; dia berkulit sawo matang cerah dengan logat Melayu tetapi bermata sipit. Penduduk beretnik Cina diidentifikasi dengan mata sipit, kulit putih, dialek Melayu-Cina, busana perempuan memakai baju khas Cina dan laki-laki memakai koko bertopi, seperti Mei-Mei dan Ah Tong. Penduduk beretnik India memiliki karakter mata lebar, kulit sawo matang hitam/merah dengan logat bahasa Malay-India. Penduduk etnik India yang beragama Hindu, seperti Raju dan ayahnya

40

(Muthu), memiliki peliharaan sapi (Sapy); sedangkan orang India yang beragama Shikh, seperti Jarjit, memiliki petanda gelungan rambut di atas kepala. 2. Multikulturalisme Malaysia sebagai komoditas Multikulturalisme adalah sebuah paham atau kondisi masyarakat dalam situasi yang tersusun dari beragam latar belakang budaya, dimana setiap individu yang yang ada di dalamnya merasakan kenyamanan, perasaan nyaman dapat diartikan dengan suasana tanpa adanya kecemasan atau tanpa adanya sebuah mekanisme pertahanan diri dalam pengalaman pertemuan antar budaya. Multikulturalisme di Malaysia merupakan keragaman budaya yang di dukung oleh keterampilan yang dapat mendorong proses komunikasi yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran suku/etnis asli Malaysia yaitu etnis Melayu. Sebuah etnis yang berasaskan pada budaya Melayu yang berlandaskan pada ajaran agama Islam yang penuh toleransi. Tercermin dalam kehidupan keseharian masyarakatnya yang mengutamakan nilai-nilai sopan santun, kesederhanaan, keindahan, dan keharmonian hidup antar keluarga, antar tetangga, dan masyarakat. Hal ini dapat terlihat dengan bragamnya hari-hari besar agama yang dijadikan momen kenegaraan seperti Hari Raya, Tahun baru Cina, Thaipusam, Natal, Gawai dan lain-lain yang dianggap sebagai perayaan penting setiap etnis yang ada di Malaysia. Sebagai Negara dan bangsa yang multikultur, Malaysia meyadari betul bahwa mereka mesti punya produk budaya yang di sukai dan menggambarkan keragaman etnis, etnis, budaya, dan agama. Singkatnya Malaysia belum memiliki produk budaya yang popular dan bias merepresentasikan kemalaysiaan mereka. Puluhan tahun berjalan nampaknya usaha tersebut belum berhasil. Kebudayaan Malaysia masih tampak sebagai kebudayaan yang bersifat geografis, artinya segala bentuk budaya dicatat dan di daftar oleh pemerintah Malaysia. Hal inilah yang sempat menimbulkan

41

masalah dengan Indonesia, ketika pemerintah Malaysia mengklaim beberapa budaya menjadi miliknya tanpa memperhatikan unsur historis-filosofis budaya tersebut, yang ternyata berakar di Indonesia. Sebagaimana di ungkap dalam jurnal komunikasi yang di kutip dari website kantor berita Antara, (Nuswantoro, 2012) Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Windu Nuryanti, membentang catatan klaim Malaysia atas kekayaan budaya Asli Indonesia selama ini. Pada rentang 2007-2012, Malaysia sudah tujuh kali mengklaim budaya Indonesia sebagai warisan budaya mereka. Nuryanti menyatakan bahwa sejarah klaim Malaysia cukup panjang, dalam catatannya Malaysia sudah mengklaim budaya Indonesia sebagai budayanya sebanyak tujuh kali. Nuryanti mengurai bahwa klaim Malaysia itu bermula pada November 2007 terhadap kesenian reog ponorogo, selanjutnya pada Desember 2008 klaim atas lagu Rasa Sayange dari kepulauan Maluku. Lalu klaim Batik pada januari 2009. Tari pendet yang jelas-jelas dari Bali juga diklaim Malaysia pada Agustus 2009 yang muncul dalam iklan pariwisata Malaysia. Selanjutnya instrument dan ansambel music angklung pada Maret 2010. Tidak hanya seputar tari saja, Malaysia juga masuk dalam ranah budaya kuliner. Beras asli Nunukan, Kalimantan Timur, yaitu beras Adan Krayan, diklaim milik Malaysia dan dijual dengan merk Bario Rice. Terakhir yang terbaru adalah klaim Malaysia atas Tari tor-tor dan gondang sambilan yang merupakan asli kesenian dari Sumatera Utara. Walau akhirnya segala klaim tersebut terpatahkan, namun tindakan pemerintah Malaysia tersebut semakin menunjukkan kegelisahan mereka atas ketiadaan produk budaya yang mencerminkan diri mereka sebenar-benarnya. Usaha budaya yang dilakukan oleh masyarakat Malaysia sebenarnya tidak pernah kurang, atau

surut.

Sejak

tahun

1970-an

beberapa

kartunis

Malaysia

mencoba

42

mengembangkan karakter-karakter yang mempresentasekan Malaysia. Sebut saja kelahiran majalah kartun seperti Ha Hu Hum (Rejabhad), jenakarama, Wak dojer. Tahun 1980 sam pai era 1990-an terbit majalah kartun Bujal dan Bambino. Majalahmajalah tersebut menyajikan karakter dan cerita yang asli Malaysia. Namun tampaknya produk tersebut belum mampu unjuk gigi di kancah dunia popular Malaysia. Tidak terlalu digemari oleh masyarkat Malaysia, terutama anak-anak, akibatnya perkembangannya juga timbul tenggelam. Kenyataan ini nampaknya disadari benar oleh Les‟Copaque sebagai produsen Upin dan Ipin. Les‟Copaque sadar bahwa multikulturalisme menjadi isu hangat di Malaysia. Maka, Upin dan Ipin dipikirkan, dirancang, dan dibuat untuk masuk dalam kekosongan tersebut. Upin dan Ipin mengalami kemodifikasi isi dengan menguatkan unsur-unsur kebudayaan Malaysia di dalam ceritanya. Walau demikian Upin dan Ipin sekaligus juga penegasan bahwa walaupun beragam, multietnis, multireligius, namun dominasi budaya dan agama tetap dipegang oleh Malayu dan Islam. Dikutip oleh Embong, 2001 dalam (Hefner, 2001). Kekuatan karakter menjadi salah satu unggulan Upin dan Ipin. Berbagai macam karakter hadir disini mewakili keragaman Malaysia di satu sisi sekaligus menampung ide komodifikasi di sisi lain. Karakter-karakter tersebut hadir dalam balutan cerita yang bercitarasa lokal. Rasa lokal inilah yang menguatkan posisi Upin dan Ipin dalam pencaturan film atau tayangan animasi, khususnya di Malaysia. Sebagaimana diungkapkan oleh Les‟Copaque, Upin dan Ipin merupakan sepasang kakak-beradik kembar berusia belia yang tinggal bersama Kak Ros dan Mak Uda (Dipanggil Opah) di kampong Durian Runtuh setelah kematian kedua orangtua mereka sewaktu masih bayi. Jika dicermati semua tokoh atau karakter yang penulis sudah paparkan pada bagian bab sebelumnya, keseluruhan mempresentasikan etnis

43

Malaysia. Sebutlah Opah, Kak Ros, Upin dan Ipin mempresentasikan etnis Melayu Asli. Artinya, mereka dimunculkan sebagai sosok etnis melayu asli yang sederhana dan masih tinggal di kampong/ desa. Hal ini menarik sebab kenyataannya akibat buah dari kebijakan ekonomi baru (NEP) tumbuh kelas menengah Melayu baru, yang tinggal di perkotaan dan berprofesi sebagai pekerja kantoran dan professional. Romantisme terhadap melayu asli di tampilkan oleh Les‟Copaque, dan karakter Upin dan Ipin beserta keluarganya sungguh menggambarkan hal tersebut. Selanjutnya terhadap karakter Jarjit Singh yang beretnis India, lengkap dengan ciriciri fisik tubuh serta gaya bicara yang sungguh menggambarkan keetnisan India. Dalam keterangan Les‟Copaque, jarjit adalah seseorang anak laki-laki berturunan India Punjabi. Usianya sebaya dengan teman-teman sekelasnya, tapi menariknya suara Jarjit dibuat besar seolah-olah sudah dewasa. Seperti kita tahu etnis India memang memiliki suara yang khas dan berkarakter berat. Jarjit juga dikenali karena kepandaian berjenaka dan berpantunnya. Lain lagi dengan Meimei. Meimei merupakan anak keturunan Cina yang pandai, terampil, dan tekun sekali pemikirannya di kalangan kawan-kawan Upin dan Ipin. Di kelas, Mei mei adalah anak terpintar dan memiliki banyak pengetahuan yang tidak dimiliki anak sebayanya. Leawat karakter Mei mei ditunjukkan bahwa Malaysia juga memiliki warga keturunan Cina, yang hidup bersama dan membaur dengan yang lain. Agama Mei mei bukan Islam melainkan Khonghucu. Keberhasilan

Les‟Copaque

menciptakan

karakter-karakter

berbasis

multikulturalisme Malaysia juga berdampak pada keberhasilan finansial serial Upin dan Ipin. Les‟Copaque berhasil menggaet beberapa pengiklan besar untuk masuk dalam Upin dan Ipin. Sebagaimana dinyatakan oleh (Mosco, 2009) bahwa komodifikasi adalah perubahan nilai guna menjadi nilai tukar. Keberagaman

44

masyarakat Malaysia, dengan segala unsur budaya yang melekat padanya, dikreasi sedemikian rupa hingga menjadi cerita-cerita menarik dalam Upin dan Ipin. Komodifikasi audiens juga muncul dalam Upin dan Ipin, mengiringi komodifikasi isi. Hingga saat ini, Upin dan Ipin berhasil menggaet pengiklan dengan jumlah yang banyak: mulai dari KFC, Proton, Wyeth, Hingga TM (Telekom Malaysia). B. HUBUNGAN INDONESIA DAN MALAYSIA Hubungan Malaysia dan Indonesia pada prinsipnya merupakan hubungan bilateral yang unik. Dikatakan unik karena hubungan antara kedua negara tetangga ini merupakan hubungan yang disatukan tidak hanya kedekatan aspek geografis saja. Berada dalam sebuah rumpun Melayu, menjadikan Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan yang erat dalam hal tradisi, budaya, kekerabatan, dan sejarah yang dekat antara kedua negara. Tak bisa dipungkiri bahwa hubungan antara Indonesia dan Malaysia masih mengalami pasang surut keharmonisan. Berbagai persoalan pelik sering kali dijadikan alasan bagi kedua negara tersebut dalam memicu pertikaian antara keduanya. Masalah tersebut dapat dipicu soal budaya, wilayah perbatasan, persepsi yang berbeda tentang kawasan, serta soal para pekerja Indonesia di Malaysia. Terlebih lagi permasalahan kecil dan sepele mengenai permainan pertandingan sepak bola juga sering kali memberikan luapan kebencian antar negara tersebut. Sebut saja beberapa kasus yang muncul dalam kurun waktu terakhir, misalnya klaim Malaysia terhadap budaya – budaya Indonesia seperti batik, wayang kulit, dan lagu kebangsaan serta kasus wilayah pulau Sipadan dan Ligitan, perairan Ambalat, serta kekerasan yang di lakukan oknum tertentu terhadap TKI di Malaysia. Kebanyakan dari kasus ketidakharmonisan yang terjadi antara kedua negara tersebut seringkali merupakan masalah kecil yang dilakukan oleh oknum tertentu di kedua negara dan membesar 45

akibat sentiment negative terhadap negara lain dan picuan dari oknum lain yang tidak suka terhadap negara lain. Persoalan yang mengganggu hubungan Indonesia-Malaysia lebih banyak disebabkan oleh ketidakpahaman, ketidaktahuan, salah mengerti (misunderstanding), dan salah persepsi (misperception), Padahal sebelum penjajah datang ke Nusantara yang di Malaysia disebut “Alam Melayu”, kawasan ini adalah satu kesatuan politik dan budaya yang tidak terpisahkan. Migrasi ribuan penduduk tersebut ke Tanah Semenanjung pada masa dahulu memberi implikasi sosial politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya dalam pertumbuhan dan perkembangan masyarakat di kawasan itu. Berbagai solusi diplomatis untuk meredam konflik antara Indonesia dan Malaysia banyak dilakukan, tetapi beberapa usaha yang telah diinisiasi tidak disertai dengan tindakan nyata atau ada oknum yang justru malah memperburuk kondisi, misalnya saja melalui langkah diplomasi aktif yang diinisiasi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan slogan „a thousand friends and zero enemy‟, namun kedua negara justru malah mencanangkan perbaikan kekuatan militer melalui modernsiasi alat pertahanan (Ambalavanan, Yee, Arrazy, & Sugiyanto, 2013). Indonesia dan Malaysia telah memiliki mekanisme bilateral yang mapan dan menjadi wadah pembahasan sejumlah isu penting yang mewarnai hubungan kedua negara, yaitu Konsultasi Tahunan (Annual Consultation) untuk tingkat Kepala Pemerintahan, Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) untuk Menteri Luar Negeri, Working Group untuk Menteri Teknis, High Level Commite (HLC) Malindo untuk Panglima Angkatan Bersenjata dan General Border Commite untuk Menteri Pertahanan. Adapun isu penting yang mewarnai hubungan kedua negara adalah masalah perbatasan baik darat dan laut, serta masalah ketenagakerjaan (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2014).

