KEKERASAN DALAM TAYANGAN TELEVISI
(Analisis Isi Muatan Kekerasan dalam Tayangan Televisi di Indonesia) Lia Atikah 100904122 Abstrak Penelitian ini berjudul Kekerasan dalam Tayangan Televisi. Penelitian fokus kepada kekerasan verbal dan nonverbal pada 5 tayangan rating tertinggi pada televisi Nasional. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan dan mengamati frekuensi pemunculan bentuk-bentuk kekerasan di televisi yang muncul dalam 5 tayangan rating tertinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah : Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Teori Kutivasi, Tanggung Jawab Sosial Televisi, dan Kekerasan di Televisi. Tayangan yang diteliti adalah Yuk Keep Smile (YKS), Tukang Bubur Naik Haji, Pesbukers, Buka Bukaan dan Dahsyat. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam tayangan televisi berdominan dengan pencelaan dan penghinaan serta masih sangat banyak kekerasan yang lain terjadi dalam tayangan televisi. Frekuensi pemunculan kekerasan, pencelaan dan penghinaan yang menduduki frekuensi paling tinggi dari kekerasan lainnya seperti penendangan, penamparan, pengancaman, perkelahian verbal, penganiayaan, pelemparan benda dan lain sebagainya. Unsur kekerasan pada tayangan televisi tersebut ditemukan dalam bentuk penayangan adegan kekerasan yang mudah ditiru anak-anak. Menampilkan kekerasan secara berlebihan sehingga menimbulkan kesan, kekerasan adalah hal yang lazim dilakukan. Kekerasan disini juga berbentuk verbal, seperti memaki dengan kata-kata kasar. Kategori pelanggaran dalam tayangan televisi mencakup aspek visual, narasi dan nilai-nilai pelanggaran moral, serta perilaku. Kata Kunci : Kekerasan, Kultivasi, Media, Tayangan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Media massa adalah kebutuhan yang sangat mendasar pada kehidupan masyarakat modern ini karena media massa kini telah menjadi salah satu alat yang penting sebagai media penyampai pesan atau informasi kepada masyarakat luas. Terlebih lagi dalam media elektronik, televisi merupakan salah satu media yang paling efektif karena televisi memiliki kemampuan lebih dalam menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik dalam bidang informasi, hiburan maupun pendidikan. Adanya keistimewaan tersebut, masyarakat saat ini telah menjadikan televisi sebagai benda yang wajib dimiliki. Televisi merupakan benda yang sangat dicari oleh masyarakat pada saat ini dan di tempat umum pun banyak kita lihat televisi. Contohnya seperti di waiting room, restaurant / cafe, salon dan lain-lain. Adanya televisi masyarakat merasa nyaman berada di tempat-tempat umum
tersebut karena televisi dapat menayangkan acara-acara yang menarik untuk ditonton dan dapat membius penonton selama berjam-jam. Dwyer menjelaskan, sebagai media pandang-dengar, televisi mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian (Hermansyah, 2001). Konsep idealnya sebagai media yang memiliki daya jangkau meluas dengan waktu yang relatif singkat, televisi televisi merupakan bagian dari proses budaya. Televisi dapat berfungsi sebagai perantara yang menguatkan, memelihara dan menstabilkan nilai-nilai tradisi, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan digunakannya televisi sebagai media adalah untuk menarik khalayak dalam jumlah besar dengan biaya produksi yang sedikit dan pesan yang disampaikan dapat meluas sesuai dengan kebiasaan dan moral yang berlaku. Hal pokok yang sangat mendasar adalah indikasi budaya seperti dalam televisi komersial. Stasiun televisi komersil di dalamnya terdapat gambaran dunia secara terorganisir (mulai dari drama sampai berita), serta di produksi dengan cara yang sama dengan spesifikasi pasar yang sama juga berupa masyarakat umum. Komunitas stasiun televisi swasta membawa banyak dampak dalam kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif. Berjamurnya