PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
MANAJEMEN KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DENGAN TEKNIK PROBIOTIK PADA KOLAM TERPAL DI DESA VOKASI REKSOSARI, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG 1)
Diana Rachmawati1), Istiyanto Samidjan1) dan Heryoso Setyono2) Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, FPIK, Undip 2) Program Studi Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK, Undip Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang-Semarang, Email:
[email protected]
Abstrak Budidaya ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) secara intensif dapat menyebabkan menurunnya kualitas air media budidaya, antara lain menurunnya kandungan oksigen terlarut dan meningkatnya kandungan limbah khususnya nitrogen organik. Aplikasi teknologi sudah dilakukan dengan tujuan untuk mengelola kegiatan budidaya lele Sangkuriang di Desa Vokasi Reksosasi, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang menggunakan probiotik pada media budidaya. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pertumbuhan ikan lele Sangkuriang yang dipelihara menggunakan media budidaya sistem probiotik dan non probiotik. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele Sangkuriang berumur 10 hari sebanyak 500 ekor benih dipelihara selama 30 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 15, dan 30. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah panjang dan bobot ikan. Parameter lingkungan yang diamati adalah suhu air, oksigen terlarut, pH dan amoniak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan panjang dan bobot tubuh benih lele Sangkuriang pada media budiday a aplikasi probiotik dan non probiotik. Hasill penelitian ini mengindikasikan bahwa pakan yang diberikan dan media pemeliharaan mampu mendukung pertumbuhan benih lele Sangkuriang. Media pemeliharaan yang mengaplikasikan teknik probiotik menunjukkan kondisi yang lebih baik dan relatif ideal untuk budidaya lele Sangkuriang. Kata Kunci : Ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus), Manajemen, Kualitas Air, Probiotik
Abstract Cultivation of Sangkuriang catfish (Clarias gariepinus) intensively can result in the decrease of quality of cultivation media water, among others the decrease of dissolved oxygen content and the increase of waste content especially organic nitrogen. The technology has been implemented to manage the activities of Sangkuriang catfish cultivation in Reksosari Vocational Sub -District, Suruh District, Semarang Regency using probiotic in cultivation media. This study aimed to compare the growth of Sangkuriang catfish raised by using probiotic and non -probiotic system cultivation media. The test animals used in this study were Sangkuriang catfish seedlings of 10 days for 500 seedlings raised for 30 days. The observation was conducted on day -0, day-15, and day-30. The observed parameters of growth were water temperature, dissolved oxygen, pH, and ammonia. The study result indicated that there was a difference in length and weight increase of Sangkuriang catfish in probiotic and non-probiotic application cultivation media. Although the increase of growth was not significant, but it could give illustration that Sangkuriang catfish raised using probiotic application experienced a better growth. It indicated that the feed given and the raising media could support the growth of Sangkuriang catfish. The raising media implement ing probiotic technique showed a better and relatively ideal condition for Sangkuriang catfish. Keyword: Sangkuriang, catfish, management, water quality, probiotics
24
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
PENDAHULUAN
terutama
Budidaya Sangkuriang
ikan
(Clarias
lele
gariepinus)
meningkatnya
kandungan
amoniak. Craigh dan Helfrich (2002) berpendapat
bahwa
kandungan
telah
dilakukan oleh pembudidaya
amoniak sangat berpengaruh dalam
ikan
di Desa
budidaya, mengingat amoniak dalam
Kecamatan Semarang. berarti
Vokasi Reksosari, Suruh,
Kabupaten
Kegiatan tersebut, cukup
dalam menopang
keluarga.
