KORELASI PH DENGAN KONSENTRASI ION PENCEMAR PADA SIMPANAN DAN

Download Artificial Storage and Recovery of Groundwater (ASRG/SIMBAT) has been applied at LIPI. Jakarta. The research area is an area with a high wa...

0 downloads 352 Views 552KB Size
ISBN: 978-979-8636-19-6

KORELASI PH DENGAN KONSENTRASI ION PENCEMAR PADA SIMPANAN DAN IMBUHAN BUATAN UNTUK AIRTANAH DI LIPI JAKARTA Anna Fadliah Rusydi1, Edi Prasetyo Utomo1, Dadan Suherman1, Nyoman Sumawijaya1, dan Wahyu Purwoko1 1

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Kompleks LIPI, Gd 70, Jl Sangkuriang, Bandung 40135 Email: [email protected]

Abstrak Simpanan dan imbuhan buatan untuk airtanah (SIMBAT) telah diaplikasikan di LIPI Jakarta. Daerah penelitian merupakan adalah daerah dengan kebutuhan air tinggi sedangkan infilitrasi kurang efektif. Aplikasi SIMBAT di daerah ini bertujuan untuk meningkatkan daya dukung potensi sumberdaya airtanah sebagai sumber air bersih secara berkelanjutan di daerah sulit air dan kebutuhan airtinggi. Parameter kualitas air bersih yang dipantau pada SIMBAT di antaranya adalah pH, konsentrasi besi dan mangan. Dalam tulisan ini dianalisis mengenai hubungan antara nilai pH dengan konsentrasi ion besi dan mangan. Analisis dilakukan di tiga (3) sumur pantau (SP 1, SP 2, dan SP 3) dengan variasi kedalaman 3 m, 5 m, dan 10 m. Sampel air diambil pada bulan Juni, Agustus, dan Oktober tahun 2012. Pada titik SP 1, pH menurun sementara konsentrasi besi dan mangan cendrung meningkat. Pada titik SP 2, pH meningkat, demikian pula dengan konsentrasi besi dan mangan. Pada titik SP 3, pH dan konsentrasi mangan menurun, sedangkan konsentrasi besi meningkat. Secara teori hubungan antara pH dengan ion besi serta mangan memiliki korelasi yang berbanding terbalik. Variasi kedalaman pengambilan sampel, curah hujan, dan sumber alami besi dan mangan menjadi beberapa faktor yang menyebabkan konsentrasi besi dan mangan pada beberapa titik tidak berbanding terbalik dengan pH. Kata kunci: SIMBAT, sumur pantau, besi, mangan

Abstract Artificial Storage and Recovery of Groundwater (ASRG/SIMBAT) has been applied at LIPI Jakarta. The research area is an area with a high water demand, but has a less effective infiltration. The objective of this technology was to increase the carrying capacity of groundwater resource potential as a sustainable source of water. Several water quality parameters were monitored in SIMBAT including pH, iron, and manganese. This paper analyzed the relationship between pH with concentration of iron and manganese ions. The analysis was conducted in three (3) monitoring wells (SP 1, SP 2, and SP 3) with variations depth of 3 m, 5 m, and 10 m. Groundwater samples were taken in June, August and October 2012. At SP 1, pH decreased while iron and manganese concentrations tend to increase. At SP 2, pH and iron and manganese concentration increased. At SP 3, pH and manganese concentration decreased, while the iron Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

189

ISBN: 978-979-8636-19-6

concentrations increased. In theory, the relationship between pH with ions concentration of iron and manganese are inversely correlated. Variations in sampling depth, rainfall, and natural sources of iron and manganese become some factors causing iron and manganese concentrations at some points were not inversely proportional to pH. Keywords: SIMBAT, monitoring wells, iron, manganese

