Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
MEMBANGUN KARAKTER ANAK SEJAK USIA DINI
Meriyati Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung
[email protected] Abstrak Perkembangan anak tergantung pada perlakuan yang diberikan oleh orang tuanya dalam hal ini ayah dan ibu, indah atau tidaknya tulisan yang dihasilkan tergantung bagaimana si orang tua menuliskannya. Salah satu cara bagi orang tua untuk menulisi anaknya adalah dengan memberikan keteladanan. Teladan di masa anak-anak tidak hanya berguna saat itu saja tetapi juga bermanfaat kelak saat si anak mencapai umur dewasa. Menjadi teladan yang baik bagi anak tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Tetapi bila perilaku positif sudah jamak dilakukan dalam kehidupan keseharian maka teladan bisa diberikan bahkan tanpa perlu bersusah payah. Pendidikan yang diberikan oleh keluarga agar dapat berkembang lebih maksimal perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak seperti lingkungan masyarakat dan sekolah, sehingga potensi yang ada tersebut dapat berkembang secara dengan baik. Kata kunci: karakter, anak usia dini
Abstract Child development depends on the treatment given by the parents in this case the father and mother, beautiful or not writing is depending how the old man wrote it. One way for parents to write to his son is to provide exemplary. Exemplary in childhood is not only useful when it is only helpful but also later when the child reaches adulthood. Being a good role model for children is not easy back your hand. But when positive behavior is common to do in everyday life, the example could be given even without much effort. The education provided by the family in order to develop more leverage necessary to get the support of all stakeholders such as communities and schools, so that existing potentials can be developed properly. Key words: characters, education for child
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 48
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
Pendahuluan Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik
maupun
mental
yang
paling
pesat.
Pertumbuhan
dan
perkembangan telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Masa Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia karena semua potensi anak berkembang sangat cepat. Berbagai fakta yang ditemukan oleh ahli neurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun. Karaktristik anak yang unik, aktif, rasa ingin tahunya tinggi, egosentris,
berjiwa
petualang,
daya
konsentrasinya
pendek,
daya
imajinasinya tinggi, dan senang berteman, sehingga anak dapat tumbuh dan kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni dari orang sekitarnya. Anak dengan otak yang masih sangat berfungsi membutuhkan asupan yang sehat dari keluarganya. Misalnya anak yang berumur balita hendaknya lebih sering di ajak mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dibanding harus menatap televisi. Hal ini akan berdampak pada kecerdasannya. Seperti yang di
ketahui
televisi
lebih
banyak
mengandung
hiburan
dibanding
pendidikannya. Alangkah lebih baik jika sang ibu mengajak anaknya bermain yang bisa mengasah kemampuan otaknya. Ini juga merupakan salah satu upaya ibu dalam membentuk karakter sang anak agar menjadi lebih baik. Anak
taman
kanak-kanak
termasuk
dalam
kelompok
umur
prasekolah. Pada umur 2-4 tahun keinginan anak untuk bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu sangat tinggi. anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Pada masa ini anak sudah mulai membangun kemandirian.
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 49
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
Tidak semua anak beruntung mendapat pendidikan karakter yang baik dari keluarganya. Masih banyak diluar sana yang terjadi malah sangat memprihatinkan. Anak yang masih kecil dipaksa oleh ibunya memintaminta di jalanan. Seharusnya walaupun orang tua nya mempunyai masalah di bidang ekonomi, sang anak harus diajarkan dengan yang namanya berusaha bukan untuk meminta pada orang lain. Jika ibu mempunyai perilaku baik maka sang anak harus lebih baik dari ibunya. Namun jika ibu mempunyai perilaku yang kurang baik hendaknya sang anak mampu menutupi kekurangan ibunya dengan memiliki karakter yang dapat menyenangkan orang lain. Memahami Karakteristik Anak Ada tiga kelompok karakteristik anak yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Karakteristik yang berkaitan dengan fisiologis. Karakteristik ini meliputi: jenis kelamin, kondisi fisik, usia kronologis, panca indera, tingkat kematangan, dan sebagainya. b) Karakteristik yang berkaitan dengan psikologis. Karakteristik ini meliputi: bakat, minat, motivasi, intelegensi, gaya belajar, emosi, dan sebagainya. c) Karakteristik yang berkaitan dengan lingkungan. Karakteristik ini meliputi etnis, kondisi sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya. Menurut Hartati (2005) anak usia dini memiliki karakteristik yang khas yaitu : Anak memiliki sifat egosentris Anak memiliki keingintahuan yang cukup besar Anak adalah makhluk social Anak bersifat unik Anak memiliki imajinasi dan fantasi Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek Anak paling potensial untuk belajar
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 50
