INDONESIA
Ani Sopiani
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan Penyusun Editor Desain Cover Tata Letak Isi Diterbitkan pertama kali oleh
| | | | |
Ani Sopiani Sarjan Ramdani Andri Sheva Yusuf Sobari Penerbit Mitra Edukasi Indonesia
Redaksi: Mitra Edukasi Indonesia Jl. Pelindung Hewan Blk 25 Bandung Telp/Fax 022-5222585 E-mail:
[email protected] Website: www.mitraedukasi.com Cetakan Pertama, 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sopiani, Ani Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan Cet. 1 - Bandung: Mitra Edukasi Indonesia, 2014. vi + 58 hlm. ; ilus ; 25 cm. Bibliografi: hlm 58 ISBN: 978-602-1388-08-2 1. Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
ii
I. Judul
Prakata
B
anyak kerusakan yang dilakukan oleh manusia terhadap laut, mulai dari kerusakan daerah pesisir, air laut yang tercemar zat berbahaya, terumbu karang, dan yang lebih mengkhawatirkan adalah terancamnya kehidupan biota air yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, perlu upaya penyadaran kepada semua pihak agar laut kita tetap lestari. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan penyadaran tentang betapa pentingnya menjaga laut dari perusakan dan pencemaran adalah melalui penulisan buku ini. Buku ini berisi berbagai pengetahuan tentang laut mulai dari pengertian laut, manfaat laut, zona laut, pencemaran laut, jenis-jenis pencemaran laut, bahaya pencemaran laut, upaya perbaikan dan pencegahan dari kerusakan dan pencemaran. Semua bahasan tersebut diulas dengan kajian yang sistematis, menarik, dan komunikatif sehingga diharapkan timbul kesadaran dari pembaca untuk lebih mencintai dan peduli lagi terhadap kelestarian laut kita. Penulis menyadari bahwa buku ini belumlah sesempurna seperti yang dibayangkan oleh pembaca. Oleh karena itu, saran dan kritik, penulis harapkan untuk penyempurnaan buku ini pada masa yang akan datang. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua yang peduli dan mencintai kelestarian wilayah laut di negara kita. Penulis
iii
iv
Daftar Isi Prakata
iii
BAGIAN 1
Laut dan Manfaatnya
1
A. Pengertian Laut
1
B. Awal Mula Terbentuknya Laut C. Jenis-Jenis Laut
3
4
D. Pengukuran Kedalaman Laut
6
BAGIAN 2
Pencemaran Lingkungan
13
A. Pengertian Pencemaran Lingkungan 13 B. Macam-Macam Pencemaran Lingkungan 14 C. Dampak Pencemaran bagi Manusia Secara Global 17
BAGIAN 3
Pencemaran Laut
19
A. Definisi Pencemaran Laut
19
C. Sumber-Sumber Pencemaran Laut 21
v
BAGIAN 4
Dampak Pencemaran Laut
29
BAGIAN 5
Contoh-Contoh Kasus Pencemaran di Laut 37 A. Kasus Montara
39
B. Kecelakaan Kapal Tanker MV Bunga Kelana III 43 C. Kasus Tumpahan Minyak Kapal Showa Maru 45
BAGIAN 6
Pelestarian Lingkungan Laut
47
A. Cara Mengatasi Kerusakan Laut
47
B. Cara Mencegah Kerusakan Laut
50
C. Partisipasi Masyarakat Menjaga Hutan Mangrove sebagai Upaya Pelestarian Wilayah Laut 52
Glosarium Indeks
56 57
Daftar Pustaka
58
vi
BAGIAN
1
Laut dan Manfaatnya
A. Pengertian Laut Pengertian laut menurut bahasa Indonesia adalah kumpulan air asin dalam jumlah banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi, laut adalah air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Air laut bisa bersumber dari aliran-aliran sungai yang bermuara ke lautan atau bisa juga berasal dari air hujan.
A.
Pengertian Laut
B.
Awal Mula Terbentuknya Laut
C.
Jenis-Jenis Laut
D.
Pengukuran Kedalaman Laut
E.
Manfaat Laut bagi
Lalu, mengapa air laut terasa asin? Sebetulnya rasa asin Kehidupan yang ditimbulkan pada air laut berasal dari daratan. Proses ini terjadi ketika hujan di daratan, kemudian air akan meresap dalam tanah dan sedikit demi sedikit akan keluar lagi melalui sungai-sungai hingga akhirnya mencapai laut. Pada saat perjalanan menuju ke laut tersebut, air dari daratan juga membawa garam-garam mineral sehingga laut dipenuhi garam-garam mineral. 1
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Sumber: ipll.manoa.hawaii.edu
Muara sungai yang mengalir ke laut.
Seperti diketahui bahwa laut mempunyai permukaan yang sangat luas sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor penguapan yang cukup besar. Pada saat air laut menguap yang menguap hanyalah H2O (air), sedangkan garam garam mineral tetap tinggal bersama air laut. Itulah proses yang menjadikan air laut berasa asin. Kadar keasinan air laut ini dipengaruhi oleh faktor suhu. Semakin panas daerah tersebut maka air lautnya semakin asin. Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5%, kandungan garam air laut juga berbeda-beda. Air laut yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia. Adapun air laut yang paling asin adalah di Laut Merah. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya, natrium, kalium, kalsium, dan zat pembentuk lainnya. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam. 2
Laut dan Manfaatnya
B. Awal Mula Terbentuknya Laut Laut menurut sejarahnya terbentuk 4,4 miliar tahun yang lalu. Awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 1000C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbondioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan, kemudian menghasilkan garam-garam yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias ‘luar biasa’ tingginya karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi. Lalu, dari mana asal air yang membentuk lautan di bumi?” Para ahli memiliki beberapa versi untuk menjawab pertanyaan itu. Salah satu versinya adalah bahwa pada saat itu bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik. Di samping itu, atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin juga berupa hujan tipe mamut) yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga terbentuklah lautan. Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada di atmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar matahari dapat kembali masuk menyinari bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin. Pada 3,8 miliar tahun yang lalu, bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada. Namun pada saat itu, diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi. Kehidupan di bumi, menurut para ahli, berawal dari
3
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
lautan (life begin in the ocean). Namun demikian, masih merupakan perdebatan hingga saat ini kapan tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di bagian lautan yang mana. Apakah di dasar laut ataukah di permukaan? Hasil penemuan geologis pada 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 miliar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut.
C. Jenis-Jenis Laut 1. Laut Menurut Proses Terjadinya Menurut proses terjadinya, laut dikelompokkan menjadi laut transgresi, laut ingresi, dan laut regresi. a. Laut Transgresi
Laut transgresi adalah laut yang terjadi karena adanya perubahan permukaan laut secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya permukaan air laut atau daratannya yang turun sehingga bagian-bagian daratan yang rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh laut jenis ini adalah Laut Jawa, Laut Arafuru, dan Laut Utara. b. Laut Ingresi
Laut ingresi adalah laut yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut. Oleh karena itu, laut ini juga sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya, Lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi, Lubuk Banda dan Lubuk Karibia. Adapun palung laut atau trog adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya, Palung Mindanau yang dalamnya 1.085 m, Palung Sunda yang dalamnya 7.450 m, Palung Jepang yang dalamnya 9.433 m, serta Palung Mariana yang dalamnya 10.683 m (terdalam di dunia).
4
Laut dan Manfaatnya
c. Laut Regresi
Laut regresi adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur dan lain-lain) yang dibawa oleh sungai-sungai yang bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara Pulau Jawa.
2. Menurut Letaknya Berdasarkan letaknya, laut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu laut tepi, laut pertengahan, dan laut pedalaman. a. Laut Tepi
Laut tepi adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah terpisah dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya, Laut Cina Selatan dipisahkan oleh Kepulauan Indonesia dan Kepulauan Filipina. b. Laut Pertengahan
Laut pertengahan adalah laut yang terletak di antara benua-benua. Lautnya dalam dan mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya, Laut Tengah di antara benua Afrika-Asia dan Eropa, dan Laut Es Utara di antara benua Asia dengan Amerika. c. Laut Pedalaman
Laut pedalaman adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya, Laut Kaspia, Laut Hitam, dan laut Mati.
3. Menurut Kedalamannya Menurut kedalamannya, laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona) sebagai berikut. a. Zona Lithoral
Zona lithoral adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayah ini, pada saat air pasang akan tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu, wilayah ini sering juga disebut wilayah pasangsurut. 5
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
b. Zona Neritic
Zona neritic adalah dari batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan, baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Contohnya, Laut Jawa, Laut Natuna, Selat Malaka, dan laut-laut di sekitar Kepulauan Riau. c. Zona Bathyal
Zona bathyal adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 m hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar matahari. Oleh karena itu, kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di wilayah Neritic. d. Zona Abysal
Zona abysal adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.
Sumber: 4.bp.blogspot.com
Zona wilayah laut menurut kedalaman
6
Laut dan Manfaatnya
D. Pengukuran Kedalaman Laut Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut, yaitu sebagai berikut.
1. Teknik Bandul Timah Hitam (Dradloading) Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat dengan bandul timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan hingga bandul menyentuh dasar laut. Selanjutnya, panjang tali diukur dan itulah kedalaman laut. Cara ini sebenarnya tidak begitu tepat karena tali tidak bisa tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu, kadang-kadang bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga memerlukan waktu lama. Namun, kelebihan cara ini adalah dapat mengetahui jenis batuan di dasar laut, suhu, dan juga mengetahui apakah di dasar laut masih terdapat organisme yang bisa hidup.
2. Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading Penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan pantulan bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata 1600 meter per detik sampai membentur dasar laut. Setelah membentur dasar laut, bunyi dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak waktu yang diperlukan untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut. Cara ini dianggap lebih praktis, cepat, dan akurat. Namun, kita tidak dapat memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan, dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.
E. Manfaat Laut bagi Kehidupan 1. Tempat Rekreasi dan Hiburan Laut memang menjadi salah satu alternatif tempat hiburan yang murah meriah. Selain bisa menikmati pemandangannya yang indah, kita bisa bermain air sepuasnya di laut. Sebagai negara tropis, panorama alam laut di negara kita sangat luar biasa dan memiliki keragaman yang dapat dijadikan sebagai pusat wisata bahari. 7
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Sumber: 4.bp.blogspot.com
Laut sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan.
Di kawasan Indonesia bagian timur, tempat wisata bahari yang sangat terkenal adalah Bunaken di Sulawesi Utara dan Wakatobi di Sulawesi Tenggara. Di kawasan Indonesia bagian barat, keindahan alam laut yang terkenal adalah di bagian pantai barat Sumatera dan selatan Jawa, termasuk di daerah Kepulauan Natuna, dan daerah lainnya yang belum tersebutkan satu per satu. Semua itu menjadikan laut sebagai objek wisata yang menarik untuk dikunjungi, baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
2. Tempat Hidup Sumber Makanan Kita Jika kita penggemar makanan sea food, tentu sudah tidak asing dengan ikan, udang, cumi-cumi, dan makanan sea food lainnya? Bahkan, mungkin dengan rumput laut. Semua makanan tersebut bisa kita dapatkan di laut. Dengan demikian, tidak heran jika para nelayan sangat menggantungkan hidupnya di laut untuk mencari ikan. Laut yang memiliki banyak sumber daya alam memang merupakan salah satu sumber makanan bagi manusia. Di Indonesia, ikan termasuk salah satu komoditas ekspor nonmigas yang telah sejak lama menjadi salah satu tulang punggung ekonomi bangsa. Melalui usaha penangkapan ikan di laut, bangsa Indonesia mampu mengekspor ikan dan hasil laut ke mancanegara, terutama ke Jepang, Eropa, dan Amerika serikat. 8
Laut dan Manfaatnya
Indonesia juga telah berhasil mengembangkan usaha budaya perikanan, baik untuk memenuhi keperluan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Tidak kurang dari 9 juta ton ikan dihasilkan oleh laut dan wilayah perairan Indonesia, baik dalam usaha penangkapan ikan maupun usaha budidaya perikanan.
3. Sumber Energi Laut juga terkenal sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang pada saat ini, walaupun memang belum tergarap dengan sempurna. Berbagai potensi energi terbarukan sebenarnya terdapat di laut Indonesia dalam jumlah yang sangat besar. Sebagai contoh, adanya arus laut abadi yang menghubungkan dua samudara, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Jika arus abadi itu digunakan untuk menggerakkan turbin listrik, bukan saja Indonesia yang bisa terang benderang, melainkan seluruh daratan Asia. Sayangnya, arus laut ini belum sama sekali digarap sebagai sumber energi potensial. Selain itu, juga terdapat energi-energi lainnya dari laut yang belum dimanfaatkan oleh manusia dengan baik.
4. Tempat Budidaya Saat ini, kita juga bisa menggunakan laut sebagai sarana untuk membudidayakan makanan kita, seperti ikan, rumput laut, atau bahkan kerang mutiara. Pemanfaatan laut sebagai sarana untuk membudidayakan ikan, rumput laut, kerang mutiara, dan produk laut lainnya sudah tersebar hampir di seluruh tanah air.
Pemanfaatan laut sebagai tempat budidaya ikan.
Sumber: acehoceancoral.org
9
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
5. Tempat Pertambangan Salah satu hasil tambang terpenting yang dihasilkan dari laut Indonesia adalah minyak dan gas bumi yang sudah di ekspor ke mancanegara. Selain itu, Indonesia juga terkenal sebagai penghasil timah, pasir besi, boksit, juga granit. Dengan demikian, banyak hasil tambang yang dapat digali dari laut yang mendatangkan manfaat besar bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun, dalam proses penambangan tersebut harus dipertimbangkan dengan benar agar tidak merusak lingkungan biota laut dan terumbu karang. Selain di dasar laut, air laut sendiri mengandung aneka tambang yang tidak sedikit. Air laut adalah zat pelarut yang terbaik sehingga semua logam mulia terdapat di dalam air laut. Hanya saja untuk melakukan penambangan air laut diperlu teknologi mutakhir.
6. Sumber Air Minum (Desalinasi) Di dalam laut ternyata banyak terdapat sumber mata air tawar, termasuk sumber air mineral yang siap untuk ditambang sebagai sumber air bersih. Selain itu, air laut juga dapat menjadi sumber air bersih dengan melakukan penyulingan buatan seperti yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Arab Saudi. Di sana, air laut yang sudah disuling tidak hanya digunakan untuk memenuhi keperluan manusia, tetapi juga bagi hewan ternak dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, laut benar-benar dapat menjadi tumpuan harapan masa depan bangsa Indonesia.
7. Jalur Transportasi Air Indonesia adalah sebuah negara maritim terbesar dunia. Lebih dari 70 persen luas wilayahnya terdiri atas lautan yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera sampai ke ujung selatan Papua. Laut bagi bangsa Indonesia bukanlah sebagai pemisah melainkan sebagai pemersatu bangsa melalui jalur komunikasi dan transportasi termurah. Melalui jalur lautlah sebagian terbesar dari keperluan bangsa Indonesi diangkut. Oleh karena itu, laut benar-benar berfungsi sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
10
Laut dan Manfaatnya
Sumber: farm4.staticflickr.com
Laut sebagai jalur transportasi
Karena itulah, bangsa Indonesia sudah semestinya bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas anugerah yang teramat besar yang diberikan-Nya kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Sekarang tinggal bagaimana upaya bangsa Indonesia dalam mengelola segala potensi sumberdaya laut untuk kesejahteraan dan kelestarian lingkungan hidup bangsa Indonesia nanti.
8. Objek Penelitian dan Pendidikan Laut memiliki luas dan kedalaman yang sangat luar biasa. Oleh karena itu, laut merupakan salah satu objek pendidikan dan penelitian yang sangat potenisal. Apalagi laut benar-benar diharapkan dapat menjadi penyanggah kehidupan utama manusia pada masa yang akan datang, baik sebagai sumber pangan, energi, maupun berbagai keperluan.
9. Konservasi Alam Darat dan laut adalah merupakan dua kawasan yang saling berinteraksi antara satu dengan lain. Oleh karena itu, keduanya merupakan suatu ekosistem yang tidak dapat dipisahkan. Konservasi alam merupakan salah satu upaya manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan alam, baik di darat maupun di laut. 11
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Konservasi ikan terubuk di Kabupaten Bengkalis, Riau merupakan salah satu contoh yang sangat konkret bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, terutama untuk ikan terubuk. Konservasi terumbu karang dan hewan-hewan langka seperti penyu laut, merupakan langkah yang sangat tepat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup agar anak cucu masa depan masih tetap dapat menikmati keanekaragaman flora dan fauna, serta lingkungan hidup baik di darat maupun di laut.
10. Pertahanan dan Keamanan Sebagai sebuah negara maritim, bangsa Indonesia memang banyak mengandalkan kawasan laut sebagai buffer dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Laut benar-benar dapat berfungsi sebagai areal penyangga utama dalam menjaga teritorial bangsa Indonesia. Selain angkatan laut dengan armada perangnya, keberadaan nelayan-nelayan yang menangkap ikan di kawasan perairan Indonesia juga merupakan pagar hidup yang dapat menjaga keutuhan kawasan teritorial bangsa Indonesia. Karena itu, pemerintah menaruh perhatian besar untuk memperkuat armada kapal ikan Indonesia. Dengan demikian, keberadaan mereka di perairan Indonesia selain berfungsi dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia, juga sekaligus bisa berperan menjaga wilayah Indonesia agar tidak dimasuki dan dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
12
Pencemaran Lingkungan
BAGIAN
2
Pencemaran Lingkungan
A. Pengertian Pencemaran Lingkungan Pencemaran lingkungan dapat diartikan sebagai berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alami sehingga mutu kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sementara menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
A.
Pengertian Pencemaran Lingkungan
B.
Macam-Macam Pencemaran Lingkungan
C.
Dampak Pencemaran bagi Manusia Secara Global
Definisi yang panjang ini dapat disederhanakan dengan melihat adanya tiga unsur dalam masalah pencemaran, yaitu sumber perubahan akibat kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan dalam lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan untuk menunjang kehidupan. 13
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
B. Macam-Macam Pencemaran Lingkungan Berdasarkan lingkungan yang mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, dan udara.
1. Pencemaran Air Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting, antara lain untuk minum, memasak, mencuci, dan mandi. Di samping itu, air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan.
