KELUARAN KREATININ LEWAT URIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROTEIN

Download pengeluaran kreatinin dan hubungannya dengan protein dalam tubuh, dengan menggunakan jumlah kreatinin dalam urin sebagai ... Kreatinin dala...

0 downloads 406 Views 46KB Size
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

KELUARAN KREATININ LEWAT URIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROTEIN TUBUH PADA DOMBA PADA BERBAGAI IMBANGAN PROTEIN – ENERGI (The Relationship Between Urinary Creatinin Excretions with Body Protein on Sheep Fed on Various Ratios of Protein and Energy) K.S. RAHMAWATI, E. RIANTO, S. MAWATI dan A. PURNOMOADI Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang

ABSTRACT The purpose of this study was to examine the effects of protein and energy ratio to urinary creatinin and its correlation to the body protein. The animal used was 24 rams with an average initial body weight 18 ± 3.1 kg, and age of 3-5 months. The rams were divided into six groups based on completely randomized design for feeding treatments containing various (low, mid, high) protein and (low, high) energy ratio. Feeding treatments did not affect dry matter intake, body protein changes, and in creatinin excretion. The correlation between the total excreted creatinin with the body protein in all treatment were low, ranged at 0.0005 – 0.0212), but the correlation was higher if calculation taken individually. The conclusion of this study was the relationship of urinary creatinin with the body protein was varied individually due to different of metabolic rate. This study also confirmed that the higher body protein resulted higher creatinin excreted. Key Words: Sheep, Body Protein, Creatinin, Protein and Energy Ratio ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh imbangan protein dan energi pakan terhadap pengeluaran kreatinin dan hubungannya dengan protein dalam tubuh, dengan menggunakan jumlah kreatinin dalam urin sebagai indikator. Materi yang digunakan adalah domba jantan sebanyak 24 ekor dengan rata-rata bobot badan awal 18 ± 3,1kg (CV 17,2%), dan umur 3 – 5 bulan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan ransum komplit dengan imbangan protein:energi yang berbedabeda. Konsumsi BK, perubahan protein tubuh, dan perubahan kreatinin pada domba terhadap pengaruh perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P > 0,05). Korelasi antara jumlah kreatinin dengan protein tubuh pada semua perlakuan adalah rendah (r berkisar antara 0,0005 – 0,0212), namun apabila korelasi tersebut dihitung pada domba percobaan secara individu, diperoleh angka yang cukup tinggi. Simpulan dari penelitian ini adalah hubungan jumlah kreatinin yang dikeluarkan lewat urin dengan protein tubuh pada antar individu mempunyai variasi yang tinggi dan mempunyai kecepatan metabolisme yang berbeda-beda. Penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa semakin tinggi protein tubuh, maka semakin tinggi pula jumlah kreatinin yang dikeluarkan. Kata Kunci: Domba, Protein Tubuh, Kreatinin, Imbangan Protein dan Energi

PENDAHULUAN Imbangan protein dan energi yang tepat dapat memberikan produk secara efisien dan optimal. Mengetahui kandungan protein tubuh melalui pemotongan ternak memerlukan biaya tinggi. Maka diperlukan cara praktis untuk mendapatkan nilai protein tubuh tanpa harus memotong ternak. Kreatinin dalam urin mempunyai potensi untuk digunakan sebagai

406

indikator penduga protein tubuh perlu dikaji. Kreatinin merupakan salah satu sisa metabolisme protein di dalam tubuh, dan dikeluarkan lewat urin, sehingga jumlah kreatinin yang dikeluarkan lewat urin dapat digunakan sebagai indikator massa protein dalam tubuh. Menurut FORBES dan BRUINING (1976), kreatinin dalam urin berkorelasi tinggi dengan bobot badan atau jaringan massa tubuh ternak.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Kreatinin akan selalu diekskresikan lewat urin meskipun ternak tersebut tidak makan atau melakukan aktivitas. DINNING et al. yang disitasi oleh DE CAMPENEERE et al. (2000) menyimpulkan bahwa ekskresi kreatinin setiap hari tidak dipengaruhi oleh konsumsi protein. Melalui pengukuran kreatinin, jumlah protein yang ada dalam tubuh ternak dapat diestimasi, karena kandungan kreatinin dalam urin berkorelasi positif dengan protein tubuh. Menurut CHEN et al. (1995), perbandingan ekskresi kreatinin setiap harinya relatif konstan dengan jumlah protein tubuh, karena ekskresi kreatinin yang dikeluarkan setiap hari dalam urin menggambarkan metabolisme tubuh dalam ternak. Pengukuran kreatinin dalam urin pada ternak domba diharapkan dapat digunakan untuk menduga kandungan protein daging. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji imbangan protein dan energi pakan terhadap pengeluaran kreatinin dan hubungannya dengan protein dalam tubuh, dengan menggunakan jumlah kreatinin dalam urin sebagai indikator. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan domba jantan sebanyak 24 ekor dengan rata-rata bobot badan awal 18+3,1 kg (CV = 17,2%), dan umur 5-7 bulan. Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 (enam) perlakuan ransum komplit : Protein rendah TDN rendah (PRTR; PK 18,84% dan