46

Pemilihan jalur diplomasi untuk menghadapi berbagai masalah dengan Malaysia dinilai oleh sejumlah kalangan sudah sangat tepat, karena Indonesia dianggap akan mengalami kerugian yang besar bila memilih jalur perang dengan negara serumpun tersebut. Setidaknya, ada empat alasan yang diungkapkan oleh Presiden SBY untuk menjaga hubungan Indonesia dengan Malaysia agar tetap terjalin erat. a. Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan sejarah, budaya, dan kekerabatan yang sangat erat dan mungkin yang paling erat bila dibandingkan dengan negaranegara lain dan sudah terjalin selama ratusan tahun. b.

hubungan Indonesia dan Malaysia adalah pilar penting dalam keluarga besar ASEAN. dan ASEAN bisa tumbuh pesat selama empat dekade terakhir ini, antara lain karena kuatnya fondasi hubungan bilateral Indonesia dengan Malaysia.

c. ada sekitar 2 juta orang Indonesia yang bekerja di Malaysia, baik di perusahaan, di bidang Pertanian, maupun di berbagai lapangan pekerjaan lainnya. Ini adalah jumlah tenaga kerja Indonesia yang terbesar di luar negeri, yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Belum lagi ada lebih dari 13.000 pelajar dan mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Malaysia dan 6000 mahasiswa Malaysia berada di Indonesia. d. kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Malaysia menjadi alasan penting lainnya untuk mempertahankan hubungan yang baik. Wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Indonesia merupakan ketiga terbesar dengan 1,18 juta orang dari total 6,3 juta wisatawan mancanegara. Investasi Malaysia di Indonesia dalam lima tahun terakhir pada tahun 2005-2009 berupa 285 proyek dengan nilai investasi berjumlah 1,2 milyar dollar AS. Sementara investasi Indonesia di Malaysia

47

mencapai 534 juta dollar AS. Jumlah perdagangan kedua negara selama tahun 2009 mencapai 11,4 milyar dollar AS. Peran Soft Diplomasy tidak kalah pentingnya dengan operasi militer, bahkan di masa tenang seperti sekarang dan di tengah kebijakan soft power, maka soft diplomasy sangat penting. Keberhasilan soft diplomasi sangat berdampak positif dan jangka panjang bagi kepentingan nasional. Bahkan sebagian besar negara-negara di kawasan ASEAN memanfaatkan aset sosial budaya untuk mengimplementasikan Soft diplomacy dengan negara-negara lain di belahan dunia. Selama ini, Indonesia-Malaysia telah memiliki semacam wadah kebudayaan bersama yang beranggota budayawan-budayawan penting kedua negara. Didirikan pada Januari 2008 pasca konflik klaim reog dan lagu Rasa Sayange, Eminent Group Person (EGP) tersebut berupaya meminimkan terjadinya sengketa serupa.

Jika

permasalahan yang muncul seputar klaim hak cipta, cara diplomasi kebudayaan dinilai bisa lebih mempercepat penyelesaian. Menurut Ketua Eminent Persons Group Indonesia (EGP) Try Sutrisno, dialog yang melibatkan Indonesia dan Malaysia ini bertujuan menjembatani pemahaman sejarah generasi muda kedua negara. Dialog ini juga bisa menghangatkan kembali memori identitas kolektif antara Indonesia dan Malaysia. Segala perselisihan yang sering terjadi, hendaknya bisa diredam lewat cara damai, melalui jalur diplomasi. Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi. Akan banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh Indonesia dan Malaysia di dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara kedua negara, lewat pendekatan diplomasi daripada cara-cara politik yang lain, seperti konfrontasi, bahkan perang. Pendekatan kekerasan (hard power) tidak pernah bisa menyelesaikan suatu masalah, bahkan kekerasan sering memicu terjadinya kekerasan lain. Namun ketegasan dari pemerintah Indonesia tetap diperlukan di dalam menghadapi Malaysia

48

yang sering berulah. Namun sikap tegas pemerintah terhadap Malaysia tidak harus dilakukan dengan cara perang yang harus mengerahkan seluruh sumber daya manusia termasuk tentara dan dana yang sangat besar. Demikian juga halnya dengan pemerintahan Malaysia, dengan pendekatan diplomasi (soft power) yang jauh lebih murah akan dapat menciptakan persaudaraan diantara bangsa serumpun, untuk saling terbuka dan tidak saling menyakiti satu sama lain. Dalam diplomasi multilateral, Indonesia dan Malaysia memiliki strategi yang sama. Keduanya memiliki ambisi menjadi kekuatan regional. Hanya saja Malaysia dengan serius menyebarkan soft power melalui berbagai produk negaranya yang disalurkan melalui dana investasi khusus (sovereign wealth fund). Sementara, Indonesia berusaha mencuri kesempatan ditengah jatuhnya perekonomian global serta bertahannya pertumbuhan ekonominya karena stabilitas konsumsi domestic yang masih terjaga. Upaya mengedepankan langkah diplomatik merupakan pilihan yang tepat, baik di dalam kerangka hubungan bilateral yang saling membutuhkan, maupun dalam kerangka kultur kerjasama ASEAN yang telah lama berjalan. Pembentukan Eminent Person Group (EPG) yang terdiri dari para tokoh masyarakat kedua negara untuk merumuskan dan memberikan masukan kepada kedua kepala pemerintahan dianggap mampu memberikan formulasi terbaik bagaimana kedua negara serumpun ini tetap bisa harmonis. Saling adanya kunjungan PM Malaysia dan Presiden RI untuk menunjukkan persahabatan kedua negara telah berlagsung baik. PM Malaysia Najib Tun Razak, begitu dilantik sebagai PM Malaysia yang baru tahun 2008 telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang pertama kali dikunjungi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), setelah dilantik menjadi presiden RI untuk yang ke 2 kalinya, juga pergi ke Malaysia sebagai negara yang pertama kali dikunjungi.

49

1. Bidang pendidikan dan sosial budaya Sejumlah pencapaian Hubungan baik antara Indonesia-Malaysia terjalin rapat dalam berbagai bidang seperti di bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi serta kerja sama lainnya. Hubungan Indonesia dan Malaysia dalam konteks pendidikan telah terjalin sejak lama, kedua negara telah melaksanakan banyak sekali pertukaran pelajar maupun pengajar. Jalur pendidikan ini sangat penting terutama dalam pembelajaran dan pemahaman tentang keserumpunan antara Indonesia dan Malaysia. Alasanya adalah bahwa jaman telah berganti, demikian pula generasinya. Oleh karena itu, kurang tepat jika pembelajaran dan pemahaman tentang keserumpunan itu masih didasarkan pada pembelajaran pada generasi sebelumnya. Generasi sekarang memerlukan pendekatan baru dalam menjelaskan keserumpunan itu, memang keserumpunan dalam konteks sejarah dan budaya masih sangat penting untuk dijalaskan, namun juga keserumpunan ide-ide kontemporer yang berkaitan dengan isu-isu global yang saat ini berdekatan dengan kehidupan sehari-hari juga sangat penting. Penjelasan tentang keserumpunan ini tidak hanya dijelaskan dalam konteks persaman adat, tradisi ketimuran namun perlu ditambah dengan keserumpunan dalam konteks yang kontemporer seperti misalnya keserumpunan terhadap penghormatan HAM, keserumpunan pemanfaatan teknologi yang biasa diimplementasikan dalam kerjasama penelitian bersama untuk pemanfaatan bersama. Keserumpunan pada hakikatnya dapat diartikan sebagai berbagai budaya, namun juga dapat dipahami sebagai berbagai ide bersama untuk kepentingan bersama. Keserumpunan ini juga dapat dijelaskan dan dilaksanakan melalui tim-tim bersama antara Indonesia dan Malaysia dalam beberapa bidang. Oleh karena itu pendidikan tentang keserumpunan ini perlu ditingkatkan dan dilaksanakan dalam kurikulum bersama Indonesia dan Malaysia.

50

Disisi lain, Indonesia dan Malaysia juga memiliki kemiripan, sebagai negara, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Dalam konteks ini, kedua masyarakat berbagi nilai yang sama yaitu nilai ke-islaman. Memang tidak dipungkiri bahwa terdapat banyak perbedaan dalam implementasi di lapangan, namun setidaknya terdapat kelompok atau organisasi islam di kedua negara yang memiliki persamaan perdagangan. Oleh karena itu, hubungan antar organisasi islam di kedua negara dapat dipandang

sebagai

people

to

people

contact

dimana

pemerintah

dapat

menggunakannya sebagai sarana dalam penyebarluasan informasi. Kerjasama antar kelompok ini juga tidak hanya antar organisasi islam, namun mungkin juga organisasi yang lain dalam konteks Non Government Organization (NGO). Dalam konteks budaya, Sekitar tahun 1990an ada acara Titian Muhibah yang ditayangkan oleh TVRI dan TV Nasional Malaysia. Lalu film kartun Malaysia seperti Upin Ipin yang sangat digemari di Indonesia. Sebaliknya juga sinetron-sinetron, musik dan lagu-lagu Indonesia juga diminati publik Malaysia. Bahkan saat ini, di Malaysia sudah ada radio ataupun televisi khusus berbahasa Indonesia yang dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia yang ada di negara ini dan juga masyarakat Malaysia yang menyukai siaran-siaran berbahasa Indonesia tersebut. Terkait dengan permasalahan kebudayaan, diperlukan upaya yang signifikan untuk melestarikan kebudayaan yang dibawa oleh komunitas keturunan Indonesia di Malaysia. Para keturunan Indonesia ini walaupun bukan WNI namun memiliki hak untuk melestarikan kebudayaan asalnya yang dibawa oleh nenek moyang mereka. Demi mendukung pelestarian kebudayaan yang dibawa oleh komunitas keturunan Indonesia di Malaysia, Pemerintah Indonesia melalui Perwakilan RI se-Malaysia berupaya menerapkan kebijakan kerja sama dengan Malaysia di bidang kebudayaan dan pariwisata. Program kegiatan seperti Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI)

