KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN MENURUT

Download Bapak dan ibu dosen Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. 6. Mama, Papa, Chrysan dan Louis, keluarga ...... sedangkan orangtua res...

0 downloads 513 Views 3MB Size
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN MENURUT REMAJA PEREMPUAN PEROKOK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh: Tiara Luwita Assa NIM 129114135

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan dan dengan Allahku aku berani melompati tembok. -Mazmur 18:30-

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN MENURUT REMAJA PEREMPUAN PEROKOK Tiara Luwita Assa NIM 129114135 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut remaja perempuan perokok. Adapun masalah penelitian yang diajukan adalah “bagaimana keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut remaja perempuan perokok?” Jenis penelitian yang dipakai adalah kualitatif dengan metode deskriptif sebagai metode analisis data. Responden penelitian ini ialah remaja perempuan perokok aktif berusia 19-22 tahun yang masih memiliki orangtua khususnya ayah. Pengambilan data penellitian ini dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur. Validitas hasil penelitian ini didapatkan dengan melakukan external auditor dalam hal ini dosen untuk mereview proyek penelitian dan member checking yaitu melaporkan deskripsi dan tema-tema spesifik kepada responden untuk memastikan bahwa deskripsi atas tema yang dibuat telah akurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, remaja perempuan perokok memandang ayah mereka memiliki keterlibatan yang rendah dalam pengasuhan. Hal tersebut digambarkan melalui tema-tema yang muncul dalam wawancara yakni peran ayah yang minim dan frekuensi kehadiran ayah yang rendah berdampak pada relasi yang tidak dekat, hangat serta akrab dengan ayah. Keterlibatan ayah yang dipandang rendah membuat peran lingkungan menjadi semakin besar khususnya dalam memberikan peluang untuk melakukan perilaku berisiko seperti merokok. Kata kunci : remaja perempuan, perilaku merokok, keterlibatan ayah dalam pengasuhan

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

FATHER INVOLVEMENT IN PARENTING BY ADOLESCENT FEMALE SMOKING

Tiara Luwita Assa NIM 129114135 faculty of Psychology Sanata Dharma

ABSTRACT This study aims to determine the involvement of fathers in parenting by young women smokers. As for the issue of the proposed research is "how the involvement of fathers in the care of adolescent girls by smokers?" This type of research used is descriptive qualitative method as a method of data analysis. Respondents of this research is active smokers among girls aged 19-22 years who still have parents, especially fathers. Penellitian data retrieval is done using semistructured interviews. The validity of these results obtained by the external auditor in this case the faculty to review research projects and member checking that report description and specific themes to the respondents to ensure that the descriptions on themes created have been accurate. The results showed that in general, adolescent female smoking assess that their father have low involvement in parenting. This is illustrated through the themes that emerged in the interview that the father's role is minimal and the low frequency of the presence of the father affects the relationship is not close, warm and intimate with the father. Involvement father despised create environments become increasingly large role, especially in providing opportunities for risky behavior such as smoking. Keywords: adolescent female, smoking behavior, father involvement in parenting.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karuniaNya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai prasyarat dalam menyelesaikan program Strata-1 di Fakultas Psikologi. Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., dekan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. 2. P. Eddy Suhartanto, M.Si., Kaprodi Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si., dosen pembimbing akademik. 4. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si, dosen pembimbing. 5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. 6. Mama, Papa, Chrysan dan Louis, keluarga yang sangat kukasihi. 7. Buat kak Iza dan koko Fendy, pembimbing rohaniku. Hana, abang Andre, Hafiz, Estu, Marga, dan Wenny, saudara dan adik sevisi yang luar biasa. Ananta, sahabat setia kemana-mana, terima kasih ya. 8. Buat teman-teman seperjuanganku dengan bu Silvi, Patrice, Cia dan semua yang masih dalam proses. Semangat terus ya kalian. 9. Saudara, adik-adik, kakak-kakak, abang-abang di pelayanan Sion Ministry, terimakasih telah menjadi tempat menemukan panggilan dan isi hati Tuhan. Teman se-kos, Ira Felisia, yang sering nawarin lipstick saat orang lain sedang mengerjakan skripsi.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................................................... ii PENGESAHAN .................................................................................................... iii MOTTO ................................................................................................................ iv PENGESAHAN KEASLIAN PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................... v PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi BAB I. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... ................................................................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12 1. Manfaat Teoritis ................................................................................. 12 2. Manfaat Praktis ................................................................................... 12 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 13 A. Tinjauan Tentang Keterlibatan Ayah ........................................................ 13

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Pengertian Keterlibatan Ayah ............................................................. 13 2. Peran Ayah dalam Pengasuhan ........................................................... 14 3. Indikator Keterlibatan dalam Pengasuhan .......................................... 16 4. Pendekatan dalam Pengukuran Keterlibatan Ayah dalam ................. 17 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah ....................... 18 B. Perilaku Merokok ...................................................................................... 20 1. Pengertian Merokok ............................................................................ 20 2. Aspek-aspek Perilaku Merokok .......................................................... 22 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ....................... 23 4. Dinamika Perilaku Merokok ............................................................... 26 C. Remaja....................................................................................................... 27 1. Pengertian Remaja .............................................................................. 27 2. Aspek-aspek Perkembangan Remaja .................................................. 28 D. Dinamika Hubungan Antar Teori.............................................................. 29 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 33 A. Metode Penelitian Yang Digunakan ................................................... 33 B. Fokus Penelitian .................................................................................. 34 C. Informan Penelitian ............................................................................. 35 1. Responden .................................................................................... 35 2. Kriteria Responden........................................................................ 35 D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 35 1. Wawancara Responden ................................................................. 36 E. Metode Analisis Data .......................................................................... 37

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Uji Keabsahan Dan Validitas .............................................................. 39 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 40 A. Persiapan Dan Pelaksanaan ................................................................ 40 1. Persiapan Penelitian dan Perizinan ................................................ 40 B. RESPONDEN PENELITIAN ............................................................ 42 1. Demografi Responden ................................................................... 42 2. Latar Belakang Responden ............................................................ 42 C. Analisis Penelitian Terhadap Responden ........................................... 44 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 67 A. Kesimpulan ......................................................................................... 67 B. Saran .................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69 LAMPIRAN ................................................................................................... 73

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Responden ........................................................ 36 Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 41 Tabel 4.2 Demografi Responden........................................................................... 42 Tabel 4.3 Latar Belakang Responden 1 ................................................................ 43 Tabel 4.4 Latar Belakang Responden 2 ................................................................ 43 Tabel 4.5 Latar Belakang Responden 3 ................................................................ 44 Tabel 4.6 Kesimpulan 3 Responden...................................................................... 61

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

4.1 Skema Responden 1 ........................................................................................ 51 4.2 Skema Responden 2 ........................................................................................ 56 4.3 Skema Responden 3 ........................................................................................ 69

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap hari di seluruh dunia, sebanyak 15 miliar batang rokok dihisap. Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan yakni sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% dari penduduk Indonesia (Fatmawati, 2006). Merokok sudah menyebar begitu luas dan pesat di seluruh dunia. Bahkan tidak hanya untuk orang dewasa, anakanak hingga remaja tidak ragu-ragu lagi melakukan hal tersebut. Merokok memang tidak mengenal usia dan status sosial, dari tukang becak hingga pejabat, dari anak remaja hingga golongan orang dewasa, banyak yang tidak mampu berpaling dari daya tarik rokok. Lebih memprihatinkan sebuah penelitian menyebutkan 85% remaja perokok akan terus merokok hingga mereka dewasa (Yudhanti Budi, dalam Fit no.11/II,November,1999, h.26). Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2010, perokok di Indonesia umumnya sudah mulai merokok di usia 15-19 tahun. Bahkan prevalensi merokok pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada remaja laki-laki. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Koalisi untuk Indonesia (KuIS), perempuan wanita di Indonesia tercatat sudah atau pernah merokok dengan presentase sebesar 43,3% . Tidak hanya itu, berdasarkan hasil survei Center for Disease Control and Prevention (CDC) United States September 2010 menyatakan bahwa

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penyakit yang berkaitan dengan merokok menyebabkan kematian sekitar 178.000 perempuan di Amerika Serikat setiap tahun. Rata-rata, para perempuan ini meninggal 14,5 tahun lebih cepat karena mereka merokok. Perilaku merokok itu sendiri memang jauh lebih berbahaya apabila dilakukan oleh wanita. Dibanding pria, wanita yang merokok menanggung risiko yang lebih besar. Mulai dari kesehatan tubuh, janin yang dikandung, sampai kecantikannya akan terancam (Shantica dalam Femina no.20/XXVII 27 Mei-2 Juni 1999, h.20). Merokok dapat membawa perubahan bentuk badan menjadi lebih kecil, pembuluh darah yang lebih sempit sehingga membuka peluang lebih besar untuk terserang penyakit bahkan sampai pada kematian (Kompas.com health, 2014). Dalam buku WHO yang berjudul “Gender, Women, and Tobbaco Epidemic” (2010), menyatakan pengaruh negatif dari merokok bagi wanita salah satunya adalah berisiko tinggi terserang penyakit COPD (Chronic Obsetructive Pulmonary Disease), yang mana dapat menimbulkan bronkitis kronis dan emfisema, serta mengalami risiko tinggi kanker mulut, kanker faring, kanker laring, kanker pankreas, kanker payudara, kanker rahim, kanker serviks, leukimia akut, mengurangi kesuburan wanita. Namun, berbagai resiko tersebut memang tidak membuat gentar para perokok bahkan pada wanita sekalipun. Pada perkembangan zaman sekarang ini, melihat remaja putri yang merokok merupakan hal yang sudah umum dan banyak dijumpai apalagi pada wanita yang tinggal di kota besar, sering terlihat mereka merokok di tempat-

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tempat tertentu. Semua itu mereka lakukan tanpa ada rasa malu ataupun takut. Mereka terlihat santai dan sudah mahir dalam melakukannya. Hal ini mungkin karena mereka telah terbiasa dengan perilaku tersebut. Dalam kalangan masyarakat, khususnya di Indonesia, fenomena wanita yang merokok, masih dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik untuk dilihat. Sebagian masyarakat masih memandang perilaku merokok lebih pantas dilakukan oleh pria dibanding wanita karena risiko yang lebih besar. Di samping efek buruk bagi kesehatan, wanita yang merokok juga cenderung mendapat sanksi sosial dari masyarakat karena perilaku tersebut dipandang sebagai perilaku yang tidak pantas. Wanita lebih dipandang sebagai figur yang lembut dan cenderung diharapkan

dapat berperilaku yang sopan. Perilaku merokok hanya

membawa dampak yang merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekililingnya. Dilihat dari kandungan rokok itu sendiri, pengaruh bahanbahan kimia berbahaya dapat memicu kinerja sistem syaraf pusat sehingga dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat dan membuat detak jantung bertambah cepat yang lalu memicu berbagai penyakit mematikan (Kendal & Hammen, 1998). Di samping itu, tidak hanya efek negatif bagi kesehatan saja yang diterima oleh perokok, tetapi juga pengaruh secara psikologis. Rokok dipandang cukup identik dengan pergaulan yang lebih rentan akan kenakalan dibandingkan dengan pergaulan tanpa merokok. Dari sisi budaya, merokok di kalangan perempuan dianggap sebagai perilaku menyimpang (Barraclough

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam Reimondos, dkk., 2010). Pergaulan remaja dengan rokok cenderung mengarahkan pemikiran bahwa merokok dapat menjadi pelarian atau pelampiasan akan tiap masalah sehingga remaja akan merokok ketika mengalami masalah dalam hidupnya. Merokok juga dapat menghantarkan seseorang jatuh dalam perilaku yang lebih berisiko. Kandungan zat yang terdapat di dalam rokok menimbulkan efek adiksi. Remaja yang mulai merokok sejak dini akan semakin ketergantungan pada nikotin di usia selanjutnya (Lloyd-Richardson, Papandonatos, Kazura, Stanton & Niaura, 2002). Merokok dan minum alkohol merupakan batu loncatan bagi terbentuknya penyalahgunaan narkoba, walaupun tidak semua remaja yang merokok berakhir menjadi pecandu narkoba (Damayanti, 2007). Pergaulan yang intens dengan perokok dapat membawa seseorang jatuh dalam penggunaan obat-obat terlarang dan pergaulan bebas. Menghisap rokok yang sebenarnya adalah obat terlarang bisa saja terjadi. Rokok memberikan efek adiksi yang menimbulkan rasa penasaran remaja untuk mencoba hal-hal baru. Drugs addict dapat mungkin terjadi ketika rasa ingin tahu remaja didukung dengan adanya lingkungan yang dapat memberikan informasi. Felming dkk (1989) dalam Wills (2003) mengatakan bahwa sebagian besar remaja pengguna obat-obatan terlarang selalu diawali dengan perilaku merokok secara aktif dan berkelanjutan. Melihat fenomena tersebut yang semakin hari semakin meluas, lingkungan memang menjadi salah satu faktor terbesar hal itu dapat terjadi.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Terkait hal itu, keluarga merupakan lingkungan pertama remaja dalam mempelajari kehidupan sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan salah satu lingkungan yang paling berpengaruh bagi kehidupan remaja. Orang tua merupakan tempat sekaligus sumber bagi remaja mendapatkan nilai-nilai mendasar yang akan mereka terapkan (Offer & Cruch,1991 dalam Papalia). Hal ini juga diperkuat oleh Bronfenbrenner (dalam Santrock, 2002) yang menyatakan bahwa dalam mikrosistem terjadi interaksi langsung dengan agen-agen sosial yaitu orang tua yang mana sangat mempengaruhi individu. Tak bisa dipungkiri bahwa orang tua memberi kontribusi yang besar terhadap setiap proses remaja dalam menghadapi setiap tantangan perkembangannya. Papalia (dalam Papalia, 2014) mengemukakan bahwa remaja-remaja yang memiliki masalah dalam dirinya cenderung berasal dari keluarga yang berantakan dan biasanya tumbuh menjadi individu yang menolak norma-norma budaya. Kebanyakan anak-anak muda yang memiliki hubungan positif dengan orang tua mereka, mampu berbagi pendapat yang sama akan isu-isu sosial dan menghargai persetujuan (Offer, Ostrov & Howard, 1989 dalam Papalia). Pernyataan tersebut seakan sepakat dengan pemahaman bahwa salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan remaja dalam melewati masa krisisnya adalah orang tua. Peran orang tua menjadi semakin penting ketika anak telah beranjak semakin dewasa karena dalam perkembangan ini terdapat proses yang bekerja untuk menghasilkan siapa mereka di masa mendatang (Block, 1992; Eccles & Buchanan, 1992 dalam Santrock 2002).

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sebuah penelitian mengenai remaja perokok mengatakan bahwa anakanak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak harmonis seperti tidak memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras cenderung lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding mereka yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang harmonis (Baer & Corado, 1999). Pentingnya peran orang tua dalam kehidupan remaja, tidak lepas dari peran ayah yang tahun-tahun terkahir ini mulai mendapat perhatian dalam kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan anak. Figur ayah menjadi semakin penting dan dibutuhkan bukan sekedar karena alasan bahwa perempuan telah memiliki kesempatan lebih luas untuk mengembangkan diri dan bekerja di luar rumah sehingga membuat waktu mengurus anak menjadi berkurang. Akan tetapi, terlepas dari hal tersebut, peran ayah memanglah menjadi sangat penting bahkan tidak kalah pentingnya dengan peran ibu (Lamb, 1992;Dagun, 1990). Saat ini, peran ayah tidak hanya sekedar berfokus pada pemenuhan kebutuhan ekonomi saja, melainkan juga pada pengasuhan dalam keluarga, partisipasi dalam mengontrol kegiatan anak, hingga masalah yang dihadapi oleh anak. Terdapat beberapa penemuan yang menunjukkan bahwa ayah dapat terlibat dalam pengasuhan dengan cara yang berbeda tidak hanya sebagai teman dalam bermain atau sekedar menjadi role model bagi anak (LeMonda & Caberera, 2002). Di sisi lain, perkembangan identitas remaja menjadi faktor penting dalam remaja mengambil keputusan atau memilih suatu keputusan tertentu.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Remaja yang mengalami krisis identitas ketika tidak berhasil menciptakan aktivitas yang positif bagi dirinya juga bisa terjerumus ke dalam perilaku yang berisiko besar seperti merokok. Hal ini disebabkan pencarian identitas remaja menentukan cara meninjau diri sendiri dalam pergaulan dan meninjau orang lain dalam pergaulannya (Gunarsa, 1991). Keterlibatan ayah memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses perkembangan individu, dimana anak yang tidak mendapatkan asuhan dan perhatian ayah, akan membuat perkembangan anak menjadi pincang sehingga menimbulkan krisis perkembangan (Dagun, 1990). Ketika seorang remaja mengalami krisis perkembangan semakin memungkinkan remaja untuk mengambil tindakan yang kurang tepat bahkan berisiko bagi dirinya termasuk perilaku yang menyimpang (Yusuf, 2006). Allen & Daly (2007) mengemukakan bahwa konsep keterlibatan ayah lebih dari sekedar melakukan interaksi yang positif dengan anak-anak mereka, tetapi juga memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, terlihat dekat dengan nyaman, hubungan ayah dan anak yang kaya dan dapat memahami dan menerima anak-anak mereka. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan yang efektif dapat dilihat dalam setiap fase, yaitu ketika sang ayah berhadapan dengan anaknya, mendidik, mengasuh, serta membimbing sesuai dengan tingkat perkembangannya. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja membawa pengaruh pada kehidupan remaja dalam hal bergaul dan mengenal lingkungan sosialnya (Lemonda dalam Syarifah, dkk, 2012). Dalam lingkungan keluarga, ayah

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipandang sebagai pemimpin, sehingga seharusnya peran ayah lebih banyak dituntut dalam perkembangan anak. Namun, ayah cenderung dipandang sebagai figur yang kurang dekat dengan anak-anak karena lebih sering marah, jarang memiliki waktu untuk ngobrol, ditakuti oleh anak serta cenderung hanya berhubungan dengan ayah umumnya jika diperlukan. Ayah merupakan peletak dasar kemampuan intelektual, kemampuan memecahkan masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan kognitif anak. Bahkan ayahlah yang memegang peran lebih banyak dalam menjaga dan melindungi anak dari berbagai perilaku berisiko ketika menghadapi dunia luar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Gottman dan DeClaire (1997) yang mengatakan bahwa peran ayah dalam kehidupan remaja dapat memperluas wawasan mereka, terutama dalam mengenal dunia sosial. Hal tersebut seharusnya memungkinkan remaja lebih mampu mengidentifikasi, melihat kemungkinan-kemungkinan yang dapat dialaminya ketika ia mengambil sebuah keputusan saat menghadapi dunia luar termasuk memilah manakah pilihan yang merugikan dan yang menguntungkan. Grimm-Wassil (dalam Thomas, 2008) berpendapat bahwa ayah mempunyai pengaruh dalam beberapa area khusus pada perkembangan anak, yaitu memberikan pandangan yang lebih luas untuk mengenalkan dunia luar melalui pekerjaan mereka dan memberikan aturan yang disiplin dalam menjalani tiap tahap perkembangan anak. Hart (2002) juga mengungkapkan bahwa ayah merupakan pelindung dari resiko atau bahaya dan memiliki peran untuk memantau serta menegakkan aturan disiplin yang tidak selalu dapat

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipenuhi oleh ibu. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ayah mempunyai karakteristik perilaku yang khas. Studi-studi yang dilakukan oleh Day & Lamb (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa terjadi perubahan yang sangat besar pada keterlibatan peran dalam keluarga di Amerika Serikat. Ayah dipandang sebagai figur yang bertanggung jawab atas pengajaran moral pada saat itu. Menjelang tahun 1970, pengaruh ayah sebagai orang tua aktif dan penyayang mulai muncul. Mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk mendisiplinkan dan mengontrol anak, tetapi juga melibatkan diri secara aktif dalam pengasuhan. Sebuah studi juga dilakukan oleh Mezulis, Hyde & Clark (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa peran keterlibatan ayah sangat berpengaruh dan penting terutama ketika ibu mengalami depresi. Dalam keluarga yang mengalami kondisi seperti ini, keterlibatan ayah yang aktif dikaitkan dengan resiko yang lebih rendah terhadap munculnya masalah perilaku anak ketika beranjak ke tahap perkembangan selanjutnya. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sarkadi dkk. (2007) tentang peran keterlibatan ayah pada perkembangan anak yang dilakukan pada 24 orang ayah yang memiliki anak berusia bayi. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa 22 anak memperoleh pengaruh yang positif meskipun belum diketahui bentuk keterlibatan yang seperti apa yang diberikan dan dapat memberi dampak lebih. Dampak positif yang diterima dapat mengurangi masalah perilaku pada anak laki-laki dan masalah psikologis pada perempuan. Tidak

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hanya itu, tetapi dapat juga mengurangi kenakalan dan perilaku yang merugikan pada keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah. Remaja yang merokok dipandang sebagai salah satu cara mereka untuk menunjukkan otonomi, mengurangi stres, atau mengatur suasana hati menjadi lebih baik (Weiss, dkk., 2005). Merokok sering dianggap sebagai salah satu pelampiasan yang bisa didapatkan di saat mereka mengalami situasi yang menimbulkan kecemasan. Pernyataan ini juga didukung oleh Klinke & Meeker (dalam Aritonang, 1997) yang menyatakan bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi dan juga dapat menimbulkan pengalaman yang menyenangkan. Di samping itu,faktor eksternal lain juga ikut mendukung seperti tekanan dari teman-teman sebaya remaja apalagi ketika remaja kurang mendapatkan kebutuhannya dari keluarga (Oskamp, dkk dalam Smet, 1994). Menurut penelitian, keterlibatan ayah dalam kehidupan remaja memiliki korelasi yang positif dengan kepuasan hidup remaja dan rendahnya pengalaman depresi (Dubowits, dkk, 2001). Penelitian lain dari Susanto (2013) mengemukakan bahwa keterlibatan ayah yang positif dapat membentuk kekuatan dan ikatan emosional, interaksi yang hangat dan penuh kasih sayang pada remaja. Ayah juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan remaja khususnya terkait sebagai pelindung dari perilaku berisiko (Hart, 2002). Semakin besar perhatian ayah dalam pengasuh pada anak, semakin mungkin

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ayah mengetahui lebih banyak tentang teman-teman anak maka semakin besar pula dampaknya terhadap kehidupan remaja ketika berhadapan dengan pilihan yang berisiko. Meski sang ibu juga memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang sama, namun ketika sang ayah yang memberi nasihat akan berdampak dua kali lipat (bkkbn.go.id). Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bawa terdapat kontribusi keterlibatan ayah yang cukup besar dalam pengasuhan anak khususnya ketika anak berada di tahap perkembangan tertentu yang membutuhkan kontrol lebih. Di sisi lain, perilaku merokok pada remaja perempuan semakin banyak terlihat dimana perilaku tersebut memiliki dampak negatif yang jauh lebih berbahaya sehingga peneliti tertarik untuk melihat bagaimana keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut remaja perempuan perokok.

