M

Download ma perdukunan di Jawa Tmur. danWketigajenisbmebutyangpal'i. Sebrtgaimana dikekhui b a b I&* mmdd adahh 1-. T w (w yaan Using merupakan ...

0 downloads 613 Views 2MB Size
TRADlSl MANTRA KELOMPOK ETNlK USING Dl BANYUWANGI Hem S. P. Saputra*

,7

\

,

! .%F. -*

';<"j-4

1- P.wm-

:,-k ,*, dan ttadii di wbyah Jawa Tmur dapat dipilah menjadi enam variasi regba5al kebudayaan, yaitu: (1) kebudayaan Arek, (2) kebudayaan Tengger, (3) kebudayaan Madwa, (4) kebudaya?.? Mataraman, (5) kebudayaan Pendalu~.~, 'dan (6) kebudayaan Using.' Tiap-tiap variasi regional k w a y s a n tersebut -i&i =iri k b smi dengan d-ika dan diakktika NagaografIS wiQysh mun, pet8 budeiya seringkali melampaui batas wilayah peta geografi sehingga batas geogr;mfis pmbudaya cenderung tHak dapat ditetapkan secara tegas. s h h a vam regional k&&yaan Jawa T i u r yplng kid menarik perhatiin adatah Wudayaan Using. Days tarik fiu m ole,, kwintahuan tentang eksiiensi budaya Using, t e r ~ m a setebh tqjadrrya h&& kasus pembanhian orang-orang yang diduga dukun santet di Banyuwangi, Oktober 1998. teebn-akan m e l e g h d witayah terfetak di damh 'trrpal k a wnu mnj& mm satu utama perdukunan di Jawa Tmur. Sebrtgaimana dikekhui b a b I&* yaan Using merupakan khPlzanah bwlayrr KerejBhbangan yang dimiffki k&pd< Uyang tinggal di demdesa di Barryuwangi. Allereka d k d =tmwi p e n g m rrnral Cpenduduk di nAlMh t e-',&, p(a milakal kebudayam Udng, kehpok etnik using m e m j i i i (~ebagian wileyah Kecamatan Giri, Glagah, Rogojampi, Kabat, rtcara empi&,

!

'

=&

*

-

"

-

Songgon, Singaluiuh, cfan SFeiTo, mdeulgkan wllayah lam semra terebeir dihuni okh kelompok etnlk Jrwva, Madwa, Bali, dan sehaan BW

-*

m-

Bkmwer

&Wk budq y q did4 oleh kelompok etnik Using. D h konteks kelisanan, khamnah buda-wan p% kemudbn d w d b but sebagai khazanah budaya Using trtrssbut metiiuti f o w r t i i (vema/MM), Wklor limn @ar2ly dan folkbr bukan tiisan (n0n~43tt)alfblklm)), seb.agamana pembagian fotklor yang dilakukan oleh Biunvand ( d a b Danandjaja, 1984:21-22; Hutorno, 1991:8-9). Fdklor buka" limn t a r n k ~ a d arLJmahm a n bwbagai peninggabn situs. FolkSor setem@ limWk ma t f d i n a l dan m m ritual, m~h.lg-masirigdirepresenbskan ke dalarn mi pndw dan 6 8 H w - Folklor h n p* u*h n , yang herW u k p m maupun p~isi.Prtiin USkrg meli#Jd1-1 mb, ~ W W ; danWketigajenisbmebutyangpal'i mmddadahh -1 T w (w asal-usul nama hnyuwangi). Puisi lisan Umetiputi bassnan, warnan, =sanePB", M a n , wait dan mnlra; dgul dari fdkr'm)l

tmw

Tuan ml mengwi

poksQnikUsing~~.

W.qakvn kaih id IW

kamktemtik M a y a Using, kemikan jmis

Dokbmdus, staf per@= F a k u b Sastta, U n i i Jember

magti, k e k m mistik, umw r d i g i i clan pmnata sosial tmdiina1. ~KudQwielUcBuokyrrUsing AsaCusul keberadaan kekxnpo3c ehik Using tidak da@ dilqmkan dari sejmh Kerajaan Blpbangan. Secara historb, wi-

layah ygng 'Mi dikenal dengan sebutan Banywangi ini, pads masa lampau merw pakan pusat kegTatan polltac Kerajaan B b bangan. Pada masa pmerhtahan Mqjapah i Bteqbangq berada di bwah kekman Kersjaran hfajapahii. Daerah hi kernu-% dian diserahkan kepada Atya \ I v r i a yaw tebh banyak membanhr Raden Maya &-

daq,&etnan Komet T i (Soeg~h,dkk., Ia8f ). Akibat prang Puputan Bayu, Blam-

beangannrsaktotalsehingga~yang mengungsi ke Bali &u ke daerah sebelah d a m Ada ssbagi penduduk, kh~-

