KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN

Download KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN. IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING. ISLAM. Skripsi. Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Kegur...

0 downloads 460 Views 2MB Size
1

KECERDASAN RUHANIAH KONSELOR DAN IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam (BKI)

Oleh: ABDI RAHMAN NIM. 1314030268

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) KONSENTRASI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG 1438 H/ 2017 M

2

3

4

HALAMAN PERSEMBAHAN Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5) Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13), Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu beberapa derajat (QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah, Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai Di penghujung awal perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah, Seorang seniman sejati tidak akan membiarkan kertas menjadi kosong. Aku pun sama, aku ingin menulis semua kebaikan. Tentang orang-orang yang pernah baik dan selalu baik padaku. Aku bingung bagaimana caranya berterima kasih kepada Allah. Dia telah mengirimkan orang-orang terbaik dalam hidupku. Hingga kapan pun, aku akan terus merasakan kebaikan dan kehangatan dari mereka. Terima kasih, Kalianlah, selama ini memberikan begitu banyak dukungan, perhatian, kasih sayang, dan mengajarkan bagaimana mengeja cinta. Aku tidak sekadar menulis nama kalian di lembar persembahan ini. Aku ingin mengukir nama kalian dengan pahat terbaik di hatiku.

Biarkan, biarkanlah nama kalian terus mengabadi hingga aku paham bahwa kalian akan terus menjadi istimewa. Namun, aku pun paham bahwa suatu saat kita tidak bisa lagi untuk saling melempar senyuman. Yang kita punya hanyalah kenangan, maka dengan kerendahan hati izinkan aku mengenang kalian. Kebersamaan yang kita bina selama ini hanya mampu ditautkan oleh Sang Pemilik Cinta, Allah swt. Jikalaulah tanpa kuasa-Nya, kurasa kita tidak akan seperti ini. Ya Rabb, lantas nikmat-Mu yang manakah harus kudustakan?. Andai aku jadikan seluruh lautan sebagai tinta dan pepohonan sebagai kanvas untuk menulis semua nikmat-Mu, maka tidak akan pernah cukup ya Rabb. Nikmat-Mu begitu banyak. Maafkanlah hamba-Mu yang lemah ini. Seringkali aku lalai untuk bersyukur dan mengoptimalkan semua potensi kebaikan yang aku miliki. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada manusia pembawa risalah. Manusia yang mengajarkan kepada umat manusia betapa indahnya iman dan Islam. Manusia yang memiliki cinta yang teramat luas kepada umatnya. Aku senantiasa berdoa, semoga suatu saat aku bisa bertemu dengannya di telaga Al-Kautsar, aamiin. Aku rindu padamu ya Rasulullah. Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya

5

selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,, Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu.. Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu.. Untukmu Ayah (Darwin),,,Ibu (Rahmadani)...Terimakasih.... we always loving you... Selanjutnya rasa bangga dan terima kasih atas do’a, cinta, senyuman adik-adikku tersayang; One Sucita Julita sebagai sosok yang paling dewasa, pribadi menginspirasi dengan sifat keIbuan yang menawan,rekan satu visi untuk punya yayasan pendidikan suatu saat, One Meisy Sri Darmahayani sebagai sosok kreatif yang tak pernah mau kalah dari kakaknya, bagaimanapun itu,yang sekarang lagi semangat-semangatnya berdakwah dimedia sosial sembari memperbaiki diri, mau jadi Dokter sekaligus Ustazah katanya, siBungsu Nur Anisa Rahmi sebagai sosok humoris yang sosialis insyaAllah Hafizh Qur’an dan jadi guru katanya, yang kabarya hari ini sudah punya dua orang murid Bimbel dirumah.” Tetap sumangaik dan istiqamah diek “Semoga kita bisa menjadi pribadi sukses yang berbakti kepada Ayah dan Ibu. Teruntuk keluarga besarku, abak, amak ate, amak uncu, pak aciek, Aa, etek Nov, Aciek akmal, uncu Bas, amak lakang, pak anga atas segala do’a yang terus tercurah semoga Allah balas setiap niat baik kita Selanjutnya rasa terima kasih kepada Murobbi-murobbi-ku yang telah mentarbiyah ruhiyah dan fikriyahku tentang Islam yang kaffah. Juga Teman-teman satu lingkaran peradaban (akh fery j, raka, rahmad, fauzan, agus, khoir, idil,rizky, alex, tomi, akbar, mezi, genta, bandi) yang telah menawarkan persaudaraan terbaik dan kita sama bermimpi insyaAllah juga kembali duduk dalam lingkaran ini nanti disyurga. Teruntuk penghuni rumah peradaban Al-Ikhwan yang telah menjadi rumah kedua bagiku. 3,5 tahun yang penuh harmoni. Dengan berbagai macam tingkah pola dan keunikan cerita masing-masing sembari Ada yang datang dan ada yang pergi. Rumah ini telah menjadi tempat persinggahan terbaik selama berkuliah. Syukran jazakallahu akh ayung, irfan, adriansyah, feri h, diki, sahir, fajar, bayu, askan, febi, dani, rizki maek, mufid, habibi, saiful, nopa, latif, robi, dayat,fajri, suryadi, fauzi, hamzah, rovil, yahya dan seluruh ikhwah BP 17 yang abang belum hafal namanya semoga kita juga berada satu rumah nantinya disyurga dengan Rasulullah Kemudian salam cinta untuk rekan seperjuangan MPI A selamat bagi yang sudah selesai, “Waktunya bersiap menghadapi kehidupan sesungguhnya” dan yang lagi berjuang untuk penyesaian skripsinya tetap semangat ya teman semoga cepat selesai dan semoga kita sama bertemu dititik kesuksesan nantinya Terakhir ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah menjadi inspirasi dalam hidupku. Maaf tidak bisa dituliskan satu persatu. Sekali lagi Terima kasih semoga Allah membalasi. Nama kalian terukir indah dihatiku

6

ABSTRAK Skripsi berjudul “Kecerdasan Ruhaniyah Konselor dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam” yang ditulis oleh Abdi Rahman, Bp 1314030268, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Imam Bonjol Padang. Latar belakang penelitian ini adalah dengan melihat realitas yang terjadi dalam lingkungan masyarakat khusunya dalam lingkungan pendidikan, yang mana semua berpacu dalam pencapaian materi dengan berlomba mengasah kemampuan otot dan otak saja, kalaupun mereka melakukan ibadah itupun hanya sebatas kegiatan seremonial saja tampa pemaknaan terhadap ibadah yang dilakukan sehingga mereka jauh dari Allah. Berangkat dari masalah inilah skripsi ini diangkat bagaimana seorang konselor yang memiliki kecerdasan Ruhaniah dapat mengimplimentasikan kecerdasan ruhaniah yang dimilikinya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sehingga diharapkan mampu membantu klien dalam pengentasan masalahnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) membantu individu agar tidak menghadapi masalah (2) membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya (3) membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan library research yang berupaya mengumpulkan data dengan memperkaya referensi dan rujukan yang terkkait dengan masalah ynag diangkat. Adapun Sumber data pada penelitian library research ini dapat dibagi dua, yakni terdiri atas buku utama atau sumber data primer dan buku penunjang atau sumber data sekunder. Dalam mengolah data yang telah penulis peroleh, maka penulis akan menganalisanya dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) yaitu satu teknik dengan analisis dalam kajian kepustakaan dengan cara menganalisa terhadap berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak (buku, artikel, majalah, dan sebagainya), dan bahan non cetak seperti gambar. Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa ada kesamaan ciri dan fungsi kecerdasaan ruhaniah dengan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling islam karena sama berangkat dari kesempurnaan penciptaan manusia dan sumber permasalahan dalam Bimbingan dan Konseling Islam adalah larinya manusia dari tujuan penciptaannya yang mana hal ini merupakan bentuk dari kecerdasan Ruhaniah yangt tidak terkembangkan dengan baik.

iii

7

KATA PENGANTAR Segala puji berserta syukur kehaderat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selanjutnya shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa jalan terang kepada kehidupan kaum muslimin melalui risalah suci Rabbul „Izzati. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menemukan kesulitan karena keterbatasan pribadi penulis. Namun berkat izin Allah SWT dan bimbingan, dorongan serta Do‟a dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sangat tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Duski Samad, M. Ag selaku pembimbing I dan Ibu Dr.NurSyamsi, M. Pd selaku Pembimbing II atas segala waktu, fikiran, tenaga, Do‟a untuk mendorongan , mengarahkan, serta memotifasi penulis demi terwujudnya skripsi ini 2. Bapak Rektor dan Wakil Rektor UIN Imam Bonjol Padang 3. Bapak Dekan, Bapak/ Ibuwakil dekan, Ibu ketua dan Wakil ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Bapak/ Ibu dosen dan seluruh karyawan/ti Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang, yang telah mendidik dan mengajar serta membantu penulis memberi fasilitas selama kuliah dan penyelesaian skripsi. 4. Ayahhanda dan Ibunda tercinta, Darwin dan Rahmadani atas segala cinta dan kasih sayang, perhatian dan do‟a serta dukungan moril dan materil yang tak akan pernah dapat terbalaskan. Demikian juga kepada adekadekku tercinta Sucita Julita, Meisy Sri Darma Hayani dan Nur Anisa Rahmi yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan do‟a terbaiknya untuk kesuksesan penulis. Demikian juga kepada kakek nenek dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis. 5. Bapak/ Ibu Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas beserta para karyawan/ti perpustakaan yang telah memberikan fasilitas peminjaman bahkan ikut mencarikan literature untuk penulis. 6. Para sahabat seperjuangan MPI A tercinta atas segala dukungan dan Do‟a kepada penulis guna selesainya penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala pemberian, petunjuk dan pertolongan tersebut dan semoga diberkahi. Terakhir, sebagai manusia biasa, penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan, karenanya penulis harapkan para pembaca dapat memberikan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Padang, 18 Agustus 2017 Penulis ABDI RAHMAN

8

DAFTAR ISI BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................

1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................................

6

C. Tujuan danKegunaan Penelitian ..........................................

7

D. PenjelasanJudul .....................................................................

8

E. Sistematikapenulisan……………………………………….

9

: KAJIAN PUSTAKA A. KecerdasanRuhaniyah ...........................................................

10

1. Pengertian KecerdasanRuhaniyah ...................................

10

2. Nash Al-Qur‟an dan Hadist …………………………….

16

3. Kepribadiankonselor yang cerdassecara ruhaniah……..

17

4. Langkah-langkah pencapaian Kecerdasan Rohaniyah …….27 B. Konseling Islami ..................................................................

32

1. Pengertian Konseling Islam ...............................................

32

2. Ciri-Ciri Konseling Islam ..................................................

33

3. Tujuan danfungsiKonseling Islam .....................................

34

4. Jenis-jenislayanan Konseling Islam...................................

38

5. Fungsi Konseling Islam .....................................................

39

6. Azaz-Azaz Konseling Islam ..............................................

44

7. Konselorislami yang ideal……………………………….

52

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN……………………………

62

A. Jenis Penelitian ......................................................................

62

B. Sumber Data Penelitian .........................................................

64

C. Teknikpengumpulan data danpengolahan data .....................

65

D. Analisis Data .........................................................................

66

BAB IV: HASIL PENELITIAN…………………………………………

68

A. SejarahsingkatlahirnyaKecerdasanRuhaniyah ......................

68

B. Implikasi KecerdasanRuhaniyahkonselordengan ................... 72

9

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………..

85

A.

Kesimpulan …………………………………………………

85

B.

Saran ………………………………………………………..

87

DAFTAR PUSTAKA

10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki berbagai macam potensi yang tersimpan dalam dirinya, namun tidak semua potensi yang dimiliki manusia dapat berkembang dengan baik dan optimal. Banyak orang yang tidak mengetahui potensi yang ada dalam dirinya, ketidaktahuan mengenai potensi diri, menjadikan potensi tersebut tidak tergali dan tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat menyebabkan manusia mengalami kesulitan dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah kehidupannya. Kecerdasan adalah potensi alamiah yang dimiliki manusia, sebagai anugerah tertinggi dari Allah SWT dan yang memuliakan manusia dengan makhluk lainnya. Indikasi adanya potensi kecerdasan pada manusia disebutkan dalam Al-Qur‟an yang mengajak manusia untuk mengadakan pemikiran dan penalaran terhadap segala fenomena yang terjadi di tengahtengah kehidupannya. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat Ali-Imran ayat 160 yang berbunyi:

           

11

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali-Imran 190)1 Disiplin

ilmu

psikologi

mengenal

adanya

beberapa

jenis

kecerdasan, diantaranya kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang telah lazim diketahui oleh kebanyakan orang. Penulis akan membahas sedikit mengenai Kecerdasan yang ketiga yaitu kecerdasan spiritual yang nantinya akan merujuk kepada kecerdasan ruhaniah. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna hidup dan kebahagian. Inilah sebabnya kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan seseorang karena menemukan makna dari kehidun spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi karena terkait dengan kemampuan seseorang dalam meraih kebahagian.2 Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah, yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian 1

Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahannya, ( Jakarta : Insan PT Media Pustaka, 2004 ) h. 407 2 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual bagi Anak, (Jogjakarta: Kata Hati 2010), h. 10

12

Marshal, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang komprehensif. Beberapa pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual dipaparkan Zohar dan Marshal dalam SQ (Spiritual Quetient), the ultimate intelegence, dua diantaranya adalah pertama riset psikologi/ saraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli saraf VS Ramachandran dan timnya dari California University, yang menemukan eksistensi Got Spot dalam otak manusia telah built in sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di bagian depan otak. Buku kedua adalah riset ahli saraf Australia, Wolf Singer era 1990-an atas makalahnya: The Binding Problem, yang menunjukkan ada proses saraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha untuk menyatukan serta memberi makna dalam pengalaman hidup kita, suatu jaringan saraf secara literal “mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna.3 Danah Zohar dan Ian Marshal berpendapat bahwa SQ tidak sama dengan Agama SQ tidak mesti berhubungan dengan Agama. Bagi sebagian orang mungkin, SQ mungkin menemukan cara mengungkapkannya melalui Agama formal, namun beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki SQ sangat tinggi; sebaliknya, banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah. Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport, lima puluh tahun silam, menunjukkan bahwa orang memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak di luar batas-batas arus utama lembaga keagaannya dari pada di dalamnya. Agama formal adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang di bebankan secara eksternal, ia bersifat top down , di warisi dari pendeta, nabi dan kitab suci atau di tanamkan melalui keluarga dan tradisi. SQ sebagaimana di jelaskan dalam buku ini, adalah kemampuan internal bawaan otak atau jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta ini. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa, ia adalah kecerdasan yang dapat membantu menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. SQ adalah kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada tetapi, tetapi juga secara aktif kita menemukan nilai-nilai baru. SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, SQ mendahului seluruh nilai-nilai spesifik dan budaya manapun, oleh karna itu, iapun mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang 3