51

atau Friends of Indonesia merupakan program yang dimanfaatkan untuk menjaring peserta dari Malaysia dan menciptakan generasi muda Malaysia yang paham tentang Indonesia. Selain itu peluang untuk meningkatkan kerja sama di bidang sosial dan budaya antar kedua negara juga semakin terbuka setelah pemerintah kedua negara terus berkomitmen untuk meningkatkan hubungan people-to-people contact melalui peningkatan hubungan antar generasi muda dan antar media untuk menghindari kesalahpahaman yang menyangkut sosial budaya kedua negara. Hal ini juga didukung oleh implementasi Nota Kesepahaman (MoU) yang dimiliki oleh Indonesia dan Malaysia yang akan membuka peluang peningkatan kerja sama di bidang sosial dan pendidikan yaitu MoU Kerja sama Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat, MoU Kerja sama Pemuda dan Olahraga dan MoU on Student Pass/Stay Permit and Visa for Higher Education Programmes (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2014). 2. Bidang Ekonomi Di bidang ekonomi dari tahun ke tahun juga terdapat peningkatan. Masih banyak investor Malaysia yang menanamkan modalnya di Indonesia yang secara tidak langsung juga turut membuka lapangan pekerjaan, sebaliknya bagi Indonesia, tetangga kita ini menjadi negara tujuan ekspor beberapa produk andalan Indonesia. Meskipun tidak signifikan tetapi ada kemajuan baik di sektor perdagangan, investasi dan kerja sama di bidang ekonomi secara menyeluruh. Di bidang investasi, Malaysia selalu menduduki peringkat 10 besar sebagai investor terbesar di Indonesia. Menurut data BKPM, pada periode Januari-September 2014, Malaysia merupakan investor terbesar kelima setelah Singapura, Jepang, Belanda dan Inggris (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2014). Sektor 52

perkebunan/ perladangan masih menyumbang kontribusi terbesar bagi total nilai investasi Malaysia di Indonesia. Kedepan diharapkan Malaysia dapat berinvestasi di bidang lainnya seperti infrastruktur dan sektor manufaktur lainnya. Sedangkan di bidang perdagangan, Kepala negara Indonesia dan Malaysia dalam Annual Consultation ke-9 di Putajaya, Malaysia pada bulan Desember 2012 menyepakati perlunya peningkatan nilai perdagangan bilateral yang ditargetkan sebesar USD 30 miliar (sekitar RM 90 miliar) pada tahun 2015. Mengingat secara bilateral, perdagangan antara Indonesia dengan Malaysia rata-rata sekitar US$ 19,5 Miliar pertahun dalam kurun waktu 2010-2016 (Fauzie, 2017) Indonesia merupakan salah satu mitra dagang terpenting bagi Malaysia. Indonesia menduduki peringkat ke8 negara tujuan ekspor terbesar bagi Malaysia setelah Tiongkok, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Thailand, Hong Kong dan Australia. 3. Bentuk-bentuk Upin dan Ipin di Indonesia Indonesia bisa dikatakan sebagai negara kedua Upin-Ipin setelah Malaysia sebagai negara asal mereka. Kepopuleran Upin-Ipin tidak hanya kita lihat di televisi saja namun di Malaysia sendiri juga terdapat berbagai merchendise yang dijual secara resrmi. Bahkan di Indonesia sendiri banyak yang memanfaatkan kepopuleran mereka dengan menjual merchendise berupa boneka salah satunya. Salah satu contoh bentuk budaya populer di Indonesia adalah Film seri animasi Upin-Ipin yaitu film anak-anak dengan tokoh utama dua bocah berkepala botak ini, belakangan begitu populer di Indonesia. Ini adalah alasan mengapa Upin Ipin menjadi populer di Indonesia yang berasal dari Malaysia: 1. Tema yang bersahaja dan dekat dengan keseharian .

53

Jika mau dibandingkan dengan tayangan anak-anak sejenis, Upin dan Ipin tak lebih bertemakan dunia anak-anak lengkap dengan problematikanya yang tak jauh dari aktivitas bersekolah, belajar, membantu orang tua, hingga bermain yang mendapat porsi cukup banyakdi sini. Dengan bermain, tema cerita menjadi semakin menarik. 2. Kesamaan kultur budaya membuat cerita mudah di mengerti. Upin dan Ipin memiliki gaya penceritaan yang dekat dengan kultur budaya masyarakat Indonesia, khususnya Melayu. Dan seperti yang kita ketahui, film animasi ini diproduksi Les‟ Copaques, sebuah rumah produksi di Malaysia, yang berniat memajukan perfileman animasi anak-anak dengan tak lupa memasukkan unsur pendidikan di setiap produksinya. Dengan demikian cita rasa nan kental dalam budaya, diangkat sedemikian menariknya dalam seri anak-anak ini. 3. Multikultur yang membuat keunikan tersendiri. Kita bisa tertawa, tersentuh, juga tersenyum sendiri menyaksikan betapa persahabatan multi etnis antara Upin, Ipin, Ehsan, Fizi, Ijad dan Mail(Melayu), terjalin penuh dinamika dengan Jarjit dan Raju(India). Kadang konflik terbangun di antara mereka, namun kehadiran sosok Mei Mei(Tionghoa), tokoh anak cerdas dan serba tahu yang datang bagai pembawa damai bagi mereka. Bahwa semua orang adalah sama dan tidak ada perbedaan. Belakangan,muncul pula sosok baru, Susanti (Indonesia) yang ikut ayahnya menetap di Malaysia karena tugas. 4. Karakterisasi yang kuat membuat di ingat. Siapapun tau, kalau si Ipin, adik kembar yang bungsu itu adalah tokoh peniru Upin. Sebentar-sebentar nada bicara mengikut sang kakak: betol, betol, betol! Atau tingkah polah Jarjit yang suka berpantun, Mail si otak bisnis yang terkenal akan dua singgitnya itu! Dan tak kalah kocak, aksi si anak manja(intan payung): Ehsan, anak orang kaya yang suka pamer itu, sungguh khas anak kecil dan polos, Apalagi Tuk

54

Dalang, kakek Upin dan Ipin yang jadi tempat bertanya itu, pelengkap tontonan yang kocak. Fenomena selanjutnya adalah maraknya produksi dan penjualan marchendise Upin dan Ipin di Indonesia. Sejak animasi Upin dan Ipin terkenal di Indonesia, produk-produk sampingannya seperti kaos, balon, boneka, topi, piring, gelas, tas dan lain sebagainya banyak dipasarkan dan mudah ditemukan di pusatpusat perbelanjaan di Indonesia. Mulai dari kaki lima, pedagang emperan, pasar tradisional, toko-toko baju, hingga mall-mall besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan suksesnya tayangan kartun Upin dan Ipin di Indonesia, sehingga dua tokoh anak kecil ini disukai oleh banyak masyarakat Indonesia. Animasi asal Malaysia ini juga telah dijadikan sebagai icon dalam strategi marketing di Indonesia. Perusahaan menggunakan tokoh animasi Malaysia Upin dan Ipin sebagai icon dalam strategi marketingnya bertujuan untuk meningkatkan pemasaran sebagai daya tarik pengunjung. Sebagai contoh, Carrefour yang telah menjadikan tokoh animasi Malaysia ini sebagai cover katalog belanjaannya, untuk menarik masyarakat agar berbelanja di pusat pembelanjaan ini. Dan kemudian, juga ada Waterboom Bogor The Jungle yang memajang tokoh animasi ini pada billboard besar di pinggir jalan, supaya menarik masyarakat untuk mengunjungi tempat rekreasi tersebut. Di Indonesia, Les‟Copaque setidaknya bekerja sama dengan dua perusahaan local, yakni PT. Consobiz Ventures dan PT. Danapersadaraya Motor Industry (DMI). Masing-masing untuk membuat popok bayi dan helm SNI Upin dan Ipin. Sedangkan di perusahaan Swasta salah satunya adalah MNC, Hal ini dibuktikan dengan Tayangnya film Kartun Upin dan Ipin di MNCtv menggantikan TPItv. Setelah melakukan kerja sama saat penayangan Kartun Animasi Malaysia, pada tahun 2016

55

MNC group kembali menjalin kerjasama dengan Media Asal Malaysia, Media Prima, dengan melakukan pertukaran konten berbagai program animasi.

56

BAB IV KARTUN UPIN DAN IPIN SEBAGAI INSTRUMEN SOFT DIPLOMACY DALAM HUBUNGAN MALAYSIA-INDONESIA A. Kartun Upin dan Ipin di gunakan sebagai instrumen soft diplomacy Malaysia. Dalam konsep Soft diplomacy yang dikemukakan oleh Nye, ia menjelaskan bahwa pembangunan citra melalui soft diplomacy itu adalah alat paling mudah dalam hubungan internasional saat ini karena dengan tidak adanya penggunaan kekerasan ataupun tekanan. Sehubungan dengan hal ini, dalam membentuk citra Malaysia yang hangat dan positif dengan Indonesia ini dapat di lakukan melalui soft diplomacy. Diplomasi suatu negara dapat di katakan berhasil apabila memiliki power yang kuat. Dalam pelaksanaannya Malaysia lebih menggunakan soft power di bandingkan dengan hard power, soft power yang di maksud disini adalah dengan menggunakan bujukan, rayuan atau ketertarikan terhadap suatu kebudayaan, ideology, ataupun pilihan-pilihan politis. Dengan memasukkan unsur-unsur kebudayaan Malaysia ke dalam

Kartun Upin dan Ipin. Ini merupakan salah satu cara Malaysia dalam

mempromosikan kebudayaannya agar dapat meningkatkan Citra negaranya di publik internasional. Salah satu bentuk diplomasi yang memanfaatkan Soft Power ialah bentuk diplomasi publik. Diplomasi publik dimaknai sebagai proses komunikasi dari segala aktor yang bertujuan untuk memberikan pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negaranya. Menurut Walter Lippmann, diplomasi publik berhubungan dengan pembentukan citra suatu negara (Lippman, 1998). Citra dapat dinyatakan secara singkat sebagai gambaran tentang keadaan suatu negara. Gambaran yang diterima sebagai kenyataan, sekalipun bukan kenyataan apa adanya. Bentuk-bentuk implementasinya erat 57

kaitannya dengan unsur-unsur budaya dan masyarakat yang dalam prosesnya dikomunikasikan dengan baik agar dapat menggambarkan suatu negara melalui sudut pandang ataupun keadaan suatu negara. Hal ini memiliki tujuan untuk menyampaikan citra suatu negara di mata publik dalam negara maupun di luar negara. Dalam hal ini, apabila konsep ini dikaitkan dengan film kartun Upin dan Ipin yang menjadi objek penelitian penulis maka terlihat relevansinya. Film merupakan salah satu bagian dari media yang digunakan dalam diplomasi publik. Film merupakan cerminan dari kebudayaan suatu bangsa karena film menggambarkan berbagai aspek kehidupan, realitas dan gaya hidup masyarakat suatu negara. Film juga mempunyai peran penting di dalam upaya kemajuan manusia dengan kekuatan sinematografinya, efek audio visual dan kemampuan mengkostruksi pemikiran, film telah terbukti sangat efektif sebagai sarana advokasi pemikiran. Melihat hal tersebut, Film kartun Upin dan ipin lahir sebagai karya seni dan budaya serta mempromosikan nilai-nilai unggul yang ingin ditonjolkan seperti nilainilai toleransi, pendidikan, dan menghargai perbedaan. Film Upin dan Ipin sebagai aset diplomasi yang memiliki nilai seni dan kreativitas serta berperan dalam proses pembentukan citra sebuah bangsa. Film ini mampu memvisualisasikan

dan

mempresentasikan karakter dan identitas masyarakat dan negara dengan cara yang lebih soft. Nilai-nilai positif yang ditampilkan dalam film ini tidak hanya menjadi bahan untuk meningkatkan citra suatu negara namun nilai-nilai yang dibangun diharapkan dapat diadopsi untuk menciptakan kehidupan yang damai antarnegara yang bertetangga. 1. Kepopuleran Kartun Upin dan Ipin di Indonesia. Indonesia bisa dikatakan sebagai negara kedua Upin-Ipin setelah Malaysia sebagai negara asal mereka. Kepopuleran Upin-Ipin tidak hanya kita lihat di televisi