B. RUMUSAN MASALAH Penjelasan latar belakang di atas menjadi dasar munculnya pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut remaja perempuan perokok?

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut remaja perempuan perokok.

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran keterlibatan ayah dalam pengasuhan dari sudut pandang mahasiswi perokok. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi baru bagi bidang psikologi khususnya dalam ranah psikologi perkembangan remaja. 2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi bagi orangtua khususnya

ayah

mengenai

pentinganya

keterlibatan

ayah

dalam mendidik anak sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat khususnya dalam menghadapi permasalahan perilaku pada anak di tahap-tahap perkembangan tertentu.

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG KETELIBATAN AYAH. 1. Pengertian Keterlibatan Ayah. Pengasuhan merupakan suatu perilaku yang pada dasarnya mempunyai kata-kata kunci yaitu hangat, sensitif, penuh penerimaan, bersifat resiprokal, ada pengertian dan respon yang tepat pada kebutuhan anak (Garbarino

dan

Benn,

1992).

ccmengemukakan

bahwa

konsep

“keterlibatan ayah” lebih dari sekedar melakukan interaksi positif dengan anak-anak mereka, tetapi juga memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, terlihat dekat dengan nyaman, hubungan ayah dan anak yang kaya, dan dapat memahami dan menerima anak-anak mereka. Di dalam Abdullah (2009) dikatakan bahwa keterlibatan dalam pengasuhan anak mengandung aspek waktu, interaksi, dan perhatian. Pengasuhan anak bukanlah suatu kegiatan yang selesai dalam sehari melainkan berkesinambungan dari waktu ke waktu dari suatu tahap perkembangan, ke tahap perkembangan selanjutnya. Pengertian berulang berarti partisipasi seorang ayah terjadi dalam frekuensi yang lebih dari hanya sekedar sekali dalam suatu kurun waktu yang panjang. Seorang ayah dikatakan terlibat dalam pengasuhan anak ketika ayah berinisiatif untuk menjalin hubungan dengan anak dan memanfaatkan semua sumber dayanya baik afeksi, fisik dan kognisinya (Abdullah, 2009).

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan adalah suatu bentuk partisipasi aktif secara terus menerus dan melibatkan inisiatif, interaksi fisik, kognisi dan afek pada perkembangan anak. 2. Peran ayah dalam Pengasuhan Ayah memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh ayah secara langsung dapat dilihat dari bagaimana komunikasi dan partisipasi ayah yang dilakukan secara langsung terhadap anaknya, seperti bermain bersama, menemani melakukan aktivitas tertentu, dan lain sebagainya. Sedangkan pengaruh secara tidak langsung dapat terjadi melalui interaksi ayah dan ibu serta hubungan ayah dengan dunia sosial. Hubungan ayah dan ibu juga mempengaruhi pola pengasuhan terhadap anak-anaknya. Peran ayah dibagi dalam tiga komponen (Lamb, Pleck, Charnov, adn Levine, 1987) yakni, (a) keterhubungan ayah dan anak, melalui interaksi langsung dengan anak, seperti bermain bersama, memberikan perasaan nyaman; (b) aksesibilitas (ketersediaan) ayah untuk anak secara fisik maupun psikologis, dan (c) tanggung jawab, mencakup tanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan anak terpenuhi dan mendapatkan perawatan dengan baik. Di sisi lain, Palkovitz (1999) juga mengemukakan konsep keterlibatan ayah dalam pengasuhan mempengaruhi tiga ranah yakni kognitif, afektif, dan perilaku yang secara terus menerus disertai dengan

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

stimulus, seperti : keterbukaan, kedekatan, arti penting keterlibatan, tingkat keterbukaan. Hart (dalam Yuniardi, 2006) menegaskan bahwa ayah memiliki peran dalam keterlibatannya dengan keluarga yaitu : a) Economic Provider, yaitu ayah dianggap sebagai pendukung financial dan perlindungan bagi keluarga. Sekalipun tidak tinggal serumah dengan anak, namun ayah tetap dituntut untuk menjadi pendukung financial. b) Friend & Playmate, ayah dianggap sebagai “fun parent” serta memiliki waktu bermain yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu. Ayah banyak berhubungan dengan anak dalam memberikan stimulasi yang bersifat fisik. c) Caregiver, ayah dianggap sering memberikan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk, sehingga memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan. d) Teacher & Role Model, sebagaimana dengan ibu, ayah juga bertanggung jawab dalam terhadap apa saja yang dibutuhkan anak untuk masa mendatang melalui latihan dan teladan yang baik bagi anak. e) Monitor and disciplinary, ayah memenuhi peranan penting dalam pengawasan terhadap anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan, sehingga disiplin dapat ditegakkan.

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

f) Protector, ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak, sehingga anak terbebas dari kesulitan/bahaya. g) Advocate, ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam berbagai bentuk, terutama kebutuhan anak ketika berada di institusi di luar keluarganya. h) Resource, dengan berbagai cara dan bentuk, ayah mendukung keberhasilan anak dengan memberikan dukungan di belakang layar. 3. Indikator Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak Pada tahun 1985, Lamb, Pleck, Charnov dan Levine (dalam McBridge, Schoppe, dan Rane, 2002) kemudian mengenalkan dimensi-dimensi keterlibatan ayah, yaitu : a. Paternal engangement merupakan pengasuhan secara langsung, interaksi satu lawan satu dengan anak, mempunyai waktu untuk bersantai atau bermain. Interaksi ini meliputi kegiatan seperti memberi

makan,

mengenakan

baju,

berbincang,

bermain,

mengerjakan PR (pekerjaan rumah). b. Paternal accessibility merupakan bentuk keterlibatan yang lebih rendah. Orangtua ada di dekat anak tetapi tidak berinterkasi secara langsung dengan anak. c. Paternal responsibility merupakan bentuk keterlibatan yang mencakup tanggungjawab dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pengaturan.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Pendekatan dalam Pengukuran Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Allen & Dally (2007) merangkum beberapa pendekatan dalam pengukuran keterlibatan ayah dalam pengasuhan, yaitu : a. Keterlibatan ayah diukur sebagai waktu yang dihabiskan bersama. Hal ini mencakup frekuensi bertemu, jumlah waktu yang dihabiskan bersama (melakukan suatu aktivitas atau kegiatan bersama), dan dipersepsi mudah dijangkau (accessibility) dan adanya ayah (availibilty). Ini dapat juga termasuk jumlah waktu ayah menghabiskan waktu bermain bersama anak dan seberapa efektif interaksi timbal balik ketika ayah-anak bermain. b. Keterlibatan ayah diukur dari kualitas hubungan ayah-anak. Seorang ayah dapat dikatakan sebagai ayah yang terlibat jika terdapat hubungan yang hangat, dekat, peka, akrab dengan anak. Ayah juga mendukung, mengasihi, merawat, membesarkan hati, memberi kenyamanan dan menerima anak. Sebagai tambahan, ayah diklasifikasikan sebagai ayah yang terlibat jika anak mereka telah mengembangkan kelekatan yang aman dan kuat pada sang ayah. c. Keterlibatan diukur sebagai upaya dalam menjalankan peran ayah. Pengukuran melihat tingkat upaya dalam pengasuhan anak, termasuk kemampuan ayah untuk menjadi orangtua yang otorotatif (melakukan kontrol secara tepat, bertanggung jawab terhadap disiplin yang diterapkan, memonitor aktivitas anak),

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tingkat dimana ayah memfasilitasi dan memberi perhatian pada kebutuhan anak, dan jumlah dukungan yang diberikan pada anak yang berhubungan dengan aktivitas yang berhubungan dengan sekolah. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keterlibatan Ayah Andayani & Koentjoro (2004) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan ayah berdasarkan beberapa penelitian sebagai berikut : a. Faktor kesejahteraan psikologis. Faktor kesejahteraan psikologis diteliti dari dimensi negatif misalnya tingkat depresi, tingkat stres, atau dalam dimensi yang lebih positif seperti tingkat wellbeing. Selain itu, identitas diri yang menunjuk pada harga diri dan kebermaknaan diri sebagai individu dalam lingkungan sosialnya juga berkaitan dengan dimensi ini. Apabila kesejahteraan psikologis orangtua dalam kondisi rendah, orientasi orang tua adalah lebih kepada pemenuhan kebutuhannya sendiri sehingga dapat diprediksi bahwa perilaku orangtua terhadap anak lebih terpusat pada bagaimana orang tua mencapai keseimbangan diri. b. Faktor kepribadian Kepribadian dapat merupakan faktor yang muncul dalam bentuk kecenderungan perilaku. Kecenderungan ini kemudian diberi label sebagai sifat-sifat tertentu, atau dapat pula disebut sebagai kualitas

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

individu, termasuk salah satu diantaranya adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengelola emosinya. Selanjutnya, dalam proses pengasuhan anak ekspresi emosi dapat berperan pula pada proses pembentukan pribadi anak. c. Faktor sikap Sikap adalah suatu kumpulan keyakinan, perasaan dan perilaku terhadap orang atau objek. Secara internal sikap akan dipengaruhi oleh kebutuhan, harapan, pemikiran dan keyakinan yang diwarnai pula oleh pengalaman individu. Secara eksternal, sikap dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya dimana individu berada. Dalam konteks pengasuhan anak, sikap muncul dalam area seputar kehidupan keluarga dan pengasuhan, seperti sikap tentang siapa yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak. Perubahan perspektif tentang pengasuhan anak mengalami perubahan pada akhir abad 20 sehingga faktor komitmen menjadi satu aspek dari sikap positif terhadap pengasuhan anak. Apabila orangtua mempersepsi dan mempunyai sikap bahwa pekerjaan adalah hal yang paling penting dalam hidupnya, pekerjaan akan menjadi lebih penting daripada pengasuhan anak. d. Faktor keberagamaan Keberagamaan atau masalah spiritual merupakan faktor yang mendukung keterlibatan orangtua dalam pengasuhan. Ayah yang religius cenderung bersikap egalitarian dalam urusan rumah tangga

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan anak-anak. Mereka tidak keberatan untuk mengerjakan tugas rumah tangga dan mengasuh anak. Selanjutnya, sikap egalitarian inilah yang meningkatkan keterlibatan ayah dengan anak-anak.

B. PERILAKU MEROKOK 1. Pengertian Perilaku Merokok Manusia tidak bisa terlepas dari berperilaku untuk mencapai tujuan. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu yang satu dengan yang lainnya yang bersifat nyata (Saworno, 2000). Hal ini selaras dengan pendapat McLeich (1986) yang mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang konkret yang dapat diobservasi dan diamati. Chaplin (1999) mengartikan perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luar sebagai segala sesuatu yang dialami oleh seseorang. Pengertian kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati. Perilaku menurut

Gunarsa (1995) adalah setiap tindakan yang dipergunakan

sebagai alat atau cara agar dapat mencapai sesuatu, sehingga kebutuhan terpenuhi atau suatu kehendak terpuaskan. Moeliono (1990) mendefinisikan perilaku sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak hanya badan atau ucapan. Di sisi lain, Chaplin (2001) mengatakan bahwa perilaku adalah berbagai respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan), yang

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilakukan oleh suatu organisme, sedangkan secara khusus dapat dikatakan sebagai bagian dari satu kesatuan pola reaksi. Salah satu bentuk perilaku yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi. Pada saat itu orang sudah menggunakan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso,1991). Poerwardaminta (1995), mengartikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok itu sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Danusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain dapat merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang-orang lain di sekitarnya. Perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya (Levy, Dignan, dan Shirrets, 1984). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja perempuan adalah perilaku menghisap gulungan tembakau yang bersalut nipah atau kertas yang ujungnya telah disulut dengan api. Perilaku tersebut telah dilakukan oleh remaja perempuan. Beragam kalangan memandang perilaku merokok sebagian besar mengarah bahwa merokok memiliki dampak negatif. Merokok yaitu demi relaksasi dan ketenangan, terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang yang disekitar perokok yang bukan

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perokok. Rokok memiliki kandungan yang sangat berbahaya. Bahkan masyarakat umum pun mengerti bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan. Dampak perilaku merokok bagi kesehatan yaitu dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin, penyakit stroke, katarak, merusak gigi, osteoporosis, kelainan sperma (Aula, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada setiap individu satu dengan yang lain berbeda-beda. 2. Aspek-aspek perilaku merokok Menurut Twiford (Trihandini, 2003,h.18) pada umumnya setiap perilaku dapat digambarkan ke dalam tiga dimensi, yaitu : a. Frekuensi, yaitu sering tidaknya muncul Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok seseorang sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok seseorang yang sebenarnya. Menurut definisi, usaha-usaha sistematis untuk mengubah perilaku dianggap sebagai usaha untuk mempengaruhi frekuensi munculnya suatu perilaku, akibatnya pengumpulan data frekuensi menjadi salah satu ukuran yang paling banyak digunakan dalam penilaian program. b. Lamanya berlangsung, yaitu waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan setiap tindakan. Jika suatu perilaku mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam jangka waktu yang berbeda untuk masing-masing peristiwa, maka pengukuran lamanya berlangsung lebih bermanfaat

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lagi. Pengukuran lamanya berlangsung adalah cara yang paling tepat untuk menyatakan secara jelas dan terperinci perubahan-perubahan dalam perilaku. c. Intensitas yaitu banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak seseorang menghisap rokok. Intensitas mungkin merupakan cara yang paling subyektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku merokok adalah frekuensi, lamanya berlangsung dan intensitas. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang merokok (Kholasoh, 2007) : a. Pengaruh orang tua Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam interaksi, membentuk pola perilaku dan sikap seseorang yang dipengaruhi norma dan nilai yang terdapat dilingkungan keluarga, kemungkinan seseorang menjadi perokok lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya perokok. Selain itu seseorang yang dari keluarga konservatif yang menekan nilai-nilai sosial dan agama dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan merokok atau tembakau atau obatobatan dibandingkan

dengan keluarga

yang permisif dengan

penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri” dan yang

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

paling kuat pengaruhnya apabila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat maka anak-anaknya akan mungkin untuk sekali mencontohnya. b. Pengaruh teman Teman merupakan lingkungan sosial kedua yang mempengaruhi perilaku merokok.. Faktor yang mempermudah seseorang untuk menjadi perokok adalah sahabat yang merokok. c. Faktor kepribadian Orang mencoba untuk merokok awalnya karena ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memilki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah. Faktor kepribadian merupakan faktor penyabab dari dalam diri individu (intrinsik). Ada beberapa tipe-tipe kepribadian pada diri seseorang yang dapat memicu untuk merokok, misalnya konformitas sosial dan kepribadian lemah. d. Pengaruh iklan Iklan

memiliki

banyak

fungsi

diantaranya

berfungsi

mengkomunikasikan produk-produk baru, membujuk para konsumen untuk membeli produk tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk-produk atau perusahaan tertentu dan sebagai pengingat tentang

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebuah produk. Selain itu, iklan menyebabkan seseorang membeli produk atau jasa yang tidak mereka butuhkan e. Stres Merokok mempunyai pengaruh menenangkan, membius dan banyak menggunakannya sebagai cara menghadapi stres (Alexander, 2002). Keadaan stres tidak secara langsung menimbulkan seseorang untuk merokok akan tetapi stres memicu untuk memperoleh atau menggunakan

sesuatu

yang

dapat

menenangkan

misalnya

menghilangkan stres dengan merokok. Didalam rokok terdapat zat berupa nikotin. Nikotin bereaksi dibagian otak yang mengatur bagian perasaan nyaman dan dihargai. Hal tersebut baru diketahui oleh para ahli belakangan ini setelah dilakukan berbagai penelitian lebih lanjut. Mereka menemukan bahwa perjalanan nikotin dibagian otak ternyata dapat mencapai tingkatan dopemin. Dopemin ini adalah sebuah transmisi saraf yang mempunyai fungsi menciptakan perasaan nyaman dan dihargai manusia. Perilaku merokok karena stres termasuk perilaku yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Dimana merokok digunakan untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah, cemas, gelisah sehingga bila merokok perasaan negatif akan terkurangi.

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. REMAJA 1. Pengertian remaja Masa remaja merupakan salah satu tahap dari perkembangan manusia. Tahap ini terjadi setelah masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Papalia (2014) mendefinisikan remaja sebagai masa perubahan perkembangan

antara

masa

anak-anak

dan

masa

dewasa

yang

mengakibatkan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Hal tersebut diperjelas oleh pernyataan Calon (dalam Monks, dkk 1994) yang mengatakan bahwa dalam masa remaja tampak jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa namun tidak lagi memiliki status anak. Hal tersebut membuat masa remaja dipandang masa yang cukup labil bagi individu. Zakiah Darajat (1990) juga menggambarkan remaja sebagai masa dimana individu mengalami proses pertumbuhan dan pekembangan dari segi fisik maupun perkembangan psiksinya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk tubuh maupun cara berpikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang tergolong matang. Pada tahap perkembangan remaja terdapat masa dimana muncul perasaan yang sangat peka; remaja mengalami apa yang disebut storm and stress dalam kehidupannya. Sikap dan perilaku remaja dipandang sebagai sesuatu yang tidak konsisten, terkadang bergairah tiba-tiba berganti lesu, rasa bahagia berubah menjadi sangat sedih. Perubahan-perubahan emosi seperti itu sulit untuk dikendalikan. Pada masa inilah remaja mulai

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menerima tantangan untuk tetap dapat memenuhi tugas perkembangannya, belajar untuk mengambil keputusan secara mandiri yang dipandang baik bagi kehidupannya. Dari beberapa pengertian remaja di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah masa transisi perkembangan individu dari kanakkanak menuju dewasa yang melibatkan proses perubahan emosi, kognitif maupun fisik. Menurut Santrock (2003), masa remaja terbagi atas : a. Masa remaja awal (early adolescence) berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan terjadi perubahan pubertas. b. Masa remaja akhir (late adolescene) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehiduapn, kira-kira setelah usia 15 tahun. Minat, karir, pacaran dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja awal. 2. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja Aspek-aspek perkembangan pada remaja dapat dibagi menjadi dua yaitu : a. Perkembangan fisik Perkembangan fisik yang dimaksud meliputi perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia &Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan

27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). b. Perkembangan Kognitif Menurut

Piaget

(dalam

Santrock,

2001),

seorang

remaja

termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandagan Piaget, remaja aktif membangun dunia kognitif mereka. Informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja dipandang sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTAR TEORI Perilaku merokok belakangan semakin sering terlihat pada remaja perempuan. Perilaku tersebut merupakan perilaku yang sangat berisiko bagi kesehatan bahkan dua kali lipat lebih berisiko daripada pria. Remaja perempuan yang merokok pun seringkali dipandang kurang baik bahkan

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melanggar norma-norma budaya. Namun, jika berbagai situasi lingkungan tidak mendukung dapat membuat remaja hanya akan mengabaikan risiko yang dapat diterimanya. Tidak hanya efek buruk bagi kesehatan, rokok juga dipandang cukup identik dengan pergaulan yang lebih rentan akan kenakalan dibandingkan dengan pergaulan tanpa merokok. Pergaulan remaja dengan rokok cenderung mengarahkan pikiran bahwa merokok dapat menjadi pelarian atau pelampiasan akan tiap masalah sehingga remaja akan merokok ketika mengalami masalah dalam hidupnya.