televisi swasta sering menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Satu sisi masyarakat dipuaskan oleh kehadiran televisi yang menayangkan hiburan dan memberikan informasi, namun di sisi lain televisi tidak jarang menuai kecaman dari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan kualitas tayangan-tayangan yang kurang dapat diterima oleh masyarakat ataupun individu tertentu. Televisi sebagai salah satu media hiburan, tetapi sangat di sayangkan yang menjadi hiburan seperti lontaran kasar yang dapat berupa olokan atau celaan yang ditampilkan kepada khalayak melalui tayangan tersebut. Kekerasan dapat dibagi dalam dua kategori besar, kekerasan verbal dan non verbal. Tayangan-tayangan televisi yang kita lihat banyak terdapat kekerasan non verbal yang terlihat dalam bentuk pukulan, tendangan dan tindakan fisik yang menyakitkan bahkan melukai orang lain. Kekerasan verbal muncul ketika seseorang marah atau mengucapkan kata-kata kasar dan bentuk dialog lain yang menimbulkan perasaan negatif. Menurut data hasil penelitian frekuensi masyarakat yang menonton kekerasan di televisi, yaitu sangat sering 2,3%, sering 41,9%, jarang 55,8% (Tumengkol, 2009). Tayangan televisi tahun 2013 ini sangat banyak yang ditentang oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Peneliti khawatir jika terus-menerus akan dapat menimbulkan dampak negatif di masyarakat. Seperti yang kita lihat sekarang, banyak teleivisi di Indonesia yang menyuguhkan acara-acara televisi dengan lawakan atau adegan yang mengandung kekerasan verbal dan non verbal, tetapi terkadang itu pula yang menjadi ketertarikan penonton dan membuat penonton semakin terhipnotis dengan acara-acara tersebut. Begitu pula dengan acara-acara yang menjadi 5 acara televisi dengan rating tertinggi yang paling dinikmati masyarakat di Indonesia, di antaranya yaitu YKS (Yuk Keep Smile) di TRANS
1
TV, Tukang Bubur Naik Haji di RCTI, Pesbukers di ANTV, Buka-bukaan di RCTI dan Dahsyat di RCTI. (Sumber : wawancara Jimmy Silitonga, 2014). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu: “Apa saja bentuk kekerasan yang muncul dalam tayangan televisi khususnya pada 5 tayangan dengan rating tertinggi?” Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: a. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan yang ada dalam 5 tayangan rating tertinggi di televisi. b. Untuk mengetahui frekuensi pemunculan bentuk-bentuk kekerasandi televisi yang muncul dalam 5 tayangan rating tertinggi. Uraian Teoritis Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah : a) Komunikator b) Media Massa c) Informasi (pesan) Massa d) Gatekeeper e) Khalayak (publik) f) Umpan Balik Komunikator dalam komunikasi massa adalah : 1) Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik. 2) Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. 3) Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing. (Bungin, 2008: 71-72)
2
Teori Kultivasi Teori Kultivasi George Gerbner menyoroti efek televisi yang kumulatif dan akhirnya membentuk sebuah realitas baru sesuai citra realitas yang ditampilkan di televisi. Artinya, kita memandang dunia di mana kita tinggal sesuai dengan citra yang ditampilkan melalui televisi. Dengan kata lain, TeoriKultivasi menekankan pengaruh televisi yang sangat kuat terhadap pembentukan persepsi publik yang akhirnya melahirkan kontruksi sosial (Miller, 270 :2002). Gerbner melihat bahwa setiap masyarakat memiliki serangkaian penjelasan tentang realitas. Realitas tersebut adalah gambaran terpadu dan homogen apa yang penting, apa-apa saja yang saling terkait, dan apa yang benar. Setiap kita berusaha menanamkan sejenis aturan yang menegaskan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Aturan inilah yang disebut dengan ideologi. Dalam konteks media, ideologi ini mewujud dalam bentuk