Sumber: media.viva.co.id
Pencemaran air yang terjadi di sungai.
Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan 14
Pencemaran Lingkungan
perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana) yang sering digunakan oleh petani untuk memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan organisme lainnya. Apabila di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran DDT atau pestisida, akan terjadi aliran DDT.
2. Pencemaran Tanah Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah.
Sumber: 1.bp.blogspot.com
Pencemaran tanah yang disebabkan oleh limbah anorganik.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri, dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik 15
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng. Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh mikroorganisme di dalam tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur sehingga dapat menurunkan kualitas tanah.
3. Pencemaran Udara Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-unsur yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam, ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat. a. Pencemar Udara Berbentuk Gas
Beberapa gas dengan jumlah melebihi batas toleransi lingkungan dan masuk ke lingkungan udara, dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup. Pencemar udara yang berbentuk gas adalah karbon monoksida, senyawa belerang (SO2 dan H2S), seyawa nitrogen (NO2), dan chloroflourocarbon (CFC).
Sumber: static.republika.co.id
Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-unsur yang mengotori udara.
16
Pencemaran Lingkungan
Kadar CO2 yang terlampau tinggi di udara dapat menyebabkan suhu udara di permukaan bumi meningkat dan dapat mengganggu sistem pernapasan. Kadar gas CO lebih dari 100 ppm di dalam darah dapat merusak sistem saraf dan dapat menimbulkan kematian. Gas SO2 dan H2S dapat bergabung dengan partikel air dan menyebabkan hujan asam. Keracunan NO2 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, kelumpuhan, dan kematian. Sementara itu, CFC dapat menyebabkan rusaknya lapisan ozon di atmosfer. b. Pencemar Udara Berbentuk Partikel Cair atau Padat
Partikel yang mencemari udara terdapat dalam bentuk cair atau padat. Partikel dalam bentuk cair berupa titik-titik air atau kabut. Kabut dapat menyebabkan sesak napas jika terhisap ke dalam paru-paru. Partikel dalam bentuk padat dapat berupa debu atau abu vulkanik. Selain itu, dapat juga berasal dari makhluk hidup, misalnya bakteri, spora, virus, serbuk sari, atau serangga-serangga yang telah mati. Partikel-partikel tersebut merupakan sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Partikel yang mencemari udara dapat berasal dari pembakaran bensin. Bensin yang digunakan dalam kendaraan bermotor biasanya dicampur dengan senyawa timbal agar pembakarannya cepat dan mesin berjalan lebih sempurna. Timbal akan bereaksi dengan klor dan brom membentuk partikel PbClBr. Partikel tersebut akan dikeluarkan oleh kendaraan melalui knalpot ke udara sehingga akan mencemari udara.
C. Dampak Pencemaran bagi Manusia Secara Global Pembakaran bahan bakar minyak dan batubara pada kendaraan bermotor dan industri menyebabkan naiknya kadar CO2 di udara. Gas ini juga dihasilkan dari kebakaran hutan, gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer Bumi. Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari Bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke Bumi. Akibatnya, suhu di Bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green house
17
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan efek rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang berasal dari pembusukan kotoran hewan.
Sumber: 4.bp.blogspot.com
Akibat dari pemanasan global adalah pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik dan sebagai akibatnya adalah mencairnya es di Laut Antartika.
Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik, sebagai akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia. Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi secara terus-menerus, akan menyebabkan tanah, danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.
18
Pencemaran Laut
BAGIAN
3
PENCEMARAN LAUT
A. Definisi Pencemaran Laut A.
Definisi
Definisi pencemaran laut menurut Peraturan Pemerintah Pencemaran Laut No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau B. Sumber-Sumber Perusakan Laut adalah masuknya atau dimasukkannya Pencemaran Laut makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Pencemaran atas laut atau Marine Pollution merupakan salah satu masalah yang mengancam bumi saat ini. Pencemaran atas laut terus dibicarakan dalam konteks perbaikan lingkungan hidup internasional. Perlindungan laut terhadap pencemaran sendiri merupakan upaya melestarikan warisan alam. Sementara tindakan melestarikan warisan alam adalah memberikan prioritas pada nilai selain ekonomis, nilai keindahan alam, nilai penghormatan terhadap sesuatu yang tidak diciptakan sendiri.
19
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Sumber: v-images2.antarafoto.com
Pencemaran laut yang disebabkan oleh sampah rumah tangga.
Pencemaran laut sendiri dapat dibedakan dalam enam kategori sebagai berikut. 1. Pencemaran laut akibat adanya aktivitas manusia. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan adanya tiga penyebab utama pencemaran laut golongan pertama ini, yaitu sebagai berikut. a. Penggunaan berbagai macam “synthethic chemical” khususnya “chlorinated hydrocarbons” untuk pertanian. b. Pelepasan logam-logam berat, seperti merkuri akibat proses industri atau lainnya. c. Pengotoran atmosfer oleh hydrocarbons, minyak yang dihasilkan oleh penggunaan minyak bumi untuk menghasilkan energi. 2. Pencemaran yang disebabkan oleh pengaliran limbah domestik atau limbah industri dari pantai, baik melalui sungai “sewage outlets” atau akibat “dumping”.
20
Pencemaran Laut
3. Pencemaran laut karena adanya kegiatan-kegiatan radioaktif alam ataupun dari kegiatan-kegiatan manusia. Dua penyebab utamanya adalah percobaan senjata nuklir dan pembuangan limbah radioaktif, termasuk pencemaran laut yang disebabkan oleh kepentingan militer atau pembuangan alat-alat militer di laut. 4. Pencemaran yang disebabkan oleh kapal laut. Pencemaran jenis ini dapat dilakukan oleh kapal biasa dan Sumber: suaramuhibbuddin.files.wordpress.com kapal muatan. Akan tetapi, penyebab Percobaan senjata nuklir yang utamanya adalah tumpahan minyak dilakukan di laut dapat menyebabkan di laut, yang disebabkan oleh ke- laut tercemar radioaktif. giatan kapal seperti pembuangan air ballast atau karena adanya kecelakaan kapal di laut, terutama apabila kecelakaan itu melibatkan kapal tanker. 5. Kegiatan penambangan di dasar laut, terutama apabila terjadi kebocoran pada instalasi penambangan dan pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
B. Sumber-Sumber Pencemaran Laut Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan 21
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian, misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktivitas manusia, yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut.
1. Komponen Pencemaran Air Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Contohnya, pestisida yang biasa digunakan dalam pertanian, industri, atau rumah tangga. Contoh lainnya adalah detergen yang biasa digunakan dalam rumah tangga atau PCB yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik. Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman), dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut apabila dibuang ke air, menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan, ataupun pembentukan koloidal. Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, kepekatan, atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Akibatnya, proses fotosintesis tanaman dalam air akan terganggu. Selain itu, juga mengakibatkan jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang dan kehidupan organisme dalam air juga terganggu.
22
Pencemaran Laut
Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan organisme dalam air. Hal ini karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air dan menghalangi datangnya sinar matahari. Pembentukan koloidal terjadi apabila buangan tersebut berbentuk halus sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang. Akibatnya air menjadi keruh. b. Bahan Buangan Organik dan Olahan Bahan Makanan
Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme sehingga apabila dibuang ke perairan, akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan dengan berambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula dengan buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah bahan buangan organik yang berbau lebih menyengat. Umumnya, buangan olahan makanan mengandung protein dan gugus amin. Oleh karena itu, apabila didegradasi, akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (misalnya, NH3). c. Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik yang sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam, seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), dan Magnesium (Mg). Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Selain itu, juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila ionion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd 23
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
ataupun Hg, air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia dan tidak layak minum. d. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini bergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Hal ini terjadi karena lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga oksigen terlarut akan berkurang dan lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air. Pada akhirnya, fotosintesis pun terganggu. Bahkan, burung pun ikut terganggu karena bulunya menjadi lengket dan tidak dapat mengembang lagi akibat terkena minyak.
Sumber: www.batamtoday.com
Tumpahan minyak yang mencermari lautan. 24
Pencemaran Laut
e. Bahan Buangan Berupa Panas (Polusi Thermal)
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan tidak saja dapat menghalau ikan atau spesies lainnya, tetapi juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan, bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya, akan menimbulkan kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal ini pun harus dihindari. Jadi, jika akan membuang air buangan ke perairan, sebaiknya industri-industri harus memperhatikan hal ini. f.
Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya. Akan tetapi, untuk pencemar air dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut. 1) Sabun (deterjen, sampo, dan bahan pembersih lainnya) Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo, dan bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya buih-buih sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan deterjen serta bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH). Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak, sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun mandi. Sifat sabun adalah membersihkan karena dapat mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan atau pakaian. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tetapi akan membentuk endapan dan larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian. Adapun deterjen juga merupakan bahan pembersih seperti sabun, tetapi dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun. Hal ini karena deterjen dapat 25
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
bekerja pada air sadah. Bahan deterjen yang umum digunakan adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisassi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/ atau ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat. Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu karena alasan berikut. (1) Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-1. (2) Bahan antiseptik yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan. (3) Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah tentu akan merugikan lingkungan. Namun, akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan sabun/deterjen yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme. b) Bahan pemberantas hama Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian seringkali meliputi daerah yang sangat luas sehingga sisa insektisida pada daerah pertanian tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat sampai ke air lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah pertanian, kemudian mengalir ke sungai atau danau di sekitarnya. Seperti halnya pada pencemaran udara, semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila sampai ke dalam air lingkungan. Bahan insektisida dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme. Kalaupun bisa, 26
Pencemaran Laut
biasanya akan berlangsung dalam waktu yang lama. Waktu degradasi oleh mikroorganisme berselang antara beberapa minggu sampai dengan beberapa tahun. Bahan 16 insektisida seringkali dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga air yang terkena bahan buangan pemberantas hama ini permukaannya akan tertutup lapisan minyak c) Zat Warna Kimia Zat warna dipakai hampir pada semua industri. Tanpa memakai zat warna, hasil atau produk industri tidak menarik. Oleh karena itu, hampir semua industri memanfaatkan zat pewarna agar mudah dipasarkan. Pada dasarnya, semua zat warna adalah racun bagi tubuh manusia. Oleh karena itu, pencemaran zat warna ke air lingkungan perlu mendapat perhatian sunggh-sungguh agar tidak sampai masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum. Sebenarnya ada zat warna tertentu yang relatif aman bagi manusia, yaitu zat warna yang digunakan pada industri bahan makanan dan minuman, serta industri farmasi/obat-obatan.
Sumber: www.banyumaskab.go.id
Zat pewarna juga sering dipergunakan dalam industri pakaian,
Zat warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen merupakan senyawa aromatik yang berisi chromopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari radikal kimia, seperti kelompok nitroso (-NO), 27
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
kelompok azo (-N=N-), kelompok etilen (>C=C<), dan lain lain. Macam-macam warna dapat diperoleh dari penggabungan radikal kimia tersebut dengan senyawa lain. Sementara auxochrome adalah radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan sehingga zat warna dapat mudah meresap dengan baik ke dalam bahan yang akan diberi warna. Zat warna dapat pula diperoleh dari senyawa anorganik dan mineral alam yang disebut dengan pigmen. Ada pula bahan tambahan yang digunakan sesuai dengan fungsinya, misalnya bahan pembentuk lapisan film (misalnya bahan vernis dan emulsi lateks), bahan pengencer (misalnya terpentin dan naftalen), bahan pengering (misalnya Co, Mn, naftalen), bahan anti mengelupas (misalnya polihidroksi fenol) dan bahan pembentuk elastik (misalnya minyak). Berdasarkan bahan susunan zat pewarna dan bahan-bahan yang ditambahkan maka hampir semua zat warna kimia adalah racun. Apabila masuk ke dalam tubuh manusia, zat pewarna dapat bersifat cocarcinogenik, yaitu merangsang tumbuhnya kanker. Oleh sebab itu, pembuangan zat kimia ke air lingkungan sangatlah berbahaya. Selain bersifat racun, zat warna kimia juga akan mempengaruhi kandungan oksigen dalam air mempengaruhi pH air lingkungan, yang menjadikan gangguan bagi mikroorganisme dan hewan air. d) Zat radioaktif Kemungkinan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air lingkungan secara langsung bisa saja terjadi. Hal tersebut dimungkinkan karena aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak dikembangkan. Contohnya, aplikasi teknologi nuklir pada bidang pertanian, kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Adanya zat radioaktif dalam air lingkungan jelas sangat membahayakan bagi lingkungan dan manusia. Hal ini karena zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan biologis, baik melalui efek langsung maupun efek tertunda.
28
Dampak Pencemaran Laut
BAGIAN
Dampak Pencemaran Laut
P
encemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni ikan, penyebab ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, perusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya, ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
29
4
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori. Berikut penjelasan singkat tentang 4 kategori dampak pencemaran air tersebut.
1. Dampak Pencemaran terhadap Kehidupan Biota Air Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut sehingga akan mengakibatkan terganggunya kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen dan mengurangi perkembangannya. Selain itu, kematian dapat pula disebabkan oleh adanya zat beracun yang juga menimbulkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah maka menjadi sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
Sumber: 3.bp.blogspot.com
Pencemaran telah menyebabkan kematian biota laut.
2. Dampak Pencemaran terhadap Kualitas Air Tanah Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas. Hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut. 30
Dampak Pencemaran Laut
3. Dampak Pencemaran terhadap Estetika Lingkungan Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat, di samping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sementara limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Hal ini pun dapat mengurangi estetika.
Sumber: img.antaranews.com
Banyaknya sampah di laut dapat mengurangi estetika keindahan lingkungan.
4. Dampak Pencemaran terhadap Laut Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, tempat buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu, air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah yang mengandung polutan tersebut kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain). Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton. 31
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian, fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibandingkan dengan dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi. Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai kepada manusia. Apabila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan, akan berbahaya bagi kesehatan manusia karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga dengan makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar, juga mengandung bahan polutan yang tinggi. Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensial dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan, tidak sedikit yang menyebabkan kematian. Beberapa jenis logam berat yang berbahaya adalah air raksa atau mercury (Hg), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Tembaga (Cu), dan lain-lain. 32
Dampak Pencemaran Laut
a. Mercury
Air raksa atau mercury (Hg) adalah salah satu logam berat dalam bentuk cair. Terjadinya pencemaran mercury di perairan laut lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia dibandingkan dengan faktor alam. Meskipun pencemaran mercury dapat terjadi secara alami, tetapi kadarnya sangat kecil. Pencemaran mercury secara besar-besaran disebabkan oleh limbah yang dibuang oleh manusia. Manusia telah menggunakan mercury oksida (HgO) dan mercury sulfida (HgS) sebagai zat pewarna dan bahan kosmetik sejak jaman dulu. Dewasa ini mercury telah digunakan secara meluas dalam produk elektronik, industri pembuatan cat, pembuatan gigi palsu, peleburan emas, sebagai katalisator, dan lain-lain. Penggunaan mercury sebagai elektroda dalam pembuatan soda api dalam industri makanan seperti minyak goreng, produk susu, kertas tima, pembungkus makanan juga kadang mencemari makanan tersebut. Pencemaran logam mercury (Hg) mulai mendapat perhatian sejak munculnya kasus minamata di Jepang pada tahun 1953. Pada saat itu banyak orang mengalami penyakit yang mematikan akibat mengonsumsi ikan, kerang, udang dan makanan laut lainnya yang mengandung mercury. Kasus minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia karena pencemaran mercury di Teluk Minamata, Jepang. Industri Kimia Chisso menggunakan mercury khlorida (HgCl2) sebagai katalisator dalam memproduksi acetaldehyde sintesis di mana setiap memproduksi satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah antara 30-100 gr mercury dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang dibuang ke laut Teluk Minamata. Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut, baik secara langsung dari air maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian, mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging kerang-kerangan, crustacean, dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat Minamata.
33
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Konsentrasi atau kandungan mercury dalam rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut yang tercemar tersebut dalam jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera perasa, dan bahkan banyak yang meninggal dunia. b. Kadmium
Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah timbulnya pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang menyebabkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya ditandai dengan ketidaknormalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh, seperti pada pernapasan, sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung, dan kerapuhan tulang. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri, antara lain pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, dan bahan bakar. Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd, bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut. Konsentrasi Cd pada air laut yang tidak tercemar adalah kurang dari 1 mg/l atau kurang dari 1 mg/kg sedimen laut. Konsentrasi Cd maksimum dalam air minum yang diperbolehkan oleh Depkes RI dan WHO adalah 0,01,mg/l. Sementara batas maksimum konsentrasi atau kandungan Cd pada daging makanan laut yang layak bagi kesehatan yang direkomendasikan FAO dan WHO adalah lebih kecil dari 0,95 mg/kg. Sebaliknya, Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan merekomendasikan tidak lebih dari 2,0 mg/kg. 34
Dampak Pencemaran Laut
c. Timbal
Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia, dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Pb dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa ini pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas bumi yang turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir. Selanjutnya, Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan kejadian tersebut maka banyak negara di dunia mengurangi tetraeil Pb pada minyak bumi dan gas alam untuk mengurangi pencemaran Pb di atmosfir. WHO dan FAO merekomendasikan bahwa konsentrasi Pb pada daging makanan laut yang layak konsumsi adalah lebih kecil dari 0,715 mg/kg. Sebaliknya, Ditjen Pengawasan Obat dan Makanan merekomendasikan tidak lebih dari 2,0 mg/kg. a. b. c. d.
Peran air sebagai pembawa penyakit menular adalah sebagai berikut. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Jumlah air yang tersedia tak cukup sehingga manusia bersangkutan tidak dapat membersihkan diri. Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit.
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.
35
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
5. Dampak Pencemaran terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, dan semakin berkembangnya kawasan industri di kota besar maka akan memicu terjadinya peningkatan pencemaran pada perairan pantai dan laut. Hal ini karena semua limbah dari daratan, baik yang berasal dari pemukiman perkotaan, maupun yang bersumber dari kawasan industri, pada akhirnya bermuara ke pantai. Limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, perhotelan, rumah sakit dan industri rumah tangga yang terbawa oleh air sisa-sisa pencucian akan terbuang ke saluran drainase dan masuk ke kanal dan selanjutnya terbawa ke pantai. Limbah yang dibuang pada tempat pembuangan sampah akan terkikis oleh air hujan dan terbawa masuk ke kanal atau sungai dan selanjutnya juga bermuara ke pantai. Limbah yang berasal dari kawasan industri, baik yang sudah diolah maupun yang belum, juga pada akhirnya akan terbuang ke perairan pantai.