Hal ini diperkuat oleh Meeker

(dalam Aritonang, 1997) yang mengatakan bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, dan pengalaman yang menyenangkan. Pada dasarnya, remaja yang terlibat dalam perilaku berisiko karena tidak adanya keseimbangan peran orangtua dalam hidupnya.

Salah

satu

faktor penting yang mendukung keberhasilan remaja dalam menyelesaikan permasalahannya mengemukakan

adalah betapa

keluarga.

Telah

banyak

pentingnya

peran

orangtua

penelitan

yang

dalam

proses

perkembangan anak di masa remaja. Hampir setiap hal yang terjadi pada diri anak merupakan hasil representasi pengasuhan orangtua. Dalam hal ini, ayah dipandang memiliki peran tersendiri dalam kehidupan remaja. Ayah dalam keluarga merupakan pemimpin anggota keluarga, sehingga seharusnya peran ayah lebih banyak dituntut dalam perkembangan anak. Ayah dipandang sebagai peletak dasar kemampuan

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

intelektual, kemampuan memecahkan masalah dan hal-hal kognitif anak. Gottman dan DeClaire (1997) juga mengatakan bahwa peran ayah dalam kehidupan remaja dapat memperluas wawasan mereka, terutama dalam mengenal dunia sosial. Ayah juga dipandang memiliki kontribusi besar dalam menjaga anak terhadap perilaku-perilaku beresiko yang dapat dilakukan. Ayah juga memiliki pengaruh yang besar dalam tugasnya untuk menjadi sumber informasi bagi remaja tentang dunia luar. Selain itu juga menjadi figur contoh atau model yang dapat dijadikan patokan dalam remaja mengambil sikap, menentukan pilihan dan mengeksplor kebutuhankebutuhannya. Ketika remaja memutuskan untuk melakukan tindakan berisiko berbahaya, hal ini mungkin bahwa terdapat gambaran keterlibatan ayah dalam diri remaja yang berbeda dibandingkan remaja lain karena untuk memilih menjadi perokok cukup banyak resiko yang berbahaya diambil, remaja tidak hanya membahayakan dirinya sendiri tetapi membawa dampak yang buruk bagi orang lain yang berada di sekitarnya. Merokok bagi wanita pun membawa dampak yang jauh lebih buruk dibandingkan laki-laki. Pada dasarnya, ayah dipandang sebagai figur otorita atau pemimpin dalam keluarga. Ayah cenderung memiliki otoritas yang lebih besar dalam mengatur anggota keluarga di rumah. Secara khusus, dalam pengasuhan anak ayah memiliki peran tersendiri yakni sebagai pelindung anak dari perilaku berisiko atau berbahaya, memastikan bahwa kebutuhan anak baik secara fisiologis maupun psikologi terpenuhi. Bagi remaja perempuan, ayah

30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipandang sebagai role model atau contoh dalam mempersiapkan anak untuk mengenal dunia luar dengan benar. Ketika tidak terdapat aturan yang jelas, hubungan yang hangat antara anak dan ayah, hal tersebut bisa saja mempengaruhi perkembangan anak secara langsung maupun tidak langsung baik terhadap lingkungan sekolahnya maupun pergaulannya. Di tahap perkembangan remaja, mereka akan cenderung mencari pelarian di luar rumah ketika ada masalah. Salah satu bentuk perilaku yang sering terlihat pada remaja perempuan sebagai cara mereka untuk rileks atau mengurangi beban adalah dengan merokok. Adapun skema kerangka konseptual sebagai berikut : Gambar 2.1 Skema Dinamika Hubungan Antar Teori Keterlibatan Ayah

Tidak Terlibat

Dampak Merokok: Kesehatan fisik, pintu masuk penggunaan obatobat terlarang, rentan akan kenakalan serius.

- Economic provider, Friend & Playmate, Caregiver,Teacher &Role Model, Monitor and disclipinary, protector, advocate, resource.

Terlibat

Remaja Perempuan Merokok

Keterangan : : Perilaku berisiko : Tidak Ada : Ada

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN

Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitan kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena tentang peristiwa atau apa yang dialami oleh subjek seperti motivasi, persepsi, pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang ditentukan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah (dalam Moleong, 2010). Creswell mendefinisikan penelitian kualititatif sebagai suatu proses penelitian ilmiah untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang dilakukan dalam setting alamiah (Creswell, 1998). Penelitian ini juga bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Moleong, 2005). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena : 1) Metode kualitatif dapat mengungkap dan membantu menggambarkan fenomenafenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia; 2) Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang mungkin sedikit diketahui termasuk mengenai keterlibatan

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ayah terkait perilaku merokok pada remaja perempuan; 3) Metode kualitatif dapat memberi rincian yang lebih lengkap tentang fenomena yang sulit untuk diungkap oleh metode kuantitatif (Strauss dan Corbin, 2003). Peneliti akan mendapatkan data yang lebih mendalam dan menjabarkan lebih lengkap mengenai gambaran keterlibatan ayah menurut remaja perempuan perokok dengan metode kualitatif dibandingkan kuantitatif. Pada penelitian ini digunakan pendekatan naratif yaitu salah satu pendekatan yang bersifat narasi yang menceritakan peristiwa secara berurutan dan terperinci. Clandinin & Connely (2000) menyebutkan bahwa dalam desain penelitian ini, peneliti menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan cerita tentang orang-orang dan menulis narasi pengalaman individu.

B. FOKUS PENELITIAN Penelitian ini menekankan pada pendeskripsian keterlibatan ayah dalam pengasuhan pada remaja perempuan yang merokok. Hal-hal yang dideskripsikan terkait aspek waktu yang meliputi frekuensi bertemu, aktivitas yang dilakukan bersama dan juga ketersediaan ayah. Selain itu, peneliti juga berfokus pada aspek kualitas hubungan ayah dan anak yang meliputi hubungan yang hangat, dekat, sensitif/peka, akrab, mendukung, mengasihi, merawat, memberi kenyamanan dan menerima. Aspek lain yang diteliti adalah upaya dalam menjalankan peran ayah yang meliputi

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemampuan ayah untuk menjadi orangtua yang otoritatif (melakukan kontrol secara tepat, bertanggung jawab terhadap disiplin yang diterapkan, memonitor aktivitas anak), tingkat dimana ayah memfasilitasi dan memberi perhatian pada kebutuhan anak, dan jumlah dukungan yang diberikan

pada

anak

yang

berhubungan

dengan

aktivitas

yang

berhubungan dengan sekolah.

C. INFORMAN PENELITIAN 1. Responden Penelitian ini membutuhkan responden dengan kriteria-kriteria yang khusus. Oleh karena itu, pemilihan responden dilakukan dengan metode purposefully selected, yaitu pemilihan responden yang dilakukan untuk situasi khusus dan dengan tujuan yang spesifik sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian (Creswell, 2014). 2. Kriteria Repsonden Adapun pembatasan ciri-ciri subyek penelitian sebagai berikut : a. Perempuan perokok b. Usia 18-22 tahun c. Masih memiliki orangtua terutama ayah.

D. METODE PENGUMPULAN DATA Data-data penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan masksud tertentu. Percakapan itu

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee). Interviewer adalah orang yang mengajukan pertanyaan sedangkan interviewee adalah orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan (Moelong, 2008,h.186). Pada metode ini, peneliti menggunakan jenis wawancara semi terstruktur. Menurut Smith (2015), teknik wawancara semi terstruktur memungkinkan peneliti untuk mengubah urutan pertanyaan sesuai dengan respon responden. Selain itu, peneliti juga dapat memberikan probing sesuai dengan hal penting yang muncul atau ketertarikan responden. 1.

Wawancara Responden Peneliti mewawancarai responden terkait aspek keterlibatan ayah, Relasi ayah dan ibu, dan gambaran perilaku merokok. Hal ini dikarenakan untuk mengungkap gambaran keterlibatan ayah perlu melihat aspek lain juga yang mempengaruhi seperti relasi dengan ibu, dan melihat kaitannya dengan perilaku merokok. Berikut ini pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman wawancara terhadap responden : Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Responden Aspek Keterlibatan Ayah

Pertanyaan Bagaimana relasi Anda dengan ayah Anda? Seperti apa Anda menggambarkan ayah anda? Bisa ceritakan bagaimana anda menghabiskan

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

waktu anda dengan ayah anda? Bagaimana anda memandang peran ayah dalam keluarga? Relasi ayah dan ibu

Bagaimana anda memandang relasi antara ayah dan ibu? Seperti apa anda menggambarkan peran ibu bagi ayah?

Perilaku merokok Bagaimana awal mula anda menjadi perokok? Apa yang anda rasakan ketika merokok? Bagaimana peran ayah saat itu ketika anda mulai menjadi perokok?

E. Metode Analisis Data Creswell (2014) mendefinisikan analisis sebagai proses berkelanjutan terhadap data. Analisis data dilakukan untuk memaknai data yang diperoleh sehingga data memberikan pemahaman yang luas dan mendalam. Berikut merupakan proses analisis data kualitatif menurut Creswell (2014) : 1. Mengolah dan mempersiapkan data Pada tahap ini, peneliti melakukan transkrip wawancara dan mengetik

data

lapangan.

36

Kemudian

peneliti

memilih

serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengelompokkan data ke dalam kategori yang sesuai dengan sumber informasi. 2. Membaca keseluruhan data Langkah berikutnya adalah membangun kesan umum atas informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan. Dalam hal ini, perlu diperhatikan cara responden menyampaikan pendapatnya dan mencatat hal tersebut sebagai keterangan. 3. Menganalisis lebih rinci dengan meng-coding data Dalam tahap ini, peneliti melakukan kategorisasi terhadap datadata yang berupa kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf. Data-data yang memiliki makna atau tema yang sama dikumpulkan kemudian diberi label dengan istilah khusus. 4. Mendeskripsikan data dengan proses coding Data penelitian yang menginformasikan orang-orang, lokasilokasi, atau peristiwa-peristiwa dideskripsikan dalam setting tertentu. Selanjutnya, peneliti melakukan proses coding terhadap data-data tersebut dan menganalisisnya. Tema-tema yang dihasilkan dari proses coding ini sering digunakan sebagai judul atau hasil penelitian yang dapat diperkuat dengan beberapa perspektif. 5. Menarasikan deskripsi dan tema-tema Langkah ini merupakan tahap penyampaian hasil analisis. Datadata penelitian yang telah berubah menjadi kronologi perisitiwa, tema-

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tema, atau kaitan antar tema dapat disusun dalam bentuk narasi. Selain itu,

peneliti

dapat

menyajikan

gambar

atau

label

untuk

mendeskripsikan hasil analisis. 6. Menginetrpretasikan data Pada tahap ini, peneliti menarik esensi atau gagasan dari data-data penelitian yang telah diolah. Gagasan tersebtu dapat berupa interpretasi pribadi peneliti yang didasarkan pada kebudayaan, sejarah, dan pengalaman hidup peneliti. Interpretasi juga dapat berupa makna dari perbandingan antara hasil penelitian dengan literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti dapat membenarkan maupun menyangkal teori yang telah ada sebelumnya. Selain itu, interpretasi juga dapat berupa pertanyaan baru yang perlu dijawab pada penelitian selanjutnya.

F. Uji Keabsahan dan Validitas Validitas kualitatif dilakukan untuk memeriksa akurasi hasil penelitian dari perspektif peneliti, responden, maupun pembaca secara umum (Creswell, 2014). Akurasi penelitian akan semakin teruji jika pemeriksaan validitas dilakukan dengan beragam metode. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik member checking, yaitu melaporkan deskripsi dan tema-tema spesifik kepada responden untuk memastikan bahwa deskripsi atas tema yang dibuat telah akurat (Creswell, 2014).

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian dan Perizinan Penelitan ini melibatkan tiga orang remaja perempuan yang merupakan perokok aktif dan memiliki orangtua khususnya ayah. Pemilihan responden ini disesuaikan dengan kriteria penelitian yang dibutuhkan, yakni mahasiswi perokok yang berusia 18-22 tahun serta memiliki orangtua khususnya ayah. Kemudian, peneliti menanyakan kepada ketiga responden yang terpilih apakah bersedia menjadi responden penelitian. Kesediaan responden penelitian ditandai dengan pengisian inform consent untuk terlibat dalam penelitian. Pelaksanaan penelitian dengan tiga responden dilakukan secara terpisah sesuai dengan kesepakatan peneliti dan responden. Sebelumnya, peneliti mempersiapkan terlebih dahulu protokol wawancara yang akan digunakan dan handphone yang dilengkapi dengan alat perekam untuk merekam wawancara. Peneliti mengawali pertanyaan-pertanyaan wawancara dengan melakukan rapport terlebih dahulu pada responden agar responden merasa lebih nyaman untuk terbuka dalam menceritakan pengalaman pribadinya. Rapport yang dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan ringan seperti menanyakan kabar, keadaan saat itu, dan hal-hal seputar kegiatan-

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kegiatan yang sedang diikuti. Pada saat dirasa sudah cukup, peneliti pun melanjutkan dengan pertanyaan wawancara penelitian. Dalam hal ini, peneliti menggunakan jenis pertanyaan wawancara semi terstruktur agar lebih mudah bagi peneliti untuk menyesuaikan alur pertanyaan wawancara yang nyaman bagi responden dan untuk melakukan probing.

Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian No

Keterangan

1

Wawancara responden

Responden 1 (Mw) a. 13 Juni 2016 (15.3016.30) di Chacha Milktea, Condong Catur b. 14 Juni 2016 (10.00c. 24 Juli 2016 (15.0015.35) di Es Bang Jo, Mrican

40

Responden 2 Responden 3 (Cl) (Vf) a. 24 Juni a. 1 Agustus 2016 2016 (16.00(18.0017.15) di 19.30) di Kos cafe responden Kolase. b. 22 Juli 2016 (16.0017.05) di Hall Sanata Dharma Paingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. RESPONDEN PENELITIAN 1. Demografi Responden Tabel 4.2 Demografi Responden No

Keterangan

Responden 1

Responden 2

Responden 3

1.

Inisial

Mw

Cl

Vf

2.

Usia

19 tahun

20 tahun

21 tahun

3.

Jenis

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Anak tunggal

Anak pertama

Anak pertama

-

1

4

SMA

SMA

SMA

Kelamin 4.

Urutan kelahiran

5.

Jumlah Saudara

6.

Pendidikan terakhir

2.

7.

Pekerjaan

Mahasiswa

Mahasiswa

Mahasiswa

8.

Suku

Jawa

Toraja

Timor Leste

9.

Agama

Katolik

Kristen

Katolik

Latar Belakang Responden Berikut ini adalah gambaran mengenai latar belakang keluarga responden dan cerita singkatnya mengenai perilaku merokok serta relasinya dengan ayah.

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Responden 1 Tabel 4.3 Latar Belakang Responden 1 Awal mula merokok Frekuensi merokok Efek yang didapatkan Relasi dengan Ayah

Pekerjaan Ayah Pendidikan terakhir ayah

Semenjak bergabung dalam komunitas alam kelas 3 SMP. 6-8 batang per hari. Perasaan nyaman dan lega. Sejak kecil relasi responden dengan ayahnya tidak dekat. Merasa canggung dan terutup untuk bercerita dan ada ketakutan ditolak ayah. Guru SD. S1.

b. Responden 2 Tabel 4.4 Latar Belakang Responden 2 Awal mula merokok

Frekuensi merokok Efek yang didapatkan Relasi dengan Ayah

Pekerjaan Ayah Pendidikan terakhir ayah

Kelas 3 SMP. Tertarik dengan penjelasan guru mengenai rokok dan pada akhirnya ikut mencoba bersama dengan teman kelasnyanya. 3-4 batang per hari. Perasaan nyaman dan lega. Sejak kecil tidak dekat secara fisik dan emosi dengan ayah karena jarang bersama. Ayah selalu sibuk bekerja dan sering tidak berada di rumah bersama responden. Wirausaha. D3

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Responden 3 Tabel 4.5 Latar Belakang Responden 3 Awal mula merokok

Pada saat responden kelas 3 SD ketika melihat ibunya merokok dan meminta kepada ibu untuk mencoba. Responden mulai aktif merokok kelas 5 SD 10-12 batang per hari Perasaan lega, mengurangi beban pikiran, tidak mudah lapar. Cukup dekat pada saat kelas 1-2 SD. Namun setelah itu menjadi semakin tidak dekat sejak kelas 3 hingga SMP karena sikap ayah yang keras dan menekan. Menteri Perhutani S1

Frekuensi merokok Efek yang didapatkan Relasi dengan Ayah

Pekerjaan Ayah Pendidikan terakhir ayah

C. ANALISIS DATA PENELITIAN 1. Responden 1 a. Peran ayah bagi Responden Responden memandang ayahnya memiliki peran yang cukup besar dalam hal membentuk responden menjadi pribadi yang terbuka pada orang lain. Secara tidak langsung sikap ayahnya yang terbuka pada orang lain membuat responden juga terbiasa untuk bergaul dengan orang lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan pernyataan responden seperti berikut : Kalau masalah pengaruh dalam pembentukan karakterku tuh banyak kak, cuma kalau misalnya apa ya..sebenernya sangat berpengaruh sih, pokoknya segala ketakutan aku tuh, aku tuh paling takut itu sama bapak, aku paling apa

43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ya..bisa dibilang aku tuh mirip banget sama bapak, karakter. Lebih kentel diem gitu..terus hobi, lebih kayak gitu sih kak.kayak hobi, seneng ini seneng itu, tapi nah.. bapak itu juga yang berteman-berteman, dia itu gampang berteman, aku juga kayak gitu. (Mw1:174-192) Selain itu, dalam hal kebutuhan finansial responden memandang bahwa ayahnya merupakan pribadi yang tidak pelit dalam hal memberi atau memenuhi kebutuhan responden sekalipun ayah bukan merupakan pendukung finansial utama dalam keluarga. Kebutuhan responden dipenuhi ayahnya tanpa diminta terlebih dahulu oleh responden. Hal tersebut ditunjukkan dari pernyataan responden sebagai berikut : Trus bapak itu sebenernya ngga pelit sama aku. tapi bapak yang nawarin dulu baru aku jawab. Aku bukan tipe orang yang minta. (Mw1:88-92) Di sisi lain responden memandang ayahnya kurang berperan sebagai pengontrol sehingga tidak terdapat aturan yang jelas di rumah yang diterapkan. Berikut merupakan pernyataan responden mengenai hal tersebut : Sebenernya aku tuh nggak pernah ngerti sebenernya di keluargaku tuh ada aturannya atau nggak, tapi ada beberapa hal yang aku tuh “mbok bapak tuh bilang jangan to” , aku pengen kayak gitu. Kalau ditanya bapak ngontrol apa aja, sebenernya nggak ada yang jelas, cuman negur aja. (Mw1 :316-326) b. Ketidaktersediaan Ayah Responden sangat jarang berkomunikasi dengan ayahnya karena jarang bertemu. Jarak tempat tinggal yang jauh dengan responden tidak memungkinkan mereka memiliki waktu lebih banyak untuk

44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersama. Hal tersebut tampak dari pernyataan responden sebagai berikut : Jarang kak. soalnya jarang ketemu. Paling sabtu minggu pas libur. Ni aja belakangan belum pulang. Paling lewat grup whatsapp keluarga. (Mw1:140-144) ehmm..pokoknya lebih kecil daripada intensitas pertemanan aku sama temen-temenku. Soalnya kan aku ya itu jarang ketemu, aku lebih sering sama temen-temen. (Mw2:195-200) ya kami jarang berkomunikasi kan, jadi ya menurutku nggak ada hubungannya dan ya masih baik-baik saja. Jarang banget loh kak itu berkomunikasi sampe jarang banget. (Mw3:417-423) Responden

juga

mengatakan

bahwa

ayahnya

hanya

berkomunikasi padanya untuk hal-hal yang menurut ayahnya penting untuk dibahas misalnya ketika ada masalah tertentu yang dialami oleh responden. Jadi tuh menurut bapak tuh kalo terbuka kalo aku tuh butuh banget penjelasan gitu loh kayak misalnya aku bikin masalah apa yang itu udah berkali kalo bapak diemin terus nggak bisa gitu loh. Itu sih kak, lebih ke hal-hal yang penting aja. (Mw3:364-372) Kalau ada problem. Terakhir kami berdiskusi tuh ya itu pas bapak ga bilang waktu itu kalau bapak nggak suka kalau aku pacaran sama orang yang bukan orang jawa. Udah gitu doang. (Mw2:305-311) Jadi sebenernya bapak tuh orangnya lebih sederhana dalam berbicara gitu loh , yang perlu diomongin ya diomongin, yang enggak ya enggak. beda sama ibu. (Mw3:373-378)