teks, atau pesan-pesan yang diproduksi. Distribusi pesanlah yang lalu menciptakan lingkungan simbolis yang mencerminkan struktur dan fungsi lembaga yang memproduksi pesan itu (Rakhmat, 1998:283). Kerangka Konsep Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut konsep, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstark kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat peerhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Singarimbun, 2011 : 32). Kerangka konsep pada penelitian ini adalah : - Tayangan televisi yang menjadi 5 rating tertinggi di Indonesia. - Kategorisasi kekerasan, yaitu bermuatan kekerasan verbal dan non verbal. Variabel Penelitian Operasional konsep berguna untuk memudahkan kerangka konsep dalam operasional. Adapun operasionalisasi konsep dalam penelitian ini adalah: Operasional Variabel No. Konsep Dimensi 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Verbal Kekerasan -
3
Elemen Pengusiran Menghina Pencelaan Intimidasi/ pengancaman Melecehkan
Kekerasan Non Verbal
-
Pemukulan Penganiayaan Pengeroyokan Penamparan Pelemparan benda Pencekikan Penusukan Penembakan Penendangan Perkelahian Tawuran
METODOLOGI PENELITIAN Metode deskriptif ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain). Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya, diiringi oleh rasional yang memadai (Nawawi, 1983:63). Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah penayangan program acara yang menjadi 5 rating tertinggi di televisi Indonesia. Hal ini diajukan dengan pertimbangan bahwa dengan program acara posisi rating 5 tertinggi televisi di Indonesia berarti media yang bersangkutan mempunyai potensi jumlah penonton yang cukup banyak. Objek penelitian adalah tayangan kekerasan verbal dan non verbal pada program acara yang menjadi 5 rating tertinggi di televisi Indonesia. Batasan ini berdasarkan pemikiran bahwa program-program acara yang menjadi 5 rating tertinggi adalah program acara yang memiliki sorotan terbanyak dari masyarakat, artinya acara-acara tersebut adalah acara yang paling banyak di minati oleh masyarakat. Unit Penelitian Tayangan televisi yang menjadi 5 rating tertinggi di televisi Indonesia yang meliputi entertainment comedy, drama series (sinetron), entertainment music, entertainment talkshow mengandung kekerasan verbal dan nonverbal. Kekerasan verbal seperti pengusiran, menghina, pencelaan dan melecehkan. Kekerasan non verbal seperti pemukulan, penganiayaan, pengeroyokkan, penamparan, pelemparan benda kasar / tajam, penendangan dan perkelahian. Peneliti membatasi penelitian hanya sebatas lima program acara yang berbeda dengan maksud agar penelitian ini lebih fokus, kemudian dibatasi lagi menjadi lima konten yang berbeda agar penelitian ini lebih variatif. Peneliti akan meneliti
4
tayangan-tayangan televisi tersebut terkait dengan definisi kekerasan yang telah dijelaskan diatas. Unit Analisis Data Unit analisis penelitian ini adalah adegan (baik audio dan visual) dari tayangan program acara yang memuat bentuk kekerasan yang akan di teliti. Bentuk adegan kekerasan adalah adegan verbal maupun nonverbal yang terdapat pada 5 program acara yang menjadi 5 rating acara di televisi Indonesia. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sejak Senin, 7 April 2014 sampai Jumat, 11 April 2014. Data diperoleh dengan men-download tayangan-tayangan melalui youtube. Peneliti mencari tayangan paling terkini dan dapat diteliti utuh satu episode. Data yang telah terkumpul setelah itu di teliti dengan baik dengan peneliti kedua. Hasil penelitian, kekerasan verbal dan non verbal pada tayangan televisi 5 rating tertinggi pada penelitian episode antara lain yaitu, YKS (Yuk Keep Smile) :79 kali, Tukang Bubur Naik Haji : 14 kali, Pesbukers : 55 kali, Buka Bukaan : 11 kali, dan Dahsyat : 47 kali.
NO. 1.
2.
3.
4.
5.