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta: Arga, 2001), h. 11

13

pernah ada. SQ membuat agama menjadi mungkin (bahkan mungkin perlu), tetapi SQ tidak bergantung pada agama.4

Toto tasmara dalam bukunya berpendapat tentang kecerdasan spiritual, ia berpendapat bahwa Kecerdasan spiritual yang datang dari barat ini lebih menekankan pada makna spiritual sebagai potensi yang khas di dalam jasad tampa mengkaitkannya secara jelas dengan kekuasan dan kekuatan Tuhan. Kecerdasan spiritual sebagaimana kecerdasan lainnya dengan pusat utamanya pada alam. Mereka membedah kecerdasan spiritual dengan pusat utamanya pada kekuatan otak manusia (brainwere), dan karenanya dengan sangat tegas mengatakan , “Spiritual is not a religion “. Seorang mungkin memiliki pengetahuan tentang agama, tetapi belum tentu cerdas secara spiritual. Dan untuk membedakannya dengan pandangan dunia barat tentang makna spiritual ini, saya mencoba memberanikan

diri

untuk

memakai

istilah

kecerdasan

ruhaniah

(transcendental intiligence TC) sebagai bagian dari upaya untuk menggali pesan-pesan Qur‟an dan hadits yang justru kita yakini sebagai the way of life . Kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah Rabbul-Alamin dan seluruh ciptaan-Nya. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi, bersifat sementara dan fana, kecerdasan ruhaniah justru merupakan esensi dari seluruh kecerdasan yang ada. Atau dapat dikatakan, sebagai

4

Danah zohar dan Ian marshal, SQ-Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Mizan pusataka 2007), h. 8-9

14

kecerdasan spiritual plus dan plusnya itu berada pada nilai-nilai keimanan pada Ilahi.

5

Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.6 Dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya dan agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. 2. Tujuan khususnya adalah:

5

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta : Gema insani 2001), h. xii Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), h. 4-5 6

15

1) membantu individu agar tidak menghadapi masalah 2) membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya 3) membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.7 Berdasarkan teori-teori di atas penulis tertarik untuk meneliti keterkaitan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dengan Bimbingan dan Konseling Islam yang lebih di rincikan dengan “Kecerdasan Ruhaniah Konselor Konselor dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam”

B. Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis memberikan rumusan masalah yaitu bagaimana keterkaitan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam ? Agar lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :“ Penerapan Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam “.

7

h.35-36

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001

16

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Sesuai dengan batasan masalah di atas , maka tujuan dari penelitian ini adalah : “Ingin mendiskripsikan implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam” Setelah dilakukan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan akan berguna baik dibidang teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut : 1. Bidang teoritis : a. Untuk menambah dan memperluas wawasan penulis khususnya mengenai masalah yang dibahas. b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para konselor dan mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam. c. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling khususnya implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam 2. Bidang praktis : a. Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang. b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca, agar mengetahui serta memahami bagaimana implikasi Kecerdasan Ruhaniah Konselor dalam Bimbingan dan Konseling Islam.

17

D. Penjelasan Judul Supaya tidak terjadi kesalah pahaman dan kekeliruan dalam memahami judul ini, maka penulis akan menjelaskan istilah yang di pakai dalam judul tersebut di antaranya: Kecerdasan Ruhaniah adalah kemampuan seseorang untuk memaknai segala sesuatu yang mana semua bermuara kepada keyakinan terhadap Allah Rabbul-Alamin. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi, bersifat sementara dan fana, Konseor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan tenaga profesional. Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu, agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhir. 8 Jadi yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah bagaimana implikasi atau keterlibatan kecerdasan ruhaniah seorang konselor terhadap Bimbingan dan Konseling Islam.

E. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun menjadi lima bab, yang berdiri sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan bab lainnya dan merupakan satu kesatuan 8

Tohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami(Jakarta: UII Press, 1992),h.5

18

yang tidak dapat dipisahkan. Dari masing- masing BAB tersebut terbagi menjadi beberapa sub BAB yang saling berhubungan. Dengan cara demikian diharapkan akan terbentuk suatu system penulisan yang terlihat suatu system yang utuh sesuai dengan bentuk karangan ilmiah semestinya. BAB kesatu merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan. BAB kedua merupakan LANDASAN TEORITIS yang terdiri atas pengertian Kecerdasan Rohaniah Konselor dan pengertian Bimbingan Konseling Islam BAB ketiga merupakan METODE PENELITIAN yang meliputi: jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data. BAB keempat merupakan HASIL PENELITIAN yang mengulas masalah tetang Kecerdasan Rohaniah Konselor dan implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam. Bab kelima, merupakan PENUTUP yang terdiri atas kesimpulan dan saran-saran

19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecerdasan Ruhaniah Konselor 1. Pengertian Kecerdasan Ruhaniah Kecerdasan

adalah

kemampuan

seseorang

untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masingmasing.9 Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru.10 Dalam Kamus Arab Indonesia karya Mahmud Yunus, terdapat

kata Kata ‫ روح‬untuk ruh, Kata ‫( ريح‬rih) yang berarti

angin, Kata ‫( روح‬rawh) yang berarti rahmat , ‫روحبويون روحبوي‬ rohani, tidak berbenda.11 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ruhaniah dapat diartikan alam12

9

Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: UM Press, 2001), hal 122). Kartini Kartono, & Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: Pioner Jaya, 2000), hal

10

233) 11

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur‟an, 1973), h. 149 12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 2002), h. 1202

10

20

Menurut terminologi, terdapat berbagai rumusan tentang Kecerdasan Ruhaniah namun pada intinya sama dan hanya berbeda dalam redaksinya a. Menurut Toto Tasmara Kecerdasan Ruhaniah adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati, dan beradaptasi.13 b. Menurut Ary Ginanjar Agustin Kecerdasan spiritual/Ruhaniah adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, malalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya hanif, dan memiliki pola pemikiran tauhidi , serta prinsip “hanya karna Allah”.14 c.

Menurut Prof. Dr. H. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd

Kecerdasan rohaniah adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, dan beradaptasi. d. Menurut Dadang Hawari kecerdasan spiritual atau Kecerdasan Ruhaniyah adalah komponen utama bila dibandingkan dengan

13

Toto Tasmara : Op.Cit., h. 4 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual: The ESQ Way, (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001), h. 57 14

21

IQ, EQ, dan CQ. Untuk mengembangkannya adalah dengan menghayati dan mengamalkan agama; yaitu rukun iman, rukun islam dalam kehidupan. 15 Berdasarkan pendapat di atas Kecerdasan Ruhaniah

dapat

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memaknai hidup dengan nilai-nilai keagamaan. Kecerdasan ini berkaitan dengan abtraksi pada suatu hal diluar kekuatan manusia suatu kekuatan penggerak kehidupan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang memiliki Kecerdasan Ruhaniah yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian dia dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu oleh Allah yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. Dalam surat Al‟araf ayat 56 Allah swt jelaskan bahwa:

                 Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS, Al‟araf: 56)16

15

Dadang Hawari, Al-Qur‟an: Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa ,( Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), hal 223-232 16 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 157

22

Berdasarkan

keterangan

diatas

dapat

kita

ketahui

bahwa

kecerdasan Ruhaniah seseorang itu berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini, jika keceredasan spiritual atau Kecerdasan Ruhaniah seseorang baik, maka mereka akan menjadi orang yang paling cerdas dalam kehidupan, untuk itu yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki hubungan kita kepada Allah, yaitu menguatkan sandaran vertikal kita dengan cara memperbesar taqwa dan menyempurnakan tawakal serta memurnikan pengabdian kita kepada-Nya.17

2. Nash Al-Qur’an dan Hadist tentang Kecerdasan rohaniah e. Al. Qur‟an

                 Artinya :Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As Sajadah : 9)18

Tafsir ayat Maka jelaslah disini bahwa ruh atau nyawa sekalian manusia itu Allah SWT sendirilah yang empunya, harta Allah

17

Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Takwa dan Tawakal, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h. 181-182 18 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 415

23

SWT. “dan dia jadikan untuk kamu pendengaran dan penglihtan dan

hati.”

Pendengaran

dan

penglihatan

adalah

untuk

menghubungkan diri kita dengan alam yang sekeliling kita dan bahwa hasil penglihatan dan pendengaran kita itu ke dalalam hati kita, untuk menginsafi kebenaran Allah SWT guna di sembah dan pertalian hidup dengan sesama untuk dikasihi.19

                  Artinya :7.dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang 20 mengotorinya.(QS:Asy-Syam 7-10)

Tafsir ayat Dia, yaitu Allah yang mendirikan langit menghamparkan bumi, dan menyempurnakan kejadian insan. Di beri-Nya ilham “kepadanya” yaitu kepada diri insan tadi. Setelah Allah memberikan ilham dan petunjuk, mana jalan yang salah dan mana jalan kepada ketakwaan, terserahlah pada manusia itu sendiri, mana yang akan di tempuhnya, sebab dia di beri akal budi, maka

19 20

Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 7 , Amin Jundi, Gema Insani, Depok, 2015, hal:124 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 595

24

berbahagialah orang-orang yang membersihkan jiwanya atau dirinya, gabungan diantara jasmani dan rohaninya. Jasmani ia bersihkan dari hadas dan najis, sedang rohani ia bersihkan dari penyakit

yang

mengancam

kemurniannya.

Lawan

dari

mensucikannya ialah mengotorinya. Membawa diri ketempat yang kotor. Kotor jasmani tersebab najis dan hadas sedang kotor rohani sebab syirik, benci, dendam dal lainnya. Seorang yang beriman hendaklah selalu mengusahakan pembersihan diri, luar dan dalam dn jangan mengotorinya.21 Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali potensi (kecerdasan) ruhaniah. Apa itu kecerdasan ruhaniah? Kecerdasan ruhaniah ialah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang mengIlahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, dan beradaptasi. Kecerdasan ruhaniah sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qolbu (tazkiyah, tarbiyatul quluub) sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan sertacaranya kita mengambil keputusan.qolbu harus senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya ruh yang bermuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi.

21

Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 9 , Amin Jundi, Gema Insani, Depok, 2015, hal:594

25

f. Hadits

‫ جئت‬:‫ أتيت رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فقبل‬:‫وعه وابصة به معبد قبل‬ ‫ البر مب‬،‫ استفت قلبل‬:‫ قبل‬،‫ وعم‬:‫تسأل عه البر واإلثم؟ قلت‬ ‫ واإلثم مب حبك في‬،‫ واطمأن إليه القلب‬،‫اطمأوت إليه الىفس‬ ‫ وإن أفتبك الىبس وأفتوك‬،‫ وتردد في الصدر‬،‫الىفس‬ Artinya :“ Dari Wabishoh bin Ma'bad ia berkata, "Saya datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan Maka beliau pun bersabda: "Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)." Saya berkata, "Benar." Beliau lalu bersabda : mintalah petunjuk dari jiwamu. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu dan manusia memberimu fatwa (membenarkan)." (Musnad Ahmad, no.180001)22

Salah satu Fungsi qolbu adalah merasakan dan mengalami, artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali kedunia luar, dan proses ini kita sebut sebagai menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, dia sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, di dalam proses menghayati, dia sadar akan seluruh tanggung jawab perbuatannya.Pengalaman bersifat kuantitafif

22

Abu Habib sofyan Saladin. 2011. Syarah Hadis Arba'in Annawawiyah, Bogor : h 163

26

(badani, nafsiah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif (ruhiyah)23 3. Kepribadian Konselor yang memiliki kecerdasan ruhaniyah Toto Tasmara, memberikan ciri-ciri kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan ruhaniah/ kejiwaan atau ruh sebagai wilayah batin yang selalu berubah-ubah.24 Adapun ciri-ciri pribadi yang memiliki

keceerdasan

ruhaniah tersebut adalah : a. Memiliki visi Mereka yang cerdas secara spiritual atau ruhaniah sangat menyadari bahwa hidup yang dijalaninya bukanlah “kebetulan” tetapi sebuah kesengajaan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Visi atau tujuan setiap muslim yang cerdas secara spiritual akan menjadikan pertemuan dengan Allah sebagai puncak dari pernyataan visi pribadinya, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang terukur dan terarah. Sebagaimana firman Allah

               Artinya :“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan (liqa) dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal shaleh dan janganlah beribadah dengan mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S. Al-Kahfi:110).25

23

Toto Tasmara OP.Cit. hal 45 Jalaluddin Rakhmat, et.al, Menyinari Relung-relung Ruhaniah: Mengembangkan EQ dan SQ Cara Sufi, Al Hikmah kerjasama dengan IMAN, Bandung, 2002, hal. 26. 24

25

Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 304

27

Kesadaran ruhaniah yang paling mendalam adalah kesadaran bahwa hidup adalah kesementaraan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab , sebuah perantauan yang harus dan niscaya kembali kekampung halaman dengan membawa bekal, dan perjalanan singkat untuk menempuh perjalanan yang panjang dan abadi. Dalam jiwanya terdapat keyakinan bahwa hanya orang-orang yang bertanggung jawab untuk menunaikan amanahnya yang akan memperoleh kemenangan dunia dan akhirat. b. Merasakan kehadiran Allah Mereka yang cerdas secara ruhani merasakan kehadirat Allah dimanapun mereka berada, mereka menyakini bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah SWT. Ada kamera Illahiyah yang terus menyoroti Qolbunya dan merasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya diketahui dan dicetak Allah tanpa satupun yang tercecer. Allah berfirman.

