KOMPETENSI PUSTAKAWAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS (GLOBAL MARKET) Nyoman Suwidiadi1) Abstract In the current era of globalization, the development of technology and information is indeed very rapid. The world is getting narrower which means the boundaries of distance, place and time are getting closer at local, national and international level. With globalization, inevitably the flow of global competition will carry us, both in the field of trade in products and services. In the face of the free market a librarian must continue to improve the quality and have the competence, whether the professional competence in the field of librarianship as well as personal competence (personality). Besides, it is also necessary for a librarian to cover other skills that support such as the ability to master a foreign language or international language, information technology, psychology, economics, etc. Librarians must have good and interesting personality such as discipline, tenacious, hardworking, productive, independent, creative, responsible and responsive (always ready to serve the needs of the user) or the better know terms such as smile, greet, and salute. Keywords: Librarian Competence, Globalisation, Free Market
Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat berpengaruh pada tatanan kehidupan manusia secara global. Jarak, tempat dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang berarti. Dunia terasa begitu dekat baik lokal, Nasional maupun Internasional. Salah satu pengaruh adanya globalisasi adalah adanya pasar bebas baik dibidang perdagangan produk maupun jasa yang dapat bersifat Internasional Seseorang dapat bekerja dimana saja tanpa ada batasan tempat.Tentu saja ini merupakan sebuah peluang dan sekaligus menjadi tantangan dan ancaman buat kita. Sebagai peluang karena kita dapat bekerja dimana saja tanpa ada batasan tempat, sebagai tantangan mau tidak mau kita harus siap bersaing, tetapi merupakan ancaman yang besar bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kompetensi untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dan tidak mau menjadikan sebuah tantangan dengan kata lain tidak mau belajar. Kita tidak ingin kan menjadi penonton di negeri sendiri? Sebagai pustakawan seharusnya dapat mempersiapkan diri jika tidak ingin kalah dan tergerus oleh globalisasi. 1
Globalisasi ini merupakan tantangan bagi pustakawan untuk meningkatkan kompetensi jika tidak ingin keberadaannya tergeser oleh pustakawan asing. Kompetensi sangat penting bagi pustakawan, karena diharapkan akan bisa bekerja secara professional.
Profesionalisme Pustakawan Pustakawan lahir dan diakui keberadaannya sebagai jabatan fungsional atau profesional dengan terbitnya Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 18/MENPAN/1988 tanggal 29 Pebruari 1988 tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustakawan. Kemudian disempurnakan dengan Keputusan MENPAN No. 33/MENPAN/1998 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Dan, tidak terlalu lama Keputusan ini dipandang perlu
ditinjau
kembali
(dengan
Keputusan
MENPAN
yang
baru,
yaitu
No.
132/KEP/M.PAN/12/2002) karena diberlakukannya Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada umumnya Pustakawan hanya melihat rumpun jabatan semata dimana bersanding “Rumpun Arsiparis, Pustakawan dan yang berkaitan”, sementara kualifikasi profesional sebagai dasar atau landasan kerja kurang dicermati. Kualifikasi profesional adalah kualifikasi yang bersifat keahlian yang didasarkanpada ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan yang berkelanjutan secara sistematis yang pelaksanaan tugasnya meliputi penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan dan penerapan konsep, teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah serta memberikan pengajarannya dan terikat pada etika profesi”. Dilingkungan PNS, Jabatan Fungsional adalahKedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Jabatan fungsional terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahun dan teknologi di bidang keahliannya.Tugas utama jabatan fungsional keahlian meliputi pengembangan
2