58

saja namun di Malaysia sendiri juga terdapat berbagai merchendise yang dijual secara resmi. Bahkan di Indonesia sendiri banyak yang memanfaatkan kepopuleran mereka dengan menjual merchendise. Salah satu contoh bentuk budaya populer di Indonesia adalah Film seri animasi Upin-Ipin yaitu film anak-anak dengan tokoh utama dua bocah berkepala botak ini, belakangan begitu populer di Indonesia. Ini adalah alasan mengapa Upin Ipin menjadi populer di Indonesia yang berasal dari Malaysia: a. Tema yang bersahaja dan dekat dengan keseharian . Jika mau dibandingkan dengan tayangan anak-anak sejenis, Upin dan Ipin tak lebih bertemakan dunia anak-anak lengkap dengan problematikanya yang tak jauh dari aktivitas bersekolah, belajar, membantu orang tua, hingga bermain yang mendapat porsi cukup banyak di sini. Dengan bermain, tema cerita menjadi semakin menarik. Hal ini tergambar jelas apa yang dikemukakan oleh informan yaitu “Kartun ini merupakan tayangan semacam kartun, namun penyuka kartun ini tidak hanya di kalangan anak-anak tetapi juga di kalangan orang dewasa. Kartun Upin dan Ipin ini bukan hanya sekedar tayangan hiburan semata tetapi memiliki unsur cerita yang mendidik dan tidak mengada-ada (menceritakan kehidupan nyata) seperti kartun lainnya” (Istiharah, 2018). b. Kesamaan kultur budaya membuat cerita mudah di mengerti. Dari data yang diperoleh melalui informan sodara Andi Muh. Mardatillah, ia menyebutkan bahwa dalam kartun ini sangat jelas di gambarkan Malaysia ingin memberikan pandangan bahwa negara Malaysia memiliki hubungan persaudaraan terhadap Indonesia. hal ini di dukung dari adanya persamaan kultur budaya, seperti aksen bahasa yang mudah di mengeti atau hamper sama dengan bahasa Indonesia, serta kesamaan negara yang merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk Islam terbesar di dunia. (Mardatillah, 2018).

59

c. Multikultur yang membuat keunikan tersendiri. Kita bisa tertawa, tersentuh, juga tersenyum sendiri menyaksikan betapa persahabatan multi etnis antara Upin, Ipin, Ehsan, Fizi, Ijad dan Mail(Melayu), terjalin penuh dinamika dengan Jarjit dan Raju(India). Kadang konflik terbangun di antara mereka, namun kehadiran sosok Mei Mei(Tionghoa), tokoh anak cerdas dan serba tahu yang datang bagai pembawa damai bagi mereka. Bahwa semua orang adalah sama dan tidak ada perbedaan. Belakangan,muncul pula sosok baru, Susanti (Indonesia) yang ikut ayahnya menetap di Malaysia karena tugas. “jadi sejauh ini hubungannya melalui media Upin ipin ini sangat baik karena hal ini digambarkan dari karakter si susanti dan teman-temannya upin ipin. Jadi ketika upin ipin dan teman-temannya menggambarkan bagaimana dia bersahabat dengan susanti, nah secara tidak langsung dia juga menggambarkan orang-orang Malaysia itu seperti ini, dan dia juga akan welcome dengan kita sebagai orang Indonesia. jadi saya pikir, dari upin ipin ini memberikan gambaran yang sangat baik mengenai hubungan antara Indonesia dan Malaysia” (Aish, 2018). d. Karakterisasi yang kuat membuat di ingat. Siapapun tau, kalau si Ipin, adik kembar yang bungsu itu adalah tokoh peniru Upin. Sebentar-sebentar nada bicara mengikut sang kakak: betol, betol, betol! Atau tingkah polah Jarjit yang suka berpantun, Mail si otak bisnis yang terkenal akan dua singgitnya itu! Dan tak kalah kocak, aksi si anak manja(intan payung): Ehsan, anak orang kaya yang suka pamer itu, sungguh khas anak kecil dan polos, Apalagi Tuk Dalang, kakek Upin dan Ipin yang jadi tempat bertanya itu, pelengkap tontonan yang kocak. “

60

2. Tokoh Susanti sebagai representasi Indonesia Selain Upin dan ipin beserta teman-temannya, Satu hal yang luar biasa adalah munculnya karakter Susanti. Susanti merupakan anak perempuan yang berasal dari sebuah keluarga dari Jakarta, Indonesia, baru tinggal di Malaysia dan belum terbiasa dengan obrolan anak-anak lainnya. Kartun ini mendapat apresiasi baik di Indonesia sebab banyak digemari anak-anak, remaja, maupun orang dewasa di Indonesia. Les‟Copaque menambahkan tokoh Susanti sebagai bentuk ucapan terima kasih atas apresiasi masyarakat Indonesia terhadap animasi ini.

Lewat karakter Susanti

Les‟Copaque mencoba “berkomunikasi” dengan Indonesia. Berkomunikasi di sini biasa berarti banyak hal: a. Susanti hadir sebagai representasi masyarakat Indonesia yang berada di Malaysia. Sudah menjadi informasi umum bahwa tenaga kerja Indonesia menjadi tenaga kerja asing terbanyak di Malaysia. Sebagian besar adalah perempuan dan bekerja di sector domestic. b. Susanti menjadi kunci tayangan Upin dan Ipin untuk masuk semakin dalam ke Indonesia. Upin dan Ipin sangat di gemari di Indonesia. Karakter Susanti seolaholah menjawab kerisauan beberapa pihak di Indonesia yang mulai menyadari bahwa bagaimanapun Upin dan Ipin bukan karakter Asli Indonesia. Susanti mampu meredam itu semua. Buktinya Upin dan Ipin semakin laris dan digemari Di Indonesia. c. Karakter Susanti seolah-olah di hadirkan sebagai suatu oase bagi hubungan diplomatic Malaysia-Indonesia yang sempat memburuk di pertengahan tahun 2000-an. Karakter Susanti mencoba mencairkan itu semua. Bahwa Malaysia juga menerima sosok Indonesia dengan damai di negeri mereka. Walau belum terukur

61

secara empiris, namun usaha diplomasi Malaysia lewat Karakter Susanti ini patut dihargai. Perkenalan dua budaya Indonesia dan Malaysia yang berbeda, dalam cakupan luasnya mengenai dialog antar budaya, dimulai dari episode “Berpuasa Bersama Kawan Baru & Selamat Menyambut Lebaran” dengan durasi tayang 21:45 menit. Pada bagian ini, citra Malaysia yang merangkul Indonesia dibangun melalui sudut pandang tokoh anak-anak. Sudut pandang tokoh anak ini penting sebagai kacamata dua budaya dalam dialog antar budaya atau komunikasi internasional antara Indonesia dan Malaysia yang masih netral. Hal yang terlihat jelas pada adegan tersebut adalah adanya upaya menunjukkan pentingnya relasi dan keterbukaan pihak Malaysia terhadap Indonesia dengan kehadiran tokoh Susanti di moment. Komunikasi internasional yang tercipta atau diciptakan melalui produk budaya ini dapat dipandang sebagai langkah diplomasi secara halus, netral, dan mungkin mengurangi ketegangan hubungan antara Indonesia dan Malaysia sejak peristiwa Federasi Malaysia antara kedua negara ini. Adanya apresiasi yang cukup signifikan dari Indonesia juga turut membangun terjaganya komunikasi internasional kedua belah pihak. 3. Dukungan Malaysia terhadap Kartun Upin dan Ipin Selain unsur-unsur identitas negara yang melekat di dalam film animasi ini, pemerintah Malaysia juga memberikan dukungan penuh dan bantuan dana dalam jumlah sebesar RM 1 juta untuk meluasnya penyiaran tayangan animasi ini di dunia. Berbagai kementerian dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya memberikan bantuan yang tidak sedikit kepada LCP. Di antaranya adalah MOSTI (Ministry of Science, Technology, and Innovation), MOTOUR (Ministry of Tourism), MIMOS (Malaysian Institute of Microelectronic System), MSC (Multimedia Super Corridor), MDeC (Multimedia Development Corporation), TM (Telekom Malaysia), serta 62

lembaga non-pemerintahan seperti perusahaanperusahaan asing dan perusahaan multinasional, seperti KFC, Pepper Mint Asia, Ken Films, Voxell Group dan China Animation International. Kementerian Pariwisata Malaysia (MOTOUR) yang memberikan bantuan agar LCP memasukkan unsur pariwisata dan budaya Malaysia di dalam animasi ini. Dan banyak lagi bantuan-bantuan yang sengaja diberikan agar film animasi ini membawa serta kepentingan-kepentingan Malaysia di dalamnya. B. Pengaruh hubungan Malaysia dan Indonesia sebelum dan sesudah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia. 1. Hubungan Indonesia dengan Malaysia sebelum Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia Berada dalam sebuah rumpun Melayu, menjadikan Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan yang erat dalam hal tradisi, budaya, kekerabatan, dan sejarah yang dekat anatara kedua negara. Tak bisa di pungkiri bahwa hubungan antara Indonesia dan Malaysia masih mengalami pasang surut keharmonisan. Berbagai persoalan pelik sering kali di jadikan alasan bagi kedua negara tersebut dalam memicu pertikaian antara keduanya. Masalah tersebut dapat dipicu soal budaya, wilayah perbatasan, persepsi yang berbeda tentang kawasan, serta soal para pekerja Indonesia di Malaysia. a. hubungan kedua negara ini sempat mengalami perselisihan di tahun 1960-an, yaitu Konfrontasi Indonesia Malaysia atau lebih di kenal sebagai konfrontasi adalah sebuah perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah, dan Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962-1966. Dalam permasalahan tersebut, Soekarno melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama „Ganyang Malaysia‟ yang diproklamasikan melalui sebuah Pidato. Gerakan ini

63

muncul sebagai akibat dari kemurkaan Soekarno atas tindakan para demonstran anti Indonesia di Malaysia yang menghina Indonesia. b. Hukum gantung WNI di Malaysia tahun 1990-an Malaysia menerapkan kebijakan keras untuk perkara narkotika dan obat-obatan, yang dikenal sebagai dadah disana. Sebagian besar terpidana dijatuhi hukuman mati. Sejak akhir 1990-an, hukuman gantung untuk perkara-perkara ini marak di Malaysia, termasuk terhadap sejumlah warga Indonesia yang dinyatakan sebagai pengedar. Namun warga Indonesia yang di gantung di Malaysia bukan hanya karena kasus narkoba, melainkan juga perkara lain seperti perampokan dengan kekerasan dan pembunuhan, serta dengan sengketa butuh PRT dengan majikan yang berujung pembunuhan. Muncul juga laporan-laporan tentang perlakuan kejam yang di alami TKI di Malaysia. Namun, sebagian besar hukuman gantung tetap dijalankan. c. „Indon‟ Warga Indonesia merupakan Mayoritas dari pekerja asing di Malaysia. Sekitar beberap juta orang Indonesia tercatat sebagai pekerja resmi, namun ratusan ribu lagi merupakan pekerja gelap atau imigran gelap. Istilah Malaysia “orang Indon” untuk imigran tak berdokumen resmi ini adalah „pendatang haram‟, yang memunculkan rasa bahasa „menghinakan bagi orang Indonesia‟. istilah Indon menurut banyak orang Malaysia, sekedar menyingkat saja, tanpa nada menghina. Sedangkan respon dari Indonesia adalah menciptakan istilah seperti Mallingsia. Istilah Mallingsia digunakan para pemrotes dalam berbagai unjuk rasa anti Malaysia beberapa tahun lalu. d. Sipadan-Ligitan Setelah bertahun-tahun saling gertak dan bertegang-tegang, akhirnya kedua pihak sepakat menyerahkan penyelesaiannya kepada Mahkamah Internasional. Dan