                Artinya :„Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”.(Q.S. Qof: 16)26 Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasakan dirinya berada dalam limpahan karunia Allah. Dalam suka dan duka atau dalam

26

ibit hal 304

28

sempit ataupun lapang, mereka tetap merasakan kebahagian , karena kepada Allah mereka bertawakal. Perasan kehadiran Allah di dalam qalbu apalagi sampai kepada tingkat tawakal tidak dapat datang begitu saja, melainkan harus di latih melalui keheningan batin. Ia hanya mungkin di peroleh ketika keadaan jiwa dalam kondisi-kondisi kontemlatif, bening dan menarik diri untuk beberapa saat dari hiruk pikuk dunia atau yang dalam istilah lain di sebut uzlah c. Berdzikir dan berdo‟a Berdzikir dan berdo‟a merupakan sarana sekaligus motivasi diri untuk menampakkan wajah seseorang yang bertanggung jawab. Dzikir mengingatkan perjalanan untuk pulang dan berjumpa dengan yang dikasihinya. Berdo‟a berarti memanggil diri sendiri. Jiwa dan kesadaran diseru dan dihentakkan agar sadar bahwa “aku sedang beraudiensi dengan Tuhan-ku”. Mereka yang cerdas secara ruhani menyadari bahwa do‟a mempunyai makna yang sangat dalam bagi dirinya. Dengan berdo‟a berarti ada rasa optimisme yang mendalam dihati dan masih memiliki semangat untuk melihat ke depan. . Allah berfirman

             Artinya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

29

mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar- Ra‟d : 28)27

               Artinya :dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".( S.Q Al. Mu‟minun : 60)28 d. Memiliki kualitas sabar Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian dan tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya, sehingga orang yang bertakqa tidak mengenal atau memiliki kosa kata “cengeng” karena makna dari kata sabar itu sendiri bermuatan kekuatan bukan kelemahan. Sabar berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita-cita atau harapan, sabar berkaitan pula dengan masa depan sebagaimana firman Allah

             Artinya :Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (QS. Al. Mu‟minun : 55)29

27

ibit hal 252 Ibiit hal 346 29 Ibit hal 346 28

30

Salah satu mahkota sabar adalah sikap memaafkan. Keberanian untuk selalu berpihak pada “salam” sebagaimana yang di ucapkan setiap mengakhiri shalatnya (yang pada dasarnya merupakan awal dari aktualisasi sholat). Di dalam nilai-nilai sabar itu tampak sikapnya yang paling dominan antara lain sikap percaya diri(self confidence), optimis, mampu menahan beban ujian dan terus berusaha sekuat tenaga (mujahadah). Dan mereka sangat yakin akan janji Allah yang berfirman

           Artinya :Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalanjalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orangorang yang berbuat baik. (QS. Al-ankabut : 69)30 e. Cenderung pada kebaikan Orang yang bertaqwa adalah tipe manusia yang cenderung pada kebaikan dan kebenaran. Sabda Rasulullah SAW., “jadikanlah hidup hari ini lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih baik lagi dari hari ini”, seakan-akan menembus cakra wala qalbunya dan menjadi hiasan nuraninya setiap detik, mereka merasakan kerugian yang dahsyat ketika waktu berlalu begitu saja tanpa ada satupun kebaikan yang di lakukannya. Amanah adalah segala bentuk kebaikan yang mengikat diri dan kemudian menjadi beban dan keharusan untuk dilaksankan dengan penuh tanggung jawab. Sehingganya, takwa kita pahami sebagai bentuk tanggug

30

Ibit hal 404

31

jawab adalah bentuk rasa cinta Karena menerima amanah kebaikan dari Allah . Kebaikan merupkan kodrat yang melekat pada fitrah manusia itu sendiri. Amanah kebaikan dari Allah tersebut merupakan principium identity manusia, artinya manusia hanya dapat memanusiakan dirinya selama dia mau bertanggung jawab terhadap amanah yang di berikan Allah kepadanya. Dengan demikian, hidup dan kehidupan yang kita jalani bersama-sama orang lain itu adalah amanah yang harus ia laksanakan dalam bentuk tanggung jawab. f.

Memiliki empati Empati adalah kemampuan seorang untuk memahami orang lain.,

sehingga mereka mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain. Empati sosial telah di patrikan kepada jiwa agung Rasulullah SAW. Sebagaimna firman-Nya,

               Artinya :Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.(QS. At.Taubah : 128)31

Hal ini di contohkan oleh Umar Ibnul-Khattab r.a, pada saat penduduk dalam keadaan kelaparan, tampak Umar Ibnul-Khattab r.a menggigil karena tidak makan gandum dan minyak samin hampir satu 31

Ibit hal 207

32

bulan lamanya. Seorang bertanya, “ Wahai Amirul Mukminin, betapa seorang Amir seperti engkau kelihatan sangat lesu, wajahmu pucat dan hanya makan roti kering . Engkau kelihatannya sedang menyiksa diri, padahal dengan kekuasaanmu, engkau hanya tinggal meminta kepada kas Negara (Baitu mal)”,

Umar menjawab, “ Bagaimana mungkin aku

menjadi pemimpin rakyat bila tidak merasakan derita yang mereka rasakan ?”.

Para pemimpin yang berempati akan melahirkan solidaritas, lalu

menular menjadi satu kesadaran kolektif. Kepemimpinan adalah keteladanan dan siakap yang penuh perhatian terhadap yang di pimpinnya. g. Berjiwa besar Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Orang yang cerdas secara ruhaniah adalah mereka yang mampu memaafkan betapapun besarnya kesalahan yang pernah diperbuat orang lain pada dirinya. Karena mereka menyadari bahwa sikap pemberian maaf, bukan saja sebagai bukti kesalehan, melainkan salah satu bentuk tanggung jawab hidupnya, karena apapun yang ia pilih atau putuskan pada akhirnya akan mempengaruhi orang lain. Seorang yang cerdas secara ruhaniah, memiliki sikap pemaaf yang sangat besar seakan melebur dalam cintanya yang sangat mendalam terhadap kebenaran dan sekaligus sangat besar kepeduliannya terhadap kemanusiaan. Pada saat Rasulullah di lecehkan oleh penduduk Thaif, wajah beliau bercucuran darah karena lemparan batu penduduk tersebut.

33

Pada saat itu malaikat menawarkan kekuatan untuk membalas kepedihan hati kekasih Allah yang telah di hinakan melempaui batas-batas kemanusian. Tetapi, keagungan akhlak Rasulullah tampak dan menggaung ke seantero jagat. Tawaran malaikat di jawabnya dengan do‟a, “ Ya Allah, ampunilah mereka , karena sesungguhnya mereka tidak tahu.‟ Keagungan akhlak tersebut di tampakkan lagi secara monumental ketika Rasulullah SAW, memasuki kota Mekah yang di kenal dengan fatthul Makkah. Pada saat itu, musuh-musuh Islam menggigil ketakutan. Mereka merasa khawatir kaum muslimin akan membalas dendam kerena kekejian yang telah mereka perbuat kepada kaum muslimin. Dalam suasana yang mencekam, Rasulullah berdiri di depan Ka‟bah dan berkata dengan lantang, “Aku akan berkata sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya. Tidak ada dendam dan kebencian di hati kita semua. Kalian (musuh-musuh Islam) kalau mau, silahkan pergi dan bebas kemana engkau mau, karena kalian telah kami maafkan.” Inilah keteladanan yang menunjukkan jiwa besar Rasulullah SAW. Padahal sebelumnya beliau dan pengikutnya mendapatkan siksaan di luar batas kemanusian , begitulah seorang yang cerdas rohaninya, lebih dominan rasa cintanya daripada kebenciannya. Lebih besar rasa perdamaiannya daripada permusuhannya. Sehingga, tidak mungkin keluar dari mulutnya kata dan kalimat yang mencerminkan sikap kebencian, dendam, dan caci maki. h. Bahagia melayani

34

Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, mereka menunjukkan sikapnya untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani. Sikap melayani melekat pada fitrah dirinya, sebagaimana setiap hari minimal 17 kali kita membaca surat al-fatiah, sebagai pernyataan dan komitmen yang di ungkapkan dengan penuh kesadaran, “Iyyaka na‟budu hanya pada Engkaulah kami menyembah‟!. Kata “abdun” dapat berarti menghamba, taat melayani (sebagaimana seorang hamba melayani tuhannya). Menarik untuk disimak, pernyataan ” Iyyaka na‟budu di ungkapkan dalam bentuk jamak. Ada unsur kebersamaan (bukan a‟budu aku mengabdi). Dalam melayani, ego keakuan kita hilang diganti dengan rasa kebersamaan. Hanya dengan melayani atau saling melayani, niscaya kehidupan kita meningkat menuju keluhuran budaya. Melayani bukan bukan hanya sekedar kenunjukan sikap luar seperti tersenyum, berpakaian rapi, atau hal lain yang seringkali di jadikan tema pelatihan pelayanan prima. Tetapi yang paling hakiki adalah bahwa melayani merupakan bentuk keterpanggilan untuk memenuhi janji atau amanah, ungkapan hati nurani dan karenanya merupakan salah satu bentuk ketakwaan seseorang.

35

Salah satu bentuk kualitas pelayanan adalah tidak pernah tersirat sedikitpun dalam pikiran seorang muslim untuk mengingkari janji. Karena itu mereka yang cerdas secara ruhani akan tampak dari sikapnya yang sangat perhatian terhadap janji dan amanah.

         Artinya :dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.(QS.Al.Isra‟ :34)32 Melayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengaruh luar. Tetapi, benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa “aku ada karena aku melayani”. Dengan penghayatan seperti itu, sadarlah mereka bahwa “siapapun di luar dirinya adalah customer” yang berhak mendapatkan pelayanan dirinya. Mereka menyadari bahwa keberadaannya tidak mungkin berarti kecuali bersama dengan orang lain. Dengan melayani orang lain berarti dirinya ikut di berdayakan menuju kualitas akhlak yang lebih luhur dan bermakna . Dengan demikian seorang muslim akan menjadikan setiap geraknya adalah pelayanan yang berkualitas. Sehingga, orang yang di sekitarnya merasakan kedamaian. Itulah sebabnya setiap mengakhiri sholat kita mengucapkan “salam”, semacam ada gemuruh yang menggaungkan sebuah ungkapan, “dengan mengakhiri sholatku ini, sesungguhnya aku memulai hidupku untuk menebarkan salam. Sebab itu wahai saudarku siapapun engkau adanya, janganlah gentar dan takut karena sesungguhnya

32

ibit hal 285

36

aku hadir untuk memberikan kedamaian bagi semesta.” Dan dengan begitu seseorang yang memiliki kecerdasan ruhaniah, menjadikan semangat pelayanan sebagai salah satu misi kehidupannya. Bagi mereka pelayanan merupakan

investasi

prilaku

dirinya,

bertambah

banyak

mereka

mengulurkan tangan dan melayani maka bertambah investasinya. 33 4. Langkah-langkah pencapaian Kecerdasan Rohaniah Kecerdasan Ruhaniah yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, namun nafsu sebagai salah satu potensi manusia disadari perlu di kontrol sedemikian rupa sehingga ia tidak menjadikan manusia

terhalang

dari

Tuhan.

Maka

untuk

mencapai

tingkat

kesempurnaan dan kesucian jiwa di perlukan sekali latihan dan pendidikan kerohanian yang panjang.34 Tahap pertama (dalam perjalanan ruhaniah ) adalah upaya mengalihkan hati yang sakit menjadi hati yang sehat. Tahap kedua, memberikan bekal harian yang lazim disertai dengan santapan yang di butuhkan

setiap

saat,

sehingga

hati

mampu

memelihara

dan

mempertahankan kondisi keimanan yang tinggi. Kondisi rohani yang demikian merupakan suatu hak yang harus dipenuhi oleh setiap orang sepanjang hayatnya. dengan kata lain, setiap orang harus melakuan dan mempertahankan proses atau kondisi ruhani yang demikian selama hayatnya, hingga akhirnya dia “menjumpai” Allah.35

33

Toto Tasmara : op, cit., hal. 6-39 Duski Samad: Lebih dekat dengan tasauf, (Padang: Duski Samad Institut, 2014), hal.42 35 Sa‟id Hawwa: Perjalanan Ruhani menuju Allah, terj. Imam fajaruddin (Solo: Era Intermedia, 2002), hal.133 34

37

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai sufi yang mampu mengkompromikan sedemikian rupa antara tasauf dengan amalan syari‟at dianggap sebagai tokoh yang membuat sistem pembinaan akhlak yang bertujuan untuk menguasai nafsu tidak menjadi penghalang bagi manusia menuju ma‟rifah dengan Tuhannya. Sistem yang di susun AlGhazali di kenal dengan konsep Takhalli, Tahalli dan Tajalli. a. Takhalli Takhalli secara terminologis berarti membersihkan diri dari segala bentuk godaan kehidupan duniawi yang dapat menghalangi si salik (orang yang konsentrasi menuju Tuhan) dari ma‟rifahnya kepada Tuhannya. Usaha untuk mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan duniawi, bisa ditempuh jika seseorang benar-benar mampu menjauhkan dirinya dari semua kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsunya, sebab hawa nafsulah yang menjadi pangkal dari segala sifat yang tidak baik. Sikap mental sufi yang sudah tercemar oleh pengaruh duniawi dan material dipandang akan merugikannya dari perjuangan (mujahadah) menuju Tuhan. Oleh karenanya sikap ria, takabur, hasad, dan sikap hati yang tercela itu mesti dapat dibersihkan dari jiwa seseorang yang menuju kepada kehidupan spiritual. b. Tahalli Konsep ini mengandung pengertian menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Yakni

38

mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat lahir batin. Berusaha agar dalam setiap gerak dan prilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat lahir atau ketaatan lahir maupun yang bersifat ketaatan batin. Yang dimaksud dengan ketaatan kepada syari‟at agama formal seperti shalat, puasa, zakat dan haji, sedangkan yang dimaksud dengan ketaatan batin yaitu seperti iman, ikhlas, dan sebagainya. Manusia yang berhasil mensucikan diri (takhalli) dan kemudian ia mengisi dirinya (tahalli) dengan perbuatan terpuji maka segala perbuatan dan tindakannya sehari-hari selalu berdasarkan niat yang ikhlas. Manusia seperti itulah yang berhasil mendapatkan kedekatan diri dengan Allah SWT , selanjutnya dia pula yang bisa naik kederajat Tajalli. c. Tajalli Artinya terungkapnya nur gaib (kebesaran Allah) pada hati nurani sang sufi. Firman Allah: Allah adalah nur (cahaya) langit dan bumi (Q.S.24:35). Tajalli merupakan proses mental merasakan adanya kerinduan pada ketuhanan, kerinduan itu akan terobati jika kepadanya dibukakan hijab (pembatas) antara manusia dan Tuhannya. Untuk membuka hijab itu manusia harus selalu melakukan riyadah (latihanlatihan jiwa), berusaha membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat keji, melepaskan ketergantungan dengan dunia lalu mengisi diri dengan perbuatan dan sikap terpuji , semua yang dilakukannya tetap dalam kerangka ibadah, memperbanyak zikir, wiridwirid, menghindarkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak kesucian