pengetahuan, penerapan konsep dan teori ilmu dan seni untuk pemecahan masalah, dan pengajaran dengan cara yang sistematis (Pasal 1.4). Pasal 5 menyatakana : 1) Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya : a. Mensyaratkan kualifikasi profesi dengan pendidikan serendah-rendahnya berijazah Sarjana (Strata-1) b. Meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan, peningkatan dan penerapan konsep dan teori, serta metode operasional dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan fungsional yang bersangkutan. c. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya. 2). Jabatan fungsional keahlian dibagi dalam 4 (empat) jenjang jabatan, yaitu : a. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi professional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai IV/d sampai dengan IV/e; b. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi professional tingkat tinggi dengsn kepangkatan mulai dari IV/a sampai dengan IV/c; c. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsinya Utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi professional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari III/c sampai dengan III/d; d. Jenjang Pertama, taitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan dari III/a sampai dengan III/b. Jabatan fungsional keterampilan, adalah kualifikasi teknis atau penunjang profesional Yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih.Tugas utama jabatan fungsional keterampilan meliputi pelaksanaan kegiatan teknis yang berkaitan dengan penerapan konsep dan metoda operasional
3
di bidang ilmu pengetahuan tersebut serta pemberian pengajaran di tingkat pendidikan tertentu (Pasal 1 Urut 5). Pasal 6 : 1) Jabatan fungsional keterampilan adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya: a. Mensyaratkan kualifikasi teknisi professional dan/atau penunjang professional dengan pendidikan serendah-rendahnya SMU atau SMK dan setinggi-tingginya setingkat Diploma III (D-3); b. Meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan penerapan konsep atau metoda operasional dari suatu bidang profesi c. Terikat pada etika profesi tertentu yang diterapkan oleh ikatan profesinya. 2) Jenjang jabatan fungsional keterampilan; a. Jenjang Penyelia, adalah jenjang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fungsional tingkat di bawah-nya yang menyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu, (Gol. III/c sampai dengan III/d); b. Jenjang Pelaksanan Lanjutan, adalah jenjang yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, (Gol. III/a sampai dengan III/b); c. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, (Gol. II/b sampai dengan II/d).
Kompetensi Pustakawan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, menyebutkan bahwa Pustakwan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan
4
atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Dalam rangka melaksanakan ketentuan diatas, maka Perpustakaan Nasional RI selaku Instansi Teknis dan Pembina Pustakawan, bersama-sama instansi terkait dan para pemangku kepentingan serta para pakar kepustakawanan telah menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, dan Perorangan lainnya Bidang Perpustakaan yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Republik Indonesia. Pustakawan yang profesional yaitu pustakawan yang memiliki kompetensi bidang perpustakaan dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI –PRP). Pengertian kompetensi menurut Kepmentrans RI Nomor 83 Tahun 2012 adalah kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaaan atau tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ini, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja diwujudkan dalam 3 (tiga) kelompok unit kompetensi, yaitu Kelompok Kompetensi Umum, Kelompok Kompetensi Inti dan Kelompok kompetensi Khusus. Kompetensi Umum adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan, diperlukan untuk melakukan tugas-tugas perpustakaan, meliputi : (1) Mengoperasikan Komputer Tingkat Dasar, (2) Menyusun Rencana Kerja Perpustakaan, (3) Membuat Laporan Kerja Perpustakaan. Kompetensi Umum ini melekat dalam kompetensi inti dan khusus. Kompetensi Inti adalah kompetensi fungsional yang harus dimiliki oleh setiap pustakawan dalam menjalankan tugas-tugas perpustakaan.Kompetensi Inti mencakup unit-unit kompetensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas inti dan wajib dikuasai oleh pustakawan. Kompetensi inti meliputi : (1) Melakukan Seleksi Bahan Perpustakaan, (2) Melakukan Pengadaan Bahan Perpustakaan, (3) Melakukan Pengkatalogan Deskriptif, (4) Mengadakan Pengkatalogan Subyek, (5) Melakukan Perawatan Bahan Perpustakaan, (6) Melakukan Layanan sirkulasi, (7) Melakukan Pelayanan Referensi, (8) Melakukan Penelusuran
