LABORATORIUM KIMIA FARMASI SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2013/2014
Praktikum
: KIMIA PANGAN
Modul
: Penetapan Kadar Air
Pembimbing : Dra. Nancy Siti Djenar., MS
Praktikum
: 11 Oktober 2013
Penyerahan : 25 Oktober 2013
Oleh : Kelompok Nama
Kelas
:I : Ajeng Maryam Suciati NIM. 111431001 Amanda Aulia Prima NIM. 111431002 Annisa Amalia S NIM. 111431003 Aulia Tulananda NIM. 111431004 : 3A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013 Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
1
I.
Judul Praktikum Penentuan Kadar Air
II.
Pembimbing Praktikum Dra. Nancy Siti Djenar, MS
III.
Tujuan
Menentukan kadar air dari suatu sampel berlemak, tidak berlemak dan kadar air tinggi
Mengetahui metode yang digunakan untuk penentuan kadar air dari suatu sampe berlemak, tidak berlemak dan kadar air tinggi
IV.
Dasar Teori A. Pengertian Air dan Sifat – Sifat Air Air
adalah
substansi
kimia
dengan rumus
kimia H 2O :
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yangterikat secara kovalen pada
satu
tidak berasa dan
atom oksigen .
Air
tidak berbau pada
bersifat
kondisi
tidak berwarna , standar,
yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatupelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan
banyak
zat
kimia
lainnya,
seperti garam-
garam ,gula , asam , beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik . Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik . Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron , tereduksi menjadi gas H2dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
2
H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut. Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garamgaram) disebut sebagai zat-zat ―hidrofilik‖ (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat ―hidrofobik‖ (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekulmolekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air. Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih ―kekuatan tarik‖ pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
3
film) karena gaya tarik molekular antara gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air. Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
B. Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu Bahan Air yang terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk: 1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori yang terdapat pada bahan. 2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan merupakan pelerut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan kolloid tersebut merupakan ikatan hidrogen. 3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada suhu 0o F. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahanperubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri. Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain : 1. Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
4
2. Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni. 3. Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan air bebas. 4. Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa.
C. Kadar Air Dalam Bahan Makanan Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif. Aktivitas air dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Aw
= ERH/100
Aw
= aktivitas air
ERH
= kelembaban relatif seimbang
Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas relatif
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
5
menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang rendah.
D. Penentuan Kadar Air Dalam Bahan Makanan Kadar air dalam makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara: 1. Metode Pengeringan (Thermogravimetri) Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahannya antara lain: 1. Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain. 2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya. 3. Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan. 4. Metode Destilasi (Thermovolumetri) Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air demgan ―pembawa‖ cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat
digunakan
antara
lain:
toluen,
xylen,
benzen,
tetrakhlorethilen dan xylol. Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2-5 ml, kemudain dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripadazat kimia Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
6
tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai sebagai penampung ini antara lain tabung Strak-Dean dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya. 1.
Metode Khemis A. Cara Titrasi Karl Ficher B. Cara Kalsium Karbid C. Cara Asetil Klorida
2.
Metode Fisis
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain: 1. Berdasarkan tetapan dielektrikum 2. Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistansi 3. Berdasarkan resonansi nuklir magnetic 4. Metode khusus misalnya dengan kromatografi, Nuclear MagneticResonance
V.
Alat dan Bahan Alat
Jumlah
Bahan
Cawan Penguapan
4 buah
Sampel Jahe
Labu dasar bulat
4 buah
Sampel pakan ternak
Unit kondensor (kondensor,
1 unit
Sampel Bakso
Krustang
2 buah
Toluena
Desikator
1 unit
Aquades
Neraca
1 unit
Gelas Kimia (100, 250 ml)
@ 2 buah
Gelas ukur (100 ml)
1 buah
Corong gelas
1 buah
Kaca arloji
4 buah
klem, statif, dan konektor)
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
7
VI.