TDN 61,56%), Protein rendah TDN tinggi (PRTT; PK 16,29% dan TDN 67,18%), Protein sedang TDN rendah (PSTR; PK 19,94% dan TDN 60,29%), Protein sedang TDN tinggi (PSTT; PK 19,40% dan TDN 67,31%), Protein tinggi TDN rendah (PTTR; PK 20,88% dan TDN 60,47%), Protein tinggi TDN tinggi (PTTT; PK 20,12% dan TDN 63,05%). Jenis, komposisi kimia bahan pakan yang digunakan dan kandungan nutrisi pakan penelitian ditampilkan pada Tabel 1. Pakan diberikan sebanyak 4% dari bobot badan ternak (sesuai kemampuan ternak) dan pemberiannya dilakukan dua kali sehari pada tahap perlakuan, yaitu setiap pagi (pukul 7:00) dan sore (pukul 15:00) hari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum pemberian pakan dan air minum di pagi hari dilakukan penimbangan sisa pakan sebelumnya. Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah ransum yang diberikan. Penampungan sampel urin dilakukan pada minggu ke-4, 5, dan 6 dan minggu ke-7, 8 dan 9. Setiap minggu sekali dilakukan penimbangan bobot tubuh ternak untuk mengetahui perkembangan bobot badannya. Cara koleksi urin adalah domba ditempatkan dalam kandang metabolik setiap seminggu sekali selama 1 hari secara bergantian, dan urin yang berhasil dikoleksi ditempatkan dalam jirigen yang telah diisi H2SO4 20% sebanyak 10% dari total urin atau hingga pH menjadi 3, untuk mencegah penguapan N dan menghentikan aktivitas mikrobia.

Tabel 1. Jenis, komposisi kimia bahan pakan dan kandungan nutrisi pakan penelitian (dalam 100% BK) Perlakuan PRTR

PRTT

PSTR

PSTT

PTTR

PTTT

Tepung daun lamtoro

6,97

7,08

7,05

6,94

6,95

7,02

Bekatul

3,90

65,31

56,30

0,97

0,97

45,17

Bahan pakan

Ampas bir

34,31

8,20

19,31

50,29

43,30

31,54

Rumput Gajah

12,17

12,36

12,32

12,13

12,14

12,27

Gaplek

42,66

7,05

5,02

29,66

36,63

4,00

Protein kasar(%)

18,84

16,29

19,94

19,4

20,88

20,12

TDN (%)

61,56

67,18

60,29

67,31

60,47

63,05

Energi bruto (kal/g)

4172

4292

4312

4478

4429

4684

Kandungan nutrisi

407

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah jumlah kreatinin yang dikeluarkan lewat urin, jumlah protein dalam tubuh ternak. Kadar kreatinin dalam urin diukur dengan cara menampung urin yang keluar selama 24 jam kemudian diambil sebagian untuk dilakukan uji kreatinin. Pengambilan sampel urin dilakukan pada pertengahan penelitian (minggu ke-4, 5 dan 6 selama 1 hari dalam total koleksi) dan akhir penelitian (minggu ke-7, 8 dan 9). Prosedur analisis kreatinin menggunakan metode Jaffe method. Jumlah protein tubuh diperoleh setelah dipotong dengan komposit sampel per bagian tubuh untuk kemudian dinalisa kandungan proteinnya dan kemudian dihitung persentase protein tubuhnya. Persamaan yang diperoleh dari pemotongan ini kemudian digunakan untuk menduga kandungan protein tubuh pada minggu minggu sebelumnya. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara mencari nilai hubungan (korelasi) diantara data tersebut. Data yang diperoleh tersebut kemudian diuji lebih lanjut dengan ujiF pada taraf 1 dan 5%. Selain itu, kekuatan nilai korelasi juga dievaluasi berdasar HASAN (2003) sebagai berikut: 1). Nilai korelasi = 0, tidak ada korelasi 2). 0 < Nilai korelasi ≤ 0,20, korelasi sangat rendah/lemah sekali