5
Informasi Sederhana, (9) Melakukan Promosi Perpustakaan, (10) Melakukan Kegiatan Literasi Informasi, (11) Memanfaatkan Jaringan Internet Layanan Perpustakaan. Kompetensi Khusus merupakan kompetensi tingkat lanjut yang bersifat spesifik, meliputi: (1) Merancng Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan, (2) Melakukan Perbaikan Bahan Perpustakaan, (3) Membuat Literatur Sekunder, (4) Melakukan Penelusuran Informasi Kompleks, (5) Melakukan Kajian Perpustakaan, (6) Membuat Karya Tulis Ilmiah. Disamping ketiga kompetensi tersebut diatas seorang pustakawan harus mempunyai kompetensi kunci yaitu sikap kerja yang harus dimiliki pustakawan untuk mencapai unjuk kerja yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan setiap unit kompetensi (Umum, Inti dan Khusus). Jadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) disusun bertujuan sebagai acuan pengembangan tenaga kerja Indonesia yang kompeten, professional, dan kompetitif melalui aplikasi cerdas yang mampu membentuK ciri khusus bagi perusahaan maupun individu itu sendiri dalam persaingan dunia usaha dan persaingan dalam pasar tenaga kerja (Rimbarawa, 2012:31) Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi pustakawan adalah sebuah karakteristik dasar pustakawan yang terkait dengan pencapaian kinerjanya serta kemampuan
pustakawan
mencakup
pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
dalam
menyelesaikantugas dan tanggung jawabnya sebagai pustakawan. Perpustakaan tanpa adanya pustakawan bagaikan rumah tanpa penghuninya, begitu sebaliknya pustakawan tanpa perpustakaan bagaikan manusia hidup tanpa adanya roh artinya satu sama lain saling membutuhkan dan saling melengkapi. Pengertian dan pemahaman mengenai Perpustakaan sangat banyak. Menurut UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dijelaskan “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”. Artinya sebagai institusi (lembaga) memiliki koleksi berbagai media, dikelola secara professional, dengan standar yang baku, standar kompetensi SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), dsb. Pasal 15 ayat 3 UU No. 43 Tahun 2007 Tentang perpustakaan, menyatakan bahwa pembentukan Perpustakaan paling sedikit memenuhi syarat yaitu memiliki koleksi 6
perpustakaan, memiliki tenaga perpustakaan, memiliki sarana dan prasarana perpustakaan, memiliki sumber pendanaan dan memberitahukan keberadaannya ke Perpustakaan Nasional RI. Peran strategis Perpustakaan secara umum nampak pada tujuan, sebagaimana dikehendaki pada Pasal 4 UU No. 43 Tahun 2007 yang menyatakan “Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Secara khusus berlaku tujuan internal sesuai dengan masing-masing jenis perpustakaan itu sendiri, dan pada prinsipnya sama yaitu untuk mendukung tugas pokok dan fungsi lembaga/institusi yang menaungi dimana saja pustakawan bekerja. Saat ini perpustakaan wajib harus ada dan merupakan prospek masa depan yang menjanjikan bagi pustakawan, terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yaitu penerapan pasar bebas (Global Market) termasuk transaksi tenaga kerja di semua bidang termasuk pustakawan. Pustakawan sesuai dengan tugas dan fungsinya, yang salah satunya adalah distribusi informasi (distribution of information) harus menyadari (aware) dan mempersiapkan diri (prepare).
Kompetensi Pustakawan dalam Menghadapi Pasar Bebas Pasar bebas (Global Market) sudah berada di depan mata. Keberadaan pasar bebas secara tidak langsung mempengaruhi sikap, pola pikir dan kehidupan seseorang. Dengan terwujudnya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) 2015 maka penerapan pasar bebas termasuk transaksi tenaga kerja di semua bidang diberlakukan termasuk Pustakawan. Surachman (2012: 18) menyatakan bahwa pasar bebas disini berkaitan dengan suatu persaingan dan kompetisi di bidang ekonomi secara bebas, siapa yang berhasil memenangkan persaingan dan kompetisi tersebut, akan bertahan pada pasar bebas. Pasar bebas merupakan sebuah proses pertukaran yang tidak terbatas lokasi, baik dalam bidang ekonomi, politik dan kebudayaan. Terkait dengan hal tersebut maka tentu saja akan berpengaruh pada profesi Pustakawan. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan pustakawan Indonesia akan bersaing dengan pustakawan luar negeri dalam hal mencari pekerjaan.