Adegan Kekerasan pada 5 Tayangan Rating Tertinggi di Televisi TAYANGAN ELEMEN ITEM YKS (Yuk Keep Smile) Pencelaan 31 Menghina 20 Pengancaman 3 Perkelahian Verbal 3 Penganiayaan 14 Pelemparan benda 2 Penamparan 6 Tukang Bubur Naik Haji Pencelaan 6 Menghina 5 Pelecehan 1 Pengancaman 1 Penganiayaan 1 Pesbukers Pencelaan 30 Menghina 17 Pengancaman 2 Penganiayaan 5 Penamparan 1 Buka Bukaan Pencelaan 7 Menghina 2 Perkelahian Verbal 2 Dahsyat Pencelaan 22
5
Penendangan Pengusiran Melecehkan Penganiayaan Menghina Pengancaman Sumber: Hasil Penelitian Kekerasan pada Program Acara Televisi
1 1 7 5 9 2
Identifikasi Kekerasan (Salah Satu Program Acara) Peneliti akan mengidentifikasi lebih dalam bagaimana kekerasan verbal dan non verbal terjadi dalam Program Acara Yuk Keep Smile di TRANS TV. Kekerasan tersebut antara lain : - Pencelaan Pencelaan terjadi pada segment ketiga, saat Raffi Ahmad berakting menjadi pasangan Syahrini dan sedang berlibur ke Bali. Raffi dan Syahrini berakting naik mobil berbahan gabus yang telah di design oleh tim kreatif, tetapi Syahrini tetap diluar mobil. Deny Cagur mempersilahkan Syahrini masuk mobil dan berkata “Mendingan kamu masuk ke mobil, kalau dia didalam kamu diluar kamu jadi kayak pengemis”. - Menghina Penghinaan terjadi pada segment kedua. Wendy Cagur menghina seorang crew TRANS TV dan mempraktikkan peran Ultraman ketika sedang diserang musuh. “Ultraman kan kalau ngalahin musuh gini (sambil memperlihatkan gaya Ultraman) tapi kalau dia nggak, dia gini (sambil memperlihatkan gigi maju ke depan) dan musuh langsung mati”. - Penganiayaan Penganiayaan terjadi pada segment kedua. Soimah sebagai peserta permainan sedang ber-akting nyanyi, tetapi salah satu penonton ngomong sebelum Soimah bernyanyi mengatakan “Bagus.. Bagus..” kemudian Soimah mendatangi penonton dan menjambaknya. - Pengancaman Pengancaman terjadi pada segment kedua. Soimah sedang akting bernyanyi dan Band membuat musik seakan-akan ada angin bertiup kencang dan Soimah marah mengambil sepatu yang dipakainya dan akan melempar sepatu tersebut apabila melakukan hal itu lagi. - Perkelahian Verbal Perkelahian verbal terjadi pada segment keempat. Sekelompok Artis, yaitu Raffi Ahmad, Tara Budiman, Chand Kelvin, Billy Syahputra ber-akting dengan menjadi sekelompok preman, Raffi Ahmad menantang kelompok lain dan berkata “Sini! Mana teman-teman kalian? Kami tidak takut!”). - Pelemparan Benda
6
-
Pelemparan benda terjadi pada segment ketiga. Raffi Ahmad yang ber-akting menjadi pasangan Syahrini marah pada saat mendengar Syahrini membicarakan lelaki lain. Raffi Ahmad melempar barang yang sedang di pegang dan berkata “Siapa? Dia atau aku?! Pilih deh!” (sambil melempar barang). Penamparan Penamparan terjadi pada segment ketiga. Parodi Raffi Ahmad dan Syahrini menjadi pasangan. Syahrini menampar Raffi Ahmad sambil menyindir kehidupan nyata mengatakan “Kamu sama pacar kamu ke Jepang kan?” (sambil menampar).
Pembahasan Kekerasan verbal dan non verbal yang kita saksikan di televisi semata hanya untuk menghibur penonton, tetapi ternyata banyak efek negatif yang diperlihatkan oleh para Artis atau pemain. Kata-kata kasar, perbuatan yang kasar dapat dengan mudah ditiru anak-anak maupun masyarakat, karena apabila para Artis atau pemain melakukan hal tersebut, para penonton yang di Studio tertawa terbahak-bahak dan hal itulah yang menjadikan anak-anak yang belum dapat mencerna perbuatan yang baik dan yang buruk akan meniru, sebab anak-anak tersebut merasa hal yang wajar dilakukan karena tertawa yang berlebih pada saat candaan kasar terlihat. Kekerasan yang dilihat oleh peneliti berpedoman dari P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran). Unsur kekerasan pada tayangan televisi tersebut ditemukan dalam bentuk penayangan adegan kekerasan yang mudah ditiru anak-anak. Pertama, menampilkan kekerasan secara berlebihan sehingga menimbulkan kesan, kekerasan adalah hal yang lazim dilakukan. Kedua, kekerasan dalam hal ini tidak saja dalam bentuk fisik, tetapi juga verbal, seperti memaki dengan kata-kata