kepada Kerajen Wjapahk, pada 1316, Patih Gadjah Macia mngar&tt Dabm Ju-

-*

kin. Dayan demikian, kepribadian m~igj Using elat'f kasar bila dibandlngkan c h pola jdan pintam mgnakafa ngan orang JBWB, walaupun juga tidsdc se- budaya seperti gredoan, batwan, mlayokkasar variasi regional kebudayaan A& dan aken.kolonganS ngfehosi, ngmgg&+ngMadura. Nutma kasar tersebut terfihat juga gahi, dan ngayuh tidak brhasil dilakukan. Mantra Using memiliki keunikan tersendari peMggunaan bhlhasa petgadan (perM n ) yang swing memanfaatkan k&+ din dibat-tdrylkan d q q n mantramantra keta ABC (asu,babi, dengan nada kelornpok etnik lahnya di &&@MBm. Keutinggi. Bagi m n g Using (WUsing), nikan tersebut terletak pqada pembgllktn kwmg &do1 ressnya apabi4 bertemu sa- jenis magic (magi)-nya. Kk@&@r swnber habat &au mengobd stmama tenan tklak ajaran dan tujuan pemakalenrrya, pembankataceEeng(ssderhsatuyang gian jenis magi mantra Using Wean lmnysl menjadi dua macam (Wam-putih)? mebindari ABC) di awal &u sekim* . petkomunikasi.' ken empat macam, yaitu magf (1) h m , (2) Secara historis, kamkkristik budaya merah, (31kuniw, dan (41 prdih (Kusnadi, tersebut Wak dapat dilepdan implii 1993). Keempat jenb q i tersebut dapaf dengan dinamika perwarisan buda- diknanfaatlian e r a hcmmpWkc r?l@c mdpun contagbw magic (bdk.Frazer dalam Haviland, 1993:211-T'13).

~~

ah magiringi peijakam nitas Using h i menjadi W r o m yang selah tejadi di setiap kelahii genemi. Kekerasan tersebut bukan hanya mekut segi fa,tetapi jugs berdampak pada sistem atau pranata budaya.

lam adalah bantal nyawa, bantal kming, && sebul, dan mtah Mubutan. Mantra megi merah ialah mantra ydlng pemakaiannyq fiak dibndasi hati nurani,

Puisi K i n Using jenis mantm fselfmjutnya dlsebut mantra using)= m-~n &% d r a l kesukuan yang mengislndung mi

w,-1

pDEsns -.

t

Hdu, Budha, dan Islam. Bagiorang Uskrg, mgntra meNpakan saleh satu k m h budaya kelinan yang integral dengan k b m & M a y a lainnya. H i g a kini, ekdstmdnya masih tetap di-Lduhkan deh kekmpok etnik Using. 6ahkan dahm bertas

aiwmtifpmpmata format tidak mernpu kigi -0modasi kepentingan memh. Qleh karena itu, muncui pemeo bahwa bukan orang Llsing kahu tidak dapat npnatt. Pmanfaatan mantra juga merupakan patret pokr keh i q n yang pragmatis- Pemanfmtm

gdh7, gombal W m g ,

dm

Mantra magi kuning ialah mantra yang prrnggurmqa diiasari ketukissn hati d9n maksud baik; blasany9. hanya tmbatm pada hubuqan antarindkidu. P w m e m mantra hi butcan h a w agar atau

-

dkkW

~~

mnusia, w t juga term-

binahno. Ybng krgokmg mmtm magi kmhgFantam lain, addah sa&& si m m 3 U - m m P ~ JCplnya, U puter @ng, damar wulan, wmr mesem, aimbar sari, si kumbangjafi, dan tes putih bs abang. Mandra magi putih iahh mantra yang dii jiwai oleh n~lainilaikebaian dm digumkan untuk tujuan kebaikan. Mantra ini berfungsi