7
Dengan demikian perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia tidak menutup kemungkinan akan dimasuki oleh para pustakawan dari luar negeri, begitu pula sebaiknya pustakawan Indonesia juga akan dapat bekerja di perpustakaan luar negeri. Jadi dalam konsep pasar bebas di sini lebih ditekankan bahwa tidak adanya batasan tempat untuk seseorang bekerja. Melihat keadaan tersebut maka pustakawan dituntut untuk bersaing dengan pustakawan dari luar negeri.Hal tersebut bukanlah mudah bagi pustakawan apabila tidak mempersiapkan diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Jadi dalam konsep pasar bebas adalah bagaimana
pustakawan bisa mempersiapkan diri dengan meningkatkan
kompetensinya. Kompetensi merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan kinerja seseorang. Sesuai dengan uraian diatas bahwa menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sector jasa kemasyarakatan, social budaya, hiburan, dan perorangan lainnya bidang perpustakaan, Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Dari penjelasan tersebut dapat dimaksud
bahwa kompetensi pustakawan adalah
sebuah karakteristik dasar pustakawan yang terkait dengan pencapaian kinerjanya serta kemampuan
pustakawan
mencakup
pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap
dalam
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pustakawan. Terkait dengan kompetensi dan daya saing (Surachman, 2012:8) menyebutkan bahwa setidaknya pustakawan Asia Tenggara perlu memiliki beberapa hal sebagai berikut : 1. Kemampuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi 2. Kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa 3. Kemampuan dalam literasi informasi 4. Kemampuan dan keahlian dalam pelayanan teknis dan pengguna 5. Pemikiran yang inovatif dan kreatif 8
6. Kemampuan untuk bekerja sama 7. Kemampuan lain yang berhubungan dengan soft skill Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang disebutkan Larsen dalam Achmad, dkk. (2012;109) mengenai kompetensi pustakawan di era global, yaitu: 1. Pengetahuan dan keterampilan dalam teknologi informasi dan komunikasi, penelusuran informasi, ekonomi informasi, pengetahuan tentang subyek khusus, metoda dan teori pedagogis, statistik untuk manajemen proyek, pemasaran, aspek hokum, dan metode tes serta pengukuran. 2. Keterampilan individu seperti komunikasi, mempunyai komitmen, siap berubah, perencanaan individu, kemauan untuk belajar, manajemen stress, dan keterampilan pedagogis. 3. Sikap mampu atau bersedia untuk berbagi pengetahuan, bekerjasama dalam tim, mengatasi konflik, dan sifat humor.
Dalam menghadapi pasar bebas selain mempersiapkan diri dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan maka yang juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana pustakawan tersebut dalam bersikap (Kompetensi Kepribadian /soft skill) dalam menjalankan profesinya sebagai pustakawan dalam melayani pemustaka / pemakai jasa perpustakaan. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Ada beberapa sikap yang harus dimiliki pustakawan : 1. Disiplin Kedisiplinan
harus
dimiliki
oleh
pustakawan,
karena
hal
tersebut
membantumeningkatkan kinerja pustakawan, ditambah lagi perpustakaan merupakan organisasi yang melayani masyarakat, apabila pustakawannya tidak disiplin, kemungkinan besar akan mengecewakan pemustaka. Misalnya saja sudah waktunya perpustakaan buka, tetapi petugas perpustakaan belum datang, sedangkan pemustaka sudah datang, dengan kejadian tersebut maka pemustaka tentu saja akan kecewa.