45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ayah juga dipandang sebagai figur yang jarang ada untuk membantu responden. Hal ini terlihat dari pernyataan responden seperti berikut : Selama ini itu, ya itu aku lebih seneng sama orang lain daripada sama keluargaku kak, karna bapak tuh jarang bantuin aku hehe. Cuman ya kayak bapak sering ngebiarin aku. (Mw2:263-269) c. Relasi dengan Ayah Responden mengatakan bahwa sifat ayah yang pendiam membuat responden merasa tidak nyaman untuk terbuka pada ayahnya khususnya dalam hal mengungkapkan perasaan atau pendapat. Berikut ini pernyataan responden terkait hal tersebut : Aku ngga ngerti ya kak, aku ngerasa ngga enak gitu, bapak juga kan orangnya pendiem mungkin karna ini si kak, kalo bapak sama ibu tu lain ya, bapak tu jarang ajak cerita juga. (Mw1:100-106) Selain itu, komunikasi responden dengan ayah yang sangat jarang membuat responden merasa semakin canggung pada ayahnya. Hal tersebut disebabkan karena perasaan takut akan penolakan dari ayah serta pandangan mengenai ayahnya yang tidak dapat memahami diri responden seperti pada pernyataan responden seperti berikut : Aku udah takut ditolak duluan, tertolak. Jarang.. Sebenernya aku merasa canggung itu, karna aku udah nggak pernah sharing lagi sama bapak. Orang itu kan semakin jarang sharing kan semakin canggung. (Mw3:479-486) Kenapa takut cerita ke bapak? Bapak tuh nggak paham. Ya kan ngga bisa dijelasin. Soalnya bapak kan ya apa, hidup sendiri. (Mw1:98-104)

46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Responden juga mengatakan bahwa terkadang ia tidak mematuhi dan cenderung cuek pada apa yag dikatakan ayah karena ia merasa tidak melihat adanya contoh seperti yang dinasehatkan ayahnya. Demikian pernyataan responden terkait hal tersebut : Misalnya gini ya kak bapak tuh udah bilang dek jangan gini, terus tapi aku tuh belum melihat contoh gitu loh, jadi aku nggak mau nurut-nurut. (Mw2:206-210) Ya aku cuek-cuek aja bapak mau bilang apa hehe. Kayak misalnya pulang ke rumah, ngikut acara gereja, dulu tuh waktu aku di SMA masih rada-rada peduli sekarang sih udah nggak terlalu. (Mw3:448-455) Responden

mengatakan

bahwa

sikap

acuhnya

terhadap

orangtuanya juga dikarenakan ia tidak menemukan perasaan damai di rumahnya dan menjadi takut tertolak ketika ingin bercerita. Hal tersebut terlihat pada pernyataan responden seperti berikut : Aku juga heran kenapa aku sekarang secuek ini terhadap keluarga ku kak soalnya aku merasa aku nggak menemukan kedamaian..di rumah. Soalnya rumah tuh bukan tempat aku bisa bercerita soalnya aku ngerti apa yang pengen dicerita udah tertolak duluan. (Mw3:487498) Responden berharap bahhwa ayahnya bisa menjadi figur yang bisa diajak berdiskusi, terbuka dan dapat memahami dirinya. Selain itu responden juga berharap ayahnya mampu menjadi figur yang mampu mengatur dirinya. Berikut merupakan pernyataan responden terkait hal tersebut : Aku tuh sebenernya kalau boleh jujur ya, sebenernya aku tuh nggak pernah ngerti sebenernya di keluargaku tuh ada aturannya atau engga, tapi ada beberapa hal yang aku tuh “mbok bapak tuh bilang jangan to”, aku pengen kayak 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gitu. Kalau ditanya bapak ngontrol apa aja, sebenernya nggak ada yang jelas, cuman negur aja.(Mw1:321-333)

Aku pengen bapak tuh bener-bener bisa diajak diskusi yang apa ya, yang terbuka gitu loh bukan ketika ada masalah atau ya kayak gitu. Aku pengen bapak tuh lebih memahami aja sekarang. (Mw1:336-342)

d. Relasi Ayah dan Ibu Dibandingkan dengan ayah, responden memandang ibunya sebagai figur yang berperan lebih dalam hal finansial dimana ibu sebagai pemenuh kebutuhan responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden seperti berikut : Bapak lebih kaya ngingetin tapi kalo soal perekonomian lain soalnya gaji bapak sama ibu tu jauh karna ibu kerja di kota juga kan, jadi ibu tu yang mbeliin macem-macem, kalau bapak tu lain. (Mw1:114-120) Responden juga mengatakan bahwa relasi antara ayah dan ibu respoden juga tertutup khususnya terhadap ayah jika mengalami masalah keluarga. Berikut adalah pernyataan responden terkait hal tersebut : Menurut aku tertutup ya kak, aku tuh sebenernya nggak terlalu menyukai kalau ada masalah yaudah bilang. (Mw1:285-288)

e. Awal Mula Perilaku Merokok Responden mulai aktif pada saat duduk di bangku SMA. Awal mula responden merokok aktif adalah karena keinginannya sendiri dan

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adanya lingkungan yang mendukung seperti pada pernyataan responden seperti berikut : Baik cewek ataupun cowok mereka ngerokok. Jadi padahal waktu aku kelas 3 SMP itu sebenernya aku udah berhenti ngerokok, soalnya udah apa ya, menurutku udah ngga nyaman gitu lho, cuman pas SMA jadi mau lagi karna anak club. (Mw1:23-32)

Ya selama nggak ada yang ngerti, why not. hehe dan aku juga masih seneng dan nggak masalah buat aku, itu nggak mengganggu apapun. Kalo aku sih kayak gitu kak. (Mw3:470:475) Perilaku merokok aktif yang mulai dilakukan responden membuat responden melakukan pelanggaran-pelanggaran selama di bangku SMA, seperti membolos dan membuat keterangan sakit palsu agar dapat mencari tempat khusus untuk merokok. Berikut pernyataan responden terkait hal tersebut : Aku tu jarang masuk sekolah, sampe aku liat rapotku dari kelas 1 sampai kelas 3, ternyata tu paling engga aku tu bisa 15 kali ngga masuk. Aku sering bikin surat keterangan sakit palsu gitu. karna selama aku itu kan aku cari tempat spot buat aku bisa ngerokok gitu lho. (Mw1:47-56)

Namun, di sisi lain responden mengatakan bahwa ia selalu mendapatkan perasaan nyaman atau lega setiap kali merokok dan merasa kurang nyaman jika tidak merokok. Hal ini seperti pada pernyataan responden berikut : Pokoknya itu kayak udah..udah..lega gitu loh. Udah lega aja sih. Kayak kalau nggak kayak gitu tuh nggak lega, nggak enak, kayak ada yang kurang. Kayak gitu sih. Kalo dulu, kalo pas lagi stres, lagi capek atau apa. Kalao skrg tuh kayanya di setiap waktu bisa. (Mw2:149-15)

49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut ini merupakan skema ringkasan dari tema-tema penjelasan di atas pada responden 1: Gambar 4.1 Skema Responden 1 Keterlibatan Ayah

Frekuensi Kehadiran Ayah

Peran Ayah

1. Jarang bertemu (Mw1:140-144, Mw2:195200,Mw3:417-423) 2. Hanya berkomunikasi jika dianggap perlu atau penting (Mw3:364-372, Mw2:305-311, Mw3:373:378) 3. Ayah jarang hadir untuk membantu (Mw2:263269)

1. Mengajarkan untuk bersosialisasi dengan orang lain (Mw1:174-192) 2. Memenuhi kebutuhan finansial (Mw1:88-92) 3. Hanya menegur tetapi tidak mengontrol (Mw1

:316-326)

Relasi dengan Ayah 1. 2. 3. 4.

Tertutup satu sama lain (Mw1:100-106) Takut ditolak ayah (Mw3: 479-486) Responden tidak patuh pada ayah (Mw2:206-210) Ayah dipandang sebagai figur yang tidak dapat memahami responden (Mw1:98-104)

Relasi Ayah dan Ibu

Lingkungan Teman

- Tertutup satu sama lain jika ada masalah.

- Sejak kecil hingga remaja bergaul dengan lingkungan perokok dan orang-orang yang jauh lebih dewasa.

50 Remaja Perempuan Perokok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Responden 2 a. Peran ayah bagi Responden Bagi responden, ayahnya merupakan figur yang bertanggung jawab dalam hal memenuhi kebutuhan keluarga termasuk dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan pernyataan responden seperti berikut : Kalo soal kebutuhan finansial kamu lebih ke siapa? Lebih ke papa, tapi ngomong ke mama dulu, kalau misalnya mama ada pasti mama ngasih, kalau nggak ada yaudah sama papa.(Cl1:207-213) Bertanggung jawab, emosian. Ya pokoknya papaku tuh emosian aja. Bertanggung jawabnya dalam hal memberi penghasilan. (Cl1:258-262)

Di sisi lain responden memandang bahwa ayahnya kurang mengikuti perkembangannya sejak kecil hingga remaja kecuali pada masa-masa tertentu seperti pada pernyataan responden berikut : Menurut kamu papa tahu nggak tentang perkembangan kamu selama sekolah? Nggak tahu. Papa tahu tuh waktu SMP aja soalnya waktu SMP itu nggak tahu kenapa aku ngerasa ditekan gitu loh. Mungkin oh mungkin papa jaga aku banget gitu. Jadi ya aku ngerasanya papa ngerti perkembanganku ya waktu SMP aja. (Cl1:179-190)

b. Frekuensi Kehadiran Ayah Responden mengatakan bahwa ia sangat jarang menghabiskan waktu bersama ayahnya karena pekerjaan ayahnya yang memiliki jam

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kerja yang tidak menentu dan cenderung pulang larut malam. Hal ini seperti pernyataan responden berikut : Apa ya..jarang ada waktu sih buat bareng-bareng karna papa kerja dari pagi, itu ya dari jam 8..9 lah sampe malam, ada kan sama adek, trus ntar jam 11 papa pergi sampe pagi, gitu. Tapi yang jam 11 sampai setengah 12 itu pasti nongkrong. (Cl1 96-103) Berarti jarang banget ya bareng papa? Jarang banget. Kalo papa lagi nonton tv nah itu pasti, nonton tv dan nggak megang hp nah itu baru aku ngobrol. (Cl1:155160) Papaku tuh sukanya keluar malem trus keluar malemnya keluar malem nggak jauh tapi cuma di angkringan deket gang rumah. Itu yang bikin mamaku sama papaku sering ada masalah. (Cl2:268-275) Ayah juga dipandang sebagai figur yang selalu sibuk sendiri sekalipun ada bersama-sama dengan responden seperti pada pernyataan berikut : Trus kadang papaku nih sibuk sendiri sama gadgetnya. Bukan buka BBM, instagram tapi bukanya baca berita itu loh. Papa tuh sadar kalo tiap harinya papa tuh nggak selalu nonton tv jadi papaku tuh keluar terus itu loh, sekalinya papa pulang pasti papa tidur dan tv tuh dipake sama adekku. Jadi dimanapun papa ada,kalopun dia juga baru liburan atau main bareng di luar pasti papa bukanya detik.com buat liat berita kecuali kalau nggak ada signal.(Cl2 300-315)

c. Relasi dengan Ayah Responden merasa bahwa ia tidak memiliki hubungan yang intim atau dekat dengan ayahnya karena jarang bersama dan berkomunikasi satu sama lain. Berikut adalah pernyataan responden terkait hal tersebut: 52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Biasa aja. Ya..biasa aja sih..nggak pernah ada intim ngomong serius sama papa tuh nggak ada. Paling cuma ngobrol masalah sehari. (Cl2 318-322) Responden juga merasa bahwa ayah merupakan pribadi yang acuh terhadap masalah pribadi responden sehingga responden memilih untuk tidak terbuka pada ayah. Demikian pernyataan responden : Pasti papa tanya gimana aku di jogja dan aku ngomong itu nggak selengkap seperti aku ngomong sama mama. Cuma ngomong “Yaudah, biasa aja pa” Soalnya aku mikirnya aku ngomong sama papaku juga percuma, papa tuh gimana ya, acuh tak acuhlah. Cuek. (Cl1:160-170) Menurut responden, ayahnya merupakan figur yang emosional dan cenderung tidak berpikir panjang untuk marah seperti pada pernyataan responden berikut : Papa itu kan emosian, keras juga kan soalnya opaku tentara. Jadi didiknya kan keras jadi papa nggak bisa mikir panjang, pasti langsung emosi, langsung marah gitu dia. (Cl1:171-178) Ya pokoknya papaku tuh emosian aja. (Cl1:259-260) d. Relasi ayah dan Ibu Responden memandang bahwa relasi antara ayah dan ibunya pun cenderung tertutup. Orangtua responden sering bertengkar dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut tampak pada pernyataan responden sebagai berikut : Ya mama juga gimana yaa...kalau sama papa juga nggak bisa terbuka. Kalo misalyna mamaku sakit nggak langsung ke papa. Itu kalao papa lagi peka banget itu pasti papa nanyain kenapa. (Cl1:241:247) Gimana cara mama dan papa menghadapi masalah? Pasti nyeleseinnya pake marah-marah. Dan aku tahu, aku 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ngerti mereka marah-marah itu karna emang udah banyak banget yang dipendem itu loh kak. (Cl1:248-255)

e. Awal mula perilaku merokok Sejak SMA, responden sudah bergaul dengan teman sebaya yang juga perokok dan peminum serta memiliki masalah-masalah keluarga. Responden mulai aktif merokok ketika kelas 1 SMA karena melihat teman-teman lain juga pada saat itu terbuka untuk merokok. Berikut pernyataan responden : Kelas 2 SMA baru..kan aku kenal juga kan sama temen sekolahku, kan dia ngekos kan, masih SMA tapi dia udah ngekos gitu loh..ngekosnya itu di samping sekolahan dan dia emang anak malam gitu loh kak. cewek, dia minum juga dia ngerokok juga, brokenlah, dia anak broken home. Sampe akhirnya kita berlima itu minum di kosnya dia, terus sekali itu pertama kali trus minum itu baru berulang kali sampe akhirnya dia baru jujur, aku tuh masih mikir masa aku jujur sama mereka kalau aku ngerokok gitu kan, sampe akhirnya yang punya kos ini dia jujur dia itu ngerokok, trus dia ngeluarin sampe akhirnya aku yaudah aku jujur, aku juga ngerokok. (Cl1:23-45)

Responden mengatakan bahwa ketika ia mulai menjadi perokok aktif, ia merasa tidak terdapat relasi yang berarti dengannya terkait perilakunya merokok. Hal ini terlihat dari pernyataan responden sebagai berikut: Biasa aja, layaknya aku sebelum merokok. (Cl2: 351-352)

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut ini merupakan skema ringkasan dari tema-tema penjelasan di atas pada responden 2 : Gambar 4.2 Skema Responden 2 Keterlibatan Ayah

Frekuensi Kehadiran 1. 2. 3.

Peran Ayah

Jarang bertemu (Cl1:155-160, Cl2:268-275) Jarang berkomunikasi sekalipun sedang bersama (Cl2:300-315) Hanya menanyakan ketika responden menangis (Cl2:284-298)

1. Memenuhi kebutuhan finansial (Cl1:207-213) Cl1:258-262)

Relasi dengan Ayah 1. 2. 3.

Tertutup satu sama lain (Cl1:160-170, Cl2:318-322) Ayah acuh (Cl1:160-170) Ayah emosional (Cl1:171-178, Cl1:259-260)

Relasi Ayah dan Ibu -

Lingkungan Teman

Ibu tertutup pada ayah Sering bertengkar dalam menyelesaikan masalah -

- Sejak SMA hingga remaja bergaul dengan lingkungan perokok peminum minuman alkohol.

55 Remaja Perempuan Perokok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Responden 3 a. Peran ayah bagi Responden Responden memandang ayahnya memiliki peran sebagai pemenuh kebutuhan finansial keluarga. Kalo untuk kebutuhan finansial Vf sama siapa? Sama papa. (Vf1:390-392)

Selain itu, responden juga mengatakan bahwa ayahnya merupakan figur yang mengajarkan responden untuk mampu mengatasi rasa takut terhadap sesuatu. Aku tuh sukanya sama papa gini,ngajarin kalo kamu tuh harus berani gitu loh. Dulu kan aku nggak suka sama rumput, nggak mau injak rumput. Nah tapi kan ikut papa ke hutan, awalnya kan digendong papa terus. Trus papa ngomong, kalo kamu kayak gini terus papa kan capek, trus ya kasian, trus yaudah aku turun. (Vf1:346-356) b. Frekuensi kehadiran ayah Semenjak orangtua responden bercerai, responden semakin jarang bertemu dengan ayahnya karena terpisah tempat tinggal. Namun, responden menjadi sering berkomunikasi dengan ayahnya melalui media komunikasi : Sejak kapan udah nggak tinggal serumah? Kalau nggak serumah itu udah sejak pindah ke dili itu udah ngga, kelas 3. Itu papa bolak balik karna ada studi. Kalau sekarang? Kalo skarang papa udah di Dili, ke sini kalao liburan. (Vf1:197-205)

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Relasi dengan Ayah Sejak kecil, responden memiliki hubungan yang kurang baik dengan ayahnya dikarenakan gaya pengasuhan ayah yang dipandang otoriter dan menekan sehingga menimbulkan sikap yang memerontak dari responden. Berikut merupakan pernyataan responden terkait hal tersebut: Tapi kalau papa itu malah ketat banget, kamu nggak boleh ini..ini..jadi kadang ih diatur-atur terus. Aku dan adikadik itu anak-anak yang suka berontak. (Vf1:240-244) Dia itu kepala keluarga ya kepala keluarga, Cuma kadang gini loh, dia itu terlau neken keluarganya, jadi keluarganya nggak bisa percaya sama dia. Mau terbuka sama dia tuh nggak dan dia orangnya juga keras jadi pada takut kayak adekku itu mereka tuh anter papa kalao pas bayarin, kalau untuk yang lain itu mereka nggak berani. (Vf1:322-334)

Semenjak SMA, responden menjadi semakin dekat dengan ayahnya karena sikap ayah yang mulai terbuka pada responden. Hal ini terlihat dari pernyataan responden sebagai berikut : Gimana ceritanya Vf deket sama papa? Kan papa udah beda kota. Aku tuh mulai deket sama papa sejak papa cerita sama aku pas SMA. Selama ini Aku liatnya papa tuh orangnya tegas, papa kan orangnya gede, tinggi. Tapi waktu itu aku tuh liat papa tuh nangis, sampe aku tuh ih ya ampun aku jahat banget sama papa. Nggak pernah yang namanya peluk papa, ya disitu baru peluk papa. (Vf1:245-258)

d.

Awal mula perilaku merokok Responden memulai perilaku merokok sejak kelas 3 SD ketika ia melihat ibunya sedang merokok dan lalu meminta ibunya untuk ikut

57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merokok. Responden mulai aktif merokok saat kelas 5 SD karena melihat teman-teman lain yang juga merokok. Berikut merupakan pernyataan responden terkait hal tersebut : Mama aku kan ngerokok. Trus aku tuh mau nyobain rokok tuh SD kelas 3. Mama lagi ngerokok, trus nanya “ma, enak po? Aku mau nyoba” Trus ya itu mama bilangnya coba, tapi ya itu kan sekedar nyoba, masih batuk lah apalah. Trus nggak ngerokok sampe SD kelas 5, ketemu temen-temen itu, mulai coba-coba lagi. Nah mulai dari situ nggak lepas

Responden menerima teguran yang keras dari ayahnya ketika ketahuan merokok. Hal ini terlihat dari pernyataan responden seperti berikut : Jadi dulu pas mau masuk SMP hari pertama, trus papa tuh bilang papa habis rokok, trus aku bilang beli aja, trus papa kehabisan uang , trus aku bilang yaudah di lemariku ada rokok, trus malah dimarahin, loh orang nenek kemarin bilang nggak apa-apa, trus kata papa itu kan nenekmu, papa nggak mau kamu ngerokok. Mama juga nggak apa-apa kok aku ngerokok. Papa bilang ya mereka nggak tau. Jadi aku sejak itu nggak mau ngomong sama apa lagi.