-

~ n r r l i s i ~ o n t r r r ~ ~ u i ~ & ~ l y ~ ~ ~ + i

i

untuk menetraiisasi praktii mantra magi hitern den merah, baik untuk penyembuhan maupun penolak bala. Yang tergolong mantra magi putih adalah semua mantra yang d i n untuk penyembuhan atau pengo w n dan pencegahan atau penolakan b&. Dabm konteks budaya Using, mantra magi hitarn diilongkan ke dalam sihir ('pembunuhan'), mantra magi merah dan kuning digobngkan ke dalam santet ('pengasihan'), sedangkan mantra magi putih digobngkan ke blam penyembuhan. Penggolongan semacam ini seringkali menimbulkan salah pengertian, k h w n y a yang berkaitan dengan terminologi santet dan sihir. Menurut Kusnadi (1993), istileh santet ssam etimobgi berisal dari bahasa lokal hsyarakat Using di Banyuwangi. lstilah santet bukan merupakan kata tunggai, melainkan bentuk akronim dari frase mesisan kanthet ('bir terikut') atau mesisan benthet ('bir retak'). Santet dalam pengertian mesisan kanthet termasuk jenis magi kuning, sedangkan d a b pengertian mesisan benthet termasuk jenis magi merah. Kedua pengertian tersebut, menurut orang Using, bermakna pengasihan (cenderung bernuansa podirt). Namun, mulai dekade 1950an, kata santet mengahmi perfuasan makna hingga diidentiin dengan ilmu h i m , padahal orang Using mempunyai terrninologi sendiri d a b kaiinnya dengan ilmu hi tam, yakni sihir? W h pengertian tentang istilah santet dan sihir juga tampak dalam kasus Oktober 1998 tentang pembantaian temadap orangorang yang diduga sebagai dukun mntet. Berbagai media massa, ban< cetak maupun ekktmnik, dengan gencar memberitakan bawa objek pembarrtaian yang menelan korban mengensskan 174 orang (Manan, Sumaatmadja, dan Wardhana, 2001:2) tersebut adalah ddun santet. Sernentara, rea h di bpangan menunjukkan bahwa pembantaian itu bukan dikkukan temadaj, dukun santet, melaikan dukun sihir. Dukun sihir dianggap memihii tingkat kekejaman yaw lebih tinggi bib dibandingkan dengan dukun santet karena dalam praktiknya dukun sihir cenderung membunuh, sedangkan dukun santet mernperdaya seseomg dalam ha1 pengasihan. Kalaupun kemudian ditemukan korban yang temyata seorang

fenokiii, ha1 ini tidak dapat dilepkan mena bahwa ada sebagiin k i i yang berpraktik menjadi dukun (terlepas e g a i dukun santet atau sihir). Narnun, mbagaimana dkryatakan Sunarlan (2000:164-178), bahwa aktlvitas pembantah itu d i r i sebenamya tidak mumi diikukan dalam rangka 'memusnahkan" para dukun, melaian l e b i d i i i n a s i okh muatan pditia. Keswr pembantaii temebut tidak sesuai dengan mekanime budaya Using. Dalam budaya Using, untuk 'menghukurn" pea dukun yang d i i a p *beriaalahs digunakan mekanisune budaya yang selama ir& diyakiii efekthhqa, M n i swnpah pooong (Saputra, 2001:8). Sumpah pmmnp yang mekanismenya diiukan di bawc351 Alquran tersebut tehh menjadi semacam IrWusl untuk melegitimasi kesucignn
I yaw bersifat mibedern &&emmnna ygne mengatumya, serta seluruh perlengkapannya gwre memenuhi b&m@ kompbks ke-

5

Wng. Smua mantra Using dibuka atat di-

menglakhiri) menggunekan idiom L h a s i b WlalIaoh Muh~m~nwsuullwllaoh (kadangkadang ditambehi dengan fhaaktmula Waaquwwata Ilaabillaehii AljW AdiIh). W n pernbuka darn pewtup, pada b a g i isi pun mantra Using &%ringmenggorwakan i d i i Islami(Saputm, 9999.13-14). Bedxxh &ri wacana Islam p i g tampak menonjol (domiroan), uwmm Hindu reW k a i l prosentasenya. BebeJapa idiorn sakral &ri wacaw Hindu adatah: b m o (dari Bmhma), Wisnu, dan beberapa nama way(Semar, Gareng, Pew, Srikandi, Arjuna, Janaka, darl Betma Gunr). Perlu ditmbahhan b a h IIRsn$a atsing yang menggunakan waxmi M m (jqp Hindu) bedsku untuk m u a (.pum, kunk.lg, m-, mml). miW, mantrabemagitrieampun(yaqjkyjimi nibhilei kejahatan) juga banyak mewgwrslkan idm klami. s;ecara sepmls, tampak adanya k o n t d s i , gnRara niQli-ctaai Wmikan (Islami) dan nilai-nik;d k9ijaktan (magi fritam), tetapi sebagaknana k q d c i i an orang Using, bahwa apa pun ymg Bi mkrta okh m a n w akan dlkabulkan dihkukan detlgan t i a W a - I a .