kasar. Meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam film maupun program-program acara di televisi melahirkan kekhawatiran akan timbulnya pengaruh negatif bagi penonton, terutama anak-anak. Kekhawatiran ini didasarkan pada sifat penyiaran televisi yang dengan mudah menjangkau rumahrumah begitu bebas dan tanpa kendali. Kategori pelanggaran dalam tayangan televisi mencakup aspek visual, narasi, dan nilai-nilai pelanggaran moral, serta perilaku. Menurut para ahli yaitu Nurhayati “kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lainnya yang menyebabkan efek negatif secara fisik, emosionil, psikologis terhadap orang yang menjadi sasarannya”. Pernyataan ahli tersebut menunjukkan bahwa benar adanya kekerasan yang terjadi pada program acara di televisi baik verbal maupun non verbal, kekerasan tersebut menimbulkan efek negatif kepada sasarannya. Setelah mendapatkan hasil penelitian, telah terbukti bahwa banyaknya kekerasan yang terjadi pada program acara di televisi termasuk 5 acara televisi yang menjadi rating tertinggi di Indonesia. Hal ini sangat membuat masyarakat kecewa karena kekhawatiran yang timbul saat menonton tayangan televisi
7
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penulis melihat dari 5 tayangan yang telah diteliti terdapat kekerasan verbal dan non verbal, yaitu pencelaan, penghinaan, pengancaman, perkelahian verbal, penganiayaan, pelemparan benda, penamparan, pelecehan, penendangan dan pengusiran. 2. Penulis menyimpulkan frekuensi kekerasan yang terjadi pada 5 tayangan yang telah diteliti paling besar yaitu pencelaan dan penghinaan. Pencelaan dan penghinaan sering dilakukan para Artis atau pemain untuk menghibur penonton. 3. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kekerasan di televisi menampilkan secara detail peristiwa kekerasan seperti tawuran, pengeroyokan, penyiksaan, perang, penusukan, pengerusakan barang-barang. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan adalah : 1. Stasiun televisi komersil sangat wajar jika TRANS TV, RCTI, ANTV berlomba-lomba untuk meningkatkan rating dengan jalan apapun, namun alangkah lebih baik jika program yang ditayangkan bukan merupakan tayangan yang berisi atau bermuatan negatif seperti kekerasan verbal dan non verbal. Penulis mengharapkan agar stasiun televisi mengingat bahwa setiap stasiun televisi memiliki tanggung jawab sosial pada pemirsa lewat tayangan yang ditayangkan. 2. Penulis mengharapkan kerjasama antara berbagai stakeholder untuk membuat konsep acara yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lebih mendidik, menghibur, yang sesuai dengan adat dan budaya dan realitas bangsa Indonesia. Mengingat televisi merupakan sarana yang paling mudah untuk dinikmati segenap elemen masyarakat. 3. Pemerintah (melalui departemen yang berwenang) juga harus dapat memberikan sejumlah acuan penting tentang kualitas tayangan, begitu juga dengan asosiasi masyarakat pemerhati media menjalankan fungsinya untuk memberikan kritik dan tekanan sosial dalam arti positif untuk mendorong media televisi, terutama untuk tayangan yang berbau kekerasan. Alangkah baiknya jika praktisi penyiaran terutama televisi benar-benar memahami isi, manfaat dan dampak tayangan yang disiarkan. 4. Masyarakat sebagai penonton televisi hendaknya dapat melakukan seleksi dalan memilih tayangan televisi untuk ditonton. Penulis mengharapkan masyarakat mengingat isi tayangan televisi yang beragam dan banyaknya kekerasan, terutama untuk para orang tua mampu mendampingi anakanaknya saat menonton televisi.
8
DAFTAR REFERENSI Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Miller, Katherine. 2002. Communication Theories, Perspektives, Proceses, and Contexts. The McGraw-Hill Companies, Inc. Nawawi, Hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi Komunikasi. Remaja Karya CV. Singarimbun, Masri. 2011. Metode Penelitian Survey. Jakarta. Jurnal Hermansyah. 2001. Menyikapi Kreativitas Raam Punjabi: Tinjauan Sudut. Tumengkol, Ida. 2009 (Agustus). Tayangan Kekerasan di Televisi. Penelitian Komunikasi dan Pembangunan. Vol. 10, no. 2.
9