36
Contoh-Contoh Kasus Pencemaran di Laut
BAGIAN
5
CONTOH-CONTOH KASUS PENCEMARAN DI LAUT
S
alah satu dampak negatif aktivitas manusia di laut adalah A. Kasus Montara kerusakan lingkungan laut itu sendiri. Kerusakan laut ini B. Kecelakaan Kapal disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya penangkapan ikan Tanker MV Bunga Kelana III yang berlebihan (terutama terhadap spesies ikan tertentu C. Kasus Tumpahan yang sudah mendapatkan perlindungan), eksploitasi terhadap Minyak Kapal terumbu karang, dan pencemaran air laut karena aktivitas Showa Maru pertambangan. Pencemaran laut sendiri dapat diakibatkan oleh tumpahan minyak karena kecelakaan kapal tanker, pembuangan limbah pabrik di laut secara ilegal, dan juga karena meledak atau bocornya pertambangan minyak lepas pantai. Dalam tataran hubungan internasional, tidak jarang terjadi pencemaran laut yang kemudian mengakibatkan sengketa, terutama di antara negara- negara yang dibatasi dengan laut atau selat. Menurut catatan sebagaimana dihimpun oleh Green Peace dinyatakan bahwa pernah terjadi beberapa kasus pencemaran laut, di antaranya kasus Exxon Valdez di Lautan Alaska. Dampak biologis akibat tumpahan minyak tersebut masih dirasakan hingga 15 tahun kemudian.
37
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Contoh lain adalah tenggelamnya Kapal Prestige di Selat Spanyol yang mengakibatkan kerugian ekonomis dalam skala besar. Perlu diketahui bahwa tumpahan minyak tersebut mencemari lebih dari 100 lautan yang ada di Prancis dan Spanyol, dan juga menghancurkan industri perikanan. Di Indonesia sendiri yang merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut paling luas di dunia, masalah pencemaran laut yang di antaranya diakibatkan oleh aktivitas pertambangan merupakan hal yang seharusnya diantisipasi sejak dini. Pemerintah idealnya telah membentengi seluruh kekayaan dan keindahan biota laut dengan perangkat aturan-aturan hukum dari kemungkinan bahaya pencemaran laut demi kelangsungan ekosistem laut itu sendiri yang nantinya akan diwariskan kepada generasi yang akan datang. Namun ironisnya, masalah kerusakan lingkungan laut di dalam wilayah perairan Indonesia bukanlah merupakan hal yang asing. Kerap kali kita mengetahui pemberitaan di media massa mengenai kotornya wilayah pantai di Bali dan Lombok, rusaknya terumbu karang di lautan Wakatobi dan Raja Ampat, matinya ribuan ikan di Muara Angke secara mendadak, dan tragedi tumpahan minyak kilang Montara. Pemerintah seolah-olah lalai menjalankan fungsinya dalam menjaga dan melindungi wilayah laut dari kerusakan. Berkaca pada sejarah, di Indonesia telah terjadi beberapa kasus kerusakan lingkungan laut yang diakibatkan oleh tumpahan minyak karena kecelakaan kapal tanker. Setidaknya telah terjadi sembilan kali kasus tumpahan minyak di Indonesia. 1. Tanker Showa Maru, karam di Selat Malaka tahun 1975, menumpahkan 1 juta ton minyak mentah. 2. Choya Maru, karam di Bulebag, Bali (1975), menumpahkan 300 ton bensin. 3. Golden Win, bocor di Lhokseumawe, NAD (1979), menumpahkan 1.500 kiloliter minyak tanah. 4. Nagasaki Spirit, karam di Selat Malaka (1992), menumpahkan minyak mentah. 5. Maersk Navigator, karam di Selat Malaka (1993), menumpahkan minyak mentah. 38
Contoh-Contoh Kasus Pencemaran di Laut
6. Bandar Ayu, karam di Pelabuhan Cilacap (1994), menumpahkan minyak mentah. 7. Mission Viking, karam di Selat Makassar (1997), menumpahkan minyak mentah. 8. MT Natuna Sea, karam di Pulau Sambu (2000), menumpahkan 4.000 ton minyak mentah. 9. MT Kharisma Selatan, terbalik di Dermaga Mirah, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya (2007), menumpahkan 500 kiloliter MFO (marine fuel oil) Penyebab kasus pencemaran laut tersebut secara umum adalah transportasi minyak, pengeboran minyak lepas pantai, pengilangan minyak, dan pemakaian bahan bakar produk minyak bumi. Laut yang tercemar oleh tumpahan minyak akan membawa pengaruh negatif bagi berbagai organisme laut. Pencemaran air laut oleh minyak juga berdampak terhadap beberapa jenis burung. Air yang bercampur minyak itu juga akan mengganggu organisme akuatik pantai, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, hutan mangrove, dan rusaknya wisata pantai. Pada akhirnya tentu saja nelayan dan petani juga akan mengalami kerugian secara ekonomis. Berikut ini beberapa kasus terjadinya pencemaran laut yang terjadi di Indonesia.
A. Kasus Montara Masalah pencemaran laut akibat tumpahan minyak kembali terulang dalam perairan wilayah Indonesia. Tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2009 sumur minyak Montara yang bersumber dari Ladang Montara (The Montara Well Head Platform) di Blok “West Atlas Laut Timor” perairan Australia bocor dan menumpahkan minyak jenis light crude oil. Tumpahan minyak tersebut meluas hingga perairan Celah Timor (Timor Gap) yang merupakan perairan perbatasan antara Indonesia, Australia dan Timor Leste. Luas efek cemaran tumpahan minyak dari sumur yang terletak di Blok Atlas Barat Laut Timor tersebut sekitar 75% masuk wilayah Indonesia. Hal tersebut tentu saja sangat merugikan nelayan di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di perairan Rote Ndao. 39
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Sumber: indomaritimeinstitute.org
Peristiwa terbakarnya kilang minyak lepas pantai Montara.
Bahkan, menurut laporan Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA/ Australian Maritime Safety Authority) tumpahan minyak dari ladang Montara telah mencemari wilayah laut Indonesia hingga 16.420 kilo meter persegi. Pencemaran tersebut meluas ke perairan di sekitar Kabupaten Rote Ndao, bahkan hingga Laut Sawu, terutama sekitar Kabupaten Sabu Raijua dan pantai selatan Pulau Timor. Tentu saja tumpahan minyak akibat meledaknya kilang perusahaan milik Australia The Montara Well Head Platform itu mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Kerusakan ekosistem laut dan kematian berbagai jenis biota laut telah menyebabkan anjloknya pendapatan nelayan dan petani rumput laut. Secara garis besar, bentuk kerugian akibat kebocoran sumur minyak Montara dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kerugian dari segi ekonomi dan kerugian dari segi lingkungan. Kerugian ekonomi dapat diidentifikasikan dari sisi hasil panen rumput laut kering petani setempat. Menurut data yang ada, sebelum terjadi pencemaran, petani rumput laut di Rote Ndao dapat memproduksi 7334 ton rumput luat kering per tahun. Setelah pencemaran terjadi, produksi turun 40
Contoh-Contoh Kasus Pencemaran di Laut
hingga 1512 ton. Bahkan, hingga Juni 2010, produksi rumput laut kering di Rote baru mencapai 341,4 ton. Sementara kerugian dari aspek lingkungan dapat diidentifikasi dari kerusakan ekosistem laut tercemar. Tumpahan minyak ladang Montara telah mengakibatkan rusaknya wilayah budidaya rumput laut, terumbu karang, serta kawasan vegetasi magrove. Hal yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah terkait dengan data yang diliris oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan bahwa terdapat kandungan zat PHA yang mencemari laut Timor. PHA adalah zat yang menyebabkan kanker dan jumlahnya sudah di atas ambang batas. Pada intinya, tumpahan minyak dari blok Montara yang masuk ke wilayah perairan Indonesia di lautan NTT telah mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial bagi kurang lebih 17.000 warga NTT dan juga kerusakan lingkungan yang berdampak tahunan. Bencana ini merugikan ribuan nelayan dan pembudidaya rumput laut di NTT, menurunkan fungsi kelautan, mematikan biota laut, dan menurunkan keanekaragaman hayati, serta berpotensi menimbulkan dampak turunan berupa pengangguran dan menambah angka kemiskinan. Menurut pendapat Prof. Dr. Rizald Max Rompas, tumpahan minyak di laut dapat menimbulkan polusi dengan bahaya yang beragam. Jenis polutan dari minyak bumi itu bisa bersumber dari fraksi ringan, fraksi berat, dan logam berat. Semua ini memberi ancaman bagi ekosistem kelautan, misalnya terganggunya kehidupan fitoplankton, terumbu karang, mangrove, rumput laut dan padang lamun, kehidupan ikan dan spawning ground. Bagi masyarakat, dampaknya adalah pendapatan nelayan menurun, kehilangan pekerjaan, gangguan kesehatan, estetika perairan rusak, dan ekonomi keluarga terganggu. Menyikapi permasalahan dampak pencemaran laut akibat kebocoran kilang minyak perusahaan Australia di Celah Timor, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nusa Tenggara Timur menyatakan pandangannya sebagai berikut. a. Apabila pemerintah Indonesia terus mendiamkan masalah ini, akan menjadi sebuah bom waktu yang pada suatu saatnya bisa saja menimbulkan masalah di kawasan segitiga Indonesia, Timor Leste, dan Australia. 41