64

hasilnya, Indonesia kalah: Mahkamah Internasional menetapkan kawasan Sipadan Ligitan merupakan bagian dari kedaulatan wilayah Malaysia, pada 17 Desember 2002. Kasus ini membuat Indonesia jadi lebih sensitive setiap kali ada saling klaim wilayah. Misalnya ada ketegangan sekitar Blok Ambalat pada 2005. e. Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, Batik, Tari pendet, Instrumen ansambel serta beras asli Nunukan, Kalimantan, dan Tari tor-tor. Histeria anti Malaysia menemukan bentuknya yang lain tatkala pada 2007 muncul lagu rasa sayange pada sebuah iklan pariwisata Malaysia. Muncul kehebohan menuduh Malaysia mencuri harta budaya Indonesia. di susul kemudian pemunculan reog ponorogo, dan tari pendet dari filmfilm dan iklan wisata Malaysia. Sebelumnya muncul juga tuduhan bahwa Malaysia hendak mengklaim batik dan tari tor-tor. Dari kasus-kasus yang dituding oleh beberapa kalangan Indonesia sebagai „pencurian budaya‟ itu muncul sebutan „Mallingsia, yang menghinakan, terlepas dari benar tindakan tudingan-tudingan itu (BBC, 2017). 2. Hubungan Indonesia dengan Malaysia setelah Kartun Upin dan Ipin masuk ke Indonesia. Seiring dengan hadirnya serial Kartun Upin dan Ipin di Indonesia, tingkat ketegangan konfrontasi antara Malaysia dan Indonesia yang kadang mengganggu hubungan kedua negara di perkirakan sedikit mereda. Pihak yang terlibat konfrontasi bisa saja menghentikan konfrontasi dan justru melihat penayangan serial tersebut kendati hanya dengan mendampingi anak-anaknya mengikuti tayangan serial itu. Kehadiran serial tayangan Kartun Upin dan Ipin sejatinya menjadi obat penawar sekaligus media bagi terwujudnya kembali hubungan baik MalaysiaIndonesia. serial ini bisa menjadi semacam hiburan yang tidak hanya bagi anak-anak

65

tapi juga orang dewasa. Dalam prespektif hubungan Internasional tayangan itu merupakan bagian dari diplomasi Malaysia terhadap Indonesia. a. Keberhasilan Kartun Upin dan Ipin menarik simpatik pebisnis di Indonesia. Fenomena maraknya produksi dan penjualan marchendise Upin dan Ipin di Indonesia. Sejak animasi Upin dan Ipin terkenal di Indonesia, produk-produk sampingannya seperti kaos, balon, boneka, topi, piring, gelas, tas dan lain sebagainya banyak dipasarkan dan mudah ditemukan di pusatpusat perbelanjaan di Indonesia. Mulai dari kaki lima, pedagang emperan, pasar tradisional, toko-toko baju, hingga mal-mal besar di Indonesia. Animasi asal Malaysia ini juga telah dijadikan sebagai icon dalam strategi marketing di Indonesia. Perusahaan menggunakan tokoh animasi Malaysia Upin dan Ipin sebagai icon dalam strategi marketingnya bertujuan untuk meningkatkan pemasaran sebagai daya tarik pengunjung. Sebagai contoh, Carrefour yang telah menjadikan tokoh animasi Malaysia ini sebagai cover katalog belanjaannya, untuk menarik masyarakat agar berbelanja di pusat pembelanjaan ini. Dan kemudian, juga ada Waterboom Bogor The Jungle yang memajang tokoh animasi ini pada billboard besar di pinggir jalan, supaya menarik masyarakat untuk mengunjungi tempat rekreasi tersebut. Di Indonesia, Les‟Copaque setidaknya bekerja sama dengan dua perusahaan local, yakni PT. Consobiz Ventures dan PT. Danapersadaraya Motor Industry (DMI). Masing-masing untuk membuat popok bayi dan helm SNI Upin dan Ipin. b. Penggarapan Upin dan Ipin di Indonesia di tandai oleh puji-pujian dari khalayak publik Indonesia. Penggarapan Upin dan Ipin di Indonesia di tandai oleh puji-pujian dari khalayak publik Indonesia seperti berikut:

66

(Mardatillah, 2018) mengatakan bahwa kartun Upin dan Ipin menarik untuk di tonton karena selain menghibur film ini juga mengangkat nilai kebudayaan. Dengan Merepresentasikan diversity Malaysia, keanekaragaman etnik yang diterima di negara tersebut. Mengandung nilai pendidikan serta unsur islam, seperti menghormati sesama kawan yang berbeda kaum dan agama. Adapula (Istiharah, 2018) yang berpendapat bahwa, karakteristik budaya Malaysia sangat tergambar jelas di kartun Upin dan Ipin ini seperti memasukkan perayaan-perayaan hari besar di Malaysia. banyak hal yang dapat dipelajari dari tayangan ini seperti mengajarkan kita tata cara sholat, dan berbuat baik ke sesama. (Aish, 2018) yang menganggap bahwa selain isi cerita yang mengandung nilai-nilai pendidikan, melalui Kartun Upin dan Ipin ini Malaysia juga memberikan gambarkan kepada publik melalui Karakter Susanti yang mewakili budaya Indonesia. Secara tidak langsung memberikan kesan bahwa Malaysia tidak meniru budaya Indonesia. terbukti dengan di gabungnya dua budaya ini dalam satu Film yaitu Kartun Upin dan Ipin. (Vanisa, 2018) mengatakan bahwa, Ia sangat menyukai film Kartun Upin dan Ipin karena selain manayangkan keseharian yang nyata, dan walaupun berasal dari negara lain tetapi tayangan ini mudah di cerna oleh penonton apalagi bagi anakanak karena kemiripan budaya kedua negara. Dan menurutnya adanya kerjasama Kartun Upin dan Ipin dengan grup Band PADI yang menjadi soundtrack Upin dan Ipin merupakan itu sudah jadi bukti kalau Upin dan Ipin bisa menjadi media yang baik bagi hubungan kedua negara. c. Lagu grup band Indonesia menjadi soundtrack Kartun Upin dan Ipin. Grup band PADI merilis lagu yang berjudul “Sahabat Selamanya” untuk serial animasi “Upin Ipin”. Grup ini mengemukakan bahwa fokus utama pembuatan lagu

67

tersebut adalah untuk anak-anak, bukan hubungan politik antara kedua Negara. tindakan Grup band ini dalam menciptakan dan merilis lagu untuk serial animasi “Upin dan Ipin” merupakan bentuk timbal balik dalam komunikasi internasional kedua negara atau sebagai apresiasi balik dari Indonesia terhadap Malaysia yang telah berupaya membangun dan menjaga perdamaian lewat produk budaya meskipun hubungan keduanya mungkin sedang memanas kembali. Selain itu, alasan grup PADI dalam merilis lagu tersebut yang menekankan untuk anak-anak menunjukkan upaya yang sama seperti yang dilakukan Malaysia. Tindakan ini mencerminkan relasi yang lebih luas dengan Malaysia melalui lagu anak-anak yang diciptakan untuk soundtrack animasi “Upin dan Ipin”. Dengan demikian, kedua produk budaya berupa animasi dan lagu ini mencerminkan upaya perdamaian kedua pihak dalam membangun citra positif terhadap kedua Negara melalui kacamata anak-anak sebagai generasi muda.

68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya tayangan Kartun Upin dan Ipin, Malaysia mampu membangun citranya kembali dimata internasional secara umum dan Indonesia secara khusus. Kartun Upin dan Ipin sebagai instrumen soft diplomasi Malaysia dapat berjalan baik terbukti dari semakin banyaknya peminat serta perubahan pandangan masyarakat Indonesia tentang Malaysia melalui Kartun ini. 2. Kartun Upin dan Ipin ini dijadikan sebagai instrumen soft diplomacy karena dari kartun tersebut Malaysia telah memasukkan unsur-unsur kebudayaan yang ada di Malaysia, Unsur-unsur nilai kultur budaya yang dituangkan ke dalam film ini merupakan cerminan dari wujud keseharian yang ada di masyarakat Malaysia, dengan strategi Diplomasi publik yang membantu sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses film ini serta dapat membentuk opini publik. Tak hanya itu, kesamaan budaya antara kedua negara ini seperti budaya melayu merupakan suatu gagasan yang penting sehingga Film ini dapat diterima dengan baik. Dengan aksen yang mudah diingat, cerita yang mendidik, serta memasukkan unsur gabungan kedua negara dimana memiliki budaya yang berbeda dalam salah satu karakter, merupakan apresiasi yang patut dihargai. 3. Respon Indonesia pun sangat baik dalam memberikan apresiasi terhadap kartun Upin dan Ipin asal Malaysia ini. terbukti dengan banyaknya pedagang yang memanfaatkan untuk menjual berbagai macam marchendise yang berlatar Upin dan Ipin, serta perusahaan Indonesia yang menggnakan Kartun ini sebagai Icon atau Maskot dalam penjualan produk sehingga dapat menarik bagi konsumen. 69

B. Saran Beberapa saran dan pertimbangan yang disajikan berdasarkan penelitian ini antara lain: 1. Diharapkan agar semakin banyak negara-negara yang menggunakan film atau media lainnya sebagai instrumen diplomasi dengan menampilkan nilai-nilai perdamaian sehingga film media lainnya dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman bersama antar pemerintah, masyarakat, dan organisasi lainnya. 2. Dengan melihat keberhasilan strategi Malaysia dalam menjalankan soft diplomacy dengan mengedepankan aspek kebudayaannya, maka Indonesia sebagai negara yang lebih kaya akan kebudayaan patut mengikuti langkah pelaksanaan soft diplomacy Malaysia. Indonesia dapat memperkuat soft power yang dimilikinya dengan memanfaatkan dan mengolah dengan baik aspek kebudayaan untuk dapat disebarluaskan dan dinikmati oleh masyarakat internasional sehingga dapat memberikan keuntungan ekonomi seperti yang dialami oleh Malaysia. 3. Dengan melihat berbagai macam kesuksesan negara-negara lain dengan menggunakan

produk

industry

kreatifnya,

diharapkan

Indonesia

lebih

memperhatikan kembali kualitas produk industrinya, agar dapat mengubah opini public menjadi lebih baik lagi. Adapun rekomendasi bagi tayangan animasi lainnya mengangkat keberagaman budaya, muatan konten local sebuah etnis untuk dapat lebih mempertimbangkan dengan matang bagaimana mengadaptasi etnis dan ras dalam penciptaan karakter animasi yang sangat menarik. Dan

70

kedepannya animasi tayangan bagi anak-anak selain Upin dan Ipin dapat memberikan warna yang lebih baik dalam penyampaian sebuah pesan positif.