Oven
1 unit
Oven vacum
1 unit
Prosedur Kerja A. Persiapan Pengonstanan cawan porselen
Oven
t= 15 menit; T= 1100C
desikator
neraca
Berat cawan konstan
B. Metode oven Untuk sampel yang mengandung air tanpa lemak/bahan volatile lain Cawan porselen
8-10 gram sampel
oven
desikator Dingin neraca
Timbang sampai didapatkan berat konstan
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
8
C. Metode oven vakum Untuk sampel yang mengandung lemak
Cawan porselen
Oven vakum
8-10 gram sampel
T= 700C; t= 6 jam; 25 mmHg
desikator Dingin neraca
Timbang sampai didapatkan berat konstan
D. Metode Destilasi
Persiapan Sampel
20 g Sampel
Menimbang 5 gram
Jahe
Menumbuk Jahe hingga halus
Menyiapkan pelarut yang sesuai
Melakukan proses destilasi
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
9
Proses Destilasi persiapan alat distilasi
Toluen 60 ml
Mencampurkan
Sampel 5 gr
Melakukan destilasi T : 110oC t : 15 menit
Mengukur volume destilat yang di dapat
VII.
Data Percobaan dan Perhitungan A. Berat awal cawan Penimbangan
Cawan 1
Cawan 2
Cawan 3
Cawan 4
ke-
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
1
40, 1614
42, 0367
37,2832
35,7639
2
40,1608
42,0364
37,2826
35,7636
3
40,1616
42,0370
37,2827
35,7643
4
40,1616
42,0365
37,2826
35,7638
5
-
42,0366
-
35,7638
40,1616
42,0366
37,2827
35,7638
Berat cawan Konstan
Keterangan: Cawan 1 : Sampel Bakso menggunakan oven tanpa vacum Cawan 2 : Sampel pakan ternak menggunakan oven dg vacum Cawan 3 : Sampel Bakso menggunakan oven dengan vacum Cawan 4 : Sampel pakan ternak menggunakan oven tanpa vacum Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
10
B. Oven tanpa vacum Cawan
1 (Bakso)
4 (pakan ternak)
Berat sampel + cawan
50,2936
44,6170
Berat cawan
40,1616
35,7638
Berat Sampel awal (w1)
10,1320
8,8532
Berat sampel setelah
4,0623
7,8571
6,0697
0,9961
dikeringkan (w2) Kehilangan berat (w3)
Note: berat dalam satuan gram
C. Oven dengan vakum Cawan
3 (Bakso)
2 (pakan ternak)
Berat sampel + cawan
47,3380
49,5911
Berat cawan
37,2827
42,0366
Berat Sampel awal (w1)
10,0553
7,5545
Berat sampel setelah
3,7321
6,7738
6,3232
0,7807
dikeringkan (w2) Kehilangan berat (w3)
Note: berat dalam satuan gram
D. Data Pengonstanan Cawan dan Sampel Penimbangan ke-
Berat cawan No 1
2
3
4
1
48,7855
49,5911
47,3379
44,0353
2
48,4695
48,8663
42,2744
43,9939
3
48,2400
48,8694
41,9916
43,9118
4
47,8764
48,8647
41,7425
43,7650
5
47,8704
48,8261
41,0667
43,6781
6
46,4976
48,8104
41,0148
43,7484
7
44,9021
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
43,6738
11
8
44,8112
43,6209
9
44,3539
43,6209
10
44,2239
Note: berat dalam satuan gram
Perhitungan: 1. Sampel bakso dengan oven biasa (cawan 1) Persen Kadar Air (dry basis) =
w3 6,0697 x100 x100 149,41% w2 4,0623
Persen Kadar Air (wet basis) =
w3 6,0697 x 100 x 100 59,91% w1 10,1320
Total Padatan (%)
w2 4,0623 x100 x100 40,09 % w1 10,1320
=
2. Sampel Dedak dengan Oven Biasa (cawan 4) Persen Kadar Air (dry basis) =
w3 0,9961 x100 x100 12,68 % w2 7,8571
Persen Kadar Air (wet basis) =
w3 0,9961 x100 x100 11,25 % w1 8,8532
Total Padatan (%)
w2 7,8571 x100 x100 88,75 % w1 8,8532
=
3. Sampel Dedak dengan Oven Vakum (cawan 2) Persen Kadar Air (dry basis) =
w3 0,7807 x100 x100 11,53 % w2 6,7738
Persen Kadar Air (wet basis) =
w3 0,7807 x100 x100 10,33 % w1 7,5545
Total Padatan (%)
w2 6,7738 x100 x100 89,67 % w1 7,5545
=
4. Sampel Bakso dengan Oven Vakum (cawan 3) Persen Kadar Air (dry basis) = Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
w3 6,3232 x100 x100 169,43% w2 3,7321 12
Persen Kadar Air (wet basis) =
w3 6,3232 x100 x100 62,88 % w1 10,0553
Total Padatan (%)
w2 3,3721 x100 x100 37,12 % w1 10,0553
=
E. Distilasi Berat sampel = 5,0466 gram Volum pelarut = 60 ml Volum distilat = 3,05 ml
% Kadar Air = = = 60,44 %
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
13
VIII.