Namun, semenjak relasi responden dengan ayahnya semakin dekat, ayahnya tidak lagi memarahi dan cenderung membiarkan responden ketika ia

merokok. Berikut merupakan pernyataan

responden terkait hal tersebut : Papa mama tahu kan Vf ngerokok? Tau Nggak marah? Nggak tahu kenapa, belakangan ini papa cuek banget gitu loh sama apa yang aku lakuin dan nggak marah tuh, ya sama. Mungkin dia mikirnya udah kuliah, udah besar.

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut ini merupakan skema ringkasan dari tema-tema penjelasan di atas pada responden 3 : Gambar 4.3 Skema Responden 3 Keterlibatan Ayah

Peran Ayah

Frekuensi Kehadiran

1. Memenuhi kebutuhan finansial 2. Figur yang mengajari untuk mengatasi rasa takut. 3. Ayah otoriter, sering memarahi, cenderung keras

1. Jarang bertemu 2. Sering berkomunikasi melalui media komunikasi

Relasi dengan Ayah 1. Responden menjadi semakin tertutup ketika ayahnya mengetahui bahwa ia merokok. 2. Menjadi semakin dekat semenjak ayah terbuka dan tidak terlalu mengekang.

Relasi Ayah dan Ibu 1. 2.

Sering bertengkar jika pergi bersama Telah berpisah tempat tinggal sejak responden masih kecil.

Lingkungan Teman - Sejak SD bergaul dengan perokok dan peminum alkohol

Remaja Perempuan Perokok

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.6 Kesimpulan Analisis Tiga Responden Tema

Responden 1

1. Memenuhi kebutuhan finansial.

Peran Ayah

1. Memenuhi kebutuhan finansial. 2. Mengajarkan untuk bersosialisasi dengan orang lain.

1. Memenuhi kebutuhan finansial 2. Figur yang mengajari untuk mengatasi rasa takut.

1. Jarang bertemu . 2. Hanya berkomunikasi jika dianggap perlu atau penting. 3. Ayah jarang hadir untuk membantu 1. Tertutup satu sama lain. 2. Takut ditolak ayah. 3. Responden tidak patuh pada ayah. 4. Ayah dipandang sebagai figur yang tidak dapat memahami responden.

1. Jarang bertemu. 2. Jarang berkomunikasi. 3. Hanya menanyakan ketika responden menangis.

1. Jarang bertemu. 2. Sering berkomunikasi melalui media komunikasi.

1. Tertutup satu sama lain. 2. Ayah acuh. 3. Tidak berinteraksi intim sekalipun bersama. 4. Figur yang ditakuti di rumah.

1. Tertutup satu sama lain jika ada masalah.

- Ibu tertutup pada ayah. - Sering bertengkar dalam menyelesaikan masalah.

1. Sejak kecil hingga remaja bergaul dengan lingkungan perokok dan orang-orang yang jauh lebih dewasa.

1. Sejak SMA hingga remaja bergaul dengan lingkungan perokok peminum minuman alkohol.

1. Ayah otoriter, sering memarahi, cenderung keras. 2. Responden menjadi semakin tertutup ketika ayahnya mengetahui bahwa ia merokok. 3. Menjadi semakin dekat semenjak ayah terbuka dan tidak terlalu mengekang. 1. Sering bertengkar jika pergi bersama. 2. Telah berpisah tempat tinggal sejak responden masih kecil. 1. Sejak SD bergaul dengan perokok dan peminum alkohol.

Frekuensi Kehadiran

Relasi dengan ayah

Relasi ayah dan ibu

Lingkungan teman

Responden 2

60

Responden 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, terdapat gambaran keterlibatan ayah yang beragam dari setiap responden. Keterlibatan ayah dapat dilihat dari tiga aspek yakni peran ayah, frekuensi kehadiran ayah, dan relasi dengan ayah. Aspek lain yang muncul yaitu relasi ayah dengan ibu dan lingkungan pertemanan. Secara umum, remaja perempuan perokok memandang ayah mereka memiliki keterlibatan yang rendah dalam pengasuhan. Hal tersebut digambarkan melalui tema-tema yang muncul dalam wawancara yakni peran ayah yang minim, frekuensi kehadiran ayah yang rendah, dan relasi dengan ayah yang dipandang tidak akrab. Aspek-aspek lain juga muncul sebagai faktor pendukung yakni lingkungan teman dan relasi antara ayah dan ibu. Dari ketiga aspek keterlibatan ayah, responden dalam penelitian ini cenderung menilai keterlibatan ayah dari frekuensi kehadiran. Kemudian frekuensi tersebut mempengaruhi relasi responden dengan ayah. Di samping itu, pandangan responden mengenai peran ayah juga ikut mempengaruhi relasi responden dengan ayah. Upaya untuk menjalankan peran ayah yang paling banyak muncul dan menetap dari ketiga responden adalah sebagai pendukung kebutuhan finansial keluarga, dimana ayah lah yang memastikan kebutuhan keluarga terpenuhi termasuk kebutuhan responden. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hidayati, dkk (2011) yang menyatakan tugas ayah di dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah, sementara ibu mendidik anak. Ayah berperan sebagai

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

economic provider untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan melakukan aktivitas mencari nafkah, bahkan juga kerja sampingan di hari libur kerja. Terdapat peran lain yang dilakukan oleh ayah pada responden pertama dan ketiga diantaranya ayah sebagai figur yang mengajarkan untuk menghadapi dunia sosial bagi responden pertama dan ayah sebagai figur yang mengajarkan untuk menghadapi perasaan takut bagi responden ketiga. Namun, hal tersebut tidaklah bersifat menetap, tetapi hanya dialami di masa perkembangan tertentu saja yakni ketika masa kanak-kanak. Peran ayah yang hanya dominan pada tugas mencari nafkah membawa dampak tersendiri bagi para responden khususnya responden pertama dan kedua. Mereka merasa tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama. Hasil tersebut didukung oleh pernyataan Mason dan Kuhlthau (dalam Eshleman, 2003: 350), ketika ayah hanya berperan dalam economic provider saja, maka keluarga khususnya anak akan kehilangan sosok ayah atau Fatherless Generation. Peran ayah yang fokus dalam mencari nafkah dan menghabiskan banyak waktu diluar rumah membuat interaksi dengan anak menjadi berkurang. Kesibukan ayah dalam bekerja membuat responden pertama dan kedua memandang bahwa ayah jarang hadir bagi mereka untuk berdiskusi dan hanya membantu dalam hal-hal tertentu saja yang dianggap penting. Selain itu, sikap ayah yang tertutup atau cenderung cuek juga semakin mendukung pandangan mereka bahwa ayah jarang hadir sebagai figur yang membantu bahkan memahami diri mereka. Pandangan responden pertama dan

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kedua sesuai dengan pernyataan Mason dan Kuhlthau (dalam Eshleman, 2003: 350) yang menyatakan bahwa ayah seringkali dianggap tidak penting dalam proses pengasuhan karena ayah cenderung terlalu sibuk, dan acuh tak acuh. Frekuensi kehadiran ayah yang tergolong minim pada responden pertama dan kedua membuat mereka memiliki sikap tertentu terhadap ayah antara lain menjadi tertutup dan cenderung tidak patuh kepada ayah. Pada responden pertama, sikapnya yang tertutup muncul karena adanya ketakutan akan penolakan dari ayah, sedangkan responden kedua merasa tidak penting untuk terbuka pada ayahnya yang tidak peduli. Berbeda dengan repsonden ketiga, dimana ia menjadi tertutup kepada ayahnya karena sikap ayah yang sangat otoriter dan mengekang. Sikap tertutup ketiga responden ini sesuai dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa hubungan yang negatif dengan orangtua membuat anak-anak muda kurang mampu berbagi pendapat akan isu-isu sosial yang sedang dialami dan lebih menghargai persetujuan (Offer, Ostrov & Howard, 1989 dalam Papalia). Dalam memandang relasi antara ayah dan ibu, responden pertama dan kedua menilai bahwa relasi ayah dan ibu cenderung tertutup satu sama lain. Responden pertama memandang bahwa ia tidak pernah melihat orangtuanya bermasalah karena kedua orangtuanya terlihat tertutup satu sama lain sedangkan orangtua responden kedua dan ketiga sering bertengkar jika sedang bersama atau sedang menghadapi masalah. Relasi orangtua yang tertutup membawa dampak tersendiri bagi responden pertama, dimana ia

63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merasa bahwa tidak lagi menemukan kedamaian di rumah, dan memandang bahwa rumah tidak lagi menjadi tempat baginya untuk bercerita. Sejak SMP, ketiga responden telah berada dalam pergaulan dengan teman-teman yang perokok dan peminum alkohol. Hal tersebut membuat mereka merasa bahwa pemandangan itu sudah biasa bagi mereka. Relasi yang tertutup dan tidak dekat dengan ayah pada saat itu, membuat responden memandang bahwa lingkungan memiliki peran yang cukup besar bagi mereka khususnya dalam hal pergaulan. Secara khusus, pada responden pertama memandang ayahnya sebagai figur yang kurang berperan sebagai pengontrol di keluarga dan hanya sekedar menegur saja jika responden melakukan kesalahan. Hasil tersebut bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa ayah memiliki peran sebagai pelindung dari resiko atau bahaya dan memiliki peran untuk memantau serta menegakkan aturan disiplin yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh ibu (Hart, 2002). Ketiga responden mulai menjadi perokok aktif ketika mereka melihat teman-teman mereka yang lain merokok. Hal tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan ayah mereka pada saat itu. Jarak yang jauh dari ayah sebagai figur otorita dan relasi yang kurang dekat juga semakin memungkinkan mereka untuk tetap merokok aktif. Hasil tersebut didukung dengan teori mengenai remaja perokok yang mengatakan bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang cenderung tidak memperhatikan anakanaknya, memiliki kontrol yang kurang lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding mereka yang dibanding mereka yang berasal dari lingkungan

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

rumah tangga yang harmonis (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999:292). Secara khusus terhadap peran ayah, Hart (2002) mengemukakan pentingnya peran ayah terhadap pergaulan remaja dimana semakin besar perhatian ayah dalam pengasuh pada anak, semakin mungkin ayah mengetahui lebih banyak tentang teman-teman anak sehingga semakin besar pula dampaknya terhadap kehidupan remaja dalam menjaga pergaulan agar tidak melakukan perilaku yang berisiko seperti merokok. Meski sang ibu juga memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang sama, namun ketika sang ayah yang memberi nasihat akan berdampak dua kali lipat.

65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari ketiga responden, keterlibatan ayah dalam pengasuhan bagi responden dinilai cukup rendah. Hal ini didominasi dengan pandangan mengenai frekuensi kehadiran dan upaya ayah untuk menjalankan peran yang minim. Relasi dengan ayah yang tidak dekat, hangat maupun intim cenderung disebabkan dari peran dan frekuensi bertemu yang kurang. Beberapa hal yang menyebabkan minimnya frekuensi bertemu dan peran ayah adalah pekerjaan ayah yang terlalu sibuk, sikap atau karakter ayah yang tertutup dan cuek. Bahkan ayah juga cenderung dipandang sebagai figur yang tidak dapat memahami diri anak serta kurang mampu menjadi figur yang mengontrol sebagai kepala keluarga. Ketiga responden mulai merokok secara aktif karena lingkungan pertemanan mereka mendukung perilaku tersebut. Sejak SMP, mereka telah bergaul dengan teman-teman yang merokok bahkan minum minuman alkohol. Pandangan mengenai keterlibatan ayah yang kurang membuat ketiga responden menilai bahwa lingkungan memiliki peran lebih besar untuk melakukan perilaku merokok. Hal tersebut karena tidak terdapat kontrol yang tepat sehingga mereka cenderung lebih bebas

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam hal bergaul dan melakukan tindakan-tindakan yang membuat mereka nyaman.

B. SARAN 1. Bagi Ayah Berdasarkan

hasil

penelitian,

peran

keterlibatan

ayah

memberikan kontribusi yang cukup penting dalam pengasuhan anak terutama pada masa perkembangan remaja. Oleh karena itu, ayah diharapkan dapat memberi perhatian khusus pada pengasuhan baik itu dari segi waktu yang dihabiskan bersama, tugas atau tanggung jawab sebagai figur otorita dan juga dalam membangun relasi yang hangat, dekat maupun akrab dengan anak. Hal tersebut dapat meminimalisir

perilaku-perilaku

berisiko

bahkan

perilaku

menyimpang terjadi pada remaja. 2. Bagi Ayah dan Ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi ayah dengan ibu yang baik akan sangat mendukung perkenbangan anak ke arah yang positif. Sebaliknya, jika ibu pun kurang mampu menjadi figur yang menopang peran ayah yang minim, maka perkembangan anakpun cenderung akan menjadi pincang. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Pada penelitian ini, peneliti kurang mampu menggali data secara mendalam khususnya data dari significant other masing-masing

67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

responden dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan teknik triangulasi data secara lengkap dan mendalam. Responden dalam penelitian ini memiliki latar belakang keluarga yang cukup berbeda satu sama lain sehingga menghasilkan banyak topik yang terkait cukup beragam misalnya latar belakang orang tua bercerai. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti topik keterlibatan ayah dengan mempertimbangkan latar belakang keluarga responden. Selain itu, penelitian ini tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan ini terbatas pada remaja perempuan merokok sebagai responden penelitian. Oleh karena itu, peneliti berikutnya dapat memilih kriteria responden yang lebih bervariasi, seperti remaja pengguna obat-obatan, pekerja seks komersial, maupun remaja dengan perilaku-perilaku negatif lainnya.

68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Sri. (2009). Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak (Paternal Involvement) : Sebuah Kajian Teoritis. Universitas Mercu Buana Yogayakarta. Andayani & Koentjoro. (2004). Psikologi Keluarga: Peran Ayah Menuju Coparenting. Yogyakarta: Citra Media. Allen, S., & Daly, K. (2007). The effects of father involvement: an updated research summary of the evidence inventory. Guelph, Ontario: Centre for Families, Work & Well-Being, University of Guelph. Anderson, P.M. (2014). An exploratory study of adolescent pimping relationship. Springer Science Business Media New York, Volume 35, 113-117. Anselm, Strauss, Juliet Corbin. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Aritonang, M.R. (1997). Fenomena wanita merokok. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. BKKBN. 2010. 800 Ribu Remaja Lakukan Aborsi Tiap Tahun. Jakarta: BKKBN. BPS. Chaplin, J. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah : Kartini Kartono. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Coley, R. L., Votruba-Drzal, E., & Schindler, H. (2009). Fathers’ And Mothers’ Parenting Predicting And Responding To Adolescent Sexual Risk Behaviors. Child Development, 80, 808827. Creswell,

J.

W.

(1998).

Qualitative

inquiry

and

research

choosing among five tradition. London : Sage Publication. Daradjat, Zakiyah. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

69

design

:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dedy, Susanto. (2013). Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, kemampuan coping, dan resiliensi remaja. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Vol.1 (2), 101113 Dirjen P2PL Kemenkes RI. (2011). Laporan Kasus HIV-AIDS di Indonesia Dubowitz, H., Black, M.M., Cox, C.E., Kerr, M.A., Litrownik, A.J., Radhakrishna, A., English, D.J.,Wood Schneider, M. & Runyan, D.K. (2001). Father Involvement and Children’s Functioning at Age 6 years: A Multisite Study. Child Maltreatment, 6, 300309. Fatmawati.

(2006).

Materi

Bahaya

Rokok

untuk

Kurikulum

Sekolah

,http://www.sinarharapan.co.id/berita/0609/15/opi01.html. Garbarino, J. & Benn, J. L. (1992). The Ecology of Childbearing and Child Rearing. Dalam Garbarino, J. (ed) 1992. Children and Families in The Social Environment, 2nd ed. New York: Aldine de Gruyter. Golombok, S., & Fivush, R. (1994). Gender development. New York: Cambridge University Press. Gottman, J. & Declaire, J. (1997). The Heart of Parenting: How to Raise an Emotionally Intellegent Child. London: Bloomsbury Publishing Plc Gunarsa, S.D. & Gunarsa, Y.S. (1991). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Dagun, S.M. (1990). Psikologi Keluarga: Peranan Ayah Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Hadi, S. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Offset. Hart, J. (2002), The Importance of Fathers in Children's Asset Development. http://fairfield.osn,edu/parent/parentparth june17.htm/.

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hawkins, J.A.,& Palkovitz, R. (1999). Beyond ticks and clicks: the need for more diverse and broader conceptualizations and measures of father involvement. The Journal of Men’s Studies. Vol.8.11-32 Inayati, (1995, Juli 14). Peran Ganda Seorang Ayah. Kartini no.548. Kartono, K. (2011). Patologi Sosial. Jakarta: PT.Radja Grafindo Persada. Lamb, M.E. (1992). The Role of The Father In Child Development. Second edition. New York: John Wiley and Sons. Lamb, M.E., Pleck, J.H., Charnov, E.L., & Levine, J.A. (1987). A Biosocial Perspective on Paternal Behavior and Involvement. In J. Lancaster, J. Altmann, A. Rossi & L. Sherrod (Eds.), Parenting Across the Lifespan: Biosocial Dimensions (pp. 11-142). Hawthorne, NY: Aldine de Gruyter. Leaper, Campbell (2002). Parenting Girls and Boys. In M. Bornstein (Ed.), Handbook of Parenting (2nd ed., Vol. 1, 383–418). Hillsdale, NJ: Erlbaum. Maharani & Andayani. (2003). Hubungan antara dukungan sosial ayah dengan penyesuaian sosial pada remaja laki-laki. Jurnal Psikologi, No.1, 23-35 McBride, B.A., Schoppe, S.J.& Rane, T.R. (2002). Child characteristics, parenting stress, and parental involvement: fathers versus mothers. Journal of Marriage and the family, 64, 998-1011. McLeich. (1986). Behaviorisme Sebagai Psikologi Modern. Bandung : Tarsito Moleong, L. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Monks, dkk. (1994). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: University Press NY: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Muliati (2009). Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak (Parental Involment): Sebuah Tinjauan Teoritis. Universitas Mercu Buana Yogyakarta. 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Papalia. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia Edisi Keduabelas. Jakarta:Penerbit Salemba Humanika. Papalia, D.E; S.W & Feldman, R. D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) (terjemahan). Jilid 1, edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

.

Puspitarani. (2013). Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Jarak Jauh Remaja. Prosiding Seminar Nasional Parenting. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Santrock, John W (2003). Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Sarkadi, A., Kristiansson, R., Oberklaid, F., Bremberg, S., (2007). Father’s involvement and children’s development outcomes : a systematic review of logitudinal studies. Journal Compilation : Acta Paediatrica. Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sarwono. (2000). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Schubotz, O., Rolston, B. & Simpson, A. (2004). Sexual Behaviour of Young People in Northern Ireland : First Sexual Experience. Critical Public Health, 14 (2); 177-190. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Smith, J. 2014. Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sooejoeti, Susanti Z. (2001). Perilaku seks di kalangan remaja dan permasalahannya. Media Litbang Kesehatan. Jurnal Volume XI Nomor 1 Tahun 2001.

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Syarifah, H., Widodo, P. B., & Kristiana, I. F. (2012). Hubungan Antar Persepsi Terhadap Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Dengan Kematangan Emosi Pada Remaja di SMA Negeri “X”. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Thomas, D. (2008). Paternal Involvement in Pre-School Readiness. Thesis. The Faculty of Humboldt State University (dipublikasi). Tim PKBI. (1999). Data Konseling Sahabat Remaja. Yogyakarta : Tim BKKBN. Trihandini RAFM dan Wismanto YB., 2003. Perilaku Merokok Mahasiswi Ditinjau dari Persepsi terhadap Gaya Hidup Modern. [Skripsi]. Semarang : Fakultas Psikologi-Universitas Katolik Soegijapranata. Wahyuningrum (2014). Peran Ayah (Fathering) Pada Pengasuhan Anak Usia Dini: Sebuah Kajian Teoritis. Weiss, J. W., Spruijt-Metz, D., Palmer, P. H., Chou, C.P., Jhonson, C. A. (2005). Smoking among adolescents in china: an analysis based upon the meaning of smoking theory. American Journal of Health Promotion, Vol 2.3: 08901171. Yuniardi, S. (2006). Persepsi Remaja Laki-Laki Dengan Perilaku Anti Sosial Terhadap Peran Ayah Dalam Keluarga: Penerapan Nilai Kearifan Lokal dalam Intervensi Permasalahan Keluarga. Temu Ilmiah Nasional IPPI V. Yusuf,

Syamsu.

(2006).

Psikologi

Perkembangan

Bandung:Rosda.