%bagaimam dinyatakan Bascom (daim Hutorno, 1987:910) bahwa folklor (term d juga mantra) mernpunyai empt

attau adat-istiadat mempunyai empat'tfng. katrM, yakni: (t)tingk~tnlieiibudaya, f2mkat mrmwlorma, (3)tM~Rathukum;lUd m (4mkat aturan khusus: Tingkatan .yam t m k h t sangat bergmttmg pala s p e d k t s i km&er&ari tradigi budaya yang heifat lokst: Mantra Using, se$warban tmdbd bu&p Blambangan ymg barnyak merrgandung vuam lsfermi dad budaya #Maram, mernpunyai spesifikasl karakte yang hemifat Hal ini teriihat, mWnya, . Idcetl. i yang tkiak hemya hitanputth a m mantra JaWts, Sunda, Beti,

.

bnhg dm memh. Tingkatan atumn khusos dahm konteks m a n &&ma brrhwa &lam , pemmfaahn mmtm unt& tujtran ba& rrra~punb ~ (&au & rnwykin ada tujursn a@$ beik ateu agek bun&, sestiai jenis maginya) merupakan W pmg wajar. Aftfw, lI(-85US pembunuhan yaw mmggu-

csm ini pun dilakuka kan mcsrrtrra geMRgga fllimm wrtuk menwnjukkm kesawm ngsl-

mcr-w.

pa& a k h i i membma kepada kekmtatl @ritual yang kemudian dapst d i k a n untuk mksud baii maupun tatan meFasekan m a tetiit, juel dewi ngesfi dm nuwun, sebmmya rprsa

6ndang- etika-yaw-re *rig-tepat maka mantra

etnik Jmm. Nanun, d e h aUhn itri digwlslkern istiQlh kalopnpok etnik (Urring). 3

ana istilah kelompd< &ilkt, '-" Yaw pew* pdebatar~:ads yang m e m a n baham Jawa dbkk Banyuwangi (lihat 1953) dan zlda 'pula n b ahm Using (#hat

H e ~ u s a , ,1987). , Nswcrun, dglm t u l ' i ini diliMakan-&#ah hh9sa (Using). 4

Wawamra dengan budayawan Us* Fatrah Abaf (63 tahun), 14 Ag@&ys 2000,di B a ~ n g i B. q i om@ &&a

(budayhJawaf, mats brsebul Wak sopan untu5r diucapkern dztn mentpakan um-n kemamhan, apalagi clbspkm dsngm nada Onggi. -ng merugekan kata paling populer dari ABC, yang juga tetkait d-n jUdlil ~lKJhingBanyuwngen yang wqjb d i i m k a n c& lam upacara &m1 seblang di dukuh Olehsari, yakni d m g mgok. 5

BmBcKi(1981) tan-. tang puisi mantra yan$ hir?nrisk ntsmbebaskm dad hmpk wisp katdl dalam maM h g memiliki arti, fdhggabunyi~menspakan~ ssrtunyg unsur ya Menurut penulis, antara mantra Using dan mantra versi

m

Hutomo, Suripan Sadi. 1987. Cerita Kentnmg Sarahwulan di Tuban. ( D i r tasi). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendiiikandan Kebudayaan.

-.

1991. Mutiara yang Tedupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HlSKl Jatim.

Koanadi. 1993. 'Qntet dalam Pandangan Orsng Using", dalam Surya, 11 Sep tember. LeviStrauss, Claude. 1997. Mitos, Dukun, & Sihir. Yogyakarte: Kaniius.

.

.

Shgodimayan, Hasnan. 1999b. 'Sinkretisc me, Chi K h w s Masyarakat Adat Using," d a h Banyuwangi Pos, Banyuwangi, 25-31 Juli 1999. Soegianto, dWr. 1997. 'Profil Seni Budaya di D m h m k a t I1 Kabupaten Banyuwangil" (Lapofan Peneiitian), Jember: Lemtsaga Penelitian UWJ. Swwrlan, 2000. 'Gerekm R g f d PWi dan Konfiurasi E b Lokal: S iKasua di Banyimangl ,998-l& (Tbsis S-2 llmu Pori). Yogyakarta: UGM.

idgnis~useno,Fraru. 1985. Etika Jawa: Sebuah Analisa FalsatT tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia.

Sutardja. 1996. 'Tradisi Lisan dahm P m dekatan Psikolog" dalam W a d A n : Jumal Pengetahuan den Komunikasi Peneliti den Pernerhati Tradisi Lkan. Edisi Ill,November.

Manan, Abdul; Imam Sumaatmadja, dan Veven Sp. Wardhana. 2001. Geger Santet Banyuwangi. Jakarta: ISAI.

Wirata, Putu. 1995. 'Orang Using, Suku Terasing?" d a h Matre, No. 104, Maret. Jakarta.

Sapuh'a, Hem S.P. 1999. 'Mantra Using: Suatu Pemahaman Awai," &lam Atgopun?, Vd. 19. No. 1 dan 2, Tahun 1999.

-. 2001. 'Dominasi

Kekuasaan dan Pemiskinan Budaya (Kasus Sastra Lisan Using, Banyuwengi)." Makalah, PILDA HlSKl Kornda Yogyakarta, 11 September. Yogyakarta: Bahi Penetitian Bahasa.