3). 0,20 < Nilai korelasi ≤ 0,40, korelasi rendah 4). 0,40 < Nilai korelasi ≤ 0,70, korelasi yang cukup berarti 5). 0,70 < Nilai korelasi ≤ 0,90, korelasi yang tinggi atau kuat 6). 0,90 < Nilai korelasi ≤ 1,00, korelasi sangat tinggi/kuat sekali 7). Nilai korelasi = 1, korelasi sempurna HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan Hasil analisis statistik (Tabel 2) menunjukkan bahwa konsumsi pada perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata (P > 0,05). PARAKKASI (1999) menyatakan bahwa faktor pakan yang mempengaruhi konsumsi adalah sifat fisik dan komposisi kimia pakan. Hal ini diduga bahwa pakan yang diberikan dengan perbedaan kimia yang terdiri dari 6 perlakuan yang tersusun dari 5 bahan pakan dengan komposisi yang berbeda, dengan bentuk fisik yang berupa pellet memungkinkan palatabilitas yang sama. Menurut POND et al. (1995) faktor pakan yang mempengaruhi tingkat konsumsi, antara lain ukuran partikel dan palatabilitas bahan pakan. Rata-rata konsumsi BK dari

Tabel 2. Pengaruh pemberian pakan terhadap konsumsi BK, protein dan energi, PBBH, bobot badan awal, kreatinin dan protein tubuh Parameter Bobot badan awal (kg)

PRTR

PRTT

PSTR

PSTT

PTTR

PTTT

18

17

18

21

18

17

73,05

73,86

60,06

71,43

64,12

45,45

BK (g)

795,0

710,5

744,4

931,0

745,9

745,3

Protein (g)

149,77

112,73

148,83

135,57

155,72

149,24

Energi (MJ)

13,88

12,76

13,43

17,44

13,82

14,61

Minggu ke-4

8617

23403

14277

6693

7202

21914

Minggu ke-7

11185

29023

13103

9286

8767

23072

Selisih minggu ke-4 dan 7

2568

5620

1173

2594

1565

1158

Minggu ke-4

1,94

1,76

2,24

2,28

1,97

2,19

Minggu ke-7

2,10

2,05

2,33

2,55

2,20

2,01

Selisih minggu ke-4 dan 7

0,17

0,28

0,09

0,27

0,23

0,18

PBBH (g) Konsumsi

Kreatinin (mg/hari)

Protein Tubuh (kg)

Semua parameter mendapatkan ns: non signifikan (P > 0,05)

408

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

penelitian ini adalah 768,89 g/hari (setara dengan 3,7% dari rata-rata bobot badan ternak selama pemeliharaan). Apabila konsumsi BK ini dibandingkan dengan hasil penelitian LESTARI et al. (2003) dengan konsumsi pakan domba lokal mampu mencapai 4,45% dari bobot badan, konsumsi BK penelitian lebih kecil. Pengaruh perlakuan terhadap pengeluaran kreatinin Pengeluaran kreatinin pada minggu ke-7 tidak menunjukkan adanya perbedaan antara perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pakan tidak berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme protein. Menurut SUSMEL et al. (1995) jumlah kreatinin yang dikeluarkan oleh tubuh antara lain dipengaruhi oleh bobot badan, komposisi tubuh, aktivitas ternak, jumlah total urin yang dikeluarkan, kebutuhan nutrisi yang tercukupi, konsumsi pakan, stress dan kesehatan ternak. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan protein tubuh Pengaruh dari perlakuan terhadap perubahan protein tubuh dapat dilihat pada Tabel 2. Perubahan protein tubuh dari minggu ke-4 hingga minggu ke-7 dari semua perlakuan tidak besar. Berdasarkan hasil analisis statistik dilihat dari pengaruh perlakuan terhadap perubahan protein tubuh secara keseluruhan pada domba jantan dari semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05). Hal ini disebabkan karena metabolisme protein pakan, dimana tidak terjadi pengaruh yang signifikan antar perlakuan dengan rata-rata 19,96%. ANGGORODI (1994) menyatakan bahwa hewan membuat protein jaringan tubuhnya dari asam-asam amino hasil pencernaan protein pakan. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan kreatinin Pengaruh dari perlakuan terhadap perubahan kreatinin dapat dilihat pada Tabel 2. Perubahan kreatinin dari minggu ke-4 hingga minggu ke-7 dari semua perlakuan tidak besar. Berdasarkan hasil analisis statistik dilihat dari

pengaruh perlakuan terhadap perubahan kreatinin secara keseluruhan pada domba jantan dari semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa konsumsi tidak mempengaruhi besarnya perubahan kreatinin yang dikeluarkan lewat urin. Hal ini sesuai pendapat DINNING et al. yang disitasi oleh DE CAMPENEERE et al. (2000) yang menyimpulkan bahwa ekskresi kreatinin setiap hari tidak dipengaruhi oleh konsumsi protein. Hubungan pengeluaran kreatinin dengan protein tubuh Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran kreatinin dan jumlah protein tubuh mempunyai korelasi yang lemah dan bervariasi, seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Data statistik dari semua perlakuan (PRTR, PRTT, PSTR, PSTT, PTTR, dan PTTT) menunjukkan bahwa jumlah total kreatinin dan protein tubuh mempunyai korelasi yang positif. Meskipun demikian, kekuatan korelasi sangat bervariasi, ada yang rendah ada pula yang tinggi. Tabel 3. Korelasi antara kreatinin dan protein tubuh pada semua perlakuan Perlakuan