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
b. Konflik internal antara masyarakat Timor Barat di NTT dengan Timor Leste bisa saja terjadi setiap saat yang dipicu oleh adanya rasa ketidakadilan terhadap pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam, berupa minyak dan Gas Bumi di Laut Timor, yaitu meskipun Timor Barat merupakan salah satu stakeholder di Laut Timor, tidak pernah mendapatkan hasil dari kekayaan alam yang ada. c. Kepentingan universal Celah Timor adalah isu pelestarian dan kerusakan lingkungan yang akan berdampak langsung terhadap ekosistem dan kehidupan berbagai makhluk hidup dan biota laut lainnya yang harus mendapatkan perlindungan. d. Dampak pencemaran laut akibat kebocoran kilang minyak perusahaan Australia di Celah Timor harus dipandang sebagai permasalahan pelanggaran Hak Asasi Manusia bagi masyarakat di Pulau Timor, Rote, Alor dan Sabu. Sementara itu, sebagai pernyataan bentuk tanggung jawab pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Perhubungan akan mengajukan klaim ganti rugi kepada perusahaan asal Australia, Montara Pemerintah Indonesia mengajukan klaim ganti rugi sebesar Rp 23 triliun kepada perusahaan asal Australia, Montara, akibat meledaknya sumur minyak di Celah Timor. Pihak masyarakat Kupang, NTT setempat juga ikut mengambil bagian untuk menuntut ganti kerugian terhadap perusahaan minyak Australia ini. Sebuah LSM yang bernama Yayasan Peduli Timor Barat turut mengirimkan surat pengaduan kepada pemerintah Australia melalui sebuah komisi yang khusus menangani meledaknya sumur minyak yang bernama Komisi Penyelidik Montara. Dalam laporan Komisi Penyelidik Montara setebal 389 halaman tersebut seluruh isinya hanya menyebutkan tentang dampak dari tumpahan minyak Montara di perairan Australia, dan memberi sanksi berat kepada PTTEP Australia atas kecerobohannya dalam mengeksploitasi ladang Montara. Ironisnya, hanya satu alinea yang menyinggung tentang adanya kemungkinan tumpahan minyak tersebut merembes ke perairan Indonesia. Dalam laporan tersebut juga dinyatakan bahwa Pemerintah negara bagian Australia Utara juga diminta pertanggungjawabannya sebagai pihak pemberi izin kepada operator ladang minyak Montara, PTTEP Australia karena telah lalai dalam melakukan pengawasannya. 42
Contoh-Contoh Kasus Pencemaran di Laut
Masalah pencemaran minyak di Laut Timor adalah murni menyangkut nasib para nelayan dan petani rumput laut yang ada di Nusa Tenggara Timut. Tragedi Montara bukanlah merupakan urusan politik ataupun urusan diplomatik, bukan pula urusan illegal fishing dan pelintas batas, melainkan murni masalah lingkungan hidup dan persoalan kemanusiaan yang bersifat universal.
B. Kecelakaan Kapal Tanker MV Bunga Kelana III Kasus kecelakaan yang terjadi di perairan Selat Singapura pada tanggal 25 Mei 2010 ini berawal dari tabrakan antara kapal tanker berbendera Malaysia MV Bunga Kelana III dengan kapal barang MV Wally berbendera St. Winson, Singapura.
Kapal tanker MVBunga Kelana yang rusak.
Sumber: ahliasuransi.com
Kronologis kasus bermula dari kapal tanker MV Bunga Kelana III -salah satu armada milik AET Shipmanagement Sdn Bhd yang berkedudukan di Malaysia, berlayar dari Bintulu menuju Sungai Udang Kerteh, Malaysia, dengan membawa 50.000 ton minyak mentah (crude oil). Setibanya di perairan yang menghubungkan antara Singapura dan Indonesia, kapal MT Bunga Kelana 3 ditabrak oleh kapal MV Wally hingga mengakibatkan lambung kiri bagian tengah kapal MT Bunga Kelana III jebol dan robek kurang lebih sepanjang 20 meter dengan ketinggian mencapai 8 meter. 43
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Sebagian muatan minyak atau sekitar 2.500 ton minyak yang berada dalam tangki kapal tanker MT Bunga Kelana III tumpah ke laut. Akibat insiden ini hampir seluruh perairan Selat Singapura, kurang lebih seluas 2 kilometer persegi di sekitar tempat kejadian tertutup oleh tumpahan minyak. Sebagai tindak lanjut atas hal tersebut, badan otoritas yang berwenang sudah memerintahkan dua perusahaan pemilik kapal untuk segera merespons dan mengambil tindakan atas masalah tumpahan minyak tersebut sebelum menimbulkan dampak pencemaran laut yang lebih luas lagi. Langkah konkrit yang dilakukan untuk menetralisir tumpahan minyak tersebut antara lain dengan langsung diterjunkannya petugas dari kepolisian tiga negara, yaitu unit kepolisian perairan Singapura, Malaysia, dan Indonesia yang berupaya keras melokalisasi areal tumpahan minyak agar tidak meluas. Unit kerja gabungan segera diturunkan untuk menangani masalah ini. Pemerintah Singapura telah merespon dengan mengerahkan 5 unit kapal dari Badan Otoritas Laut dan Pelabuhan Singapura. Sementara pemerintah Malaysia juga langsung menurunkan 5 unit kapal dan juga 10 unit kapal lainnya dikerahkan dari kedua perusahaan pemilik kapal. Adapun pemerintah Indonesia melalui unit Polisi Air Polda Kepulauan Riau juga ikut mengambil bagian untuk operasi penyelamatan dan pembersihan. Hal ini dilakukan tentu saja karena merupakan bagian dari hubungan internasional serta adanya kekhawatiran bahwa tumpahan itu juga dapat berdampak hingga wilayah perairan Indonesia. Tindakan pencegahan oleh Indonesia dilakukan atas dasar perintah dari presiden melalui peraturan presiden dan Menteri Perhubungan melalui peraturan menteri yang menerangkan bahwa kawasan yang tercemar akibat sebuah peristiwa tidak disengaja merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, pertanggungjawaban pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) hanya mengamankan agar ribuan ton minyak yang sempat tercecer di perairan Singapura tidak sampai ke perairan Indonesia.
44
Contoh-Contoh Kasus Pencemaran di Laut
Jadi, walaupun kecelakaan yang terjadi itu antara dua kapal Malaysia dan Singapura, pemerintah Indonesia juga mempunyai kewajiban untuk menjaga agar efek dari kecelakaan tersebut tidak berimbas ke wilayah perairan lautan Indonesia.
C. Kasus Tumpahan Minyak Kapal Showa Maru Kejadian yang berlangsung pada tahun 1975 ini menjadikannya kasus yang menarik untuk dijadikan salah satu contoh karena kasus ini terjadi di tengah minimnya legislasi internasional maupun nasional. Kapal tanker Showa Maru, yang membawa minyak mentah dari Teluk Persia menuju Jepang, kandas dan menumpahkan minyak di Selat Malaka hingga menumpahkan minyak mentah sebanyak 7300 ton. Berdasarkan keterangan dari Mahkamah Pelayaran Indonesia, kandasnya kapal Showa Maru bermula dari kelalaian nakhkoda hingga kapal membentur karang dan menyebabkan dasar kapal sepanjang 160 meter itu robek. Langkah cepat pun segera diambil oleh pemerintah Indonesia dengan membentuk 3 Satuan Tugas di bawah koordinasi tiga menteri, yaitu Menteri Perhubungan untuk menangani segi teknis operasional, Menristek untuk menangani urusan penelitian, dan Menteri Kehakiman untuk mempersiapkan perangkat hukum dan ganti ruginya. Dari segi hukum, masalah Showa Maru pada waktu itu justru menempatkan Indonesia pada posisi sangat lemah dan sulit dalam penyelesaian hukum dan tuntutan ganti rugi. Selain belum ada UU Nasional tentang Pencemaran Laut, juga karena konvensi-konvensi internasional yang ada, seperti Konvensi Brussel tahun 1969 belum diratifikasi. Untuk mengatasinya, delegasi Indonesia berkonsultasi ke Malaysia, Singapura, Thailand, dan Philipina. Namun, upaya delegasi tidak berhasil karena penanggulangan hukum pencemaran laut di negara-negara tersebut juga masih pada tahap awal, kecuali Singapura yang sistem hukumnya telah menggunakan pola Konvensi London tahun 1954.