73

Anak

dan

Remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1 Verbatim Wawancara 1 Responden 1 (Mw1) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Verbatim I : Coba ceritain tentang kondisi keluargamu? Mw : Aku jarang bareng sama bapak ibu, jadi pergaulannya nggak terkontrol, dari kecil emang. Cuma karna aku dari kecil itu udah terbiasa bergaul sama yang orang-orang dewasa, jadi dari mungkin. Hmmm ..kayak ga cocok gitu. Harusnya anak kecil gabung sama anak kecil tapi ini malah sama yang udah gede-gede, bener-bener jauh gede dari aku. Kadang-kadang kalau ketemu sama tementemenku agak beda. Makanya sampai sekarang aku lebih suka gabung sama yang dewasa dari aku. Bisa 10-15 tahun. Tapi aku tuh kan karna ibu masih kerja sampe malam. Sekarang ibu udah rajin sms, hubungi.Tapi aku sendiri tuh kalo di kulonprogo cuma sama eyangku. Aku mulai 1 SMA mau pindah ke jogja, soalnya katanya deket sampe kuliah. Jadi makin nggak bisa diawasin. I : Gimana pengalaman kamu selama SMA? Mw : SMA kan karna aku juga aktif di sekolahan, kan sekolahku di Stece, nah waktu itu ibu aku di rumah, papa aku tu di pemalang, soalnya mereka 75

Ringkasan Responden jarang menghabiskan waktu bersama orangtuanya sejak kecil.

Interpretasi Jarang berkomunika si dengan orangtuanya sejak kecil.

Tema Relasi dengan keluarga.

Pergaulan semakin tidak terkontrol semenjak berpisah dari orangtuanya saat masuk SMA.

Lingkungan semakin bebas ketika berpisah dengan orangtua.

Lingkungan teman

Awal mula menjadi perokok aktif

Dinamika perilaku merokok.

Sering bergaul dengan orang yang lebih dewasa sejak kecil.

P1 mulai merokok lagi ketika SMA karena pengaruh teman-teman klub.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

sempet ngenalin aku sebuah komunitas, komunitasnya tu kaya alam-alam gitu. Baik cewek ataupun cowok mereka ngerokok. Jadi padahal waktu aku kelas 3 SMP itu sebenernya aku udah berhenti ngerokok, soalnya udah apa ya, menurutku udah ngga nyaman gitu lho, cuman pas SMA jadi mau lagi karna anak club. I : Seberapa itu berpengaruh buat studi W? Mw : Kalo aku tu ngga berpengaruh banget. Lebih ke ini sih kak, informasi, soalnya aku tu suka ya bergaul sama banyak orang. Dulu di SMA tu identik pengen jadi hits gitu lho kak. Aku, karna aku ngerasa aku ngga punya temen di sekolah, aku makanya aku cari tempat. Jadi pergaulanku tu cuma buat hits doang. I : Gimana pengalaman kamu selama di sekolah? Mw : Aku tu jarang masuk sekolah, sampe aku liat rapotku dari kelas 1 sampai kelas3, ternyata tu paling engga aku tu bisa 15 kali ngga masuk. Aku sering bikin surat keterangan sakit palsu gitu karna selama aku itu kan aku cari tempat spot buat aku bisa ngerokok gitu lho. I : Gimana kamu memandang figur ayah ibumumu? Mw : Bapak ibu tu orangnya saklek gitu lho. Apa ya kayak kaku

76

Keterlibatan P1 dalam komunitas adalah untuk menjadi orang yang tenar.

Keinginan untuk menjadi tenar

Lingkungan teman.

P1 jarang masuk kelas dan sering membuat surat keterangan sakit palsu. Dalam beberapa kesempatan itu ia berusaha untuk mencari tempat yang pas untuk merokok. Orangtua merupakan pribadi yang cenderung kaku

P1 melakukan pelanggaran agar dapat merokok di tempat tertentu.

Dampak merokok

Orangtua sebagai figur yang kaku dalam hal

Pandangan tentang orangtua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115

gitu. Mereka cuma pengen dengar apa yang mereka pengen dengar gitu lho. apa ya, kaya aku udah kuliah, aku ngga bisa cerita tentang pacar gitu, selalu dialihkan gitu lho. I : Kalo ibu gimana? Mw : Kalo Ibu lebih terbuka menurutku dulu kan aku sempet ngga deket sama ibu karna ibu kan kerja sampe sore. I : Apa lagi tentang ayah? Mw : Kalau bapak itu sebenernya paling baik menurutku. Cuma aku paling ngga pernah punya keberanian untuk ngomong langsung. soalnya tu, nggatau si, aku tu terlalu takut duluan kalau ngomong sama bapak gitu si. I : Kenapa takut cerita ke bapak? Mw : Bapak tu ngga paham. Ya kan ngga bisa dijelasin. Soalnya bapak kan yaa, apa, hidup sendiri.Akhir-akhir ini baru lagi baik. I : Ada lagi tentang bapak? Mw : Trus bapak itu sebenernya ngga pelit sama aku. tapi bapak yang nawarin dulu baru aku jawab. Aku bukan tipe orang yang minta. Baru kalau mereka nanyain ke aku butuh apa, nah, kamu mau baju? Kalau ya yauda dibeliin, setelah itu aku baru mau. I : Kenapa harus tunggu

77

dalam hal mendengarkan.

mendengarka n.

Ibu sebagai pribadi yang lebih terbuka.

Ibu sebagai pribadi yang lebih terbuka.

Pandangan tentang ibu.

Takut untuk menyampaikan secara langsung kepada ayahnya.

Takut untuk menyampaik annya secara langsung.

Relasi dengan Ayah

Ayah figur yang tidak dapat memahami P1.

Ayah figur yang tidak dapat memahami P1.

Relasi dengan Ayah

Ayah dipandang sebagai figur yang memenuhi kebutuhan P1.

Ayah dipandang sebagai figur yang memenuhi kebutuhan P1.

Peran ayah.

Perasaan tidak

Perasaan

Relasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152

ditawarin dulu? Mw : Aku ngga ngerti ya kak, aku ngerasa ngga enak gitu, bapak juga kan orangnya pendiem mungkin karna ini si kak, kalo bapak sama ibu tu lain ya, bapak tu jarang ajak cerita juga karna ibu juga kerjanya sering berinteraksi sama banyak orang sedangkan bapak itu kan guru dan di desa juga. I : Gimana menurutmu pembagian peran antara bapak dan ibu? Mw : Bapak lebih kaya ngingetin tapi kalo soal perekonomian lain soalnya gaji bapak sama ibu tu jauh. karna ibu kerja di kota juga kan, jadi ibu tu yang mbeliin macem-macem, kalau bapak tu lain. I : Ada nggak peraturan khusus yang bapak terapin di rumah? Mw : Bangun pagi kurang dari jam 7. Hmm apa yah, pulang sebelum jam 12 malam. Sebenernya Cuma itu si. Soalnya bapak itu orangnya suka bergaul.Sejak diterapin setiap hari, hehe. I : Dalam hal apa sih biasanya bapak sering komentar? Mw : Dalam hal pacaran. Ya si, soalnya aku tu habisnya mau bawa temen dari berbagai asal tetep dikomentari. Bapak tu ngga pernah ngomong, tapi mukanya itu lho.

78

nyaman untuk mengungkapkan kebutuhan.

tidak nyaman untuk mengungkap kan kebutuhan.

dengan Ayah

Ayah sebagai pribadi yang cenderung mengingatkan.

Ayah sebagai pribadi yang cenderung mengingatka n.

Peran ayah.

Ibu sebagai pemenuh kebutuhan finansial. P1 mengatakan bahwa peraturan yang diterapkan di rumah oleh ayah adalah bangun pagi dan tidak boleh pulang rumah melebihi jam 12 malam. Ayah lebih banyak berkomentar lewat ekspresi dalam hal relasi pacaran P1 saja.

Ibu sebagai pemenuh kebutuhan finansia. Ayah sebagai penegak disiplin.

Ayah hanya berdiskusi dalam hal tertentu

Pandangan tentang ibu.

Peran ayah.

Frekuensi Kehadiran ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153 154 155 156 157 158 159 160 161

I

: Berarti jarang ketemu ya sekarang? Mw : Jarang kak. Soalnya jarang ketemu. Paling sabtu minggu pas libur. ni aja belakangan belum pulang. Paling lewat grup whatsapp keluarga. Biasanya ditanyain kamu dimana.

79

P1 jarang berkomunikasi dengan ayahnya karena jarak tempat tinggal yang terpisah.

P1 jarang berkomunika si dengan ayah.

Frekuensi Kehadiran Ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2 Verbatim Wawancara 2 Responden 1 (Mw2) No 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197

Verbatim : Apa yang kamu rasain pas kamu ngerokok? Mw : Pokoknya itu kaya udah,udah lega gitu loh. Udah lega aja sih. Kayak kalau nggak kayak gitu tuh nggak lega, nggak enak, kayak ada yang kurang. Kayak gitu sih. Kalo dulu, kalo pas lagi stres, lagi capek atau apa. Kalao skrg tuh kayanya di setiap waktu bisa. I : Orang tua kapan terakhir tau km ngerokok? Mw : Kelas 3 SMP. I : Apa reaksi dulu ortu? Mw : eh..ya marah, siapa sih yang ngajarin kayak gini, ya gitu aja sih. I : Lalu yg membuat w nggak pengen cerita lagi kalau ngerokok lagi? Mw : Ya pasti dimarahin kak hehe. eh,,nggak mau liat orang tua marah aja gara2 aku, udah, itu aja sih. Mw : Menurut w, peran bapak dalam hidupmu, seperti apa? I : Ehhmm....kalau masalah pengaruh dalam pembentukan karakterku tuh banyak kak, cuma kalau misalnya apa ya sebenernya sangat berpengaruh sih, pokoknya segala ketakutan aku tuh, aku tuh paling takut itu sama bapak, aku paling apa I

Ringkasan Adanya perasaan lega setiap kali merokok.

Interpretasi Perasaan lega setiap kali merokok.

Tema Efek merokok.

Orang tua P1 marah dan menasehati P1 ketika mengetahui P1 merokok.

Orangtua figur yang melarang.

Peran orangtua.

Takut dimarahi orangtua jika merokok

Takut dimarahi orangtua jika merokok

Relasi dengan orangtua

Peran ayah dalam hal pembentukkan karakter. Ayah merupakan pribadi yang suka bergaul dengan orang lain dan hal tersebut membuat P1

Ayah sebagai figur yang cukup berperan dalam pembentukka n karakter

Peran ayah

80

Ayah sebagai figur yang terbuka pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 234 235 236 237 238

ya..bisa dibilang aku tuh mirip banget sama bapak, karakter. Lebih kentel diem gitu..terus hobi, lebih kayak gitu sih kak.kayak hobi, seneng ini seneng itu, tapi nah.. bapak itu juga yang berteman-berteman, dia itu gampang berteman, aku juga kayak gitu.gitu sih. I : Kalau soal interaksi dengan ayah? Mw : Ehmm..pokoknya lebih kecil daripada intensitas pertemanan aku sama temen2ku. Soalnya kan aku ya itu jarang ketemu, aku lebih sering sama temen2. I : Gimana sikapmu terhadap bapak ketika memutuskan sesuatu? Mw : Jadi aku dari lebih..hm bukan lebih nurut sih..aku lebih, misalnya gini ya kak bapak tuh udah bilang dek jangan gini, terus tapi aku tuh belum melihat contoh gitu loh, jadi aku nggak mau nurut2.. tapi kalo ada temen yang udah kejadian nah itu aku baru bisa. Jadi menurutku karna kami jarang bertemu jadi menurutku bapak tuh biasa aja. I : Pernah nggak sih w komunikasikan hal-hal seperti itu, semacam membantah gitu? Mw : Aku sering kak, aku tuh bukan tipe orang yang ..oh ya.ya.. itu aku nggak seneng gitu loh, jadi kayak eh..bukan debat kusir juga sih sebenarnya, pokoknya

pun ikut menjadi pribadi yang suka berteman.

orang lain. Ayah sebagai figur yang mengenalkan dunia sosial.

Interaksi P1 dan Interaksi ayahnya terbatas dengan ayah karena jarang jarang. bertemu.

Frekuensi Kehadiran Ayah

P1 jarang mematuhi ayahnya jika ia tidak melihat adanya contoh. Ia merasa biasa saja terhadap ayahnya karena jarang bertemu.

P1 jarang mematuhi ayahnya jika ia tidak melihat adanya contoh.

Relasi dengan Ayah.

P1 sering berargumen dengan ayah jika berbeda pendapat.

P1 sering berargumen dengan ayah jika berbeda pendapat..

81

P1 merasa biasa saja terhadap ayahnya.

Relasi dengan Ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277

aku tuh kayak “menurutku gini lo pa,” trus sama bapak oh yaudah, gitu. I : Apa yang w rasakan ketika w sadar kalau komunikasi dengan ayah kurang, terpikir kok sperti ini dll? Mw : Iya sering kayak gitu, cuma karna bapak tuh juga belakangan tuh sensitif, karna sibuk,capek kaya gitu, trus pengen ngomong cuma kadang- kadang ketika ada waktu yang tepat, aku malah ada sesuatu hal yang harus aku lakukan di luar gitu loh, jadi aku nggak ada waktu ketemu gitu. Gitu sih. I : Menurut w figur ayah sebagai otoritas di rumah seperti apa? Mw : Sebenarnya besar, cuma aku berusaha mengelak kalau besar hehe. banyak kak misalnya sekolah. Aku tuh sebenernya nggak pengen sekolah di jogja nggak pengen di luar kota, cuma bapak bilang nggak. Aku tuh tau bapak tuh bisa biayain cuman aku tuh eh.. ya mungkin juga dia takut kehilangan aku hehe, itu sih. Trus ehm..apa ya.. ehm..itu aja sih kak. I : Berarti selama ini lebih deket sama siapa? Mw : Selama ini itu, ya itu aku lebih seneng sama orang lain daripada sama keluargaku kak, gitu sih, karna bapak tuh

Ayah sebagai pribadi yang sensitif karena semakin sibuk dan kelelahan.

Ayah sebagai figur yang sensitif.

Adanya keterbatasan waktu dengan ayah.

Keterbatasan Frekuensi waktu dengan Kehadiran ayah Ayah.

Ayah sebagai figur yang memiliki otoritas yang tinggi.

Ayah sebagai figur yang memiliki otoritas yang tinggi.

Peran ayah.

P1 menolak otoritas ayah

P1 menolak otoritas ayah.

Relasi dengan Ayah

P1 lebih senang bersama dengan teman-temannya dibandingkan keluarganya. Ayah jarang

Ayah sebagai figur yang jarang membantu dan cenderung

Relasi dengan Ayah

82

Relasi dengan Ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315

jarang bantuin aku hehe. cuman ya kayak bapak sering ngebiarin aku..meskipun aku tau maksudnya baik biar aku bisa apa-apa. gitu aja sih. I : Gmn sih w memandang relasi antara bapak dan ibu w? Mw : Menurut aku tertutup ya kak, aku tuh sebenrnya nggak terlalu menyukai kalau ada masalah yaudah bilang. Sebenernya cuman eh..orang tuaku tuh sebenernya apa ya hehe abis aku tuh bingung kak, kan kami tuh jarang menghabiskan waktu bersama karna kami punya kesibukan sendiri-sendiri. I : Pernah nggak sih w berdiskusi bertiga membahas sesuatu? Mw : Pernah, dan biasanya berakhir dengan pertengkaran hehe. Ya biasa kayak cuma ngobrol kayak gini kalau, karna kami tuh orangnya sama-sama keras kepala jadi kami nggak pernah berakhir dengan damai tuh nggak pernah. Jarang banget hehe. I : Biasanya soa apa? Mw : Soal apa aja, soalnya aku bilang orangnya yang serius semua ..yang topik pembicaraannya itu serius dari berita sampe heheh.Berat gitu. I : Seberapa sering sih bapak itu diajak diskusi? Mw : Kalau ada problem. Terakhir kami berdiskusi tuh ya itu

membantu P1 dan cenderung membiarkan P1.

membiarkan.

P1 memandang relasi antara ayah dan ibunya cenderung tertutup.

Relasi antara ayah dan ibu cenderung tertutup.

P1 cenderung bertengkar dengan orangtua setiap kali mendiskusikan sesuatu bersama.

P1 cenderung Relasi bertengkar dengan dengan orangtua. orangtua setiap kali mendiskusika n sesuatu bersama.

P1 berdiskusi dengan ayahnya hanya ketika ada masalah.

P1 jarang berkomunika si dengan ayah untuk

83

Relasi antara ayah dan ibu

Frekuensi Kehadiran ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333

334 335 336 337 338 339 340 341 342

pas bapak ga bilang waktu itu kalau bapak nggak suka kalau aku pacaran sama orang yang bukan orang jawa. uda gitu doang. I : Ada aturan khusus ngga sih yang diterapin papa di rumah? Mw : Aku tuh kalau boleh jujur ya,.sebenernya aku tuh nggak pernah ngerti sebenernya di keluargaku tuh ada aturannya atau nggak, tapi ada beberapa hal yang aku tuh “mbok bapak tuh bilang jangan to” , aku pengen kayak gitu. Kalau ditanya bapak ngontrol apa aja, sebenernya nggak ada yang jelas, cuman negur aja. I : Apa yang jadi harapanmu terhadap bapak? Mw : Aku pengen bapak tuh benerbener bisa diajak diskusi yang apa ya..yang terbuka gitu loh bukan ketika ada masalah atau ya kayak gitu terus aku pengen bapak tuh lebih memahami aja sekarang.

berdiskusi.

Tidak ada aturan yang jelas dari ayah sebagai kepala keluarga.

Tidak ada aturan yang jelas dari ayah sebagai kepala keluarga.

Peran ayah

P1 ingin diatur oleh ayahnya. Namun hal tersebut tidak dilakukan oleh ayahnya.

Adanya kebutuhan untuk diatur oleh figur otorita.

Harapan mengenai Ayah.

P1 berharap ayahnya bisa menjadi pribadi yang bisa diajak untuk berdiskusi dan terbuka.

Harapan akan Harapan ayah yang mengenai terbuka dan ayah. memahami P1.

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3 Verbatim Wawancara 3 Responden 1 (Mw3)

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373

Verbatim I : Ayah tuh punya peran untuk pembentukkan karakter dalam hal apa? Mw : Dalam hal pertemanan kak, soalnya kan ya itu tadi bapak tuh membiasakan ku itu untuk saling mengunjungi dari kecil aku udah diajak kemana-mana jadi terbiasa buat bergaul sama orang lain jadi kalo misalnya disuruh maksa buat cuek terus-terusan itu nggak bisa. Pokoknya dari kecil udah dibiasain kemana-mana, kamu harus peduli sama orang lain pokoknya yang berhubungan sama orang lain sehingga sekarang aku tuh bener-bener sangat mengedepankan hubungan sama orang lain, cuman duduk diem sama komputer aku nggak suka yang kayak gitu. I : Tapi di sisi lain bapak tuh pendiam kan, nah dalam hal apa bapak tuh pendiem? Mw : Jadi tuh menurut bapak tuh kalo terbuka kalo aku tuh butuh banget penjelasan gitu loh kayak misalnya aku bikin masalah apa yang itu udah berkali kalo bapak diemin terus nggak bisa gitu loh. Itu sih kak, lebih ke hal-hal yang penting aja. Mw : Jadi sebenernya bapak tuh 86 orangnya lebih sederhana dalam berbicara gitu loh,yang

Ringkasan Ayah memiliki peran besar dalam memperkenalka n P1 pada orang lain sehingga menjadi prbadi yang senang bergaul.

Interpretasi Ayah mempekenal kan P1 pada dunia luar.

Tema Peran Ayah

Ayah adalah pribadi yang tertutup dalam hal berkomunikasi. Ayah hanya berbicara untuk hal-hal yang dianggap penting saja.

Ayah hanya berbicara pada P1 dalam kepentingankepentingan tertentu saja.

Ketidakters ediaan ayah

Ayah hanya berkomunikasi dalam hal

Komunikasi yang terbatas dengan ayah

Ketidakters ediaan ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

374 375 376 377 378 379 380

perlu diomongin ya diomongin, yang enggak ya enggak. Beda sama ibu. I : Kalo figur yang jadi temen ngobrol kamu itu bapak atau ibu? Mw : Nggak dua-duanya.

tertentu saja.

381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410

I

P1 merokok rata-rata sebanyak setengah bungkus dan paling banyak hingga satu bungkus.

: Rata-rata merokok berapa banyak? Mw : Waktu itu, 4-6 batang. Kalo sekarang rata-rata setengah bungkus. I : Paling banyak berapa? Mw : 1 bungkus. I : Pernah minum? Mw : Ya, pernah hehe, mulai kuliah ini, rata-rata sebulan sekali. I : Bisa nggak jelasin gimana kira-kira gambaran relasi kamu dengan ayah ketikan memutuskan untuk merokok aktif? Mw : Aku tuh sampe SMA tuh udah merasa jauh dari orangtuaku gitu loh, maksudnya yang lebih besar itu peranan lingkungan daripada peran ayah, jadi menurutku bapak nggak ada perannya. Maksudnya itu aku ngerokok bukan karna bapak, aku ngerokok bukan karna rasa stress ku sama bapak atau sama ibu, memang benerbener aku sama lingkungan ku gitu loh. Aku juga seneng trus

87

Orangtua tidak menjadi tempat responden untuk mengungkapkan masalah.