Korelasi (r)

PRTR

0,7831

PRTT

0,0121

PSTR

0,0595

PSTT

0,0212

PTTR

0,0005

PTTT

0,6510

Hasil perhitungan korelasi antara kreatinin dan protein tubuh pada semua individu secara serentak menunjukkan angka yang sangat rendah (r = 0,0129). Dipihak lain, apabila korelasi tersebut diterapkan pada domba percobaan secara individual, diperoleh angka yang cukup tinggi. Hasil pengamatan menunjukan bahwa setiap ternak mempunyai kecepatan metabolisme yang berbeda dan terdapat variasi yang tinggi dalam hal jumlah kreatinin yang dikeluarkan. Hasil pengamatan pada setiap individu menunjukan bahwa semakin besar tubuh, semakin tinggi kandungan protein, dan

409

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

semakin tinggi pula pengeluaran kreatinin. Hal ini sesuai dengan pendapat SUSMEL et al. (1995) yang menyatakan bahwa kreatinin berkorelasi positif dengan protein tubuh, sehingga jumlah kreatinin yang keluar semakin banyak menunjukkan jumlah protein tubuhnya semakin besar pula. Oleh karena itu, kreatinin yang dikeluarkan lewat urin dapat digunakan untuk menduga kandungan protein tubuh tanpa terlebih dahulu memotong ternak. Pada perbandingan antar individu, pada bobot badan yang sama, pengeluaran kreatinin tidak selalu sama. Hal ini diduga berkaitan dengan kecepatan metabolisme individual; semakin tinggi pengeluaran kreatinin menunjukkan kecepatan metabolisme protein yang semakin tinggi pula. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa imbangan protein dan energi tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan dan pengeluaran kreatinin lewat urin pada domba. Terdapat variasi antar tiap individu yang sangat tinggi dalam hal jumlah kreatinin yang dikeluarkan, dan tiap individu mempunyai kecepatan metabolisme yang berbeda-beda. Pendugaan protein tubuh dapat dilakukan melalui konsentrasi kreatinin, karena pada individu yang sama terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi bobot badan dan kandungan protein tubuh, semakin tinggi pula jumlah kreatinin yang dikeluarkan.

DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Edisi 5. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. CHEN, X.B., A.T. MEJIA, D.J. KYLE and E.R. ORSKOV. 1995. Evaluation of the use of the purine derivative: Creatinine ratio in spot urine and plasma samples as an index of microbial protein supply in ruminants: Studies in sheep. J. Agric. Sci.Comb. 125: 137 – 143. DE CAMPENEERE, S., L. FIEMS, J. VANACKER and C. BOUCQUE. 2000. Evaluation of urinary creatinine excretion to estimate in vivo body coposition of Belgian Blue double-muscled bulls. Ann. Zootech. 49: 335 – 342. FORBES, G.B. and G.J. BRUINING. 1976. Urinary creatinine excretion and lean body mass. Am. J. Clin. Nutr. 29: 1359 – 1366. HASAN, I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1. Statistik Deskriptif. Edisi Kedua. PT Bumi Aksara, Jakarta. LESTARI, C.M.S., R. ADIWINARTI dan KUSTIYANI. 2003. Penggunaan pakan konvensional untuk penggemukan domba. J. Pengembangan Peternakan Tropis. Special Edition October 2003. hlm. 136 – 141. PARAKKASI, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Perss, Jakarta. POND, W. G., D. C. CHUCH dan K. R. POND. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4thed. John Wiley and Sons, New York. SUSMEL, P., M. SPANGHERO, B. STEFANON and C.R. MILLS. 1995. Nitrogen balance and partitioning of some nitrogen catabolites in milk and urine of lactating cows. Livest. Prod. Sci. 44: 207 – 219.

DISKUSI Pertanyaan: 1. Apa fungi keratin? 2. Bagaimana hubungan kadar keratin dengan kelainan ginjal? Jawaban: 1. Merupakan sisa metabolisme protein yang dikeluarkan melalui urin. 2. Penelitian dilakukan dalam jangka pendek, dari hasil terlihat naiknya protein diberikan selaras dengan peningkatan kadar keratin.

410