71

DAFTAR PUSTAKA BUKU Anderson, B. (2008). Imagined Communities: Komunitas-komunitas Terbayang. Yogyakarta: Insist Press. Bungin, B. (2009). Pornomedia; Sosiologi Media, konstruksi Sosial Teknologi telematika & Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Pranada Media. Diamond, L., & McDonald, J. (1996). Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. West Hartford, Conn: Kumarian Press. Harvey, D. (1998). The Condition of Postmodernity (ocford: Blackwel, 1989) as cited in R. J. Holton, Globalization and the Nation-State. London: Macmillan Press. Hayati, S., & Yani, A. (2007). Geografi Politik. Bandung: PT. Refika Aditama. Hefner, R. W. (2001). The Politics Of Multiculturalism, pluralism, and Citizenship in Malaysia, Singapore, and Indonesia. University of Hawai Press. Ibrahim, I. S. (2007). budaya populer sebagai komunikasi: dinamika popscape dan mediascape di indonesia kontemporer. Yogyakarta: jalasutra. Kusumohamidjojo, B. (1987). Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta. Malthy, R. (1989). “Introduction” dalam Dreams for Sale: Popular Culture in the 20th Century. london: Routledge. Mcdonald, J. (1991). Further Exploration of Track Two Diplomacy. In: L. Kreisberg & S. J.Thorson (eds). Timing the De-Escalation of International Conflict. Syracuse: University press. Mcquail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. Mellisen, J. (2006). Public Diplomacy Between Theory and Practice. In: J. Noya (ed). The. California: Rand corporation. Mosco, V. (2009). The Political Economy of Communication. London: Sage Publication. Nye, J. S. (2004). Soft power - The Means To Success in world politics. New York: Public Affairs. Nye, J. S. (1990). Bound To Lead: The Changing Nature Of American Power. New York: Basic Books. Peletz, M. G. (2009). Gender Pluralism: Southeast Asia since Early Modern Times. New York dan London: Routledge. Potter, E. (2006). Branding Canada: Projecting Canada's Soft Power through Public Diplomacy. montreal: McGill-Queen‟s University Press. Ruslam, A. (2014). Metodologi Penleitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 72

Scott, M. (2009). A Global ABC Soft Diplomacy and the World of International Broadcasting. Bruce Allen Memorial Lecture. Sydney: Macquarie University. Snow, N., & Thailor, P. M. (2009). Routledge Handbook of Public Diplomacy. New York: Routledge. Storey, J. (2003). Teori Budaya dan Budaya Pop - Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. Yogyakarta: Penerbit Qalam. Strinati, D. (2007). Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yogyakarta: jejak. Suryokusumo, S. (2004). Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH "IBLAM'. Williams, R. (1983:237). Keywords A vocabulary of culture and society. New York: Oxford University Press. Yakub, A. N. (2013). Dances with Garuda : Malaysia - Indonesia Bilateral Relations. Univ. Malaysia Sarawak: Sarawak Press. Yoon, Y. S. (2004). Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM Press. Mellisen, J. (2006). Public Diplomacy Between Theory and Practice. In: J. Noya (ed). The. California: Rand corporation. JURNAL DAN DOKUMEN Amalina, a. (2015). Andalas journal of international studies (AJIS) VOL 1 NO 2. Retrieved November 27, 2017, from Andalas institute of international studies (ASSIST): http://ajis.fisip.unand.ac.id/index.php/ajis/article/view/9 Anwar, R. (2016). Pengaruh Film Animasi Upin dan Ipin Terhadap Penerapan Nilai Sosial Siswa di SDN 006 Sekolubuk Tigo Lirik. Jom FISIP Volume 3 No. 2, 2. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (2014). Diplomasi Indonesia 2014. Indonesia: Direktorat Informasi dan Media, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Indonesia. Kementrian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan. (2014, oktober). Dasar Industri Kreatif Negara Malaysia. Retrieved november 27, 2017, from http://www.kkmm.gov.my/pdf/dikn.pdf Lian, L. W. (2009, november 15). Jobless Four Years Ago, Three Young Filmmakers Shake Up Box Office. Retrieved november 30, 2017, from The Malaysian Insider. Luhulima, C. (2014). Peranan Diplomasi Multi-Track dalam Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2) , 75. Muthalib, H. A. (2007). “From Mousedeer to Mouse: Malaysian Animation at the Crossroads”. Inter-Asia Cultural Studies, 288-297. Nuswantoro, A. R. (2012). Rasa Lokal Rejeki Internasional: "Betul,Betul, Betul" Aspek Ekonomi Politik dalam Kartum Animasi Upin dan Ipin. Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, 422-427. 73

Sending, O. J., Pouliot, V., & Neumann, I. B. (2011). The Future of Diplomacy; Changing Practices, evolving relationships. Retrieved February 18, 2018, from International Journal, Summer2011: http://media.library.ku.edu.tr/reserve/resfall15_16/Hist311_DBarlas/Week_15.pdf Setiawan, R. (2013). Kekuatan New Media Dalam Membentuk Budaya Populer Di Indonesia. eJournal llmu Komunikasi, 2013, 1 (2): 355-374 ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id , 364. Wang, J. (2006). Public Diplomacy and global business. journal of business strategy, Vol. 27 Issue:3, 41-49. SKRIPSI Saputro, M. Endy. 2011. Upin & Ipin: Melayu Islam, Politik Kultur, dan Dekomodifikasi New Media. Center For Religion and Cross-Cultural Studies (CRCS): Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Wulansuci, Yolanan. 2010. Budaya Populer Manga dan Anime Sebagai Soft Power Jepang. Depok: Universitas Indonesia. ARTIKEL BBC. (2017, Agustus 22). Bendera RI terbalik: Perseteruan dari Ganyang Malaysia ke 'Malingsia'. Retrieved February 20, 2018, from BBC INDONESIA: http://www.bbc.com/indonesia/majalah-40996111 Review Maya. (2008). Retrieved november 30, 2017, from PcWorld: http://www.pcworld.idg.com.au/ review/software_and_services/autodesk/maya_2008/220799 Ambalavanan, D., Yee, N. M., Arrazy, N., & Sugiyanto, R. N. (2013, Februari). IMAHO (Indonesia Malaysia In Harmony): Strategi Cerdas Ala Mahasiswa Kesehatan Dalam Membangun Kerukunan Rumpun Malaya. Retrieved Januari 30, 2018, from https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/ media/publications/1695599-ID-imaho-indonesia-malaysia-in-harmonystra.pdf&ved=2ahUKEwjBrbe7nP_YAhVltpQKHYT1Ce0QFjAAegQIDxAB&usg= AOvVaw1kN2TSf_b9RF4RZeG8PbAt Fauzie, Y. Y. (2017, 12 12). Dampak Minim Transaksi Ringgit dan Baht ke Ekspor Impor RI. Retrieved February 19, 2018, from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171212171647-92-261887/dampakminim-transaksi-ringgit-dan-baht-ke-ekspor-impor-ri Mori, s. (2006). Japans Public Diplomacy and regional integration-east-asia. Retrieved november 27, 2017, from https://programs.wcfia.harvard.edu/us-japan/publications/06-10japans-public-diplomacy-and-regional-integration-east-asia-using-japans Nugrahanti, A. P. (2011, November 29). Malaysia Terus Berlari. Retrieved Februari 18, 2018, from Kompas.com: http://international.kompas.com/read/2011/11/29/05133482/Malaysia.Terus.Berlari Patrick, S. (2008, juni 12). Animating Malaysia for the World . Retrieved november 30, 2017, from the star: http://upinipin.wikia.com/wiki/Upin_%26_Ipin 74

Tempo. (2011, mei 16-22). Menanti Drama Musikal Upin dan Ipin. Retrieved november 30, 2017, from Tempo: https://majalah.tempo.co/konten/2011/05/16/SEL/136715/Menanti-Drama-MusikalUpin-dan-Ipin/11/40 Wikipedia. (2017). Daftar negara menurut PDB (KKB). Retrieved februari 18, 2018, from Wikipedia Ensiklopedia bebas: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_PDB_(KKB) Wikipedia. (n.d.). Wikipedia Ensiklopedia bebas. Retrieved Februari 18, 2018, from Wawasan 2020: https://ms.wikipedia.org/wiki/Wawasan_2020 WAWANCARA: Aish. (2018, february 21). Respon terhadap hubungan Indonesia-Malaysia melalui Karakter Susanti. (N. r. rauf, Interviewer) Istiharah. (2018, february 21). respon terhadap keberhasilan kartun Upin dan Ipin. (N. r. Rauf, Interviewer) Mardatillah, A. m. (2018, february 20). Respon terhadap kesamaan kultur yang di tuangkan ke dalam Kartun Upin dan Ipin. (N. r. rauf, Interviewer) Vanisa, A. A. (2018, february 23). pengaruh Kartun Upin dan Ipin dalam hubungan Malaysia dan Indonesia. (N. r. rauf, Interviewer)

75

LAMPIRAN Lampiran 1 : List pertanyaan A. Profil narasumber 1. Nama : 2. Umur : 3. Pekerjaan : 4. Alamat : B. Profil upin dan ipin 1. Apa yang anda ketahui tentang Kartun Upin dan Ipin? 2. Apa yang menarik dari kartun Upin dan Ipin? 3. Seberapa sering anda menonton kartun ini? 4. Seberapa suka anda terhadap tayangan kartun ini? 5. Selain suka, produk apa yang anda punya? 6. Menurut anda, apa yang membedakan Kartun Upin dan ipin dengan kartun lain? 7. Jika anda mengetahui, bisakah anda menyebutkan beberapa tokoh karakter dari Kartun Upin dan Ipin? C. Gambaran Malaysia dan Indonesia 1. Pernahkah anda ke Malaysia? 2. Bagaimana anggapan anda tentang Malaysia? 3. Jika ada, sebutkan konflik yang anda ketahui tentang Malaysia dan Indonesia? D. Bahan rumusan masalah 1. Menurut anda, bagaimana Upin dan Ipin menggambarkan Malaysia? 2. Menurut anda, bagaimana tayangan Upin dan Ipin sebagai Media dalam hubungan baik kedua negara?

76

Lampiran 2 : Catatan Lapangan 1 Wawancara ini diambil pada tanggal 20 februari 2018, pukul 14:05 WITA. Bertempat di Ruangan Student Lounge Jurusan Hubungan Internasional Makassar Universitas Hasanuddin. Suasana pada saat melakukan wawancara ini bersifat rileks dan dalam keadaan istirahat, duduk berdampingan bersama informan, hal ini dikarenakan penulis dan Mahasiswa Hubungan Internasional atau Informan membuat janji terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik yang akan ditanyakan berkaitan dengan kesuksesan Kartun Upin dan Ipin sebagai media dalam memperbaiki hubungan Malaysia dan Indonesia. berikut adalah hasil kutipan wawancara antara penulis dan narasumber: Wawancara : selamat siang kak, mmm….(menjeda karna agak gugup untuk meminta waktu si narasumber) bias minta waktunya sebentar? Butuh data pendukung kak untuk skripsi saya. Kak, boleh tau namata? Narasumber : Andi muh. Mardatillah, Wawancara : ee.. umurnya? Narasumber : umurnyaa.. baru saja 25 Wawancara : pekerjaan? Narasumber : masih mahasiswa dek Wawancara : alamat? Narasumber : eee.. jalan pajennekang Wawancara : eee (gugup karna ingin memulai pertanyaan) ini kak, judul skripsi saya yaitu kartun upin dan ipin sebagai instrument soft diplomacy bagi hubungan Indonesia dan Malaysia. Narasumber : wah, bagus yah. Wawancara : pertanyaan pertama itu kak mengenai profil dari kartun upin dan ipin, ee.. pertama apa yang anda ketahui tentang Kartun Upin dan Ipin? Narasumber : ee… kalau di upin ipin itu saya pertama taunya ada atuk, upin ipin, ee.. dan teman-temannya seperti mei-mei, fizi, ehsan, jarjit, nah saya rasa ya itu. Wawancara : pertanyaan saya yang ke-2, apa yang (menjeda dan mengulang kata) yang menarik dari kartun film Upin dan Ipin? Narasumber : ooo… (seakan-akan tahu beberapa), saya yang menarik dari Upin ipin itu dia bisa menggambarkan eeee diversity atau keberagaman yang yya”ang terjadi di Malaysia. Mengingat bahwa di Malaysia itu kan‟ ada tiga etnis bedar. Pertama itu ada melayu, eeee tionghoa, dan ee…. India. Wawancara : pertanyaan nomor tiga, seberapa sering anda melihat Kartun Up.. (menjeda lalu mengulang kata dengan kata baru) Kartun ini? Narasumber : eeee… kalau di bilang seberapa sering, saya nda tau jadwal pastinya kapan, tapi kalau misalnya Upin Ipin ada di televisi, pasti saya selalu menyempatkan diri untuk menonton. Wawancara : mmm.. selanjutnya, seberapa suka anda menonton tayang ini? Narasumber : Ihh suka sekali. Wawancara : selanjutnya, selain suka, produk apa yang anda punya dari Kartun ini: Narasumber : saya rasa saya tidak mungkin punya eee baju upin ipin diumur 25 tahun Wawancara : ooo (mengangguk seakan mengiyakan).