PENDAHULUAN DKI Jakarta mengalami masalah penurunan cadangan airtanah yang tidak sebanding dengan kebutuhan penduduknya. Peningkatan jumlah penduduk diiringi dengan eksploitasi airtanah sehingga mengganggu keseimbangan airtanah (Utomo, 2011). Cadangan airtanah Jakarta yang dapat diambil hanya sekitar 25% (Dewi, 2010). Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan pembangunan sumur SIMBAT (Simpanan dan Imbuhan Buatan untuk Airtanah) di Jakarta, tepatnya di komplek LIPI Jl. Gatot Subroto. Lokasi ini dianggap mewakili daerah dengan katagori kebutuhan air banyak, dan infiltrasi kurang efektif. Teknologi SIMBAT bertujuan untuk meningkatkan daya dukung potensi sumberdaya airtanah sebagai sumber air bersih secara berkelanjutan di daerah sulit air dan kebutuhan airtanahnya yang tinggi. Selain dapat mendukung penggunaan airtanah secara berkelanjutan, teknologi SIMBAT juga dapat mengurangi bencana banjir (Utomo dkk., 2011). Teknologi SIMBAT telah diterapkan di Komplek Perkantoran LIPI Jakarta sejak tahun 2009. Pemantauan fluktuasi muka airtanah di sumur pantau SIMBAT menunjukkan adanya peningkatan muka airtanah (Utomo dkk., 2012). Muka airtanah sebelum injeksi dari SIMBAT adalah 452 cm di bawah permukaan tanah (BMT) dan setelah dilakukan injeksi terjadi peningkatan muka airtanah. Data tahun 2012 di sumur pantau SIMBAT memperlihatkan rata-rata ketinggian muka airtanah adalah 300 cm BMT (Utomo dkk., 2012). Selain mengatasi masalah kuantitas airtanah, pada penelitian ini juga dilakukan analisis terhadap kualitas air tanah pada sumur SIMBAT. Tulisan ini membahas mengenai kualitas air tanah pada sumur SIMBAT yang dibandingkan dengan baku mutu air minum. Parameter pencemar yang dianalisis adalah pH, konsentrasi besi dan mangan.

LOKASI PENELITIAN Teknologi SIMBAT diterapkan di halaman komplek LIPI di Jalan Jenderal Gatot Subroto 10, Jakarta. Berdasarkan pada data litology log dan resistivity log, diketahui bahwa lapisan akuifer di bawah permukaan Komplek LIPI Jakarta berbentuk lapisan pasir, pasir lempungan, lempung pasiran, pasir kasar, dan kerikil (Utomo dkk., 2011). Kondisi ini menunjukkan kemampuan untuk menyimpan air dari permukaan ke dalam lapisan akuifer.

190

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

ISBN: 978-979-8636-19-6

Gambar 1. SIMBAT di Komplek LIPI Jakarta

Gambar 1 merupakan denah letak SIMBAT di Komplek LIPI Jakarta. Untuk memantau kuantitas dan kualitas airtanah dibangun empat (4) sumur pantau. Tiga (3) diantaranya terletak di sekeliling kolam SIMBAT.

METODOLOGI Pengambilan conto air dilakukan di sumur pantau (SP) 1, 2, dan 3, yang diperlihatkan pada Gambar 2. Pengambilan conto air dilakukan pada kedalaman 3 m, 5 m, dan 10 m, selanjutnya analisis kimia conto airtanah dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Geoteknologi. Parameter kualitas air yang dianalisis dalam tulisan ini adalah pH, konsentrasi ion besi, dan ion mangan pada bulan Juni, Agustus, dan Oktober 2012.

Gambar 2. Desain SIMBAT di Komplek LIPI Jakarta

Terdapat dua analisisis yang dilakukan, pertama adalah dengan membandingkan nilai pH, konsentrasi besi, dan konsentrasi mangan dengan baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

191

ISBN: 978-979-8636-19-6

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 (PP RI No. 82/2001) tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk air Kelas 1, yaitu peruntukan air baku air minum. Kedua, analisis hubungan antara perubahan nilai pH terhadap konsentrasi Fe dan Mn di SIMBAT LIPI Jakarta.