39

hati, baik lahir maupun batin. Usaha-usaha seperti diatas pada dasarnya berarti mempersiapkan seluruh jiwa (hati) untuk menerima tajalli nur ilahi untuk menembus relung-relung hati yang terdalam, maka dengan demikian dia siap menerima limpahan nikmat dan karunia-Nya. Pada tingkat ini hamba akan cemerlang, terang benderang dadanya terbuka luas dan lapang, terangkat rahasia alam maka pada saat itu jelaslah baginya rahasia ketuhanan

yang

dulunya

terdinding

oleh

kotoran

jiwanya.36

Untuk mencapai kedamaian hati sebagai upaya meningkatkan kecerdasan ruhani, kiranya harus secara kontinu dan penuh rasa harap serta bertanggung jawab untuk melatih jiwa, melalui enam langkah yaitu: a) Rasa cinta (mahabbah) serta pemahaman sangat kukuh terhadap ruh tauhid (menjadikan satu-satunya Illah, tumpuan dan tujuan tempat seluruh tindakan diarahkan kepadaNya. Memandang Allah sebagai arah yang dituju. Menjadikan-Nya andalan dari segala andalan, atau bertawakal semata-mata kepada-Nya, sebagaimana yang sering kita wiridkan “ Hasbunallah wa ni‟malwakil ni‟mal maula wa ni‟man nasir.” Cukup bagiku Allah tempat bagiku bersandar dan Dialah tempatku meminta pertolongan. Inti dari keimanan terletak pada rasa cinta kasih, kelembutan, dan pemaafan. b) Merasakan kehadiran Allah (omni present). Memberikan kesadaran dan keyakinan yang membekas di hati bahwa Allah

36

Duski Samad: op. cit., hal. 43-48

40

senantiasa hadir dan menyaksikan seluruh perbuatan bahkan bisikan hatinya. Kesadaran dalam dirinya selalu membisikan bahwa ada kamera Ilahi yang terus-menerus memantau, merekam dan mencatat secara akurat semua tindakannya di dunia ini. c) Meyakini

kesementaraan

dunia

dan

keabadian

akhirat.

Merasakan dengan sangat bahwa hidup hanyalah kedipan mata dan fatamorgana. Apa yang di sisi manusia adalah fana‟ (binasa) sedangkan di sisi Allah adalah baqa‟ (kekal abadi). d) Ingin menjadi teladan. Merasakan dan menghayati nilai-nilai akhlaqul karimah dengan membaca dan mengerti riwayat hidup Rasulullah, para sahabat dan orang-orang shaleh yang hidupnya selalu bersih dan mengabdi pada nilai-nilai kebenaran Ilahiah. Melakukan perjalanan ruhani dengan membaca berbagai hikmah sebagai nasihat hati. e) Berprilaku

sederhana.

Menguji

diri

dengan

cara

mempraktekkan kehidupan yang zuhud, agar cahaya ruhaniyah tidak tenggelam dan diambil alih oleh nyala api hawa nafsu syahwati. f) Memiliki rasa ingin tahu (curiousity) yang tinggi. Mempelajari, merenungkan dan meneliti dengan penuh rasa ingin tahu yang sangat mendalam terhadap kandungan Al-Qur‟an, kemudian

41

menjadikannya sebagai petunjuk yang memotivasi dirinya untuk bertindak.

B. Bimbingan dan Konseling Islam 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam Pada

seminar

Bimbingan

dan

Konseling

Islam

yang

diselenggarakan oleh UII di Yogyakarta pada tahun 1985 dirumuskan bahwa konseling islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.37 M.D Dahlan mengemukakan bahwa konseling islam adalah bimbingan kehidupan yang intiya tertuju kepada realisasi doi‟a rabbana atina fi ad-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah wa qina‟azabaa-nar. Berisikan rintisan jalan kearah penyadaran kepribadian manusia sebagaimkhluk Allah, dengan menumbuhkan rasa tenteram dalam hidup karena selalu merasa dekat dengan Allah dan selalu ada dalam lindunganNya.38 Az-Zahrani mengemukakan, bahwa konseling Islam adalah memberikan arahan dan petunjuk bagi orang yang tersesat, baik arahan tersebut berupa pemikiran, orientasi kejiwaan, maupun etikadan 37 38

Arif Fahruddin, Al-Qur‟an dan Tafsir Al-Hidayah, (Banten: Kalim), h. 296 Syaiful Akhyar, Konseling Islami dan Kesehatan, (Bandug: Media Perintis), h. 63

42

penerapannya sesuai dan sejalan dengan sumber utama dan merupakan pedoman hidup Muslim, yakni Al-qur‟an dan Sunnah. Dr. Hamid Zahran (dalam az-Zahrani) mengemukakan bahwa konseling yaitu suatu proses dengan penuh kesadaran dan terencana untuk membantu individu (klien) agar lebih dapat mengenal dirinya sendiri, memahaminya dengan baik, mempelajari kepribadiannya, mengetahui kelebihan yang ada pada dirinya, dan mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi. Choliq mengemukakan bahwa konseling Islam didasarkan pada ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul dengan landasan kerja pemberian layanan: (1) mengikuti bimbingan dan konseling konvensional yang dilaksankan secara Islami, dan (2) memberikan bimbingan dankonseling yang sepenuhnya bersumber dari ajaran Islam dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Konseling Islam menurut Ahmad Mubarok memiliki ciri yakni menggunakan getar Iman (daya rohaniah) dalam mengatasi problem kejiwaan. Diperlukan dialog dan interaksi antara konsep perilaku horizontal dengan konsep orientasi vertikal. Konseling Islam menurut Yusuf L.N yaitu konseling yang tujuan dan cara kerjanya berlandaskan agama Islam.konseling ini merupakan proses motivasional kepada individu (manusia) agar memiliki kesadaran untuk “come back to religion”. Konseling Islami dapat juga diartikan sebagai“ proses pemberi bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran dan komitmen beragamanya ( primordial kemakhlukannya yang fitrah = tauhidullah) sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, baik secara fisik-jasmaniah maupun psikis-rohaniah, baik kebahagiaan di dunia ini maupun di akhirat kelak.39 Konseling islam menurut Dr. Mulyadi adalah suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu dan mempunyai kesadaran akan kehidupannya sebagai makhluk Allah SWT, sehingga hidup dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT serta mengembangkan potensi fitrah yang dimiliki demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pengertian ini memberikan indikasi bahwa : a) Bimbingan dan konseling islam merupakan suatu proses kegiatan bimbingan, arahan terhadap individu. b) Bimbingan dan konseling islam dilakukan secara komunikatif antara konselor dank lien. c) Tujuan jangka pendek Bimbingan dan konseling islam adalah agar individu dapat hidup selaras dengan ketentuan dan 39

154-155

Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), h.

43

petunjuk Allah serta menyadari eksistensinya sebagai hamba Allah SWT. d) Tujuan jangka panjang Bimbingan dan konseling islam adalah agar individu memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. e) Bimbingan dan konseling islam bersumber pada landasan AlQur‟an dan Hadits Rasulullah sebagai landasan utama.40 Konseling Islam berupaya membantu sesama berdasarkan AlQur‟an, diarahkan pada pemungsian Qalbu wahdaniyyun yang terpancar dari nur Ilahiah. Cahaya Ilahiyah itu akan mewujudkan kepribadian yang mantap, istiqamah, halus budi, akhlak mulia, mengikuti petunjuk Ilahi serta mengembangkan fitrah manusia.41

2. Ciri-Ciri Bimbingan dan Konseling Islam Ciri khas konseling islam yang sangat mendasar adalah sebagai berikut: a. Berparadigma kepada wahyu dan keteladanan para Nabi, Rasul dan ahli warisnya b. Hukum konselor memberikan konseling kepada klien, ketika klien yang meminta bimbingan adalah wajib dan suatu keharusan bahkan merupakan ibadah c. Jika konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal bagi dirinya sendiri maupun klien dan Allah menghukumi mereka sebagai orang yang mendustakan agama.

40

Mulyadi, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah dan Madrasah, ((Jakarta: Prena media group) h,.82-83 41 Ibid

44

d. Sistem konseling islam dengan memberi pengaruh dengan membaca Al-Qur‟an,

kemudian

baru

melakukan

proses

terapi

dengan

membersihkan dan mensucikan sebab-sebab terjadinya penyimpanganpenyimpangan. e. Konselor islami adalah mereka yang dalam proses kehidupan selalu dibawah bimbingan Allah dan Al-Qur‟an serta Sunnah Rasul-Nya.42

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam Bimbingan dan Konseling Islam dapat dilaksanakan oleh pembimbing dan konselor Islam secara In clude sebagai pendidik. Sebagai pendidik, pembimbing dapat mengarahkan klien untuk membangkitkan semangat dan motivasi sehingga masalah dalam kehidupan, dalam hal ini problematika agamanya akan dapat teratasi dan klien akan memiliki semangat dalam menjalani kehidupan. Menurut Drs. H.M. Arifin, M, Ed., tujuan konseling Islam adalah sebagai berikut. Bimbingan dan konseling Islam dimaksudkan untuk mengarahkan klien supaya memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan problem. Bimbingan dan penyuluhan Islam yang ditujukan kepada membantu klien agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya. Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islam membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.43

42 43

Ibid, h. 63 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:AMZAH, 2013), h. 68

45

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam menurut Anwar Sutoyo dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam adalah sebagai bertikut: a. Agar orang yakin bahwa Allah adalah penolong utama dalam segala kesulitan b. Agar orang sadar bahwa manusia tidak ada yang bebas dari masalah, oleh sebab itu manusia wajib beriktiar dan berdoa agar dapat memecahkan masalahnya sesuai tuntunan Allah. c. Agar orang sadar bahwa akal dan budi serta seluruh yang dianugrahkan Tuhan Itu harus difungsikan sesuai ajaran Islam. d. Memperlancar proses pencapaian tujuan pendidikan nasional( menurut GBHN) dan meningkatkan kesehteraan hidup lahir batin, serta kebahagian dunia dan akhirat berdasarkan ajaran Islam44. Menurut Aziiz Salleh tujuan konseling Islam adalah; a. Menyelesaikan masalah yang dihadapi seseorang klien. Kita wajib bersimpati dan menolong orang lain yang ditimpa kesusahan. Kita sendiri memerlukan bantuan orang lain sekiranya kita menghadapi masalah dan buntu untuk mencari jalan penyelesaiannya. Oleh sebab itu kita dituntut oleh Allah agar menyayangi orang lain, seperti kita menyayangi diri kita sendiri. Seseorang yang membantu seseorang yang lain ketika mereka dalam kesusahan, akan mendapat ganjaran pahala yang besar dari pada Allah sebagai mana Firman Allah dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8.

  

          

Artinya :Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.45 b. Membantu dan memberi kefahaman kepada klien menghadapi situasi sekitar atau cabran-cabaranya bagi membolehkan perubahan tingkah laku kearah matlamat yang dinginkan untuk mencapai sempurnaan diri. c. Membimbing klien membuat keputusan yang bijaksana serta memahami dan bertanggung jawab secara sadar atas setiap keputusan yang dibuat. 44

Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, (Semarang: CV Cipta Prima Nusantara, 2007) Hal. 21 45 Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 599

46

d. Bertindak secar logika, waras dan atas dasar keimanan dan dan bukan atas dasar hasutan nafsu atau setan laknatullah. e. Membantu klienmewujudkan hubungan yang baik, mesra, harmoni. Baik sangka dan iklas dengan ibu bapak, saudara, sahabat, tetangga, guru-guru dan masyarakat. f. Membantu klien yang terlibat dalam perbuatan keji sepert terlibat dengan maksiat, penyalah gunaan narkoba, disiplin disekolah atau apa saja perkara yang dilarang oleh Allah. Orang yang terjerumus kedalam perbuata keji hendatlah ditegur, di bombing dan diberi peringatan, semoga orang yang menegur mendapat ganjaran pahala. g. Membentuk tabiat diri agar senantiasa disiplin dengan siapa saja dan menjadikan klien Insan yang dihormati dan disuka.46 Secara umum dan luas, Program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: a. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi. b. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktuf dalam masyarakat. c. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain. d. Membantu individu dalam mencapai harmonis antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya.47 Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu

peserta

didik

agar

dapat

mencapai

tujuan-tujuan

perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir. a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan pribadi-sosial individu adalah sebagi berikut:

46

Aziz Salleh, Konseli Islam Asa, ( Kuala Lumpur: Cergas (M) Sdn. Bhd, 1996) Hal. 5 Op. Cit, Samsul Munir Amin. Hal 39

47

47

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. 2) Memiliki torelansi terhadap umat beragama lain, saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban. 3) Memiliki Pemahaman tentang irama kehidupan antara yang menyenamgkan dan tidak menyenangkan, mampu merespon secara positif sesuai dengan ajaran yang dianut. 4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif. 5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. 6) Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat. 7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. 8) Memiliki Rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya. 9) Memiliki Kemampuan berintegrasi sosial, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan. 10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. 11) Memiliki Kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.48 b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut: 1) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegitan belajar yang diprogramkan. 2) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. 3) Memiliki keterampilan untuk dan teknik belajar yang efektif. 4) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan. 5) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. 6) Tujuan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan aspek karir adalah sebagai berikut: 7) Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalahMemiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan. 8) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja.

48

Syamsu Yusuf dan Juntika nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) Hal. 14

48

9) Memilki kemampuan untuk membentuk identitas karir seperti: ciriciri pekerjaan, kemampuan yang dituntut. 10) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan. 11) Dapat membentuk pola-pola karir yaitu kecendrungan arah karir. 12) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa tujuan bimbingan dan konseling Islam juga menjadi tujuan dakwah Islam. Karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan kepada umat islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian, bimbingan dan konseling agama Islam adalah bagian dari dakwah Islam. Demikian pula tujuan dari bimbingan dan konseling juga merupakan tujuan dari dakwah Islam.

4. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Islam Adapun Layanan bimbingan konseling Islam Menurut prof. Yahya Jaya, dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Agama Islam adalah sebagai berikut: a. Layanan orientasi agama Yaitu layanan yang memungkinkan umat menganal dan memahami lingkungan keberagamaanya dari orang-orang yang dapat memberikan pengaruh agama untuk mempermudah orang berperan di lingkungan hidup keberagamaanya yang baru dimasukinya b. Layana informasi keagamaan yaitu jenis layanan memungkinkan umat atau orang beragama menerima dan memahami informasi keberagamaannya dari sumber yang layak dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan amal-amal kagamaan dalam mengambil keputusan dan pertimbangan bagi penentuan sikap dan tingkah laku keberagamaan. c. Layanan penempatan dan penyaluran bakat keberagamaan Yaitu layanan yang memungkinkan umat beragama memperoleh penerapan dan penyaluran yang tepat dan benar dalam

49

d.

e.

f.

g.

pengembangan hidup keberagamaannya yang sesuai dengan potensi, minat, bakat, situasi dan kondisi pribadi manusia beragama yang bersangkutan Layanan bimbingan pembelajaran / pengajian agama Yaitu layanan yang memungkinkan orang beragama mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar agama yang baik, materi pengajian agama yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajar agama lainnya yang berguna bagi kehidupan beragama. Layanan konseling agama perorangan Layanan yang memungkinkan orang beragama mendapat layanan langsung tatap muka dari konselor agama dalam rangka mengentaskan permasalahan agama yang dihadapi klien. Permasalahan agama yang dapat dilayani melalui konseling agama perorangan ini meliputi semua aspek semua keagamaan Layanan konseling agama kelompok Yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah orang yang beragama memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah keberagamaan yang mereka alami masing-masing melalui suasana dan dinamika kelompok Layanan bimbingan agama kelompok Yaitu layanan yang dimaksudkan untuk memungkinkan sejumlah orang yang beragama secara berjamaah memperoleh bahan dan informasi dari narasumber tertentu tentang masalah hidup keberagamaan mereka yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan sikap dan tingkah laku keberagamaan. Bahan yang dimaksud itu juga dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam mengambil keputusan yang menyangkut dengan permasalahan agama yang mungkin tengah dialami49.

5. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam Fungsi utama bimbingan dan koseling dalam Islam yang hubungannya dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan masalah spiritual (keyakinan). Islam memberikan bimbingan kepada individu agar dapat kembali kepada bimbingan Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Seperti individu yang memiliki sifat selalu berprasangka buruk kepada Tuhannya dan menganggap Tuhan-nya tidak adil, sehingga ia merasa susah dan 49

Hal 118

Yahya Jaya, Bimbingan dan konseling Agama Islam, (Padang: Angkasa Raya, 2004),.

50

menderita dalam kehidupannya. Sehingga ia cenderung menjadi pemarah dan akhirnya akan merugikan dirinya sendiri dan lingkungannya. Kegelisahan, ketakutan, dan kecemasan merupakan bunga kehidupan yang harus dapat ditanggulangi oleh setiap individu dengan memohon pertolongan-Nya melalui orang-orang yang ahli di bidangnya. Fokus bimbingan dan konseling Islam selain memberikan perbaikan dan penyembuhan pada tahap mental, spiritual atau kejiwaan, dan emosional, seperti ungkapan dalam Firman Allah wayuzakkihim (dan mensucikan mereka), kemudian melanjutkan kualitas dari materi bimbingan dan konseling kepada pendidikan dan pengembangan dengan menanamkan nilai-nilai dan wahyu sebagai pedoman hidup maka individu akan memperolah wacana-wacana Ilahiah tentang bagaimana mengatasi

berbagai masalah, kecemasan dan kegelisahan, melakukan

hubungan komunikasi yang baikdan indah, baik secara vertikal maupun horizontal. Dan sekaligus individu akan mempunyai kemampuan AlHikmah, yaitu metode atau cara untuk menghayati rahasia di balik berbagai peristiwa dalam kehidupan secara nurani, empirik dan transendental. Adapun jika kegiatan bimbingan dan konseling itu di kaitkan dengan kehidupan keagamaan individu, maka tugas guidance-counselor tidak akan pernah diketahui kapan berakhir, karena bimbingan dan konseling dalam kehidupan keagamaan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Seorang tokoh agama, kiai atau ulama, dapat berfungsi sebagai konselor

51

kehidupan beragama dalam masyarakat sekitarnya, karena ia telah memiliki pribadi yang stabil, tenang dan menentramkan orang lain yang berada di dekatnya.50 Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan binbingan dan konseling . Fungsi-fungsi tersebut adalah;

a.

Fungsi pemahaman Pemahaman yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihat-pihat tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Pemahaman itu meliputi: 1) Pemahan tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing (Konselor) 2) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik ( termasuk di dalam lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua dan guru pada umumnya (Konselor) 3) Pemahaman ligkungan “yang lebih luas” ( termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/ pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya, terutama oleh peserta didik

b.

50

Fungsi pencegahan

Ibid., h. 50-52

52

Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercerahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalah yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan

dan kerugian-kerugian tertentu

dalam proses perkembangannya c.

Fungsi pengentasan Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Istilah fungsi pengetasan di pakai untuk mengganti istilah “ fungsi kuratif atau fungsi terapeutik” dengan arti “pengobatan atau penyembuhan” yang beorientasi bahwa peserta didik yang di bimbing itu atau klien adalah orang

yang “sakik” serta untuk

mengganti istilah “fungsi perbaikan “ yang berkonotasi bahwa peserta didik yang di bimbing atau klien adalah “orang yang tidak baik” atau “rusak”. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pemberian label atau berasumsi bahwa peserta didik atau klien adalah orang yang “sakik” atau ” tidak baik” atau “rusak” sama sekali tidak boleh dilakukan.

d.

Fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi

53

positif peserta didik dalam rangka pengembangan dirinya secara mantap dan bekelanjutan51 Fungsi utama bimbingan dan konseling dalam Islam yang hubungannya dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan masalah-masalah spiritual (keyakinan).Islam memberikan bimbingan individu agar dapat kembali pada bimbingan Al-Quran dan As-sunah. Seperti terhadap individu yang memiliki sikap selalu berprasangka buru kepada Tuhannya dan menganggap bahwa Tuhannya tidak adil, sehingga ia merasa susah dan menderita dalam kehidupanya. Sehingga dia cendrung menjadi pemarah dan akhirnya akan merugikan dirinya sendiri dan lingkungannya. Bukanlah perkara yang mudah untuk menyembuhkan perkara individu yang telah memiliki pemikiran

seperti

itu,

disinilah

fungsi

bimbingan

kepada

penyembuhan terhadap gangguan mental berupa sikap dan cara berpikir yang salah dalam menghadapi problem hidupnya. Islam mengharapkan individu agar dapat mengerti apa itu ujian dan musibah dalam hidup. Kegelisahan, ketakutan, dan kecemasan

merupakan

bunga kehidupan yang harus dapat ditanggulangi oleh setiap individu dengan memohon pertolongan-Nya melalui orang-orang yang ahli di bidangnya.52

51

Dewa Kentut Sukardi dan Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) Hal. 8 52

Op. Cit. Samsul Munir Amin. Hal 50

54

6. Azaz-Azaz Bimbingan dan Konseling Islam Azas yang menjadi landasan filosofis dan operasional dari layanan bimbingan dan konseling islam berdasar seminar dan lokakarya nasional bimbingan dan konseling islam II yang diselengarakan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tanggal 15-17 Oktober 1987 antara lain: a. Azas tauhid rububiyyah dan uluhiyyah Konselor

dalam

membantu

membangkitkan potensi

konseli

hendaknya

mampu

“iman” konseli, dan harus dihindari

mendorong konseli kearah “kemusyrikan”.

b. Azas penyerahan diri, tunduk dan tawakal kepada Allah SWT. Layanan bimbingan hendaknya menyadarkan konseli bahwa disamping berusaha maksimal disertai dengan doa, juga harus menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah SWT. c. Azas syukur Layanan bimbingan hendaknya diingatkan bahwa kesuksesan usaha adalah atas pertolongan dan izin Allah, oleh sebab itu masingmasing pihak (koseli dan konselor) harus bersyukur atas sukses yang dicapai. d. Azas sabar Pembimbing bersama-sama konseli dalam melaksanakan upaya perbaikan

dan

atau

pengembangan

diri

harus

sabar

dalam

55

melaksanakan tuntunan Allah, dan menunggu hasilnya sesuai izin Allah. e. Azas hidayah Allah Kesuksesan

dalam

membimbing

pada

dasarnya

tidak

sepenuhnya hasil upaya pembimbing bersama konseli, tetapi ada sebagian yang masih tergantung pada hidayah Allah. f.

Azas dzikrullah Guna memelihara hasil bimbingan agar lebih istiqamah, seyogianya konseli banyak mengingat Allah baik dalam hati, dalam bentuk ucapan dan perbuatan.53 Dalam pelaksanaan konseling Islam, konselor membantu klien itu berdasarkan beberapa prinsip atau asas. Berdasarkan alQur‟an dan Sunnah Nabi di tambah berbagai landasan filosofis dan landasan keimanan, di antaranya yaitu : (1) Asas kebahagiaan dunia dan akhirat. Bimbingan dan Konseling Islam membantu orang itu tujuannya adalah agar klien mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim. Seperti Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah:201 dan QS. Ar-Ra‟d:26.

53

Anwar Sutoyo, Op.Cit., Hal. 21

56

               Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka. QS. Al-Baqarah:20154

                 

Artinya: Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). QS. Ar-Ra‟d:26.55

(2) Asas fitrah. Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada klien yang mengenal, memahami, dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak dan tingkah laku serta tindakkannya berjalan dengan fitrah tersebut. Manusia menurut

54

Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 31 Ibit . hal 157

55

57

Islam dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam. Firman Allah dalam QS. ArRuum:30.

                          Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Ruum:30). 56

(3) Asas “lillahi Ta‟ala”. Bimbingan dan konseling Islam ini dilaksanakan semata-mata karena Allah SWT. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugas dengan penuh keikhlasan. Klienpun menerima, meminta bimbingan dan konseling dengan ikhlas dan rela pula karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan karena untuk pengabdian kepada Allah SWT semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk

56

Ibit . hal 157

58

Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya. Firman Allah surat al-Bayinah ayat 5.

             Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS al-Bayinah ayat 5)57

(4) Asas bimbingan seumur hidup. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari komponen pendidikan. Oleh karena itu, pemberian layanan bimbingan dan konseling dilakukan sepanjang hidup manusia. Manusia yang hidup di dunia tidak ada yang selalu bahagia kadang kala dalam kehidupan ini akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Untuk itu di perlukan bimbingan dan konseling Islam yang diharapkan bisa mengatasi semua permasalahan hidup sepanjang hayat. (5) Asas kesatuan jasmani-rohani. 57

Ibit . hal 598

59

Bimbingan dan konseling Islam memandang manusia sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah tidak memandang sebagai makhuk jasmaniah semata. Untuk itu bimbingan dan konseling Islam membantu individu untuk hidup seimbang jasmaniah dan rohaniah. Firman Allah QS. Al- Baqarah: 187.

                                                                          Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah

60

pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf. (QS. Al- Baqarah: 187)58

(6) Asas keseimbangan rohani. Allah telah memuliakan manusia dengan kelebihankelebihan atau keutamaan-keutamaan yang tidak diberikan kepada makhuk lain selain manusia. (7) Asas kemaujudan individu. Bimbingan dan konseling Islam melihat kepada citra manusia

menurut

Islam.

Seseorang

melihat

eksistensi

tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan kemerdekaan pribadi

(8) Asas sosialitas manusia. Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini di akui dan diperhatikan dalam Bimbingan dan konseling Islam. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, merupakan aspek-aspek 58

Ibit . hal 29

61

yang diperhatikan dalam Bimbingan dan konseling Islam. Dalam bimbingan dan konseling Islam, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu dalam batas tanggung jawab sosial.59 (9) Asas kekhalifahan manusia. Manusia

menurut

pandangan

Islam

diberikan

kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, yakni mengelola alam, semesta dengan kata lain, manusia di pandang makhluk yang berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Firman Allah surat Fathir ayat 39 Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.

(10)

Asas keselarasan dan keadilan. Islam

menghendaki

keharmonisan,

keselarasan,

keseimbangan, keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain,

59

Fenti Hikmawati, Op. Cit., h. 149-151

62

Allah menginginkan manusia berlaku adil terhadap diri sendiri, alam semesta, dan juga kepada Allah SWT (11)

Asas pembinaan akhlakul karimah. Bimbingan dan konseling Islam membantu klien atau

yang dibimbing memelihara, mengembangkan sifat-sifat yang baik sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah di utus oleh Allah SWT. (12)

Asas kasih sayang. Setiap manusia memerlukan cinta, kasih sayang dan

rasa sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan berlandasan kasih sayang, sebab dengan kasih sayang pemberian bimbingan dan konseling akan menyentuh hati dan tujuan akan cepat tercapai. (13)

Asas musyawarah. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas

musyawarah artinya antara pembimbing dengan yang di bimbing terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak mendiktekan, tidak ada rasa tertekan dan terbuka dalam berpendapat. (14)

Asas keahlian.

63

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orangorang yang memang memiliki kemampuan dan keahlian di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi maupun keahlian dalam teknik-teknik bimbingan dan konseling.60 7. Konselor Islami yang ideal

a. Pengertian Konselor Islami Konselor Islami dalam tugasnya membantu klien menyelesaikan masalah kehidupan, haruslah memperhatikan nilai – nilai dan moralitas islami. Apalagi yang ditangani adalah membantu mengatasi masalah kehidupan yang dialami oleh klien, maka sudah sewajarnyalah konselor harus menjadi teladan yang baik, agar klien merasa termotivasi dalam menyelesaikan masalah kehidupannya. Konselor adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan konsultasi berdasarkan standar profesi. Konselor pada dasarnya tidak dapat melepaskan diri dari kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Konselor selalu terikat dengan keadaan dirinya. dengan kata lain, faktor kepribadian konselor menentukan corak pelayanan konseling yang dilakukannya. Kepribadian konselor dapat menentukan bentuk hubungan antara konselor dan klien, bentuk kualitas penanganan masalah dan pemilihan arternatif pemecahan masalah.