Pembahasan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu sampel.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah dedak (pakan ternak), bakso daging dan jahe. Kadar air daris sampel dedak dan bakso di bandingkan terhadap dua metode, pengeringan menggunakan oven tanpa vacum dan oven dengan vacum Prinsip dari penentuan kadar air dengan cara kering adalah mengeringkan atau menguapkan air pada suatu bahan (sampel) sehingga di peroleh zat padat yang bebas air. Pengeringan dilakukan pada titik didih air pada tekanan tertentu. Selisih berat kering dan berat basah di konversikan ke dalam satuan kadar air. Sedangkan penentuan kadar air dengan cara basah adalah mendistilasi air pada suatu sampel bahan yang dilarutkan pada pelarut non polar yang memiliki density lebih rendah dari air. Air akan menguap dan menjadi distilat yang kemudian di tampung, sedangkan komponen komponen pada sampel yang bersifat non-polar akan larut dalam pelarut non polar (digunakan toluena) sehingga kadar air dapat di tentukan dari selisih air distilat terhadap berat sampel awal. Penentuan kadar air dengan oven memerlukan waktu yang sangat lama, dapat mencapai 24 jam penamasan untuk sampel yang memiliki kadar air tinggi. Sedangkan pada praktikum ini, pemanasan hanya dilakukan 5-6 jam saja. Sehingga pada beberapa sampel, dianggap konstan pada jam ke 5-6 karena di sesuaikan dengan waktu praktikum. Penentuan kadar air dengan cara kering (oven) Sampel yang di gunakan adalah bakso dan dedak (pakan ternak). Bakso memiliki kadar air yang cukup tinggi dan mengandung lemak sedangkan pakan ternak memiliki kadar air yang rendah dan juga mengandung minyak. Keduanya di ukur pada dua kondisi: (1) pemanasan pada oven dengan vacum pada temperatur 80oC, dan (2) pemanasan pada oven tanpa vacum pada temperatur 110oC. Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
14
Perbedaan perlakuan ini ditujukan untuk membandingkan kadar air yang di tentukan dengan dua metode yang berbeda. Keseluruhan hasil penentuan kadar air secara kering dapat di amati dari tabel berikut perlakuan\sampel
bakso
dedak
vacum tanpa vacum
62,88 59,91
10,33 11,25
Tabel hasil pengukuran kadar air sampel menggunakan oven vacum dan tanpa vacum
Bakso yang mengandung lemak di bandingkan kadar airnya pada dua perlakuan yang berbeda. Seharusnya, kadar air bakso pada pengeringan vacum memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan tanpa vacum, karena pada kondisi vacum (temperatur 80oC), lemak tidaklah menguap, yang menguap hanyalah airnya saja. Dan bila pada kondisi tanpa vacum (temperatur 110oC) lemak pada sampel akan ikut menguap yang menyebabkan kadar air yang terukur seharusnya lebih tinggi dibandingkan pengeringan dengan vacum. Namun tidak pada praktikum ini. Menurut kami, ketidaksesuaian ini terjadi karena sampel pada pemanasan tanpa vacum belum sepenuhnya konstan. Masih tedapat sejumlah air pada bakso tersebut. Terlihat dari dua pengukuran terakhir yang belum menunjukkan berat bakso tersebut konstan. Sampel selanjutnya adalah dedak yang memiliki kadar air kecil (kurang dari 15%). Beda halnya dengan bakso, kadar air dedak yang dikeringkan dengan oven vacum memiliki angka yang lebih kecil daripada oven tanpa vacum. dedak yang di keringkan dengan oven vacum 80oC memiliki kadar air 10,33% sedangkan yang dikeringkan dengan oven tanpa vacum sebesar 11,25%. Ini menunjukkan bahwa dedak adalah sampel yang mengandung air sekaligus lemak. Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) menunjukkan bahwa kadar minyak dedak sebesar 14-17% Titik didih lemak dipengaruhi oleh panjangnya rantai karbon, semakin panjang rantai karbonnya titik didihnya makin tinggi pula. Lemak tak jenuh cenderung memiliki titik didih yang lebih rendah. Inilah yang yang menjadi alasan Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