HASIL PENELITIAN/DISKUSI Besi dan mangan merupakan logam golongan transisi. Mangan termasuk dalam golongan logam transisi VIIB dengan nomor atom dan massa atom relatif masing-masing 25 dan 54,938. Sementra Besi (Fe) termasuk dalam golongan logam transisi VIII B dan memiliki nomor atom dan massa atom relatif masing-masing 26 dan 55,847. Besi dan mangan adalah unsur logam yang terdapat dalam berbagai jenis batuan. Pada airtanah, sumber alami besi dan mangan berasal dari pelapukan batuan, efluen industri, air asam tambang, air selokan, dan lindi tempat pembuangan akhir (TPA). Beberapa referensi menyebutkan bahwa kandungan besi dan mangan tidak menyebabkan masalah terhadap kesehatan (Ayotte dkk., 2008; Dvorak dan Skipton., 2007). Dvorak dan Skipton (2007), menuliskan bahwa yang berbahaya bagi kesehatan adalah bakteri besi dan mangan. Sementara menurut Chua dan Morgan (1996), Kondakis dkk. (1989), dan Wilson (2009), kandungan besi dan mangan dalam air yang melebihi baku mutu dapat mengganggu kesehatan. Menurut Chua dan Morgan (1996), penyerapan besi dan mangan yang berlebihan pada tikus menyebabkan kerusakan jaringan, terutama di otak. Sementara dalam penelitian yang dilakukan Kondakis dkk. (1989) pada pria dan wanita yang berusia di atas 50 tahun, mengindikasikan bahwa konsentrasi mangan yang tinggi dalam air minum menyebabkan terjadinya tanda-tanda gangguan neurologis. Wilson (2009) menjelaskan bahwa kandungan besi yang berlebih dalam tubuh manusia dapat tersimpan dalam pankreas, hati, dan arteri, sedangkan mangan dapat menjadi sangat beracun apabila kandungannya melebihi baku mutu karena dapat tersimpan dalam arteri, otak, liver, dan organ lain. Dari segi estetika, kandungan besi dan mangan dapat menyebabkan air menjadi berwarna, berasa, dan berbau. Pencucian peralatan rumah tangga menggunakan air yang mengandung besi dapat menyebabkan benda tersebut berwarna coklat kemerahan, sementara air yang mengandung mangan akan menyebabkan peralatan rumah tangga berwarna hitam kecoklatan (Ayotte dkk., 2008; Dvorak dan Skipton, 2007). Sabun dan detergen tidak dapat menghilangkan noda tersebut. PP RI No. 82/2001 mengatur kandungan maksimum besi dan mangan yang diperbolehkan dalam air baku air minum masing-masing adalah 0,3 mg/L dan 1 mg/L. Sementara untuk parameter pH yang aman untuk air minum menurut peraturan yang sama adalah pada rentang 6 sampai dengan 9. Menurut Metzger (2005) dan Sawyer dkk. (1994), pH berbanding terbalik dengan konsentrasi ion besi, dimana jika pH rendah maka kelarutan ion besi dalam bentuk Fe2+ dan Fe3+ di air tinggi. Sebaliknya, nilai pH yang tinggi akan membuat ion besi dalam air menjadi bentuk endapan sehingga konsentrasinya dalam air rendah. Sama halnya dengan konsentrasi ion mangan yang juga berbanding terbalik dengan pH. Hal lain yang mempengaruhi konsentrasi ion besi dan mangan adalah kandungan oksigen karbondioksida terlarut (Dvorak dan Skipton, 2007). Kelarutan ion besi dan mangan akan meningkat apabila kandungan O2 rendah dan CO2 tinggi. Sebaliknya, kelarutan besi dan mangan 192

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

ISBN: 978-979-8636-19-6

akan menurun apabila kandungan O2 tinggi dan CO2 rendah. Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam air akan mengoksidasi kandungan besi dan mangan, yang kemudian akan menjadi bentuk mengendap dalam air. Sementara kandungan karbon dioksida yang tinggi dalam air akan meningkatkan keasaman, karena CO2 dapat dengan mudah larut dalam air menjadi asam karbonat (H2CO3).

10.0

10.0

9.0

9.0

8.0

8.0

7.0

7.0

6.0

6.0

5.0

5.0

4.0

4.0

3.0

3.0

2.0

2.0

1.0

1.0

0.0

pH titik SP1- 10 m

pH titik SP 1-3 m

Hasil analisis kualitas air di titik SP-1 kedalaman 3 m dan 10 m diperlihatkan pada Gambar 3 sampai 5. Parameter pH, konsentrasi ion besi, dan mangan di hampir seluruh titik memenuhi baku mutu untuk air baku air minum. Parameter yang tidak memenuhi baku mutu adalah pH pada bulan Oktober 2012 di titik SP-1 kedalaman 3 m dan 10 m, serta konsentrasi ion besi di titik SP-1 kedalaman 10 m pada bulan Juni dan Oktober 2012. Gambar 3 memperlihatkan nilai pH pada titik SP1 kedalaman 3 m dan 10 m memiliki pola yang menurun sepanjang waktu pengamatan (Juni 2012 s.d Oktober 2012). Pada bulan Juni 2012 s.d Agustus 2012, nilai pH cendrung netral dan berkisar antara 7.07 s.d 7.60. Pada bulan Oktober 2012, pH mengalami penurunan cukup signifikan hingga menciptakan suasana asam, dengan nilai 5.64 (SP1-3 m) dan 5.84 (SP1-10 m).