Namun
perairan besifat toksik dan bahkan bisa mematikan ikan.
ekonomi sayangnya,
Organisme akuatik umumnya membutuhkan
protein
kelompok pembudidaya ikan tersebut
tinggi
umumnya
melakukan
demikian organisme akuatik hanya
pendederan lele Sangkuriang secara
dapat meretensi protein sekitar 20-
tradisional, terutama dalam menjaga
25%
kualitas media budidaya. Selain itu,
terakumulasi
kualitas dan kuantitas pakan yang
2005).
diberikan juga kurang diperhatikan.
organisme
Pakan
menghasilkan amoniak sebagai hasil
masih
yang
diberikan
terkadang
dalam
yang cukup
pakannya.
dan
Namun
selebihnya dalam
air
Metabolisme
(Stickney
protein
akuatik
oleh
umumnya
kurang sesuai dengan kebutuhan gizi
ekskresi.
yang diperlukan oleh benih ikan. Di
protein dalam feses dan pakan yang
sisi lain, benih lele Sangkuriang (C.
tidak termakan akan diuraikan oleh
gariepinus) yang berukuran relatif
bakteri menjadi produk yang sama.
kecil,
Dengan
organ
tubuhnya
belum
berfungsi secara optimal,
sehingga
Pada
akan
demikian
dengan
mudah
konsentrasi
Akibatnya, terganggu, kematian
penyakit. pertumbuhannya
sehingga pada
sering
tahap
terjadi
yang
sama
semakin
intensif
suatu kegiatan budidaya akan diikuti
daya tahan tubuhnya rendah dan terserang
saat
semakin
terutama
tingginya
senyawa amoniak
nitrogen dalam
air
(Avnimelech and Kochba, 2009).
pendederan
Terbatasnya seperti
daya
dan
lahan,
pertama dan kedua. Selain itu, sisa
alam
pakan tambahan buatan juga dapat
menjadikan
intensifikasi
menurunkan kualitas media budidaya
pilihan
paling memungkinkan
yang
air
sumber
sebagai
25
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
dalam
meningkatkan
budidaya.
Berbagai
produksi
upaya
untuk
budidaya
ikan
dengan
penerapan
teknik probiotik telah menginspirasi
mengembangkan perikanan budidaya
untuk
menerapkannya
terutama pada sistem intensif hingga
kelompok
pembudidaya
kini
Sangkuriang (C. gariepinus) di Desa
masih
mengingat
terus
sistem
dilakukan
tersebut
masih
pada ikan
lele
Vokasi Reksosari, Kecamatan Suruh,
terkendala oleh berbagai masalah di
Kabupaten
antaranya
kegiatan alih teknologi skim IbM
buangan
limbah
Semarang
akuakultur, penggunaan tepung ikan
yang
sebagai bahan baku pakan buatan
LPPM UNDIP tahun 2015. Adapun
serta
tujuan
penyebaran
penyakit
(FAO
2007).
difasilitasi
kegiatan
mengetahui Teknologi
oleh
dalam
Dikti
adalah
dampak
dan
untuk
penerapan
probiotik
sistem
alternatif
pertumbuhan benih lele Sangkuriang,
dalam mengatasi masalah kualitas air
jika dibandingkan dengan sistem non
dalam
probiotik.
merupakan
dari
salah
satu
akuakultur teknik
diadaptasi
pengolahan
domestik
secara
(Avnimelech
and
Beberapa
yang
penelitian
terhadap
limbah
konvensional Kochba,
probiotik
BAHAN DAN METODE
2009).
menunjukkan
Wadah digunakan
budidaya
berupa
kolam
yang terpal
bahwa aplikasi teknologi probiotik
dibuat dengan rangka papan dan
berperan dalam perbaikan kualitas
bagian dalam rangka dilapisi dengan
air,
stereofoam (Tebal 1 cm), kemudian
peningkatan
peningkatan peningkatan penurunan
efisiensi biaya
biosekuriti, produktivitas.
dilapisi
pakan
Sementara
serta
produksi melalui
baru
dengan
terpal
plastik.
itu,
pembuatan
kolam
untuk
pendederan
lele
penurunan biaya pakan (Avnimelech
Sangkuriang (C. gariepinus) dengan
and Kochba, 2009; Ekasari 2008;
mengaplikasikan
Hari et al,. 2006; Kuhn et al,. 2009;
dengan
Taw et
hingga
mengelola
al., 2008). Keberhasilan kualitas
air
media
probiotik,
menjemur kering,
kotoran
kemudian
diawali ayam kotoran
kering dimasukkan ke dalam karung
26
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
dan disimpan selama 2 hari pada
terkontaminasi.
tempat
jerigen dibiarkan selama satu minggu
yang
kering.