Ayah tidak memiliki peranan yang berarti dalam hal P1 mengambil keputusan untuk merokok secara aktif.

Orangtua tidak menjadi tempat responden untuk mengungkap kan masalah.

Relasi dengan Orangtua

Frekuensi Merokok

Tidak ada peran khusus ayah saat perilaku merokok dimulai

Peran Ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

411 lingkunganku juga 412 mendukung. 413 I : Tapi untuk relasi dengan ayah 414 sendiri gimana? 415 Mw : Baik-baik aja kak, ya kami 416 jarang berkomunikasi kan, 441 417 I : Sebelumnya bilang kalo Cenderung Cenderung Relasi jadi ya kan menurutku nggak ada 418 hubungannya dan ya masih 419 baik-baik saja. Jarang banget 420 loh kak itu berkomunikasi 421 sampe jarang banget. 422 I : Ada nggak karakter ayah P1 mengatakan P1 menjadi Relasi 423 yang menurut kamu bahwa karakter pribadi yang dengan 424 berdampak bagi dirimu? ayah yang lebih kaku Ayah 425 Mw : Itu sih, kaku. Bapak orangnya berdampak bagi karena sikap 426 kaku. Makanya dulunya itu dirinya adalah ayah yang 427 waktu aku pertama masuk sikap yang kaku juga kaku. 428 SMA, itu aduh kak kakunya baik dalam cara 429 minta ampun. Serius. soalnya berpikir, 430 waktu SMA aku masih tinggal bersikap 431 sama orangtuaku, ngomong maupun 432 sama teman itu aku pake kata berbicara. 433 “saya” loh, yakali hehehe. 434 Cuma kak ya bapakku tuh 435 emang pembawaannya kaku 436 kali ya. Trus aku juga ya 437 terbiasa dengan itu ya gitu.

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480

bapak tuh punya otoritas yang tinggi, itu dalam hal apa? Mw : Dalam hal memutuskan yang sesuatu yang menurut bapak penting dan menurutku enggak. Ya aku cuek-cuek aja bapak mau bilang apa hehe. Kayak misalnya pulang ke rumah, ngikut acara gereja, dulu tuh waktu aku di SMA masih rada-rada peduli sekarang sih udah nggak terlalu. I : Berarti bapak berperan besar sebagai figur yang mengatur seberapa besar? Mw : 20-30 % persen lah, bapak cuma ngatur pas udah di kuliah aja dalam hal belajar doang. pokoknya tuh otoritasnya bapak tuh dalam hal yang normal kalo yang masalah pertemanan, trus aku ikut apa aja itu tuh terserah gitu loh. I : Alasan kamu masih tetep ngerokok apa? Mw : Ya selama nggak ada yang ngerti, why not. hehe dan aku juga masih seneng dan nggak masalah buat aku, itu nggak mengganggu apapun. Kalo aku sih kayak gitu kak. I : Sama bapak berarti jarang banget ngobrol berdua,diskusi gitu? Mw : Aku udah takut ditolak duluan, tertolak. Jarang.Sebenernya aku merasa canggung itu, karna aku udah

mengabaikan perkataan ayah

mengabaikan perkataan ayah

dengan ayah

Ayah hanya Peran ayah sebagai pengatur dalam urusan dalam urusan formal saja yang formal saja.

Peran ayah.

Merokok karena efek nyaman yang didapatkan.

Merokok karena efek nyaman yang didapatkan.

Motif merokok.

Jarang berkomunikasi karena takut ditolak.

Jarang berkomunika si karena takut ditolak.

Relasi dengan Ayah

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500

nggak pernah sharing lagi sama bapak. Orang itu kan semakin jarang sharing kan semakin canggung. Mw : Aku juga heran kenapa aku sekarang secuek ini terhadap keluarga ku kak soalnya aku merasa aku nggak menemukan kedamaian..di rumah. Soalnya rumah tuh bukan tempat aku bisa bercerita soalnya aku ngerti apa yang pengen dicerita udah tertolak duluan. I : Berawal darimana perasaan itu? Mw : Berawal dari bapak yang udah nggak ada waktu lagi, ibu juga itu nggak bisa diceritain soalnya kalo cerita sama ibu tuh ujung-ujungnya berantem.

Perasaan tidak intim dengan keluarga.

Perasaan tidak intim dengan keluarga.

Tidak menemukan kedamaian di rumah.

Tidak menemukan kedamaian di rumah.

Ayah tidak memiliki waktu untuk responden

Ayah tidak memiliki waktu untuk responden

90

Relasi dengan Orangtua

Relasi dengan Ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4 Verbatim Wawancara 1 Responden 2 (Cl1) No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Verbatim I : Gimana cerita awalnya sampe kamu menjadi perokok? Cl : Cuma coba-coba sebenarnya tuh. Gara-gara pelajaran bahasa inggris, lupa aku. Pokoknya itu guruku, itu guru yang paling aku sukain, itu ada bahas rokok trus pada disuruh angkat tangan aku lupa pertanyaannya sampe pada angkat tangan, trus pulangnya itu, itu aku ngomong sama temenku itu kak, kayak gini, gini.. yaudah ayo beli. Nah belinya itu eceran.

Ringkasan Perilaku merokok dimulai sejak SMP karena ingin cobacoba.

Interpretasi Perilaku merokok dimulai dari keinginan untuk mencoba.

Tema Dinamika perilaku merokok.

I

Keinginan untuk merokok aktif muncul karena pengaruh teman sebaya.

Pengaruh teman sebaya

Faktor yang mempengaruhi .

: Kapan kamu mulai jadi perokok aktif? Cl : Kelas 9 itu beberapa kali trus kelas 1 SMA itu jarang banget, jadi setahun sekolah itu bisa dihitung, kelas 2 SMA baru..kan aku kenal juga kan sama temen sekolahku, kan dia ngekos kan, masih SMA tapi dia udah ngekos gitu loh ngekosnya itu di samping sekolahan dan dia emang anak malam gitu loh kak. cewek, dia minum juga dia ngerokok juga, brokenlah, dia anak broken home. Sampe akhirnya kita berlima itu minum di kosnya

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73

dia, terus sekali itu pertama kali trus minum itu baru berulang kali sampe akhirnya dia baru jujur, aku tuh masih mikir masa aku jujur sama mereka kalau aku ngerokok gitu kan sampe akhirnya yang punya kos ini dia jujur dia itu ngerokok, trus dia ngeluarin sampe akhirnya aku yaudah aku jujur, aku juga ngerokok. Cl : Aku tuh sebenernya kan jam 7 aku sekolah tapi aku jam 6 lebih aku udah otw dari rumah itu cuma karna aku ngerokok dulu di kosnya dia, jadi ke sekolah tuh aku dengan posisi seragam udah bau rokok gitu loh. Jadi aku pake parfum yang bener-bener banyak lah sampe sengak banget baunya. I : Terus ditambah kuliah, itu kalo SMA kan aku masih rumah, jadi nggak tiap saat dan nggak tiap hari aku bisa ngerokok soalnya masih dipantau papa mama juga, yakali aku posisi bau rokok aku pulang ke rumah, ya kayak gimana. Walaupun papa mamaku juga ngerokok sebenernya. Orangtuaku juga ngerokok, trus ditambah aku kuliah, jauh banget dari papa mama. I : Pas lagi apa merokok? Cl : Pas lagi stress aja. Banyak jampok, banyak tugas, itu pasti aku ngerokok. Aku paling banter tuh waktu laporan-

92

P1 datang lebih awal ke sekolah agar dapat merokok terlebih dahulu di tempat lain dan berusaha agar tidak diketahui oleh orang lain. Keterpisahan dengan orang tua semakin memungkinka n P1 untuk lebih sering merokok.

Upaya untuk menutupi perilaku merokok.

Dinamika perilaku merokok.

Keterpisaha n dengan orang tua semakin memungkin kan P1 untuk lebih sering merokok.

Faktor yang mempengaruhi .

Perilaku merokok dilakukan ketika stres atau banyak

Pemicu perilaku merokok

Faktor yang mempengaruhi .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113

laporan kemarin, itu apa ini akhirnya yaudah aku ngerokok. Tapi kalo misalnya aku sibuk pasti aku lupa. I : Temen-temen kamu juga banyak yang ngerokok ya? Cl : Kalo yang cowok banyak yang ngerokok, kalau yang cewek yang di kelasku cuma aku yang ngerokok, kelas lain aku nggak ngerti ya, tapi aku nggak pernah ngerokok bareng kelas lain, tapi aku kalau ngerokok bareng kelas lain pasti sama yang cowok. Tapi kalau temen yang beda fakultas ada, itu ngerokok juga sama aku. I : Bisa ceritain ngga relasi kamu secara umum dengan keluarga? Cl : Apa ya..jarang ada waktu sih buat bareng-bareng karna papa kerja dari pagi, itu ya dari jam 8,9 lah sampe malem, ada kan mama sama adek, trus ntar jam 11 papa pergi sampe pagi, gitu. tapi yang jam 11-setengah 12 itu papa pasti nongkrong. Kalau mama juga dia kerja, pokoknya jaranglah kita buat bareng-bareng di rumah, kumpul gitu jarang banget. Kalo misalnya ada masalah aja, mesti disempet-sempetin buat bareng-bareng kumpul. Ya kalau ada masalah kumpul ya ngomongin tentang masalah kalao nggak ada masalah ya

93

aktivitas.

P1 cenderung bergaul dengan lawan jenis yang merokok dibandingkan teman perempuan.

P1 bergaul dengan lawan jenis yang merokok.

Lingkungan pertemanan.

P1 jarang berkumpul bersama keluarga karena orang tua sibuk bekerja.

Keterbatasa n waktu bertemu orangtua.

Interaksi dengan keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153

yaudah nggak ada kumpulkumpulan. I : Papa kan wiraswasta yang jual–jual rumah gitu, nanti misalnya udah nggak ada lagi klien nati papa pulang, pulang tuh tidur, jadi nggak ada ngobrol gitu. papa tidur nanti kalau ada telpon, pasti ada telpon tiap hari, pasti papa pergi lagi, ntar sampe malem. Cl : Walaupun kita lagi liburan nih, misalnya ke pantai gitu ya, di pantai tuh kita sibuk sama hp sendiri-sendiri kecuali kalau disana nggak ada signal baru kita lepas dari hape, tapi kalo makan di luar itu juga yaudah kita makan ngobrol, makan udah kelar kita main hape. Sebenernya miris juga sih, 1 keluarga ini nggak ada waktu tapi mau gimana lagi. I : Kalo papa menurutmu gimana? Cl : Papaku tuh sebagai Mungkin sebagai anaknya oma papaku bukan anak yang baik tapi sebagai bapak, bapakku tuh papaku sebagai bapak yang baik. Ee, peka. Aku nggak tau ya, sama mamaku mungkin nggak peka, sama anakanaknya peka. Jadi kalau mamaku bilang capek gitu, mungkin papaku mijetin tuh tapi karna aku suruh. Tapi kalau aku bilang aku laper papaku langsung beliin aku nasi goreng. Aku cuma ngeluh

94

Pekerjaan ayah tidak memungkinka n adanya waktu untuk bersama P1.

Tidak adanya waktu bersama ayah.

Frekuensi kehadiran ayah.

Ketika memiliki waktu bersama, tiap anggota keluarga cenderung sibuk dengan kepentingan masingmasing.

Tidak adanya interaksi satu sama lain ketika bersama.

Interaksi dengan keluarga.

Di sisi lain, ayah dipandang pribadi yang baik dan peka terhadap kebutuhan P1.

Ayah sebagai pribadi yang baik dan peka terhadap kebutuhan P1.

Relasi dengan ayah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192

aja. I : Berarti jarang banget ya bareng papa? Cl : Jarang banget. Kalo papa lagi nonton tv nah itu pasti, nonton tv dan ngga megang hape nah itu baru aku ngobrol. Pasti papa tanya gimana aku di jogja, dan aku ngomong itu nggak selengkap seperti yang aku ngomong sama mama. Cuma ngomong “yaudah, biasa aja pa.” Cl : Soalnya aku mikirnya aku ngomong sama papaku juga percuma, papa tuh gimana yaa..acuh tak acuhlah, cuek.

P1 jarang berkomunikasi dengan ayah karena sibuk dengan aktivitas lain sehingga lebih terbuka pada ibu daripada ayah.

Ayah merupakan pribadi yang cuek atau acuh tak acuh. I : Emang papa tuh orangnya Ayah seperti apa? dipandang Cl : Papa tuh kan emosian, keras sebagai figur juga kan soalnya opaku yang emosian tentara. jadi didiknya kan keras dan tidak dapat jadi papa nggak bisa mikir berpikir panjang, pasti langsung emosi, panjang. langsung marah gitu dia. I : Menurut kamu papa tahu Ayah tidak nggak tentang perkembangan mengetahui kamu selama sekolah? perkembangan Cl : Nggak tahu. Papa tahu tuh yang terjadi waktu aku SMP aja soalnya dalam waktu SMP itu nggak tahu llingkungan kenapa aku ngerasa ditekan luar P1 kecuali gitu loh. Mungkin oh mungkin saat masa SMP papa jaga aku banget gitu..jadi saja. ya aku ngerasanya papa ngerti perkembanganku ya waktu SMP aja. Soalnya kalao SD mungkin papa mikirnya urusannya mama, masih kecil.

95

Keterbatasa n waktu berbicara dengan ayah.

Frekuensi kehadiran ayah.

Ayah sebagai pribadi yang acuh.

Relasi dengan Ayah

Ayah sebagai pribadi yang emosional dan mudah marah.

Relasi dengan Ayah

Ayah Peran ayah. kurang mengikuti perkembang an yang dialami P1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232

Kalao SMA, mungkin papa mikirnya udah besar, makanya aku dikasih motor biar aku bisa kemana-mana. I : Kalo sekarang, komunikasi sama papa seperti apa? Cl : Kan kita ada grup keluarga di bbm, jadi seringlah, ya nggak sering juga sih, mungkin pas papa selo aja kali ya tanyain aku udah makan belum, baru ngapain, kuliah jam berapa, tapi itu nggak tiap hari kok, mamaku juga gitu. I : Kalo soal kebutuhan finansial kamu lebih ke siapa? Cl : Lebih ke papa, tapi ngomong ke mama dulu, kalau misalnya mama ada pasti mama ngasih, kalau nggak ada yaudah sama papa. Cuman apa ya, dengan bukti lah ada tagihan aku harus kasih ke papa. I : Menurut kamu, ayah yang ideal itu seperti apa? Cl : Ayah yang ideal itu yang peka sama anak dan istri juga. Lalu yang perhatian,terus yang bisa me-manage keuangan dan bisa mengatur waktu. kadangkadang galak tapi di samping galak itu papaku tuh sukanya keluar malem trus pulangnya jam 1, setengah 1..trus keluar malemnya keluar malem nggak jauh tapi cuma di angkringan deket gang rumah. Itu yang bikin mamaku sama papaku sering ada masalah trus

96

Orang tua memantau keadaan P1 ketika mereka di hari-hari tertentu saja ketika mereka sedang tidak sibuk.

Tidak selalu Peran orangtua dipantau oleh orangtua.

Dalam hal kebutuhan finansial, P1 cenderung meminta kepada ayah melalui ibu.

Ayah sebagai pemenuh kebutuhan finansial.

Peran ayah.

P1 memandang ayah yang ideal adalah adalah yang peka terhadap anak dan istri, perhatian mampu mengatur waktu dan uang dengan baik.

Pandangan tentang Ayah yang ideal

Harapan tentang ayah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262

papaku ni sebenernya orangnya cuek, nggak pernah tanyain kamu kenapa dek misalnya kalo anaknya ada masalah. I : Bagaimana kamu memandang relasi papa dengan mama? Cl : Ya mama juga gimana yaa...kalau sama papa juga nggak bisa terbuka. Kalo misalnya mamaku sakit nggak langsung ke papa. Itu kalao papa lagi peka banget itu pasti papa nanyain kenapa. I : Gimana cara mama dan papa menghadapi masalah? Cl : Pasti nyeleseinnya pake marah-marah. Dan aku tahu, aku ngerti mereka marahmarah itu karna emang udah banyak banget yang dipendem itu loh kak. I : Peran apalagi yang kamu lihat dari papamu? Cl : Bertanggung jawab, emosian. Ya pokoknya papaku tuh emosian aja. Bertanggung jawabnya dalam hal memberi penghasilan.

97

Relasi antara ayah dan ibu dipandang tidak terbuka satu sama lain.

Tidak adanya keterbukaan antara ayah dan ibu.

Relasi ayah dan ibu.

Penyelesaian masalah orangtua dengan cara marah-marah.

Orangtua Relasi ayah menyelesaik dan ibu. an masalah dengan meluapkan amarah satu sama lain.

Ayah adalah pribadi yang emosional dan pribadi yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan finansial.

Ayah sebagai pemenuh kebutuhan finansial dan juga pribadi yang emosional.

Peran ayah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5 Verbatim Wawancara 2 Responden 2 (Cl2) No 263 264 265 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299

Verbatim I : Coba ceritakan kembali mengenai ayah seperti apa? Ayah itu baik, kadang-kadang galak tapi di samping galak itu papaku tuh sukanya keluar malem trus pulangnya jam 1, setengah 1..trus keluar malemnya keluar malem nggak jauh tapi cuma di angkringan deket gang rumah. Itu yang bikin mamaku sama papaku sering ada masalah trus papaku ni sebenernya orangnya cuek, nggak pernah tanyain kamu kenapa dek misalnya kalo anaknya ada masalah. I : Kapan kamu mulai menyadari itu? Cl : SMP. Sebelumnya aku belum nyadar. Tapi kalao anaknya udah nangis nanti pasti ditanyain lebih intim gitu loh kenapa sih kalo misalnya anaknya nggak mau cerita ntar papa tuh tanya ke mama. Trus kalo misalkan papa kira-kira dulu ada nggak nih tindakan yang perlu dilakukan sama papa, kalo misalkan ada pasti papa bertindak sama masalah anaknya itu, tapi kalo misalkan cuma diem, mendem gitu pasti papa tuh nggak peka kalao ada masalah. I : Ada lagi? 98

Ringkasan Ayah figur yang baik namun galak.

Interpretasi Peran ayah

Tema Peran Ayah

Ayah pribadi yang tidak pernah menanyakan kaeadaan responden ketika ada masalah.

Ayah tidak pernah menanyaka n keadaan responden.

Peran Ayah

Ayah hanya menanyakan keadaan ketika responden menangis.

Ayah hanya menanyaka n keadaan ketika responden menangis.

Frekuensi Kehadiran ayah

Ayah sering

Frekuensi

Ayah kurang peka dalam merespon kebutuhan responden saat terjadi masalah.

Ayah sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339

Cl : Trus kadang papaku nih sibuk sendiri sama gadgetnya. Bukan buka BBM, instagram, tapi bukanya dia baca berita itu loh. Papa tuh sadar kalo tiap harinya papa tuh nggak selalu nonton tv jadi papaku tuh keluar terus itu loh, sekalinya papa pulang pasti papa tidur dan tv tuh dipake sama adekku. Jadi dimanapun papa ada, kalopun dia juga baru liburan atao maem bareng di luar itu pasti papa bukanya detik.com buat liat berita kecuali kalo nggak ada signal. I : Kalo ngobrol sama papa seperti apa? Cl : Biasa aja. Ya...biasa aja sih. nggak pernah ada intim ngomong serius sama papa tuh nggak ada. paling cuma ngobrol masalah sehari. I : Peran papa bagimu apa sih yang paling terlihat? Cl : Cari uang. Terus papa tuh yang paling ditakutin itu loh, kalo papa bilang enggak ya enggak. misalnya aku sama adekku nih, mau main trus bilang sama mama ijin, “ma mau main jam segini” trus mama “bilang papa dulu” nah itu kita jadinya ngerasanya berarti semua keputusan di papa. Setiap kita ijin ke mama, pasti mama lemparnya ke papa. Kalo papa bilang nggak , yaudah kita nggak main. I : Kalo papa sebagai kepala

99

sibuk sendiri dengan gadget.

sibuk sendiri dengan gadget.

kehadiran ayah

Subjek merasa tidak pernah memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya.

Subjek tidak dekat dengan ayah

Relasi dengan ayah

Ayah pendukung finansial dalam keluarga

Ayah pendukung finansial dalam keluarga

Peran Ayah

Ayah figur

Relasi dengan

Ayah figur yang selalu menegur tapi tidak ingin ditegur.

Ayah sebagai figur yang paling ditakuti di rumah dan tidak dapat dibantah jika memutuskan sesuatu.