0.0 Juni

Agustus

Oktober

Bulan Pengamatan (Tahun 2012) pH titik SP1-3 m

pH titik SP1-10 m

BM pH Min

BM pH Maks

0.6

0.6

0.5

0.5

0.4

0.4

0.3

0.3

0.2

0.2

0.1

0.1

0.0

Fe titik SP1- 10 m (mg/L)

Fe titik SP 1-3 m (mg/L)

Gambar 3. Grafik pH Pada Titik SP-1 Kedalaman 3 m dan 10 m

0.0 Juni

Agustus

Oktober

Bulan Pengamatan (Tahun 2012) Fe titik SP1-3 m

Fe titik SP1-10 m

BM Fe

Gambar 4. Grafik Fe Pada Titik SP-1 Kedalaman 3 m dan 10 m

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

193

1.2

1.2

1.0

1.0

0.8

0.8

0.6

0.6

0.4

0.4

0.2

0.2

0.0

Mn titik SP1- 10 m (mg/L)

Mn titik SP 1-3 m (mg/L)

ISBN: 978-979-8636-19-6

0.0 Juni

Agustus

Oktober

Bulan Pengamatan (Tahun 2012) Mn titik SP1-3 m

Mn titik SP1-10 m

BM Mn

Gambar 5. Grafik Mn Pada Titik SP-1 Kedalaman 3 m dan 10 m

Pada bulan Juni 2012, konsentrasi ion besi di titik SP-1 kedalaman 3 m lebih rendah dari pada titik SP-1 kedalaman 10 m (Gambar 4). Hal ini bisa disebabkan karena kandungan O2 pada kedalaman 3 m lebih tinggi dibandingkan kedalaman 10 m. Sesuai teori, pada saat kandungan O2 tinggi maka kelarutan ion besi akan menurun, sebaliknya pada saat kandungan O2 rendah maka kelarutan ion besi akan meningkat. Pada bulan Agustus 2012, konsentrasi ion besi pada kedalaman 3 m dan 10 m hampir sama. Sedangkan pada bulan Oktober 2012, konsentrasi ion besi pada kedalaman 3 m menurun dan pada kedalaman 10 m meningkat. Pertambahan konsentrasi ion besi pada kedalaman 10 m bisa berasal dari akumulasi ion besi pada kedalaman 3 m. Masih menjadi pertanyaan mengenai penurunan konsentrasi ion besi pada kedalaman 3 m yang cukup signifikan pada bulan Oktober 2012. Sementara pada titik ini pH adalah asam, sehingga seharusnya kelarutan ion besi meningkat. Untuk itu diperlukan pemeriksaan kimia tanah untuk mengetahui sumber besi di sumur pantau. Konsentrasi ion mangan pada bulan Juni dan Agustus 2012 di titik SP1 kedalaman 3 m dan 10 m meningkat seiring dengan penurunan pH (Gambar 5). Tetapi pada bulan Oktober 2012, dalam kondisi asam, konsentrasi ion mangan menurun. Hal ini bisa disebabkan terjadinya pengenceran, karena pada bulan Oktober 2012 sudah mulai masuk musim hujan. Tetapi untuk penjelasan lebih mendalam, diperlukan pemeriksaan kimia tanah untuk mengetahui sumber mangan di sumur pantau. Konsentrasi ion besi pada Gambar 7 terlihat berfluktuasi, berbeda dengan pH yang cenderung konstan. Konsentrasi ion besi pada bulan Juni 2012 di titik SP-2 kedalaman 5 m lebih tinggi daripada kedalaman 10 m, dengan kondisi nilai pH yang hampir sama. Selain itu, peningkatan konsentrasi ion besi pada bulan Oktober meningkat tajam, sedangkan nilai pH cenderung stabil. Sementara Gambar 8 memperlihatkan konsentrasi ion mangan yang cenderung meningkat sepanjang waktu pemeriksaan. Untuk menjelaskan fenomena ini diperlukan analisis kimia tanah untuk mengetahui sumber besi dan mangan secara alami dalam sumur pantau. Hasil analisis kualitas air di titik SP-2 kedalaman 5 m dan 10 m yang diperlihatkan pada Gambar 6 sampai 8 menunjukkan parameter yang tidak memenuhi baku mutu adalah konsentrasi besi di kedalaman 5 m pada bulan Juni dan Oktober 2012 dan kedalaman 10 m pada bulan Oktober 2012.