Sehari
Larutan
sebelumnya, kolam terpal diisi air
agar
terjadi
hingga
Cara
penggunaan
penuh
desinfektan
kemudian
(kalium
diberi
permanganat)
adalah
dalam
fermentasi
dengan
sempurna.
larutan
tersebut
meneteskan
setiap
dan dibiarkan selama semalam. Hari
hari ke dalam kolam pendederan,
berikutnya,
sebanyak
larutan
dalam
kolam
kolam
diisi
desinfektan
dibuang,
kemudian
dengan
air
bersih
sebanyak 50% dari kolam. Ke dalam
10
tetes.
Selanjutnya
penelitian ini menggunakan metode experimental
yang
dilakukan
di
lapangan.
kolam ditambahkan 50 ml probiotik
Pemeliharaan benih ikan lele
EM4 dan 250 ml tetes tebu, air
Sangkuriang
kolam
dilakukan selama 30 hari. Pakan
dibiarkan
selama
seminggu
(C.
gariepinus)
tanpa aerasi agar terjadi fermentasi.
yang
Lima belas hari kemudian,
benih
kandungan protein 30% sebanyak
hari
5% /bobot biomass/hari. Pemberian
dalam
kolam
pakan dilakukan berdasarkan hasil
yang
ditebar
ikan lele yang berumur 10 dimasukkan tersebut.
ke Benih
sebanyak 500 ekor per kolam.
diberikan
pengukuran mortalitas
Di samping membuat media
secara
bobot ikan
sampling
mempunyai
sampel
dan
yang
dilakukan
setiap
7
hari.
budidaya yang baru, pada kegiatan
Frekuensi pemberian pakan adalah 2
ini
kali sehari, yaitu pada pagi jam 06.00
dibuat
pula
kultur
probiotik
terfermentasi, yang akan digunakan untuk
memelihara
dan sore hari jam 17.00.
media
Pengamatan kualitas air dan
pemeliharaan dan penyediaan pakan
pertumbuhan ikan dilakukan setiap 2
alami.
minggu
Kultur probiotik
dibuat di
sekali.
Pertumbuhan
yang
dalam jerigen plastik 10L dengan
diamati adalah pertumbuhan bobot
cara
air
mutlak, yang meliputi panjang dan
sebanyak 3L ditambah tetes tebu 2L
berat tubuh. Panjang mutlak adalah
dan
ukuran
mengisi
EM4
ditutup
jerigen
1L. rapat
dengan
Jerigen kemudian agar
tidak
umur
rata-rata tertentu
organisme (Effendi,
pada 2003).
27
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
Parameter fisik yang diamati adalah temperatur
air
dan
udara,
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang
Hasil
pengukuran
panjang
diukur dengan termometer alkohol.
dan berat tubuh rata-rata benih ikan
Parameter kimia yang diamati adalah
lele Sangkuriang dan kualitas media
kandungan
selama
oksigen
karbondioksida Oksigen
terlarut,
bebas
terlarut
dan
pH.
pada
pemeliharaan Tabel
1
dan
dapat
dilihat
2.