60

Thohari Mustamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam (Yogyakarta: Uii Press), Hal. 21

64

Jadi

konselor

islami

yaitunya

seseorang

yang

memiliki

kemampuan untuk melakukan konsultasi berdasarkan standar profesi yang dalam tugasnya ia membantu klien dengan memperhatikan nilai – nilai dan moralitas islami serta ia mampu menjadi teladan yang baik bagi kliennya b. Karakteristik/ Ciri-Ciri Konselor Islami Sebagai pedoman bagaimana kepribadian konselor yang islami (yang tentunya konselor muslim), dibawah ini akan dijelaskan ciri-cirinya; a) Seorang konselor harus menjadi cermin bagi klien. Konselor dalam tugas bimbingannya haruslah merupakan teladan yang baik bagi anak bimbingan (Klien). Klien secara psikologis datang kepada konselor karena beberapa alasan diantaranya: keyakinan bahwa diri konselor lebih arif, lebih bijaksana, lebih mengetahui permasalahan,

dan

dapat

dijadikan

rujukan

bagi

penyelesaian masalah. Konselor merupakan teladan bagi klien, meskipun demikian tidak berarti konselor tanpa cacat. Sebagai manusia

yang

memiliki

berbagai

keterbatasan

dan

kelemahan perilaku yang dapat dilihat atau dijadikan ukuran kualitas oleh klien. pada derajat kedekatan tertentu klien sangat memperhatikan prilaku konselor.

65

Seringkali konselor menghadapi seorang klien yang tidak dikenal, kondisi ini tidak menuntut konselor tidak berkepribadian baik atau tidak, karena pertemuan konselor dengan klien berlangsung hanya dalam setting konseling. Akan tetapi, sering pula klien adalah seseorang yang mengenal konselor dalam setting sosial lebih luas. Pada konteks ini kualitas kepribadian konselor tidak cukup harus baik pada saat setting konseling, melainkan harus lebih luas dan permanen. Konselor harus bisa menjadi contoh dan suri teladan dimanapun dan kapanpun berada. b) Kemampuan bersimpati dan berempati yang melampaui dimensi duniawi Seorang konselor adalah seseorang yang tanggap terhadap persoalan klien. ia dapat bersimpati pada apa yang terjadi dalam diri klen serta berempati terhadap apa yang dirasakan oleh klien. Konselor melalui profesinya berusaha membantu

klien

sebatas

hubungan

profesi

(setting

konseling), sedangkan diluar konteks konseling dapat dikatakan hubungan tersebut tidak ada. Bagi konselor muslim tentu memiiki sisi yang berbeda dari konselor pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada sisi sprit dan motivasi memberikan bantuan lebih berdimensi, tidak sekedar membantu meringankan

66

beban

spikologis

klien,

melainkan

juga

berusaha

“menyelamatkan” totalitas kehidupan klien. Konselor perlu mengembangkan rasa iba, kasih sayang sebatas bingkai profesi sedangkan konselor muslim perlu mengembangkan semangat belas kasih yang berdimensi ukhrawi. jika ia membantu konseling terdapat dua kemungkinan: 1)

Sebagai bukti iman karena berhasil mencintai

saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri (apabila klien sama-sama muslim). 2)

Sebagai bukti iman karena berhasil mencintai

manusia secara umum sebagai wujud rahmatan lil‟alamin (apabila konseli/ klien berbeda agama). c) Sikap penghormatan: sopan santun, menghargai eksistensi Konselor berkewajiban untuk menjawab salam sesuai dengan salam sapaan yang diajukan klien. Konselor boleh saja menjawab sapaan lebih baik dari klien. Konselor akan selalu berhadapan dengan kenyataan bahwa klien cendrung tergantung, hormat, kagum, ataupun jatuh hati pada konselor. Dalam kondisi tersebut konselor harus memberikan suatu respons yang lebih baik serta bertanggung jawab terhadap kenyataan bahwa hubungan klien dan konselor adalah

hubungan

manusia.

Hubungan

tersebut

dapat

67

ditingkatkan menjadi hubungan silaturrahmi yang lebih berdimensi luas, tidak hanya sekedar setting dalam konseling, terutama sirahturahmi pasca konseling, membangun ukhuwah merupakan prestasi besar. d) Keberhasilan

konseling

adalah

sesuatu

yang

baru

dikehendaki Setiap konselor menghendaki kesuksesan dan keberhasilan. Sebagai profesi, keberhasilan konesling diukur berdasarkan beberapa banyak klien yang merasakan kepuasan pelayanan. Konselor yang kurang tanggap terhadap keberhasilannya dalam membantu klien termasuk konselor yang hanya berprofesi konselor, tetapi teledor. Dalam praktiknya banyak konselor yang hanya sekedar bekerja sebagai konselor hanya sebatas alasan ekonomis tanpa memilki idealisme dalam pekerjaannya itu. Konselor muslim dapat menyikapi profesinya dengan keyakinan bahwa keberhasilan konseling adalah sesuatu yang belum pasti (baru diharapkan). Dengan demikian, ia akan bekerja keras dan bekerja sesuai dengan idealisme. Apabila berhasil membantu, tidak merasa dirinya yang berhasil, melainkan diyakini sebagai kebaikan Allah

68

pada jerih payah konselor dan kemauan kuat klien agar keluar dari masalah yang menghimpitnya. e) Motivasi konselor: Konseling adalah suatu bentuk ibadah Konselor hendaknya memulai segala perbuatan adalah bagian dari kebijakan hidup, bagian dari ibadah. Konseling adalah suatu upaya tausiyah menghilangkan penderitaan adalah suatu upaya pembebasan manusia dari kekufuran, memperbaiki sifat-sifat negatif klien adalah upaya menjadikan klien manusia yang sempurna. semua fungsi konseling pada dasarnya meletakkan segala sesuatu pada posisinya (adil) sebagaimana fitrah kemanusiaan. f) Konselor harus menempati moralitas islam, kode etik, sumpah jabatan, dan janji Konselor adalah seorang psikolog yang ahli dibidangnya dan terikat dengan sumpah, kode etik, dan juga sumpah jabatan apabila posisi tersebut diperoleh melalui suatu posisi tertentu. Sikap teguh terhadap kode etik ini perlu agar integritas profesi dan klien terlindungi dalam jangka waktu tertentu. Seperti melindungi identitas klien, mengungkapkan kasus secara samar, dan anonim untuk kepentingan ilmiah.

69

Konselor muslimpun demikian, bahkan ia harus berpegang teguh pada moralitas islam, sebagai seorang muslim ia pada hakikatnya telah bersumpah kepada Allah sebagi manusia terbaik dan harus menjadi yang terbaik. Ia harus teguh memegang janji yang dibuat bersama klien. Ia juga memiliki komitmen yang kuat untuk membantu masyarakat yang luas demi kesejahteraan manusia didunia maupun di akhirat g) Memiliki pikiran positif (positifis-moralis) Konselor

selalu

memiliki

aliaran

yang

mewarnainya. Setiap konselor bertindak dan berfikir serta memberikan solusi sebagian besar dipengaruhi oleh cara berfikir dan nilai-nilai yang ada didalam dirinya, serta motivasi melakukan konseling. Konselor muslimpun mengalami hal yang sama, karena itu tidaklah naif atau salah apabila konselor muslim memilih aliran yang diyakini kebenarannya. Keyakinan ini penting karena akan mendorongnya untuk menjadi optimis terhadap setiap kebaikan dan perbaikan.

kenyataan

menunjukkan bahwa penyelesaian setiap kasus klinis hanyalah masalah mengubah kesulitan menjadi kemudahan, perubahan tersebut bagi seseorang konselor muslim harus dalam rangka ibadah dan kemanusiaan (lintas dimensi).

70

Sebagai bagian dari masyarakat manusia, konselor muslim tidak harus menghindari memberiakan bantuan kepada klien hanya karena perbedaan agama, suku, ataupun pengelompokkan lainnya. Dengan demikian, konselor muslim bukanlah sesuatu prediket baru melainkan suatu kepribadian yang inherent dalam diri konselor muslim. Karena islam adalah rahmatan lil‟alamin maka kecemasan akan munculnya pengkotak-kotakan konselor islami dan bukan islami oleh sebagian pihak adalah salah sasaran. Mungkin mereka tidak mengenal apa itu rahmatan lil‟ alamin h) Menjadikan konselor sebagi awal keinginan bertaubat yang melegakan Banyak kasus yang yang dihadapi oleh konselor (sekitar 60%) adalah kasus yang ada kaitannya dengan perlanggaran klien terhadap kehidupan beragamanya, atau ada kecenderungan mereka yang melangggar norma agama atau setidaknya lalai terhadap norma agama. bagi konselor muslim tentu akan memberika bimbingan berdasarkan fikrah islamiah yang paling mungkin sesuai dengan derajat kasus dan derajat halal, mandub, mubah, makruh, maupun haram dalam konteks yang dihadapi klien. Sering dilupakan bahwa konselor pada umumnya, dosa atau kesalahan cukup

71

diratapi di ruang konseling dan sesudah itu harus diakhiri begitu saja dan semua menjadi tanggung jawab klien. Bagi konselor muslim sebaiknya beranggapan bahwa dosa harus ditaubati sesuai derajat kesalahan klien, klien tetap harus bertanggung jawab, tetapi sebaiknya konselor muslim benar-benar turut mendoakan klien (muslim) segera setelah klien keluar dari ruang konseling. harus diingat bahwa prosedur ini bukanlah semacam ruang pertaubatan didalam gereja. Sedangkan kriteria – kriteria dari konselor islami ini diantaranya: a. Konselor islami hendaklah orang yang menguasai materi khususnya dalam masalah keilmuan agama islam, sehingga pengetahuannya mencukupi dalam hal – hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan. b. Konselor islami hendaklah orang yang mengamalkan nilai – nilai agama islam dengan baik dan konsekuen, tercermin melalui keimanan,

ketakwaan,

dan

pengamalan

keagamaan

dalam

kehidupan sehari – harinya. c. Konselor islami sedapat mungkin mampu mentransfer kaidah – kaidah agam islam secara garis besar yang relevan dengan masala yang dihadapi klien.

72

d. Konselor islami hendaklah menguasai metode dan strategi yang tepat. e. Konselor islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku. f. Konselor islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara integral.61

61

Samsul Munir Amir: Op. Cit ., hal, 259-271

73

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.62 Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan atau museum terhadap bahan-bahan berupa buku-buku, majalah atau dokumen lainnya yang lainnya yang ada.63 Penelitian kepustakaan (library research), sesuai dengan permasalahan yang dibahas dengan langkah operasional, mengumpulkan, membaca,

meneliti,

menganalisis,

menginterprestasikan

dan

menarik

kesimpulan dari data-data yang bersifat informasi yang sesuai dengan pembahasan. Adapun cirri-ciri penelitian kepustakaan (library research) menurut Mestika Zed adalah sebagai berikut64: 1. Penelitian berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan buku dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata (eyewitness) berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri pula. Kritik teks merupakan metode yang biasa di kembangkan

62

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rawajali Pers, 2013), h. 11 Raichul Amar, Pengantar Metodologi Penelitian, (Padang: Hayfa Press, 2007), h. 11 64 Mestika Zed, Metodologi Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h. 3-5 63

63

74

dalam study filologi, sedang ilmu sejarah mengenal metode kritik number sebagai metode dasarnya. Demikian pula study ilmu hadis juga memiliki semacam metode kritik teks yang khas sebagaimana yang biasa di pelajari dalam telaah mustalahul hadits. Jadi perpustakaan adalah laboratorium peneliti kepustakaan dan arena itu teknik membaca teks (buku atau artikel dan dokumen ) menjadi bagian yang fundamental dalam penelitian kepustakaan. 2. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan

bukan data orisinil

tangan

pertama di lapangan. Sumber pustaka sedikit banyak mengandung bias (prasangka ) atau titik pandangan orang yang membuat. Misalnya , ketika seorang peneliti berharap

menemukan data

tertentu dalam sebuah

monograf nagari di sebuah nagari di sebuah perpustakaan , ia mungkin dapat menemukan monografnya, tetapi tak selalu dapat menemukan informasi yang tersedia dibuat sesuai dengan kepentingan penyusunnya. 3. Data pustaka bersifat” siap pakai “ (ready-made), artinya peneliti tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. 4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya kapan pun ia datang dan pergi, data tersebut tidak pernah berubah karena ia sudah merupakan data “ mati “ yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka, gambar, rekaman, tape atau film).65

65

Ibit h. 4-5

75

Tujuan

penelitian

ini adalah untuk mengumpulkan data dan

informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah, dokumen dan catatan kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya.66 Penelitian yang penulis lakukan ini, adalah penelitian yang akan menghasilkan sebuah karya ilmiah yang berbentuk buku tentang kecerdasan ruhaniah konselor dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling islam, dihasilkan dari penelaahan berbagai sumber buku dan tulisan para ahli yang berkaitan dengan masalah yang penulis angkat.

B. Sumber Data Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.67 Sumber data pada penelitian library research ini dapat dibagi dua, yakni terdiri atas buku utama atau sumber data primer dan buku penunjang atau sumber data sekunder.68 1. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan para peneliti atau teoritisi yang orisinil, yang kali ini penulis menggunakan data primer dari penelitian ini adalah, karya-karya K.H. Toto Tasmara tentang kecerdasan ruhaniah dan buku Drs. Samsul Munir Amin,M.A Bimbingan dan Konseling Islami. 66

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2010), hal. 28 67 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 129 68 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 109

76

2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan, sumber sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku yang relevan dengan judul skripsi ini.

C. Teknik pengumpulan data dan pengolahan data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data literer

yaitu

dengan

mengumpulkan

bahan-bahan

pustaka

yang

berkesinambungan (koheren) dengan objek pembahasan yang diteliti. Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara: 1. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari data-data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan koherensi makna antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Organizing, yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah ditentukan 3. Penemuan hasil penelitian, yakni melakukan analisis lanjutan terhadap hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan (inferensi) yang merupakan jawaban dari rumusan masalah.