194

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

ISBN: 978-979-8636-19-6

10.0 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0

10.0 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Juni

Agustus Bulan Pengamatan (Tahun 2012)

pH titik SP2-5 m

pH titik SP2-10 m

pH titik SP2 - 10 m

pH titik SP2 - 5 m

Gambar 6 memperlihatkan nilai pH yang cenderung konstan dan memenuhi baku mutu air baku air minum. Gambar 9 sampai 11 memperlihatkan nilai pH, serta konsentrasi ion besi dan mangan di titik SP-3. Nilai pH dan kosentrasi besi di titik ini sepanjang waktu pengamatan memenuhi baku mutu untuk air baku air minum. Akan tetapi parameter mangan di kedalaman 5 m dan 10 m pada bulan pengamatan memiliki konsentrasi di atas baku mutu. Gambar 9 memperlihatkan nilai pH yang cenderung konstan dan memenuhi baku mutu air baku air minum.

Oktober

BM pH Min

BM pH Maks

0.6

0.6

0.5

0.5

0.4

0.4

0.3

0.3

0.2

0.2

0.1

0.1

0.0

Fe titik SP2- 10 m (mg/L)

Fe titik SP2 - 5 m (mg/L)

Gambar 6. Grafik pH Pada Titik SP-2 Kedalaman 5 m dan 10 m

0.0 Juni

Agustus

Oktober

Bulan Pengamatan (Tahun 2012) Fe titik SP2-5 m

Fe titik SP2-10 m

BM Fe

Gambar 7. Grafik Fe Pada Titik SP-2 Kedalaman 5 m dan 10 m

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

195

1.2

1.2

1.0

1.0

0.8

0.8

0.6

0.6

0.4

0.4

0.2

0.2

0.0

Mn titik SP2- 10 m (mg/L)

Mn titik SP2 - 5 m (mg/L)

ISBN: 978-979-8636-19-6

0.0 Juni

Agustus

Oktober

Bulan Pengamatan (Tahun 2012) Mn titik SP2-5 m

Mn titik SP2-10 m

BM Mn

10.0

10.0

8.0

8.0

6.0

6.0

4.0

4.0

2.0

2.0

0.0

pH titik SP3 - 10 m

pH titik SP3 - 5 m

Gambar 8. Grafik Mn Pada Titik SP-2 Kedalaman 5 m dan 10 m

0.0 Juni

Agustus Bulan Pengamatan (Tahun 2012)

pH titik SP3-5 m

pH titik SP3-10 m

Oktober

BM pH Min

BM pH Maks

0.60

0.60

0.50

0.50

0.40

0.40

0.30

0.30

0.20

0.20

0.10

0.10

0.00

Fe titik SP3 - 10 m (mg/L)

Fe titik SP3 - 5 m (mg/L)

Gambar 9. Grafik pH Pada Titik SP-3 Kedalaman 5 m dan 10 m

0.00 Juni

Agustus Oktober Bulan Pengamatan (Tahun 2012)

Fe titik SP3-5 m

Fe titik SP3-10 m

BM Fe

Gambar 10. Grafik Fe Pada Titik SP-5 Kedalaman 5 m dan 10 m

196

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

Mn titik SP 3 -5 m (mg/L)

2.00

2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00

1.50

1.00

0.50

0.00 Juni

Agustus

Mn titik SP3- 10 m (mg/L)

ISBN: 978-979-8636-19-6

Oktober

Bulan Pengamatan (Tahun 2012) Mn titik SP3-5 m

Mn titik SP3-10 m

BM Mn

Gambar 11. Grafik Mn Pada Titik SP-1 Kedalaman 3 m dan 10 m

Pola konsentrasi ion besi dan mangan pada Gambar 10 dan 11 bertolak belakang, di mana konsentrasi ion besi meningkat sementara konsentrasi mangan menurun sepanjang waktu pengamatan. Hal ini bisa disebabkan karena kandungan mangan yang secara alami tinggi di titik tersebut, melihat hasil analisis konsentrasi mangan yang berada diatas baku mutu.