15
sampel yang mengandung lemak sebaiknya di keringkan dengan oven vacum pada suhu titik didih air yang di sesuaikan dengan tekanan vacum oven. Titik didih air kurang lebih 70oC pada tekanan 250mmHg sedangkan pada 760mmHg titik didih air mencapai 100oC. Dengan mengurangi suhu pemanasan sebesar 30oC diharapkan dapat mencegah kemungkinan lemak yang terdapat pada sampel untuk menguap. Pada oven vacum, tidak diketahui pasti tekanan yang berada didalam oven. Tertera di oven, tekanan dalam vacum sebesar 250 ln Hg. Dan oven di setting pada temperatur 75-80oC. Suhu tidak stabil karena sulit untuk menytabilkan temperaturnya. Seharusnya suhu oven dijaga konstan, karena perubahan 1oC dapat menyebabkan kesalahan sebesar 0,1%. Penentuan kadar air dengan cara basah (distilasi) Metode pengukuran kadar air secara langsung lainnya adalah metode destilasi. Metode ini memiliki prinsip yaitu menguapkan air dengan ―pembawa‖ cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Sampel yang digunakan pada metode ini adalah jahe. Jahe memiliki kadar air sekitar 80% berdasarkan teori. Jahe termasuk ke dalam bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi sehingga ditimbang dengan berat lebih dari 20 gram. Penimbangan dilakukan dengan seksama dan kemudian ditumbuk dan dilarutkan dengan zat kimia ―pembawa‖ tersebut. Zat kimia yang digunakan yaitu toluen, yang memiliki titik didih 110oC dan densitasnya sebesar 0,867g/mL sedangkan air sebesar 1g/mL. Pada praktikum kali ini destilasi yang digunakan adalah destilasi biasa (sederhana). Namun, seharusnya digunakan destilasi azeotrop, yang mana disebabkan oleh titik didih antar pelarut dengan air memiliki selisih yang sangat sedikit (selisih 10oC).
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
16
Penentuan kadar air dengan cara distilasi di tujukan untuk sampel yang mengandung lemak (dalam jumlah yang cukup tinggi). Jahe merupakan salah satu bahan yang mengandung lemak. Penambahan toluen ditujukan agak lemak tidak ikut menguap saat di distilasi, lemak yang bersifat non-polar akan larut dalam toluen yang juga pelarut nonpolar. Dengan demikian, yang menguap hanyalah airnya saja. Air tersebut kemudian di timbang dan kadarnya di tentukan dari selisih distilat (air) dengan berat sampel awal. Dari metode penentuan kadar air secara distilasi ini didapatkan kadar air jahe sebesar 60,44%. Kadar ini akan lebih akurat jika sampel di distilasi dengan vacum karena pada kondisi vacum, titik didih air akan lebih kecil dari 100oC sehingga kemungkinan toluen yang ikut menguap semakin kecil pula. IX.
Kesimpulan Dari hasil percobaan maka didapatkan : -
Kadar air bakso dengan metode pengeringan oven tanpa vacum sebesar 59,91 %
-
Kadar air dedak dengan metode pengeringan oven tanpa vacum sebesar 11,25 %
-
Kadar air bakso dengan metode pengeringan oven vacum sebesar 62,88 %
-
Kadar air dedak dengan metode pengeringan oven vacum sebesar 10,33 %
-
Kadar air jahe dengan metode destilasi sebesar 60,44%
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
17
Daftar Pustaka
Evi. 2011. ―kadar air metode azeotroph dan oven biasa‖. http://eviaws.blogspot.com/2011/06/kadar-air-metode-azeotroph-danoven.html (17 oktober 2013) Julisti, Bertha. 2010. ―ANALISA KADAR AIR METODE OVEN & DESTILASI”. http://btagallery.blogspot.com/2010/02/blog-post_4710.html (17 oktober 2013) Mulyana, Hadipernata. 2007. “Mengolah dedak menjadi Minyak” Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian MetrOhm Manual. 2010 ―Sample preparation using azeotropic distillation in Karl-Fischer titration‖
Laporan Praktikum Kimia Pangan ―Penentuan Kadar Air‖
18