9
2. Ulet Keuletan pustakawan dalam memperkenalkan dan mempromosikan perpustakaan kepada masyarkat secara umum. Meskipun masih ada anggapan bahwa perpustakaan bukanlah suatu lembaga penting, tetapi pustakawan tidak boleh berkecil hati, dan selalu mempromosikan perpustakaan kepada masyarakat, agar perpustakaan tetap diminati, dan bermanfaat bagi masyrakat. 3. Kerja Keras Meskipun pustakawan bekerja pada sebuah organisasi non profit oriented, pustakawan harus selalu bekerja keras melayani pemusstaka (masyarakat pemakai jasa perpustakaan), dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. 4. Produktif Pustakawan harus produktif, misalnya pustakawan membuat abstrak, indeks, kliping Koran dan sebagainya. Selain itu pustakawan juga dapat melakukan penelitian untuk dijadikan sebuah karya ilmiah yang membantu dalam perkembangan ilmu perpustakaan 5. Mandiri Pustakawan harus memilikikemampuan dan keahlian dalam melayani pemustaka secara mandiri, pustakawan tidak boleh bergantung pada profesi lain, pustakawan perlu memiliki pamahaman pada ilmu-ilmu lain yang masih berkaitan dengan bidang pekerjaannya. 6. Kreatif Pustakawan harus memiliki inovasi/ide-ide kreatif dalam mengembangkan pelayanan perpustakaan, misalnya dengan menyediakan mainan-mainan yang bersifat edukatif pada layanan anak-anak. Menyebarkan pamplet di sekolah-sekolah yang berisi kegiatan atau lomba-lomba yang akan yang akan diadakan yang berkaitan dengan minat baca masyarakat, dll 7. Tanggung jawab Pustakawan harus memiliki tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan, terutama dalam pencapaian tujuan perpustakaan tersebut. 10
8. Responsif Pustakawan harus cepat dalam merespon keinginan pemustaka.Misalnya ada pemustaka yang kebingungan dalam menelusur informasi maka pustakawan harus segera memberikan bantuan. Sikap atau kepribadian yang baik seperti diuraikan di atas harus dimiliki oleh pustakawan karena sangat bermanfaat terhadap kinerja pustakawanitu sendiri. Selain kompetensi yang disebutkan di atas, pustakawan harus pandai berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun tulisan, karena bahasa Inggris adalah bahasa Internasional dan juga bahasa komunikasi intelektual.
Kesimpulan 1. Kompetensi pustakawan dalam menghadapi pasar bebas sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ditambah dengan kompetensi lain yang berorientasi kepada keperluan pemustaka; 2. Dalam menghadapi Pasar Bebas, selain memiliki kompetensi di bidang kepustakawanan juga memiliki kompetensi bidang lain seperti teknologi informasi, psikologi, ekonomi dll.; 3. Pustakawan harus menguasai bahasa Inggris (merupakan bahasa Internasional) dan mampu berkomunikasi dengan baik, baik lisan maupun tulisan; 4. Pustakawan harus mempunyai kepribadian yang baik dan menarik seperti disiplin, ulet, kerja keras, produktif, mandiri, kreatif, tanggung jawab, dan responsive.
Saran Pasar bebas merupakan tantangan bagi pustakawan untuk bersaing di dalamnya. Pustakawan harus memiliki kompetensi seperti kompetensi professional di bidang kepustakawanan dan kompetensi pribadi (personal). Pustakawan harus terus mengembangkan diri mengikuti perkembangan yang ada.
11
Daftar Pustaka Undang-undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, tindak lanjut PP No. 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan , dan Peraturan Terkait Lainnya. “Undang-undang RI No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara”. Tersedia dalam http:// Pustakawan.pnri.go.id/uploads/document/Jabatan Fungsional.pdf.Diakses pada tanggal 15 Mei 2017. Keputusan Presiden RI Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Peraturan MENPAN & RB No. 9 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya KeputusanMenteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 83 Tahun 2012 tentang SKKNI Bidang Perpustakaan Achmad, dkk. 2012. Layanan cinta : Perwujudan layanan prima perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto. Rimbarawa, K. 2013. “Peran IPI dalam meningkatkan kompetensi pustakawan menuju Sertifikasi”. Jakarta : Sagung Seto. Surachman, A. 2012.“Pustakawan Asia Tenggara menghadapi globalisasi dan pasar bebas”. Dalam Jurnal Media Pustakawan Vol. 19 No. 1 Tahun 2012.
12