KESIMPULAN Hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa untuk parameter pH, konsentrasi ion besi dan mangan di tiga sumur pantau SIMBAT, pada bulan Juni, Agustus, dan Oktober 2012 secara umum hampir seluruhnya memenuhi baku mutu PP RI No. 82/2001 untuk air baku air minum. Konsentrasi yang tidak memenuhi baku mutu di masing-masing titik adalah: titik SP 1; pH di kedalaman 3 m dan 10 m pada bulan Oktober 2012, dan konsentrasi besi di kedalaman 10 m pada bulan yang sama. Titik SP 2; konsentrasi besi di kedalaman 5 m pada bulan Juni dan Oktober, dan di kedalaman 10 m pada bulan Oktober. Pada titik SP 3, konsentrasi mangan di kedalaman 5 m dan 10 m sepanjang bulan pengamatan berada di atas baku mutu. Konsentrasi ion besi dan mangan di ketiga sumur pantau (SIMBAT) tidak selalu berbanding terbalik dengan nilai pH. Hal ini kemungkinan disebabkan kandungan alami besi dan mangan yang terdapat pada batuan atau tanah di lingkungan sumur pantau.

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Puslit Geoteknologi-LIPI yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini dan kepada Puslit Fisika-LIPI dimana anggaran DIPA penelitian ini disediakan. Ucapan terimakasih juga disampaikan sdr. Wahyu Purwoko analis kimia Puslit Geoteknologi LIPI yang telah melakukan analisa kimia air.

DAFTAR PUSTAKA Ayotte, J. D., Nielsen, M. G., Robinson, G. R., and Moore, R. B., 2008. Relation of Arsenic, Iron, and Manganese in Ground Water to Aquafier Type, Bedrock Lithogeochemistry, and Land Use in the New England Coastal Basins, Water Resources Investigations Report 99-4162, U.S. Department of the Interior, U.S. Geological Survey. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012

197

ISBN: 978-979-8636-19-6

Chua, A. C. G., dan Morgan, E. H., 1996. Effects of Iron Deficiency and Iron Overload on Manganese Uptake and Deposition in the Brain and Other Organs of the Rat, Biological Trace Element Research, 55, Issue 1-2, pp. 39-54, SpringerLink. Dewi, E., “Cadangan Air Tanah Jakarta Tipis”, Metro, Harian Umum Tempo, 26 Mei 2010. Dvorak, B. I., dan Skipton, S. O., 2007. Drinking Water: Iron and Manganese, NebGuide, Published by University of Nebraska-Lincoln Extension, Institute of Agriculture and Natural Resources. Kondakis, X. G., Markis, N., Leotsinidis, M., Prinou, M., Papapetropoulos, T., August 2010. Possible Health Effects of Manganese Concentration in Drinking Water, Archives of Enviromental Health: An International Journal, 44, Issue 3, 175-178, Taylor & Francis. Metzger, M., 2005 The Relationship Between Iron and pH, National Testing Laboratories, Ltd., Worldwide Drilling Resource. PP (Peraturan Pemerintah) Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sawyer, C. N., McCarty P. L., dan Parkin, G. F., 1994. Chemistry for Enviromental Engineering, McGraw-Hill International Editions Civil Engineering Series. Utomo, E. P., Sumawjaya, N., Rusydi, A.F., dan Naily, W., 2011. Peningkatan Daya Dukung Sumberdaya Airtanah untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Daerah Sulit Air dengan Metoda ASRG, (Artificial Storage & Recovery of Groundwater) /SIMBAT (Simpanan dan Imbuhan Buatan Airtanah) di Jakarta, Laporan Penelitian Program Kompetitif LIPI SubProgram Energi Bersih Terbarukan dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan, Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI. Utomo, E. P., Sumawjaya, N., Rusydi, A.F., dan Naily, W., 2012.PAplikasi SIMBAT/ASRG untuk Konservasi Sumberdaya Air di Kawasan Industri dan Permukiman, Laporan Penelitian Program Kompetitif LIPI SubProgram Energi Bersih Terbarukan dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan, Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI. Utomo, Y. W., 2001. Empat Rekomendasi Atasi Masalah Air Tanah Jakarta. Harian Umum Kompas, 11 November 2011. Wilson, L., 2009. Iron, Manganese, and Aluminum (The Three Amigos and Others). Disitir dari: http://www.drlwilson.com/articles/IRON,%20MANG,ALUM.htm (diakses pada Januari 2013)

198

Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI - 2012