77

D. Teknik Analisis Data Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis

mana yang akan

digunakannya, apakah analisis statistik ataulah analisis non-statistik. Pemilihan ini tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Analisis statistik sesuai dengan data yang dikumpulkan. Analisis statistik sesuai dengan data kuantitatif atau data yang dikuantitatifkan, yaitu data dalam bentuk bilangan, sedangkan analisis sesuai untuk data deskriptif hanya di analisis menurut isinya.69 Dalam mengolah data yang telah penulis peroleh, maka penulis akan menganalisanya dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) yaitu satu teknik dengan analisis dalam kajian kepustakaan dengan cara menganalisa terhadap berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak (buku, artikel, majalah, dan sebagainya), dan bahan non cetak seperti gambar.70 Adapun dalam prosedur content analysis ini penulis melakukannya dalam lima tahap: 1. Menentukan tujuan analisis Penulis

mengidentifikasikan

tujuan

analisis

dengan

cara

mendeskripsikan terlebih dahulu permasalahan yang ada. 2. Mengumpulkan data Penulis mengumpulkan bahan-bahan yang di peroleh dari bukubuku karangan Toto Tasmara yang menggambarkan konsep pemikiran 69 70

Hal 60

Sumardi Suryabrata, Op. Cit., Hal 40 Prasetyo Irawan, Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, (Jakarta: Dia Fisip Ui, 2006),

78

Toto Tasmara tentang kecerdasan ruhaniah konselor dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling islam. dan buku-buku lainnya yang terkait dengan permasalahan penelitian, membaca, mengkaji, dan mencatat datadata yang diambil. 3. Mengidentifikasi bukti-bukti konseptual Dalam hal ini, penulis mulai mencari hubungan antara data yang ada dengan realitas yang sedang penulis teliti. 4. Mereduksi data Penulis mulai melakukan “sortir “ terhadap data yang telah penulis kumpulkan, mana yang digunakan (include) dan mana yang tidak di gunakan. 5. Menganalisa dan menafsirkan data Pada tahap akhir ini, penulis menganalisa data dengan cara Pleminary analisis, maksudnya adalah serangkaian upaya sederhana tentang bagaimana data penelitian dikembangkan dan diolah ke dalam kerangka kerja sederhana yang melibatkan proses seleksi, kemudian mengambil sebuah kesimpulan.71

71

Suharsimi Arikunto, Op. Cit ., Hal 310

79

BAB IV PEMBAHASAN 1. Sejarah singkat lahirnya temuan tentang Kecerdasan Ruhaniah Sebelum lebih jauh untuk membahas kecerdasan ruhaniah konselor, ada baiknya penulis membahas sejarah singkat munculnya temuan tentang kecerdasan ruhaniah, guna memperjelas arah pembahan skripsi ini. Akhir-akhir ini banyak diterbitkan buku yang berkaitan dengan kecerdasan, apakah itu namanya Intelligence Question (IQ), Emotional Inteligence (EQ), dan terakhir Spritual Inteligence (SQ) yang justru dipelopori oleh penulis Barat yang bersifat sekuler dan ditulis dengan pendekatan rasional. Pada umumnya penulis Barat berpendapat bahwa penjelasan ilmiah sudah lebih mencakup sehingga hal yang bersifat transcendental, pemikiran keagamaan, keyakinan akan adanya neraka dan surga atau kehidupan akhirat, dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak empiris, diluar otoritas pemikiran ilmiah dan karenanya hanya sebuah ilusi belaka. Bahkan, dengan lantang mereka berkata religion is a paison „agama itu racun‟. Selama bertahun-tahun kita terpesona dengan penemuan Barat tentang IQ (intelligence Questient). Bahwa mereka yang cerdas adalah mereka yang memiliki kecerdasan nilai intelektual tinggi yang dapat diukur secara kuantitatif melalui battery test. Studi tentang IQ ini pertama kali dipelopori oleh Sir Francis Galton pengarang Heradity Genius (1869) dan kemudian disempurnakan oleh Alfred Binet dan 69

80

Simon, pada umumnya mengukur kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan praktis, daya ingat (memory), daya nalar (reasoning), pembendaharaan kata dan penyelesaian masalah (vocabulary and problem solving) sampai akhirnya Daniel Goleman memperkenalkan apa yang disebut dengan EQ (Emotional Intelligence) dengan menunjukkan bukti empirisnya dari penelian bahwa orang-orang yang IQ tinggi tidak menjamin untuk sukses. Sebaliknya, orang yang memiliki EQ, banyak yang menempati posisi kunci di dunia eksekutif. Belum lagi penemuan Goleman ini dikaji lebih dalam, muncul pula SQ (Spritual Intelegence) yang dipelopori Dannah Zohar, sarjana fisika dan filsafat. Walaupun sudah di kemukakan beberapa aspek kecerdasan, apakah intelektual (IQ), Emosional (EQ), dan terakhir Spritual (SQ), tidak serta merta berangkat dari nilai-nilai keagamaan. Pendekatan mereka tetap berorientasi pada pendekatan rasional natural dan sekuler. Kalaupun ada garis singgung dengan keagamaan, hal tersebut tetap dikajinya dalam prespektif humanisme, sebuah kenyataan yang melekat pada diri manusia. Dengan demikian kecerdasan spiritual yang datang dari Barat ini lebih menekankan pada makna spiritual sebagai potensi yang khas didalam jasad, tanpa mengaitkannya secara jelas dengan kekuasaan dan kekuatan Tuhan. Hal inilah yang melatar belakangi seorang ilmuan muslim K.H Toto Tasmara membuat buku dengan judul “Kecerdasan Ruhaniah

81

(Transcendental Intelligence)” hal ini dimaksud sebagai bahan pembanding atas pemikiran Barat tentang kecerdasan pritual yang bersifat rasional, sekuler, materalistik tersebut. Dari sudut pandang kita sebagai seorang muslim, kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusatkan pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah Rabbul„Alamin dan seluruh ciptan-Nya. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi, bersifat sementara dan fana. Kecerdasan ruhaniah justru merupakan esensi dari seluruh kecerdasan yang ada, atau dapat dikatakan, sebagai kecerdasan spiritual plus, dan plusnya itu berada pada nilai-nilai keimanan kepada Ilahi. Pesan-pesan keilahian itu telah melekat secara fitrah pada saat manusia masih dalam alam ruhani, sebagaiman firmannya,

                              Artinya : dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya

82

Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(QS Al-A‟raf: 172)72 Kita menyadari betapa banyak diantar kita yang hanya terpesona dan sangat bersemangat pada masalah ritual keagamaan dan kurang mempraktekkan nilai-nilainya dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa kita sadari kita beragama hanya sebatas pengetahuan, bukan penghayatan apalagi pengamalan nilai-nilainya, sehingga seorang yang memiliki pengetahuan agama belum tentu memiliki kecerdasan ruhaniah. Memang benar, sebagaimana budaya Timur pada umumnya, kitapun melihat begitu banyak upacara peringatan keagamaan yang bersifat sakramen, ritual seremonial, walaupun belum tentu optimal memberikan pengaruh pada sikap dan perilaku. Padahal sungguh besar biaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut. Misalnya untuk peringatan Isra‟ Mikraj, jika setiap mesjid melakukan peringatan dengan biaya Rp 1. 000.000,- dan bila ada satu juta mesjid yang melakukan peringatan berapa besar dana yang dikeluarkan untuk itu. Begitu juga dengan pembangunan fisik keagamaan seperti mesjid dan mushallah yang di bangun dengan megah dan indahnya namun hanya ramai dihari jum‟at dan hari tertentu saja, tetapi betapa sepinya dihari-hari lain. Peringatan keagamaan dan pembangunan fisik keagamaan itu penting namun yang jauh lebih penting dari itu semua adalah bagaimana peringatan keagamaan tersebut memberikan dampak atau pengaruh terhadap kecerdasan ruhaniah pelaku dan penganutnya terkhusus pribadi 72

Kementrian Agama RI,. Op.Cit. hal 173

83

yang berprofesi sebagai seorang konselor, dan bagimana implikasinya dalam bimbingan dan konseling islam hal inilah yang akan dianalisis dalam BAB ini.

2. Kecerdasan

Ruhaniyah

Konselor

dan

implikasinya

dalam

Bimbingan Konseling Islam Sebelum

penulis

memulai

membahas

tentang

implikasi

kecerdasan ruhaniah konselor dalam bimbingan dan konseling islam, alangkah lebih baiknya penulis memberikann pemahaman sedikit tentang makna implikasi, menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) arti kata implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan dari implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu berarti mempunyai hubungan keterlibatan atau melibatkan dengan suatu hal.73 Kecerdan Ruhaniah konselor adalah kemampuan seseorang konselor untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati, dan beradaptasi. Untuk itu, kecerdasan ruhaniah seorang konselor sangat di tentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu (tazkiyah, tarbiyatul quluub) sehingga mampu memberikan nasehat dan arah tindakan serta caranya seorang konselor mengambil keputusan. Qalbu 73

http:// ciputrauceo.net/blog/2016/1/18/arti kata implikasi (13 juni 2017 21:38 wib)

84

harus senantiasa berada pada posisi menerima curahan cahaya ruh yang bermuatkan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi. Rasulullah saw. bersabda, “Mintalah nasehat pada dirimu, minta nasehat pada hati nuranimu (istafti nafsaka, istafti qalbaka) wahai Habishah (nabi mengulangi tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa tenang dan membuat hati tenang. Dosa adalah sesuatu yang membuat jiwa tidak tentram dan terasa bimbang di dalam hati.”(HR Ahmad) Dengan

itulah,

Allah

ingin

memanusiakan

manusia,

memuliakannya dari segala makhluk yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qalbu itulah, manusia membinatangkan dirinya sendiri, hal ini bisa terjadi dikarenakan qalbu merupakan titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan rohaniah bagi manusia. Itulah sebabnya, Allah menempatkan qalbu sebagai sentral kesadaran manusia sehingga Allah tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan oleh hati nuraninya pelakunya. Didalam qalbu terhimpun perasaan moral, mengalami, dan menghayati tentang salah benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan dimuka bumi ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina, bahkan lebih hina dari binatang yang melata.

85

Qalbu merupakan awal dari sikap sejati manusia yang paling autentik, yaitu kejujuran, keyakinan, dan prinsip-prinsip kebenaran. Perasan moral tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tindakan yang beoreintasi pada prestasi. Dengan pemahaman ini, tumbuhlah kecerdasan ruhaniah yang paling awal, yaitu kesadaran untuk bertanggung jawab. Sehingganya sebagai seorang konselor ia akan merasa bertanggung jawab terhadap kliennya, dan akan merasa menghianati dirinya apabila tidak mau melayani klien dengan baik. Salah satu fungsi qalbu adalah merasakan dan mengalami; itu artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali kedunia luar dan kita sebut saja sebagai menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, dia sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, dalam proses

menghayati,

dia

sadar

akan

seluruh

tanggung

perbuatannya. Pengalaman bersifat kuantitatif physical

jawab (badani,

nafsiah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif psychical spiritual (ruhaniyah). Disini seseorang konselor yang mempunyai kecerdasan ruhaniah yang baik akan memaksimalkan fungsi qalbunya untuk merasakan dan menghayati permasalahan klien yang dengannya akan lahir rasa empati terhadap permasalahan kliennya. Pada diri kita terdapat tiga rasa yang melekat. Pertama, rasa indrawi (badaniyah), misalnya pahit, manis, dan asin. Kedua, rasa vital (nafsiyah): segar, bugar. Ketiga, rasa qalbiyah: cinta, benci, bahagia, dan

86

derita; termasuk didalamnya rasa qalbiyah ini adalah rasa yang paling luhur, yaitu rasa ruhaniah yang mencakup kearifan dan kebenaran Ilahiah atau yang sering kita kenal dengan istilah ma‟rifah. Rasa ruhaniah merupakan rasa yang paling fitrah, sebuah potensi yang secara hakiki ditiupkan kedalam tubuh manusia ruh kebenaran, yang selalu mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi berTuhan. Nilai kehidupan yang hakiki, tidak lain berada pada nilai yang sangat luhur tersebut, apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk mendengarkan kebenaran ataukah dia tersungkur menjadi orang yang hina karena seluruh potensinya telah terkubur dalam kegelapan. Pada dasarnya, permasalahan bimbingan dan konseling agama islam berkisar pada masalah akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah sesuai dengan pembidangan islam itu sendiri sebagai

suatu system agama

(teologi). a. Permasalahan dalam bidang akidah antara lain tentang iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan iman kepada takdir. b. Permasalah dalam bidang ibadah, antara lain tentang thaharah, syahadat, shalat, puasa, zakat, haji, doa, dzikir, membaca Al-Qur‟an, dan sebagainya.

87

c. Permasalahan dalam bidang akhlak, antara lain tentang kemauan untuk berakhlak dengan akhlak mahmuda dan meninggalkan akhlak mazmumah. d. Permasalahan dalam bidang muamalah antara lain tentang pembinaan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dan kehidupannya. Jalan untuk pemecahan permasalahan keberagamaan islam tersebut antara lain dapat ditempuh melalui metode takziyat alnafs (penyucian jiwa atau penyucian batin) Permasalahan diatas terjadi karna terlepasnya manusia dari cahaya ilahi sebab manusia adalah makhluk yang sangat kreatif, penuh dengan daya imajinasi. Apabila potensi yang dimilikinya itu terlepas dari cahaya ilahi, maka masuklah kedalam qalbunya kekuasaan setan sehingga seluruh kretifitasnya, imajinasinya, dapat menyesatkan pandangan lahir manusia lainnya. Nafsu sebagai salah satu potensi manusia disadari perlu di kontrol sedemikian rupa sehingga ia tidak menjadikan manusia terhalang dari Tuhan, Lupa kepada persaksiannya yang mengatakan bahwa Allah-lah Tuhan-nya. Maka untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian jiwa tersebut di perlukan sekali latihan dan pendidikan kerohanian yang panjang. Oleh karena itu pada tahap awal amalan tasauf diformulasikan kepada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku (akhlak) yang baik serta kehatihatian yang ekstra ketat terhadap prilaku menyimpang.