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
Pengembangan Karakter anak pada masa prasekolah (TK/RA) dibagi beberapa ciri khas, yaitu: a) Perkembangan Jasmani (fisik dan motorik) Diperlukan perhatian yang besar terhadap faktor-faktor yang diduga kuat memiliki pengaruh terhadap perkembangan fisik dan motori anak. b) Perkembangan Kognitif Kemampuan kognitif terdiri dari empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0-24 bulan), tahap pra-operasional (24 bulan-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (dimulai usia 11 tahun). Tahap-tahap ini merupakan pola perkembangan kognitif yang saling berkesinambungan dan dilalui oleh semua orang. Oleh karena itu, perkembangan kognitif seseorang dapat diramalkan. c) Perkembangan berbicara Bicara merupakan keterampilan mental motoric, yang tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara tetapi melibatkan juga aspek mental dengan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. d) Perkembangan emosi Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, emosi sering kali tampak, emosinya bersifat sementara labil, dan emosi dapat diketahui melalui perilaku anak. e) Perkembangan social Setiap anak memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan orang lain, lingkungan harus mendukungnya untuk berkembang ke arah interaksi yang lebih baik. Belajar mengenal dan berkomunikasi merupakan tujuan lain dari program anak usia dini. Pada ketika anak-anak usia tiga, empat, dan lima tahun tumbuh, mereka semakin menjadi makhluk social.. f) Perkembangan moral Beberapa cara anak belajar perilaku moral, yaitu dengan cara trial and eror, melalui pendidikan langsung dan identifikasi,. Mengingat pendididkan langsung dan identifikasi merupakan metode yang baik dan
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 51
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
paling luas digunakan, maka perlu kiranya diberikan pendidikan moral dan tindakan moral yang tepat kepada anak. Mendidik adalah aktivitas yang sangat mulia, menuntut kemampuan yang tidak sedikit dan pengetahuan yang sangat luas. Para pendidik akan berhasil menjadi pendidik yang baik kalau mereka memiliki pengetahuan yang luas dan telah mempersiapkan segalanya dengan baik. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosioemosional, motorik, dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsure variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan. Anak usia dini mnurut Nuraini Sujiono (2009 : 7) adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak Di bawah ini akan kami jelaskan secara ringkas apa saja yang diperlukan oleh seorang pendidik. Memahami Karakter Calon Terdidik Seperti yang telah anda pahami bahwa pendidikan di sini artinya adalah memberikan kesempatan bagi manusia untuk mengembangkan potensi-potensi jasmani dan mental, serta membimbing mereka ke arah yang diharapkan dan mengupayakan agar mereka meninggalkan hal-hal yang tidak diharapkan. Seorang pendidik tidak akan mengalami kesulitan menangani anak didiknya jika sebelumnya memiliki pemahaman yang benar tentang karakter
anak
didiknya.
Ia
mengetahui
potensi-potensi
fisik,
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 52
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
kecenderungannya, cita-cita dan minat mereka. Informasi tersebut sangat membantu untuk menyiapkan cara dan metode yang tepat dalam mengembangkan potensi diri anak-anaknya serta bagaimana mengatasi kelemahan-kelemahan yang akan merintangi proses pengembangan dirinya. Seorang pendidik kalau bisa harus memahami seluruh keunikan manusia. Ada dua jenis keunikan dalam diri anak-anak: Keunikan Secara Individual Keunikan itu adalah ciri-ciri dan sifat-sifat khususnya yang dimiliki setiap individu tanpa memperhitungkan kematangannya (maturity). Ada beberapa perbedaan individual ini antara lain: 1) Perbedaan secara fisik. Setiap anak memiliki bentuk fisik tertentu yang berbeda dengan anak-anak yang lain. Ada anak yang memiliki bentuk fisik yang sempurna, ada juga yang tidak sempurna, ada yang memiliki bentuk fisik yang kekar atau juga yang tidak kukuh. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan struktur organ-organ yang ada di dalam badan seperti jantung, otak, ginjal, saraf, alat-alat pernapasan dan alatalat peredaran darah. Sebagai pendidik harus mempertimbangkan karakteristik keunikan yang ada pada anak didik kita. 2) Perbedaan dari sisi kognitif. Anak memiliki kecerdasan yang berbedabeda ada yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi da nada anak yang memiliki kecerdasan intelektual yang rendah (slow learner). Dengan demikian para pendidik tidak bisa menyamakan metode yang diterapkan untuk membina mereka, tetapi harus disesuaikan dengan karakteristik yang melekat pada anak. Melakukan tes kecerdasan mutlak diperlukan sebelum melakukan pembinaan supaya tidak menyia-nyiakan bakat anak-anak yang cerdas dan tidak membebani anak-anak yang kurang cerdas. 3) Kecerdasan emosi dan karakter. Anak memiliki karakter yang berbeda=beda ada anak yang rajin, pemalas bahkan ada anak yang sama sekali tidak memiliki semangat untuk melakukan sesuatu, ada juga yang
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 53
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