Selama
dengan
metode
pemeliharaan dilakukan pengamatan
karbondioksida
bebas
dan pengukuran pertumbuhan serta
dengan metode alkalimetri, dan pH
kualitas media pemeliharaan, pada
diukur dengan kertas pH universal.
hari
Winkler,
ke-0,
ke-15
dan
ke-30.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Tabel 1. Pertumbuhan benih ikan lele Sangkuriang (C. gariepinus) yang dipelihara di Desa Vokasi Reksosari Probiotik Panjang (cm) Bobot (g) 1,5±0,8 0,046±0,005 4,5±0,7 0,251±0,002 6,5±0,4 0,836±0,005
Pengamatan 1 2 3
Non Probiotik Panjang (cm) Bobot (g) 1,5 ±0,8 0,046±0,005 2,6±0,9 0,141±0,003 3,9 ±0,5 0,458±0,007
Tabel 2. Kualitas media pemeliharaan benih ikan lele Sangkuriang (C. gariepinus) Parameter Pengamatan Temperatur Air (o C) O2 (ppm) pH Amoniak (ppm)
Hasil
pengukuran
kimia
pada
benih
lele
Probiotik 22-28 3-5 6-8 0,01
kualitas
media
Non Probiotik 22-26 2-3 6-7 0,1
fisik-
pemeliharaan
Sangkuriang
(C.
Kelayakan Menurut Pustaka 27 – 30°C (SNI 01-6483.4-2000) >5 mg/L (SNI 01-6483.4-2000) 6,5 – 8,5 (SNI 01-6483.4-2000) < 0,2 ppm (Boyd, 1990)
pemeliharaan teknik
yang
mengaplikasikan
probiotik
menunjukkan
kondisi yang lebih baik dan relatif
gariepinus)
di
Desa
Vokasi
ideal
Reksosari,
Kecamatan
Suruh,
Sangkuriang . Hal ini juga diperkuat
Kabupaten Semarang secara umum
dengan
dapat
kematian
dikatakan
bahwa
media
untuk
relatif
pendederan
rendahnya benih
lele
tingkat selama
28
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
pemeliharaan,
yaitu 10%.
Benih
memberikan gambaran bahwa benih
ikan lele Sangkuriang umur 10 hari
lele
yang
dengan aplikasi probiotik mengalami
dipelihara
mengalami
selama
30
pertumbuhan
pertambahan
panjang
hari
dengan
dan
bobot
Sangkuriang
pertumbuhan yang
yang
panjang
lebih
dipelihara
dan
baik.
bobot
Hal
ini
Benih lele
mengindikasikan bahwa pakan yang
Sangkuriang pada aplikasi probiotik
diberikan dan media pemeliharaan-
bobot awal rata-rata 0,046±0,005
nya
gram dan panjang 1,5±0,8 cm dan
tumbuhan
tubuh yang bervariasi.
setelah dipelihara 30 hari memiliki bobot rata-rata 0,836±0,005 gram dan panjang rata-rata 6,5±0,4 cm. Peningkatan
bobot
yang
dialami
yaitu 0,79 gram dan peningkatan panjang 5,0 cm. Sementara itu, pada media
tanpa
Sangkuriang
bioflok, yang
benih
memiliki
lele bobot
awal rata-rata 0,046±0,005 gram dan panjang 1,5±0,8 cm, setelah 30 hari terjadi
peningkatan
0,458±0,007
gram
menjadi
dan
panjang
mampu
mendukung
benih
lele
per-
Sangkuriang.
Menurut Craigh dan Helfrich (2002), meskipun melalui menajemen yang baik, pakan yang diberikan pada ikan pasti
akan
menghasilkan
limbah.
Dari 100 unit pakan yang diberikan kepada ikan, biasanya 10% tidak termakan,
10% merupakan limbah
padatan, dan 30% merupakan limbah cair yang dihasilkan oleh ikan. Dari sisanya,
25%
tumbuh
dan
digunakan 25%
metabolisme. tergantung
untuk
lainnya
untuk
Persentase
ini
dengan
jenis
ikan,
3,9±0,5 cm. Dengan demikian terjadi
aktivitas, temperatur air, dan kondisi
peningkatan bobot mencapai 0,412
lingkungan
gram dan peningkatan panjang 2,4
sangat berbahaya dan bersifat toksik
cm.
bagi Perbedaan
peningkatan
lainnya.