77

Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara

Narasumber Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara

Narasumber

menurut kakak, apa yang membedakan Upin dan Ipin dengan kartun lain? : emm (menelan air liur). Saya rasa bahwa di upin ipin itu tadi, dia menggambarkan bagaimana keragaman eee yang ada di Malaysia. Dari tiga etnis yang ada dii Malaysia ituu eee banyak eee kaya misalnya promosi budaya, atau kayak mengangkat isu-isu sosial, misalnya saja terkait aemm prosedur evakuasi kebakaran, mengangkat isu tentang eeee‟ apa! (nada kaget terlihat lupa) ee manfaat buah lokal yang diproduksi, dii‟ dalam domestik Malaysia. Terus kayak perayaanperayaan besar keagamaan di Malaysia dan banyak hal . : pertanyaan selanjutnya. jika anda mengetahui, bisakah anda menyebutkan beberapa karakter Upin dan Ipin? : ooh iyaa banyak!. Ee opah, kak ros, Upin ipin, eee atuk dalang, ee‟ mei-mei, fizi, ehsan, ee jarjit, ee apa susanti, terus ee sapi, teruss aeemm apa lagi ya! (lupa dan terus mengingat) uncle atoong, mm banyak. : oh iya, ee modal pertanyaan selanjutnya itu mengenai gambaran Malaysia dan Indonesia. Pertanyaan pertama, pernahkah anda ke Malaysia? : Ihh (kaget) pernah (nada pelan) ehekehek pernah (mengulang kata dan nada lebih tegas). : yang kedua bagaimana anggapan anda tentang Malaysia? : bagaimana di‟ (bingung), mmmm (bergumam), kalau menurut saya, secara kultur kan kita ti..d.akk ada perbedaan. Ehh kayak kita kan juga ada beberapa yang merupaka etnis melayu, trus di Malaysia juga ada jumlah tionghoa kita juga yang eee apa! Kita juga punya masyarakat tionghoa. Trus tapi yang membedakan mungkin ee‟kalo di Malaysia itu salah satunya etnis terbesarnya itu India witches itu di Indonesia etnis india tidak sebesar di Malaysia. : pertanyaan yang ke empat, jika ada, sebutkan konflik yang anda ketahui tentang Malaysia dan Indonesia. : Saya rasa banyak di‟, kaya konflik perbatasan lah, ee misalnya ambalat. Dan konflik-konflik kaya misalnyaa klaim terhadap beberapa kebudayaan Indonesia. Kayak misalnya tari kecak, e‟ lagu rasa sayangsayange, ya. : pertanyaan yang keempat. Jika ada, sebutkan konflik yang anda ketahui tentang Malaysia dan Indonesia? : saya rasa banyak di‟ kayak konflik perbatasan lah, eee misalnya ambalat, daan konflik-konflik kayak misalnya klaim terhadap berbagai kebudayaan Indonesia misalnya ee kayak tari kecak, ee lagu rasa sayange, ya! (menyatakan cukup). : pertanyaan selanjutnya, ee lebih kepada pemaparan saya mengenai data pendukung untuk skripsi saya, yang pertama menurut anda bagaimana penggambaran Malaysia dalam Kartun Upin dan Ipin ini? : mmmm. Bagaimana yaa! Se..ta.hu. sayaa dan seingat saya, (menjeda waktu dan berfikir) oh‟iya se.. seingat saya itu biasa Malaysia dia selalu, Upin ipin menggambarkan kayak misalnya Malaysia sudah ikut piala dunia, ee terus.. apa lagi yaa! Terus kayak misalnya mereka juga pernah bikin episode kalau astronot yang sudah ada dari Malaysia. Saya rasa selain Malaysia, (memperbaiki ucapan) eh melalui Upin Ipin 78

Wawancara

Narasumber

Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber Wawancara

Malaysia itu di gambarakan kayak misalnya bersahabat dengan Indonesia toh dengan hadirnya karakter susanti sebagai penambah dalam cerita. Selain itu juga menurut saya melalui eemm Upin ipin itu mereka memproyeksikan kayak kira-kira nanti Malaysia itu akan sehebat apa, misalnya Malaysia sudah main di piala dunia, itukan ada salah satu di episodenya toh kaya Malaysia sudah punya astronot witces itu sekarang sudah ada astronot Malaysia yang sudah kerja di international spektation. : pertanyaan yang terakhir, menurut anda bagaimana tayangan Kartun Upin dan Ipin sebagai media dalam terwujudnya hubungan baik kedua negara? : mmm.. (berhenti sejenak), kalau menurut saya, Upin Ipin dan hubungan baiknya sama Indonesia kayaknya itu kan isu terkait ee hubungan Indonesia Malaysia tidak diii.. (sejenak hilang konsentrasi). Saya mikirnya kayak isu yang di angkat kan tidak sebanyak dan seintens di bahas di Upin ipin. Tapi menurut saya hadirnya karakter susanti itu memberikan citra atau gambaran bahwa Malaysia itu berteman dengan Indonesia tapi di satu sisi Malaysia juga pernah mengangkat isu terkait polusi udara dimana itu pada saat itu kayak momentumnya lagi dekat dekatnya sama kebakaran hutan yang terkait di Indonesia. Saya rasa pada saat itu digambarkan Malaysia itu merasa terkena dampak dari eee pembakaran hutan di Indonesia. : baik kak, terimakasih atas waktunya, : iyaa sama-sama, ehh namanya siapa dek? : rahmi kak : ohh ya, mahasiswa apa? (tersenyum) : Mahasiswa hubungan internasional kak heheh : ooh yayayayaya boleh boleh boleh : Makasih kak : salam sama dosennya : (Menyeringai).

79

Lampiran 3 : Catatan Lapangan 2 Wawancara ini diambil pada tanggal 21 februari 2018, pukul 11:42 WITA. Bertempat di Koridor Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Makassar Universitas Hasanuddin. Suasana pada saat melakukan wawancara ini bersifat rileks dan dalam keadaan menunggu kelas perkuliahan, duduk berdampingan bersama informan, hal ini dikarenakan penulis dan Mahasiswa Hubungan Internasional atau Informan membuat janji terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik yang akan ditanyakan berkaitan dengan kesuksesan Kartun Upin dan Ipin sebagai media dalam memperbaiki hubungan Malaysia dan Indonesia. berikut adalah hasil kutipan wawancara antara penulis dan narasumber: Wawancara : selamat siang kak, bisa minta waktunya sebentar? Narasumber : bisaa.. Wawancara : Menyangkut bahan penelitian skripsi saya kak. Yaitu kartun upin dan ipin sebagai instrument soft diplomacy dalam hubungan Malaysia dan Indonesia. Boleh saya tau namata kak? Narasumber : istiharah Wawancara : berapa usiata kak? Narasumber : 23 hehhe Wawancara : Pekerjaan? Narasumber : ee.. mahasiswa. Wawancara : alamat? Narasumber : di jalan gatot Subroto Wawancara : Begini kak, pola pertanyaan pertama menyangkut profil kartun Upin dan Ipin. Narasumber : mm (mengangguk) Wawancara : apa yang kakak ketahui tentang kartun Upin dan ipin? Narasumber : eee dari Malaysia shhkhh (suara mulut) terus ee itu kayaknya tontonan favorit sekali di‟. Bukan cuman anak kecil, orang besar juga ahhahh(tertawa) cuman kayaknya suka upin dan ipin begituee, dan apalagi di‟ menghiburlah pokoknya. Wawancara : pertanyaan kedua. Apa yang menarik dari film Upin dan Ipin? Narasumber : mmm mungkin karna jalan ceritanya toh nda terlalu mengada-ngada begitue. Adaji juga pembelajaran bagi anak-anak toh. Nda sekedar untuk hiburan tapi ada juga pembelajaran karna kaya ada sekolah, terus belajar, di hukum kalau mereka salah. Wawancara : pertanyaan ketiga, seberapa sering anda menonton tayangan kartun Upin dan Ipin Ini? Narasumber : SERINGGG SEKALIHHH (nada girang). Tontonanku juga itu weh hahahah (tertawa terbahak-bahak) , kalau lagi nda ada ku bikin toh, Wawancara : yang keempat, seberapa suka anda menonton tayangan kartun upin dan ipin? Narasumber : suka, sukakaaa karna menghibur. Dan meskipun di ulang-ulang episodenya toh kaya sukajiii hehhehhh, dan nda bosanka. Wawancara : selain suka produk apa yang anda punya dari kartun Upin dan ipin ini? Narasumber : ah nda ada. Nonton jiii, nonton di tv ji. Wawancara : selanjutnya menurut anda, apa yang membedakan kartun Upin dan Ipin dengan kartun lain? 80

Narasumber

Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber Wwancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

: ee kayak itu tadi, ee pembelajaran toh lebih banyak, jadi kayak ee mereka anak kecil tapi mereka kasi contoh yang bagus gitu. Jadi kayak anak-anak yang nonton kayak banyak juga contohnya toh anak kecil yang nonton jadi bilang oo iya, nda bolehki begini nanti dimarahiki, begitu-begitu toh. Dia tangkap, maksudnya ceritanya itu masuk ke anak-anak begitu. : selanjutnya, jika anda menetahui bisaka anda menyebutkan beberapa tokoh atau karakter dari Upin dan Ipin? : Upin, ipin, kak ros, hahha, opah, mail, ihsan, fizi, ijat. Kayaknya ku hafal nama-namanya ini (tertawa lepas). : selanjutnya, pernahkah anda ke Malaysia? : belum. : bagaimana anggapan anda tentang Malaysia? : mm, dia termasuk negara islam terbesar juga di‟. Yang kayak hukum islamnya itu masih kental sekali, dan ee maksudnya kelihatan juga kayak ke cerita-cerita bahkan di Upin ipinnya itu di kasih liat orang sholat, supaya anak kecil itu di ajar sholat, berdoa. : selanjutnya. Jika ada, sebutkan konflik yang anda ketahui tentang Malaysia dan Indonesia. : konflik? Eee… ini kan di kebudayaan di‟. Ee budayanya terus, saling mengklaim budaya toh, dan sebagai negara tetangga agak susah juga karna sama-sama bilang itu budayanya. : bagaimana menurut anda, gambaran Malaysia dalam Kartun Upin dan Ipin? : sangat tergambar iya, karena dari bahasanya, terus budayanya juga di kasi masuk di situ. Kayak perayaan-perayaannya di Upin Ipin. Jadi menurutku, tergambar bangetki. Menurutku wajar toh kalau misalkan satu icon dari suatu negara itu menggambarkan yang betul-betul baiknya dari negara begitu, jadi menurutku upin dan ipin itu dia kasi liat, ini loh Malaysia. Apa yang bagus dari Malaysia, ee ini yang bikin mereka bangga banget sama Malaysia. : selanjutnya menurut anda. Bagaimana kartun Upin dan Ipin sebagai media dalam hubungan baik kedua negara? : mm, mungkin untuk diplomasi itunya karna tayangan upin ipin juga sangat-sangat di terima di Indonesia. jadi, menurutku bisalah untuk memperbaiki hubungan. Cuma susahnya karna itu tadi, yang kebudayaan itu tadi. Mungkin satu rumpun jadi kayak sama budayanya akhirnya saling mengklaim. Kalau untuk tontonan upin ipin sendiri mungkin untuk diplomasinya di bidang entertainment itu baguski. : oh iye kak, terima kasih banyak atas waktunya kak : sama-samaa. (tersenyum).