memiliki sifat yang sangat baik, mudah tersinggung, penakut, toleran, memiliki sikap yang periang, selalu berpikir positif, banyak berbicara, suka menolong dan tidak suka menolong dan yang lainnya. Sifat-sifat atau karakter-karakter seperti itu kadang-kadang bersifat perolehan (iktisabi) dan genetic dari kedua orang tuanya atau karena pengaruh lingkungan. Sifat atau karakter seperti ini baik berasal dari warisan atau karena faktor-faktor lain harus menjadi bahan pertimbangan. Semua anak bisa dibina tetapi dengan pendekatan yang berbeda-beda. Setiap karakter menuntut pendekatan dan penanganan yang khusus, karena kalau melupakan keistimewaan individual maka hasil yang diharapkan tidak akan maksimal. Seorang guru atau pendidik harus dapat membaca karakter anak didiknya dengan baik dan keunikan-keunikan mereka, supaya menjadi panduan yang tepat dalam memberikan pola asuh yang baik. Tetapi juga harus diakui sangatlah tidak mudah mengetahui karakter-karakter tersebut. Untuk mengorek atau menyelami kekhasan masing-masing anak menuntut kesabaran dan pendekatan personal yang terus menerus. Berbagai metode yang diterapkan untuk mengetahui karakter anakanak tersebut, namun ada satu metode yang paling baik yaitu dengan melakukan pengamatan dan memantau perkembangan anak terutama ketika mereka sedang bergaul dengan orang lain. Jika diamati secara seksama seorang pengamat akan mendapat gambaran yang lumayan utuh mengenai kepribadian anak tersebut. Karakteristik Anak dan Proses Pembelajaran Anak sebagai raw input dalam proses pembelajaran di sekolah menurut Purwanto, memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis yang kesemuanya mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 54
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Karakteristik
anak
sangat
mempengaruhi
keberhasilan proses
pembelajaran. Anak yang mempunyai kesiapan secara fisiologis dan psikologis akan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya, anak yang tidak mempunyai kesiapan secara fisiologis dan psikologis akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Perbedaan psikologis anak dapat dimanfaatkan guru dalam mengelola kelas, terutama dalam penempatan anak di tempat duduk dan pengelompokkan Perbedaan individual merupakan hal yang pasti dijumpai dalam kondisi pembelajaran di manapun. Menghadapi perbedaan individual anak, guru harus bersikap bijaksana. Artinya, guru harus bersikap sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak dan memberikan perhatian yang cukup kepada anak yang bermasalah. Guru perlu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan anaknya. Hal yang harus dipahami oleh guru adalah tidak semua anak dapat memiliki penguasaan yang sama terhadap berbagai kemampuan Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi karakteristik anak didik, kita berbicara mengenai anak laki-laki di dalam kelas prasekolah. Penelitian observasional (Cooper; Wetton; Millar dalam Wetton, P., 1997) menunjukkan secara jelas bahwa anak laki-laki memiliki kebutuhan untuk terlibat di dalam bermain kasar. Mereka bermain di luar ruangan, contohnya berguling di atas rumput dan pasir, bergulat dengan anak-anak lainnya atau menjatuhkan diri ke bawah untuk kesenangan. Permainan ini seringkali terjadi untuk perkembangan aktivitas motorik. Anak laki-laki juga membutuhkan bermain di dalam ruangan ketika bermain di luar ruangan tidak memiliki nilai dan bermain di dalam ruangan tetap menjadi suatu hal yang penting untuk perkembangan mereka seperti bermain dari sisi
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 55
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
kehidupan sama dengan anak perempuan. Anak perempuan lebih cendrung bermain yang halus seperti meronce, membentuk dan lainnya Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut. 1) Belajar, bermain, dan bernyanyi Pembelajaran untuk anak usia dini menurut Slamet Suyanto (2005: 133) menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Pelaksanaannya menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya. 2) Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan Mengacu pada tiga hal penting menurut Masitoh dkk (2005: 3.12), yaitu : a) berorientasi pada usia yang tepat, b) berorientasi pada individu yang tepat, dan c) berorientasi pada konteks social budaya. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya. Pahamilah Karakter Anak Didik Pendidikan merupakan sistem yang ampuh dalam pembentukan karakter anak. Pengajaran merupakan metode yang diupayakan agar anak terbentuk karakternya sesuai dengan potensinya masing-masing. Perlu disadari bahwa setiap anak didik memiliki karakter yang berbeda-beda,
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 56
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