Ayah figur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352

keluarga seperti apa? Cl : Papa tuh orangnya kalau ada masalah dipendem itu loh, jadi nggak dikeluarin. Nah aku juga kayak gitu. Jadi tuh aku tuh gengsi kalau nangis di depan umum, trus nggak mau disepelehin. I : Relasi sama papa waktu kamu memutuskan merokok gimana? Cl : Biasa aja, layaknya aku sebelum merokok.

353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 367 368 369 370 371 372 373 374 375

I

: Kenapa tetap memutuskan untuk nggak ngomong ke papa? Cl : Karna papa galak. Aku tuh sempet mancing-mancing itu loh. papa kan pernah sekali kedapetan minta uang ke mama buat beli rokok, kan mama juga ngerokok, mama bilang “sekalian rokokku juga”, trus aku bilang “iya pa, skalian rokokku juga” trus aku dimarahin. “ngapaiin cewek ngerokok”, trus aku bilang “mama juga”, trus dibilang “kamu nggak boleh” dari situlah aku bilang sama diriku sendiri, yaudahlah jangan sampe papa tahu. I : Pernah minum juga nggak? Cl : Iya. pas kuliah. eh SMA aku pernah tapi yaelah cuman

100

yang sering memendam perasaan.

yang sering memendam perasaan.

Ayah

Tidak terdapat perbedaan yang berarti dalam pengasuhan ayah ketika subjek memutuskan untuk menjadi perokok. Ayah figur yang galak.

Ayah figur yang galak.

Relasi dengan Ayah

Subjek menyembunyi kan perilaku merokok karena takut pada ayah.

Takut pada ayah

Subjek mulai mencoba-coba untuk minum

Mulai minum alkohol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

376

rootbear, bintang, greensand.

377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390

I Cl I Cl

: Sampai mabuk berat? : Pernah, kuliah. Semester 2. : Abis berapa kalau merokok? : Paling banyak di atas 10 batang. I : Sebelumnya kan pernah bilang kalau papa nggak ngikutin perkembanganmu, lalu kirakira papa hanya tau tentang mengenai apa saja? Cl : Kebaikanku hehehe. kayak aku yang disini selalu belajar, yang aktif panitia, yang ngeband di kampus, yang rajin gereja.

391 392 393

I : Kalo ibu? Cl : Kebaikan dan kejelekkanku. Aku nyontek mama tahu.

394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405

I

: Tapi mama nggak tau kalau kamu merokok? Cl : Enggak lah. Trus aku ada masalah sama temen mama tau, tapi nggak tau masalahnya apa. Terus aku suka misuh juga mama tau tapi papa juga misuh di depanku. I : Hal apa yang kamu senangi dari papa? Cl : Pokoknya yang aku suka dari papa tuh pokoknya papa

101

alkohol sejak SMA. Namun semakin sering pada saat kuliah.

sejak SMA

Ayah tidak mengetahui apapun mengenai hidup responden selain hal-hal baik yang disampaikan responden. Ibu mengetahui lebih banyak mengenai responden dibandingkan ayah.

Ayah tidak Relasi dengam mengikuti ayah perkembang an responden

Ayah figur yang mengucapkan perkataan kotor di depan anak.

Ayah figur yang berusaha untuk memberikan

Ibu Relasi dengan mengetahui ibu lebih banyak mengenai responden dibandingka n ayah. Ayah figur yang mengucapk an perkataan kotor di depan anak. Ayah figur yang berusaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417

pengen tuh anaknya lebih sukses dari papa. kan papa D3 jadi papa nggak ngebolehin anak2nya dua-duanya ini cuma D3. Kasarannya nih ya, pokoknya serusak-rusaknya papa, papa tuh nggak mau keturunannya juga rusak. I : Bisa ngobrol sama papa tuh pas apa? Cl : Pas di rumah berdua sama papa. hehe

418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430

I

: Kalo waktu kecil pas SD gitu papa nggak terlibat juga? Cl : Hm.. itu.. apa ya kak. nggak ada yang terlibat papaku waktu SD, kalao ada rapat apa-apa di SD, mama yang datang. I : Ada nggak sih kamu lihat pembagian tugas di rumah antara papa dan mama? Cl : Papa nyari uang, mama yang ngatur uang. Jadi papa dapet, sebagian papa bawa, sebagian mama bawa.

102

yang terbaik bagi anaknya.

memberikan yang terbaik bagi anaknya.

Hanya berkomunikasi dengan ayah jika bersama

Hanya berkomunik asi dengan ayah jika bersama

Frekuensi kehadiran ayah

Ibu sebagai figur yang membantu ayah dalam mengelola keuangan.

Ibu sebagai figur yang membantu ayah dalam mengelola keuangan.

Peran Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6 Verbatim Wawancara 1 Responden 3 (Vf1)

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Verbatim I : Ketika kamu SD gimana lingkungan di sekolahnya? Vf : Kalo aku sih, kan tradisi sini sama timur kan beda. Nah kalau sini kan temen mainnya kan ya gitu lah. Nggak boleh gini, nggak boleh gitu. Tapi kalo disana kan bebas. I : Temen-temenya disana berarti gimana bebasnya? Vf : Ya mereka nyentuh rokok, minuman tuh biasa. Bahkan kalau pesta, misalnya kita ada pesta acara apa, disini kan nggak boleh minum-minum gitu. Tapi disana malah wajib minum. I : Berapa lama di Dili? Vf : Dari SD kelas 4 sampe SMP kelas 3. I : Yang pergaulannya bebas itu dari SD udah mulai ya? Vf : Udah sih. I : Dari hal-hal seperti apa? Vf : Kalau aku tuh ngerokok karna mama. Mama aku kan ngerokok. Trus aku tuh mau nyobain rokok tuh SD kelas 3. Mama lagi ngerokok, trus nanya “ma, enak po? Aku mau nyoba” Trus ya itu mama bilangnya coba, tapi ya itu kan sekedar nyoba, masih batuk lah apalah. Trus nggak ngerokok sampe

Ringkasan Responden mengalami budaya yang sangat berbeda ketika berpindah daerah.

Interpretasi Responden mengalami budaya yang sangat berbeda ketika berpindah daerah.

Tema Perubahan budaya daerah tempat tinggal

Sejak SD, responden telah memiliki pergaulan yang sangat bebas dan dekat dengan perilaku merokok serta minuman alkohol.

Pergaulan yang sangat bebas dan dekat dengan perilaku merokok serta minuman alkohol sejak SD.

Lingkungan pertemanan.

Responden mulai merokok sejak kelas 3 SD ketika melihat ibunya yang juga merokok.

Mulai merokok ketika melihat ibu merokok.

Dinamika Perilaku merokok.

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74

I Vf

I Vf I Vf I

Vf

I Vf

I Vf

SD kelas 5, ketemu tementemen itu, mulai coba-coba lagi. Nah mulai dari situ nggak lepas. : Waktu kelas 5 itu diajak temen atau emang pengen? : Kan aku dulu pertama main sama cewek-cewek tuh, mereka kan masih yang kayak gini..gini.. trus mereka bilang “ ayok nyobain, mau ngga?” yaudah coba-coba lagi dari awal, liat trus pengen. : Waktu itu mama tau ngga? : Mama tau, papa yang nggak tau. : Berarti waktu itu udah mulai aktif kelas 5? : Iya, udah aktif. : Selain ngerokok apa hal-hal lain yang menurut kamu bebas disana? : Kalo disana tuh ya bebas banget kayak minum, pakaian, trus kayak relasi hubungan seksual, sesama jenis juga bebas disana. : Lalu SMP seperti apa? : Kalo SMP itu, lebih pada liar sih hehe. Soalnya waktu itu lagi bener2 pada nakal2nya, kita kayak berontak gitu kalao dikasih tau kan dan kita juga liat contoh, misalnya suster bilang nggak boleh gini..tapi kita liat ada guru yang ngerokok gitu loh, trus ih orang mereka aja gitu kenapa kita nggak boleh. : Trus? : Temen-temennya nya itu mulai dari SMP tuh aku udah mulai kenal sama temen itu kalau bisa dibilang disini tuh kayak

Mulai aktif merokok kelas 5 SD ketika melihat temanteman SD yang mengajak untuk ikut merokok.

Mulai aktif Dinamika merokok kelas perilaku 5 SD ketika merokok. melihat temanteman SD yang mengajak untuk ikut merokok.

Responden bergaul dengan lingkungan yang identik dengan kenakalan seperti minum minuman keras, seks bebas.

Masa SMP responden lebih bebas dibandingkan SD .

Masa SMP responden lebih bebas dibandingkan SD .

Lingkungan pertemanan

Saat SMP, respoden telah berada di lingkungan yang cukup bebas

Saat SMP, respoden telah berada di lingkungan yang cukup

Lingkungan pertemanan

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131

“panggilan om-om” gitu loh. Di SMP, disana tuh yang sering istilahnya sering bawa film bokep tuh bukan cowok malah, cewek-ceweknya yang bawa. Ya gitu lah. Kalau dibilang tuh pendidikan mending disini daripada disana. Soalnya pergaulannya itu parah disana. I : Lalu apa lagi? Vf : Nah kan aku tetep suka ngerokok, suka bawa. Tapi kan kalau di sekolahan nggak mungkin. Trus mama juga bilang kamu kalau ngerokok jangan disini, di rumah aja. Tapi kadang gimana ya, gatel pengen. Ada yang ngerokok aku ikutan. Itu makin dijauhin, dibilang ih cewek kok gitu. Trus yaudah nggak lagi. Trus kebetulan aku di SMA dapet temen yang dia tuh ternyata ngerokok juga cewek. I : Itu kelas berapa? Vf : Kelas 3, trus aku juga bilang yaudahlah dibuka aja, udah nggak mau ditutupin lagi. Dimana pun kalao aku lagi sama dia, ngerasa nyaman ya aku ngerokok. Trus juga ngerasa aku bebas. I : Papa ngerokok nggak? Vf : Papa tuh ngerokok, tapi malah udah berhenti. I : Oh, sejak kapan? Pokoknya aku tau papa udah berhenti tuh pas aku kelas 3 SMA. I : Kalau kuliah gimana pengalamannya?

baik dari pergaulan maupun cara belajar.

bebas baik dari pergaulan maupun cara belajar.

Dinamika Perilaku Merokok

Dinamika Perilaku Merokok

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171

Vf : Kalau kuliah aku ngerasa lebih bebas lagi. Kan dari SMA aku ngerasain yang aku nggak suka Indonesia. Mungkin karna aku disananya pertama bebas, trus disini jadi kayak nggak suka. Trus pas di kuliah ini aku baru ngerasa oh ternyata ada yang mau nerima dan ternyata lebih deket. I : Seberapa sering sih aku ngerokok pas kuliah? Vf : Kalo pas kuliah itu tiap kali jeda istirahat pasti ngerokok. Selalu. Ada lah temen cowok yang keluar buat ngerokok. Mereka tuh udah tau kan kalo aku ngerokok, jadi ditawarin. I : Rata-rata abis berapa? Vf : aku tuh 17an bisa abis. I : Lagi banyak pas lagi apa sih? Ya pas lagi kesel, tugas numpuk, malah jadi banyak. Tapi nggak tau kenapa orang bilang itu tuh bukan alasan yang cocok, tapi rokok itu bikin nggak laper, trus kadang tuh aku cukup ngerokok aja sambil dengerin musik udah seneng. Makanya kalo lagi stres ato ada apa gitu rokoknya jadi banyak . I : Berarti aku tau mama ngerokok dari kapan? SD itu? Vf : Dari aku kecil itu kan mama ngerokok, mama aja bilang kalao mama tuh berhenti ngerokok pas kamu 6 bulan di perut, itu baru mama berhenti. Adik aku tuh 7 bulanan baru berhenti.

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209

I : Mama juga aktif ngerokoknya? Vf : Mama lebih ini malahan, seminggu itu bisa habis 1 slop. I : Oke, sekarang kalau keadaan di keluarga gimana, bisa diceritakan? Vf : Sebenernya di rumah itu, mama sama papa pisah trus cuma datang tuh pas papa cuti. I : Sejak kapan? Vf : Aku nggak tau sejak kapan, tapi dari kecil udah bermasalah. Nah aku tau tuh mereka kayak gitu, pas aku SMA. Papa kesini dan mereka bener-bener ada masalah sampe papa tuh nggak kuat buat cerita sampe papa nangis. Trus yaudah jadi sekeluarga tuh kayak kita main kucing-kucingan . Aku tau papa mama punya selingkuhan, adekadek tau mama sama papa gitu. Tapi mama papa sama-sama saling nggak tau kalau mereka gitu. Jadi diem-dieman semua. I : Sejak kapan udah nggak tinggal serumah? Vf : Kalau nggak serumah itu udah sejak pindah ke dili itu udah ngga, kelas 3. Itu papa bolak balik karna ada studi. I : Kalau sekarang? Vf : Kalo skarang papa udah di Dili, ke sini kalao liburan. I : Adik-adik tau mama papa pisah? Vf : Adik-adik nggak tau kalao mama papa pisah, tapi mereka tau kalo mama sama orang lain.

210 I

: Sama mama deket ngga?

Orangtua berpisah sejak responden masih kecil.

Orangtua berpisah sejak responden masih kecil.

Jarang bertemu dengan ayah semenjak berpisah dengan ibu.

Jarang bertemu Ketidakhadiran dengan ayah Ayah semenjak berpisah dengan ibu.

Responden lebih Responden

107

Relasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 289 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250

Vf : Tadinya sama mama itu deket banget semester 3, trus ada beberapa masalah yang bikin aku nggak pulang lagi ke rumah, kontekan juga udah nggak pernah. Trus malah deketnya sama papa skarang. Tiap hari kontek papa. I : Mama gimana orangnya? Vf : Dia itu baik orangnya, sayang sama anak-anaknya cuman menurutku emang semua orang sedewasa apapun ada sikap childishnya, nah itu mama lagi bener-bener keluar childishnya. I : Pengasuhan mama di rumah seperti apa sih? Vf : Mama tuh bebas orangnya, terserah kamu ngapain aja yang penting tanggung jawab, jadi anak-anaknya itu udah takut sendiri sama omongannya sendiri, kayak sana kamu main, kamu mau pacaran, mau apa terserah tapi sampe ada sesuatu nggak usah pulang kesini, nggak usah panggil aku mama lagi. Jadi anak-anak itu malah nggak mau buat salah. Vf : Tapi kalau papa itu malah ketat banget, kamu nggak boleh ini..ini..jadi kadang ih diaturatur terus. Aku dan adik-adik itu anak-anak yang suka berontak. I : Gimana ceritanya Vf deket sama papa? Vf : Kan papa udah beda kota. Aku tuh mulai deket sama papa sejak papa cerita sama aku pas SMA. Selama ini aku liatnya papa tuh

dekat dengan ayah dibanding ibu sejak mengalami masalah dengan ibu.

lebih dekat dengan ayah dibanding ibu sejak mengalami masalah dengan ibu.

ayah dan ibu

Ibu figur yang kekanakkanakkan.

Ibu figur yang kekanakkanakkan

Pandangan tentang ibu.

Ibu figur yang membebaskan anak-anak dalam berperilaku.

Ibu figur yang membebaskan anak-anak dalam berperilaku.

Pandangan tentang ibu

Ayah figur yang otoriter.

Ayah figur yang otoriter.

Peran Ayah

Semakin dekat dengan ayah semenjak ayah terbuka pada responden.

Semakin dekat dengan ayah semenjak ayah terbuka pada responden.

Relasi dengan Ayah.

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290

orangnya tegas, papa kan orangnya gede, tinggi. Tapi waktu itu aku tuh liat papa tuh nangis, sampe aku tuh ih ya ampun aku jahat banget sama papa. Nggak pernah yang namanya peluk papa, ya disitu baru peluk papa. Vf : Waktu aku masuk kuliah. Itu Ayah figur yang aku marah banget, sampe aku tidak lagi tuh uh kalau aku bisa bunuh memarahi. kalian juga udah ta bunuh. I : Respon papa saat itu? Vf : Ya papa udah ngggak berani marah lagi gitu loh, udah kayak dia malah goda-godain. Dibaikbaikin gitu loh malahan. Waktu semester 3, waktu itu aku belum terlalu deket sama papa, aku pernah mau berhenti kuliah, aku nggak ikut ujian berapa kali gitu, tapi papa tuh yang bilang “semangat ya, papa tetep dukung”, dia itu ngomong banyak banget padahal dia tuh selama ini cuek banget sama aku. Nah, mama yang selama ini bilang akan selalu bantuin, pas aku ada masalah malah bilang “yaudah sana terserah mau ngapain. I : Tapi sebelumnya deketan sama siapa? Vf : Tadinya sama mama, apa-apa sama mama, mau pacaran, ngapain, ngapain aku kasih tau semua ngga ada yang ta tutupin sama skali. Kalo sama papa malah sama skali nggak ada

109

Ayah figur yang tidak lagi memarahi.

Relasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330

yang papa tau. I : Sejak kapan tuh? Vf : Ya dari dulu, jadi dulu pas mau masuk SMP hari pertama, trus papa tuh bilang papa habis rokok, trus aku bilang beli aja, trus papa kehabisan uang , trus aku bilang yaudah di lemari aku ada rokok, trus malah dimarahin, loh orang nenek kemarin bilang nggak apa-apa, trus kata papa itu kan nenekmu, papa nggak mau kamu ngerokok. Mama juga nggak apa-apa kok aku ngerokok. Papa bilang ya mereka nggak tau. Jadi aku sejak itu nggak mau ngomong sama apa lagi. Nah tapi sekarang ta kasih taunya semua sama papa. Ibu juga wataknya keras kan, gengsi. Apa ya, childishnya lagi keluar. I

: Pernah nggak ada momen dimana aku deket sama papa waktu kecil? Vf : Iyaa, ada. Waktu itu pas kelas 2 SD aku sering apa-apa sama papa. Papa sering ngajak ke hutan sama temen-temennya kalo ada proyek. I : Vf memandang papa gimana orangnya? Vf : Dia itu kepala keluarga ya kepala keluarga, Cuma kadang gini loh, dia itu terlau neken keluarganya, jadi keluarganya nggak bisa percaya sama dia. Mau terbuka sama dia tuh nggak dan dia orangnya juga keras jadi

Ayah figur yang menekan yang keras sehingga menimbulkan rasa takut.

110

Ayah figur yang menekan yang keras sehingga menimbulkan rasa takut.

Relasi dengan Ayah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386

I Vf I Vf

I Vf

Vf

I

Vf

pada takut kayak adekku itu mereka tuh anter papa kalao pas bayarin, kalau untuk yang lain itu mereka nggak berani. : Kalo pas SMP gimana? : Sama, masih. : Darimana Vf liatnya? Kan udah nggak bareng? : Ya dari caranya dia, nggak ada yang berubah lah dia itu. Kalau nelpon apa gitu, masih keras gitu. : Papa tuh deket sama Vf dalam hal apa? : Aku tuh sukanya sama papa gini,ngajarin kalo kamu tuh harus berani gitu loh. Dulu kan aku nggak suka sama rumput, nggak mau injak rumput. Nah tapi kan ikut papa ke hutan, awalnya kan digendong papa terus. Trus papa ngomong, kalo kamu kayak gini terus papa kan capek, trus ya kasian, trus yaudah aku turun. : Kalo mama sama papa misalnya pergi tuh mereka selalu berantem, nggak tau apa yang salah disitu nggak tau, tapi kalao selihat aku enak-enak aja. : Menurut Vf, kenapa Vf tetap memilih untuk merokok selain karna mama ngerokok? : Mungkin apa ya, mama tuh pernah bilang gini, mama tuh kasih apa yang kalian mau walaupun orang-orang mandangnya jelek itu bukan karna mama nggak sayang kalian, tapi mama tau rasanya

Ayah figur yang mengajari untuk mengatasi rasa takut responden

Ayah figur yang mengajari untuk mengatasi rasa takut responden

Peran Ayah

Ayah dan ibu sering bertengkar jika pergi bersama.

Ayah dan ibu sering bertengkar jika pergi bersama

Relasi ayah dan ibu

Responden tetap merokok karena mengetahui bahwa ibunya tidak melarangnya.

Responden tetap merokok karena mengetahui bahwa ibunya tidak melarangnya.

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411

kalo nggak dikasih. Nah aku mungkin mama tau rasanya, jadi nggak marah. I : Kalo untuk kebutuhan finansial Vf sama siapa? Vf : Sama papa. I : Kenapa Vf nggak bisa berhenti merokok? Vf : Sebenernya pengen berhenti ngerokok, orang papa aja yang ngerokok bisa berhenti gitu loh, tapi apa ya, apa nanti kata temen-temen kalau aku berubah, apalagi kalau berubah drastis. I

: Papa mama tahu kan Vf ngerokok? Vf : Tau I : Nggak marah? Vf : Nggak tahu kenapa, belakangan ini papa cuek banget gitu loh sama apa yang aku lakuin dan nggak marah tuh, ya sama. Mungkin dia mikirnya udah kuliah, udah besar.

112