45
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Pakar hukum Prof. Dr. Komar Kantaatmadja, SH, mengatakan bahwa saat itu kerusakan ekologi laut di Indonesia sangat sedikit dituntut ganti rugi karena kerusakan akibat penemaran oleh tumpahan minyak berada di luar jangkauan asuransi. Peristiwa Showa Maru yang melemahkan posisi Indonesia, menurut Komar karena kriteria kerusakan, metode survei dan dasar hukum nasional maupun internasional kurang jelas. Oleh karena itu, klaim Indonesia -berkaitan kerusakan mata rantai makanan akibat terganggunya ekosistem kelautan oleh tumpahan minyak- atas kerusakan ekologi laut dalam jangka panjang tidak dapat diterima. Akibat jangka langsung maupun tidak langsung atas kejadian ini adalah nelayan setempat masih saja mengalami kesulitan mendapat hasil tangkapan ikan seperti sebelum kejadian kecelakaan kapal. Bahkan, penduduk yang biasa mengandalkan hidupnya pada mencari kayu bakar pun tak luput dari kesusahan. Hal ini sebab hutan bakau yang menjadi sumber penghasil kayu bakar mengalami kerusakan dan kekeringan. Indonesia sendiri sudah mulai mendapat ganti rugi dari pemilik Showa Maru, tanker Jepang yang kandas karena bocor di Selat Malaka. Pembayaran yang meliputi US $ 1,2 juta itu baru merupakan pembayaran tahap pertama dan akan digunakan untuk ongkos pembersihan perairan bagian Indonesia yang tercemar serta pembayaran ganti rugi nelayan yang sementara ini terputus jalur mata pencarian mereka. Namun, hingga tiga tahun setelah kejadian tersebut masalah ganti rugi masih saja meninggalkan persoalan bagi penduduk Kabupaten Kepulauan Riau, yaitu soal ganti rugi bagi penduduk yang menderita kerugian langsung ataupun tidak langsung akibat tercemarnya wilayah laut. Pada masa itu, terdapat proyek pembangunan pelabuhan dan tempat pendaratan ikan di Teluk Antang, Pulau Tarempa. Namun, asal dana proyek tersebut juga masih simpang siur karena belum tentu merupakan uang ganti kerugian atau juga sumbangan dari pemilik Showa Maru. Berdasarkan pada keterangan dari Departemen Luar Negeri, perundingan dengan pemilik kapal baru sampai pada taraf menyetujui biaya pembersihan saja. Sementara mengenai masalah ganti rugi untuk korban warga sekitar masih dalam proses dan akan ditangani oleh Departemen Dalam Negeri dengan dibantu oleh instansi lainnya. 46
Pelestarian Lingkungan Laut
BAGIAN
6
PELESTARIAN LINGKUNGAN LAUT
A. Cara Mengatasi Kerusakan Laut Untuk menanggulangi pencemaran laut dewasa ini tidaklah A. Cara Mengatasi Kerusakan Laut begitu mudah. Hal ini karena laut mempunyai jangkauan B. Cara Mencegah batas yang tidak nyata. Meskipun demikian, ada beberapa Kerusakan Laut cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran C. Partisipasi laut, antara lain dengan cara membuat alat pengolah limbah, Masyarakat penimbunan (alokasi) bahan pencemar di tempat yang aman, Menjaga Hutan Mangrove sebagai dan daur ulang limbah. Selain itu, mengingat laut itu demikian Upaya Pelestarian luas maka salah satu cara penanggulangan pencemaran di Wilayah Laut laut adalah dengan pencegahan. Langkah ini tentu lebih mudah dan murah dibandingkan dengan upaya perbaikan atau rehabilitasi lingkungan laut yang telah tercemar.
47
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Sumber: fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net
Salah satu cara mengatasi pencemaran air laut.
Agar dapat dilakukan pencegahan pencemaran laut sedini mungkin maka perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan adalah pengukuran berdasarkan waktu, pengulangan pengukuran, atau pengukuran berulang-ulang pada waktuwaktu tertentu. Sementara pemantauan lingkungan laut dapat diartikan sebagai pengulangan pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan laut untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan akibat pengaruh dari luar. Pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat meliputi segi-segi hukum, kelembagaan, dan pembuatan keputusan dari masalah-masalah pencemaran lingkungan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan laut haruslah dimiliki suatu sistem yang dikenal dengan istilah sistem pemantauan lingkungan laut. Pemantauan laut sering dilakukan untuk berbagai tujuan. Meskipun demikian, umumnya pemantauan ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan informasi tentang empat kategori. Pertama, kepatuhan (compliance). Untuk memastikan bahwa kegiatan (industri dan sebagainya) benar-benar telah dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan 48
Pelestarian Lingkungan Laut
yang berlaku dan persyaratan-persyaratan izin yang ditentukan. Kedua, verifikasi model, yaitu untuk memeriksa berlakunya anggapan-anggapan dan ramalanramalan yang digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pengelolaan. Ketiga, pemantauan perubahan, yaitu untuk mengidentifikasi dan kuantifikasi perubahan lingkungan laut jangka panjang yang diharapkan atau dihipotesiskan sebagai akibat yang mungkin timbul oleh kegiatan manusia. Keempat, penerapan baku mutu pengendalian pencemaran laut, yang khususnya dilakukan dalam pelaksanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) sebagai upaya pengelolaan lingkungan. Selain kegiatan pemantaun lingkungan laut tersebut, berikut ini beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan agar pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari sedini mungkin. 1. Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu melarang dan mencegah semua kegiatan yang dapat mencemari ekosistem laut. 2. Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang meliputi teknik penangkapan biota, eksploitasi sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan pantai, pemanfaatan dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan limbah. 3. Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan kelentingan pesisir, teknik penangkapan, budidaya dan sebagainya yang berwawasan lingkungan laut kepada pemuka masyarakat. 4. Melakukan kegiatan konservasi yang meliputi konservasi pada kawasan ekosistem laut (karang, mangrove, lagun, dan rumput laut), biota, kualitas perairan dan sebagainya. 5. Melakukan kegiatan pengembangan yang meliputi budidaya, penelitian, pendidikan dan pembuatan buku-buku pedoman dan Perda yang dijabarkan dari UU lingkungan hidup terkait lingkungan laut. 6. Melakukan kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat berupa penerapan peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait dengan pencemaran lingkungan laut.
49
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
Sesungguhnya kualitas lingkungan laut itu sangat berhubungan erat dengan kualitas manusia. Bukankah manusia itu dianggap sebagai pemilik kekuasaan? Sayangnya, kekuasaan ini seringkali membuat manusia bertindak serakah sehingga kualitas lingkungan laut menjadi rusak. Untuk itu, adanya kegiatan ekplorasi dan ekploitasi sumberdaya laut yang tidak mempertimbangkan kehidupan generasi saat ini dan akan datang harus segera dihindari sedini mungkin. Apabila tidak siap-siap, kita didera derita ekosistem laut yang rusak
B. Cara Mencegah Kerusakan Laut 1. Cagar Alam Laut Barangkali perlu kita membuat peraturan bersama dengan nelayan dan masyarakat pesisir menyangkut cagar alam laut guna melindungi laut dan segala isinya, agar mereka berevolusi secara alamiah.
2. Suaka Alam Laut Barangkali pula perlu membuat peraturan bersama dengan masyarakat nelayan dan pesisir atau kepulauan untuk suaka alam laut agar semua yang dilindungi dalam wilayah cagar alam mendapatkan perlindungan dari wilayah suaka alam, yang menjaga ekosistem di wilayah pantai atau pulau tertentu.
3. Zona Ekonomi Eksklusif Sumber daya alam di laut kini semakin menjadi rebutan antar bangsa dan negara, apalagi di wilayah yang tidak jelas aturan hukumnya. Karena itu, barangkali perlu dipertegas atau diproklamasikan secara mondial zona ekonomi eksklusif kita agar daerah-daerah perbatasan dengan negara tetangga semakin jelas status yuridisnya. Dengan demikian, akan terhindar dari masalah yang bisa muncul dari relasi dengan negara tertangga.
4. Pengembalian Material dari Pantai Seperti aturan pengambilan pasir, kerikil, karang, kima, hutan bakau maka tidak hanya masalah larangan, tetapi pemanfaatannya dan pelestariannya yang
50
Pelestarian Lingkungan Laut
membutuhkan aturan dan kerja sama serta kesadaran partisipatif masyarakat. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perusakan, abrasi, dan lain-lain. Suatu aturan hukum yang bisa memberdayakan masyarakat yang membutuhkan material-material tersebut untuk pemenuhan kebutuhan kesejahteraan mereka sekaligus ada upaya pelestarian, pemeliharaan, dan perlindungan. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi pengurasan sumber-sumber alam laut, yang terdapat di laut maupun di dasar laut serta di pantai laut.
5. Persoalan di Laut Bersumber di Darat Untuk melindungi lingkungan alam laut dibutuhkan upaya-upaya untuk mengatasi sedimentasi, sampah, tumpahan minyak, mengatasi erosi, serta eksplorasi dan eksploitasi daerah pesisir pantai. Untuk itu, perlu diimbau agar masyarakat semakin giatkan reboisasi atau reforestrasi di darat. Mencegah pengolahan lahan tidur secara serampangan karena revitalisasi pertanian, yang makin menyebabkan erosi upaya menciptakan reboisasi, reforestrasi atau penghijauan, semuanya dimaksud untuk menciptakan ketahanan air, ketahanan pangan sehingga tercipta daerah tahan longsor dan banjir.