untuk itu lembaga pendidikan perlu mengembangkan potensi-potensi jasmani dan mental peserta didik, serta membimbing mereka kearah yang positif tentunya kearah yang sangat diharapkan dan mengupayakan anak didik agar dapat meninggalkan hal-hal negatif yang tidak diharapkan. Seorang pendidik akan mudah mengajari anak didiknya, menangani setiap permasalahan anak didiknya, dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan pendidikan jika pendidik sebelumnya memiliki pemahaman yang benar mengenai karakter anak didiknya, mengetahui potensi-potensi fisik, mental, kecenderungan, cita-cita, motivasi, dan minat mereka. Pemahaman dan pengetahuan tersebut dibutuhkan untuk menyiapkan cara dan metode yang tepat dalam mengembangkan potensi dan pembentukan karakter serta bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang menjadi penghalang proses pengembangan dirinya. Masing-masing anak didik memiliki perbedaan dalam diri mereka diantaranya yaitu: Perbedaan secara fisik dan psikhis, sehingga untuk menyusun kurikulum bagi anak usia dini menurut Nielsen (2008) berdasarkan minat, kebutuhan, tingkat perkembangan, dan kepribadian mereka yang unik. Anak usia Dini Landasan Yuridis yang mendasari pelaksanaan pendidikan anak usia dini antara lain sebagai berikut (wikipedia.org). 1) Pembukaan UUD 1945, salah satu tujuan kemerdekaan adalah ”mencerdaskan kehidupan bangsa”. 2) Amandemen UUD 1945 pasal 28 C, ”setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 57
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
3) Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 tayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan umur 6 tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti Pendidikan Dasar”. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk mengikuti penididikan yang lebih lanjut. Pendidikan
anak
usia
dini
merupakan
salah
satu
bentuk
penyelenggara pendidikan yang menitik beratkan kepada peletak dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi antara motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan berprilaku serta agama), bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap- tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Secara
umum
tujuan
pendidikan
anak
usia
dini
adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mengembangkan potensi yang ada pada anak usia dini harus menganut prinsif-prinsif yaitu :
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 58
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak b. Belajar sambil bermain c. Menyiapkan lingkungan yang kondusif d. Menggunakan pembelajaran terpadu e. Mengembangkan kecakapan hidup f. Menggunakan media edukatif dan sumber belajar g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang Berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut. 1) Anak bersifat unik. 2) Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan. 3) Anak bersifat aktif dan enerjik. 4) Anak itu egosentris. 5) Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. 6) Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. 7) Anak umumnya kaya dengan fantasi. 8) Anak masih mudah frustrasi. 9) Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. 10)
Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11)
Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. Peranan guru
sangat penting untuk menciptakan situasi belajar sesuai dengan teori piaget. Beberapa teori piaget dalam pembelajaran, menurut Slavin (1998: 27), sebagai berikut: 1. Menfokuskan pada proses berpikir anak, tidak sekedar pada produknya. Di samping itu, dalam pengecekan kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sampai pada jawaban tersebut.
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 59
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang samanamun mereka menerimanya pada kecepatan yang berbeda. Pada usia prasekolah, anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental yang sangat pesat. Saat inilah yang paling baik bagi seorang anak untuk memperoleh pendidikan yang pas atau disebut juga dengan masa peka. Anak usia dini berbeda dengan orang dewasa, sehingga mereka di perlakukan berbeda dengan orang yang yang dewasa. Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Orang dewasa dapat mengerti dan dapat melayani kebutuhan-kebutuhan anakanak itu jika ia mau menyelami apa yang hidup dalam jiwanya dan mengetahui bagaimana perkembangannya. Penutup Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perkembangannya, dengan menciptakan lingkungan yang kodusif dimana anak dapat mengeksplorasi dirinya , memberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya melalui lingkungan melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang- ulang yang melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak kita harus memperhatikan karakteristik yang melekat pada anak, mengingat masingmasing anak memiliki perbedaan dan keunikan yang antara satu dengan yang lainnya berbeda.
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 60
Meriyati, Membangun Karakter Anak… ISSN : 2528-6943 e-ISSN : 2528-6943
Referensi Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Dapertemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Masitoh, dkk. Strategi Pembelajaran TK, Penerbit : UT, 2005 Nielsen, D, M . 2008. Mengelola Kelas Untuk Guru TK; Petunjuk Perencanaan Kurikulum, Pengajaran melalui Pusat Pembelajaran, dan Pengaturan Lain. Jakarta: Indeks Slavin, R.E, Educational Psychology, Boston : Allyn and Bascon, 1998 Yuliani Nurani Sujono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta, Indeks, 2009
Wetton, P. 1997. Teaching and Learning in The First Three years of School. London: Routledge 11 New Fetter Lane.
Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. I, No. 1, Agustus 2016 | 61