81

Lampiran 4 : Catatan Lapangan 3 Wawancara ini diambil pada tanggal 21 februari 2018, pukul 13:20 WITA. Bertempat di Koridor Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Makassar Universitas Hasanuddin. Suasana pada saat melakukan wawancara ini bersifat rileks dan dalam keadaan menunggu kelas bimbingan, duduk berdampingan bersama informan, hal ini dikarenakan penulis dan Mahasiswa Hubungan Internasional atau Informan membuat janji terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik yang akan ditanyakan berkaitan dengan kesuksesan Kartun Upin dan Ipin sebagai media dalam memperbaiki hubungan Malaysia dan Indonesia. berikut adalah hasil kutipan wawancara antara penulis dan narasumber: Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber Wawancara

: Siapa namata? : ee nama saya aiss : umurta? : umur saya 21 tahun : apa pekerjaannta? : mahasiswa. : dan alamatta dimana? : ee sayang tinggal di kompleks perumahan jipang. : pola pertanyaan yang pertama yaitu mengenai profil dari Kartun Upin dan Ipin. Pertanyaan pertama, apa yang anda ketahui tentang Upin dan Ipin? Narasumber : oh iya, yang saya ketahui tentang upin dan ipin ialah ee sebuah tontonan atau kartun yang sengaja di bikin atau di rancang oleh Malaysia yang di tayangkan di Indonesia dan beberapa negara di Asia. Upin Ipin ini dia menceritakan tentang dua anak kecil yang memiliki sahabat dan bagaimana mereka bermain, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Wawancara : apa yang ke-2, apa yang menarik dari film kartun Upin dan Ipin? Narasumber : seperti yang tadi saya katakan, mereka itu bersahabat. Jadi, yang menarik itu adalah bagaimana mereke memiliki teman dari berbagai macam suku, berbagai macam budaya, mereka itu berbeda-beda tapi mereka bisa tetap bersama, bersosialisasi, dan bermain bersama di satu wilayah yang sama. Wawancara : seberapa sering anda melihat tayangan Upin dan Ipin ini?. Narasumber : eee, karna kebetulan saya memiliki adik berusia dua tahun, ee jadi kartun ini cukup sering saya lihat dan dikatakan hampir setiap hari. Ya, hampir seyiap hari. Wawancara : seberapa suka anda dengan Kartun Upin dan Ipin? Narasumber : kalau dikatakan untuk kadar sukanya, saya sangat suka dan bahkan saya merekomendasi atau pada awal-awalnya memutarkan kartun ini untuk adik saya. Karena menurut saya budaya dan cara-cara bersosialisasi yang di ajarkan Upin Ipin ini patut atau sangat baik untuk contoh anak-anak yang notabane nya adalah peniru tulen? Wawancara : selain suka, produk apa yang anda punya dari Kartun ini? Narasumber : karena adik saya sudah eee‟ begitu jatuh cinta sama Upin dan ipin ini. maka, ee‟ apabila ia keluar dan melihat barang yang berkarakter Upin dan Ipin dia akan berteriak “kakak! Upin Ipin, saya mau beli itu”. Nah, 82

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

seperti balon, baju, bahkan tas yang bergambar karakter dari Upin dan Ipin. : menurut anda, apa yang membedakan Kartun Upin dan Ipin dengan kartun lain? : ee, yang membedakan itu yaitu karena sejauh ini saya melihat hanya upin ipin yang memiliki karakter atau dari perannya masing-masing itu berbeda-beda dari berbagai macam negara. Misalnya, mei-mei ee keturunan Tionghoa, ada susanti dari Indonesia, teruuuus Upin Ipin dan teman-teman yang lain ada si ihsan yang notabane itu kekayaannya lebih di atas. Tapi, mereka lebih bisa bersosialisasi bersama tidak ada pertengkaran apa-apa segala macam. Dan itu adalah hal menarik untuk di tonton. : jika anda mengetahu, bisakah anda menyebutkan beberaoa tokoh atau karakter dari Kartun Upin dan Ipin? : ee dari upin ipinnya dulu dua bersaudara, dan kakaknya “kak ros”, terus neneknya “Opah”, ee terus sahabatnya itu ada Mei-mei, jarjit, ihsan terus ada uncle mutu, kayaknyaa.. sebatas itu. : selanjutnya, pernahkah anda ke Malaysia? : sebelumnya saya, saya pernah ke Malaysia. Tapi saya sudah tidak mengingat, karna pada saat itu saya masih kecil. Dan itupun bukan untuk keperluan jalan-jalan ataupun sejenisnya. : oke. Bagaimana pendapat anda tentang Malaysia. : ee sejauh ini saya melihat, Malaysia ituuu karna kita hanya memiliki teman sebatas di kampus, jadi untuk karakter dari orang Malaysia itu menurut kami baik, trus mereka pun sopan, terus ada pun kalau sebagai anak HI bagaimana hubungan bilateral antara Indonesia dengan Malaysia itu cukup baik, walaupun memang ada banyak ee apa, interaksi yang kurang dari Indonesia dan Malaysia. Tapi menurut saya, hubungan yang baik itu masih lebih banyak yang bisa kita lihat. : jika ada, sebutkan konflik yang anda ketahui tentang Malaysia dan Indonesia? : sejauh ini konflik yang di tau paling konflik perbatasan dan ee apa‟ caplok budaya. : bagaimana menurut anda penggambaran Malaysia dalam kartun Upin dan Ipin? : ee.. Penggamaran Malaysia dalam Upin Ipin itu saya lihat mereka orangnya welcome, terus setelah itu mereka itu pekerja keras, dilihat dari warga sekitar kampung durian runtuh itu orangnya banyak pekerja keras, ee jadi sejauh itu yang saya liat bagaimana Malaysia yang digambarkan di Upin Ipin. : menurut anda bagaimana tayangan Upin dan Ipin sebagai media dalam terwujudnya hubungan baik kedua negara? : ee sejauh ini dari ehhehhh (tertawa malu dilihat orang di sekitarnya), jadi sejauh ini hubungannya itu melalui eehm media Upin ipin ini sangat baik karena hal ini digambarkan dari karakter si susanti dan teman-temannya upin ipin. Jadi ketika upin ipin dan teman-temannya menggambarkan bagaimana dia bersahabat dengan susanti, nah secara tidak langsung dia juga menggambarkan ohh‟ orang-orang Malaysia itu seperti ini, dan dia juga akan welcome dengan kita sebagai orang

83

Wawancara

Indonesia. jadi saya pikir, dari upin ipin ini memberikan gambaran yang sangat baik mengenai hubungan antara Indonsia dan Malaysia. : terima kasih atas waktu yang telah di berikan.

84

Lampiran 5 : Catatan Lapangan 4 Wawancara ini diambil pada tanggal 24 februari 2018, pukul 16:10 WITA. Bertempat di perumahan perumnas Antang. Suasana pada saat melakukan wawancara ini bersifat rileks, berdiri dan berhadapan bersama informan, hal ini dikarenakan penulis dan adik atau informan dari sahabat pewawancara telah membuat janji terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik yang akan ditanyakan berkaitan dengan kesuksesan Kartun Upin dan Ipin sebagai media dalam memperbaiki hubungan Malaysia dan Indonesia. berikut adalah hasil kutipan wawancara antara penulis dan narasumber: Wawancara : siapa namata? Narasumber : Andi Ananda Vanisa Wawancara : berapa umurta? Narasumber : 15 tahun kak Wawancara : apa pekerjaanta? Narasumber : masih SMA kelas 1 kak Wawancara : dimana alamatta? Narasumber : di jalan antang kak. Wawancara : Apa yang anda ketahui tentang Upin dan Ipin? Narasumber : Upin Ipin adalah film Kartun dari Malaysia, yang.. (berhenti sejenak) hhhhhh (tersipu malu) nda tauu. Bercerita tentang dua anak kembar yang tinggal bersama opahnya dan kakaknya yang suka marah-marah, dan opahnya sangat baik. Dan Upin Ipin sangat suka bermain dan suka ayam goring. Wawancara : Apa yang menarik dari Kartun Upin dan Ipin? Narasumber : nda tauuu.. Rambo (menyebutkan nama ayam di film Kartun Upin dan Ipin). Heheheh. Hmmm film lucu, ee film upin ipin lucu dan sangat menghibur di waktu yang kosong. Dan sangat menghibur anakanak. Hahah nda taukaaa (terlihat malu). Wawancara : seberapa suka kah anda dengan Kartun Upin dan Ipin? Narasumber : saya sangat suka.dari 1 sampai 10 saya beri nilai 10. Wawancara : seberapa sering anda melihat kartun ini: Narasumber : sayya cukup sering karena ketika saya membuka TV ituu di MNC selalu memutarkan Upin Ipin. Wawancara : menurut anda apa yang membedakan Upin dan Ipin dengan kartun lainnya? Narasumber : menurut saya Upin Ipin itu dibandingkan dengan kartun lain itu dia lebih mengedukasi anak-anak. Emmmm (berfikir) dari pada kartun seperti Tom And Jerry dia lebih menonjolkan kaya komedinya sedangkan Upin Ipin dia mengajarkan anak-anak mengaji, membersihkan, membantu Opah dan kakaknya, begitu… Wawancara : Sebutkan Karakter atau Tokoh Upin dan Ipin yang anda ketahui? Narasumber : pastinya Upin Ipin, kak ros, opah, atuk, mei-mei, fizi, jarjit, mail, eksan aksan, iksan, terus habis itu susanti, itu. Wawancara : pernahkah anda ke Malaysia? Narasumber : emm belum pernah. Wawancara : bagaimana tanggapan anda tentang Malaysia? Narasumber : menurut saya Malaysia itu serumpun dnegan Indonesia jadi menurut saya itu kaya mirip-miripji dengan Indonesia. 85

Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

Wawancara Narasumber

: sebutkan Konflik yang anda ketahui tentang Malaysia dan Indonesia? : mmm.. yang saya ketahui itu Malaysia pernah mengklaim budayabudaya Indonesia. kayak batik itu dule. : bagaimana menurutta Upin dan Ipin mempromosikan Malaysia? : menurut saya.. Upin ipin mempromosikan Malaysia dengan baik. Karena dengan film anak-anak itu, anak-anak dapat mengetahui bahwa di Malaysia itu memiliki eee.. beragam budaya seperti misalnya dia menunjukkan permainan-permainan tradisionalnya dan juga di Upin Ipin itu di tunjukkan kalau dia itu beragam. Khmmkhmm (tertawa). Dari India seperti Jarjit, ada dari Cina seperti Mei-mei, da nada juga dari Indonesia seperti Susanti. : Menurut anda bagaimana tayangan Kartun Upin dan Ipin sebagai media dalam mewujudkan hubungan baik kedua negara? : hmm, menurut saya bisa jadi media supaya Indonesia dan Malaysia membangun hubungan yang baik. Karena Upin Ipin walaupun kartun dari luar negeri tetapi mudah dicerna oleh penonton apalagi bagi anakanak karena kemiripan budaya kedua negara. Selain itu ee.. ehh saya pernah tau kalau lagu Upin dan Ipin pernah dinyanyikan oleh PADI band Indonesia. dan menurut saya itu sudah jadi bukti kalau Upin dan Ipin bisa menjadi media yang bbaikkkk (ceria). : terima kasih atas waktunya dek. : sama-sama kak.

86

Lampiran Gambar : Data Dokumentasi Lapangan 1. Gambar wawancara 1

2. Gambar wawancara 3

3. Gambar wawancara 4

87