6. Adanya Akuarium Samudra Akuarium samudra memperlihatkan kekayaan ikan di perairan laut kita, termasuk ikan-ikan purba yang langka serta hutan wisata, yang terdiri atas berbagai jenis pohon di daeerah tropis ini, termasuk semua tanaman atau tumbuhan yang menjadi makanan pokok daerah ini. Akhirnya, apabila kita kaji lebih jauh, benarlah bahwa persoalan lingkungan hidup itu bukan hanya sekadar soal pencemaran, sampah, dan upaya penanggulangannya secara teknis praktis melainkan persoalan lingkungan, yaitu persoalan yang terkait erat dengan pandangan hidup, sikap, dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan alam. Akar persoalan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup alam laut bergantung pada pandangan kita terhadap alam. Apabila pandangan kita benar dan baik, maka sikap, perilaku, dan tindakan kita terhadap alam juga benar dan baik. Barangkali kita perlu meluruskan pandangan kita. Kita mestinya memandang 51
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
lingkungan alam atau bumi ini adalah sahabat kita. Bahkan, sebagai ibu yang menghidupi kita. Sebagaimana seorang anak harus sayang, hormat, akrab dengan ibunya, kita semestinya harus hormat, akrab, sayang kepada alam atau bumi yang disebut ibu pertiwi itu. Tuhan menciptakan bumi untuk kita. Semuanya kita boleh ‘makan’, kecuali yang satu ini, yaitu kita tidak boleh ‘makan semuanya sampai habis’. Untuk itu, kita harus memilih ‘hidup kita di perut bumi, atau bumi di perut kita’.
C. Partisipasi Masyarakat Menjaga Hutan Mangrove sebagai Upaya Pelestarian Wilayah Laut Disadari atau tidak, suka atau tidak, kenyataannya bahwa keberlangsungan hidup makhluk hidup. terutama manusia sangat bergantung pada lingkungan hidup tempat ia tinggal, baik lingkungan darat, udara, maupun lautan. Lingkungan hidup yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam sebagai tempat tinggal, tempat bekerja, tempat berinteraksi dengan orang lain maupun alam. Konkretnya, manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun, harus disadari bahwa sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah, dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya, ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. 52
Pelestarian Lingkungan Laut
Banyak contoh kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang semuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Adapun yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Kondisi lingkungan hidup dari waktu ke waktu ada kecenderungan terjadi penurunan kualitasnya. Penyebab utamanya yaitu karena pada tingkat pengambilan keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan sehingga menimbulkan adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Salah satu contoh kerusakan yang terjadi pada kerusakan hutan mangrove. Hutan mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang pada saat pasang naik, dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove. Sebagian ilmuwan mendefinisikan, hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai subtropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sebagian lainnya mendefinisikan bahwa hutan mangrove adalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang hidup pada tempattempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Secara 53
Menjaga Laut dari Pencemaran dan Perusakan
ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia mencapai 70% dari total potensi mangrove yang ada seluas 9,36 juta hektare, yaitu 48% atau seluas 4,51 juta hektare rusak sedang, dan 23% atau 2,15 juta hektare dalam kondisi rusak berat. Kerusakan sebagian besar hutan mangrove di Indonesia diakibatkan oleh ulah manusia, baik berupa konversi mangrove menjadi pemanfaatan lain seperti pemukiman, industri, rekreasi, dan sebagainya. Peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam upaya pengembangan wilayah, khususnya rehabilitasi hutan mangrove sangat penting dan perlu dilakukan. Pemerintah, baik pusat maupun daerah harus memberikan kesempatan pada masyarakat untuk ikut serta terlibat dalam pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove. Selanjutnya, masyarakat perlu diberikan bimbingan dan penyuluhan tentang arti pentingnya hutan mangrove pada kehidupan ini, terutama untuk kehidupan pada masa yang akan datang. Masyarakat harus tahu bahwa keberhasilan merehabilitasi hutan mangrove akan berdampak pada adanya peningkatan pembangunan ekonomi- khususnya dalam bidang perikanan, pertambakan, industri, pemukiman, rekreasi, dan lain-lain. Seperti diketahui bahwa kayu tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar, bahan tekstil dan penghasil tanin, bahan dasar kertas, keperluan rumah tangga, obat dan minuman, dan masih banyak lagi lainnya. Hutan mangrove juga berfungsi untuk menopang kehidupan manusia, baik dari sudut ekologi, fisik, maupun sosial ekonomi, misalnya untuk menahan ombak, menahan intrusi air laut ke darat, dan sebagai habitat bagi biota laut tertentu untuk bertelur dan pemijahannya. Hutan mangrove dapat pula dikembangkan sebagai wilayah baru dan untuk menambah penghasilan petani tambak dan nelayan, khususnya di bidang perikanan dan garam. Di samping itu, hutan mangrove sebagai suatu ekosistem di daerah 54
Pelestarian Lingkungan Laut
pasang surut, kehadirannya sangat berpengaruh terhadap ekosistem-ekosistem lain di daerah tersebut. Pada daerah ini akan terdapat ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, dan ekosistem estuari yang saling berpengaruh antara ekosistem yang satu dengan lainnya. Dengan demikian, terjadinya kerusakan atau gangguan pada ekosistem yang satu tentu saja akan mengganggu ekosistem yang lain. Sebaliknya, keberhasilan dalam pengelolaan (rehabilitasi) hutan mangrove akan memungkinkan peningkatan penghasilan masyarakat pesisir, khususnya para nelayan dan petani tambak karena kehadiran hutan mangrove ini merupakan salah satu faktor penentu pada kelimpahan ikan atau berbagai biota laut lainnya. Setelah masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan, pengembangan hutan mangrove dan diberi penyuluhan atau wawasan mengenai arti pentingnya lingkungan hutan mangrove, maka pemerintah harus menindaklanjuti dengan menegakkan hukum sesuai dengan ketetapan undang-undang yang berlaku. Masyarakat, baik perorangan maupun berkelompok atau perseroan harus ditindak tegas bilamana melakukan pelanggaran. Selama ini yang terjadi adalah di samping pemerintah kurang dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat, aspek penegakan hukum pun sangat lemah. Apalagi jika yang melanggar seorang pejabat atau pengusaha kaya. Sering kali si pelanggar dapat dengan mudah terbebas dari jeratan hukum. Pada akhirnya tidak ada lagi kesalahpahaman antara pemerintah dan masyarakat, semuanya harus bersama-sama bertanggung jawab sebagai upaya melaksanakan undang-undang, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
55
Glosarium Eutrofikasi
: pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali
Laut
: air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin
Laut ingresi
: laut yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut
Laut pertengahan
: laut yang terletak di antara benua-benua
Laut regresi
: laut yang menyempit
Laut tepi
: laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolaholah terpisah dari samudera luas oleh daratan pulaupulau atau jazirah
Laut transgresi
: laut yang terjadi karena adanya perubahan permukaan laut secara positif (secara meluas)
Pencemaran
: masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air atau udara
Pencemaran lingkungan : masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan Zona abysal
: wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m
Zona bathyal
: wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 m hingga 1800 m
Zona lithoral
: wilayah pantai atau pesisir atau shore
Zona neritik
: dari batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m
56
Indeks A
M
anorganik 14, 15, 16, 23, 28 asteroid 3 atmosfer 3, 17, 20
mikroorganisme 16, 18, 23, 24, 26, 27, 28
B
organik 15, 16, 23, 31
blooming 14 budidaya 9, 41, 49
P
E efek rumah kaca 17, 18 ekosistem 11, 15, 18, 25, 29, 31, 38, 40, 41, 42, 46, 49, 50, 54 erosi 15, 51 eutrofikasi 14, 29
O
palung 4 polutan 31, 32, 41 R radioaktif 21, 28 S sea food 8
F
W
fitoplankton 31, 32, 41
wisata bahari 7, 8
I
Z
illegal fishing 43
zooplankton 32
K koloidal 22, 23 konservasi 49 L lapisan ozon 17
57
Daftar Pustaka Fakhruddin. 2004. Dampak Tumpahan Minyak pada Biota Laut. Jakarta: Kompas. Furkhon. 2010. Analisis Pencemaran Laut Akibat Tumpahan Minyak di Laut. Bandung: Universitas Padjadjaran. Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset. Hartanto, Benny. 2008. Oil Spill (Tumpahan Minyak) di Laut dan Beberapa Kasus di Indonesia. Yogyakarta: Bahari Jogja, Sumardi, Juarir. 1996. Hukum Pencemaran Laut Transnasional. Bandung: Citra Aditya Bakti Kusumaatmadja, Mochtar. 1992. Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut Dilihat dari Sudut Hukum Internasional, Regional, dan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika dan Pusat Studi Wawasan Nusantara. Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: Pradnya Paramita. PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut. Y, Wahyudin. 2005. Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut. Wacana pada Kolom Teras WARTA Pesisir dan Laut Edisi Nomor 01/Th.VI/2005, ISSN 14109514. Y, Wahyudin. 2005. Pelibatan Masyarakat Menanggulangi Kerusakan Pesisir dan Laut. Artikel pada Kolom Pesisir dan Laut WARTA Pesisir dan Laut Edisi Nomor 01/Th.VI/2005, ISSN 1410-9514.
fauzi2000.blogspot.com www.goblue.or.id www.kabarindonesia.com www.komitmenku.wordpress.com www.sains.kompas.com
58