88

Tahap pertama (dalam perjalanan ruhaniah ) adalah upaya mengalihkan hati yang sakit menjadi hati yang sehat. Tahap kedua, memberikan bekal harian yang lazim disertai dengan santapan yang di butuhkan setiap saat, sehingga hati mampu memelihara dan mempertahankan kondisi keimanan yang tinggi. Kondisi rohani yang demikian merupakan suatu hak yang harus dipenuhi oleh setiap orang sepanjang hayatnya. dengan kata lain, setiap orang harus melakuan dan mempertahankan proses atau kondisi ruhani yang demikian selama hayatnya, hingga akhirnya ia “menjumpai” Allah. Apabila kita mengkaji kecerdasan rohaniah konselor dan penerapanya dalam bimbingan dan konseling islam tentunya harus dipahami juga apa itu bimbingan dan konseling islam. Adapun pengertian bimbingan dan konseling islam menurut Thohari Musnamar dalam bukunya yaitu. Bimbingan Islam merupakan proses pemberian bantuan. artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu-individu dibantu, dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Maksudnya adalah sebagai berikut: 1. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang di tentukan Allah , sesuai dengan sunna tullah, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah. 2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasulnya. 3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada Nya mengabdi dalam arti seluas luasanya. Adapun pengertian konseling islam adalah proses pemberi bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksitensi

89

sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat. Menurut H. M. Arifin konseling islam adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain, yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri, karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagian hidup saat sekarang dan masa datang. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa bimbingan dan konseling islam adalah Suatu proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar mereka bisa kembali lagi kefitrahnya dan bisa hidup sesuai dengan tuntunan Al-quran dan sunah rasululah sehingga tidak ada lagi gangguan dan keraguan kebatinan dalam beribadah kepada Allah swt dan mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Konseling dalam perspektif islam, pada prinsipnya bukanlah teori yang baru, karena ajaran Islam yang tertuangan dalam Al-quran yang disampaikan melalui Rasulullah saw merupakan ajaran agar manusia memperoleh kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Kebahagian yang dimaksud bukanlah hanya bersifat materialistik tapi lebih kepada ketentraman jiwa, ketenangan hidup dan kembali jiwa itu pada yang Maha Kuasa dalam keadaan suci dan tenang juga. Konseling Islam meletakkan premis dan prinsipnya diatas syariat Islam, diantaranya adalah: 1. Memberi nasehat itu adalah tiang dan tapak agama. 2. Bimbingan dan konseling termasuk amal yang paling mulia disisi Allah swt. 3. Bimbingan dan konseling adalah perkhidmatan psikologikal untuk mencari keredhaan Allah.

90

4. Persiapan perkhidmatan konseling itu wajib kepada pemerintah di dalam masyarakat islam. 5. Setiap orang yang baligh dan berakal bertanggung jawab atas per buatanya. 6. Tujuan konseling adalah mengembangkan kemauan dan keinginan seseorang untuk mencari yang bermanfaat dan meninggalkan yang mudarat menerusi penyuluhan dan usaha menyakinkan. 7. Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk menolong mencapai kemaslahatan dan menghindari kerusakan. 8. Mencari bimbingan dan konseling wajib atas tiap muslim. 9. Konseling adalah fardu‟ain bagi setiap orang yang pakar dalam psikologi konseling. 10. Memberiakan konseling secara sukarela kepada kaum muslim adalah wajib bagi setiap orang yang berkesanggupan. 11. Seorang konselor muslim memberikan konseling sesuai dengan hukum syariat dalam perkara itu. 12. Manusia bebas mengambil keputusan dengan dirinya sendiri. 13. Orang tidak bebas menghebahkan maksiat dan kerusakan sebab penghebahan itu menyiksa orang lain secara langsung atau tidak langsung dan menyebabkan tersebarnya keburukan itu yang akan merusak masyarakat. Sedangkan tanggung jawab menjaga masyarakat dari kerusakan adalah tanggung jawab kolektif. 14. Berpegang teguh pada prinsip memelihara ciri-ciri sistem masyarakat Islam.74

Analisis penulis penulis terhadap implikasi atau keterlibatan kecerdasan ruhaniah seorang konselor terhadap bimbingan konseling islam, sebagai seorang yang cerdas secara ruhaniah kita bisa melihat dari beberapa ciri, yang mana ciri ini akan berimplikasi terhadap pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dia lakukan, dan dapat diinternalisasikan kepada klien untuk menyelesaikan masalah yang dihadai, diantaranya : a. Seorang yang cerdas secara ruhaniah dia akan memiliki visi Visi atau tujuan setiap muslim yang cerdas secara ruhaniah akan menjadikan pertemuan dengan Allah sebagai puncak dari pernyataan visi 74

ABD. Rahman B. Ahmad, Bimbingan dan Kaunseling dari Perspektif Islam (Selangor Darul Ehsan: Human Resource enterprise, 1989). Hal 52

91

pribadinya, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang terukur dan terarah. Sebagaimana firman Allah

               Artinya :“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan (liqa) dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal shaleh dan janganlah beribadah dengan mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S. Al-Kahfi:110).75

Tentu saja dalam konteks ini seseorang yang cerdas secara ruhani akan meyakini bahwa untuk dapat bertemu dengan Allah tidak serta merta bisa didapat tampa melakukan apa-apa. Dia akan menyadari fungsi sebagai seorang hamba yang mempunyai kewajiban beribadah kepada Allah. Tentu saja ibadah yang dimaksud bukan saja ibadah mahdah, namun jauh lebih luas dari itu. Sebagai seorang manusia juga menyadari bahwa dia diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) yang mana nanti akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang konselor tentu mempunyai kewajiban terhadap kliennya atas terentaskan masalah dan yang lebih penting dari itu semua adalah sebagaimana tujuan utama dari bimbingan dan konseling islam adalah kembalinya manusia kepada fitrahnya. Selanjutnya mengingatkan klien kepada misi tertinggi hidupnya merupakan langkah awal klien keluar dari masalah yang dihadapinya.

75

Ibit ., hal. 775.

92

b. Merasakan kehadiran Allah Mereka yang cerdas secara ruhani merasakan kehadiran Allah dimanapun mereka berada, mereka menyakini bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah SWT. Ada kamera Illahiyah yang terus menyoroti Qolbunya dan Tentunya sebagai seorang konselor dia harus menyadari bahwa apapun yang dia lakukan terhadap kliennya akan dicatat oleh Allah.

Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasakan dirinya berada dalam limpahan karunia Allah. Dalam suka dan duka atau dalam sempit ataupun lapang, mereka tetap merasakan kebahagian , karena kepada Allah mereka bertawakal. Nilai inilah yang seharusnya dia yakinkan kepada klien bahwa apapun masalahnya, akan terasa mudah apabila kita meyakini bahwa pertolongan Allah itu dekat.

c. Berdzikir dan berdo‟a Seorang konselor yang cerdas secara rohani akan meyakini bahwa zikir memberikan makna kesadaran diri “aku dihadapan Tuhanku” sebagai esensinya meyakini bahwa dia senantiasa diawasi, sedang esensi dari do‟a adalah rasa optimisme atau pengaharapan untuk melihat kedepan Nilai inilah yang harusnya ditanamkan dalam bimbingan dan konseling islam agar klien senantiasa ingat dengan Allah dan memiliki

93

rasa optimisme yang mendalam dihatinya dan memiliki semangat untuk melihat ke depan jauh diluar masalahnya ada Zat yang maha kuasa atas segalanya, yakninya Allah swt.

d. Memiliki kualitas sabar Proses konseling bukan proses sekali jadi atau proses yang bisa dipastikan keberhasilannya. Oleh karna itu seseorang konselor yang cerdas secara rohaniah akan menjadiakan sabar sebagai perantara usahanya dengan ketentuan Allah sebab bagaimanapun manusia berusaha tetap hidayah adalah hak preogatif Allah. Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian dan tantangan. Nilai ini dapat diinternalisasikan kepada klien dalam pengentasan masalahnya, sebab kualitas sabar seseorang menetukan seberapa besar beban yang dapat ditanggungnya, dan dengan sabarlah seseorang bisa lebih tenang dalam menghadapi masalahnya.

e. Cenderung pada kebaikan Konselor yang cerdas secara ruhaniah akan cendrung kepada sesuatu yang menjurus kepada kebaikan, dan dia meyakini bahwa proses konseling yang dialakukan adalah satu bertuk kebaikan, karna tujuannya adalah kembali mendekatkan klien kepada Allah. Selanjutnya implikasi kecerdasan ruhaniah terhadap bimbingan dan konseling adalah memotifasi klien untuk kembali kefitrahnya yaitu manusia yang cenderung pada

94

kebaikan dan kebenaran, seakan-akan menembus cakra wala qalbunya dan menjadi hiasan nuraninya setiap detik, mereka merasakan kerugian yang dahsyat ketika waktu berlalu begitu saja tanpa ada satupun kebaikan yang di lakukannya untuk keluar dari masalahnya.

f.

Memiliki empati Empati adalah kemampuan seorang untuk memahami orang lain.,

sehingga mereka mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain. Seorang konselor dituntut memiliki rasa empati yang baik, sebab bagaimana mungkin dia bisa melakukan proses konseling tampa ikut merasakan apa yang dialami oleh kiliennya. Hal ini juga bisa dijadikan teknik dalam menyelesaikan masalah klien, yakni dengan menumbuhkan rasa empati klien terhadap orang lain. Dengan melihat keadaan orang lain yang jauh lebih memprihatinkan dari hidupnya, Hal ini dapat membawa klien untuk keluar dari masalahnya, betapa sesungguhnya dia bukan satu-satunya orang yang diuji oleh Allah dan ujian yang diterimanya bukanlah ujian terberat melainkan sesuai dengan batas kesanggupannya.

g. Berjiwa besar Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Seorang konselor yang cerdas rohaninya, lebih dominan rasa cintanya daripada

95

kebenciannya. Lebih besar rasa perdamaiannya daripada permusuhannya. Sehingga, tidak mungkin keluar dari mulutnya kata dan kalimat yang mencerminkan sikap kebencian, dendam, dan caci maki bagimanapun kondisi dan perlakuan kliennya. Langkah selajutnya yang dapat dilakukan kepada klien untuk mengentaskan masalahnya adalah mengajak klien untuk memafkan dirinya dan orang lain. Dengan begitu klien akan lebih mudah menemukan jalan keluar dari permasalahannya.

h. Bahagia melayani Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang konselor muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, mereka menunjukkan sikapnya untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani. Hal ini mutlak harus ada pada diri seorang konselor. Tahapan terakhir sebagai aplikasi nilai-nilai kecerdasan rohani dalam pengentasan masalah klien adalah mengajak klien untuk ikut memposisikan dirinya sebagai manusia seutuhnya, yakni menjadikan dirinya lebih bermamfaat bagi orang lain. Sehingga tujuan hidupnya bukan saja tercapainya tujuan pribadi namun lebih luas dari itu semua yakni bagaiman dia bisa bermamfaat bagi lingkungannya.

96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Pada bagian akhir dari pembahasan penelitian skripsi ini, dapat diambil sebuah kesimpulan yaitu : 1. Kecerdasan ruhaniah Konselor Puasa dari segi bahasa (lughah) adalah , ‫ روحبويون روحبوي‬rohani, tidak berbenda. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia kata ruhaniyah dapat diartikan alam. Sedangkan dari segi devenisi kecerdasan ruhaniah konselor adalah kemampuan seorang konselor untuk mendengar hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-ilahi dalam cara dirinya mengsmbil keputusan, berempati, beradaptasi dan menjalankan tugasnya sebagai seorang konselor. 2. Implikasi kecerdasan ruhaniah konselor terhadap bimbingan dan konseling islam a. Memiliki visi Visi utama seorang konselor yaitu pertemuan dengan Tuhannya akan menjadi arah dalam terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling islam. b. Merasakan kehadiran Allah

97

Senantiasa merasa dalam pengawasan Allah akan menumbuhkan kesungguhan dalam diri konselor untuk melakukan yang terbaik pada kliennya sebab dia yakin senantiasa diawasi oleh Allah swt. c. Berdzikir dan berdo‟a

86

Zikir menjadikan seorang konselor untuk selalu ingat dengan Allah sedangkan do‟a adalah bentuk optimismenya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. d. Memiliki kualitas sabar Konselor akan meyakini bahwa suksesnya proses konseling tidak serta merta dikarenakan usahanya sendiri, namun ada zat yang lebih berkuasa atas itu semua yakninya Allah swt. Sabar adalah bukti bahwa saanya konselor berharap akan pertolongan Allah swt. e. Cenderung pada kebaikan Seorang konselor akan memaksimalkan potensinya cendrung kepada kebaikan untuk melakukan banyak kebaikan dalam setiap kesempatan termasuk dalam pelaksanaan konseling. f. Memiliki empati Hal ini mutlak harus ada pada diri seorang konselor sebab bagaimana mungkin dia bisa melakukan konseling tampa mampu berempati terhadap masalah klien. g. Berjiwa besar Menjadikan maaf lebih dominan daripada amarah adalah bentuk kepropesionalan seorang konselor dalam melaksanakan tugasnya.

98

h. Bahagia melayani Sebagai makhluk sosial konselor akan menjadi manusia yang mulia apabila dia mampu memberikan banyak mafaat terhadap kliennya. B. Saran Berdasarkan apa yang telah penulis baca, memahami serta menganalisanya, banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kecerdasan ruhaniah konselor dan implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling Islam yaitu: 1. Terutama bagi konselor mari diterapkan nilai-nilai kecerdasan ruhaniah ini dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sehingga apa yang kita lakukan itu mendatangkan manfaat bagi diri kita dan orang yang kita bantu. 2. Saran kepada seluruh orang Muslim, hendaklah menjadikan dirinya cerdas dalam hal ruhaniah sebab esensi dari hidup manusia adalah penghambaan diri kepada Tuhan.

99

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Abdi Rahman Panggilan

: Abdi

Status

: Belum Menikah

Gol Darah

:B

No.HP

: 08126361135

TTL

: Surian/ 23 Maret 1992

Email

: [email protected]

Alamat

: Nag. Surian, Kec.Pantai Cermin, Kab.Solok

Nama Orang Tua Ayah

: Darwin

Ibu

: Rahmadani

Anak ke/dari

: 1 (Pertama)/ 4 (Empat) Bersaudara

Nama Saudara : Sucita Jelita : Meisy Sridarma Hayani : Nur Anisa Rahmi Riwayat Pendidikan SD

: SDN 01 Pasa Surian

SMP

: MTs N Gadung Surian

SMA

: MAN 1 Solok

100

S1

: MPI / Manajemen Pendidikan Islam UIN IB Padang

Pengalaman Organisasi

   

UKM Tarung Derajat UIN Imam Bonjol Padang UKM KSI Ulul Albab UIN Imam Bonjol Padang FKI KU Khairu Ummah Fakultas Tarbiyah dan keguruan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UIN IB padang  Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) SUMBAR Motto

: “Usaha, Doa dan Konspirasi Semesta atas izin-Nya”