ikan,
Limbah
khususnya
yang adalah
amoniak. Limbah amoniak ini sangat
panjang dan bobot tubuh benih lele
berbahaya
dan
mampu
memicu
Sangkuriang
timbulnya
racun
ataupun
penyakit
budidaya tanpa
pada (aplikasi
probiotik),
kedua probiotik memang
media dan
pada ikan.
tidak
budidaya
terlalu tinggi, namun hal itu cukup
langsung
Limbah amoniak dari ikan
ke
yang
perairan
dibuang sekitarnya
29
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
merupakan sumber pencemaran yang
yaitu suhu, pakan, suplai oksigen,
perlu
dan limbah metabolisme. Sementara
mendapat perhatian.
pasokan
amonia
ke
Potensi
dalam
air
itu
Effendi
budidaya ikan adalah sebesar 75%
bahwa
dari kadar nitrogen dalam pakan
keberhasilan
(Gunardi
&
Sementara amoniak han
menambah detoksifikasi, regulasi
(1990)
pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
keberadaan
dua faktor yaitu faktor dalam dan
pertumbu-
faktor luar. Faktor dalam umumnya
masukan
adalah faktor yang sukar dikontrol
insang,
seperti sifat genetik, umur, dan jenis
rusaknya energi
untuk
mengganggu
osmo-
dan
mengakibatkan
kelamin, adalah
masa
pemeliharaan
kualitas
air pada
masing-masing
media
budidaya
dibandingkan
parameter
kualitas
kelayakan
pustaka
dengan air
nilai
menurut
terlihat
masih
pula bahwa
sedangkan makanan
Menurut
nilai parameter apabila
Dinyatakan
faktor
luar
dan
kualitas
Stickney
(2005),
perairan.
kerusakan fisik pada jaringan. Selama
mendapatkan
Boyd
mereduksi
akibat
dalam
karena
makanan.
mempengaruhi
oksigen
tumbuh
2008).
bahwa
karena
ikan
menyatakan
Hafsari
itu,
berpendapat
(2003),
konsentrasi oksigen yang baik untuk ikan lele tidak boleh kurang dari 3 mg/l.
Oksigen
umumnya
yang
diikuti
rendah dengan
meningkatnya
amoniak
karbondioksida
di
dan
air
layak untuk kegiatan budidaya lele
menyebabkan
Sangkuriang.
secara
menjadi
namun
mengganggu kelulushidupan ikan. Di
umum
Meskipun
terjadi
fluktuasi,
proses
yang nitrifikasi
terhambat
perubahan yang terjadi masih berada
dalam kegiatan
dalam
untuk
telah diterapkan teknologi probiotik
Sangkuriang.
dan ternyata teknik tersebut mampu
Hepher (1978) berpendapat bahwa
memberikan hasil yang lebih baik
intensifikasi budidaya dapat berhasil
dibandingkan
tanpa menurunkan laju pertumbuhan
Sangkuriang yang tanpa probiotik.
apabila
Schryver et al. (2008) berpendapat
kehidupan
terhadap
batas
toleransi
benih lele
dilakukan empat
faktor
pengawasan lingkungan
bahwa,
alih
sehingga
pada
teknologi ini
budidaya
teknologi probiotik
lele
adalah
30
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
suatu
sistem
budidaya
heterotrof
dan
alga
gumpalan
flocs
bakteri
dalam suatu
secara
suatu
35%
protein (Satker
PBIAT Ngrajek, 2012).
terkontrol
dalam suatu wadah budidaya atau merupakan
mengandung
sistem
KESIMPULAN Berdasarkan
yang
hasil
dan
dan
pembahasan maka dapat disimpulkan
aktivitas mikroba sebagai suatu cara
bahwa penerapan teknologi probiotik
mengontrol
dengan
pada media budidaya memberikan
amonium
pengaruh yang lebih baik terhadap
memanipulasi
kepadatan kualitas
air
mentransformasikan menjadi
protein
mikrobial
agar
peningkatan
pertumbuhan
panjang
mampu mengurangi residu dari sisa
dan bobot benih lele Sangkuriang
pakan
(Avnimelech
serta stabilitas media pendederan.
2009).
Teknik
meningkatkan pakan
&
Kochba.
probiotik bertujuan efisiensi
dengan
pembentukan
biomassa mikroba makroagregat dari bahan organik dan senyawa terlarut (Serfling
2006).
penggunaan
teknologi
Manfaat probiotik
apabila diaplikasikan dengan tepat adalah meminimalisir pergantian air atau bahkan tidak ada pergantian air dalam
sistem
teknologi
budidaya
ini
ramah
sehingga lingkungan.
Pakan yang digunakan pun menjadi lebih
sedikit
ketimbang
konvensional
lain.
untuk
nila
ikan
Telah yang
sistem dicoba dipelihara
dalam sistem probiotik akan tumbuh optimum
pada
UCAPAN TERIMA KASIH
pemanfaatan
tingkat
pemberian
pakan 1,5% dengan pakan yang
Penulis
menyampaikan
terima kasih kepada DIKTI dan UNDIP
yang
telah
memfasilitasi
terlaksananya kegiatan alih teknologi ini
melalui
kompetitif
pengabdian
kepada masyarakat skim IbM yang didanai oleh DIKTI tahun anggaran 2015. DAFTAR PUSTAKA Avnimelech Y. & Kochba M. 2009. Evaluation of nitrogen uptake andexcretion by tilapia in bio floc tanks, using 15N tracing. Aquaculture 287:163-168. Boyd
CE. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries Science. Amsterdam: Elsevier
31
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
Scientific Publishing Company. 3125p. Craigh S. & Helfrich LA. 2002. Understanding Fish Nutrition, Feeds, and Feeding, Viginia Coperative Extension Service. Publication 420-256: 1-4.
Kuhn, DD, Boardman GD, Lawrence AL, Marsh L, & Flick Jr. GJ. 2009. Microbial floc meal as a replacement ingredient for fish meal and soybean protein in shrimp feed. Aquaculture 296, 5157. Satker
Effendi
MI. 2003. Biologi Perikanan. Bandung: Yayasan Pustaka Nusantara.
Ekasari J. 2008. Bioflocs technology: the effect of different carbon source, salinity and the addition of probiotics on the primary nutritional value of the bioflocs. Thesis. Faculty of Bioscience Engineering. Ghent University. Belgium. FAO. 2007. The State of World Fisheries and Aquaculture 2006. Rome: FAO. Gunardi B & Hafsari DR. 2008. Pengendalian Limbah Amoniak Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Heterotrofik Menuju Sistem Akuakultur Nir-Limbah. Jurnal Riset Akuakultur 3. Hari B, Kurup BM, Varghese JT, Schrama JW, & Verdegem MCJ. 2006. The effect of carbohydrate addition on water quality and the nitrogen budget in extensive shrimp culture sistems. Aquaculture 252, 248-263.
(Satuan Kerja) PBIAT Ngrajek. 2012. Pusat Budidaya Ikan Air Tawar. Magelang, Jawa Tengah
Schryver PD, Crab R, Defoirdt T, Boon N, & Verstraete W. 2008. The basics of bio-flocs technology: The added value for aquaculture. Aquaculture 277: 125-137. Serfling SA. 2006. Microbial flocs: Natural treatment method supports freshwater, marine species in recirculating sistems. Global Aquaculture Advocate June 2006: 34-36. Stickney RR. 2005. Aquaculture: An Introductory Text. Oxford: CABI Publishing, 265 p. SNI
01-6483.4-2000 tentang Budidaya Ikan Lele. BSN. Diakses tanggal 10 Juli 2015
Taw N, Fuat J, Tarigan N, & Sidabutar K. 2008. Partial harvest/biofloc sistem promising for Pacific white shrimp. Global Aquaculture Advocate Magazine. September/October 2008: 84-86.
32